Anda di halaman 1dari 19

HIDROPONIK

By

Kelompok 1 (XII IPA 8)


Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)
Andi Ernawati, S.Pd,M.Pd,Ph.D
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Pendidikan Lingkungan Hidup tentang HIDROPONIK.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya.

Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata
kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, 26 Januari 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar. (1)


Daftar Isi...... (2)
Bab 1 (3)
1.1 Pendahuluan
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Bab 2 (5)
2.1 Pembahasan
Bab 3............ (17)
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
3.3 Daftar Pustaka

2
BAB 1
1.1 Pendahuluan
Pada mulanya, kegiatan membudidayakan tanaman yang daratan tanpa tanah
ditulis pada buku Sylva Sylvarum oleh Francis Bacon dibuat pada tahun 1627,
dicetak setahun setelah kematiannya. Teknik budidaya pada air menjadi
penelitian yang populer setelah itu. Pada tahun 1699, John Woodward
menerbitkan percobaan budidaya air dengan spearmint. Ia menemukan bahwa
tanaman dalam sumber-sumber air yang kurang murni tumbuh lebih baik dari
tanaman dengan air murni.
Pada tahun 1929, William Frederick Gericke dari Universitas California di
Berkeley mulai mempromosikan secara terbuka tentang Solution culture yang
digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian. Pada mulanya dia
menyebutnya dengan istilah aquaculture (atau di Indonesia disebut budidaya
perairan), namun kemudian mengetahui aquaculture telah diterapkan pada
budidaya hewan air. Gericke menciptakan sensasi dengan menumbuhkan tomat
yang menjalar setinggi duapuluh lima kaki, di halaman belakang rumahnya
dengan larutan nutrien mineral selain tanah. Berdasarkan analogi dengan
sebutan Yunani kuno pada budi daya perairan, , ilmu budidaya bumi,
Gericke menciptakan istilah hidroponik pada tahun 1937 (meskipun ia
menegaskan bahwa istilah ini disarankan oleh WA Setchell, dari University of
California) untuk budidaya tanaman pada air.
Pada laporan Gericke, dia mengklaim bahwa hidroponik akan merevolusi
pertanian tanaman dan memicu sejumlah besar permintaan informasi lebih lanjut.
Pengajuan Gericke ditolak oleh pihak universitas tentang penggunaan
greenhouse dikampusnya untuk eksperimen karena skeptisme orang-orang
administrasi kampus. Dan ketika pihak Universitas berusaha memaksa dia untuk
membeberkan resep nutrisi pertama yang dikembangkan di rumah, ia meminta
tempat untuk rumah kaca dan saatnya untuk memperbaikinya menggunakan
fasilitas penelitian yang sesuai. Sementara akhirnya ia diberikan tempat untuk
greenhouse, Pihak Universitas menugaskan Hoagland dan Arnon untuk
menyusun ulang formula Gericke, pada tahun 1940, setelah meninggalkan
jabatan akademik di iklim yang tidak menguntungkan secara politik, dia
menerbitkan buku berjudul Complete Guide to Soil less Gardening.

3
Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa
menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi
bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan
air pada budidaya dengan tanah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Ada berapa macam teknik Hidroponik yang ada ?
2. Unsur-unsur apa yang mempengaruhi sistem Hidroponik ?
3. Tanaman apa saja yang cocok dijadikan tanaman Hidroponik ?
4. Media tanam seperti apa yang digunakan dalam teknik Hidroponik ?
5. Apa saja keuntungan menggunakan teknik Hidroponik ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui ada berapa macam teknik Hidroponik
2. Untuk mengetahui unsur apa saja yang mempengaruhi sistem Hidroponik
3. Untuk mengetahui tanaman apa yang cocok dijadikan tanaman Hidroponik
4. Untuk mengetahui media tanam seperti apa yang digunakan dalam teknik
Hidroponik
5. Untuk mengetahui apa saja keuntungan teknik Hidroponik

4
BAB 2
2.1 Pembahasan
A. Teknik Hidroponik
Teknik menanam dengan menggunakan sistem Hidropnik ada beberapa
macam, di antaranya :
1. Sistem Hidroponik Aeroponik
Aeroponik berasal dari dua kata yakni aero adalah udara dan poniq adalah
cara budidaya. Jadi aeroponik adalah suatu sistem penanaman sayuran
yang paling baik dengan
menggunakan udara dan
ekosistem air tanpa
menggunakan tanah. Teknik ini
merupakan metode penanaman
hidroponik dengan
menggunakan menggunakan
bantuan teknologi. Dengan
menempatkan tanaman
sedemikian rupa hingga akar tanaman terlihat menggantung. Prinsip kerja
aeroponik sistem adalah dengan memanfaatkan air dan nutrisi yang
diberikan ke tanaman dalam bentuk butiran kecil ataupun kabut.
Adapun proses pengkabutan ini berasal dari sebuah pompa air yang
diletakkan di bak penampungan dan disermprotkan dengan menggunakan
nozzle. Sehingga dengan begitu nutrisi yang diberikan ke tanaman akan
lebih cepat diserap akar tanaman yang menggantung.
Sistem aeroponik merupakan langkah yang tepat dan baik dalam
pembudidayaan tanaman sebab dari teknik ini tanaman akan mendapatkan
dua hal yaitu nutrsi serta oksigen secara bersamaan.
Keunggulan dari sistem ini yakni terletak pada proses oksigenisasi yang
langusng sampai ke akar yang dimulai dari tiap butiran kabut halus yang
sudah dicampur unsur haranya.

5
2. Sistem Hidroponik Nutrient Film Technique (NFT)
Sistem Nutrient Film Technique (NFT) adalah teknik baru dalam hal
bercocok tanam hidroponik di Indonesia. Sistem ini sangat tepat apabila
diaplikasikan pada lahan yang
tidak subur dan namun dapat
diterapkan di dataran tinggi
maupun rendah. Intinya tujuan
akhir dari sistem ini adalah
memperoleh panen yang
berkualitas. Ada sedikit
perbedaan penerapan sistem
NFT dengan aeroponik.
Perbedaannya yakni terletak
pada peletakan akar tanaman di atas lapisan air yang dangkal. Akan tetapi
air tersebut telah mengalami proses sirkulasi dan mengandung sejumlah
nutrient sesuai dengan kebutuhan tanaman. Sehingga dengan begitu akar
tanama akan terus berkembang sebab dikelilingi oleh lapisan nutrisi.
Keungulan dan kelemahan teknik ini yakni terletak pada pasokan daya
listrik. Apabila pasokan listrik baik itu pompanya mengalami kerusakan
maka akar tanaman akan cepat kering yang kemudian terganggunya
nutrisi dan menyebabkan kematian. Namun dengan cara ini akan lebih
menjamin tanaman dapat tumbuh dan berproduksi lebih maksimal dan
berhasil.
3. Sistem Hidroponik Drip
Sistem Drip atau Sistm tetes adalah sistem hidroponik banyak diterapkan
di rumah-rumah yang sebeneranya tujuan utamanya yaitu hanya sekedar
hobi namun tidak tutup
kemungkinan juga untuk
dikomersilkan. Sistem ini
tergolong sederhana sebab tidak
membutuhkan begitu banyaj
perlengkapan, serta multifungsi
dan efektif. Banyak sekali variasi
yang dapat kita rancang serta
bangun. Dan semuanya hanya

6
tergantung pada kreativitas dan inovasi. Sesuai dengan namanya sistem
ini menerapkan tetesan larutan nutrisi ke setiap akar tanaman dengan
tujuan agar lembab dan juga basah. Teknik ini bisa dirancang sesuai
kebutuhan dan lahan, bisa dari skala kecil maupun skala besar. Akan
tetapi lebih efektif cara ini untuk tanaman yang agak besar yang
membutuhkan ruang yang lebih untuk pertumbuhan akar.
Dan juga teknik ini tidak begitu banyak membutuhkan air dalam sistem
pengairannya serta pipa ataupun selang dapat ditarik secara memanjang.
Kekurangan hanya media tanam yang banyak agar mudah diserap dan
disimpan. Kenapa menggunakan tanaman besar? Karena tanaman besar
tahan terhadap tekanan atau stress dan tidak sensitif terhadap
keterlambatan waktu pengairan.
4. Sistem Hidroponik Pasang-Surut (Ebb & Flow System)
Sistem pasang surut adalah sistem bercocok tanam hidroponik dimana
tanaman mendapatkan air, oksigen serta nutrisi melalui pemompaan bak
penampung yang nantinya akan
membasahi akar atau istilahnya
pasang. Kemudian selang
beberapa waktu nutrisi kembali
lagi ke bak penampungan atau
istilahnya surut. Nah, waktu
pasang atau surutnya ini bisa
diatur sesuai kebutuhan tanaman
sehingga tidak terjadi genangan
ataupun kekurangan air. Jadi
pompa air ini nantinya akan
dibenamkan ke dalam larutan
nutrisi lalu dipasang timer yang
telah diatur waktunya . Dan air
yang di dalam kolam atau bak
penampung akan dipompa dan
diteruskan ke penampungan
tanaman (grow tray). Baru
kemudian timer mati dan air secara otomatis aka turun kembali ke bak
penampungan. Dalam hal ini timer dapat diatur beberapa kali sesuai

7
kebutuhan. Intinya nutrisi pada tanaman harus terpenuhi secara baik.
Kelebihan dari teknik ini yaitu tanaman akan memperoleh nutrisi berupa
air dan oksigen secara periodic. Kedua adalah oksogen yang dibawa
melalui pompa mempunyai kualitas yang baik. Dan penyiraman yang
dilakukan secara otomatis dapat menghemat tenaga dan waktu.
5. Sistem Hidroponik Deep Flow Technique (DFT)
Sistem DFT secara singkat adalah sistem hidroponik yang meletakkan
akar tanaman pada lapisan air pada kedalaman air berkisar 4-6 cm. Sama
dengan sistem yang lain, sistem
DFT juga membutuhkan tenaga
listrik untuk mensirkulasikan air
ke dalam talang-talang dengan
menggunakan pompa air.
Kemudian untuk menghemat
listrik maka dapat menggunakan
timer yang dapat atur waktu
hidup dan mati. Keunggulan
sistem hidroponik daripada sistem yang lain adalah terletak pada saat
listrik padam namun kebutuhan nutrisi untuk tanaman tetap tersedia.
Karena sistem ini diatur ke dalam nutrisinya sampai 6 cm. Akan tetapi
kekurangannya adalah memerlukan kebutuhan nutrisi yang cukup banyak
apabila disbanding dengan sistem NFT.
6. Sistem Hidroponik Sumbu (Wicks System)
Sistem sumbu atau wicks system adalah sistem hidroponik yang paling
sederhana yakni dengan memanfaatkan sumbu yang kemudian
dihubungkan antara larutan
nutrisi pada bak penampung
dengan media tanam. Dan hal
yang laing sederhana lagi yakni
sistem ini bersifat pasif dalam
artian tidak ada bagian yang
bergerak. Jadi larutan nutrisi
akan ditarik ke media yang
selanjutnya disalurkan ke media
tanam dari bak atau tangki penampungan melewati sumbu. Dengan

8
memanfaatkan daya kapilaritas sumbu maka air dan nutrisi dapat
mencapai akar tanaman. Dalam aplikasinya wick system dapat
dicampurkan media tanam lain seperti perlite, vermiculite, arang sekam
padi dan kerikil pasir.
7. Sistem Hidroponik Rakit Apung (Water Culture System)
Sistem hidroponik yang satu ini yang paling sederhana di antara sistem
hidroponik yang aktif. Karena dengan memanfaatkan platform yang
terbuat dari media tanam yang
mengapung sehingga kebutuhan
nutrisinya langsung didapatkan
oleh akar. Kemudian kebutuhan
oksigen yang diperlukan akar
tanaman dapat menggunaka
pompa aquarium yang telah
dimasukkan ke dalam bak
penampung nutrisi hidroponik.
Akan tetapi dengan menerapkan sistem ini tidak dapat bekerja efektif
untuk tanaman dengan ukuran yang besar dan jangka panjang. Hanya
tanaman kecil saja, seperti seledri, sawi dan lain-lain.
8. Sistem Hidroponik Fertigasi (Fertilizer and Drip Irigation System)
Sistem fertigasi adalah sistem hidroponik yang paling banyak diterapkan
di dunia. Karena sistem ini menggunakan drip irrigation atau irigasi tetes
dimana tanaman akan disiram dengan cara meneteskan air. Sistem
fertigasi tidak hanya aor saja yang diteteskan namun air tersebut telah
dicampur larutan nutrisi. Sehingga pertumbuhan tanaman tetap terjaga.
Artinya dalam satu tetes sudah mengandung nutrisi yang lengkap.
Kemudian pengoperasiannya juga tergolong mudah.
B. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Sistem Hidroponik
Mengingat bertanam dengan hidroponik merupakan cara tanam tanpa tanah.
Tentunya, ada unsur pengganti tanah yang harus diketahui lebih dahulu.
Berikut unsur-unsur penting yang harus diketahui dan diperhatikan dalam
bertanam hidroponik.
1. Unsur Hara
Pemberian unsur hara merupakan kunci utama dalam bertanam sistem
hidroponik. Hal ini dikarenakan dengan pemberian unsur hara secara

9
teratur dapat mempengaruhi perkembangan tanaman. Sedangkan, media
tanam hanya berfungsi sebagai penopang tanaman dan sarana meneruskan
unsur hara atau air yang berlebihan.
Unsur hara yang baik bagi tanaman adalah pada pH 5.5-7.5. Akan tetapi,
pH yang terbaik adalah 6.5. Namun demikian, kebutuhan akan unsur hara
pada tanaman berbeda-beda menurut tingkat pertumbuhan dan jenis
tanamannya. Unsur hara yang lebih banyak digunakan pada tanaman
sistem hidroponik adalah unsur hara makro. Unsur tersebut sangat
dibutuhkan dalam jumlah besar dengan konsentrasi larutan yang relatif
tinggi. Unsur hara makro yang dibutuhkan dalam sistem hidroponik
adalah N, P, K, Ca, Mg, dan S. Sedangkan unsur hara mikro yang
diperlukan dalam konsentrasu rendah, meliputi unsur Fe, Mn, Zn, Cu, B,
Mo, dan Cl.
Larutan hara sederhana dapat dibuat dengan cara melarutkan pupuk yang
berisi nutrisi kedalam air. Berbagai jenis garam pupuk dapat digunakan
sebagai larutan hara. Biasanya, dalam pemilihan jenis larutan hara
didasarkan pada harga dan kelarutan garam pupuk yang digunakan.
2. Media Tanam
Media tanam yang biasanya digunakan pada sistem tanam hidroponik
yaitu rockwool, perlit, sabut kelapa, vermikulit, pasir, kerikil, pecahan
batu bata, arang sekam, spons, dsb. Bahan yang digunakan sebagai media
tumbuh akan mempengaruhi sifat lingkungan dari media itu sendiri.
Tingkat suhu, aerasi, dan kelembaban pada media akan berbeda-beda
antara media satu dengan media yang lain, sesuai bahan yang digunakan.
3. Oksigen (O2)
Kebutuhan oksigen dalam bertanam sistem hidroponik sangat penting.
Rendahnya asupan oksigen bisa menyebabkan terjadinya permeabilitas
membran sel yang menurun, sehingga dinding sel semakin sulit ditembus.
Akibatnya tanaman akan kekurangan air. Hal ini dapat menjelaskan
mengapa tanaman menjadi layu pada kondisi tanah yang tergenang.
Besar kecilnya jumlah oksigen dipori-pori media dapat mempengaruhi
perkembangan rambut akar pada tanaman. Pemberian oksigen ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti memberikan gelembung-
gelembung udara pada larutan (kultur air), penggantian larutan hara
secara berulang-ulang, mencuci atay mengabuti akar yang terekspos ke

10
dalam larutan hra dan memberikan lubang ventilasi pada tempat
penanaman untuk kultur agregat.
4. Air (H2O)
Kualitas air yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman harus mempunyai
tingkat salinitas yang sesuai. Yakni, tidak melebihi 2500 ppm, atau
mempunyai nilai EC tidak lebih dari 6,0 mmhos/cm. Selain itu, air yang
baik untuk bertanam hidroponik tidak boleh mengandung logam berat
dalam jumlah besar karena dapat meracuni tanaman.
C. Tanaman yang Cocok dijadikan Tanaman Hidroponik
1. Selada
Daun selada dinilai menjadi salah satu pilihan terbaik jika Anda ingin
menanam sayuran dengan sistem hidroponik. Apalagi selada tidak
membutuhkan perhatian yang telralu rumit agar bisa tumbuh subur dan
bisa dipanen dengan cara hidroponik. Pada saat bibit tanaman selada
disemai, hanya dalam waktu kurang dari dua minggu bibit akan tumbuh
dua daun. Barulah setelah itu dipindahkan ke media tanam utama untuk
dialiri air dan larutan nutrisi agar pertumbuhannya cepat.
Pertumbuhannya cepat dan panennya juga cepat. Ketika bagian luar
daunnya dipotong, maka bagian dalam akan tumbuh lagi dengan cepat
untuk menggantikannya.
2. Sayuran Daun Hijau
Jenis tanaman hidroponik selanjutnya adalah sayuran berdaun hijau. Sama
halnya dengan tanaman selada, sebagian besar jenis sayuran yang
daunnya hijau juga bisa tumbuh dengan baik menggunakan sistem
hidroponik. Beberapa jenis sayuran berdaun hijau yang bisa Anda tanam
dengan sistem hidroponik diantaranya bayam, kangkung, sawi, dan
sebagainya. Akan tetapi Anda harus memperhatikan tanaman sayuran
berdaun hijau tersebut agar tumbuhnya tidak terlalu besar, karena akan
mengganggu sirkulasi udara. Lama untuk memanen sayuran berdaun
hijau ini pun terbilang cepat, yaitu pada hari ke-26 sampai hari ke-29. Jika
lebih dari 29 hari rasa sayurannya bisa pahit.
Di samping tanaman diatas berikut ini jenis tanaman yang bisa
dibudidayakaan untuk tanaman hidroponik Beberapa tanaman yang sering
ditanam secara hidroponik, adalah sayur-sayuran seperti bak choy, brokoli,
sawi, kailan, bayam, kangkung, tomat, bawang, bahkan strawberry, dll.

11
Tanaman demikian sering menjadi pilihan utama kaum vegan/vegetarian
yang sangat memperhatikan proses suatu tanaman apakah terdapat
pembunuhan makhluk hidup, tercampur unsur kimiawi, konservasi
lingkungan dan usaha penghijauan.
D. Media Tanam dalam Sistem Hidroponik
1. Arang Sekam
Arang sekam atau sekam bakar adalah salah satu media tanam yang paling
banyak digunakan dalam menanam tanaman. Media seperti ini tidak
hanya digunakan sebagai media budidaya
tanaman hidroponik saja, namun juga digunakan
dalam berbagai macam pot. Media tanam
hidroponik menggunakan arang sekam ini
mempunyai daya ikat air yang sangat baik dan
juga memiliki aerasi yang cukup baik. Selain itu,
media ini juga sebagai media organic dan juga ramah lingkungan. pH
yang dimiliki oleh media ini cenderung netral, sehingga cukup baik untuk
pertumbuhan akar tanaman. Dalam teknik hidroponik, media ini sering
dikombinasikan dengan cocopeat.
2. Spons
Spons dapat menyerap air dengan sangat cepat, itu sebabnya akar tanaman
dapat disangga cukup baik oleh bahan ini. Penggunaan spons ini dapat
dijumpai dalam teknik ikebana atau teknik
merangkai bunga. Jika menggunakan bunga segar,
maka bagian bawah akan menggunakan spons
yang sudah menyerap air, hal ini dapat
mempertahankan kesegaran bunga untuk
beberapa waktu. Teknik ini juga dapat digunakan
dalam menanam tanaman.
3. Rockwool
Media tanam yang satu ini yang paling sering digunakan sebagai media
tanam hidroponik. Rockwool sendiri adalah
media tanam organic yang terbuat dari bahan
seperti busa. Media ini memiliki serabut halus
dengan bobot yang sa ngat ringan. Bahan ini
terbentuk dari batuan basalt yang dipanaskan

12
dalam suhu yang cukup tinggi. Setelah batuan itu meleleh akan terbentuk
serabut halus dan itulah yang digunakan sebagai rockwool. Rockwool
dibuat dalam blok-blok besar kemudian dipotong sesuai kebutuhan.
4. Coir/ Cocopeat
Cocopeat adalah media tanam yang tebuat dari serbuk sabut kelapa, itulah
sebabnya kenapa media ini disebut sebagai bahan yang ramah lingkungan.
Dengan daya serap air yang cukup tinggi dengan
rentan pH antara 5.0 6.8 membuat daya tahan
menjadi lebih baik bahkan lebih kuat. Dalam
pengguanaannya, cocopeat dicampurkan dengan
sekam bakar dan memiliki perbandingan 50:50.
Tujuannya adalah untuk menaikkan aerasi media
tanam.
5. Perlite
Perlite adalah media tanam hidroponik yang terbuat dari batuan silica.
Batuan tersebut terlebih dahulu dipanaskan dengan suhu yang cukup
tinggi. Perlite ini memiliki aerasi yng cukup baik,
memiliki pH yang netral juga memiliki bobot
yang ringan seperti busa atau Styrofoam. Daya
serap dari medi a ini sangat baik sehingga mampu
menjaga pertumbuhan akar. Dalam teknik
hidroponik media ini biasanya dicampurkan
dengan cocopeat atau vermiculite dengan teknik perbandingan tertentu.
6. Pumice
Pumice berasal dari batuan basalt yang berasal dari letusan gunung berapi.
Dapat dikombinasikan dengan sekam bakar atau
verm iculite

13
7. Vermiculite
Vermiculite adalah media tanam yang juga terbuat dari batuan yang
dipanaskan dengan suhu tinggi. Media ini cenderung memiliki daya serap
air yang cukup tinggi tetapi bobotnya lebih berat
dibandingkan dengan perlite. Media ini
dikombinasikan dengan perlite dengan
perbandingan tertentu.

8. Pasir
Media pasir yang dapat digunakan sebagai media hidroponik adalah pasir
pantai atau pasir dari pegunungan. Pembibitan dengan media ini juga
dapat dilakukan. Menggunakan media tanam
hidroponik pasir yang warna-warni dalam pot
dalam pot bunga yang transparan dapat
menambah keindahan rumah.

9. Kerikil
Media tanam hidroponik ini dapat anda gunakan untuk media dalam vas
bunga agar terlihat lebih indah. Media ini juga dapat menyerap air dan
baik untuk akar.

10.Serbuk Kayu
Media tanam serbuk kayu digunakan untuk tanaman hidroponik tertentu,
tanaman-tanaman tersebut memiliki kelembaban yang sangat tinggi
misalnya jamur. Serbuk kayu juga dapat
digunakan sebagai lapisan atas media tanam
untuk menjaga kelembaban udara dan juga
menjaga air di bagian bawah tetap baik.

14
11.Hydroton/ Expanded Clay
Hydroton ini terbuat dari bahan tanah lempung yang dibuat menjadi
bulatan-bulatan kecil kemudian dipanaskan dalam suhu yang cukup tinggi.
Ukuran hydroton sendiri bermacam-macam dari
1cm hingga 2.5cm. hydroton ini akan menyerap
air dan nutrisi lainnya yang dibutuhkan tanaman
sehingga nutrisi yang didapatkan tanaman berasal
dari media ini. Selain itu, dikarenakan bentuknya
yang bulat tidak merusak akar tanaman dan juga
dengan pH netral akan menjaga kondisi tanaman sehat.
12.Hydrogel
Hydrogel adalah gel yang dapat menyerap air dalam jumlah banyak,
bentuknya bulat dan berwarna-warni. Juga bisa
digunakan untuk tanaman yang ukurannya cukup
besar

13.Kapas
Untuk pembibitan atau semai, dapat digunakan kapas yang terlah
dibasahi. Dengan pemberian air yang cukup dan pupuk yang cukup
penyemaian akan berjalan dengan baik dan siap
untuk dipindahkan

E. Keuntungan Penanaman dengan Sistem Hidroponik


1. Tidak menggunakan tanah, cocok untuk kamu yang tidak punya lahan
atau pekarangan rumah
2. Sirkulasi air bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti akuarium
3. Pemberikan nutrisi lebih mudah dan efisien
4. Relatif tidak ada polusi nutrisi di lingkungan
5. Hasilnya lebih banyak dan maksimal
6. Panen holtikultura sayur dan buah-buahan sangat mudah, tinggal petik

15
7. Bisa dipastikan steril dan bersih
8. Tanaman bebas dari tanaman pengganggu
9. Media tanam dapat digunakan bertahun-tahun
10.Tumbuhan bisa berkembang dan tumbuh dengan cepat

16
BAB 3
3.1 Kesimpulan
1. Terdapat 8 teknik dalam sistem Hidroponik, yaitu :
a. Sistem Hidroponik Aeroponik
b. Sistem Hidroponik Nutrient Film Technique (NFT)
c. Sistem Hidroponik Drip System
d. Sistem Hidroponik Pasang-Surut (Ebb & Flow System)
e. Sistem Hidroponik Deep Flow Technique (DFT)
f. Sistem Hidroponik Sumbu (Wicks Sysem)
g. Sistem Hidroponik Rakit Apung (Water Culture System)
h. Sistem Hidroponik Fertigasi (Fertilizer and Drip Irigation System)
2. Unsur-unsur yang mempengaruhi dalam sistem Hidroponik, yaitu :
1. Unsur Hara
2. Media Tanam
3. Air (H2O)
4. Oksigen (O2)
3. Tanaman yang cocok dijadikan tanaman Hidroponik ada dua, yaitu :
1. Selada
2. Sayuran berdaun hijau dan tanaman kecil lainnya
4. Media tanam dalam sistem Hidroponik ada 13, yaitu :
1. Arang Sekam
2. Spons
3. Rockwool
4. Coir/ Cocopeat
5. Perlite
6. Pumice
7. Vermiculite
8. Pasir
9. Kerikil
10.Serbuk Kayu
11.Hydroton/ Expanded Clay
12.Hydrogel
13.Kapas

17
3.2 Saran
Jika ingin bercocok tanam dengan menggukan teknik Hidroponik, yang harus
diperhatikan adalah teknik hidroponik yang tepat yang akan digunakan, media
tanam yang tepat, jenis tanaman yang tepat, dan selalu perhatikan unsur-unsur
penting dalam hidroponik
3.3 Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Hidroponik
http://belajarberkebun.com/pengertian-tanaman-hidroponik.html
http://www.faunadanflora.com/teknik-penanaman-secara-hidroponik-
dengan-penjelasan-lengkap/
http://www.tipsberkebun.com/sistem-kerja-bercocok-tanam-
hidroponik.html
http://berkahkhair.com/sistem-hidroponik/
https://www.daquagrotechno.org/unsur-penting-dalam-hidroponik/
http://www.tipsberkebun.com/jenis-tanaman-hidroponik.html

18

Anda mungkin juga menyukai