Anda di halaman 1dari 3

Jamu merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada minuman obat tradisional asal

Indonesia (Gunawan & Mustofa, 2017). Istilah jamu berasal dari Bahasa Jawa kuno "djampi"
yng memiliki arti "metode penyembuhan dengan menggunakan ramuan herbal" (Yulagustinus &
Tridjaja, 2017). Namun, saat ini, istilah tersebut sudah biasa digunakan sebagai Bahasa Indonesia
dengan makna yang masih serupa (Riswan & Sangat-Roemantyo, 2002). Ramuan herbal ini
sering dikonsumsi dengan tujuan untuk menyembuhkan berbagai gangguan kesehatan,
kebugaran tubuh, perlindungan terhadap penyakit, obat penguat, peningkat nafsu makan, hingga
untuk kelangsingan wanita (Natadjaja, Tripoli, & Wahyono, 2014; Riswan & SangatRoemantyo,
2002).

TEMULAWAK

Salah satu komoditas rimpang yang banyak digunakan sebagai pengobatan adalah temulawak
(Curcuma xanthorriza Roxb). Berdasarkan beberapa penelitian, temulawak telah terbukti
berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit. Misalnya, dapat digunakan untuk
menurunkan kadar kolesterol. Selain itu temulawak dapat memperbaiki fungsi pencernaan,
memelihara fungsi hati, pereda nyeri sendi dan tulang, menurunkan lemak darah, dan
menghambat penggumpalan darah (InfoPOM 2005). Pemanfaatannya biasanya dengan
meminum air rebusan temulawak.

KUNYIT

Minuman kunyit asam dapat dikategorikan sebagai jamu atau minuman herbal yang memiliki
manfaat kesehatan. Antioksidan yang terkandung dalam minuman kunyit asam diketahui
dapat membantu system kekebalan tubuh untuk meningkatkan imunitas dari bakteri dan virus
berbahaya. Menurut Hartati (2013) kunyit memiliki kandungan curcumin dan minyak atsiri
yang berperan sebagai antioksidan, antitumor, dan antikanker. Kunyit juga bisa menyembuhkan
berbagai macam penyakit diantaranya adalah demam, diare, dan sariawan.
Beras Kencur
Manfaat Kencur :

 Berperan sebagai antioksidan, sitotoksik, dan antineoplastik

Kencur memiliki kandungan antioksidan dari senyawa fenolik, yang dapat menurunkan radikal
bebas dan mengurangi stress oksidatif. Selain itu, kencur juga dapat berperan sebagai zat
sitotoksik dan antineoplastik. Kedua zat tersebut dapat mencegah dan menghambat pertumbuhan
dan penyebaran sel kanker.
 Anti diabetes

Kandungan flavonoid pada kencur merupakan agen imunomodulatif yang dapat meningkatkan
sistem pertahanan tubuh dan merupakan anti-oksidan yang dapat memperbaiki kerusakan sel
pankreas sebagai sel penghasil insulin. Dengan diperbaikinya sel pankreas, maka akan terjadi
penurunan kadar glukosa darah. Kencur dapat berperan sebagai antidiabetes, karena dapat
menurunkan kadar glukosa darah, mengontrol berat badan, serta memperbaiki fungsi sel
pankreas.

 Antimikroba

Kandungan etanol yang terdapat pada ekstrak kencur dapat mencegah karies gigi, karena kencur
dapat menghambat pertumbuhan Lactobacillus acidophilus, yaitu bakteri yang menyebabkan
karies gigi.

 Analgesik dan Anti-inflamasi

Kandungan etil-p-metoksisinamat yang terdapat pada rizoma kencur dapat berfungsi sebagai
agen anti-inflamasi dan memiliki efek protektif terhadap kerusakan oksidatif yang terjadi akibat
radikal bebas. Ekstrak dari kencur juga berfungsi sebagai zat analgesik. Zat analgesik merupakan
zat yang memiliki kemampuan untuk mengurangi rasa sakit dan nyeri. Berdasarkan penilitian
ekstrak kencur dilaporkan memiliki efektifitas yang sama dengan meloxicam yang digunakan
untuk menangani osteoatritis, sehingga ekstrak kencur dapat diberikan sebagai terapi alternatif
pada kasus osteoatritis.

 Efek penyembuhan luka

Ekstrak alkohol pada kencur secara signifikan mempu meningkatkan proses penyembuhan luka
dan mempercepat penutupan luka.

 Selain manfaat diatas, kencur juga bermanfaat untuk meredakan gejala diare,
sebagai obat batuk dan influenza, meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah
dan menghilangkan masuk angin hal ini dikarenakan didalam kencur terdapat
beberapa senyawa seperti minyak atsiri, saponin, flavonoid, polifenol
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, R., & Mustofa, K. (2017). Finding knowledge from Indonesian traditional medicine
using semantic web rule language. International Journal of Electrical and Computer
Engineering (IJECE), 7(6), 3674–3682. https://doi.org/10.11591/ijece.v7i6. pp3674-3682
Hartati SY, Balittro. 2013. Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional Dan Manfaat Lainnya.
WPPTI. 19(2):6-9
InfoPOM. 2005. Gerakan Nasional Minum Temulawak. Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia. 6(6): 112. November. 2005.
Natadjaja, L., Tripoli, F., & Wahyono, B. (2014). The ideal female body on the packaging design
of traditional medicine (jamu). Journal of Arts and Humanities (JAH), 3(4), 51– 59.
Riswan, S., & Sangat-Roemantyo, H. (2002). Jamu as traditional medicine in Java, Indonesia.
South Pacific Study, 23(1), 1–10. Retrieved from
http://cpi.kagoshimau.ac.jp/publications/southpacificst udies/sps/sps23-
1/SouthPacificStudies23(1)pp1- 10.pdf
Yulagustinus, & Tridjaja, N. O. (2017). Jamu—A healthy drink of Indonesia. Journal of Food
Science and Engineering, 7, 221–226. https://doi.org/10.17265/2159- 5828/2017.04.007

Anda mungkin juga menyukai