BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Irigasi bertujuan agar pemberian air dari sumber air seperti sungai, waduk,
danau, atau air tanah yang disalurkan melalui saluran-saluran, bangunanbangunan ketempat yang diperlukan, kemudian air yang tidak terpakai lagi
disalurkan lagi melalui saluran pembuang ke saluran-saluran alami atau
sungai.
Suatu sistem irigasi dikerjakan karena adanya permintaan dari
masyarakat petani, kemudian dilakukan Studi Kelayakan oleh Ahli Pertanian
(Ahli Tanah, Pertanian Tanaman Pangan), Sosial Ekonomi, Sipil (Ahli
Hidrologi, Ahli Irigasi), Geodesi, Geologist, dan Ahli Lingkungan.
Oleh karena itu ilmu irigasi sangat penting untuk membuat petani atau
rakyat sekitarnya dapat memanfaatkan sumber air yang ada, sehingga petani
dapat meningkatkan kesejahteraannya.
Setelah mendapat hasil dari Studi Kelayakan, maka akan dilakukan
sosialisasi dengan masyarakat setempat, para sesepuh, adat, LSM, Bupati dan
Anggota DPRD (apabila diperlukan).
Dari sini menuntut perencana, terutama Civil Enggenering harus dapat
merencana irigasi khususnya jaringan irigasi dengan baik dan efesien, sehingga
menguntungkan semua pihak. Untuk mencapai hal tersebut maka para calon
perencana mulai sejak dini (mahasiswa) harus mengetahui ilmunya, dan untuk
aplikasinya maka mahasiswa diberikan tugas struktur perencanaan peta-petak
daerah irigasi.
Berikut merupakan tahapan-tahapan pada pembangunan sistem jaringan
irigasi. Dan pada laporan ini akan dibahas mengenai tahapan-tahapan
perencanaannya.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi
kebutuhan Pertanian dan disamping itu air irigasi bisa juga digunakan untuk
keperluan lain seperti untuk air baku, penyediaan air minum, Pembangkit
Orang
Amerika Asli pada waktu yang sama mempunyai lebih dari 101,000 hektar
( 250,000 akre) lahan yang diairi di Salt River Lembah Arizona
Di antara alat untuk pengangkatan air dari sungai ketempat yang tinggi
adalah bangsa Mesir Shadoof, yang mana suatu keranjang ditempatkan pada
ujung sebatang kayu suatu kutub counterweighted. Sedangkan kincir air
digunakan
oleh bangsa Persia dan India sejak saat ini, juga termasuk
Indonesia.
Suatu metoda yang jauh lebih maju adalah pembuatan bendung, di mana
tinggi air dapat diatur sesuai kebutuhan dengan mengatur/mendesain tinggi
bendung. Air bisa diangkat untuk suatu tingkatan diinginkan. Air kemudian
mengalir dengan gaya berat melalui/sampai saluran atau areal yang lebih
Aspek Engineering
a. Penyimpanan, penyimpangan, pengangkutan.
b. Membawa air ke ladang/sawah pertanian.
c. Pemakaian air untuk persawahan.
d. Mengeringkan air yang berlebihan.
e. Pembangkit tenaga air.
Aspek Agrikultural
a. Kedalaman air yang diperlukan untuk berbagai tanaman.
b. Distribusi air secara seragam dan berkala.
c. Reklamasi tanah tandus dan tanah alkaline.
penyadap bebas.
Pembuatan Saluran Primer (Induk) termasuk bangunan
bangunan didalamnya seperti; Bangunan Bagi, Bangunan Bagi
Sadap dan Bangunan Sadap. Bangunan ini dikelompokkan
sebagai Bangunan air pengatur, di samping itu ada kelompok
Bangunan air pelengkap diantaranya Bangunan Terjun, Got
Macam-macam irigasi
a. Irigasi Langsung
Irigasi yang langsung diberikan airnya melalui bangunan
penangkap air seperti bendung, free intake atau sistem pompa.
ZIG-ZAG METHOD
Metode Alur atau Furrow method
Digunakan untuk tanaman tebu, kentang, tembakau, kapas,
kacang tanah, dan lain sebagainya, nama lain untuk metode ini
adalah brujulan atau reynoso. Di samping metode ini ada metode
lain seperti metode gelombang, dan pertanian bertingkat atau
contour farming.
Furrow method, adalah suatu model pemberian air dengan cara
menekan air ke dalam tanah; Metode ini banyak dipakai untuk
tanaman jagung, tembakau, kacang tanah, ubi-ubian/kentang, tebu,
dan kapas.
Pada umumnya irigasi lain hampir semua lahan di basahi
dengan air (terendam), namun di dalam metode ini hanya 20% saja
yang direndami (basah), jadi evaporasi yang hilang sangat banyak
direduksi. Metode furrow ini bervariasi dari 3,00m panjangnya
untuk kebun sampai 500 meter untuk keperluan tanaman pangan,
tetapi umumnya sekitar 100 sampai 200 meter. Sedangkan
kemiringannya antara 0 5%.
10
sprinkler).
Jenis-jenis sistem semprotan: instalasi semi permanen, sistem
portable. Pipa cabang yang dapat berpindah, terdiri dari : Semprotan
sistem gravitasi & Sistem tetesan.
11
Sprinkl
er
Irrigati
on
Semprotan
dengan
sudut kecil
Tipe
Semprota
n Berputar
12
13
jaringan irigasi.
Jaringan Irigasi adalah dimulai dari Bendung, jaringan saluran
pembawa, jaringan saluran pembuang, bangunan pengatur air dan
bangunan pelengkapnya menjadi satu kesatuan di dalam melayani
dan Industri.
Embung/Waduk Lapangan adalah tempat/wadah penampungan air
irigasi pada waktu terjadi surplus air disungai atau air hujan.
14
(Primer).
Bangunan Bagi adalah bangunan yang fungsinya membagikan air
baik dari saluran Primer (Induk) kesaluran Sekunder, atau dari
sipon
harus
mempertimbangkan
kecepatan
aliran,
keluar.
Bangunan Gorong Gorong, adalah bangunan yang dipakai untuk
membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang) melewati jalan
air lainnya (biasanya saluran), bawah jalan atau kereta api. Bangunan
15
b.
Petak Sekunder, yaitu suatu petak yang terdiri dari kumpulan dari
beberapa petak tersier yang dapat air irigasi dari satu saluran sekunder. Setiap
petak sekunder harus mendapatkan air hanya dari satu bangunan bagi yang
16
d.
yang bersangkuran,
sedangkan bagian bawahnya dibagi dua pula, yaitu sebelah kiri untuk luas
areal sawah yang diairi (ha) dan sebelah kanannya untuk menunjukkan
besarnya debit yang diperlukan (l/det). Sebagai contoh dapat dilihat pada
Gambar 2.1 berikut:
MKn2Kr
36.8 ha
17
0.06 m3/det
= nomor bangunan
0,06
Pada umumnya terase saluran induk mengikuti garis tinggi, dan terase
saluran sekunder mengikuti punggung (perhatikan saluran induk
2.12
2.13
bangunan.
2.14 Skema Bangunan Irigasi
Skema bangunan merupakan skema yang memuat bangunan utama
maupun bangunan pelengkap. Penggambaran skema irigasi
bangunan
dalam
pembuatannya
harus
berdasarkan
dan skema
pada
Kriteria
19
2.15
kemiringan dasar, dan tebing saluran yang ada dip[eertahankan. Perubahan yang
masih memungkinkan dirubah, terbatas pada tinggi muka air dan tinggi jagaan.
Langkah-langkah perencanaannya dihitung dengan menggunakan rumus stickler :
V = k. R2/3. I1/2
Q = A. V
Luas penampanguntuk saluran berbentuk trapesium :
A = h2 (n+m) = h (b + mh)
P = h (n +2(1 +m2)) = b + 2h (1 + m2)
R = A/P
Langkah perhitungan selanjutnya :
a.
b.
c.
d.
e.
Bandingkan h1 dan h0
Jika h1 h0 0,005 maka h1 = h memenuhi syarat
Jika h1 h0 0,005 maka h1 tidak memenuhi syarat, ambil h1 yang baru,
hitung lagi seperti prosedur semula sampai didapat h1 h0 0,005
f. Masukan harga b, h, k, m, n kedalam rumus stickler, maka akan ketemu V
dan I
20
Jenis Pasangan
Kecepatan (V)
Pasangan batu
2 m/det
Pasangan beton
3 m/det
Pasangan tanah
21
Kemiringan talud
V (m/dt)
0,25 - 0,30
(m)
1:1
0,15 - 0,30
0,30 - 0,35
1:1
0,30 - 0,40
1,5
0,35 - 0,40
1:1
0,40 - 0,50
1,5
0,40 - 0,45
1:1
0,50 - 0,75
0,45 - 0,50
1:1
0,75 - 1,15
0,50 - 0,55
1:1
1,50 - 3,00
2,5
0,55 - 0,60
1:1
3,00 - 4,50
0,60 - 0,65
1:1
4,50 - 6,00
3,5
0,65 - 0,70
1:1
6,00 - 7,50
0,70
1:1
7,50 - 9,00
4,5
0,70
1:1
b/h
0,00 - 0,15
F (m)
0,30
0,30 0,50
0,40
0,50 1,50
0,50
1,50 15,0
0,60
W (m)
2,00
Sekunder
1,50
Tersier
0,50
22
b.
V = K. R2/3 I1/2
Dimana :
Q = debit saluran (m3/ dt)
F = Luas penampang basah saluran (m2)
V = Kecepatan aliran air (m/ dt)
O = keliling basah saluran (m)
R = jari-jari hidraulis (m)
K = koefisien kekasaran Strickler
Untuk debit tertentu nilai K dapat dilihat pada tebel koefisien strickler
Tabel 4.4 Koefisien Kekasaran Strickler
Saluran
Saluran induk dan sekunder Q> 10 m3/ dt
K
50
47, 50
45
Saluran muka
40, 50
Saluran tersier
40
g.
h.
i.
Bandingkan h1 dan h0
Jika h1 h0 0,005 maka h1 = h memenuhi syarat
Jika h1 h0 0,005 maka h1 tidak memenuhi syarat, ambil h1 yang baru,
hitung lagi seperti prosedur semula sampai didapat h1 h0 0,005
j. Masukan harga b, h, k, m, n kedalam rumus stickler, maka akan ketemu V
dan I
23
24
h100 = kedalaman air rencana di saluran primer atau sekunder pada bangunan
sadap
2.16
25
h100 = kedalaman air rencana di saluran primer atau sekunder pada bangunan
sadap
2.17
27
data sebagai
Sifat-sifat tanah pun ikut menetukan apakah standar yang diberikan untuk
dimensi saluran pada tabel 4.1 masih dapat dipakai. Mungkin diperlukan
perubahan-perubahan jika :
a. Kemiringan talut disesuaikan demi stabilitas talut tersebut (m lebih besar)
atau bila saluran terletak pada formasi (m lebih kecil)
b. Jika terdapat kehilangan air akibat perkolasi atau erosi maka diperlukan
pasangan (k lebih besar)
c. Aspek ekonomi atau tanah yang tersedia memerlukan penyesuaian
perbandingan antara lebar dasar dan kedalaman air (misalnya saluran itu
melewati daerah pedesaan)
28
BAB III
RENCANA SISTEM JARINGAN IRIGASI
BENDUNG KALIWURI
3.1. Perencanaan Peta Petak Irigasi
Tentukan tempat untuk bangunan Bagi atau Sadap di saluran Induk tadi (cari
lokasi sehingga bangunan itu dapat membagikan airnya ke sekitarnya).
Berikan nama bangunan itu sesuai dengan urutan bangunan sejak bangunan
pertama. Contoh : BK1, BK2, BK3 dan BK4 dan seterusnya.
29
Tarik saluran sekunder melalui punggung atau tegak lurus kontur, namakan
saluran sesuai dengan nama kampung yang dilewati atau yang dekat dengan
saluran sekuder tersebut, contoh kampung yang dekat/dipotong saluran
adalah kampung/desa Kaliwuri, maka nama saluran itu adalah Saluran
Sekunder Kaliwuri.
Bangunan bagi/sadap yang ada di saluran sekunder Kaliwuri ini diberi nama
Bangunan Kaliwuri, disingkat BN (idealnya disingkat BB, namun karena
ada kampung lain yang huruf awalnya menggunakan huruf B, contoh :
Babakan). Pada bangunan kesatu diberi nama BN1, begitu juga pada
bangunan selanjutnya yang masih berada di saluran sekunder tersebut seperti
: BN2, BN3, dst.
30
N
o
1
2
3
4
5
6
7
Petak
BK1 KN
1
BK1 KN
2
BK2 KN
1
BK2 KN
2
BKb1
KN
BKb1
KR
BKb2
SALURAN TERSIER
Luas Peta
Luas Asli
Luas Asli (ha)
(cm2)
(m2)
LP x
(LP x 40000) /
1:20000
40000
10000
Kontr
ol
15.94
637600
63.76
OK
14.6
584000
58.4
OK
14.74
589600
58.96
OK
14.61
584400
58.44
OK
14
560000
56
OK
24.23
15.78
969200
631200
96.92
63.12
OK
OK
31
8
9
10
KN
BKb2
KR
BKb3
KN
BKb3
KR
15.27
610800
61.08
OK
13.59
543600
54.36
OK
13.41
536400
53.64
OK
Lampiran.
Saluran Sekunder
Saluran Primer
Perhitungan :
Data : NFR = 1,25 lt/ha/dt
32
Perhitungan :
Pada Saluran Sekunder BK KN 1 SS Kaliwuri Rs 1
Data :
Lampiran 6) diperoleh :
n=1
m=1
k = 35 m1/3/det
Direncanakan V0 = 0,35 m/det2
Penyelesaian :
Q
= Vo . F atau F = Q/Vo
Fo
= 0,110/0,35
= 0,316 m2
=
=
F
(m+ n)
0,316
(1+ 1)
= 0,398 m
b
=h
= 0,398 m
Maka didapat :
F = (b + m.h) . h
= (0,398 + 1.0,398) . 0,398
= 0,556 m2
V = Q/F
= 0,110 /0,556
= 0,35 m/det2
33
Lampiran 6) diperoleh :
n = 1,0
m = 1,0
k = 35 m1/3/det
I = 0,00069
Direncanakan h0 = 0,706 m maka b0 = 0,706 m
Penyelesaian :
Kecepatan yang sesuai dihitung :
= 0,362 m/det
34
35
I : 0,00124
h = 0,709
Perhitungan :
Jadi pada Saluran Induk BK1 didapat muka air DWL = 37,93 dan
UWL= 38,78
Nilai muka air pada saluran yang lain disajikan di pada Tabel Dimensi
dan Rencana Muka Air pada Bab Lampiran.
3.6. Penggambaran Profil Memanjang dan Melintang
Sebelum memulai penggambaran profil memanjang maupun profil
melintang setidaknya harus dipersiapkan terlebih dahulu data-data yang
diperlukan. Penyelesaian potongan memanjang membutuhkan data sebagai
berikut :
g. Muka air yang tepat dibutuhkan pada bangunan sadap.
h. Panjang ruas yang tepat
i. Kemiringan saluran yang tepat untuk setiap ruas saluran
j. Potongan melintang yang tepat
k. Lokasi ruas-ruas saluran yang harus diberi pasangan
Sebelum potongan melintang saluran ditetapkan, karakteristik tanah atau
batuan dimana saluran akan dibuat harus diselisdiki guna mengetahui :
d. Stabilitas talut (galian dan timbunan)
e. Penurunan tanggul timbunan
f. Kehilangan air akibat perkolasi dan Erosi
36
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Proyek perencanaan irigasi ini terletak pada daerah Kaliwuri. Sungai yang
dijadikan sumber pengambilan air merupakan Sungai Kaliwuri.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
LAMPIRAN
39
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Petak
BK1 KN
1
BK1 KN
2
BK2 KN
1
BK2 KN
2
BKb1
KN
BKb1
KR
BKb2
KN
BKb2
KR
BKb3
KN
BKb3
KR
SALURAN TERSIER
Luas Peta
Luas Asli
Luas Asli (ha)
(cm2)
(m2)
LP x
(LP x 40000) /
1:20000
40000
10000
15.94
637600
63.76
OK
14.6
584000
58.4
OK
14.74
589600
58.96
OK
14.61
584400
58.44
OK
14
560000
56
OK
24.23
969200
96.92
OK
15.78
631200
63.12
OK
15.27
610800
61.08
OK
13.59
543600
54.36
OK
13.41
536400
53.64
OK
N
o
Pet
ak
1
2
BK1
BK2
Kontr
ol
SALURAN PRIMER
Luas Peta
Luas Asli
(cm2)
(m2)
LP x
1:20000
40000
30.54
1221600
29.35
1174000
40
N
o
1
2
3
4
5
Pet
ak
SALURAN SEKUNDER
Luas Peta
Luas Asli
Luas Asli (ha)
(cm2)
(m2)
LP x
(LP x 40000) /
1:20000
40000
10000
BKa
1
BKb
1
BKb
2
BKb
3
BKb
4
21.92
876800
87.68
38.23
1529200
152.92
31.05
1242000
124.2
27
1080000
108
9.91
396400
39.64
Panjang saluran
N
O
1
2
3
4
5
6
7
PETAK
SALURAN
BK1
BK2
BKa1
BKb1
BKb2
BKb3
BKb4
PANJANG SALURAN
PANJANG
PANJANG
(CAD)
(KM)
6.152
1.2304
6.5
1.3
5.48
1.096
4.34
0.868
3.78
0.756
-
41
Kont
rol
OK
OK
OK
OK
OK
-
42