Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN EVALUASI

REKAYASA LALU LINTAS PADA KONDISI JALAN


JL Raya Langsep, Pisang Candi. Kecamatan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur

Dosen Pengampu :
Anang Bakhtiar, S.T., M.T.

Disusun Oleh :
Abdul Nur A’in 21801051003
Muhammad Rezza 21801051016
Miftahul Jannah 21801051025
Irfan Nugraha Halim 21801051034
Mohammad Sofian 21801051035

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM MALANG

i
2020
KATA PENGANTAR

Pertama, puji syukur yang kami ucapkan kepada Allah SWT, yang selalu
memberikan kesehatan serta kesempatan untuk berusaha dan berkarya, sehingga dapat
menyelesaikan laporan ini dengan semestinya dan merupakan salah satu anugerah-Nya.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari tanpa bantuan dari semua pihak
dan sahabat kami tidak akan pernah bisa menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga atas
segala bantuan, penyemangatnya serta bimbingannya kepada yang terhormat Bapak
Anang Bakhtiar, S.T., M.T selaku dosen pembimbing mata kuliah Rekayasa Lalu
Lintas.
Sebagai penulis, kami juga menyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangannya, tetapi pada dasarnya kami selalu berusaha untuk melengkapi
kekurangan yang ada pada tugas ini hingga mendekati sempurna. Untuk itu keritik dan
saran sangat kami harapkan demi kemajuan kita bersama.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya.

Malang, 11 November 2020

Penyusun

ii
iii
DAFTAR ISI

Cover Depan ................................................................................................... i


Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Lembar Asistensi ........................................................................................... iii
Daftar Isi ......................................................................................................... iv-v

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 6
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
1.3. Tujuab ............................................................................................. 6-7
1.4. Maanfaat Penelitian.......................................................................... 7-8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Karakteristik Jalan ...........................................................................9-10
2.2. Tipe Jalan.........................................................................................10-12
2.3. Kinerja Ruas Jalan............................................................................ 12
2.4. Arus Lalu Lintas...............................................................................12-13
2.5. Volume Lalu Lintas .........................................................................13-14
2.6. Kapasitas.......................................................................................... 14
2.7. Derajat Kejenuhan............................................................................15-17
2.8. Kecepatan......................................................................................... 17
2.9. Perhitungan Lalu Lintas................................................................... 17
2.10. Spot Speed .......................................................................................17-18
2.11. Kerapatan / Density ......................................................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Latar Belakang Survei
3.1.1 Pemilihan Lokasi ..................................................................... 19
3.1.2 Kondisi Eksisting Lokasi.......................................................... 19-20
3.1.3 Kecepatan Kendaraan Rata-Rata ............................................. 20
3.2 Jadwal Waktu Pelaksanaan................................................................. 21

iv
3.3 Metode Pencarian Data
3.1.2.3.1................................................................................................Tenaga
Pelaksana.................................................................................. 21
3.1.2.3.2................................................................................................Peralatan
.................................................................................................. 21
3.2.4. Langkah-Langkah Pengamatan dan Pencarian Data........................ 21
3.1.5. Hasil Survey dan Analisis Data........................................................22-28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Data Pengamatan ............................................................................. 29
4.2. Data Lalu Lintas .............................................................................. 29
4.3. Ekuivalen Data Penumpang ............................................................ 29
4.4. Satuan Mobil Penumpang ...............................................................29-32
4.5. Solusi dan Penanganan..................................................................... 32

BAB IV PENUTUP
3.2. Kesimpulan ..................................................................................... 33
3.3. Saran ................................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 34


LAMPIRAN ...................................................................................................35-36

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Jalan raya ialah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan
dengan kawasan yang lain. Biasanya jalan besar ini mempunyai ciri-cirinya
seperti,digunakan untuk kendaraan bermotor, digunakan oleh masyarakat
umum, dibiayai oleh perusahaan negara, dan penggunaannya diatur oleh
undang-undang pengangkutan.. Dan juga kadang jalan raya mengalami hal-
hal yang tidak terduga seperti jalan rusak,tekanan dan yang paling sering
kemacetan. Contohnya lintasan-lintasan di daerah perkebunan. Di Malaysia
jalan raya yang sah haruslah diumumkan oleh pihak berkuasa.
Untuk mengatasi kemacetan dan masalah lalu lintas tersebut
diperlukan suatu sistem penentuan fase dan pengaturan lalu lintas yang baik
dan berpengaruh pada kelancaran, kenyamanan, dan keselamatan bagi
kendaraan yang melewati jalan tersebut. Sistem penentuan fase dan
pengaturan lalu lintas biasanya lebih ditekankan pada lokasi-lokasi dimana
terjadi pertemuan jalan atau persimpangan jalan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana kepadatan dan kecepatan rata rata kendaraan pada jam
puncak ?
2. Bagaimana nilai dari V/C ratio dan Derajat Kejenuhan ?
3. Bagaimana level of service tersebut?
4. Bagaimana permasalahan yang terjadi pada jalan tersebut ?
5. Bagaimana cara menangani permasalahan rekayasa lalu lintas tersebut?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui kepadatan dan kecepatan rata rata kendaraan pada jam
puncak.
2. Mengetahui nilai dari V/C ratio dan Derajat Kejenuhan.
3. Mengetahui level of service tersebut.

6
4. Mengetahui permasalahan yang terjadi pada jalan tersebut.
5. Mengetahui cara menangani permasalahan rekayasa lalu lintas tersebut?

1.4. Maanfaat Penelitian


Manfaat Penelitian pada survey lalu lintas harian rata-rata, yaitu :
1. Sebagai dasar Perencanaan Lalu Lintas pada jalan Raya Langsep dengan
memperhatikan LHR, VHR, Kapasistas Jalab, Derajat Kejenuhan dan
Level of Service
2. Sebagai dasar untuk menentukan Manajemen Lalu Lintas dengan
mempertimbangkan bagaimana kinerja jalan Raya Langsep dan
menemukan alternative permasalahan tersebut

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang Lingkup Penelitian dalam Tugas Akhir adalah:
1. Penelitian ini dilakukan terhadap Jalan Raya Langsep, Kecamatan Sukun,
Kota Malang tepatnya di arah selatan menuju utara yaitu jalan
galunggung
2. Metode yang digunakan adalah metode Manual Kapasitas Jalan
Indonesia
3. Jenis kendaraan yang dihitung adalah kendaraan tak bermotor (UM),
sepeda motor (LV), kendaraan ringan (MV) yaitu pribadi dan angkot,
kendaraan berat(HV)

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Sistematika penulisan Tugas Akhir ini diuraikan dalam 5 (lima) pokok


bahasan sebagai berikut:
- Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang (identifikasi masalah dari hasil
survey lokasi), Rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, ruang
lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.
- Bab II Tinjauan Pustaka, berisi Studi Literatur yaitu menguraikan teori
mengenai jalan dan perlintasan sebidang, kinerja lalu lintas, volume lalu

7
lintas, kapasitas jalan, kecepatan, panjang antrian, dan waktu perjalanan,
teori perhitungan dengan MKJI, serta teori-teori pendukung yang
berkaitan dengan masalah yangditinjau.
- Bab III Metodologi Penelitian, membahas diagram alir penelitian, lokasi
penelitian, dan pengumpulan data dari perhitungan yang dibutuhkan
- Bab IV Pembahasan, berisi analisis data berupa penyajian data,
perhitungan kinerja lalu lintas jalan yang ditinjau dengan menggunakan
metode MKJI, berkaitan dengan kapasitas jalan (DS), kecepatan, volume,
kecepatan rata-rata, kapasitas jalan, derajat kejenuhan dan diakhiri
dengan level of service(LOS).
- Bab V Kesimpulan dan Saran, berisi simpulan hasil analisis data serta
saran yang diusulkan setelah dilakukan analisis dan pembahasa

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Jalan

Jalan merupakan prasarana darat yang berfungsi untuk memenuhi


kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut keputusan Direktur
Jendral Perhubungan Darat Nomor: SK.43/AJ/007/DRJD/97, jalan adalah sesuatu
yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Menurut peranan pelayanan jasa
distribusi, sistem jaringan jalan sebagaimana diatur dalam UU. No.38 tahun 2004
pasal 7 tentang jalan, jalan terdiri dari :
1. Sistem Jaringan Jalan Primer, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional
dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud pusat kegiatan.
Berdasarkan fungsi/peranannya sistem jaringan jalan primer dapat dikelompokan
sebagai berikut :
a. Jalan arteri primer, yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu
yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan kota jenjang kedua.
b. Jalan kolektor primer, yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang
kedua dengan kota jenjang ketiga.
c. Jalan lokal primer, yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan persil atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan persil atau
kota di bawah jenjang ketiga dengan persil.
2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
Berdasarkan fungsi/peranannya sistem jaringan jalan sekunder dapat
dikelompokan sebagai berikut :
a. Jalan arteri sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan kawasan primer
dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kedua.

9
b. Jalan kolektor sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
c. Jalan lokal sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan perumahan,kawasan sekunder kedua dengan perumahan,
kawasan sekunder ketiga dengan perumahan dan seterusnya.

2.2 Tipe Jalan

Di dalam MKJI 1997 tentang jalan luar kota, menyebutkan tipe jalan
ditentukan sebagai jumlah lajur dan arah pada suatu ruas jalan dimana masing-
masing memiliki karakteristik geometrik jalan yang digunakan untuk menentukan
kecepatan arus bebas dan kapasitas jalan sebagai berikut:
3. Jalan dua lajur dua arah tak terbagi (2/2UD)
Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua arah dengan lebar jalur sampai
dengan 11 meter. Untuk jalan dua arah yang lebih lebar dari 11 meter, cara 21
beroperasi jalan sesungguhnya selama kondisi arus tinggi harus diperhatikan
sebagai dasar dalam pemilihan prosedur perhitungan untuk jalan dua lajur atau
empat lajur tak terbagi. Keadaan dasar dari tipe ini yang digunakan untuk
menentukan kecepatan arus bebas dan kapasitas dicatat sebagai berikut :
a. Lebar jalur lalu lintas efektif 7 meter.
b. Lebar bahu efektif 1,5 meter pada masing-masing sisi (bahu tak
diperkeras, tidak sesuai untuk lintasan kendaraan bermotor).
c. Tidak ada median.
d. Pemisahan arah lalu lintas 50 – 50.
e. Tipe alinyemen : Datar.
f. Guna lahan : Tidak ada pengembangan samping jalan.
g. Kelas hambatan samping : Rendah (L).
h. Kelas fungsional jalan : Jalan arteri.
i. Kelas jarak pandang : A.

10
4. Jalan empat lajur dua arah tak terbagi (4/2 UD)
Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua arah tak terbagi dengan marka lajur
untuk empat lajur dan lebar total jalur lalu lintas tak terbagi antara 12 dan 15
meter.
Jalan standar dari tipe inii didefinisikan sebagai berikut :
a. Lebar jalur lalu lintas 14 meter.
b. Lebar efektif bahu 1,5 meter pada masing-masing sisi (bahu tak di
perkeras, tidak sesuai untuk lintasan kendaraan bermotor).
c. Tidak ada median.
d. Pemisahan arah lalu lintas 50 – 50.
e. Tipe alinyemen : Datar.
f. Guna lahan : Tidak ada pengembangan samping jalan.
g. Kelas hambatan samping : Rendah (L).
h. Kelas fungsional jalan : Jalan arteri.
i. Kelas jarak pandang : A.
5. Jalan empat lajur dua arah terbagi (4/2 D)
Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua arah dengan dua jalur lalu lintas
yang dipisahkan oleh median. Setiap jalur lalu lintas mempunyai dua lajur
bermarka dengan lebar antara 3,0 – 3,75 meter.
Jalan standar dari tipe ini didefinisikan sebagai berikut :
a. Lebar jalur lalu lintas 2 x 7,0 meter (tak termasuk median)
b. Lebar efektif bahu 2,0 meter diukur sebagai lebar bahu dalam + bahu luar
untuk setiap jalur lalu lintas (bahu tak diperkeras, tidak sesuai untuk
lintasan lalu lintas).
c. Median.
d. Tipe alinyemen : Datar.
e. Guna lahan : Tidak ada pengembangan samping jalan.
f. Kelas hambatan samping : Rendah (L).
g. Kelas fungsional jalan : Jalan arteri.
h. Kelas jarak pandang : A.

11
6. Jalan enam lajur dua arah terbagi (6/2 D)
Jalan enam lajur dua arah dengan karakteristik umum sama
sebagaimana diuraikan untuk 4/2 D diatas.

2.3 Kinerja Ruas Jalan

Kinerja Ruas Jalan merupakan ukuran kondisi lalu lintas pada suatu ruas
jalan yang biasa digunakan sebagai dasar untuk menentukan apakah suatu ruas
jalan sudah bermasalah atau belum bermasalah (Departemen Permukiman dan
Pengembangan Wilayah Propinsi Lampung). Menurut MKJI (1997), ukuran
kinerja ruas jalan ditunjukan oleh nilai derajat kejenuhan (DS – Degree of
Saturation) dan kecepatan. Derajat kejenuhan merupakan nilai perbandingan
antara volume lalu lintas dan kapasitas jalan, dimana:
7. Jika nilai derajat kejenuhan ≥ 0.8 menunjukkan kondisi lalu lintas padat.
8. Jika nilai derajat kejenuhan < 0.8 menunjukkan kondisi lalu lintas normal
(MKJI, 1997 Hal 23).
Kondisi tingkat pelayanan ruas jalan yang ditinjau dapat diketahui dari
perbandingan antara volume kendaraan (V) yang lewat dengan kapasitas (C) ruas
jalan. Dari hasil hitungan kapasitas, dapat diidentifikasi derajat kejenuhan (DS =
degree of saturation) yang terjadi, yaitu perbandingan antara volume arus lalu
lintas kendaraan yang lewat dengan kapasitas ruas jalan. Derajat kejenuhan
merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kinerja ruas jalan, dengan
rumus sebagai berikut:
DS = V/C
Dengan:
V = volume arus lalu lintas (smp/jam) C = kapasitas (smp/jam)

2.4 Arus Lalu Lintas

Arus lalu lintas adalah gerak kendaraan sepanjang jalan (Wells. 1993).
Arus lalu lintas (volume) pada suatu ruas jalan diukur berdasarkan jumlah
kendaraan yang melewati titik tertentu selama selang waktu tertentu. Dalam

12
beberapa hal lalu lintas dinyatakan dengan Average Annual Daily Traffic (AADT)
atau Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR), bila periode pengamatannya kurang dari
satu tahun (Oglesby, 1998). Dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997),
definisi dari arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan bermotor yang melewati
suatu titik jalan persatuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan/jam (Q kend),
smp/jam (Q smp), atau Lalu lintas Harian Rata-rata tahunan (Q LHRT).

2.5 Volume Lalu Lintas

Volume lalu lintas memiliki beberapa pengertian. Menurut Hobbs, (1995)


volume merupakan jumlah kendaraan yang terdapat dalam ruang yang diukur
dalam satu interval waktu tertentu, namun menurut Wells, (1993) gerak sepanjang
jalan, berbeda dengan Oglesby, Heks, (1993) yang beranggapan bahwa volume
suatu jalan raya yang dalam beberapa hal dinyatakan dalam Average Annual
Daily Traffic (AADT) atau lalu lintas harian rerata (LHR) bila periode
pengamatannya kurang dari satu tahun.
Sedangkan menurut pandangan Silvia Sukirman, (1994) volume lalu lintas
menunjukkan jumlah kendaraan yang melewati suatu titik dalam satuan waktu
hari, jam, menit. Volume lalu lintas juga dapat didefinisikan sebagai jumlah
kendaraan yang melalui suatu titik pada jalan raya untuk suatu satuan waktu.
(Morlok, 1985) tetapi bila kita merujuk analisis dari (MKJI, 1997) disampaikan
bahwa volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan bermotor yang melewati suatu
titik pada jalan per satuan waktu, yang dapat dinyatakan dalam kendaraan/jam (Q
kend), smp/jam (Q smp) atau LHRT (Lalu lintas Harian Rerata Tahunan).
Namun peneliti lain menambahkan bahwa volume lalu lintas merupakan
sebuah variabel yang menentukan tingkat kinerja jalan, dan pada dasarnya
merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah gerakan
persatuan waktu pada lokasi tertentu (Hobbs, 1995). Volume jenis kendaraan
penumpang, bus, truk, dan sepeda motor. Tujuan dari penentuan volume lalu
lintas antara lain adalah :
a. Menentukan fluktuasi arus lalu lintas pada suatu ruas jalan
b. Kecenderungan pemakaian jalan

13
c. Distribusi lalu lintas pada sebuah sistem jalan
Satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan adalah Lalu lintas Harian
Rerata (LHR). Persamaan dasar menurut Silvia Sukirman (1 994) LHR adalah sebagai
berikut :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑛𝑑. 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑠𝑢𝑟𝑣𝑒𝑦 (𝑠𝑚𝑝/ℎ𝑎𝑟𝑖)
𝐿𝐻𝑅 =
𝐿𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑢𝑟𝑣𝑒𝑦

2.6 Kapasitas

Menurut (MKJI, 1997) kapasitas dapat di definisikan sebagai arus maksimum yang dapat
dipertahankan persatuan jam yang melewati suatu titik di jalan dalam kondisi yang ada. Untuk
jalan dua-lajur dua-arah, kapasitas di definisikan untuk arus dua-arah (kedua arah kombinasi),
tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan setiap arah perjalanan dan kapasitas di
definisikan per lajur. Nilai kapasitas telah diamati melalui pengumpulan data lapangan. Oleh
karena kurangnya lokasi yang arusnya mendekati kapasitas segmen jalan sendiri (sebagaimana
ternyata dari kapasitas simpang sepanjang jalan), kapasitas juga telah diperkirakan secara teoritis
dengan menganggap suatu hubungan matematik antara kerapatan, kecepatan, dan arus, Persamaan
dasar untuk penentuan kapasitas adalah sebagai berikut :
C = C0 x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
dimana:
C = kapasitas (smp/jam)
C0 = kapasitas dasar (smp/jam)

FCw = faktor penyesuaian lebar jalan


FCsp = faktor penyesuaian pemisahan arah
FCsf = faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs = faktor penyesuaian ukuran kota

14
2.7 Derajat Kejenuhan

Derajat kejenuhan (DS) di definisikan sebagai rasio arus terhadap


kapasitas, digunakan sebagai faktor kunci dalam penentuan perilaku lalu- lintas
pada suatu simpang dan juga segmen jalan. Nilai Derajat kejenuhan menunjukkan
apakah segmen jalan akan mempunyai masalah kapasitas atau tidak.

DS = Q/C
Dimana

DS = Derajat Kejenuhan

Q = Arus total
C = Kapasitas

Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan arus dan kapasitas yang


dinyatakan dalam smp/jam. Batas lingkup Q/C rasio untuk masing-masing tingkat
pelayanan (Level Of Service). Di dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 96 Tahun 2015, tingkat pelayanan pada ruas jalan di
klasifikasikan atas :
9. Tingkat pelayanan A, dengan kondisi
a. Arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan sekurang-
kurangnya 80 km/jam.
b. Kepadatan lalu lintas sangat rendah.
c. Pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang di inginkan tanpa
atau dengan sedikit tundaan.
10. Tingkat pelayanan B, dengan kondisi :
a. Arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan sekurang-
kurangnya 70 km/jam.
b. Kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum
mempengaruhi kecepatan.
c. Pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk
memilih kecepatannya dan lajur jalan yang di gunakan.

15
11. Tingkat pelayanan C, dengan kondisi :
a. Arus stabil tetapi pergerakan kendaraan di kendalikan oleh volume lalu
lintas yang lebih tinggi dengan kecepatan sekurang-kurangnya 60 km/jam.
b. Kepadatan lalu lintas sedang karena hambatan internal lalu lintas
meningkat.
c. Pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur
atau mendahului.
12. Tingkat pelayanan D, dengan kondisi :
a. Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan kecepatan
sekurang-kurangnya 50 km/jam.
b. Masih di tolerir namun sangat terpengaruhi oleh perubahan kondisi arus.
c. Kepadatan kondisi lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas
dan hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang
besar.
d. Pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalakan
kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini masih dapat di tolerir
untuk waktu yang singkat

13. Tingkat pelayanan E, dengan kondisi :

a. Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas mendekati kapasitas
jalan dan kecepatan sekurang-kurangnya 30 km/jam pada jalan antar kota
dan kecepatan sekurang-kurangnya 10 km/jam pada jalan perkotaan.
b. Kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi.

c. Pengemudi mulai merasakan kemacetan-kemacetan durasi pendek.

16
14. Tingkat pelayanan F, dengan kondisi :
a. Arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang dengan kecepatan
kurang dari 30 km/jam.
b. Kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi kemacetan
untuk durasi yang cukup lama.
c. Dengan keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0 (nol).

2.8 Kecepatan

Menurut Hobbs (1995), kecepatan adalah parameter utama untuk


menggambarkan arus lalu lintas dan merupakan laju perjalanan yang biasanya
dinyatakan dalam kilometer per/jam (km/jam). Kecepatan ini dibagi menjadi 3 bagian
yaitu :
15. Kecepatan setempat (Spot Speed)
Kecepatan rata-rata pada suatu jalur pada saat kendaraan bergerak dan diperoleh
dengan membagi panjang jalur dengan lama waktu kendaraan bergerak menempuh
jalur tersebut. Persamaan dasar menurut MKJI (1997), adalah sebagai berikut :
𝑑
𝑆 =
𝑡
Keterangan :
s = kecepatan (km/ jam)

d = jarak tempuh (km)


t = waktu tempuh (jam)

2.9 Perhitungan Lalu Lintas


Perhitungan lalu lintas merupakan suatu metode perhitungan transportasi dalam
perhitungan survei lalu lintas. Perhitungan lalu lintas atau Traffic Counting dapat
dilakukan dengan dua acara yaitu Perhitungan Tangan (Manual) dan Perhitungan
Mekanik.

2.10 Spot Speed


Kecepatan setempat (Spot Speed), yaitu kecepatan kendaraan pada suatu saat
diukur dari suatu tempat yang ditentukan. Dalam suatu aliran lalu lintas yang bergerak
setiap kendaraan mempunyai kecepatan yang berbeda sehingga aliran lalu lintas tidak

17
mempunyai sifat kecepatan yang tunggal akan tetapi dalam bentuk distribusi kecepatan
kendaraan individual. Dari distribusi kecepatan kendaraan secara diskrit, suatu nilai
rata–rata atau tipikal digunakan untuk mengidentifikasikan aliran lalu lintas secara
menyeluruh. Ada dua jenis analisis kecepatan yang dipakai pada studi kecepatan arus
lalu-lintas yaitu :

2.10.1 Time mean speed (TMS)


Yaitu rata-rata kecepatan dari seluruh kendaraanyang melewati suatu titik pada
jalan selama periode waktu tertentu. Kecepatan terdistribusi dalam waktu, sedangkan
lokasinya tetap.
2.10.2 Space mean speed (SMS)
Yaitu rata-rata kecepatan kendaraan yangmenempati suatu segmen atau bagian
jalan pada interval waktu tertentu.
Perbedaan analisis dari kedua jenis kecepatan di atas adalah bahwa TMS adalah
pengukuran titik, sementara SMS pengukuran berkenaan dengan panjang jalan atau
lajur.

2.11 Kerapatan / Density


Kerapatan adalah jumlah kendaraan yang menempati suatu panjang jalanatau lajur
dalam kendaraan per km atau kendaraan per km per lajur.Nilai kerapatan dihitung
berdasarkan nilai kecepatan dan arus, karena sulit diukur dilapangan. Ketiga unsur
karakteristik dasar lalu lintas merupakan unsur pembentuk aliran lalu lintas yang akan
mendapatkan pola hubungan :
1. Kecepatan dengan Kerapatan
2. Volume dengan Kecepatan
3. Volume dengan Kerapatan
Hubungan antara volume dan kerapatan memperlihatkan bahwa kerapatan akan
bertambah apabila volumenya juga bertambah. Volume maksumum terjadi pada saat
kerapatan mencapai titik Dm (kapasitas jalur jalan sudah tercapai). Setelah mencapai
titik ini volume akan menurun walaupun kerapatan bertambah sampai terjadi
kemacetan.

18
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Latar Belakang Survei


.1.1 Pemilihan Lokasi

3.1.1.1 Gambar Peta Lokasi Titik Jalan Raya Langsep

3.1.1.2 Gambar Peta Satelit Lokasi Titik Jalan Raya Langsep

.1.2 Kondisi Eksisting Lokasi

19
Jl. Raya Langsep mempunyai jalan yang terdiri dari 2 jalur dan 4 lajur
dengan 2 arah terbagi dimana 1 jalur menuju arah dari Jalan Raya Langsep
menuju Jalan Galunggung dan 1 jalur menuju Jalan Galunggung menuju Jalan
Raya Langsep. Dan jalan ini mempunyai lebar jalan sekitar 6 m dengan bahu jalan
1m

3.1.2.1 Gambar Kondisi eksisting Jalan Raya Langsep dari atau ke Jalan Raya Galunggung

3.1.2.2 Gambar Kondisi dan Rincinan kondisi eksisting jalan

20
Gambar 3.1.2.3 Kondisi Realistis Jalan Raya Langsep

.1.3 Kecepatan Kendaraan Rata-Rata


Dari hasil penilitian yang dilakukan di Jl. Raya Langsep, Kec. Sukun,
Kota Malang, Jawa Timur. Keecpatan nya adalah berada di 10-15 m/jam

3.2. Jadwal Waktu Pelaksanaan


Survey dilaksanakan pada :
- Sabtu, 19 Desember 2020 :
Pagi : Pukul 07.00 – 08.00 WIB
Siang : Pukul 13.00 – 14.00 WIB
Sore : Pukul 16.00 – 17.00 WIB

3.3. Metode Pencarian Data


3.2.1 Tenaga Pelaksana
Tenaga Pelaksana dalam Pengumpulan data di uraikan dalam tabel berikut :

N Nama Tugas Pelaksanaan


O
1 Muhammad Rezza Menghitung kendaraan berat & mobil
2 Irfan Nugraha Halim Menghitung kendaraan ringan &penanggung jawab laporan
3 Mohammad Sofian Menghitung sepeda motor
4 Abdul Nur A’in Menghitung kendaraan berat dan kendaraan ringan
5 Miftahul Jannah Observasi jalan dan dokumentasi
3.2.2. Peralatan

21
Yang perlu dipersiapkan untuk 1 orang pengamat dalam pelaksanaan survey ini
antara lain:
A. Handphone
B. Kertas Data Laporan
C. Alat Tulis
D. Multi Counters

3.4. Langkah-langkah pengamatan dan pencarian data


a. Pengamat menempati letak pos yang telah ditentukan
b. Pengamat harus menempati posisi pada titik-titik pengamatan yang telah
ditentukan yaitu di tepi jalan pada titik pengamatan.
c. Pandangan pengamat ke arah jalur pengamatan dan menghadap arah datangnya
kendaraan.
d. Setiap pengamat menghitung jumlah kendaraan disetiap titik jalur pengamatan
yang telah ditentukan dengan jenis kendaraan yang telah ditentukan.
e. Pengamatan dilakukan dengan pencatatan 1 jam sepanjang waktu pengumpulan
data dalam hal ini dilakukan sebanyak 1 hari dengan waktu 3 kali.setiap 15
menit.

3.5. Hasil Survey dan Analisis Data

3.5.1 Hasil Survei


1. Survey Volume Lalu Lintas
Survey volume lalu lintas dari Jl. Raya Langsep menuju Jl. Galunggung.
Survey perhitungan jumlah kendaraan pada Sabtu, 19 Desember 2020 jam
07.00-08.00 WIB, 12.00-13.00 WIB dan jam 16.00-17. WIB.

Kendaraan Gambar 07.00-08.00 12.00-13.00 16.00-17.00

22
Motor 1672 1555 1783

Mobil 309 332 367

Angkot 34 56 24

Pick up 34 16 8

Bus 1 2 4

Truk 3 2 5

2. Survey Volume Lalu Lintas


Survey volume lalu lintas dari Jl. Galunggung menuju Jl. Raya Langsep.
Survey perhitungan jumlah kendaraan pada Sabtu, 26 Desember 2020 jam
07.00-08.00 WIB, 13.00-14.00 WIB dan jam 16.00-17.00 WIB.

Kendaraan Gambar 07.00-08.00 13.00-14.00 16.00-17.00

23
Motor 1494 1329 1554

Mobil 292 313 356

Angkot 22 35 15

Pick up 34 41 19

Bus 0 1 0

Truk 2 4 3

3.5.2 Diagram Volume Kendaraan


a. Volume Lalu Lintas dari Jl. Raya Langsep menuju arah Jl. Galunggung pada
Weekend.

24
Volume Lalu Lintas dari Jl. Raya Langsep menuju arah Jl.
Galunggung.
2500

2000

1500

1000

500

0
Motor Mobil Angkot Pick Up Bus Truk

07.00 - 08.00 12.00 - 13.00 16.00 - 17.00

b. Volume Lalu Lintas dari Jl. Raya Langsep menuju arah Jl. Mergan Lori pada
Weekend.

Volume Lalu Lintas dari Jl. Raya Langsep menuju arah Jl.
Galunggung.
2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
Motor Mobil Angkot Pick Up Bus Truk

07.00 - 08.00 12.00 - 13.00 16.00 - 17.00

3.5.3 Analisis LHR


1. Perhitungan LHR Pada Tahun 2020

Mobil : 1969 × (1+0,05)4 = 2393,33 Kendaraan

25
Pick up : 158 × (1+0,05)4 = 192,05Kendaraan

Truck : 20 × (1+0,05)4 = 65.64 Kendaraan

Motor : 9387 × (1+0,05)4 = 11409,96 Kendaraan

Bis : 8 × (1+0,05)4 = 9,72 Kendaraan

Angkot : 183 × (1+0,05)4 = 222,44 Kendaraan

= 16270,77 Kendaraan

2. Perhitungan LHR Pada Tahun ke 5 Tahun 2025


Mobil : 2393,33 × (1+0,05)5 = 3054,56 Kendaraan

Pick up : 192,05 × (1+0,05)5 = 245,11 Kendaraan

Truck : 65,64 × (1+0,05)5 = 83,77 Kendaraan

Motor : 11409,96 × (1+0,05)5 = 14562,26 Kendaraan

Bis : 9,72 × (1+0,05)5 = 12,41 Kendaraan

Angkot : 222,44 × (1+0,05)5 = 283,90 Kendaraan

= 20766,08 Kendaraan

3. Perhitungan LHR Pada Tahun ke 10 Tahun 2030


Mobil : 2393,33 × (1+0,05)10 = 3898,48 Kendaraan

Pick up : 192,05 × (1+0,05)10 = 312,83 Kendaraan

Truck : 65,64 × (1+0,05)10 = 106,92 Kendaraan

Motor : 11409,96 × (1+0,05)10 = 18585,08 Kendaraan

Bis : 9,72 × (1+0,05)10 = 15,84 Kendaraan

Angkot : 222,44 × (1+0,05)10 = 362,33 Kendaraan

= 26503,36 Kendaraan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

26
4.1. Data Pengamatan
- Sabtu, 21 November 2020 :
Pagi : Pukul 08.00 – 08.00 WIB
Siang : Pukul 12.00 – 13.00 WIB
Sore : Pukul 16.00 – 17.00 WIB

4.2. Data Lalu Lintas


 Tipe jalan perkotaan: Jalan dengan satu Jalur, dua Lajur ,dua arah dan tidak
terbagi (Dengan Median) (4/2 D).
 Lebar Jalur : + 6 m, Lebar lajur : 3 m
 Kelas Hambatan Samping : Sedang, dengan ciri-ciri adanya beberapa toko di sisi
jalan dan tempat wisata hiburan
 Jumlah Penduduk kota Malang (Sejak Desember 2020) : 874.890 penduduk.

4.3. Ekuivalen Data Penumpang


Arus lalu lintas
Emp
Tipe Jalan Total 2 Arah
(Kend/Jam) HV WC MC
Empat Lajur Dua Arah
0 1,3 0,5 0,4
terbagi (4/2 D)

4.4. Perhitungan Lalu Lintas


Semua data diatas di hitung dengan satuan mobil penumpang (SMP) dan
hitung menggunakan aplikasi pembantu Multi-Counters. Dari data diatas dapat
kita hitung Volume Kendaraan, kecepatan rata-rata, DS, C serta V/C Ratio.
Berdasarkan hasildari V/C Ratio dapat ditentukan Tingkat Pelayanan Jalan
(Level of Service).

a. Volume kendaraan
b. Arus Lalu Lintas

27
c. Kecepatan rata-rata
d. Kapasitas jalan (C)
e. Derajat kejenuhan (DS)
f. V/C Ratio
g. Level Of Services(LOS)

a. Volume Kendaraan

N Jenis Kendaraan Smp/jam


O 07.00-08.00 12.15-13.15 16.15-17.15
1 Sepeda Motor (MC) 3166 2884 3337
2 Kendaraan Ringan (LV) 678 675 765
3 Kendaraan Berat (HV) 6 7 12
Jumlah 4050 3766 4314

Volume Kendaraan
07.00-08.00

12.00-13.00

16.00-17.00

4000 4100 4200 4300 4400 4500 4600 4700 4800 4900 5000

Series 1

b. Arus Lalu Lintas (smp/jam)

NO Jenis Kendaraan Smp/Jam Rata-Rata


08.00-09.00 12.15-13.15 16.15-17.15 smp/Jam
1 Sepeda Motor (MC) 3166 2884 3337 5997
2 Kendaraan Ringan (LV) 678 675 765 2118
3 Kendaraan Berat (HV) 6 7 12 25
Jumlah 8140

c. Kecepatan Rata Rata

28
Diketahui: Dengan uji coba pada panjang jalan dicoba dengan
menggunakan sepeda motor,kendaraan ringan dan kendaraan berat dimana
dicoba sejauh 100 m dapat ditempuh dalam waktu rata rata 6 menit.

4 menit = 4/60 jam


= 0,6 jam
Maka akan di dapatkan hasil sebagai berikut:
V = L/TT
= 0.6/0,1
= 5000 m/jam
= 5 km/jam

d. Analisa Kapasitas

No Parameter Kondisi Nilai


1 (Co) Kapasitas Dasar 4/2 D 1650
(smp/jam)
2 (FCw) Faktor Koreksi Lebar 7m 1,00
Jalan
3 (FCsf) Faktor Koreksi Dengan bahu jalan 0,92
Gangguan Sampingan efektif < 1 m dan
kondisi jalan yang
padat (H)
4 (FCSP) Faktor Koreksi Dengan pembagian 1
Pembagian Arah 50%-50%
5 (FCC) Faktor Koreksi Ukuran 874.890 penduduk 0,86
Kota (Sejak Desember
2020).

Dari nilai factor diatas, maka dapat dihitung kapasitas jalan:


C = Co x FCw x FCsf x FCsp x FCc
= (1650 x 3,5) x 1,00 x 0,86 x 1 x 0,90
= 5221 smp/jam

e. Derajat Kejenuhan

29
Diketahui:
Q = 4042
C = 5221 smp/jam
Maka derajat kejenuhan didapatkan:
DS = Q/C
= 4.043/5221
= 0,77

f. Tingkat Pelayanan Jalan


Dari data diatas, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Jam Volume C V/C


Kendaraan
(smp/jam)
08.00 – 09.00 4050 5221 0,78
12.00 - 13.00 3766 5221 0,72
16.00 - 17.00 4314 5221 0,83

g. Level of Service (LOS)


Perhitungan diatas menunjukan bahwa pada Jl. Raya Langsep memiliki
nilai V/C rasio dengan nilai rata rata 0,77. Dengan demikian pada jalan ini
memiliki tingkat pelayanan kelas E, dimana arus tidak stabil kecepatan
terkadang terhenti permintaan kapasitas sudah mulai mendekati

4.5. Solusi dan Penanganan


1. Durasi setiap lampu merah di perpanjang selama 1 menit.
2. Penegasan peraturan untuk menaati peraturan rambu lalu lintas.
3. Menambahkan ukuran jalan atau pelebaran jalan.
4. Penambahan Anggota DISHUB atau Dinas Perhubungan untuk menata
dan menjaga kondisi jalan
5. Dan, Kesadaran penggunaan jalan masing-masing

30
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil laporan kami, di dapatkan kesimpulan pada jalan ini sebagai berkut:
1) Memiliki volume per jam antara 3700 – 4300 kendaraan dan meningkat
seiring dengan hari yang mendekati akhir pekan.
2) Kecepatan rata-rata pada jalan sepanjang 100 m ini adalah 5 - 10 Km/jam
3) Kapasitas jalan sebesar 5221 smp/jam dengan derajat kejenuhan sebesar
0,77
4) Nilai V/C didapatkan nilai tertinggi 0,77 yang artinya jalan masuk pada
kelas D

5.2. Saran
Perlu adanya pengawasan yang teratur dan peraturan serta rambu yang jelas
dan tegas agar tidak ada kesalahpahaman dan ketidaktahuan pengguna jalan
terhadap peraturan yang berlaku dengan dibuatnya rambu-rambu tambahan seperti
rambu dilarang parkir dan juga dilarang berhenti di sepanjang jalan ini. Dan juga
akan dibuat perlebaran jalan sebesar 2 m dari sisi kanan kiri, yaitu masing-masing
ruas 1 m. Kemudian dengan adanya pelebaran jalan untuk menghindarkan
kemacetan akibat keluar masuknya kendaraan. Dengan diiringi ketegasan pihak
berwajib pada jalan itu, maka kami yakin tidak akan ada permasalahan kemacetan
di jalan tersebut.

31
DAFTAR PUSTAKA

https://docs.google.com/file/d/0BxyPMnah6E_AZDZmMGMyNTEtYjljOS00Yjc3LWI
0MTEtZTRkOGQ3YjlhMjVj/edit
http://studyandlearningnow.blogspot.com/2013/06/kemacetan-lalu-lintas.html
https://fadlyfauzie.wordpress.com/2010/12/05/rekayasa-lalu-lintas/
https://malangkota.bps.go.id/dynamictable/2020/01/10/93/jumlah-kendaraan-bermotor-
menurut-kecamatan-dan-jenis-kendaraan-di-kota-malang-2015-2018.html

32
LAMPIRAN

Kondisi Lalu Lintas pada akhir minggu di Jalan Raya Langsep

Kondisi jalan pada akhir minggu di Jalan Raya Lan

33
Kondisi Jalan pada saat perhitungan kecepatan rata rata dan perhitungan menggunakan
multi count

36

Anda mungkin juga menyukai