Dosen Pengampu :
Anang Bakhtiar, S.T., M.T.
Disusun Oleh :
Abdul Nur A’in 21801051003
Muhammad Rezza 21801051016
Miftahul Jannah 21801051025
Irfan Nugraha Halim 21801051034
Mohammad Sofian 21801051035
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
i
2020
KATA PENGANTAR
Pertama, puji syukur yang kami ucapkan kepada Allah SWT, yang selalu
memberikan kesehatan serta kesempatan untuk berusaha dan berkarya, sehingga dapat
menyelesaikan laporan ini dengan semestinya dan merupakan salah satu anugerah-Nya.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari tanpa bantuan dari semua pihak
dan sahabat kami tidak akan pernah bisa menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga atas
segala bantuan, penyemangatnya serta bimbingannya kepada yang terhormat Bapak
Anang Bakhtiar, S.T., M.T selaku dosen pembimbing mata kuliah Rekayasa Lalu
Lintas.
Sebagai penulis, kami juga menyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangannya, tetapi pada dasarnya kami selalu berusaha untuk melengkapi
kekurangan yang ada pada tugas ini hingga mendekati sempurna. Untuk itu keritik dan
saran sangat kami harapkan demi kemajuan kita bersama.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya.
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 6
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
1.3. Tujuab ............................................................................................. 6-7
1.4. Maanfaat Penelitian.......................................................................... 7-8
iv
3.3 Metode Pencarian Data
3.1.2.3.1................................................................................................Tenaga
Pelaksana.................................................................................. 21
3.1.2.3.2................................................................................................Peralatan
.................................................................................................. 21
3.2.4. Langkah-Langkah Pengamatan dan Pencarian Data........................ 21
3.1.5. Hasil Survey dan Analisis Data........................................................22-28
BAB IV PENUTUP
3.2. Kesimpulan ..................................................................................... 33
3.3. Saran ................................................................................................ 33
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Mengetahui kepadatan dan kecepatan rata rata kendaraan pada jam
puncak.
2. Mengetahui nilai dari V/C ratio dan Derajat Kejenuhan.
3. Mengetahui level of service tersebut.
6
4. Mengetahui permasalahan yang terjadi pada jalan tersebut.
5. Mengetahui cara menangani permasalahan rekayasa lalu lintas tersebut?
7
lintas, kapasitas jalan, kecepatan, panjang antrian, dan waktu perjalanan,
teori perhitungan dengan MKJI, serta teori-teori pendukung yang
berkaitan dengan masalah yangditinjau.
- Bab III Metodologi Penelitian, membahas diagram alir penelitian, lokasi
penelitian, dan pengumpulan data dari perhitungan yang dibutuhkan
- Bab IV Pembahasan, berisi analisis data berupa penyajian data,
perhitungan kinerja lalu lintas jalan yang ditinjau dengan menggunakan
metode MKJI, berkaitan dengan kapasitas jalan (DS), kecepatan, volume,
kecepatan rata-rata, kapasitas jalan, derajat kejenuhan dan diakhiri
dengan level of service(LOS).
- Bab V Kesimpulan dan Saran, berisi simpulan hasil analisis data serta
saran yang diusulkan setelah dilakukan analisis dan pembahasa
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
b. Jalan kolektor sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
c. Jalan lokal sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan perumahan,kawasan sekunder kedua dengan perumahan,
kawasan sekunder ketiga dengan perumahan dan seterusnya.
Di dalam MKJI 1997 tentang jalan luar kota, menyebutkan tipe jalan
ditentukan sebagai jumlah lajur dan arah pada suatu ruas jalan dimana masing-
masing memiliki karakteristik geometrik jalan yang digunakan untuk menentukan
kecepatan arus bebas dan kapasitas jalan sebagai berikut:
3. Jalan dua lajur dua arah tak terbagi (2/2UD)
Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua arah dengan lebar jalur sampai
dengan 11 meter. Untuk jalan dua arah yang lebih lebar dari 11 meter, cara 21
beroperasi jalan sesungguhnya selama kondisi arus tinggi harus diperhatikan
sebagai dasar dalam pemilihan prosedur perhitungan untuk jalan dua lajur atau
empat lajur tak terbagi. Keadaan dasar dari tipe ini yang digunakan untuk
menentukan kecepatan arus bebas dan kapasitas dicatat sebagai berikut :
a. Lebar jalur lalu lintas efektif 7 meter.
b. Lebar bahu efektif 1,5 meter pada masing-masing sisi (bahu tak
diperkeras, tidak sesuai untuk lintasan kendaraan bermotor).
c. Tidak ada median.
d. Pemisahan arah lalu lintas 50 – 50.
e. Tipe alinyemen : Datar.
f. Guna lahan : Tidak ada pengembangan samping jalan.
g. Kelas hambatan samping : Rendah (L).
h. Kelas fungsional jalan : Jalan arteri.
i. Kelas jarak pandang : A.
10
4. Jalan empat lajur dua arah tak terbagi (4/2 UD)
Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua arah tak terbagi dengan marka lajur
untuk empat lajur dan lebar total jalur lalu lintas tak terbagi antara 12 dan 15
meter.
Jalan standar dari tipe inii didefinisikan sebagai berikut :
a. Lebar jalur lalu lintas 14 meter.
b. Lebar efektif bahu 1,5 meter pada masing-masing sisi (bahu tak di
perkeras, tidak sesuai untuk lintasan kendaraan bermotor).
c. Tidak ada median.
d. Pemisahan arah lalu lintas 50 – 50.
e. Tipe alinyemen : Datar.
f. Guna lahan : Tidak ada pengembangan samping jalan.
g. Kelas hambatan samping : Rendah (L).
h. Kelas fungsional jalan : Jalan arteri.
i. Kelas jarak pandang : A.
5. Jalan empat lajur dua arah terbagi (4/2 D)
Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua arah dengan dua jalur lalu lintas
yang dipisahkan oleh median. Setiap jalur lalu lintas mempunyai dua lajur
bermarka dengan lebar antara 3,0 – 3,75 meter.
Jalan standar dari tipe ini didefinisikan sebagai berikut :
a. Lebar jalur lalu lintas 2 x 7,0 meter (tak termasuk median)
b. Lebar efektif bahu 2,0 meter diukur sebagai lebar bahu dalam + bahu luar
untuk setiap jalur lalu lintas (bahu tak diperkeras, tidak sesuai untuk
lintasan lalu lintas).
c. Median.
d. Tipe alinyemen : Datar.
e. Guna lahan : Tidak ada pengembangan samping jalan.
f. Kelas hambatan samping : Rendah (L).
g. Kelas fungsional jalan : Jalan arteri.
h. Kelas jarak pandang : A.
11
6. Jalan enam lajur dua arah terbagi (6/2 D)
Jalan enam lajur dua arah dengan karakteristik umum sama
sebagaimana diuraikan untuk 4/2 D diatas.
Kinerja Ruas Jalan merupakan ukuran kondisi lalu lintas pada suatu ruas
jalan yang biasa digunakan sebagai dasar untuk menentukan apakah suatu ruas
jalan sudah bermasalah atau belum bermasalah (Departemen Permukiman dan
Pengembangan Wilayah Propinsi Lampung). Menurut MKJI (1997), ukuran
kinerja ruas jalan ditunjukan oleh nilai derajat kejenuhan (DS – Degree of
Saturation) dan kecepatan. Derajat kejenuhan merupakan nilai perbandingan
antara volume lalu lintas dan kapasitas jalan, dimana:
7. Jika nilai derajat kejenuhan ≥ 0.8 menunjukkan kondisi lalu lintas padat.
8. Jika nilai derajat kejenuhan < 0.8 menunjukkan kondisi lalu lintas normal
(MKJI, 1997 Hal 23).
Kondisi tingkat pelayanan ruas jalan yang ditinjau dapat diketahui dari
perbandingan antara volume kendaraan (V) yang lewat dengan kapasitas (C) ruas
jalan. Dari hasil hitungan kapasitas, dapat diidentifikasi derajat kejenuhan (DS =
degree of saturation) yang terjadi, yaitu perbandingan antara volume arus lalu
lintas kendaraan yang lewat dengan kapasitas ruas jalan. Derajat kejenuhan
merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kinerja ruas jalan, dengan
rumus sebagai berikut:
DS = V/C
Dengan:
V = volume arus lalu lintas (smp/jam) C = kapasitas (smp/jam)
Arus lalu lintas adalah gerak kendaraan sepanjang jalan (Wells. 1993).
Arus lalu lintas (volume) pada suatu ruas jalan diukur berdasarkan jumlah
kendaraan yang melewati titik tertentu selama selang waktu tertentu. Dalam
12
beberapa hal lalu lintas dinyatakan dengan Average Annual Daily Traffic (AADT)
atau Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR), bila periode pengamatannya kurang dari
satu tahun (Oglesby, 1998). Dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997),
definisi dari arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan bermotor yang melewati
suatu titik jalan persatuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan/jam (Q kend),
smp/jam (Q smp), atau Lalu lintas Harian Rata-rata tahunan (Q LHRT).
13
c. Distribusi lalu lintas pada sebuah sistem jalan
Satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan adalah Lalu lintas Harian
Rerata (LHR). Persamaan dasar menurut Silvia Sukirman (1 994) LHR adalah sebagai
berikut :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑛𝑑. 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑠𝑢𝑟𝑣𝑒𝑦 (𝑠𝑚𝑝/ℎ𝑎𝑟𝑖)
𝐿𝐻𝑅 =
𝐿𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑢𝑟𝑣𝑒𝑦
2.6 Kapasitas
Menurut (MKJI, 1997) kapasitas dapat di definisikan sebagai arus maksimum yang dapat
dipertahankan persatuan jam yang melewati suatu titik di jalan dalam kondisi yang ada. Untuk
jalan dua-lajur dua-arah, kapasitas di definisikan untuk arus dua-arah (kedua arah kombinasi),
tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan setiap arah perjalanan dan kapasitas di
definisikan per lajur. Nilai kapasitas telah diamati melalui pengumpulan data lapangan. Oleh
karena kurangnya lokasi yang arusnya mendekati kapasitas segmen jalan sendiri (sebagaimana
ternyata dari kapasitas simpang sepanjang jalan), kapasitas juga telah diperkirakan secara teoritis
dengan menganggap suatu hubungan matematik antara kerapatan, kecepatan, dan arus, Persamaan
dasar untuk penentuan kapasitas adalah sebagai berikut :
C = C0 x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
dimana:
C = kapasitas (smp/jam)
C0 = kapasitas dasar (smp/jam)
14
2.7 Derajat Kejenuhan
DS = Q/C
Dimana
DS = Derajat Kejenuhan
Q = Arus total
C = Kapasitas
15
11. Tingkat pelayanan C, dengan kondisi :
a. Arus stabil tetapi pergerakan kendaraan di kendalikan oleh volume lalu
lintas yang lebih tinggi dengan kecepatan sekurang-kurangnya 60 km/jam.
b. Kepadatan lalu lintas sedang karena hambatan internal lalu lintas
meningkat.
c. Pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur
atau mendahului.
12. Tingkat pelayanan D, dengan kondisi :
a. Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan kecepatan
sekurang-kurangnya 50 km/jam.
b. Masih di tolerir namun sangat terpengaruhi oleh perubahan kondisi arus.
c. Kepadatan kondisi lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas
dan hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang
besar.
d. Pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalakan
kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini masih dapat di tolerir
untuk waktu yang singkat
a. Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas mendekati kapasitas
jalan dan kecepatan sekurang-kurangnya 30 km/jam pada jalan antar kota
dan kecepatan sekurang-kurangnya 10 km/jam pada jalan perkotaan.
b. Kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi.
16
14. Tingkat pelayanan F, dengan kondisi :
a. Arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang dengan kecepatan
kurang dari 30 km/jam.
b. Kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi kemacetan
untuk durasi yang cukup lama.
c. Dengan keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0 (nol).
2.8 Kecepatan
17
mempunyai sifat kecepatan yang tunggal akan tetapi dalam bentuk distribusi kecepatan
kendaraan individual. Dari distribusi kecepatan kendaraan secara diskrit, suatu nilai
rata–rata atau tipikal digunakan untuk mengidentifikasikan aliran lalu lintas secara
menyeluruh. Ada dua jenis analisis kecepatan yang dipakai pada studi kecepatan arus
lalu-lintas yaitu :
18
BAB III
METODE PENELITIAN
19
Jl. Raya Langsep mempunyai jalan yang terdiri dari 2 jalur dan 4 lajur
dengan 2 arah terbagi dimana 1 jalur menuju arah dari Jalan Raya Langsep
menuju Jalan Galunggung dan 1 jalur menuju Jalan Galunggung menuju Jalan
Raya Langsep. Dan jalan ini mempunyai lebar jalan sekitar 6 m dengan bahu jalan
1m
3.1.2.1 Gambar Kondisi eksisting Jalan Raya Langsep dari atau ke Jalan Raya Galunggung
20
Gambar 3.1.2.3 Kondisi Realistis Jalan Raya Langsep
21
Yang perlu dipersiapkan untuk 1 orang pengamat dalam pelaksanaan survey ini
antara lain:
A. Handphone
B. Kertas Data Laporan
C. Alat Tulis
D. Multi Counters
22
Motor 1672 1555 1783
Angkot 34 56 24
Pick up 34 16 8
Bus 1 2 4
Truk 3 2 5
23
Motor 1494 1329 1554
Angkot 22 35 15
Pick up 34 41 19
Bus 0 1 0
Truk 2 4 3
24
Volume Lalu Lintas dari Jl. Raya Langsep menuju arah Jl.
Galunggung.
2500
2000
1500
1000
500
0
Motor Mobil Angkot Pick Up Bus Truk
b. Volume Lalu Lintas dari Jl. Raya Langsep menuju arah Jl. Mergan Lori pada
Weekend.
Volume Lalu Lintas dari Jl. Raya Langsep menuju arah Jl.
Galunggung.
2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
Motor Mobil Angkot Pick Up Bus Truk
25
Pick up : 158 × (1+0,05)4 = 192,05Kendaraan
= 16270,77 Kendaraan
= 20766,08 Kendaraan
= 26503,36 Kendaraan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
26
4.1. Data Pengamatan
- Sabtu, 21 November 2020 :
Pagi : Pukul 08.00 – 08.00 WIB
Siang : Pukul 12.00 – 13.00 WIB
Sore : Pukul 16.00 – 17.00 WIB
a. Volume kendaraan
b. Arus Lalu Lintas
27
c. Kecepatan rata-rata
d. Kapasitas jalan (C)
e. Derajat kejenuhan (DS)
f. V/C Ratio
g. Level Of Services(LOS)
a. Volume Kendaraan
Volume Kendaraan
07.00-08.00
12.00-13.00
16.00-17.00
4000 4100 4200 4300 4400 4500 4600 4700 4800 4900 5000
Series 1
28
Diketahui: Dengan uji coba pada panjang jalan dicoba dengan
menggunakan sepeda motor,kendaraan ringan dan kendaraan berat dimana
dicoba sejauh 100 m dapat ditempuh dalam waktu rata rata 6 menit.
d. Analisa Kapasitas
e. Derajat Kejenuhan
29
Diketahui:
Q = 4042
C = 5221 smp/jam
Maka derajat kejenuhan didapatkan:
DS = Q/C
= 4.043/5221
= 0,77
30
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil laporan kami, di dapatkan kesimpulan pada jalan ini sebagai berkut:
1) Memiliki volume per jam antara 3700 – 4300 kendaraan dan meningkat
seiring dengan hari yang mendekati akhir pekan.
2) Kecepatan rata-rata pada jalan sepanjang 100 m ini adalah 5 - 10 Km/jam
3) Kapasitas jalan sebesar 5221 smp/jam dengan derajat kejenuhan sebesar
0,77
4) Nilai V/C didapatkan nilai tertinggi 0,77 yang artinya jalan masuk pada
kelas D
5.2. Saran
Perlu adanya pengawasan yang teratur dan peraturan serta rambu yang jelas
dan tegas agar tidak ada kesalahpahaman dan ketidaktahuan pengguna jalan
terhadap peraturan yang berlaku dengan dibuatnya rambu-rambu tambahan seperti
rambu dilarang parkir dan juga dilarang berhenti di sepanjang jalan ini. Dan juga
akan dibuat perlebaran jalan sebesar 2 m dari sisi kanan kiri, yaitu masing-masing
ruas 1 m. Kemudian dengan adanya pelebaran jalan untuk menghindarkan
kemacetan akibat keluar masuknya kendaraan. Dengan diiringi ketegasan pihak
berwajib pada jalan itu, maka kami yakin tidak akan ada permasalahan kemacetan
di jalan tersebut.
31
DAFTAR PUSTAKA
https://docs.google.com/file/d/0BxyPMnah6E_AZDZmMGMyNTEtYjljOS00Yjc3LWI
0MTEtZTRkOGQ3YjlhMjVj/edit
http://studyandlearningnow.blogspot.com/2013/06/kemacetan-lalu-lintas.html
https://fadlyfauzie.wordpress.com/2010/12/05/rekayasa-lalu-lintas/
https://malangkota.bps.go.id/dynamictable/2020/01/10/93/jumlah-kendaraan-bermotor-
menurut-kecamatan-dan-jenis-kendaraan-di-kota-malang-2015-2018.html
32
LAMPIRAN
33
Kondisi Jalan pada saat perhitungan kecepatan rata rata dan perhitungan menggunakan
multi count
36