S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
Kata Pengantar
Penyusun
KELOMPOK 08 | vii
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
DAFTAR ISI
KELOMPOK 08 | viii
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
DAFTAR TABEL
KELOMPOK 08 | ix
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
Lampiran
KELOMPOK 08 | x
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
DAFTAR GAMBAR
KELOMPOK 08 | xi
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
BAB I
PENDAHULUAN
KELOMPOK 08 | 2
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 3
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 4
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 5
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA PERANCANGAN
2.1 Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya
yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan,
pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Jaringan
irigasi terdiri dari :
1. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan utama, saluran induk/ primer, saluran pembuangannya,
bangunan bagi, bangunan bagisadap, bangunan sadap, dan bangunan
pelengkapnya.
KELOMPOK 08 | 6
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
Perhitungan neraca air dilakukan untuk mengecek apakah air yang tersedia
cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan air irigasi atau tidak.Perhitungan
neraca air ini menjadi dasar untuk menentukan jadwal tanam pada Daerah
Irigasi Way Ketibung. (Dinas PU KP-01,1986). Terdapat dua undur pokok
dalam perhitungan neraca air untuk tanaman (padi) yakni kebutuhan air untuk
irigasi dan tersedianya air irigasi.
2.1.1.1 Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan air tanaman adalah kebutuhan air total yang akan diberikan
pada petak-petak pertanian tingkat tersier atau ke jaringan irigasi yang
merupakan kebutuhan air tanaman atau kebutuhan air untuk pengolahan tanah
atau disebut juga kebutuhan air di lapangan (Priyambodo, 1983).
Kebutuhan air tanaman merupakan jumlah air yang diperlukan untuk
memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET - tanaman).
Untuk menduga besarnya nilai kebutuhan air tanaman menggunakan rumus
(Dinas PU KP-01,1986) :
Etc = ET0 . Kc
Dimana :
Etc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Kc = koefisien tanaman sesuai jenis dan pertumbuhan vegetasinya
ET0 = evapotranspirasi acuan
2.1.1.2 Kebutuhan Air Lahan/Sawah
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan
maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor – faktor penting yang
menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan:
a) Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan lahan, dalam hal ini juga terdapat faktor penting pula yang
memengaruhi baik mengenai tersedianya tenaga kerja dan ternak
penghela atau traktor penggarap maupun perlunya memperpendek
jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk menanam padi
sawah atau padi ladang kedua. Biasanya sebagai pedoman diambil
KELOMPOK 08 | 7
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
Keterangan:
PWR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)
Sa = Derajat kejenuhan tanah setelah, penyiapan lahan dimulai (%)
Sb = Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai (%)
N = Porositas tanah dalam % pada harga rata-rata untuk kedalaman tanah
d = Asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan
Pd = Kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
F1 = Kehilangan air di sawah selama 1 hari (mm)
2.1.1.3 Kebutuhan Air Pengambilan
Menurut Jurnal Metoda Analisis Kebutuhan Air dalam Mengembangkan
Sumberdaya Air. Oleh Cut Azizah, kebutuhan pengambilan untuk tanaman
adalah jumlah debit air yang dibutuhkan oleh satu hektar sawah menanam
padi atau palawija. Kebutuhan pengambilan ini dipengaruhi oleh efisiensi
irigasi. Efisiensi irigasi ini adalah air hilang (losses) akibat dari bocoran
(rembesan) dan penguapan di dalam saluran pada saat air mengalir (Anonim,
1986 : 12). Kebutuhan pengambilan dihitung dengan rumus :
NFR
ef =ef 1 ∙ ef 2 ∙ ef 3 DR= Dengan :
ef ∙ 8,64
DR = kebutuhan pengambilan (l/dt/ha)
NFR = kebutuhan bersih air di sawah (mm/hari)
ef = efisiensi irigasi total
KELOMPOK 08 | 8
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 9
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 10
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 11
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 12
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 13
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 14
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
yang lebih baik (lebih ekonomis). Sebelum diperoleh tata letak pendahuluan
yang terbaik, akan ditinjau tata letak alternatif.
Trase saluran yang ditunjukkan pada tata letak ini akan diukur dan diberi
patok di lapangan. Ini menghasilkan trase dan potongan melintang dengan
elevasi-elevasinya, yang selanjutnya akan digunakan untuk mencek keadaan
trase fisik di lapangan (ahli irigasi bersama-sama dengan ahli geodesi dan ahli
geoteknik) dan untuk memantapkan ketelitian peta topografi dasar. Jika
semua sudah selesai, dapat disiapkan tata letak akhir. (STANDAR
PRERENCANAAN IRIGASI BAGIAN JARINGAN IRIGASI KP- 01)
2.1.3.1. Petak Tersier
Berdasarkan Buku Irigasi dan Bangunan Air Sidharta, petak ini menerima
air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off take) tersier.
Petak tersier harus terletak langsung berbatasan langsung dengan saluran
sekunder atau saluran primer, kecuali apabila petak-petas tersier tidak secara
langsung terletak disepanjang jaringan saluran irigasi utama. Petak tersier
mempunyai batas-batas yang jelas misalnya: parit, jalan, batas desa dan sesar
medan. Untuk menentukan layout, aspek-aspek berikut akan
dipertimbangkan:
1. Luas petak tersier
2. Batas-batas petak tersier
3. Bentuk petak tersier yang optimal
4. Kondisi medan
Dikatakan ideal jika masing-masing pemilikan sawah memiliki
pengambilan sendiri dan dapat membuang kelebihan air langsung ke jaringan
pembuang. Juga para petani dapat mengangkut hasil pertanian dan peralatan
mesin atau temak mereka ke dan dari sawah melalui jalan petani yang ada.
Untuk mencapai pola pemilikan sawah yang ideal di dalam petak tersier, para
petani harns diyakinkan agar membentuk kembali petak-petak sawah mereka
dengan cara saling menukar bagian-bagian tertentu dari sawah mereka atau
dengan cara-cara lain
KELOMPOK 08 | 15
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 16
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
Saluran tersier mengikuti kemiringan medan dari box bagi pertama dan
biasanya diberi pasangan
KELOMPOK 08 | 17
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
Pada gambar 4.3. saluran tersier paralel dengan saluran sekunder pada satu
sisi dan memberikan aimya ke saluran kuarter garis tinggi melalui box bagi
disisi lainnya. Pada gambar 4.4. saluran tersier dapat memberikan aimya ke
saluran kuarter di kedua sisi. Paling baikjika saluran tersier ini samajauhnya
dari batas-batas petak tersier, sehingga memungkinkan lua spetak kuarter
dibuat kira-kira sama. Petak-petak semacam ini biasanya mempunyai ujung
runcing, yang memerlukan saluran kwarter yang mengikuti kemiringan
medan. Karena saluran tersier semacam ini memerlukan pasangan dan biaya
pembuatannya mahal, maka sebaiknya dibuat minimum; sebaiknya satu
saluran per petak terseier.Pada medan yang sangat curam, sebaiknya dipakai
flume (beton bertulang).
Banyak petak tersier mengambil aimya sejajar dengan saluran sekunder
yang akan merupakan batas petak tersier di satu sisi. Batas untuk sisi yang
lainnya adalah pembuang primer. Jika batas-batas jalan atau desa tidak ada,
maka batas atas dan bawah akan ditentukan oleh trase saluran garis tinggi dan
saluran pembuang.
Gambar 4.5 dan gambar 4.6 menunjukkan dua skema layout. Gambar 4.5
untuk petak yang lebih kecil dari 500 m dan serupa dengan gambar 4.3
kecuali saluran irigasi dan saluran pembuang harns dibuat pisah.
Jika batas-batas blok terpisah dari 500 m, maka harns ada saluran kuarter
garis tinggi yang kedua. Salah satu dari sistem ini, yang mencakup saluran
tersier kedua yang mengikuti kemiringan medan, ditunjukkan pada gambar
4.6. ada cara-cara lain untuk mencapai hal ini dan semua metode sebaiknya
dipertimbangkan segi biayanya. Hanya dalam hal-hal tertentu saja maka lebar
petak lebih dari 1.000 m. Untuk mengatasi hal ini, saluran tersier kedua dapat
memberikan aimya ke saluran kuarter dikedua sisinya.
KELOMPOK 08 | 18
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 19
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 20
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 21
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 22
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 23
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
Ada empat tipe bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan sadap
sekunder, yakni :
a) Alat ukur Romijn
b) Alat ukur Crump_de Gruyter
c) Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar
d) Pintu aliran bawah dengan alat ukur Flume
Tipe mana yang akan dipilih bergantung pada ukuran saluran sekunder yang
akan diberi air serta besarnya kehilangan tinggi energi yang diizinkan.
Untuk kehilangan tinggi energi kecil, alat ukur Romijn dipakai hingga debit
sebesar 2 m3/dt ; dalam hal ini dua atau tiga pintu Romijn dipasang
bersebelahan. Untuk debit_debit yang lebih besar, harus dipilih pintu sorong
KELOMPOK 08 | 24
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
yang dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah, yakni alat ukur ambang
lebar.
Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai, maka alat ukur
Crump_de Gruyter merupakan bangunan yang bagus. Bangunan ini dapat
direncana dengan pintu tunggal atau banyak pintu dengan debit sampai
sebesar 0,9 m3/dt setiap pintu.
KELOMPOK 08 | 25
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
didasarkan pada muka air rencana di saluran primer dan petak tersier. Hal ini
berarti bahwa walaupun mungkin debit terbatas sekali, petak tersier tetap bisa
diairi bila tersedia air di saluran primer pada elevasi yang cukup tinggi untuk
mengairi petak tersebut.
2.2.4 Bangunan Pembagi
Bangunan Bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer,
sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh
saluran bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi
ini masing-masing disebut boks tersier dan boks kuarter. Dalam rangka
penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu
rangkaian bangunan.
Bangunan Bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3
bagian utama, yaitu :
a) Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai
dengan tinggi pelayanan yang direncanakan
b) Perlengkapan jalan air melintasi tanggul,jalan atau bangunan lain
menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka
ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pirntu
pengatur agar debit yang masuk saluran dapat diatur.
c) Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksud untuk
mengukur besarnya debit yang mengalir.
2.2.5 Bangunan Penunjang
Bangunan Penunjang adalah bangunan air yang melengkapi sistem
drainase berupa bangunan terjun, talang, gorong-gorong, dan sipon.
2.2.5.1 Terjunan
Bangunan teijun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan
tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan.
Bangunan semacam ini mempunyai empat bagian fungsional, masing-masing
memiliki sifat-sifat perencanaan yang khas.
KELOMPOK 08 | 26
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 27
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 28
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 29
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 30
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
KELOMPOK 08 | 31
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER
air tidak meluap diatas tanggul saluran hulu. Di saluran-saluran yang lebih
besar, stpon dibuat dengan pipa rangkap (double barrels) guna menghindari
kehilangan yang lebih besar di dalam sipon jika bangunan itu tidak
mengalirkan air pada debit rencana. Pipa rangkap juga menguntungkan dari
segi pemeliharaan dan mengurangi biaya pelaksanaan bangunan. Sipon yang
panjangnya lebih dari 100 m harus dipasang dengan lubang periksa (manhole)
dan pintu pembuang, jika situasi memungkinkan, khususnya untuk jembatan
sipon. Pemasangan sipon (yang panjangnya lebih dari 100 m) memerlukan
KELOMPOK 08 | 32