Anda di halaman 1dari 36

TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1

S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala karena berkat limpahan


rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan Tugas Besar Irigasi dan
Bangunan Air 1 ini dengan baik. Tugas ini disusun guna memenuhi syarat
menempuh mata kuliah Irigasi dan Bangunan Air 1. Kami juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dan mendukung
dalam penyelesaian tugas besar ini khususnya :
1. Kepada kedua orang tua kami yang kami cintai, yang selalu membimbing
kami sampai detik ini, dan yang selalu memenuhi semua kebutuhan kami
sampai saat ini.
2. Bapak Dr. Gusfan Halik S.T., M.T. dan Bapak Saifurridzal S.T., M.T.
selaku pembina mata kuliah Irigasi dan Bangunan Air 1 yang selalu
menuntun dan mengejari kami.
3. Kakak Iqshal Sulthon Ardana selaku asisten dosen kami yang sangat baik
hati dalam membimbing kami dalam proses pengerjaan tugas besar ini.
4. Serta kepada seluruh teman-teman kami yang selalu mendukung dan
membantu kami dalam mengerjakan tugas besar ini.
Kami selaku penyusun sangat menyadari bahwa Tugas Besar Irigasi dan
Bangunan Air 1 ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran sangat
kami butuhkan supaya semakin lebih baik lagi kedepannya. Semoga Tugas Besar
Irigasi dan Bangunan Air 1 ini dapat bermanfaat bagi semua orang khsusnya bagi
kami pribadi.

Jember, Juni 2023

Penyusun

KELOMPOK 08 | vii
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

DAFTAR ISI

KELOMPOK 08 | viii
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

DAFTAR TABEL

KELOMPOK 08 | ix
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

Lampiran

KELOMPOK 08 | x
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

DAFTAR GAMBAR

KELOMPOK 08 | xi
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Air untuk Irigasi dan Sistem Jaringan Irigasi


Irigasi dan bangunan air sudah dikenal sejak dahulu bahkan sebelum
masehi. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya peninggalan-peninggalan
yang telah ditemukan. Air merupakan salah satu zat yang tunduk pada hukum
gravitasi, air dapat mengalir secara alamiah dari tempat yang tinggi ke tempat
yang lebih rendah. Pada zaman sekarang ilmu dan teknologi telah
berkembang pesat, sehingga memperluas batas-batas yang dapat dicapai
dalam bidang keirigasian.
Dalam penerapan ilmu irigasi, tidak semua air bisa digunakan. Air yang
dinyatakan kurang baik untuk air irigasi biasanya mengandung :
a. mengandung bahan kimia yang beracun bagi tumbuhan dan manusia yang
mengonsumsi makanan tersebut,
b. bahan kimia yang bereaksi dengan tanah kurang baik,
c. tingkat keasaman air (PH),
d. tingkat kegaraman air,
e. bakteri yang membahayakan orang atau binatang yang mengonsumsi
tanaman yang di airi dengan air tersebut.
Selain kebutuhan air untuk irigasi, pembagian sistem jaringan irigasi juga
penting dalam sebuah sistem irigasi. Dalam sebuah jaringan irigasi dapat
dibagi menjadi 4 unsur fungsional pokok yaitu :
- Bangunan-bangunan utama (head works) dimana air diambil langsung
dari sumbernya, bisanya sungai atau waduk.
- Jaringan pembawa yaitu jaringan yang mengalirkan air ke petak-petak
- Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan
kolektif; air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan
kelebihan air akan ditampung ke sebuah sistem pembuangan.
- Sistem pembuangan yang ada pada luar daerah irigasi digunakan untuk

KELOMPOK 08 | 2
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

membuang kelebihan air ke sungai atau saluran-saluran alam.

1.2 Maksud dan Tujuan Irigasi


Pembangunan irigasi tentunya memiliki maksud dan tujuan, yaitu untuk
membantu manusia dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Pembangunan
irigasi memiliki tujuan untuk membantu manusia meningkatkan faktor
keuntungan dan mengurangi faktor kegagalan/kerugian dari suatu sumber
daya air. Selain itu, pembangunan irigasi juga memberikan rasa nyaman dan
aman terutama bagi manusia yang hidup di lembah atau di tepi sungai.
Adanya irigasi juga menunjang pengelolaan air pada bidang pertanian.

1.3 Keuntungan Irigasi


Adapun keuntungan dengan adanya irigasi adalah :
1. untuk membasahi tanah, yaitu untuk membantu pembasahan tanah pada
daerah kering atau pada daerah yang kurang hujan.
2. untuk mengatur pembasahan tanah, yaitu agar daerah pertanian dapat
dialiri air sepanjang wasktu, meskipun pada musim kemarau.
3. untuk membantu menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang
mengandung lumpur ke daerah pertanian sehingga menambah zat-zat
penyubur tanaman.
4. untuk koltmase, yaitu meninggikan daerah yang rendah menggunakan
endapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi
5. untuk penggelontoran air dik kota, yaitu dengan mengalirkan air irigasi
sehingga sampah ikut mengalir yang selanjutnya dibasmi.
6. pada daeran yang dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya lebih
tinggi daripada tanah, memungkinkan untuk melakukan pertanian juga saat
musim tersebut.

1.4 Syarat Utama Irigasi


Syarat utama yang diperlukan dalam irigasi yaitu :
- Topografi

KELOMPOK 08 | 3
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

Keadaan topografi mempengaruhi kebtuhan air tanaman. Untuk lahan


yang miring membutuhkan air yang lebih banyak dari pada lahan yang
datar, karena air akan lebih cepat mengalir menjadi aliran permukaan dan
hanya sedikit yang mengalami infiltrasi, dengan kata lain kehilangan air
di lahan miring akan lebih besar.
- Hidrologi
Jumlah contoh hujan hujan juga memperngaruhi kebutuhan air makin
banyak curah hujannya, maka makin sedikit kebutuhan air tanaman, hal
ini dikarenakan hujan efektif akan menjadi lebih besar.
- Klimatologi
Untuk penentuan tahun/periode dasar bagi rancangan irigasi harus
dikumpulkan data curah hujan dengan jangka waktu yang sepanjang
mungkin.
- Tekstur tanah
Cuaca dapat digunakan untuk rasionalisasi penentuan laju evaporasi dan
evapotranspirasi, hal ini sangat bergantung pada jumlah jam penyinaran
mataharid an radiasi matahari. Disamping data curah hujan diperlukan
juga penyelidikan evapotranspirasi, kecepatan angin, arah angin, suhu
udara, jumlah jam penyinaran matahari, kelembaban

1.5 Syarat Utama Air, Tanah, dan Tanaman untuk Irigasi


Dalam penggunaannya, tidak semua air cocok dijadikan sebagai air
irigasi. Air yang kurang vaik biasanya mengandung :
a. mengandung bahan kimia yang beracun bagi tumbuhan dan manusia yang
mengonsumsi makanan tersebut,
b. bahan kimia yang bereaksi dengan tanah kurang baik,
c. tingkat keasaman air (PH),
d. tingkat kegaraman air,
e. bakteri yang membahayakan orang atau binatang yang mengonsumsi
tanaman yang di airi dengan air tersebut.
Selain membutuhkan air untuk pertumbuhan, tanaman juga

KELOMPOK 08 | 4
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

membutuhkan tanah yang subur untuk membantu pertumbuhan agar berjalan


dengan baik. Dalam usaha pertanian, tanah yang baik adalah tanah yang
mudah dikerjakan dan produktif. Tanah yang baik akan memberi kesempatan
bagi akar agar tumbuh dengan sempurna, menjamin sirkulasi udara berjalan
dengan baik, serta baik pada zona perakaran dan memiliki persediaan hara
dan kelembaban yang cukup.

KELOMPOK 08 | 5
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA PERANCANGAN
2.1 Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya
yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan,
pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Jaringan
irigasi terdiri dari :
1. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari
bangunan utama, saluran induk/ primer, saluran pembuangannya,
bangunan bagi, bangunan bagisadap, bangunan sadap, dan bangunan
pelengkapnya.

2. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang


terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan
bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan
pelengkapnya.
3. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi
sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang
terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang,
boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.
2.1.1 Neraca Air
Menurut Direktoral Jendral Pengairan Departemen Pekerjaan Umum
(1982) Neraca Air merupakan perbandingan antara debit air yang tersedia
dengan debit air yang dibutuhkan untuk keperluan irigasi. Dalam perhitungan
neraca air, kebutuhan pengambilan yang dihasilkan untuk pola tanam yang
digunakan akan dibandingkan dengan debit andalan untuk tiap setengah bulan
dan luas daerah yang bisa diairi. Apabila debit sungai melimpah, maka luas
daerah proyek irigasi adalah tetap karena luas maksinum daerah layanan
(command area) dan proyek akan direncanakan sesuai dengan pola tanam
yang dipakai. Bila debit sungai kurang maka ada tiga pilihan yang bisa
dipertimbangkan yaitu : luas daerah irigasi dikurangi, melakukan modifikasi
pola tanam atau pemberian air secara rotasi/giliran.

KELOMPOK 08 | 6
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

Perhitungan neraca air dilakukan untuk mengecek apakah air yang tersedia
cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan air irigasi atau tidak.Perhitungan
neraca air ini menjadi dasar untuk menentukan jadwal tanam pada Daerah
Irigasi Way Ketibung. (Dinas PU KP-01,1986). Terdapat dua undur pokok
dalam perhitungan neraca air untuk tanaman (padi) yakni kebutuhan air untuk
irigasi dan tersedianya air irigasi.
2.1.1.1 Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan air tanaman adalah kebutuhan air total yang akan diberikan
pada petak-petak pertanian tingkat tersier atau ke jaringan irigasi yang
merupakan kebutuhan air tanaman atau kebutuhan air untuk pengolahan tanah
atau disebut juga kebutuhan air di lapangan (Priyambodo, 1983).
Kebutuhan air tanaman merupakan jumlah air yang diperlukan untuk
memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET - tanaman).
Untuk menduga besarnya nilai kebutuhan air tanaman menggunakan rumus
(Dinas PU KP-01,1986) :
Etc = ET0 . Kc
Dimana :
Etc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Kc = koefisien tanaman sesuai jenis dan pertumbuhan vegetasinya
ET0 = evapotranspirasi acuan
2.1.1.2 Kebutuhan Air Lahan/Sawah
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan
maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor – faktor penting yang
menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan:
a) Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan lahan, dalam hal ini juga terdapat faktor penting pula yang
memengaruhi baik mengenai tersedianya tenaga kerja dan ternak
penghela atau traktor penggarap maupun perlunya memperpendek
jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk menanam padi
sawah atau padi ladang kedua. Biasanya sebagai pedoman diambil

KELOMPOK 08 | 7
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

jangka waktu 1,5 bulan untuk menyelesaikan penyiapan lahan di


seluruh petak tersier. (Sumber: Materi Kuliah Irigasi dan Bangunan
Air. Dr. Gusfan Halik, S.T., M.T.)
b) Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan. Pada umumnya
jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan
berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di sawah. Rumus berikut
dipakai untuk memperkirakan kebutuhan air untuk lahan :
(Sa−Sb) × N × d ❑
PWR= + Pd+ F 1 PWR= ❑
10 4

Keterangan:
PWR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)
Sa = Derajat kejenuhan tanah setelah, penyiapan lahan dimulai (%)
Sb = Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai (%)
N = Porositas tanah dalam % pada harga rata-rata untuk kedalaman tanah
d = Asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan
Pd = Kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)
F1 = Kehilangan air di sawah selama 1 hari (mm)
2.1.1.3 Kebutuhan Air Pengambilan
Menurut Jurnal Metoda Analisis Kebutuhan Air dalam Mengembangkan
Sumberdaya Air. Oleh Cut Azizah, kebutuhan pengambilan untuk tanaman
adalah jumlah debit air yang dibutuhkan oleh satu hektar sawah menanam
padi atau palawija. Kebutuhan pengambilan ini dipengaruhi oleh efisiensi
irigasi. Efisiensi irigasi ini adalah air hilang (losses) akibat dari bocoran
(rembesan) dan penguapan di dalam saluran pada saat air mengalir (Anonim,
1986 : 12). Kebutuhan pengambilan dihitung dengan rumus :
NFR
ef =ef 1 ∙ ef 2 ∙ ef 3 DR= Dengan :
ef ∙ 8,64
DR = kebutuhan pengambilan (l/dt/ha)
NFR = kebutuhan bersih air di sawah (mm/hari)
ef = efisiensi irigasi total

KELOMPOK 08 | 8
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

ef1 = efisiensi pada jaringan utama (90%)


ef2 = efisiensi pada jaringan sekunder (90%)
ef3 = efisiensi pada jaringan tersier (80%)
1/8,64 = angka konversi satuan mm/hari menjadi l/dt/ha
Selanjutnya kebutuhan pengambilan yang dihasilkan akan dibandingkan
dengan debit andalan untuk tiap setengah bulan dan luas daerah yang bisa
diairi. Apabila debit sungai berlimpah maka pola tanam yang sesuai tersebut
akan tetap dipakai, namun jika debit sungai terjadi kekurangan maka
diperlukan alternatif rotasi teknis/golongan, luas daerah irigasi dikurangi atau
melakukan modifikasi dalam pola tanam.
2.1.1.4. Ketersediaan Air Hujan
Menurut KP-01-199, Metode Mock memperhitungkan data curah hujan,
evapotranspirasi, dan karakteristik hidrologi daerah pengaliran sungai. Hasil
dari permodelan ini dapat dipercaya jika ada debit pengamatan sebagai
pembanding. Oleh karena keterbatasan data di daerah studi maka proses
pembandingan akan dilakukan terhadap catatan debit di stasiun pengamat
muka air.
2.1.1.5. Ketersediaan Air Permukaan
Irigasi Air Permukaan, merupakan irigasi yang sumber airnya dari air yang
mengalir diatas permukaan tanah seperti sungai, danau atau waduk. Irigasi air
permukaan terbagi menjadi lima golongan yaitu, irigasi alur, irigasi
gelombang, irigasi penggenangan petak jalur, irigasi genangan, dan sistem
irigasi di bawah permukaan tanah
Air Permukaan Air permukaan adalah air yang mengalir secara
berkesinambungan atau dengan terputus- putus dalam alur sungai atau saluran
dari sumbernya yang tertentu, dimana semua ini merupakan bagian dari
system sungai yang menyeluruh. Yang termasuk air permukaan meliputiair
sungai (rivers), saluran (stream), sumber (springs), danau dan waduk. Jumlah
air permukaan diperkirakan hanya 0,35 Juta km3 atau hanya sekitar 1 % dari
air tawar yang ada di bumi (Suripin, 2002). Aliran yang terukur di sungai atau

KELOMPOK 08 | 9
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

saluran maupun danau merupakan ketersediaan debit air permukaan, begitu


halnya dengan air yang mengalir ke dalam tanah, kandungan air yang
tersimpan dalam tanah merupakan ketersediaan debit air tanah. Penggunaan
air tanah sangat membantu pemenuhan kebutuhan air baku maupun air irigasi
pada daerah yang sulit mendapatkan air permukaan, namun pemanfaatan air
tanah membutuhkan biaya operasional pompa yang sangat mahal (M. Anis A
dkk, 1980).
2.1.2. Banjir Rencana
Banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah
dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan
tanpa membahayakan proyek irigasi dan stabilitas bangunan- bangunan(KP-
01-76).
2.1.2.1. Batas Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai atau sering disingkat dengan DAS adalah suatu
wilayah yang dibatasi oleh batas alam, seperti punggung bukit – bukit atau
gunung, maupun batas batuan, seperti jalan atau tanggul, dimana air hujan
turun di wilayah tersebut memberi kontribusi aliran ke titik kontrol (outlet)
(Suripin, 2002). Kodoatie dan Sugiyanto (2002) mendefinisikan DAS sebagai
suatu kesatuan daerah/wilayah/kawasan tata air yang terbentuk secara
alamiah dimana air tertangkap (berasal dari curah hujan), dan akan mengalir
dari daerah/wilayah/kawasan tersebut menuju ke arah sungai dan sungai yang
bersangkutan. Disebut juga Daerah Pengaliran Sungai (DPS) atau Daerah
Tangkapan Air (DTA). Dalam bahasa inggris ada beberapa macam istilah
yaitu Cathcment Area, Watershed. 
Asdak (2010) mendefinisikan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai suatu
wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung
gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian
menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut
dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau catchment area) yang merupakan
suatu ekosistem daerah unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah,

KELOMPOK 08 | 10
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

air, dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya


alam. 
Peraturan Pemerintah nomor 37 tahun 2012 tentang pengelolaan Daerah
aliran sungai (DAS), menyatakan bahwa Daerah Aliran Sungai adalah suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas
di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. DAS bukan hanya
merupakan badan sungai, tetapi satu kesatuan seluruh ekosistem yang ada
didalam pemisah topografis. Pemisah topografis di darat berupa daerah yang
paling tinggi biasanya punggung bukit yang merupakan batas antara satu
DAS dengan DAS lainnya. 
DAS merupakan suatu megasistem yang kompleks, meliputi sistem fisik
(physical systems), sistem biologis (biological systems), dan sistem manusia
(human system). Setiap sistem dan sub-sub sistem di dalamnya saling
berinteraksi, peranan tiap-tiap komponen dan hubungan antar komponen
sangat menentukan kualitas ekosistem DAS. Gangguan terhadap salah satu
komponen ekosistem akan dirasakan oleh komponen lainnya dengan sifat
dampak berantai. Keseimbangan ekosistem akan terjamin apabila kondisi
timbal balik antar komponen berjalan dengan baik dan optimal
(Kartodihardjo, 2008 dalam Setyowati Suharini, 2011)
Dalam mempelajari ekosistem DAS, daerah aliran sungai biasanya dibagi
menjadi tiga bagian yaitu daerah hulu, tengah, dan hilir. Asdak (2010),
menyatakan bahwa secara biogeofisik, daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-
hal sebagai berikut: merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan
drainase lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar
(lebih besar dari 15%), bukan merupakan daerah banjir, pengaturan
pemakaian air ditentukan oleh pola drainase dan jenis vegetasi umumnya
merupakan tegakan hutan. Sementara daerah hilir DAS dicirikan oleh hal-hal

KELOMPOK 08 | 11
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

sebagai berikut: merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih


kecil, merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai dengan
sangat kecil (kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir
(genangan), pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi dan
jenis vegetasi didominasi tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang
didominasi hutan bakau/ gambut. Daerah aliran sungai bagian tengah
merupakan daerah transisi daerah dari kedua karakteristik biogeofisik DAS
yang berbeda tersebut di atas.
2.1.2.2. Pemilihan Metode Banjir Rencana
Berdasarkan KP-01, Harga-harga debit rencana sering ditentukan dengan
menggunakan metode hidrologi empiris, atau analisis dengan
menghubungkan harga banjir dengan harga curah hujan. Lihat Lampiran 1
buku ini. Pada kenyataannya bahwa temyata debit banjir dari waktu kewaktu
mengalami kenaikan, semakin membesar seiring dengan penurunan fungsi
daerah tangkapan air. 
Pembesaran debit banjir dapat menyebabkan kineija irigasi berkurang
yang mengakibatkan desain bangunan kurang besar. Antisipasi keadaan ini
perlu dilakukan dengan memasukan faktor koreksi besaran 110%- 120%
untuk debit banjir. Faktor koreksi tersebut tergantung pada kondisi perubahan
DAS.
2.1.3. Tata Letak Pendahuluan
Tata letak pendahuluan menunjukkan: 
1. Lokasi bangunan utama.
2. Trase jaringan irigasi dan pembuang.
3. Batas-batas dan perkiraan luas (dalam ha) jaringan irigasi dengan petak-
petak primer, sekunder dan tersier serta daerah-daerah yang tidak bisa
diairi.
4. Bangunan-bangunan utama jaringan irigasi dan pembuang lengkap
dengan fungsi dan tipenya.
5. Konstruksi lindungan terhadap banjir, dan tanggul.

KELOMPOK 08 | 12
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

6. Jaringan jalan dengan bangunan-bangunannya.


Untuk pembuatan tata letak pendahuluan akan digunakan peta topografi
dengan skala 1 : 25.000 dan 1 : 5.000. Peta dengan skala ini cukup untuk
memperlihatkan keadaan-keadaan medan agar dapat ditarik interpretasi yang
tepat mengenai sifat-sifat utama medan tersebut. Garis-garis kontur harus
ditunjukkan dalam peta ini dengan interval 0,50 m untuk daerah-daerah datar,
dan 1,00 m untuk daerah-daerah dengan kemiringan medan lebih dari 2
persen.
Peta topografi merupakan dasar untuk memeriksa, menambah dan
memperbesar detail-detail topografi yang relevan seperti:
1. Sungai-sungai dan jaringan pembuang alamiah dengan identifikasi batas-
batas daerah aliran sungai; aspek ini tidak hanya terbatas sampai pada daerah
irigasi saja, tetapi sampai pada daerah aliran sungai seluruhnya (akan
digunakan peta dengan skala yang lebih kecil).
2. Identifikasi punggung medan (berikutnya dengan hal di atas) dan
kemiringan medan di daerah irigasi.
3. Batas-batas administratif desa, kecamatan, kabupaten dan sebagainya
batas-batas desa akan sangat penting artinya untuk penentuan batas-batas
petak tersier; batas-batas kecamatan dan kebupaten penting untuk
menentukan letak administratif proyek dan pengaturan kelembagaan
nantinya.
4. Daerah pedesaan dan daerah-daerah yang dicadangkan untuk perluasan
desa serta kebutuhan air di pedesaan.
5. Tata guna tanah yang sudah ada serta tanah-tanah yang tidak bisa diolah,
juga diidentifikasi pada peta kemampuan tanah.
6. Jaringan irigasi yang ada dengan trase saluran; bangunan-bangunan tetap
dan daerah-daerah layanan.
7. Jaringan jalan dengan klasifikasinya, termasuk lebar, bahan perkerasan,
ketinggian dan bangunan-bangunan tetapnya.

KELOMPOK 08 | 13
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

8. Trase, jalan kereta api, ketinggian dan bangunan-bangunan tetapnya; lokasi


kuburan, akan dihindari dalam perencanaan trase; daerah-daerah yang dipakai
untuk industri dan bangunan-bangunan tetap/ permanen.
9. Daerah-daerah hutan dan perhutanan yang tidak akan dicakup dalam
proyek irigasi.
10. Daerah-daerah persawahan, daerah tinggi dan rawa-rawa; tambak ikan 
Keadaan utama fisik medan seperti sungai, anak sungai dan pola-pola
pembuang alamiah harus dianggap sebagai batas proyek irigasi atau batas dari
sebagian proyek itu. Langkah pertama dalam perencanaan tata letak adalah
penentuan petak-petak sekunder. Saluran sekunder direncana pada punggung
medan (ridge) atau, jika tidak terdapat punggung medan yang jelas, kurang
lebih diantara saluran-saluran pembuang yang berbatasan. Jalan-jalan besar
kereta api atau jalan-jalan raya boleh dianggap sebagai batas-batas petak
tersier. 
Segera setelah batas-batas petak sekunder itu ditetapkan, diadakanlah
pembagian petak-petak tersier pendahuluan. Kriteria mengenai ukuran dan
bentuk petak-petak tersier, seperti yang disinggung dalam Bab 2, hendaknya
diikuti sebanyak mungkin dengan tetap memperhitungkan keadaan-keadaan
khusus topografi di masing-masing petak sekunder. Luas total daerah irigasi
akan diplanimetri berdasarkan definisi daerah yang diberikan dalam Bab 2.
Luas bersih daerah irigasi akan diambil 90 persen dari daerah irigasi total.
Berdasarkan pada peta tata letak, lokasi dan tipe-tipe bangunan akan
dipastikan. Bangunan-bangunan lindung seperti pelimpah dan Perekayasaan
Kriteria Perencanaan – Jaringan Irigasi 67 pembuang silang harus mendapat
perhatian khusus. Bangunanbangunan dan pemakaiannya didaftar dalam Bab
2 dan uraiannya diberikan di dalam Bagian KP - 04 Bangunan. 
Tata letak pendahuluan yang dibuat seperti diterangkan di atas akan
berfungsi sebagai dasar untuk perencanaan pendahuluan saluran. Penyesuaian
tata letak sering diperlukan untuk mendapatkan hasil perencanaan saluran

KELOMPOK 08 | 14
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

yang lebih baik (lebih ekonomis). Sebelum diperoleh tata letak pendahuluan
yang terbaik, akan ditinjau tata letak alternatif. 
Trase saluran yang ditunjukkan pada tata letak ini akan diukur dan diberi
patok di lapangan. Ini menghasilkan trase dan potongan melintang dengan
elevasi-elevasinya, yang selanjutnya akan digunakan untuk mencek keadaan
trase fisik di lapangan (ahli irigasi bersama-sama dengan ahli geodesi dan ahli
geoteknik) dan untuk memantapkan ketelitian peta topografi dasar. Jika
semua sudah selesai, dapat disiapkan tata letak akhir. (STANDAR
PRERENCANAAN IRIGASI BAGIAN JARINGAN IRIGASI KP- 01)
2.1.3.1. Petak Tersier
Berdasarkan Buku Irigasi dan Bangunan Air Sidharta, petak ini menerima
air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off take) tersier.
Petak tersier harus terletak langsung berbatasan langsung dengan saluran
sekunder atau saluran primer, kecuali apabila petak-petas tersier tidak secara
langsung terletak disepanjang jaringan saluran irigasi utama. Petak tersier
mempunyai batas-batas yang jelas misalnya: parit, jalan, batas desa dan sesar
medan. Untuk menentukan layout, aspek-aspek berikut akan
dipertimbangkan: 
1. Luas petak tersier
2. Batas-batas petak tersier
3. Bentuk petak tersier yang optimal
4. Kondisi medan
Dikatakan ideal jika masing-masing pemilikan sawah memiliki
pengambilan sendiri dan dapat membuang kelebihan air langsung ke jaringan
pembuang. Juga para petani dapat mengangkut hasil pertanian dan peralatan
mesin atau temak mereka ke dan dari sawah melalui jalan petani yang ada.
Untuk mencapai pola pemilikan sawah yang ideal di dalam petak tersier, para
petani harns diyakinkan agar membentuk kembali petak-petak sawah mereka
dengan cara saling menukar bagian-bagian tertentu dari sawah mereka atau
dengan cara-cara lain

KELOMPOK 08 | 15
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

2.1.3.2. Layout dan Trase Saluran


Berdasarkan Buku Irigasi dan Bangunan Air Sidharta:

Layout pada Medan Terjal


Medan terjal dimana tanah hanya sedikit mengandung lempung, sangat
rawan terhadap bahaya erosi oleh aliran air yang tiqak terkendali. Erosi
terjadi jika kecepatan air pada saluran tanpa pasangan lebih besar dari batas
yang diijinkan. lni mengakibatkan saluran pembawa tergerus sangat dalam
dan penurunan elevasi muka air mengakibatkan luas daerah yangdairi
berkurang. 
Dua skema layout yang cocok untuk keadaan medan terjal ditunjukkan
pada gambar 4.3 dan gambar 4.4. Kemiringan paling curam biasanya
dijumpai tepat dilereng hilir dari saluran primer. Gambar 4.3. memperlihatkan
situasi dimana sepasang saluran tersier mengambil air dari saluran primer
dikedua sisi saluran sekunder. Sistem pembagian air yang cocok' untuk petak
tersier yang diberi air dari pengambilan seperti ini ditunjukkan di sini.
Gambar 4.4. menunjukkan situasi umum lainnya dengan suatu bangunan
sadap tersier saja.

KELOMPOK 08 | 16
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

Saluran tersier mengikuti kemiringan medan dari box bagi pertama dan
biasanya diberi pasangan

KELOMPOK 08 | 17
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

Pada gambar 4.3. saluran tersier paralel dengan saluran sekunder pada satu
sisi dan memberikan aimya ke saluran kuarter garis tinggi melalui box bagi
disisi lainnya. Pada gambar 4.4. saluran tersier dapat memberikan aimya ke
saluran kuarter di kedua sisi. Paling baikjika saluran tersier ini samajauhnya
dari batas-batas petak tersier, sehingga memungkinkan lua spetak kuarter
dibuat kira-kira sama. Petak-petak semacam ini biasanya mempunyai ujung
runcing, yang memerlukan saluran kwarter yang mengikuti kemiringan
medan. Karena saluran tersier semacam ini memerlukan pasangan dan biaya
pembuatannya mahal, maka sebaiknya dibuat minimum; sebaiknya satu
saluran per petak terseier.Pada medan yang sangat curam, sebaiknya dipakai
flume (beton bertulang).
Banyak petak tersier mengambil aimya sejajar dengan saluran sekunder
yang akan merupakan batas petak tersier di satu sisi. Batas untuk sisi yang
lainnya adalah pembuang primer. Jika batas-batas jalan atau desa tidak ada,
maka batas atas dan bawah akan ditentukan oleh trase saluran garis tinggi dan
saluran pembuang. 
Gambar 4.5 dan gambar 4.6 menunjukkan dua skema layout. Gambar 4.5
untuk petak yang lebih kecil dari 500 m dan serupa dengan gambar 4.3
kecuali saluran irigasi dan saluran pembuang harns dibuat pisah. 
Jika batas-batas blok terpisah dari 500 m, maka harns ada saluran kuarter
garis tinggi yang kedua. Salah satu dari sistem ini, yang mencakup saluran
tersier kedua yang mengikuti kemiringan medan, ditunjukkan pada gambar
4.6. ada cara-cara lain untuk mencapai hal ini dan semua metode sebaiknya
dipertimbangkan segi biayanya. Hanya dalam hal-hal tertentu saja maka lebar
petak lebih dari 1.000 m. Untuk mengatasi hal ini, saluran tersier kedua dapat
memberikan aimya ke saluran kuarter dikedua sisinya. 

KELOMPOK 08 | 18
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

KELOMPOK 08 | 19
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

Layout pada Medan Bergelombang


Jika keadaan medan tidak teratur, maka tidak mungkin untuk memberikan
skema layout. Ketidak teraturan medan sering disebabkan oleh dasar sungai,
bekas alur sungai, jalan, punggung medan dan tanah yang tidak rata.
Hendaknya diatur trase saluran tersier pada kaki bukit utama dan
memberikan air dari salah satu sisi saluran kuarter yang mengali rparalel atau
dari kedua sisi saluran kuarter yang mungkin keaarah bawah punggu medan.
Pembuatan layout akhir hendaknya ditujukan untuk membuat petak
kuarter yang berukuran sama/serupa (Gambar 4.7), yang diberi air dari satu
saluran kuarter. Sebaiknya dicoba beberapa alternatif perencanaan dengan
mempertimbangkan biaya kelayakan pelaksanaannya. Bilarnana perIu
bangunan terjun direncanakan disaluran-saluran tersier kuarter. 
Saluran pembuang. pada umumnya berupa saluran pembuang alarn dan
letaknya harns cukup jauh dari saluran irigasi. Saluran pembuang alarn
biasanya akan melengkapi sistem punggung medan dan sisi medan. Situasi
dimana saluran irigasi harus melintasi salurna pembuang sebaiknya
dihindarkan. 
Jalan insespeksi akan mengikuti saluran tersier dan inijuga berarti
mengikuti punggung medan. Sebaiknya dibuat jalan petani dimana perIu,
sehingga tidak ada titik yang jauh dari 350 m dari jalan.
Layout pada Medan Datar
Pada umumnya tidak ada daerah datang yang lua sekali di lapangan,
kecuali dataran pantai dan tanah rawa-rawa. Potensi pertanian daerah-daerah
semacarn ini sering terhambat oleh sistem pembuangan yang jelek dan air
yang tergenang terus-menerus merusak kesuburan tanah. Sebelum tanah
semacarn ini dibuat produktif, harns dibuat sistim pembuang yang efisien
dulu. 
Tetapi saluran pembuang ini tidak dapat direncanakan secara terpisah dari
saluran pembawa. Keduanya saling melengkapi dan layout harus
direncanakan bersarnaan. 

KELOMPOK 08 | 20
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

Akan diperIukan pengukuran yang lebih detail karena saluran pembuang


harns mengikuti titik yang lebih rendah. Sistem yang paling baik adalah tipe
tulang ikan (herringbone type) atau sistem yang mengikuti gtelombang bagian
bawah. 
Kemudian posisi saluran dapat ditentukan. Pada medan yang berat
mungkin juga diperIukan saluran pembung sub-kuarter. Pembuang ini
sebaiknya berpola tulang ikan dan digali oleh para petani. Kemudian layout
saluran digabungkan pada jaringan pembuang. Skema layout ditunjukkan
pada garnbar 4.3. Saluran kuarter dapat memberikan air dari kedua sisinya
dan panjangnya bisa dibuat sarna dengan pembuang kuarter. 
Lebar maksimum petak kuarter bisa mencapai 400 m. Kesulitan yang
dialmi dalarn memberikan air dari sawah ke sawah pada tanah datar dapat
dikurangi dengan membuat saluran cacing tegak lurus terhadap saluran
kuarter.
2.1.3.3 Layout dan Trase Bangunan
Untuk perencanaan bangunan utama di sungai diperlukan informasi
topografi mendetail mengenai sungai dan lokasi bendung. Bersama-sama
dengan pengukuran untuk peta topografi umum, akan diukur pula beberapa
titik di sungai. Hasil-hasilnya akan digunakan dalam perencanaan
pendahuluan jaringan irigasi. Pengukuran ini mencakup unsur-unsur berikut: 
1. Peta bagian sungai di mana bangunan utama akan dibangun. Skala peta ini
adalah 1: 2.000 atau lebih besar, yang. meliput 1 km ke hulu dan 1 km ke hilir
bangunan utama dan melebar hingga 250 m ke masing-masing sisi sungai.
Daerah bantaran harus terliput semuanya. Kegiatan Pengukuran ini juga
mencakup pembuatan peta daerah rawan banjir. Peta itu harus dilengkapi
dengan garis-garis kontur pada interval 1,0 m, kecuali di dasar sungai dimana
diperlukan garis-garis kontur pada interval 0,50 m. Peta itu juga harus
memuat batas-batas penting seperti batas-batas desa, sawah dan semua
prasarananya. Di situ harus pula ditunjukkan tempat-tempat titik tetap
(benchmark) di sekeliling daerah itu lengkap dengan koordinat elevasinya. 

KELOMPOK 08 | 21
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

2. Potongan memanjang sungai dengan potongan melintang setiap 50 m.


Panjang potongan memanjang serta skala horisontalnya akan dibuat sama
dengan untuk peta sungai di atas skala vertikalnya 1: 200 atau 1 : 500,
bergantung kepada kecuraman medan. Skala. potongan melintangnya 1 : 200
horisontal dan 1 : 200 vertikal. Panjang potongan melintang adalah 50 m ke
masing-masing sisi sungai. Elevasinya akan diukur pada jarak maksimum 25
m atau untuk beda tinggi 0,25 m mana saja yang bisa dicapai lebih cepat. 
3. Pengukuran detail lokasi bendung yang sebenarnya harus dilakukan, yang
menghasilkan peta berskala 1: 200 atau 1: 500 untuk areal seluas kurang lebih
50 ha (1000 x 500 m2). Peta ini akan menunjukkan lokasi seluruh bagian
bangunan utama termasuk lokasi kantong pasir dan tanggul penutup. Peta ini
akan dilengkapi dengan titik rincik ketinggian dan garis-garis kontur setiap
0,25 rn. 
Persyaratan penggambaran detail topografi adalah sarna dengan
penggarnbaran untuk peta topografi umurn seperti yang dirinci pada pasal
4.3.1. Uraian yang lebih rinci diberikan pada bagian PT–02 Persyaratan
Teknis untuk Pengukuran Topografi, KP – 07 Standar Penggambaran dan KP
– 02 Bangunan Utama.
2.1.3.4. Skema Jaingan Irigasi
Adapun dalam merencanakan jaringan irigasi harus dibuat skema rencana
jaringan irigasi dan skema letak maupun jenis bangunan. 
1. Skema jaringan irigasi adalah merupakan gambaran yang menampilkan
jaringan saluran dimulai dari bendung, saluran primer, sekunder, bangunan
bagi, bangunan sadap, dan petak-petak tersier dengan standar sistem tata
nama.
2. Skema bangunan adalah yang menampilkan khusus jumlah dan macam
bangunan-bangunan yang ada pada tiap-tiap ruas saluran dan berada dalam
satu daerah jaringan irigasi dengan standar sistem tata nama.

KELOMPOK 08 | 22
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

2.2. Bangunan Jaringan Irigasi


Bangunan Jaaringan Irigasi adalah saluran bangunan dan bangunan
pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk
penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
2.2.1 Saluran Pembawa
Saluran Pembawa mempunyai fungsi membawa/mengalirkan air dari
sumbernya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran
primer, saluran sekunder, saluran tersier, saluran kwarter. Termasuk dalam
bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got
miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang
dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan
nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan
berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi.
a) Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran
sekunder dan kepetak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran
primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
b) Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. Batas akhir saluran sekunder adalah bangunan boks
tersier terakhir
c) Saluran Kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari
boks tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut, Batas akhir dari saluran kwarter adalah bangunan
boks kuarter terakhir.
2.2.2 Saluran Pembuang
Saluran pembuang dimaksudkan untuk membuang kelebihan air dipetak
sawah. Kelebihan air dipetak sawah diubuang melalui saluran pembuang,
sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui bangunan pelimpah.
Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu :
a) Saluran pembuang kuarter

KELOMPOK 08 | 23
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

b) Saluran pembuang tersier


c) Saluran pembuang sekunder
d) Saluran pembuang primer
2.2.3 Bangunan Sadap
Bangunan sadap merupakan bangunan yang digunakan untuk menyadap
air dari saluran primer ke saluran sekunder atau saluran sekunder ke saluran
tersier.
a) Bangunan Sadap Sekunder
Bangunan sadap sekunder akan memberi air ke saluran sekunder dan oleh
sebab itu, melayani lebih dari satu petak tersier. Kapasitas bangunan –
bangunan sadap ini secara umum lebih besar daripada 0,250 m3/dt.

Ada empat tipe bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan sadap
sekunder, yakni :
a) Alat ukur Romijn
b) Alat ukur Crump_de Gruyter
c) Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar
d) Pintu aliran bawah dengan alat ukur Flume

Tipe mana yang akan dipilih bergantung pada ukuran saluran sekunder yang
akan diberi air serta besarnya kehilangan tinggi energi yang diizinkan.

Untuk kehilangan tinggi energi kecil, alat ukur Romijn dipakai hingga debit
sebesar 2 m3/dt ; dalam hal ini dua atau tiga pintu Romijn dipasang
bersebelahan. Untuk debit_debit yang lebih besar, harus dipilih pintu sorong

KELOMPOK 08 | 24
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

yang dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah, yakni alat ukur ambang
lebar.

Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai, maka alat ukur
Crump_de Gruyter merupakan bangunan yang bagus. Bangunan ini dapat
direncana dengan pintu tunggal atau banyak pintu dengan debit sampai
sebesar 0,9 m3/dt setiap pintu.

b) Bangunan Sadap Tersier


Bangunan sadap tersier akan memberi air kepada petak_petak tersier.
Kapasitas bangunan sadap ini berkisar antara 50 l/dt sampai 250 l/dt
Bangunan sadap yang paling cocok adalah alat ukur Romijn, jika muka air
hulu diatur dengan bangunan pengatur dan jika kehilangan tinggi energi
merupakan masalah. Bila kehilangan tinggi energi tidak begitu menjadi
masalah dan muka air banyak mengalami fluktuasi, maka dapat dipilih alat
ukur Crump_de Gruyter. Harga antara debit Q untuk alat ukur Crump_de
Gruyter lebih kecil daripada harga antara debit untuk pintu Romijn. Di
saluran irigasi yang harus tetap rnemberikan air selama debit sangat rendah,
alat ukur Crump_de Gruyter lebih cocok karena elevasi pengambilannya lebih
rendah daripada elevasi pengambilan pintu Romijn. Sebagai aturan umum,
pemakaian beberapa tipe bangunan sadap tersier sekaligus di satu daerah
irigasi tidak disarankan. Penggunaan satu tipe bangunan akan lebih
mempermudah pengoperasiannya. Untuk bangunan sadap tersier yang
mengambil air dari saluran primer yang besar, di mana pembuatan bangunan
pengatur akan sangat mahal dan muka air yang diperlukan di petak tersier
rendah dibanding elevasi air selama debit rendah disaluran, akan
menguntungkan untuk memakai bangunan sadap pipa sederhana dengan pintu
sorong sebagai bangunan penutup. Debit maksimum melalui pipa sebaiknya

KELOMPOK 08 | 25
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

didasarkan pada muka air rencana di saluran primer dan petak tersier. Hal ini
berarti bahwa walaupun mungkin debit terbatas sekali, petak tersier tetap bisa
diairi bila tersedia air di saluran primer pada elevasi yang cukup tinggi untuk
mengairi petak tersebut.
2.2.4 Bangunan Pembagi
Bangunan Bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer,
sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh
saluran bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi
ini masing-masing disebut boks tersier dan boks kuarter. Dalam rangka
penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu
rangkaian bangunan.
Bangunan Bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3
bagian utama, yaitu :
a) Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai
dengan tinggi pelayanan yang direncanakan
b) Perlengkapan jalan air melintasi tanggul,jalan atau bangunan lain
menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka
ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pirntu
pengatur agar debit yang masuk saluran dapat diatur.
c) Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksud untuk
mengukur besarnya debit yang mengalir.
2.2.5 Bangunan Penunjang
Bangunan Penunjang adalah bangunan air yang melengkapi sistem
drainase berupa bangunan terjun, talang, gorong-gorong, dan sipon.
2.2.5.1 Terjunan
Bangunan teijun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan
tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan.
Bangunan semacam ini mempunyai empat bagian fungsional, masing-masing
memiliki sifat-sifat perencanaan yang khas.

KELOMPOK 08 | 26
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

a) Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian dimana aliran menjadi


superkritis.

b) Bagian dimana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah.


c) Bagian tepat di sebelah hilir potongan U dalam Gambar 5-23., yaitu
tempat
d) Ddimana energi diredam.
e) Bagian peralihan saluran memerlukan lindungan untuk mencegah
erosi.
Gambar Bangunan Terjun
2.2.5.1 Talang
Talang adalah saluran buatan yang dibuat dari pasangan beton bertulang,
kayu atau baja maupun betonferrocement, didalamnya air mengalir dengan
permukaan bebas, dibuat melintas lembah dengan panjang tertentu (umumnya
dibawah 100m), saluran pembuang, sungai, jalan atau rel kereta api,dan
sebagainya. Dan saluran talang minimum ditopang oleh 2 (dua) pilar atau
lebih dari konstruksi pasangan batu untuk tinggi kurang 3 meter (beton
bertulang pertimbangan biaya) dan konstruksi pilar dengan beton bertulang
untuk tinggi lebih 3 meter.

KELOMPOK 08 | 27
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

Gambar Sketsa Tampak Atas

Gambar Contoh Talang

KELOMPOK 08 | 28
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

2.2.5.3 Gorong Gorong


Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air
(saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya
saluran), bawah jalan, atau jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai
potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu
maupun hilir. Sebagian dari potongan melintang mungkin berada diatas muka
air. Dalam hal ini gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka dengan
aliran bebas. Pada gorong-gorong aliran bebas, benda-benda yang hanyut
dapat lewat dengan mudah, tetapi biaya pembuatannya umumnya lebih mahal
dibanding gorong-gorong tenggelam. Dalam hal gorong-gorong tenggelam,
seluruh potongan melintang berada dibawah permukaan air. Biaya
pelaksanaan lebih murah, tetapi bahaya tersumbat lebih besar.

Gambar Perlintasan dengan Jalan Kecil (Gorong-Gorong)

KELOMPOK 08 | 29
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

Gambar Standart Pipa Beton

KELOMPOK 08 | 30
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

Gambar Gorong-Gorong segi empat

Berikut ini adalah beberapa tipe gorong-gorong:


a) Pipa beton bertulang
b) Pipa beton tumbuk diberi alas beton
c) Pasangan batu dengan dek beton bertulang
d) Bentuk boks segi empat dari beton bertulang yang dicor di tempat.
2.2.5.4 Sipon
Sipon adalah bangunan yang membawa air melewati bawah saluran lain
(biasanya pembuang) atau jalan. Pada sipon air mengalir karena tekanan.
Perencanaan hidrolis sipon harus mempertimbangkan kecepatan aliran,
kehilangan pada peralihan masuk, kehilangan akibat gesekan, kehilangan
pada bagian siku sipon serta kehilangan pada peralihan keluar. Diameter
minimum sipon adalah 0,60 m untuk memungkinkan pembersihan dan
inspeksi. Karena sipon hanya memiliki sedikit fleksibilitas dalam mengangkut
lebih banyak air daripada yang direncana, bangunan ini tidak akan dipakai
dalam pembuang. Walaupun debit tidak diatur, ada kemungkinan bahwa
pembuang mengangkut lebih banyak benda-benda hanyut. Agar pipa sipon
tidak tersumbat dan tidak ada orang atau binatang yang masuk secara
kebetulan, maka mulut pipa ditutup dengan kisi-kisi penyaring (trashrack).
Biasanya pipa sipon dikombinasi dengan pelimpah tepat di sebelah hulu agar

KELOMPOK 08 | 31
TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR 1
S1 TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JEMBER

air tidak meluap diatas tanggul saluran hulu. Di saluran-saluran yang lebih
besar, stpon dibuat dengan pipa rangkap (double barrels) guna menghindari
kehilangan yang lebih besar di dalam sipon jika bangunan itu tidak
mengalirkan air pada debit rencana. Pipa rangkap juga menguntungkan dari
segi pemeliharaan dan mengurangi biaya pelaksanaan bangunan. Sipon yang
panjangnya lebih dari 100 m harus dipasang dengan lubang periksa (manhole)
dan pintu pembuang, jika situasi memungkinkan, khususnya untuk jembatan
sipon. Pemasangan sipon (yang panjangnya lebih dari 100 m) memerlukan

seorang ahli mekanik dan hidro1ik.


Gambar Contoh Sipon

KELOMPOK 08 | 32

Anda mungkin juga menyukai