Anda di halaman 1dari 16

TUGAS BESAR

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR


PERENCANAA SISTEM JARINGAN IRIGASI
DOSEN PENGAMPU : Dra. SUMIHARNI, M.T

Ditulis Oleh:

FIKY PRASETYA PUTRA

18110007

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MALAHAYATI

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI.............................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................2

1.2 Tujuan dan Manfaat....................................................................3

BAB II PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Umum........................................................................................4

2.2 Sistem Irigasi dan Klasifikasi

Jaringan Irigasi ..........................................................................4

2.3 Kebutuhan Air Irigasi................................................................6

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Air tanaman.....7


2.5 Kebutuhan Air Tanaman............................................................7
2.6 Efisisensi Irigasi.........................................................................9
2.7 Pola Tanam dan Sistem Golongan...........................................10
2.8 Kebutuhan Air..........................................................................11

BAB III SOAL DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas perencanaan...................................................................

3.2

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

i1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan dasar tiap makhluk hidup. baik manusia, air tidak hanya berfungsi sebagai
pemuas dahaga kegunaan air lainnya adalah untuk mencuci mandi irigasi untuk pertanian bahkan
sebagai pembangkit tenaga listrik seiring bertambahnya jumlah penduduk kebutuhan akan air
menjadi semakin tinggi sementara itu keberadaan air cenderung semakin langka untuk itu
penggunaan air harus dilakukan secara efektif dan seefisien mungkin.

Sebagai negara agraris kebutuhan air bagi Indonesia sangat tinggi demi mendukung sektor pertanian
ketersediaan air di sektor pertanian tentunya dapat menunjang kebutuhan bahan pangan bagi
masyarakat namun ada saatnya air yang tersedia cukup melimpah dan ada saatnya ketersediaan air
sangat minim tergantung pada musim Selain itu lahan yang jauh dari sumber air akan mengalami
kesulitan dan dalam penyediaan air untuk pertanian dengan demikian keberadaan bangunan air dan
irigasi sangat diperlukan untuk menjamin ketersediaan dan distribusi air bagi lahan baik dekat
maupun jauh dari sumber mata air.

Untuk merencanakan suatu jaringan irigasi diperlukan perencanaan dan perhitungan yang cermat
agar dapat memenuhi persyaratan teknis dan dapat dipergunakan selama bertahun-tahun tanpa
adanya kekeringan air di sawah dengan demikian tugas desain irigasi ini akan menjelaskan secara
sistematis dan rinci perencanaan jaringan irigasi yang memenuhi persyaratan teknis tersebut desain
irigasi ini diprioritaskan pada masyarakat yang pada umumnya petani padi palawija dan lain-lain
yang sangat membutuhkan air sebagai asupan makanan kebunnya agar tetap terjaga dan bisa
memberikan hasil panen yang sangat banyak tentunya dengan mutu yang sangat bagus.

i2
1.2. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari penyusunan tugas besar ini adalah:

1. Memahami perancangan daerah irigasi yang meliputi perencanaan petak saluran


peserta dimensi saluran ketersediaan air dan kebutuhan air.

Adapun manfaat dari penyusunan tugas besar ini adalah:

1. Untuk membasahi tanah yaitu membantu pembahasan tanah pada daerah yang curah
hujannya kurang atau tidak menentu.
2. Untuk mengatur pembahasan tanah yang dimaksud agar daerah agar daerah
pertanian dapat diakhiri sepanjang waktu baik pada musim kemarau maupun pada
musim penghujan.

i3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum

Bangunan dan saluran irigasi sudah dikenal sejak zaman sebelum masehi. Hal ini dapat
dibuktikan oleh peninggalan sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah dunia. Keberadaan
bangunan tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa sumber makanan nabati yang
disediakan oleh alam sudah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Segi teknis
dari persoalan pertanian ini menimbulkan permasalahan dari yang paling sederhana sampai
yang paling sulit.
Air tunduk pada hukum gravitasi, sehingga air dapat mengalir melalui saluran-saluran
secara alamiah ke tempat yang lebih rendah. Untuk keperluan irigasi dengan cara yang paling
sederhana pun telah dapat dicapai hal yang cukup memadai. Kemajuan ilmu dan teknologi
senantiasa memperluas batas-batas yang dapat dicapai dalam bidang keirigasian. Manusia
mengembangkan ilmu alam, ilmu fisika, dan juga hidrolika yang meliputi statistika dan
dinamika benda cair semua ini membuat pengetahuan tentang Irigasi bertambah lengkap.

2.2. Sistem Irigasi dan Klasifikasi Jaringan Irigasi

Dalam perkembangannya irigasi dibagi menjadi tiga tipe yaitu:

a. Irigasi Sistem Gravitasi

Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama dikenal dan diterapkan dalam
kegiatan usaha tani. dalam sistem irigasi ini, sumber air diambil dari air yang ada di
permukaan bumi yaitu dari sungai, Waduk, dan danau di dataran tinggi. pengaturan dan
pembagian air irigasi menuju ke petak-petak yang membutuhkan dilakukan secara gravitatif.

b. Irigasi Sistem pompa

Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan secara gravitatif
ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik. Cara Ini Membutuhkan modal kecil,
namun memerlukan biaya eksploitasi yang besar. sumber air yang dapat dipompa untuk
keperluan irigasi dapat diambil dari sungai.

c. Irigasi Pasang Surut

Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang surut adalah suatu tipe irigasi yang
memanfaatkan pengembangan air sungai akibat peristiwa pasang surut air laut. Areal yang
direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh langsung dari
peristiwa pasang surut air laut. Untuk daerah Kalimantan misalnya, daerah ini bisa mencapai

i4
panjang 30-50 km memanjang pantai dan 10 -15 KM masuk ke darat. Air genangan yang
berupa air tawar dari sungai akan menekan dan mencuci kandungan tanah sulfat asam dan
akan dibuang pada saat Air Laut surut.

Adapun klasifikasi jaringan irigasi Bila ditinjau dari cara pengaturan, cara pengukuran aliran
air dan fasilitasnya, dibedakan atas tiga tingkatan yaitu:
a. Jaringan Irigasi Sederhana.

Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur sehingga air
lebih akan mengalir ke saluran pembuangan. Persediaan air biasanya berlimpah dan
kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak
diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air.

Jaringan irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki kelemahan-kelemahan


serius yakni:

1). Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang
tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur.
2). Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk
Karena tiap Desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri.
3). Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap atau permanen, maka umurnya
pendek.

b. Jaringan irigasi semi teknis.

Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bentuknya terletak di sungai lengkap dengan
pintu pengambilan tanpa bantuan pengukur di bagian hilirnya. Beberapa bangunan
permanen biasanya juga sudah dibangun di jaringan saluran. Sistem pembagian air biasanya
serupa dengan jaringan sederhana. Bangunan pengambilan dipakai untuk melayani atau
mengairi daerah yang lebih luas daripada daerah layanan jaringan sederhana.

c. Jaringan Irigasi Teknis.

Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran irigasi/
pembawa dan saluran pembuang/pemutus. Ini berarti bahwa baik saluran pembawa maupun
pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Saluran pembawa mengalirkan
air irigasi ke sawah-sawah dan saluran pembuang mengalirkan kelebihan air dari sawah-
sawah ke Pembuang. Tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah
peta tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar
antara 500-100 ha kadang-kadang sampai 150 ha.

Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung di
dalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter dan selanjutnya akan dialirkan ke
jaringan pembuang sekunder dan kuarter. Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada

i5
prinsip-prinsip di atas adalah cara pengambilan air yang paling efisien dengan
mempertimbangkan waktu-waktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan untuk para
petani. Jaringan irigasi teknis seperti ini memungkinkan untuk dilakukannya metode
pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan juga pembuangan air lebih secara efisien. Jika
petak tersier hanya memperoleh air pada satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan
memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit di saluran primer, eksploitasi yang lebih
baik dan pemeliharaan yang lebih murah. Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak
tersier juga tidak akan mempengaruhi pembagian air di jaringan utama.

Secara singkat klasifikasi jaringan irigasi dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:

a. Klasifikasi Jaringan Irigasi

2.3. Kebutuhan air Irigasi

Kebutuhan air irigasi adalah Jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
evapotranspirasi. Kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan
jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah.
Kebutuhan air sawah padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut:

a) penyiapan lahan

b) penggunaan konsumtif

c) pergantian lapisan air

d) curah hujan efektif


i6
Kebutuhan air di sawah dengan dinyatakan dalam mm/hari atau LT/ dt/ha. Kebutuhan air
belum termasuk efisiensi di jaringan tersier dan utama. Efisiensi dihitung dalam kebutuhan
pengambilan air sungai.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air pada tanaman adalah sebagai berikut:

1) Topografi

Keadaan topografi mempengaruhi kebutuhan air tanaman. Untuk lahan yang miring
membutuhkan air yang lebih banyak dari lahan yang datar. Karena air akan lebih cepat
mengalir menjadi aliran permukaan dan hanya sedikit yang mengalami infiltrasi. Dengan
kata lain kehilangan air di lahan miring akan lebih besar.

2) Hidrologi

Jumlah curah hujan mempengaruhi kebutuhan air makin banyak curah hujannya maka
makin sedikit kebutuhan air tanaman l, Hal ini dikarenakan hujan efektif akan menjadi besar.

3) Klimatologi

Keadaan cuaca adalah salah satu syarat yang penting untuk pengelolaan pertanian.
Tanaman tidak dapat bertahan dalam keadaan cuaca buruk. Dengan memperhatikan keadaan
cuaca dan cara pemanfaatannya, maka dapat dilaksanakan penanaman tanaman yang tepat
untuk periode yang tepat dan sungai dengan keadaan tanah. Cuaca dapat digunakan untuk
rasionalisasi penentuan laju evaporasi dan evapotranspirasi. Hal ini sangat bergantung pada
jumlah jam penyinaran matahari dan radiasi matahari.
Untuk penentuan tahun/ periode dasar bagi rancangan irigasi harus dikumpulkan data hujan
dengan jangka waktu yang sepanjang mungkin. Di samping data curah hujan diperlukan juga
penyelidikan evapotranspirasi, Kecepatan angin, arah angin, suhu udara, jumlah jam
penyinaran matahari, dan kelembaban.

4) Tekstur Tanah

Selain membutuhkan air, tanaman juga membutuhkan tempat untuk untuk tumbuh, yang
dalam teknik irigasi dinamakan tanah. Tanah yang baik untuk usaha pertanian ialah tanah
yang Mudah dikerjakan dan bersifat produktif serta subur. Tanah yang baik tersebut
memberi kesempatan pada akar tanaman untuk tumbuh dengan mudah, menjamin Sirkulasi
air dan udara serta baik pada zona perakaran dan secara relatif memiliki persediaan hara dan
kelembaban tanah yang cukup.
Tanaman membutuhkan air. Oleh karena itu, pada zona perakaran perlu tersedia lengan
tanah yang cukup, Tetapi walaupun kelembaban tanah perlu dipelihara, air yang diberikan
tidak boleh berlebih. pemberian air harus sesuai dengan kebutuhan dan sifat tanah serta
tanaman.
2.5. Kebutuhan Air Tanaman

Kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh faktor-faktor evaporasi, transpirasi yang


kemudian dihitung secara evapotranspirasi.

i7
1) Evaporasi

Evaporasi adalah suatu peristiwa perubahan air menjadi uap. Dalam proses penguapan
air berubah menjadi uap dengan adanya energi panas matahari, udara yang bertiup (angin),
kelembaban udara, dll. Terdapat beberapa metode untuk menghitung besarnya evaporasi,
diantaranya adalah metode penman.

2) Transpirasi

Transpirasi adalah suatu proses pada peristiwa uap air meninggalkan tubuh tanaman
dan memasuki atmosfer. Faktor iklim yang mempengaruhi laju transpirasi adalah intensitas
penyinaran matahari, tekanan uap air di udara,suhu, Kecepatan angin.

3) Evapotranspirasi.

Evapotranspirasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap ke udara bergerak dari
permukaan tanah, permukaan air dan penguapan melalui tanaman. Jika air yang tersedia
dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut evapotranspirasi potensial.
evapotranspirasi sering disebut sebagai kebutuhan konsumtif tanaman yang
merupakan jumlah air untuk evaporasi dari permukaan areal tanaman dengan air untuk
transpirasi dari tubuh tanaman.

Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi dan evapotranspirasi adalah suhu air,


suhu udara, kelembaban udara, Kecepatan angin, tekanan udara dan sinar matahari yang
saling berhubungan satu dengan yang lain.

Rumus penman dalam bentuknya yang dimodifikasi yang menunjukkan


evapotranspirasi potensial adalah seperti berikut:

2.2 Rumus Penman

i8
2.6. Efisiensi Irigasi

Air yang diambil dari sumber air atau sungai yang dialirkan ke area irigasi tidak semuanya
dimanfaatkan oleh tanaman. Dalam praktek irigasi terjadi kehilangan air. Kehilangan air
tersebut dapat berupa penguapan di saluran irigasi, rembesan dari saluran atau untuk
keperluan lain ( rumah tangga).

1) efisiensi pengaliran

Jumlah air yang dilepaskan dari bangunan sadap ke areal irigasi mengalami kehilangan air
selama pengalirannya. Kehilangan Air ini menentukan besarnya efisiensi pengaliran.

EPNG = (Asa/Adb) x 100%

dengan:

EPNG = efisiensi pengaliran


Asa = air yang sampai di irigasi
Adb = air yang diambil dari bangunan sadap

2) efisiensi pemakaian

Efisiensi pemakaian adalah perbandingan antara air yang dapat ditahan pada zona
perakaran dalam periode pemberian air, dengan air yang diberikan pada areal irigasi.

EPMK = (Adzp/Asa) x 100%

dengan:

EPMK = efisiensi pemakai


Adzp = air yang dapat ditahan pada zona perakaran
Asa = air yang diberikan ( sampai) di areal irigasi

3) efisiensi penyimpanan

Apabila keadaan sangat kekurangan jumlah air yang dibutuhkan untuk mengisi lengas
tanah pada zona perakaran adalah Adp ( air tersimpan penuh) dan air yang diberikan adalah
Adk maka efisiensi penyimpanan adalah

EPNY = (Adk/Asp) x 100%

dengan:
i9
EPNY = efisiensi penyimpanan
Asp = air yang tersimpan
Adk = air yang diberikan

Sesungguhnya jenis efisiensi tidak terbatas seperti tertulis di atas karena nilai efisiensi
dapat pula terjadi pada saluran primer, bangunan bagi, saluran sekunder dan sebagainya.
Cara prinsip nilai efisiensi adalah:

EF = [(Abdk – Ahl)/Adk] x 100%

EF = efisiensi
Adbk = air yang diberikan
Ahl = air yang hilang

2.7. Pola Tanam dan Sistem golongan

1). Pola Tanam

Untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman penentuan pola tanam merupakan hal yang
perlu dipertimbangkan. Pola tanam adalah suatu sistem Dalam menentukan jenis-jenis
tanaman atau pergiliran tanaman produksi pada suatu daerah tertentu yang disesuaikan
dengan persediaan air yang ada pada periode musim hujan dan musim kemarau.

2) Sistem Golongan

Untuk memperoleh tanaman dengan pertumbuhan yang optimal guna mencapai


produktivitas yang tinggi Maka penanaman harus memperhatikan pembagian air secara
merata ke semua petak tersier dalam jaringan irigasi sumber air tidak selalu dapat
menyediakan air irigasi yang dibutuhkan sehingga harus dibuat rencana pembagian air
yang baik agar air yang tersedia dapat digunakan secara merata dan seadil-adilnya
kebutuhan air yang tertinggi untuk suatu peta tersier adalah Q Max yang dapat sewaktu-
waktu merencanakan seluruh sistem irigasi besarnya debit Q yang tersedia tidak tetap
tergantung pada sumber dan luas tanaman yang harus dialiri pada saat-saat di mana air
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dengan pengaliran menerus maka
pemberian air tanaman dilakukan secara bergilir dalam musim kemarau dimana keadaan
air mengalami kritis maka pemberian air tanaman akan diberikan/ diprioritaskan kepada
tanaman yang telah direncankanan.

i10
2.8. Kebutuhan Air

a.Penyiapan Lahan

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan air irigasi pada
suatu proyek irigasi faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk
penyiapan adalah:

1. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan.


2. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.

Faktor-faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah:

1. Tersedianya Tenaga Kerja dan ternak penghela atau traktor Untuk menggarap tanah
2. Perlu memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk menanam
padi sawah atau padi ladang kedua.

1) kebutuhan air untuk penyiapan lahan

Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan
berdasarkan kedalaman serta porositas tanah sawah.

2) kebutuhan air selama penyiapan lahan

Untuk perhitungan irigasi selama penyiapan lahan digunakan metode yang digunakan oleh
Van de goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam
lt/dt selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus sebagai berikut:

IR= Mek/(ek -1)

Dengan :

i11
IR = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari)
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah
yang sudah dijenuhan M = Eo + P (mm/hari)
P = Perkolasi
K = MT/S
T= jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = kebutuhan air untuk menjenuhkan ditambah dengan lapisan air 50 mm, yakni 200 + 50
= 250 MM seperti yang sudah diterangkan di atas.
E = Eksponensial

Waktu yang diperlukan untuk penyiapan lahan tergantung pada kondisi di lapangan
biasanya antara 30- 45 hari untuk daerah proyek baru jangka waktu penyiapan lahan akan
ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di daerah sekitarnya sebagai pedoman
diambil jangka waktu penyiapan lahan 45 hari untuk menyelesaikan penyiapan lahan di
seluruh petak tersier.
Untuk penjenuhan dan Pengelolaan tanah diperlukan lapisan setebal 200 mm + 500 mm
lapisan air awal setelah transpalantasi selesai secara keseluruhan lapisan air yang
diperlukan menjadi 250 MM bila lahan telah dibiarkan selama jangka waktu yang lama
(2,5 bulan atau lebih) maka lapisan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300
MM.
Berdasarkan perhitungan di atas besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat
dilihat pada tabel berikut:

b. Debit Andalan

Debit andalan adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi yang dapat
dipakai untuk irigasi. Debit andalan merupakan debit dari suatu sumber air ( misalnya
sungai) yang diharapkan dapat disadap untuk keperluan irigasi. Debit andalan yang
digunakan dalam perencanaan jaringan irigasi ini menggunakan persamaan metode
rasional sebagai berikut:

Q = k.C.I.A
i12
Dimana :

Q = debit andalan ( m³/dt)


k = 0,278
C = runoff coefficient ( 0,08 untuk tanah pertanian)
I = intensitas curah hujan/r80 (MM/hari)

c. Debit yang dibutuhkan

Dari hasil perhitungan kebutuhan air setiap bulannya maka dapat diperoleh debit yang
dibutuhkan pada setiap pola tanam :

d. Debit saluran

Untuk menghitung debit saluran digunakan rumus:

i13
BAB III
SOAL DAN PEMBAHASAN

Mata kuliah irigasi dan bangunan air dengan Dosen Pengampu Ibu Dra.SUMIHARNI
DARSUM, S.T.,M.T yang diberikan tugas besar perencanaan sistem jaringan irigasi untuk
melengkapi nilai dari mata kuliah tersebut diberikan soal seperti terlampir.

Tugas Perencanaan Sistem Jaringan Irigasi Meliputi :


I. Membuat skema jaringan (primer,sekunder,tersier, dan kuarter)
II. Pemberian nama bangunan/saluran
III. Perhitungan dimensi saluran
IV. Membuat skema bangunan
V. Menghitung luas petak
VI. NFR = 2,1 lt/dt/ha
VII. Tentukan Luas Petak A=12 ha, B=18 ha, C=23 ha, D=25 ha, E=30 ha,
F=11 ha, G=15 ha, H=6 ha, I= 9.ha

i14
DAFTAR PUSTAKA

Mata Kuliah Irigasi dan Bangunan Air Ibu Dra. SUMIHARNI, M.T pertemuan 13 (2023)

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (2016). Rencana Rencana


Pengelolaan Wilayah Irigasi dan pengairan pertanian (RAN-PSDA) 2015-2019.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). (2014). Rencana Rencana


Pengelolaan Wilayah Irigasi dan pengairan pertanian Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut. (2017). Rencana Pengelolaan Wilayah Irigasi
dan pengairan pertanian (RPWPPK) 2017-2027. Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang
Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR). (2017). Pedoman


Umum Pembuatan Irigasi dan Bangunan Air (PUPIBA). Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.

Mata Kuliah Irigasi Dan Bangunan Air Ibu Dra. SUMIHARNI, M.T pertemuan 9 (2023)

Agustina, L., & Susanto, B. (2019). Implementasi Kebijakan Irgasi dan Bangunan Air
di Indonesia: Studi Kasus DAS Citarum. Pustaka Setia.

Sumber : KP – 01, tahun 1986 Kebutuhan Air untuk Aliran irigasi dan penyiapan lahan
pertanian.

i15

Anda mungkin juga menyukai