Selasa – Kelompok 1
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga,
1,2,3,4)
Abstrak: Irigasi curah (sprinkler irrigation) merupakan pemberian air pada permukaan tanah
dalam bentuk percikan air seperti curah hujan. Tekanan dihasilkan dari pemompaan sumber air.
Agar mampu menghasilkan aliran yang seragam dibutuhkan pemilihan ukuran sprinkler, tekanan
operasional, dan spacing atau jarak antar sprinkler yang sesuai. Pada perencanaan jaringan irigasi
curah terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, salah satunya adalah memiliki sumber air
yang cukup baik kualitasnya dan sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hal-hal yang
telah dijelaskan sebelumnya, dapat diketahui bahwa penelitian ini dilakukan untuk merencanakan
suatu sistem irigasi. Sistem irigasi yang digunakan adalah sistem irigasi curah (sprinkler irrigation)
yang dimanfaatkan untuk tanaman cabai merah besar (Capsicum annum L.) di lahan terbuka pada
jaringan irigasi (SBK – 115) di Desa Sumberkima, Kecamatan Grogok, Kabupaten Buleleng,
Provinsi Bali. Irigasi untuk pertanian tanaman cabai di Desa Sumberkima, Kabupaten Buleleng,Bali
tepat jika menggunakan irigasi curah dikarenakan nilai kecepatan anginnya <4,4 m/detik, daerah
termasuk ke dalam zona C3, dan memiliki laju infiltrasi >4 mm/jam. Irigasi curah ini menggunakan
pompa bertipe SP 46-5 dengan merk Grundfos yang memiliki total head sebesar 40
m. Generator yang digunakan bermerk IWATA dengan tipe IW10WS yang memiliki daya 10 kW.
Rancangan biaya irigasi yang dibutuhkan untuk pembangunan sebesar Rp 344.367.100,-
Kata kunci: Irigasi Curah, Biaya
Abstract:. Sprinkler irrigation is the application of water to the soil surface in the form of water
splashes such as rainfall. The pressure is generated by pumping the water source. To be able to
produce a uniform flow, it is necessary to select the appropriate sprinkler size, operational pressure,
and spacing or distance between sprinklers. In planning the bulk irrigation network there are several
requirements that must be met, one of which is having a water source that is of good qualityand
suitable for plant growth. Based on the things that have been described previously, it can be seen
that this research was conducted to plan an irrigation system. The irrigation system used is a
sprinkler irrigation system used for large red chili (Capsicum annum L.) in open land on an
irrigation network (SBK – 115) in Sumberkima Village, Grogok District, Buleleng Regency, Bali
Province. Irrigation for chili farming in Sumberkima Village, Buleleng Regency, Bali is appropriate
if using bulk irrigation because the wind speed is <4.4 m/second, the area is included in the C3 zone,
and has an infiltration rate of >4 mm/hour. This bulk irrigation uses a pump type SP 46-5 withthe
Grundfos brand which has a total head of 40 m. The generator used is the IWATA brand with the
IW10WS type which has a power of 10 kW. The design of irrigation costs needed for constructionis
Rp. 344,367,100,-
\Keywords: Sprinkler Irrigation, Cost
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa yang memiliki
iklim tropis di sebagian besar wilayahnya. Sebagian besar wilayah Indonesia terbiasa
dengan cuaca yang cukup hangat sepanjang tahun, yaitu terbagi menjadi musim hujan
dan kemarau. Musim memiliki ruang lingkup yang berbeda bervariasi berdasarkan
lokasi. Hal ini merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam
perencanaan pembangunan suatu daerah, terutama yang berkaitan dengan sektor
pertanian. Tanaman dapat sangat tergantung pada iklim tempat mereka tumbuh dan
dapat mempengaruhi produksi daerah tersebut. Pemerintah Indonesia memimpin
upaya pembangunan di bidang irigasi, bertujuan agar dapat dirasakan langsung oleh
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan air. Untuk memenuhi kebutuhan air,
khususnya kebutuhan air untuk pertanian, perlu dibangun suatu sistem irigasi.
Dalam perencanaan jaringan irigasi curah, beberapa syarat harus dipenuhi salah
satunya adalah memiliki sumber air yang cukup bagus dan cocok untuk pertumbuhan
tanaman. Sistem irigasi curah umum diterapkan pada tanaman bernilai ekonomi
tinggi. Salah satu tanaman yang bernilai ekonomis tinggi di daerah Bali yaitu tanaman
cabai. Sistem irigasi yang digunakan adalah sistem irigasi curah (sprinkler irrigation)
yang dimanfaatkan untuk tanaman cabai merah besar (Capsicum annum L.) di lahan
terbuka pada jaringan irigasi (SBK – 115) di Desa Sumberkima, Kabupaten Buleleng,
Provinsi Bali. Penelitian bertujuan untuk mengetahui desain layout jaringan irigasi
curah, kebutuhan kapasitas jaringan irigasi curah, serta tipe pompa yang sesuai untuk
perencanaan sistem irigasi curah tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Irigasi Curah
Irigasi curah atau irigasi overhead adalah teknik untuk pemberian air irigasi
melalui pipa tekanan ke permukaan bumi dan menuangkannya ke udara berupa tetesan
air kecil yang mirip dengan hujan (Sapomo et al. 2013). Sistem irigasi curah terdiri
dari beberapa unit komponen, yaitu: sumber air irigasi, pompa air dan drive, perpipaan
dan alat penyiram. Sistem ini juga digunakan untuk irigasi dengan efisiensi tinggi
pada lahan yang bergelombang serta biaya yang dibutuhkan cukup tinggi. Keahlian
yang tepat sangat dibutuhkan dalam merancang penempatan unit di lahan karena
kemungkinan kecepatan angin yang berubah-ubah (Tusi 2016).
Zona Agroklimat
Agroklimat adalah daerah yang dibatasi oleh kondisi iklim tertentu yang
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Faktor iklim berbeda-beda di
setiap daerah agroklimat seperti perubahan suhu, curah hujan, kelembaban udara dan
intensitas sinar matahari. Oleh karena itu, setiap daerah agroklimat memiliki
karakteristik dan persyaratan pertumbuhan yang berbeda. Curah hujan yang turun di
daerah agroklimat mempengaruhi kebutuhan air tanaman. Zona agroklimat dengan
curah hujan rendah membutuhkan irigasi tambahan untuk menjaga kelembaban tanah
dan memastikan pertumbuhan tanaman yang optimal. Sebaliknya, daerah agroklimat
dengan curah hujan tinggi cenderung membutuhkan sistem drainase untuk
menghilangkan kemungkinan kelebihan air yang menyebabkan kerusakan tanaman
(Fuadi et al. 2020).
Laju Infiltrasi
Infiltrasi adalah peristiwa merembesnya air kedalam tanah melalui
permukaan turun secara vertikal (Arsyad 2010). Menurut Asdak (2010), hal ini
menjelaskan laju infiltrasi adalah jumlah air yang menembus per satuan waktu yang
masuk melalui permukaan tanah, serta dinyatakan dalam mm/jam. Laju infiltrasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tutupan lahan, jenis tanah dan
kemiringan lereng, tekstur, kadar air, porositas, C organik, permeabilitas, dan bulk
density.
Hidrolika Pipa
Hidrolika pipa adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran fluida (air atau cairan
lainnya) melalui pipa atau saluran tertutup lainnya. Hidrolika pipa sangat penting
untuk memastikan aliran air yang stabil dan efisien dari sumber air ke area yang ingin
di irigasi. Tekanan dalam pipa merupakan konsep penting dalam hidrolika pipa.
Tekanan yaitu gaya per satuan luas yang diberikan oleh fluida pada dinding pipa.
Tekanan dalam pipa terkait erat dengan head (tinggi) fluida, yang dinyatakan sebagai
ketinggian kolom air di atas titik tertentu dalam pipa. Semakin rendah head fluida,
semakin kecil tekanan dalam pipa. Dalam sistem irigasi, energi potensial dihasilkan
oleh perbedaan tinggi antara sumber air dan area yang ingin di irigasi, serta oleh
pompa yang digunakan untuk memompa air dari sumber ke area irigasi (Tusi dan
Lanya 2016).
METODOLOGI
Praktikum Teknik Irigasi perencanaan desain irigasi curah dilaksanakan pada
dua pertemuan, yaitu pada tanggal 3 dan 10 April 2023, pukul 13.00-16.00 WIB.
Praktikum dilaksanakan secara Asynchronous. Daerah yang dianalisis adalah
jaringan irigasi pada Desa Sumberkima, Kecamatan Buleleng, Bali. Data yang
digunakan yaitu data sekunder. Data yang perlu dicari adalah Debit sungai andalan,
pola tanam, kebutuhan air irigais, dan kebutuhan debit pemompaan, elevasi mua air
sungai, elevasi lahan, kebutuhan TDH, skema penampang, gambar tata letak
stasiun, spesifikasi teknis pompa, dan biaya irigasi. Adapun Langkah-langkah
pengerjaan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Mulai
Selesai
Gambar 2 Sebaran zona agroklimat Oldeman di sawah kawasan Jawa dan Bali
Jumlah bulan basah berurutan pada daerah perencanaan sebanyak 5 bulan yaitu dari
bulan November – bulan Maret. Jumlah bulan kering berurutan sebanyak 7 bulan
yaitu dari bulan April – bulan Oktober. Berdasarkan jumlah dari bulan basah dan
bulan kering daerah perencanaan tersebut termasuk ke dalam zona agroklimat C3.
Pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa kriteria dari zona C3 yaitu memiliki bulan basah
berurutan sebanyak 5 sampai 6 bulan dan bulan kering berurutan sebanyak 5 sampai
6. Zona agroklimat dari lokasi rencana juga sudah memenuhi kriteria dari zona
agroklimat yang dapat menggunakan metode irigasi curah adalah daerah zona
agroklimat E, D, dan C3.
Parameter lain dalam penentuan penerapan irigasi curah yaitu kecepatan angin
dan laju infiltrasi. Kecepatan angin di daerah Kabupaten Buleleng berkisar antara 2
knot sampai 6 knot. Nilai kecepatan tersebut senilai dengan 1,03 m/detik hingga
3,08 m/detik. Nilai kecepatan angin ini memenuhi kriteria perencanaan irigasi curah
yaitu kecepatan harus kurang dari 4,4 m/detik. Laju infiltrasi dari tanah yang ada di
Kabupaten Buleleng bernilai lebih dari 4 mm/jam dan ini sudah memenuhi syarat
kriteria perencanaan. Nilai laju infiltrasi ini dipengaruhi oleh jenis tanah yang ada
yaitu berjenis tanah regosol, dimana sebaran jenis tanah ditunjukkan dalam Gambar
3.
Perencanaan tata letak dan desain sprinkler pada jaringan irigasi pancar meliputi
perencanaan jarak antar sprinkler, jarak pipa antar lateral, sehingga dapat dilakukan
perencanaan jumlah sprinkler dan diketahui debit per sprinkler. Nilai dari debit
sprinkler menjadi acuan penentuan jenis sprinkler dan spesifikasinya.
Jarak sprinkler dan jarak lateral direncanakan 18 m x 18 m dengan jarak pancar
yang direncanakan adalah 18 m, dimana sudut perpancaran sebesar 45°. Kecepatan
pancaran yang keluar dari sprinkler diperoleh nilai 13,29 m/det dengan tinggi
pancar sebesar 10,28 m. Berdasarkan nilai tekanan dan diameter sprinkler yang
direncanakan diperoleh debit yang keluar yaitu sebesar 0,00066 m3/det. Hasil dari
perhitungan tersebut dijadikan dasar acuan penentuan jenis sprinkler, dimana
spesifikasi yang terpilih ditunjukkan dalam Tabel 4. Laju pemberian air pada
perencanaan jaringan irigasi pancar sebesar 7,39 dengan lama pemberian air 5,55
jam.
Desain jaringan irigasi sprinkler pada petak 1 seluas 1,33 ha dibuat layout jaringan
pipanya, dimana terdiri atas sprinkler, pipa lateral, pipa utama, dan pompa. Selain
itu, didesain juga luasan basah yang dihasilkan oleh sprinkler. Hasil dari
perencanaan ditunjukkan dalam Gambar 4 dan luasan basah pada Gambar 5.
Hidrolika Pipa
Perhitungan kehilangan tekan akibat gesekan harus disesuaikan dengan layout
jaringan dan diameter pipa yang sudah direncanakan. Hasil dari perhitungan pada
hidrolika pipa yaitu diperoleh nilai kehilangan head akibat gesekan (headloss
mayor) serta kehilangan head pada sambungan pipa, belokan pipa dan penyempitan
diameter pipa. Hasil perhitungan headloss mayor ditunjukkan dalam Tabel 5 dan
headloss minor dalam Tabel 1.1 pada lampiran. Nilai head akan dijadikan acuan
dalam menentukan jenis pompa yang akan digunakan.
Tabel 5 Kehilangan Tekanan Akibat Gesekan Pada Pipa Jaringan Irigasi Pancaran
Koef. Head
Panjang Diameter
Debit (Q) J Reduksi L/100 Loss
Posisi Pipa (L) Pipa (D)
Multi (Hf1)
l/det m mm m m m
Pipa Sub
23,928 237,7 152,2 0,920 0,451 2,3772 0,986
Utama
Pipa
3,988 108 105,2 0,221 0,451 1,08 0,645
Lateral
TOTAL 1,631
Pompa
Penentuan jenis pompa ditentukan oleh beberapa parameter hidrolika. Hasil
perhitungan rancangan hidrolika pada daerah perencanaan ditunjukkan dalam Tabel
6. Pada Tabel 6 diperoleh nilai total tinggi tekan sebesar 30,6 m sehingga diperoleh
nilai BHP sebesar 4,47 kW pada debit maksimal 11,13 liter/detik.
SIMPULAN
Irigasi untuk pertanian tanaman cabai di Desa Sumberkima, Kabupaten
Buleleng, Bali tepat jika menggunakan irigasi curah dikarenakan nilai kecepatan
anginnya <4,4 m/detik, daerah termasuk ke dalam zona C3, dan memiliki laju
infiltrasi >4 mm/jam. Irigasi curah ini menggunakan pompa bertipe SP 46-5 dengan
merk Grundfos yang memiliki total head sebesar 40 m. Generator yang digunakan
bermerk IWATA dengan tipe IW10WS yang memiliki daya 10 kW. Rancangan
biaya irigasi yang dibutuhkan untuk pembangunan sebesar Rp 344.367.100,-
DAFTAR PUSTAKA
Oldeman LR, Las I, Darwis SN. 1977. An agroclimatic map of Sumatra.
Contribution. Central Riset Institute for Agriculture. Bogor, 52. 36
Ridwan D, Prasetyo AB, Joubert MD. 2014. Desain jaringan irigasi mikro jenis mini
sprinkler (kasus di laboratorium outdoor balai irigasi). Jurnal Irigasi. 9(2), 96-107.
Rutunuwu E, Syahbudin H.2007. Perubahan Pola Curah Hujan dan Dampaknya
Terhadap Periode Masa Tanam. Jurnal Tanah dan Iklim 26
Saputra RA, Akhir N, Yulianti V. 2018. Efek perubahan Zona Agroklimat Klasifikasi
Oldeman 1910-1941 dengan 1985-2015 terhadap pola tanam padi Sumatera Barat.
Jurnal Tanah dan Iklim. 42(2) : 125 – 133.
Tusi A, Budianto L. 2016. Rancangan Irigasi Sprinkler Portable Tanaman Pakchoy.
Jurnal Irigasi. 4(11) : 43-54.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Perhitungan