Anda di halaman 1dari 15

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI PANCAR PADA

TANAMAN CABAI DI DESA SUMBERKIMA, BULELENG,


BALI
Sprinkle Irrigation Network Planning on Chili Plants in
Sumberkima Village, Bali
Mufitarizka Fiani , Muhammad Nalendra Bimantara , Muhammad Vito Al
1 2

Rasyid , Putri Nadia Teja Sukmana


3 4

Selasa – Kelompok 1
Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga,
1,2,3,4)

Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680


Email : putrinadia@apps.ipb.ac.id

Abstrak: Irigasi curah (sprinkler irrigation) merupakan pemberian air pada permukaan tanah
dalam bentuk percikan air seperti curah hujan. Tekanan dihasilkan dari pemompaan sumber air.
Agar mampu menghasilkan aliran yang seragam dibutuhkan pemilihan ukuran sprinkler, tekanan
operasional, dan spacing atau jarak antar sprinkler yang sesuai. Pada perencanaan jaringan irigasi
curah terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, salah satunya adalah memiliki sumber air
yang cukup baik kualitasnya dan sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hal-hal yang
telah dijelaskan sebelumnya, dapat diketahui bahwa penelitian ini dilakukan untuk merencanakan
suatu sistem irigasi. Sistem irigasi yang digunakan adalah sistem irigasi curah (sprinkler irrigation)
yang dimanfaatkan untuk tanaman cabai merah besar (Capsicum annum L.) di lahan terbuka pada
jaringan irigasi (SBK – 115) di Desa Sumberkima, Kecamatan Grogok, Kabupaten Buleleng,
Provinsi Bali. Irigasi untuk pertanian tanaman cabai di Desa Sumberkima, Kabupaten Buleleng,Bali
tepat jika menggunakan irigasi curah dikarenakan nilai kecepatan anginnya <4,4 m/detik, daerah
termasuk ke dalam zona C3, dan memiliki laju infiltrasi >4 mm/jam. Irigasi curah ini menggunakan
pompa bertipe SP 46-5 dengan merk Grundfos yang memiliki total head sebesar 40
m. Generator yang digunakan bermerk IWATA dengan tipe IW10WS yang memiliki daya 10 kW.
Rancangan biaya irigasi yang dibutuhkan untuk pembangunan sebesar Rp 344.367.100,-
Kata kunci: Irigasi Curah, Biaya

Abstract:. Sprinkler irrigation is the application of water to the soil surface in the form of water
splashes such as rainfall. The pressure is generated by pumping the water source. To be able to
produce a uniform flow, it is necessary to select the appropriate sprinkler size, operational pressure,
and spacing or distance between sprinklers. In planning the bulk irrigation network there are several
requirements that must be met, one of which is having a water source that is of good qualityand
suitable for plant growth. Based on the things that have been described previously, it can be seen
that this research was conducted to plan an irrigation system. The irrigation system used is a
sprinkler irrigation system used for large red chili (Capsicum annum L.) in open land on an
irrigation network (SBK – 115) in Sumberkima Village, Grogok District, Buleleng Regency, Bali
Province. Irrigation for chili farming in Sumberkima Village, Buleleng Regency, Bali is appropriate
if using bulk irrigation because the wind speed is <4.4 m/second, the area is included in the C3 zone,
and has an infiltration rate of >4 mm/hour. This bulk irrigation uses a pump type SP 46-5 withthe
Grundfos brand which has a total head of 40 m. The generator used is the IWATA brand with the
IW10WS type which has a power of 10 kW. The design of irrigation costs needed for constructionis
Rp. 344,367,100,-
\Keywords: Sprinkler Irrigation, Cost
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa yang memiliki
iklim tropis di sebagian besar wilayahnya. Sebagian besar wilayah Indonesia terbiasa
dengan cuaca yang cukup hangat sepanjang tahun, yaitu terbagi menjadi musim hujan
dan kemarau. Musim memiliki ruang lingkup yang berbeda bervariasi berdasarkan
lokasi. Hal ini merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam
perencanaan pembangunan suatu daerah, terutama yang berkaitan dengan sektor
pertanian. Tanaman dapat sangat tergantung pada iklim tempat mereka tumbuh dan
dapat mempengaruhi produksi daerah tersebut. Pemerintah Indonesia memimpin
upaya pembangunan di bidang irigasi, bertujuan agar dapat dirasakan langsung oleh
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan air. Untuk memenuhi kebutuhan air,
khususnya kebutuhan air untuk pertanian, perlu dibangun suatu sistem irigasi.
Dalam perencanaan jaringan irigasi curah, beberapa syarat harus dipenuhi salah
satunya adalah memiliki sumber air yang cukup bagus dan cocok untuk pertumbuhan
tanaman. Sistem irigasi curah umum diterapkan pada tanaman bernilai ekonomi
tinggi. Salah satu tanaman yang bernilai ekonomis tinggi di daerah Bali yaitu tanaman
cabai. Sistem irigasi yang digunakan adalah sistem irigasi curah (sprinkler irrigation)
yang dimanfaatkan untuk tanaman cabai merah besar (Capsicum annum L.) di lahan
terbuka pada jaringan irigasi (SBK – 115) di Desa Sumberkima, Kabupaten Buleleng,
Provinsi Bali. Penelitian bertujuan untuk mengetahui desain layout jaringan irigasi
curah, kebutuhan kapasitas jaringan irigasi curah, serta tipe pompa yang sesuai untuk
perencanaan sistem irigasi curah tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Irigasi Curah
Irigasi curah atau irigasi overhead adalah teknik untuk pemberian air irigasi
melalui pipa tekanan ke permukaan bumi dan menuangkannya ke udara berupa tetesan
air kecil yang mirip dengan hujan (Sapomo et al. 2013). Sistem irigasi curah terdiri
dari beberapa unit komponen, yaitu: sumber air irigasi, pompa air dan drive, perpipaan
dan alat penyiram. Sistem ini juga digunakan untuk irigasi dengan efisiensi tinggi
pada lahan yang bergelombang serta biaya yang dibutuhkan cukup tinggi. Keahlian
yang tepat sangat dibutuhkan dalam merancang penempatan unit di lahan karena
kemungkinan kecepatan angin yang berubah-ubah (Tusi 2016).

Zona Agroklimat
Agroklimat adalah daerah yang dibatasi oleh kondisi iklim tertentu yang
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Faktor iklim berbeda-beda di
setiap daerah agroklimat seperti perubahan suhu, curah hujan, kelembaban udara dan
intensitas sinar matahari. Oleh karena itu, setiap daerah agroklimat memiliki
karakteristik dan persyaratan pertumbuhan yang berbeda. Curah hujan yang turun di
daerah agroklimat mempengaruhi kebutuhan air tanaman. Zona agroklimat dengan
curah hujan rendah membutuhkan irigasi tambahan untuk menjaga kelembaban tanah
dan memastikan pertumbuhan tanaman yang optimal. Sebaliknya, daerah agroklimat
dengan curah hujan tinggi cenderung membutuhkan sistem drainase untuk
menghilangkan kemungkinan kelebihan air yang menyebabkan kerusakan tanaman
(Fuadi et al. 2020).
Laju Infiltrasi
Infiltrasi adalah peristiwa merembesnya air kedalam tanah melalui
permukaan turun secara vertikal (Arsyad 2010). Menurut Asdak (2010), hal ini
menjelaskan laju infiltrasi adalah jumlah air yang menembus per satuan waktu yang
masuk melalui permukaan tanah, serta dinyatakan dalam mm/jam. Laju infiltrasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tutupan lahan, jenis tanah dan
kemiringan lereng, tekstur, kadar air, porositas, C organik, permeabilitas, dan bulk
density.

Hidrolika Pipa
Hidrolika pipa adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran fluida (air atau cairan
lainnya) melalui pipa atau saluran tertutup lainnya. Hidrolika pipa sangat penting
untuk memastikan aliran air yang stabil dan efisien dari sumber air ke area yang ingin
di irigasi. Tekanan dalam pipa merupakan konsep penting dalam hidrolika pipa.
Tekanan yaitu gaya per satuan luas yang diberikan oleh fluida pada dinding pipa.
Tekanan dalam pipa terkait erat dengan head (tinggi) fluida, yang dinyatakan sebagai
ketinggian kolom air di atas titik tertentu dalam pipa. Semakin rendah head fluida,
semakin kecil tekanan dalam pipa. Dalam sistem irigasi, energi potensial dihasilkan
oleh perbedaan tinggi antara sumber air dan area yang ingin di irigasi, serta oleh
pompa yang digunakan untuk memompa air dari sumber ke area irigasi (Tusi dan
Lanya 2016).

Klasifikasi Agroklimat Oldeman


Salah satu klasifikasi iklim yang digunakan tanaman pangan adalah klasifikasi
agroklimat Oldeman. Metode ini menggolongkan tipe-tipe iklim di Indonesia
berdasarkan pada kriteria bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering secara berturut-
turut. Oldeman (1975) dan Rutunuwu dan Syahbudin, (2007) membuat kriteria bulan
basah berdasarkan nilai ambang batas ketersediaan air yang dianggap mampu
memenuhi kebutuhan air tanaman (crop water requirement). Hasil klasifikasi metode
Oldeman ini disebut sebagai klasifikasi agroklimat karena selain untuk menentukan
pola hujan, dapat pula menggambarkan pola tanam terutama tanaman padi.

METODOLOGI
Praktikum Teknik Irigasi perencanaan desain irigasi curah dilaksanakan pada
dua pertemuan, yaitu pada tanggal 3 dan 10 April 2023, pukul 13.00-16.00 WIB.
Praktikum dilaksanakan secara Asynchronous. Daerah yang dianalisis adalah
jaringan irigasi pada Desa Sumberkima, Kecamatan Buleleng, Bali. Data yang
digunakan yaitu data sekunder. Data yang perlu dicari adalah Debit sungai andalan,
pola tanam, kebutuhan air irigais, dan kebutuhan debit pemompaan, elevasi mua air
sungai, elevasi lahan, kebutuhan TDH, skema penampang, gambar tata letak
stasiun, spesifikasi teknis pompa, dan biaya irigasi. Adapun Langkah-langkah
pengerjaan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Mulai

Penentuan tata letak jaringan irigasi

Perencanaan tata letak dan desain sprinkler

Desain luasan basah

Penentuan spesifikasi pompa dan head

Penentuan jadwal pemberian air irgasi

Perancangan anggaran biaya

Selesai

Gambar 1 Diagram alir data sekunder


HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi Perencanaan Irigasi Curah
Lokasi dari perencanaan irigasi curah untuk pertanian tanaman cabai berada di
Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Daerah ini
merupakan daerah yang mengalami kesulitan akan ketersediaan air untuk irigasi
pada musim kemarau sehingga menyebabkan pada musim kemarau sawah tidak
ditanami pada musim tersebut. Sumber air irigasi direncanakan berasal dari sumur
SBK-115 (Gambar 1a) yang kemudian didistribusikan melalui jaringan irigasi
pancar (curah) menuju lahan persawahan. Lahan persawahan untuk pertanian cabai
memiliki luas sebesar 20,51 ha yang terbagi menjadi 16 petak sawah. Perencanaan
irigasi curah pada studi kasus dilakukan pada salah satu contoh petak sawah yang
memiliki luas 1,33 ha. Pembagian petak sawah pada daerah lahan pertanian cabai
ditunjukkan pada Gambar 1b.

(a) Lokasi sumur (b) Lokasi petak sawah


Gambar 1 Lokasi dari perencanaan irigasi curah

Zona Agroklimat, Kecepatan Angin, dan Laju Infiltrasi


Penentuan penerapan irigasi curah pada suatu lahan memperhatikan beberapa
aspek dalam kriteria perencanaan, diantaranya yaitu iklim dan lahan. Kriteria
perencanaan berdasarkan iklimnya ditentukan menurut zona agroklimat dan
kecepatan angin di lokasi perencanaan. Sedangkan, kriteria perencanaan
berdasarkan kondisi tanahnya memperhatikan dari laju infiltrasi yang dimiliki oleh
tanah pada lokasi. Parameter-parameter tersebut harus memenuhi batas kriteria, hal
ini dikarenakan kondisi tersebut akan mempengaruhi tingkat keberhasilan dan
keefektifan, serta efisiensi dari suatu sistem irigasi curah.
Zona agroklimat merupakan suatu area yang menjelaskan tentang keadaan suatu
iklim di suatu daerah, dimana penentuan wilayahnya memperhatikan jumlah bulan
basah dan bulan kering yang terjadi berurutan dalam satu tahun. Bulan basah dan
bulan kering dapat dijadikan dasar pada kegiatan di sektor pertanian khususnya
pada tanaman pangan agar dapat disesuaikan penentuan jenis tanaman yang akan
ditanam serta menentukan metode untuk menjaga ketersediaan air di tanah. Sebaran
zona agroklimat berdasarkan metode Oldeman di sawah kawasan Jawa dan Bali
ditunjukkan dalam Gambar 2. Zona A menunjukkan area yang memiliki bulan
basah dengan intensitas yang tinggi, sedangkan zona B memiliki bulan basah yang
lebih sedikit dari zona A tetapi memiliki lahan yang cukup basah. Zona C
menunjukkan kondisi area yang mulai memiliki lahan yang cukup kering tetapi
sedikit basah, zona D memiliki tingkat intensitas bulan kering yang lebih banyak
dibandingkan dengan zona C, sedangkan Zona E merupakan area yang lahannya
sangat kering dan jarang terjadi bulan basah.

Gambar 2 Sebaran zona agroklimat Oldeman di sawah kawasan Jawa dan Bali

Penentuan zona agroklimat ditunjukkan berdasarkan jumlah bulan basah dan


bulan kering. Bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan lebih dari 100
mm, sedangkan bulan kering memiliki curah hujan yang kurang dari 100 mm. Data
curah hujan dari daerah Desa Sumberkima ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Data Curah Hujan Daerah Irigasi


Bulan Curah Hujan Klasifikasi
Januari 340,56 mm Bulan basah
Februari 254,37 mm Bulan basah
Maret 262,79 mm Bulan basah
April 76,64 mm Bulan kering
Mei 24,56 mm Bulan kering
Juni 37,72 mm Bulan kering
Juli 2,11 mm Bulan kering
Agustus 1,39 mm Bulan kering
September 7,11 mm Bulan kering
Oktober 0,83 mm Bulan kering
November 101,22 mm Bulan basah
Desember 119,16 mm Bulan basah

Jumlah bulan basah berurutan pada daerah perencanaan sebanyak 5 bulan yaitu dari
bulan November – bulan Maret. Jumlah bulan kering berurutan sebanyak 7 bulan
yaitu dari bulan April – bulan Oktober. Berdasarkan jumlah dari bulan basah dan
bulan kering daerah perencanaan tersebut termasuk ke dalam zona agroklimat C3.
Pada Tabel 2 ditunjukkan bahwa kriteria dari zona C3 yaitu memiliki bulan basah
berurutan sebanyak 5 sampai 6 bulan dan bulan kering berurutan sebanyak 5 sampai
6. Zona agroklimat dari lokasi rencana juga sudah memenuhi kriteria dari zona
agroklimat yang dapat menggunakan metode irigasi curah adalah daerah zona
agroklimat E, D, dan C3.

Tabel 2 Pembagian Zona Agroklimat Klasifikasi Iklim Oldeman


Faktor Stratifikasi
Zona Penjabaran
Bulan basah berurutan Bulan kering berurutan
A Lebih dari 9 - Pada umumnya penanaman padi
dapat dilakukan sepanjang tahun
dengan produksi yang kecil karena
kerapatan fluks radiasi matahari
rendah sepanjang tahun
B1 7 sampai 9 Kurang dari 2 Penanaman padi dengan varitas
umur pendek dapat dilakukan dua
kali setahun dan musim kering
B2 7 sampai 9 2 sampai 4 pendek cukup untuk tanaman
palawija.
C1 5 sampai 6 Kurang dari 2 Penanaman padi dapat dilakukan
sekali setahun dan palawija dua kali
setahun.
C2 5 sampai 6 2 sampai 4 Penanaman padi dapat dilakukan
sekali setahun dan palawija dua kali
setahun. Tetapi penanaman
C3 5 sampai 6 5 sampai 6 palawija yang kedua rawan terkena
bulan kering.
D1 3 sampai 4 Kurang dari 2 Penanaman padi dengan varitas
umur pendek dapat dilakukan sekali
setahun dengan produksi tinggi
karena kerapatan fluks radiasi yang
tinggi.
D2 3 sampai 4 2 sampai 4 Penanaman padi dapat dilakukan
sekali setahun atau satu kali
D3 3 sampai 4 5 sampai 6
palawija setahun tergantung pada
D4 3 sampai 4 Lebih dari 6 air irigasi
E1 Kurang dari 3 Kurang dari 2 Umumnya terlalu kering, hanya
E2 Kurang dari 3 2 sampai 4 dapat satu kali penanaman palawija
E3 Kurang dari 3 5 sampai 6 tetapi sangat tergantung dengan
adanya hujan.
E4 Kurang dari 3 Lebih dari 6

Parameter lain dalam penentuan penerapan irigasi curah yaitu kecepatan angin
dan laju infiltrasi. Kecepatan angin di daerah Kabupaten Buleleng berkisar antara 2
knot sampai 6 knot. Nilai kecepatan tersebut senilai dengan 1,03 m/detik hingga
3,08 m/detik. Nilai kecepatan angin ini memenuhi kriteria perencanaan irigasi curah
yaitu kecepatan harus kurang dari 4,4 m/detik. Laju infiltrasi dari tanah yang ada di
Kabupaten Buleleng bernilai lebih dari 4 mm/jam dan ini sudah memenuhi syarat
kriteria perencanaan. Nilai laju infiltrasi ini dipengaruhi oleh jenis tanah yang ada
yaitu berjenis tanah regosol, dimana sebaran jenis tanah ditunjukkan dalam Gambar
3.

Gambar 3 Peta jenis tanah di Kabupaten Buleleng

Blok Irigasi dan Tata Letak Jaringan


Penentuan tata letak jaringan irigasi pancar berdasarkan komponen-komponen
yang dibutuhkan. Komponen tersebut terdiri atas pompa, tampungan, katup
pengukur aliran, filter, pipa utama, pipa lateral, dan sprinkler. Pipa yang digunakan
berjenis pipa PVC yang memiliki spesifikasi seperti pada Tabel 3.

Tabel 3 Spesifikasi pipa PVC


Luar Tebal Pipa Dalam
Diameter pipa
inch mm m mm m m
Tongkat Sprinkler 1 32 0,032 2 0,002 0,028
Lateral 4 114 0,114 4,1 0,0041 0,1052
Sub Utama 6 165 0,165 6,4 0,0064 0,1522

Perencanaan tata letak dan desain sprinkler pada jaringan irigasi pancar meliputi
perencanaan jarak antar sprinkler, jarak pipa antar lateral, sehingga dapat dilakukan
perencanaan jumlah sprinkler dan diketahui debit per sprinkler. Nilai dari debit
sprinkler menjadi acuan penentuan jenis sprinkler dan spesifikasinya.
Jarak sprinkler dan jarak lateral direncanakan 18 m x 18 m dengan jarak pancar
yang direncanakan adalah 18 m, dimana sudut perpancaran sebesar 45°. Kecepatan
pancaran yang keluar dari sprinkler diperoleh nilai 13,29 m/det dengan tinggi
pancar sebesar 10,28 m. Berdasarkan nilai tekanan dan diameter sprinkler yang
direncanakan diperoleh debit yang keluar yaitu sebesar 0,00066 m3/det. Hasil dari
perhitungan tersebut dijadikan dasar acuan penentuan jenis sprinkler, dimana
spesifikasi yang terpilih ditunjukkan dalam Tabel 4. Laju pemberian air pada
perencanaan jaringan irigasi pancar sebesar 7,39 dengan lama pemberian air 5,55
jam.

Tabel 4 Spesifikasi Sprinkler


Spesifikasi Nilai Satuan
Jenis/Tipe sprinkler Naan 233B
Diameter nozzle 6 mm
Tekanan operasi 3 bar
Debit 2,26 m3/detik
Diameter pembasahan 36 m
Jarak antar sprinkler 18 m
Jarak antar lateral 18 m

Desain jaringan irigasi sprinkler pada petak 1 seluas 1,33 ha dibuat layout jaringan
pipanya, dimana terdiri atas sprinkler, pipa lateral, pipa utama, dan pompa. Selain
itu, didesain juga luasan basah yang dihasilkan oleh sprinkler. Hasil dari
perencanaan ditunjukkan dalam Gambar 4 dan luasan basah pada Gambar 5.

Gambar 4 Layout jaringan irigasi pancar


Gambar 5 Luasan basah irigasi pancar

Hidrolika Pipa
Perhitungan kehilangan tekan akibat gesekan harus disesuaikan dengan layout
jaringan dan diameter pipa yang sudah direncanakan. Hasil dari perhitungan pada
hidrolika pipa yaitu diperoleh nilai kehilangan head akibat gesekan (headloss
mayor) serta kehilangan head pada sambungan pipa, belokan pipa dan penyempitan
diameter pipa. Hasil perhitungan headloss mayor ditunjukkan dalam Tabel 5 dan
headloss minor dalam Tabel 1.1 pada lampiran. Nilai head akan dijadikan acuan
dalam menentukan jenis pompa yang akan digunakan.

Tabel 5 Kehilangan Tekanan Akibat Gesekan Pada Pipa Jaringan Irigasi Pancaran
Koef. Head
Panjang Diameter
Debit (Q) J Reduksi L/100 Loss
Posisi Pipa (L) Pipa (D)
Multi (Hf1)
l/det m mm m m m
Pipa Sub
23,928 237,7 152,2 0,920 0,451 2,3772 0,986
Utama
Pipa
3,988 108 105,2 0,221 0,451 1,08 0,645
Lateral
TOTAL 1,631

Pompa
Penentuan jenis pompa ditentukan oleh beberapa parameter hidrolika. Hasil
perhitungan rancangan hidrolika pada daerah perencanaan ditunjukkan dalam Tabel
6. Pada Tabel 6 diperoleh nilai total tinggi tekan sebesar 30,6 m sehingga diperoleh
nilai BHP sebesar 4,47 kW pada debit maksimal 11,13 liter/detik.

Tabel 6 Rancangan Hidrolika


Parameter Nilai Satuan
Tekanan operasi sprinkler (Ha) 30,6 m
Beda sumber air dan pompa -6,5 m
Beda pompa dan elevasi tertinggi (E) -6,8 m
Headloss mayor (Hf1) 1,6 m
Headloss minor (Hf2) 4,1 m
Kehilangan head pada sub unit (Hf2), 20% dari Ha 6,1 m
Velocity head (Hv) 0,3 m
Faktor keamanan (Hs) 1,1 m
Total Dynamic Head (TDH) 30,6 m

Berdasarkan data-data tersebut, jenis pompa yang ditentukan untuk digunakan


dalam perencanaan irigasi pancar pada tanaman cabai yaitu pompa tipe SP 46-5
dengan merk Grundfos. Pompa ini memiliki debit pompa sebesar 46 m3/jam dan
total head sebesar 40 m. Tenaga penggerak yang ditentukan untuk menjalankan
pompa adalah generator dengan tipe IW10WS dengan merk IWATA, dimana
generator ini memiliki daya sebesar 10 kW. Spesifikasi dari pompa dan generator
sudah memenuhi standar minimum dari nilai TDH dan kebutuhan daya pompa.

Biaya Irigasi Curah


Rancangan anggaran biaya yang direncanakan untuk pembangunan jaringan
irigasi pancar yang bersumber dari sumur SBK-115 di lahan petak satu adalah Rp
344.367.100,-. Perancangan anggaran biaya terbagi menjadi dua anggaran untuk
pekerjaan persiapan dan pekerjaan jaringan irigasi pancar. Pekerjaan persiapkan
membutuhkan biaya sebesar Rp 5.807.511,-, sedangkan pekerjaan jaringan irigasi
pancar sebesar Rp 307.253.400,-. Biaya lain yang termasuk ke dalam rancangan
anggaran biaya yaitu PPn sebesar 10%.

SIMPULAN
Irigasi untuk pertanian tanaman cabai di Desa Sumberkima, Kabupaten
Buleleng, Bali tepat jika menggunakan irigasi curah dikarenakan nilai kecepatan
anginnya <4,4 m/detik, daerah termasuk ke dalam zona C3, dan memiliki laju
infiltrasi >4 mm/jam. Irigasi curah ini menggunakan pompa bertipe SP 46-5 dengan
merk Grundfos yang memiliki total head sebesar 40 m. Generator yang digunakan
bermerk IWATA dengan tipe IW10WS yang memiliki daya 10 kW. Rancangan
biaya irigasi yang dibutuhkan untuk pembangunan sebesar Rp 344.367.100,-
DAFTAR PUSTAKA
Oldeman LR, Las I, Darwis SN. 1977. An agroclimatic map of Sumatra.
Contribution. Central Riset Institute for Agriculture. Bogor, 52. 36
Ridwan D, Prasetyo AB, Joubert MD. 2014. Desain jaringan irigasi mikro jenis mini
sprinkler (kasus di laboratorium outdoor balai irigasi). Jurnal Irigasi. 9(2), 96-107.
Rutunuwu E, Syahbudin H.2007. Perubahan Pola Curah Hujan dan Dampaknya
Terhadap Periode Masa Tanam. Jurnal Tanah dan Iklim 26
Saputra RA, Akhir N, Yulianti V. 2018. Efek perubahan Zona Agroklimat Klasifikasi
Oldeman 1910-1941 dengan 1985-2015 terhadap pola tanam padi Sumatera Barat.
Jurnal Tanah dan Iklim. 42(2) : 125 – 133.
Tusi A, Budianto L. 2016. Rancangan Irigasi Sprinkler Portable Tanaman Pakchoy.
Jurnal Irigasi. 4(11) : 43-54.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Perhitungan

Tabel 1.1 Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Minor Losses


Lamporan 2 Notulensi
NOTULENSI PRESENTASI KELOMPOK 4 TEKNIK IRIGASI
“DESAIN IRIGASI CURAH”
Senin, 2 Mei 2023

1. Penanya : Rahmat Hidayatullah (F4401201012)


Pertanyaan : Apasih yg menentukan besarnya air irigasi?

Penjawab : Putri Nadia Teja (F4401201032)


Jawaban : Air irigasi ditentukan berdasarkan kapasitas menahan air
dari tanahnya, dimana ini menunjukkan jumlah air yang tersedia, serta
penyerapan air oleh tanaman. Air irigasi harus segera diberikan sebelum kadar
air tanah mencapai kondisi titik layu permanen atau yang disebut dengan kadar
air yang diijinkan (MAD).

2. Penanya : Poncho Britano (F4401201038)


Pertanyaan : Gimana pengaruh biaya yang dikeluarkan

Penjawab : Nalendra Bimantara (F4401201030)


Jawaban : Pemberian air irigasi berkisar 1,39-5,5 jam/hari sesuai
dengan periode tanamnya. Jadwal pemberian airnya kurang dari 12 jam/hari
sehingga sistem harus beroperasional secara kontinyu yang kemudian sistem
akan membagikan ke setiap stasiun dan hal ini dilakukan untuk membuat biaya
investasi terendah.

3. Penanya : Khusnita Azizah (F4401201020)


Pertanyaan :Kenapa kalo misal di sesi uts irigasi saluran terbuka
menghitungnya etc, kenapa sprinkler mendatangkan data laju
infiltrasi

Penjawab : Muhammad Ghozali Vito Al Rasyid (F4401201018)


Jawaban : Data laju infiltrasi digunakan untuk menduga kapan suatu
limpasan permukaan akan terjadi bila suatu jenis tanah telah menerima
sejumlah air tertentu, baik melalui curah hujan ataupun irigasi dari suatu tandon
ai

Anda mungkin juga menyukai