Lahan Sawah Jalan Karya Wiguna - Tegalgondo, Karangploso 57 Kecamatan Lowokwaru, Malang
Disusun Oleh: Ajeng Dara Martyanta Chasyanova 155040207111064
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya alam yang dapat diperbaharui dimanfaatkan oleh makhluk hidup untuk memenuhi kebutuhan. Tanaman membutuhkan air untuk membantu dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Air yang dibutuhkan tanaman dapat berasal dari air hujan maupun air irigasi. Kebutuhan tanaman akan air digunakan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan berbentuk evapotranspirasi. Selain itu, sistem irigasi yang digunakan harus sesuai dengan kondisi lahan. Sehingga keefektifan sistem irigasi bisa didapatkan dengan optimal serta mendukung tingkat produktivitas yang tinggi. Irigasi merupakan usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi tetes, irigasi sprinkler, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber kehidupan. Pada survei ini dilakukan pada lahan sawah yang menggunakan sistem irigasi permukaan. Sistem irigasi permukaan (surface irrigation) merupakan jenis irigasi paling kuno dan pertama di dunia. Irigasi ini dilakukan dengan cara mengambil air langsung dari sumber air terdekat kemudian disalurkan ke area permukaan lahan pertanian mengggunakan pipa/saluran/pompa sehingga air akan meresap sendiri ke pori-pori tanah. Sistem irigasi ini masih banyak dijumpai di sebagian besar masyarakat Indonesia karena tekniknya yang praktis. 1.2. Tujuan Tujuan dari survei irigasi pada lahan sawah adalah untuk 1. Mengetahui sistem irigasi yang digunakan pada lahan tersebut 2. mengetahui kesesuaian sistem irigasi dengan kondisi lahan 3. memberikan rekomendasi sistem irigasi yang sesuai dengan kesesuaian lahan 1.3. Manfaat Manfaat dari survei irigasi pada lahan sawah adalah mampu mengetahui sistem irigasi yang digunakan pada lahan sawah, memahami kesesuaian sistem irigasi dengan kondisi lahan, memberikan rekomendasi sistem irigasi yang sesuai dengan kondisi lahan. II. PEMBAHASAN 2.1.Lokasi Survei Lahan sawah yang digunakan berada di Jalan Karya Wiguna - Tegalgondo, Karangploso 57 Kecamatan Lowokwaru, Malang. Lahan tersebut terletak di belakang ruko - ruko. Luas lahan termasuk dalam kategori sedang artinya tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Lahan ditanami tanaman padi seluruhnya namun terdapat petak sawah yang sedang dalam masa bero atau sedang diistirahatkan. 2.2. Sistem Irigasi Permukaan Sistem irigasi yang digunakan pada lahan sawah yang disurvei adalah sistem irigasi permukaan berupa Free flooding irrigation yaitu sistem irigasi permukaan dimana daerah yang akan diairi dibagi dalam beberapa bagian atau petak, dan kemudian air dialirkan dari bagian yang tinggi ke bagian yang rendah (Wirawan,1991). Sistem irigasi ini memang biasanya dipakai oleh petani pada lahan pertanian komoditas padi yang dibuat terasiring agar pemberian kebutuhan air dapat merata. Konsep kerja atau metode pada irigasi permukaan yaitu air diberikan secara langsung melalui permukaan tanah dari suatu saluran atau pipa dimana elevasi muka airnya lebih tinggi dari elevasi lahan yang akan diairi (sekitar 10~15 cm). Air irigasi mengalir pada permukaan tanah dari pangkal ke ujung lahan dan meresap ke dalam tanah membasahi daerah perakaran tanaman. Terdapat dua syarat penting untuk mendapatkan sistim irigasi permukaan yang efisien, yaitu perencanaan sistim distribusi air untuk mendapatkan pengendalian aliran air irigasi dan perataan lahan (land grading) yang baik, sehingga penyebaran air seragam ke seluruh petakan. 2.3. Kesesuaian Lahan dengan Sistem Irigasi Berdasarkan dari kondisi lahan yang terlihat untuk sistem irigasi yang digunakan secara garis besar sudah sesuai. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan seperti kondisi topografi lahan yang miring memungkinkan untuk lahan sawah dibuat secara terasiring karena apabila dibuat secara mendatar akan menyulitkan dalam penanaman tanaman budidaya, pengaliran air jauh lebih susah sehingga drainase air akan buruk, serta akan menyebabkan lebih mudah terkena erosi karena tanaman budidaya yang tidak berkayu atau tanaman semusim akan sulit untuk menahan air yang mengalir deras. Sumber air yang digunakan irigasi berasal dari tempat aliran air utama menggunakan air tanah dan pompa yang ditanamkan dibawah permukaan tanah atau di dalam tanah. Kemudian air dialirkan melalui pipa utama ke petak lahan paling atas. Untuk pengaliran air antar petak menggunakan sistem petak yang terbuka yaitu dengan membuka sedikit bedengan pada petak lahan sehingga air lebih mudah mengalir. Metode ini bisa dikatakan sesuai dan efektif pula apabila digunakan sebagai sistem irigasi karena pembagian air merata dari petak paling tinggi ke petak paling rendah. Akhir dari pengaliran air menggunakan sistem irigasi permukaan berakhir pada mengalirnya air menuju sungai. Keadaan tersebut sangat baik untuk mengembalikan air tanah yang hilang akibat pengambilan sumber air irigasi. Pembagian irigasi untuk antar petak cukup baik. Untuk petak lahan yang sedang pada masa bero dialiri air terus menerus sedangkan petak yang ditanami padi tidak dialiri air secara terus menerus dikarenakan sepertinya lahan tersebut menggunakan metode tanam SRI. Namun, terdapat beberapa kelemahan pada sistem irigasi yang digunakan pada lahan tersebut. Kondisi lahan yang terlalu mepet dengan bibir sungai dapat mengakibatkan tingkat erosi yang tinggi dan memungkinkan terjadinya longsor apabila aliran sungai deras. Selain itu, sumber air yang digunakan tidak merata pada petak lahan yang di atas, hanya satu petak tanah saja yang mendaat sumber air untuk irigasi sedangkan yang lain tidak. 2.4. Rekomendasi yang Sesuai Kondisi Lahan Setelah melihat kondisi lahan dan sistem irigasi yang digunakan maka rekomendasi yang dapat digunakan untuk lahan tersebut yaitu salah satunya dengan tidak menggunakan petak lahan yang terlalu dekat dengan DAS (Daerah Aliran Sungai) untuk meminimalisir terjadinya erosi dan longsor, sumber air pada petak lebih baik menggunakan tempat penampung air atau tendon kecil yang didalamnya terdapat pompa air sehingga membutuhkan pipa sekunder untuk bisa mengaliri seluruh petak lahan yang berada di atas. Untuk lahan bero atau lahan yang dalam masa istirahat sebaiknya tidak dialiri secara intens agar tidak merusak struktur tanah dan sifat - sifat tanah yang lain. Secara umum sistem yang digunakan sudah baik namun untuk manajemen air serta penyesuaian lahan masih kurang. III. PENUTUP 3.3. Kesimpulan Berdasarkan hasil survei dapat disimpulkan bahwa pada lahan sawah umumnya menggunakan sistem irigasi permukaankarena sifat dari lahansawah atau lahan basah adalah kondisi lahan yang selalu dialiri air, mendapatkan air secara intensif. Penggunaan sistem irigasi harus disesuaikan dengan kondisi lahan mulai dari topografi lahan, sifat dan karakteristik tanah, dan melihat kebutuhan air tanaman,. Lahan swah yang disurvei sudah dalam kategori baik dan sesuai hanya mungkin diperbaiki manajemen irigasi pada lahan. DOKUMENTASI DAFTAR PUSTAKA Gordon, Judit R.1993. A Diagnostic Approach to Organizational Behavior Boston: Allyn and Bacon. Wirawan. 1991. Pengembangan dan Pemanfaatan Lahan Sawah Irigasi, hal 141- 167. dalam E. Pasandaran (edt). Irigasi di Indonesia Strategi dan Pengembangan. LP3ES. Jakarta.