Anda di halaman 1dari 35

TERAS

Pengertian, Manfaat Dan Fungsi Terasering

Foto 1.Teras,mengurangi panjang lereng

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan penggalian dan pengurugan
tanah, membentuk bangunan utama berupa bidang olah, guludan, dan saluran air yang mengikuti
kontur serta dapat pula dilengkapi dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air
(SPA) dan terjunan air yang tegak lurus kontur. (Yuliarta et al., 2002).
Sedangkan menurut Sukartaatmadja (2004), teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara
mekanis yang dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng
dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng. Tujuan pembuatan teras adalah
untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off) dan memperbesar peresapan air, sehingga
kehilangan tanah berkurang.
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air, sehingga mengurangi kecepatan dan
jumlah aliran permukaan, dan memungkinkan penyerapan air oleh tanah. Dengan demikian erosi
berkurang. (Arsyad, 1989).
Menurut Yuliarta et al (2002), manfaat teras adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga
daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil, memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan

menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran permukaan menuju ke tempat yang lebih
rendah secara aman.

Klasifikasi Dan Disain Teras


Teras dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Sukartaatmadja (2004) mengklasifikasikan teras
berdasarkan fungsi dan berdasarkan bentuk.. Berdasarkan fungsi, teras diklasifikan lagi dalam dua
jenis yaitu: (a) teras intersepsi (interception terrace) dan (b) teras diversi (diversion terrace). Pada
teras intersepsi aliran permukaan ditahan oleh saluran yang memotong lereng. Sedangkan teras
diversi berfungsi untuk mengubah arah aliran sehingga tersebar ke seluruh lahan dan tidak
terkonsentrasi pada satu tempat. Berdasarkan bentuk, teras dibedakan ke dalam beberapa bentuk
diantaranya teras kredit, teras guludan, teras datar, teras bangku, teras kebun dan teras individu.
Schwab et. al. (1966) dan Arsyad (1989) mengklasifikasikan teras dalam dua tipe utama, yaitu teras
bangku (bench terrace) untuk mengurangi kemiringan lereng dan teras berdasar lebar (broadbase
terrace) yang ditujukan untuk mengurangi atau menahan air pada lahan miring. Teras berdasar lebar
ini dibagi lagi dalam bentuk teras berlereng, teras datar, dan teras berdasar sempit.
Utomo (1989) membagi teras berdasarkan bentuk dan fungsinya ke dalam 3 macam teras, yaitu (a)
teras saluran (channel terrace), (b) teras bangku atau teras tangga (bench terrace), dan (c) teras
irigasi pengairan (irrigation terrace). Teras saluran terutama dibangun untuk mengumpulkan air aliran
permukaan pada saluran yang telah disiapkan untuk kemudian disalurkan pada saluran induk jalannya
air, sehingga aliran permukaan tersebut tidak menyebabkan erosi. Teras bangku dibangun terutama
untuk mengurangi panjang lereng. Lalu, teras pengairan dibangun untuk menampung air hujan
sehingga dapat digunakan oleh tanaman, seperti pada petak-petak sawah tadah hujan.
Sedangkan Morgan (1986) membagi teras ke dalam 3 tipe utama, yaitu (a) teras diversi (diversion
terrace), (b) teras retensi (retention terrace), dan teras bangku (bench terrace). Tujuan utama teras
diversi adalah untuk menahan aliran di permukaan dan menyalurkannya melalui lereng ke saluran
outlet yang aman. Teras retensi digunakan jika dibutuhkan konservasi air dengan menahannya di
lereng bukit. Sedangkan teras bangku dibuat jika lahan sampai kemiringan 30 % akan digunakan
untuk kegiatan budidaya pertanian.
Teras Datar
Teras datar atau teras sawah (level terrace) adalah bangunan konservasi tanah berupa tanggul sejajar
kontur, dengan kelerengan lahan tidak lebih dari 3 % dilengkapi saluran di atas dan di bawah tanggul
(Yuliarta, 2002).

Menurut

Arsyad

(1989),

teras datar dibuat tepat menurut arah garis kontur dan pada tanah-tanah yang permeabilitasnya
cukup besar sehingga tidak terjadi penggenangan dan tidak terjadi aliran air melalui tebing teras.
Teras datar pada dasarnya berfungsi menahan dan menyerap air, dan juga sangat efektif dalam
konservasi air di daerah beriklim agak kering pada lereng sekitar dua persen.
Dalam Sukartaatmadja (2004) dijelaskan bahwa tujuan pembuatan teras datar adalah untuk
memperbaiki pengaliran air dan pembasahan tanah, yaitu dengan pembuatan selokan menurut garis
kontur. Tanah galian ditimbun di tepi luar sehingga air dapat tertahan dan terkumpul. Di atas
pematang sebaiknya ditanami tanaman penguat teras berupa rumput makanan ternak.
Menurut Schwab et al (1966), tujuan utama dari teras datar ini adalah konservasi air / kelembaban
tanah, sedangkan pengendalian erosi adalah tujuan sekunder. Karena itu teras tipe ini dibangun di
daerah dengan curah hujan rendah sampai sedang untuk menahan dan meresapkan air ke lapisan
tanah. Di daerah yang permeabilitasnya tinggi, teras tipe ini dapat digunakan untuk tujuan yang sama
di daerah dengan curah hujannya tinggi.

Gambar 1. Penampang Melintang Teras Datar (Sumber Panduan Kehutanan Indonesia, 1999 dalam Priyono
et al., 2002).

Cara pembuatan teras datar adalah: (a) tanah digali menurut garis kontur dan tanah galiannya
ditimbunkan ke tepi luar, (b) teras dibuat sejajar dengan garis kontur, (c) lebar guludan atas 0,37
0,5 m, lebar dasar guludan bawah menyesuaikan kemiringan guludan, (e) jarak tepi bawah saluran di
bawah guludan terhadap tengah guludan 2,5 3,5 m, sedang jarak tepi atas saluran di atas guludan
terhadap tengah guludan 3 6 m, (f) guludan ditanami rumput makanan ternak (Priyono, et al, 2002)
Teras Kredit
Teras kredit merupakan bangunan konservasi tanah berupa guludan tanah atau batu sejajar kontur,
bidang olah tidak diubah dari kelerengan tanah asli. Teras kredit merupakan gabungan antara saluran
dan guludan menjadi satu (Priyono, et al., 2002).

Teras kredit biasanya dibuat


pada tempat dengan kemiringan lereng antara 3 sampai 10 persen, dengan cara membuat jalur
tanaman penguat teras (lamtoro, kaliandra, gamal) yang ditanam mengikuti kontur. Jarak antara
larikan 5 sampai 12 meter. Tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah
akibat erosi dari sebelah atas larikan. Lama kelamaan permukaan tanah bagian atas akan menurun,
sedangkan bagian bawah yang mendekat dengan jalur tanaman akan semakin tinggi. Proses ini
berlangsung

terus-menerus

sehingga

bidang

olah

menjadi

datar

atau

mendekati

datar.

(Sukartaatmadja, 2004).
Lebih lanjut dijelaskan, untuk mempercepat proses tersebut dapat ditempuh dengan beberapa jalan
yaitu: (a) menarik tanah dari sebelah atas larikan ke arah larikan tanaman penguat teras, (b)
pembuatan guludan sepanjang tanaman sehingga sedimentasi diperbesar, (c) pemberian serasah atau
limbah pertanian atau batu-batuan sepanjang tanaman dan sebagainya sehingga sedimentasi
diperbesar.

Gambar 2. Penampang Teras Kredit

Cara pembuatan teras kredit adalah: (a) persiapan lapangan dimulai dengan memancangkan patokpatok menurut garis kontur dengan menggunakan waterpas plastik. Jarak patok dalam garis kontur 5
m, dan jarak antar barius 5 12 m, (b) pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah atau
guludan batu yang arahnya sejajar garis kontur, (c) penanaman tanaman penguat teras (kaliandra,
lamtoro, gamal) secara rapat di sepanjang guludan. Benih / biji jenis tanaman tahunan (legume tree
crop) ditanam dengan secara merata. Bila digunakan stek atau stump, jarak tanamnya 0,5 m
sepanjang guludan. (Anonim, 1993).
Informasi teknis lain berkaitan dengan teras kredit adalah: (a) pembuatan teras tipe ini akan
mengakibatkan pengurangan luas lahan sebesar 10 20 %, (b) teras kredit tidak cocok diterapkan
pada tanah-tanah yang peka longsor, (c) sedimen yang tertampung pada saluran dapat dikembalikan
pada bidang olah ataupun untuk meninggikan guludan, (d) arah pengolahan tanah dimulai dari bagian
lereng bawah (Priyono, 2002).
Teras Guludan

Teras guludan adalah suatu


teras yang membentuk guludan yang dibuat melintang lereng dan biasanya dibuat pada lahan dengan
kemiringan lereng 10 15 %. Sepanjang guludan sebelah dalam terbentuk saluran air yang landai
sehingga dapat menampung sedimen hasil erosi. Saluran tersebut juga berfungsi untuk mengalirkan
aliran permukaan dari bidang olah menuju saluran pembuang air. Kemiringan dasar saluran 0,1%.
Teras guludan hanya dibuat pada tanah yang bertekstur lepas dan permeabilitas tinggi. Jarak antar
teras guludan 10 meter tapi pada tahap berikutnya di antara guludan dibuat guludan lain sebanyak 3
5 jalur dengan ukuran lebih kecil. (Sukartaatmadja, 2004)
Sedangkan menurut Priyono et. al. (2002), teras guludan adalah bangunan konservasi tanah berupa
guludan tanah dan selokan / saluran air yang dibuat sejajar kontur, dimana bidang olah tidak diubah
dari kelerengan permukaan asli. Di antara dua guludan besar dibuat satu atau beberapa guludan kecil.
Teras ini dilengkapi dengan SPA sebagai pengumpul limpasan dan drainase teras.

Gambar 3. Penampang Teras Guludan

Pembuatan teras guludan adalah: (a) persiapan lapangan dengan pemancanganm patok-patok
menurut garis kontur dengan menggunakan ondol-ondol dan atau waterpass sederhana. Jarak patok
dalam baris 5 m dan jarak antar baris rata-rata 10 m (sama dengan jarak antara dua guludan), (b)
pembuatan selokan teras dilakukan dengan menggali tanah mengikuti arah larikan patok. Ukuran
selokan teras: dalam 30 cm, lebar bawah 20 cm, dan lebar atas 50 cm, (c) tanah hasil galian pada
pembuatan selokan teras ditimbunkan di tepi luar (bagian bawah saluran) sehingga membentuk
guludan dengan ukuran: lebar atas 20 cm, lebar bawah 50 cm dan tinggi 30 cm. Guludan dan selokan
dibuat tegak lurus garis kontur. Pembuatan teras dimulai dari bagian atas lereng, (d) penenaman
tanaman penguat teras pada guludan, dapat berupa jenis kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50
cm bila menggunakan stek / stump, atau ditabur jika menggunakan benih/biji, dan jarak tanam 30
50 cm jika menggunakan jenis rumput.
Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang dibuat adalah: (a) mengeruk tanah
akibat erosi yang menimbun selokan teras untuk digunakan memperbaiki guludan, (b) memperbaiki
guludan dan memelihara tanaman penguat teras.
Teras Bangku
Teras bangku adalah bangunan teras yang dibuat sedemikian rupa sehingga bidang olah miring ke
belakang (reverse back slope) dan dilengkapi dengan bangunan pelengkap lainnya untuk menampung
dan mengalirkan air permukaan secara aman dan terkendali. (Sukartaatmadja, 2004).

Teras

bangku

adalah

serangkaian dataran yang dibangun sepanjang kontur pada interval yang sesuai. Bangunan ini
dilengkapi dengan saluran pembuangan air (SPA) dan ditanami dengan rumput untuk penguat teras.
Jenis teras bangku ada yang miring ke luar dan miring ke dalam (Priyono, et al., 2002)
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di bagian
bawah sehingga terjadi suatu deretan bentuk tangga atau bangku. Teras jenis ini dapat datar atau
miring ke dalam. Teras bangku yang berlereng ke dalam dipergunakan untuk tanah-tanah yang
permeabilitasnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera terinfiltrasi tidak mengalir ke luar
melalui talud. Teras bangku sulit dipakai pada usaha pertanian yang menggunakan mesin-mesin
pertanian yang besar dan memerlukan tenaga dan modal yang besar untuk membuatnya (Arsyad,
1989).

Gambar 4. Penampang Melintang Teras Bangku (Sumber: Soil Conservation Handbook,1995 dlm Priyono, et
al. 2002)

Persiapan di lapangan yang harus dilakukan dalam pembuatan teras bangku adalah: (a) memasang
patok induk di sepanjang calon tempat saluran pembuangan air, dengan kode 1, 2, 3, dst sebagai
batas galian dan timbunan tanah. Jarak antara 2 patok yang berdekatan sama dengan lebar bidang
olah teras yang direncanakan, jarak ini ditentukan oleh kemiringan lereng (Lihat tabel 1). Pemasangan
dimulai dari bagian atas lereng, (b) memasang patok pembantu dengan kode 1a, 1b, 1c, dst berderet
menurut garis kontur di kanan kiri patok induk kode 1 dengan kode 2a, 2b, 2c, dst untuk patok induk
2 dan seterusnya. Jarak antara patok pembantu 5 meter.

Deretan patok pembantu merupakan garis batas galian dan batas timbunan tanah. Untuk menentukan
letak patok pembantu digunakan waterpas sederhana sehingga mengikuti garis kontur, seperti pada
gambar, (c) memasang patok as (pusat) di antara 2 baris patok pembantu. Ukuran patok as lebih kecil
dari patok pembantu. Jarak antar patok as pada deretan yang sama 5 meter.
Lebar teras tergantung pada besarnya lereng, kedalaman tanah, tanaman dan pola tanamnya. Rasio
tampingan teras atas dengan lereng adalah 1:0,5 dan rasio tampingan bawah dengan lereng adalah 1:
1 0,5. Penyesuaian harus dilakukan tergantung dari tipe tanah dan apakah tampingan akan ditanami
rumput atau akan ditutup dengan batu. Tampingan teras bangku miring ke luar harus ditutup rumput
secara rapat dan merata.
Interval tegak (VI) ditentukan dengan rumus; (Priyono, et al, 2002).

Hubungan kemiringan lereng, teras bangku dan HOK tertera pada Tabel 1.

Dalam Sukartaatmadja (20040 diuraikan rumus yang dapat digunakan, yaitu Rumus Hillman dan
Rumus FAO Conservation Guide 1.

Rumus Hillman :
VI = 8.s + 60 cm untuk tanah peka terhadap erosi, dan
VI = 10.s + 60 cm untuk tanah kurang peka terhadap erosi.
dimana VI = vertical interval (cm)
s = kemiringan lereng (%).
Selanjutnya dilakukan pembuatan bangunan teras dengan cara: (a) membuat arah teras dengan
menggali tanah sepanjang larikan patok pembantu, (b) memisahkan lapisan tanah atas yang subur
dengan mengeruk dan menimbunnya sementara di sebelah kiri / kanan di tempat tertentu, (c)
menggali tanah yang lapisan olahnya sudah dikeruk mulai dari deretan patok pembantu sebelah atas
sampai kepada deretan patok as, dengan bentuk galian. Tanah galian ditimbun ke lereng sebelah
bawah patok as sampai ke deretan patok pembantu di sebelah bawah, (d) tanah timbunan dipadatkan
dengan cara diinjak-injak. Permukaan bidang olah teras dibuat miring ke arah dalam sebesar sekitar 1
%, (e) tanah lapisan olah yang semula ditempatkan di tempat tertentu, ditaburkan kembali secara
merata di atas bidang olah yang telah terbentuk, (f) pada ujung teras bagian luar (bibir teras)dibuat
guludan setinggi 20 cm dan lebar 20 cm. Di bagian dalam teras dibuat selokan selebar 20 cm dan
dalam 10 cm. Dasar selokan teras harus lebih tinggi 50 cm dari tinggi dasar saluran pembuangan air,
(g) talud teras dibuat dengan kemiringan 2:1 atau 1:1 tergantung pada kondisi tanah. Talud bagian
atas (bagian urugan) ditanami rumput makanan ternak atau jenis tanaman penguat teras yang lain
(Yuliarta, 2002).

Foto 2. Penerapan teras bangku di lahan tegalan

Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan: (a) mengeruk tanah yang menimbun (menutup)
selokan teras, (b) memelihara guludan dan talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor, (c)
mengulam dan memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud.
Keuntungan teras bangku adalah: (a) efektif dalam mengendalikan erosi dan aliran permukaan, (b)
menangkap tanah dalam parit-parit yang dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat
dikembalikan ke bidang olah, (c) mengurangi panjang lereng, dimana setiap 2 3 meter panjang
lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan air mengalir menuruni lereng, (d)
dalam jangka panjang akan meningkatkan kesuburan tanah, (e) bidang olah yang agak datar
memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama, (e) tanaman penguat teras dapat menjadi
sumber pakan ternak, bahan organik untuk tanah dan kayu bakar.

Gambar 6. Detail Penampang Teras Bangku

Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan: (a) pada awalnya cukup menganggu keadaan
tanah, mengurangi produksi selama 2 3 tahun pertama, (b) tenaga kerja / biaya untuk
pembuatannya cukup tinggi, makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang
diperlukan, (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan ketrampilan khusus, (d)
berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan
dengan teknik konservasi tanah yang lain, makin curam lerengnya, makin besar berkurangnya luas
tersebut, (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih
buruk daripada bidang olah yang terbentuk pada bagian timbunan.
Dalam penerapan teras bangku, setidaknya terdapat dua faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi
ini, yaitu faktor biofisik dan faktor sosial ekonomi.

Faktor biofisik yang mempengaruhi adalah: (a) teras bangku tidak cocok digunakan pada tanah yang
dangkal, pada tanah yang lapisan bawahnya (subsoil) mempunyai kandungan alumunium yang tinggi,
dan pada tanah yang mudah longsor seperti grumusol (vertisol), (b) untuk tanaman-tanaman yang
peka terhadap drainase lambat seperti tomat, kentang, cabe, perlu dibuat bedangan-bedengan tinggi
pada bidang olah.

Foto 3. Dalam jangka panjang, meningkatkan kesuburan tanah

Sedangkan faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi adalah: (a) di daerah-daerah tertentu,
keterbatasan jumlah tenaga kerja / modal menyulitkan petani untuk mengadopsi teras bangku, (b)
status lahan yang kurang pasti menyebabkan petani penyakap / penggarap lahan milik orang lain
enggan mengadopsi bangunan jangka panjang seperti teras bangku karena mereka belum tentu
menikmati keuntungan-keuntungan dalam jangka panjang, (c) tanaman penguat teras jenis semak /
pohon dapat menyaingi tanaman semusim, menyebabkan tanaman penguat tersebut dibongkar
petani, (d) petani yang tidak memiliki ternak pemakan rumput (ruminansia) enggan menanam rumput
pada bibir / tampingan teras, (e) pada lahan yang buruk keadaan tanahnya, keuntungan pembuatan
teras sangat kecil dibandingkan dengan investasinya.
Teras Kebun

Gambar 7. Penampang Teras Kebun

Teras kebun dibuat pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng antara 30 50 % yang direncanakan
untuk areal penanaman jenis tanaman perkebunan. Pembuatan teras hanya dilakukan pada jalur
tanaman sehingga pada areal tersebut terdapat lahan yang tidak diteras dan biasanya ditutup oleh
vegetasi penutup tanah. Ukuran lebar jalur teras dan jarak antar jalur teras disesuaikan dengan jenis
komoditas. Dalam pembuatan teras kebun, lahan yang terletak di antara dua teras yang
berdampingan dibiarkan tidak diolah. (Sukartaatmadja, 2004).
Dalam Yuliarta, et. al., 2002, dijelaskan bahwa teras kebun merupakan bangunan konservasi tanah
berupa teras yang dibuat hanya pada bagian lahan yang akan ditanami tanaman tertentu, dibuat
sejajar kontur dan membiarkan bagian lainnya tetap seperti keadaan semula, biasanya ditanami
tanaman penutup tanah. Teras ini dibuat pada lahan dengan kemiringan 10 30 %, tetapi dapat
dilakukan sampai kemiringan 50 % jika tanah cukup stabil / tidak mudah longsor.

Gambar 8. Lahan sebelum diteras dan teras kebun yang telah ditanami

Dalam pembuatan teras kebun, persiapan di lapangan adalah: (a) patok induk dipasang mengikuti
lereng dengan nomor kode 1, 2, dan seterusnya. Jarak antara dua patok induk disesuaikan dengan
rencana jarak tanaman; pemasangan dimulai dari bagian atas lereng, (b) patok pembantu merupakan
patok batas galian tanah, dengan nomor kode 1A, 1B dan seterusnya; dipasang di kanan kiri patok
induk, demikian seterusnya. Untuk menentukan letak patok pembantu digunakan waterpass agar
arahnya sejajar garis kontur. Jarak antara 2 patok sekitar 5 meter atau sesuai dengan rencana jarak
tanam dalam lajur, (c) di bawah patok pembantu dipasang patok batas timbunan dengan nomor kode
1a, 1b, 1c, dan seterusnya yang sejajar dengan patok pembantu nomor kode 1A, 1B, 1C dan
seterusnya. Jarak antara patok pembantu dan patok batas timbunan sekitar 1,5 meter dan jarak
antara 2 batas timbunan 5 m.
Pelaksanaan

pembuatan

bangunan

teras

kebun

adalah:

(a) membuat batas

galian dengan

menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah, (b) menggali tanah di bagian
bawah batas galian dan timbunkan ke bagian bawah sampai patok batas timbunan, (c) tanah urugan
dipadatkan dan permukaan tanah dibuat miring ke arah dalam sekitar 1%, (d) di bawah talud dibuat
selokan teras atau saluran buntu dengan panjang 2 m, lebar 20 cm dan dalam 10 cm (Yuliarti, et. al.,
2004).
Teras Individu
Teras individu dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng antara 30 50 % yang direncanakan
untuk areal penanaman tanaman perkebunan di daerah yang curah hujannya terbatas dan penutupan
tanahnya cukup baik sehingga memungkinkan pembuatan teras individu.

Teras

dibuat

berdiri

sendiri

untuk setiap tanaman (pohon) sebagai tempat pembuatan lobang tanaman. Ukuran teras individu
disesuaikan dengan kebutuhan masing masing jenis komoditas. Cara dan teknik pembuatan teras
individu cukup sederhana yaitu dengan menggali tanah pada tempat rencana lubang tanaman dan
menimbunnya ke lereng sebelah bawah sampai datar sehingga bentuknya seperti teras bangku yang
terpisah. Tanah di sekeliling teras individu tidak diolah (tetap berupa padang rumput) atau ditanami
dengan rumput atau tanaman penutup tanah. (Sukartaatmadja, 2004).

Gambar 9. Penampang Teras Individu

Dalam pembuatan teras individu yang harus disiapkan adalah: (a) patok induk yang dipasang
mengikuti lereng (tegak lurus kontur), dimana jarak antar patok disesuaikan dengan rencana jarak
tanam, (b) patok pembantu yang menghubungkan 2 patok induk yang berdampingan pada ketinggian
yang sama, masing-masing dipasang di kanan dan kiri patok induk.
Sedangkan pembuatan teras individu ini dilakukan dengan: (a) membuat batas galian dengan
mencangkul tanah mulai dari bagian bawah patok pembantu melalui pencangkulan tanah dengan
panjang 2 meter, (b) menggali tanah di bagian bawah batas galian dan timbunkan ke bagian
bawahnya sehingga membuat bidang datar dengan panjang 2 meter dan lebar sekitar 1 meter atau
disesuaikan dengan keperluan tiap jenis tanaman, (c) tanah urugan dipadatkan di bagian tepi
khususnya di bawah lereng (bagian timbunan) dan diberi patok-patok penguat (trucuk), (d) tanah di
sekeliling teras individu tidak boleh diolah, sebaiknya ditanami rumput.
Teras Saluran (Parit Buntu / Rorak).

Foto 4. Rorak / Teras Saluran

Teras saluran atau lebih dikenal dengan rorak atau parit buntu adalah teknik konservasi tanah dan air
berupa pembuatan lubang-lubang buntu yang dibuat untuk meresapkan air ke dalam tanah serta
menampung sedimen-sedimen dari bidang olah. (Priyono, et al., 2002).

Tujuan pembuatan teras saluran


ini adalah meningkatkan jumlah persediaan air tanah, menahan tanah yang tererosi (sedimen) dari
bidang olah dan mengendalikan sedimen yang terkumpul ke bidang olah, serta dapat dikombinasikan
dengan mulsa vertikal untuk memperoleh kompos.
Beberapa aspek teknis berkaitan dengan pembuatan parit buntu / rorak / teras saluran ini adalah: (a)
ukuran rorak umumnya berukuran panjang 1 2 meter, lebar 25 50 cm dan dalam 20 30 cm, (b)
rorak dapat diisi dengan mulsa slot untuk mengurangi sedimentasi dan meningkatkan kesuburan
tanah, (c) pembuatan rorak mengakibatkan pengurangan lahan sebesar 3 10 %, (d) rorak buntu
dapat dibuat pada bagian lereng atas tanaman, (e) sedimen yang tertampung dalam rorak buntu
dapat digunakan untuk membumbun tanaman.
Teras Batu.

Teras batu adalah penggunaan batu untuk


membuat dinding dengan jarak yang sesuai di sepanjang garis kontur pada lahan miring. Tujuannya
adalah: (a) memanfaatkan batu-batu yang ada di permukaan tanah agar lahan dapat dimanfaatkan
sebagai bidang olah, (b) mengurangi kehilangan tanah dan air serta untuk menangkap tanah yang
meluncur dari bagian atas sehingga secara bertahap dapat terbentuk teras bangku dan hillslide
ditches, (c) mengurangi kemiringan lahan untuk memberi bidang olah, konservasi tanah dan
mekanisasi pertanian. (Priyono, et al, 2002).

Foto 5. Penerapan Teras Batu di Wonogiri

Beberapa aspek teknis berkaitan dengan teras batu ini adalah: (a) ukuran penampang tergantung
pada ketersediaan batu. Perbandingan kemiringan (tinggi dan dasar) untuk permukaan luar dinding
biasanya 1 : 0,3 sampai dengan 1 : 0,5 dan pada bagian dalam 1 : 0,25 sampai dengan 1 : 0,3.
Bagian atas harus datar dengan lebar minimal 30 cm, (b) bila selanjutnya akan dibangun teras maka
dinding batu diletakkan di tampingan teras, (c) bila selanjutnya akan dibangun hillside ditches maka
dinding batu diletakkan sepanjang garis ditches, (d) untuk mengurangi kelerengan, dinding batu dapat
dibangun dengan jarak sesuai dengan lebar baris tanaman.
Cara pembuatan teras batu adalah: (a) buat gambar dasar dinding dan gali tanah sedalam 30 cm atau
lebih, (b) pilih batu yang besar sebagai dinding, (c) dinding jangan terlalu tinggi, bila akan digunakan
untuk membangun teras bangku di waktu yang akan datang, (d) dalam membangun teras bangku,
dinding

dibangun

dalam

beberapa

tahap

tergantung

dari

ketersediaan

batu.

Sedangkan pemeliharaan yang harus dilakukan adalah: (a) penanaman searah kontur harus dilakukan
pada lahan di antara dinding batu, (b) bila dinding diharapkan akan menjadi teras bangku atau hillside
ditches, tanah yang terkumpul di bagian atas dinding harus diratakan sesuai dengan spesifikasi teras
bangku dan hillside ditches.

Dasar Perencanaan Teras


Pembuatan teras diusahakan mengikuti kontur dan harus direncanakan dengan matang sesuai dengan
iklim, tebal solum tanah, topografi, jenis tanah dan luas areal. Dalam perencanannya diperlukan
pertimbangan-pertimbangan khusus yaitu: (a) keadaan tata guna tanah pada daerah yang
bersangkutan, (b) pembuatan saluran pembuangan (outlet), (c) penentuan tata letak teras, dan (d)
rencana pertanian yang akan diusahakan.

Pemeliharaan Teras.
Pemeliharaan semua jenis teras pada dasarnya dilakukan dengan: (a) memperbnaiki bangunan teras
yang rusak / longsor, (b) mengeruk timbunan tanah di selokan teras atau rorak, dan (c)
membersihkan jalur teras dari tumbuhan pengganggu (Yuliarti, et al., 2002)
Sumber:

SIMULASI DISAIN TERAS BANGKU


(Bench Terrace) METODE USSCS (Simulation of Bench Terrace
Design with USSCS Method )
Oleh: Mustafril, F161030041; mustaf_stmsi@yahoo.com
2003 Mustafril Posted 10 December 2003
Makalah Pribadi Pengantar Ke Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut
Pertanian Bogor Desember 2003; Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung
jawab), Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto
Abstract
Terracing

is

method

of

erosion

control

accomplised

by

constructing

broad

channel across the slope of rolling land. As technology has advanced, terrace design has been
scientifically adapted to the hydrologic and erosion control needs of the treated areas. The design of a

terrace system involves the proper spacing and location of terrace. The design of the channel with
adequate capacity, and development of a farmable cross section. Spacing is expressed as the vertical
distance between the channels of successive terraces. For the top terrace spacing in the vertical
distance from the top of the hill to the bottom of the channel. This vertical distance is
commonly known as the vertical interval (VI). Vertical interval thus computed may be varied to allow
for soil, climate and tillage condition. Terrace design can computing by computer program within a
program simulation of bench terrace design for US-SCS method. The result shows that US-SCS
method gave higher VI if increase of the slope.
Key word : terrace, simulation
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terjadinya erosi erat kaitannya dengan penggunaan lahan dan tindakan konservasi tanah di suatu
kawasan, tidak kecuali di bagian hulu (upstream) suatu daerah aliran sungai (DAS). Untuk mencegah
erosi masyarakat harus memperbaiki pola dan praktek-praktek penggunaan lahan dan melakukan
usaha-usaha konservasi tanah dan air.
Konservasi

tanah

merupakan

suatu

tindakan

atau

perlakuan

untuk

mencegah

kerusakan tanah atau memperbaiki lahan yang telah rusak. Metode konservasi tanah dibagi tiga
teknik tindakan, yaitu : (a) metode vegetatif, (b) metode mekanik, dan (c) metode kimia. Konservasi
tanah dengan metode mekanik salah satunya adalah pembuatan teras. Jenis teras yang sering
digunakan sebagai tindakan konservasi di Indonesia adalah teras bangku (bench terrace). Teras
mempunyai fungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga dapat mengurangi
kecepatan dan jumlah aliran permukaan (runoff), serta meningkatkan infiltrasi yang selanjutnya
mengurangi laju erosi.
Perancangan teras pada lahan pertanian di Indonesia memerlukan berbagai pertimbangan yang dapat
dibedakan antara pertimbangan fisik teknis dan pertimbangan social ekonomi. Aspek fisik teknis yang
perlu diperhatikan dalam pembangunan teras adalah : (a) besarnya erosi yang diperbolehkan, (b)
kharakteristik tanah : erodibilitas, tingkat kesuburan, kedalaman tanah dan kelerengan lahan, (c)
kharakteristik hujan, (d) rencana penggunaan lahan, yaitu jenis tanaman yang akan diusahakan, (e)
jenis teras, (f) vertical interval teras (VI), (g) lebar bidang olah teras, (h) penempatan lokasi saluran
pembuang, dan (i) bahan dan konstruksinya. Penentuan VI teras bangku untuk suatu negara berbeda
dengan negara lain, sedangkan negara Indonesia lebih banyak mengadopsi system disain teras yang
telah dikembangkan di beberapa negara berikut : Zimbabwe, Afrika Selatan, Israel, Aljazair, Cina,
Amerika Serikat (Schwab et al., 1981; Hudson, 1981; Arsyad, 1989; ASAE, 1998).
Untuk perancangan teras sebagai bangunan konservasi tanah dan air, perlu ditentukan jarak vertical
interval teras yang tepat serta dimensi rancang bangun teras yang lainnya. Sehingga bangunan teras

dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin sesuai dengan tujuannya. Nilai VI teras merupakan acuan
untuk pembuatan teras di lahan pertanian.
Tujuan
Pembuatan suatu simulasi disain teras bangku dengan metode United States Soil Conservation Service
(US-SCS), diharapkan berguna sebagai dasar kebijaksanaan pengelolaan suatu lahan pertanian yang
bertujuan sebagai lahan konservasi tanah dan air.
METODE PENELITIAN
Lokasi studi kasus adalah di Kecamatan Banjarwangi Kabupaten Garut, Jawa Barat. Analisis fisika
tanah dilakukan di Laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian IPB. Penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1) Pengukuran dan pengumpulan data :

Dimensi, kemiringan lahan, dan tataguna lahan

Sifat fisik tanah : kadar air, densitas lapangan, permeabilitas, kedalaman tanah, distribusi
ukuran partikel, konsistensi.

Curah hujan

2) Perancangan teras metode US-SCS :


Untuk menentukan dimensi teras bangku dan letak saluran teras di lapangan, terlebih dahulu tentukan
jarak vertikal atau jarak horizontal. Jarak vertikal adalah jarak arah vertikal dari puncak lereng atau
suatu tempat yang ditentukan pada suatu lereng sampai dasar saluran pertama dan dari dasar saluran
pertama sampai dasar saluran berikutnya. Jarak horizontal adalah jarak arah horizontal dari titik-titik
yang sama seperti jarak vertikal (Arsyad, 1989).
Untuk menentukan jarak vertikal (VI) dan jarak horizontal (HI) menurut disain teras metode US-SCS
(ASAE, 1998; Schwab et al., 1981; PRC Engineering Consultants. Inc., 1980) adalah sebagai berikut :
VI = 0,3 (XS + Y) (1)
Dimana:

VI = jarak vertikal (m)

X = konstanta penyebaran curah hujan berkisar 0,4 untuk curah hujan sekitar 2000
mm/tahun sampai 0,8 untuk curah hujan sekitar 1000 mm/tahun.

Y = konstanta yang dipengaruhi oleh erodibilitas dan penutup tanah berkisar dari 1 untuk
tanah yang berkapasitas infiltrasi rendah dan sedikit tanaman sampai 4 untuk tanah yang
erodibilitasnya rendah dengan diberi mulsa paling sedikit 3 ton/ha.

S = kemiringan lereng (%).

Bentuk penguat talud (riser) teras bangku pada umumnya terdiri dari dua jenis, yaitu (1) tampingan
rumput (vegetated) dan (2) tampingan batu (stone pitching) atau dinding penahan tegak (vertical
retaining wall) (Matthee and Russell, 1997). Disain teras US-SCS hanya berlaku pada kemiringan
lahan maksimal 30 % (Schwab et al., 1981).
3) Perancangan dimensi saluran drainase teras :
a. Perhitungan debit maksimum runoff
Perhitungan debit maksimum runoff dilakukan dengan metode rasional. Prinsip
bahwa laju runoff maksimum akan terjadi bila lama hujan sama

metode rasional

dengan waktu konsentrasi dari

daerah tangkapan pada suatu DAS. Runoff puncak (Q) dinyatakan dalam persamaan berikut ini.
Q = CIA/360 .. (2)
Dimana :

Q = runoff puncak (m3/dt)

C= konstanta runoff yang tergantung pada vegetasi yang ada,


permeabilitas tanah, kelerengan lahan, dan pengolahan tanah.

I = Intensitas hujan maksimum (mm/jam).

A = Luas DAS (ha)

b. Perancangan saluran pembuang


Bentuk penampang saluran teras secara umum dibagi tiga, yaitu : triangular,

trapezoidal, dan

parabolik. Dari persamaan kontinuitas, yaitu : Q = A*V, dimana V adalah kecepatan aliran dan A
adalah luas penampang saluran. Besarnya kecepatan aliran dihitung dengan persamaan Manning
berikut ini.
V = R2/3S1/2/n (3)
Dimana :

V= kecepatan izin saluran (m/dt)


R= jari-jari hidrolis (m)
S = kemiringan saluran (m/m).
n = koefisien Manning.
4) Membangun program simulasi
Membangun program simulasi dengan mengunakan Software Microsoft Visual Basic 6.0 (Dewobroto,
2003; Kusumo, 2002; Kurniadi 2001; Stephens, 2000):

Menyusun algoritma program simulasi berdasarkan teori yang tersedia di atas.

Membangun program simulasi.

Melakukan

validasi

program

dengan

melakukan

pengecekan

rancangan

berdasarkan perhitungan manual, bila hasil simulasi dan perhitungan manual valid maka
program dapat digunakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Program Simulasi Disain Teras Metode US-SCS
Setelah dilakukan perifikasi lahan, pemeriksaan tanah, dan penentuan parameter simulasi dapat
disusun suatu program simulasi yang dibangun dengan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0.
Disain teras bangku metode US-SCS hanya berlaku sampai kemiringan lahan 30 %. Dalam program
simulasi ini, untuk kemiringan lahan lebih dari 30 % teras dilakukan modifikasi dengan ketentuan bila
VI tidak boleh lebih besar dari 3 m, karena teras dengan VI > 3 m dikhawatirkan rawan longsor. Pada
penelitian ini juga dilakukan analisis longsor terhadap disain teras, namun tidak dibicarakan dalam
makalah ini.
Simulasi disain teras US-SCS memerlukan input data kemiringan lahan, panjang lahan, erodibilitas,
infiltrasi, curah hujan, jenis tanah, penutup lahan, lapisan saluran, dan luas lahan yang akan
direncanakan. Hasil simulasi ini secara garis besar terdiri dari : dimensi teras menurut US-SCS dan
hasil modifikasi, dimensi saluran, dimensi tanggul teras, jumlah teras, luas bidang olah per ha, dan
volume cut dan fill. Tampilan form program ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1. Tampilan form gambar perencanaan teras pada lereng metode US-SCS

Hasil Simulasi Disain Teras Metode US-SCS


Hasil pemeriksaan sifat fisika tanah rata-rata pada lokasi penelitian di Kecamatan Banjarwangi
Kabupaten Garut sebagai berikut : kadar bahan organik 3 %, debu 48,079 %, pasir halus 15,204 %,
liat 13,914 %, specific gravity 2,690, angka pori 2,174, densitas tanah 1,439 t/m3, permeabilitas
1,192 mm/jam, erodibilitas, 0,47 t/ha/th, kedalaman tanah 0,9 m, dan infiltrasi 10 mm/jam.
Sedangkan curah hujan rata-rata 1742 mm/tahun dan penutup lahan atau faktor CP sawah beririgasi
0,02 sehingga dapat dilakukan simulasi dengan hasil tertera pada Tabel berikut ini.

Dari

tabel

di

atas

hasil

simulasi

disain

teras

US-SCS

(A)

terlihat

bahwa

nilai

VI

pada kemiringan lahan 14 % 30 % sangat tinggi yaitu berkisar dari 2,97 m 5,37 m, keadaan ini
sangat rawan longsor pada talud teras (riser). Sehingga dilakukan modifikasi (B) dengan nilai VI = 2
m sehingga terjadi pengurangan lebar horizontal interval (HI) teras.
KESIMPULAN
Hasil dan pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :

Perancangan teras metode US-SCS dapat dilakukan dengan cara simulasi yang dibangun
dengan bahasa pemrogramman Visual Basic 6.0.

Hasil disain teras sangat ditentukan oleh kemiringan lahan, sifat fisik tanah, curah hujan, dan
kondisi penutup lahan.

Hasil simulasi semakin besar kelerengan lahan akan meningkatkan jarak vertikal interval
teras.

Jarak vertikal interval teras > 3 m perlu dilakukan modifikasi, karena dikhawatirkan rawan
longsor.

Pengambilan data lapangan untuk makalah ini dibiayai oleh proyek Identifikasi Penyusunan Rencana
Tindak Penanggulangan Daerah Rawan Bencana di Kabupaten Garut yang merupakan kerjasama
Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Garut dengan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor, Oktober 2002.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB-Press. Bogor.
ASAE. 1998. Standard Engineering Practice Data. Ed. 45th, ASAE. St. Joseph..
Dewobroto, W. 2003. Aplikasi Sains dan Teknik dengan Visual Basic 6.0. PT. Elex Media Komputindo.
Gramedia. Jakarta.
Hudson, N. 1981. Soil Conservation. Ed. 2nd. Cornell university Press. New York.
Kurniadi, A. 2001. Pemrograman Microsoft Visual Basic 6. PT. Elex Media Komputindo. Gramedia.
Jakarta.
Kusumo,

A.

S.

2002.

Microsoft

Visual

Basic

6.0.

PT.

Elex

Media

Komputindo.

Gramedia. Jakarta.
Matthee, J.F.G. and W.B. Russell. 1997. Bench Terracing. In Conservation of Farmland in KwaZuluNatal. KwaZulu-Natal Departement of Agriculture. Natal.
PRC Engineering Consultants, Inc. 1980. The Citanduy River Basin Development Project (Feasibility
Report : Citanduy Upper Wathershed Management Project). Denver, Colorado, USA.
Schwab,

G.O.,

R.K.

Frevert,

T.W.

Edminster,

K.K.

Barnes.

1981.

Soil

and

Water

Conservation Engineering.:John Wiley and Sons. New York


Stephens, R. 2000. Visual Basic Graphics Programming. Second Edition. John Wiley and Sons, Inc.
Canada

TERAS GULUDAN SEBAGAI UPAYA


KONSERVASI TANAH
LATAR BELAKANG
Pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut kebutuhan lahan yang terus meningkat pula.
Dengan keterbatasan lahan pemanfaatan lahan harus berazaskan kelestarian usaha tani yang
dilakukan oleh masyarakat petani terutama didaerah hulu DAS/SUB DAS dalam kegiatan pertaniannya
belum sepenuhnya memperhatikan tindakan konservasi tanah, sehingga mengakibatkan turunnya
kualitas sumber daya alam berupa penurunan produktivitas lahan karena erosi/sedimentasi, akibatnya
semakin meluasnya lahan kritis.
Beberapa teknik konservasi tanah dengan teras sering adalah : teras bangku, teras kredit, individu.
Dari teknik konservasi tersebut di atas salah satu teras guludan merupakan konservasi tanah yang
relatif mudah dan murah biayanya. Hal ini lebih dapat di laksanakan oleh petani dengan keterbatasan
modal yang dimiliki oleh petani pada umumnya.
Konservasi tanah dengan teras guludan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan dapat
dipertahankan secara lestari.
MAKSUD DAN TUJUAN
Teras guludan merupakan guludan tanah seperti pematang yang arahnya sejajar garis kontur.
Teras guludan dibuat tanpa mengubah kelerengan guludan dibuat untuk memperbesar resapan air ke
dalam tanah karena akan memperlambat aliran permukaan. Tujuan pembuatan guludan adalah untuk
meringankan biaya pembuatannya, akan tetapi konservasi tanah dapat terlaksana, sehingga
diharapkan lama kelamaan teras guludan akan berangsur menjadi teras bangku.
LOKASI
Lokasi yang cocok untuk pembuatan teras guludan adalah lokasi yang mempunyai kemiringan lahan
antara 10-50% dan merupakan lahan pertanian yang potensial relatif masih subur. Hal ini
dimaksudkan agar dapat terjaga kesuburannya secara berkesinambungan untuk produksi.
TEHNIK PEMBUATAN
Pesiapan di lapangan dilakuan dengan melakuan pengukuran dengan alat sederhana seperti ondolondol, maksud ondol-ondol adalah untuk mengukur arah kontur yang sama tinggi dari awal sampai
dengan teras guludan. Setelah diukur ketinggian yang sama dilakukan pemancangan patok-patok

sebagai tanda arah guludan yang akan dibuat. Lebih jelasnya ondol-ondol adalah merupakan waterpas
sederhana. Jarak antar guludan antara 5m 10m. Pembuatan patok dengan jarak 5m untuk
memudahkan dalam pembuatan guludan.
Pembuatan guludan setelah selesai ukuran dan arah diukur yang dilengkapi dengan patok-patok, kita
membuat saluran sekaligus menjadi pematang/guludan, ukuran saluran yang digali adalah:

Dalam : 30 Cm

Lebar bawah : 20 Cm

Lebar atas : 50 Cm

Tanah galian pada pembuatan saluran ditimbunkan di tepi luar (bagian bawah saluran) sehingga
membentuk guludan dengan ukuran lebar 20 cm, lebar bawah 50 cm dan tinggi 30 cm guludan dan
selokan teras gulud dibuat tegak lurus garis kontur. Pembuatan teras guludan dimulai dari bagian atas
lereng agar lebih mudah turun ke arah bawah.
Guludan sebaiknya ditanami tanaman penguat teras agar pematang/guludan agar tidak mudah
longsor oleh serpihan air hujan maupun oleh aliran permukaan.
Jenis tanaman penguat teras berupa jenis tanaman tahan pangkas, di mana pemangkasan dilakukan
untuk pencegahan ketinggian tanaman yang dapat mengganggu tanaman pokok disamping itu hasil
pangkasan dapat menjadi biomassa untuk kesuburan tanah. Kalau jenis kayu-kayuan diupayakan jenis
yang daunnya mudah lapuk dan tahan pangkas. Jarak tanam dengan 50 cm apabila menggunakan
steck dan dapat ditabur dengan biji secara merata. Antara lain lamtoro, plaminghia, kaliandra. Jika
penguat teras menggunakan rumput hendaknya dapat dipilih jenis rumput yang dapat bermanfaat
ganda antara lain dapat menjadi makanan ternak. Jarak tanam rata-rata adalah 30-50 cm.
Jenis rumput antara lain : Setaria (Setaria sphacelata), Rumput gajah (Pernisetum purpureum),
Rumput Raja (Penisetum purporoides). Lihat: Tanaman Penutup Tanah.
Pemeliharaan
Pemeliharaan perlu dilakukan karena setiap turun hujan tanah akan terbawa oleh aliran permukaan
dan akan menumpuk di sekolanh, untuk pemeliharaan, tanah yang menumpuk di selokan diangkat
dan dikembalikan ke atas, kalau ada guludan yang rusak tetap diperbaiki serta pemangkasan penguat
teras.
[ Hutbun Propinsi Jambi)
Sumber: http://www.dephut.go.id/informasi/propinsi/JAMBI/teras_guludan.html

Teras
Teras Bangku Atau Teras Tangga
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang lereng dan meratakan tanah
di bagian bawahnya, sehingga terjadi deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga. Pada
usahatani lahan kering, fungsi utama teras bangku adalah: (1) memperlambat aliran permukaan; (2)
menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai merusak; (3)
meningkatkan laju infiltrasi; dan (4) mempermudah pengolahan tanah.
Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olah datar, membentuk sudut 0o dengan bidang horizontal),
miring ke dalam/goler kampak (bidang olah miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan
lereng asli), dan miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli). Teras biasanya dibangun di
ekosistem lahan sawah tadah hujan, lahan tegalan, dan berbagai sistem wanatani. Tipe teras bangku
dapat dilihat dalam Gambar 1.

Gambar 1. Sketsa empat tipe teras bangku.

Teras bangku miring ke dalam (goler kampak) dibangun pada tanah yang permeabilitasnya rendah,
dengan tujuan agar air yang tidak segera terinfiltrasi menggenangi bidang olah dan tidak mengalir ke
luar melalui talud di bibir teras. Teras bangku miring ke luar diterapkan di areal di mana aliran
permukaan dan infiltrasi dikendalikan secara bersamaan, misalnya di areal rawan longsor. Teras
bangku goler kampak memerlukan biaya relatif lebih mahal dibandingkan dengan teras bangku datar
atau teras bangku miring ke luar, karena memerlukan lebih banyak penggalian bidang olah.
Efektivitas teras bangku sebagai pengendali erosi akan meningkat bila ditanami dengan tanaman
penguat teras di bibir dan tampingan teras. Rumput dan legum pohon merupakan tanaman yang baik
untuk digunakan sebagai penguat teras. Tanaman murbei sebagai tanaman penguat teras banyak
ditanam di daerah pengembangan ulat sutra. Teras bangku adakalanya dapat diperkuat dengan batu
yang disusun, khususnya pada tampingan. Model seperti ini banyak diterapkan di kawasan yang
berbatu.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembuatan teras bangku adalah:
1.

Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40%, tidak dianjurkan pada lahan dengan
kemiringan >40% karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit.

2.

Tidak cocok pada tanah dangkal (<40 cm)

3.

Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin pertanian.

4.

Tidak dianjurkan pada tanah dengan kandungan aluminium dan besi tinggi.

5.

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor.

Teras Gulud
Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran air di bagian belakang gulud.
Metode ini dikenal pula dengan istilah guludan bersaluran. Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas
guludan, saluran air, dan bidang olah (Gambar 2).

Gambar 2. Sketsa penampang samping teras gulud.


Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku, yaitu untuk menahan laju aliran
permukaan dan meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah. Saluran air dibuat untuk mengalirkan
aliran permukaan dari bidang olah ke saluran pembuangan air. Untuk meningkatkan efektivitas teras
gulud dalam menanggulangi erosi dan aliran permukaan, guludan diperkuat dengan tanaman penguat
teras. Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai penguat teras bangku juga dapat digunakan
sebagai tanaman penguat teras gulud. Sebagai kompensasi dari kehilangan luas bidang olah, bidang
teras gulud dapat pula ditanami dengan tanaman bernilai ekonomi (cash crops), misalnya tanaman
katuk, cabai rawit, dan sebagainya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud:
1.

Teras gulud cocok diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40%, dapat juga pada lahan
dengan kemiringan 40-60% namun relatif kurang efektif.

2.

Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi, guludan dapat dibuat menurut arah kontur. Pada
tanah yang permeabilitasnya rendah, guludan dibuat miring terhadap kontur, tidak lebih dari
1% ke arah saluran pembuangan. Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera terinfiltrasi ke
dalam tanah dapat tersalurkan ke luar ladang dengan kecepatan rendah.

Teras Individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu tanaman, terutama tanaman tahunan
(Gambar 3). Jenis teras ini biasa dibangun di areal perkebunan atau pertanaman buah-buahan.

Gambar 3. Sketsa teras individu pada areal pertanaman tahunan.

Teras Kebun

Gambar 4. Teras kebun.


Teras kebun adalah jenis teras untuk tanaman tahunan, khususnya tanaman pekebunan dan buahbuahan. Teras dibuat dengan interval yang bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 4). Pembuatan
teras bertujuan untuk: (1) meningkatkan efisiensi penerapan teknik konservasi tanah, dan (2)
memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility), di antaranya untuk fasilitas jalan kebun,
dan penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun.

Anda mungkin juga menyukai