Anda di halaman 1dari 19

1

Oleh

Ir. Lusi Maira, M.Agr.Sc


Dr. Ir. Agustian

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAPERTA UNAND PADANG
- PADANG –

2015

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

TANAH MERUPAKAN SUATU EKOSISTEM

Kehidupan yang ada dibawah permukaan tanah menentukan kelanjutan kehidupan di atas
bumi. Hal ini sering terlupakan karena sulit terlihat walau bisa dirasakan Hewan dapat
didefinisikan sebagai kelompok makhluk hidup multiseluler yang berevolusi dari organisme

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
2

eukariot yang memilki nenek moyang “protista” sebagai organisme heterotrof sel tubuh hewan
telah mengalami spesialisasi dan mempunyai bermacam-macam fungsi terutama untuk
pembentukan struktur tubuh metabolisme, menerima rangsangan, pergerakan, dan reproduksi.

Kepadatan populasi suatu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam bentuk
jumlah atau biomassa perunit. Atau persatuan luas atau persatuan volume. Kepadatan populasi
sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu
komunitas dengan komunitas lain. Keberadaan dan kepadatan popuasi suatu jenis hewan
bergantung dari faktor lingkungan yaitu faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor biotik bagi
hewan itu sendiri yaitu lingkungan dan organisme lain yang terdapat di habitatnya seperti
mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan jenis hewan lainnya. Pada komunitas itu jenis-jenis
organisme SALING berinteraksi satu sama lain. Interaksi itu dapat berupa predasi, parasit,
kompetensi, simbiosis dan interaksi yang lainnya.
Interaksi antara populasi merupakan interaksi yang terjadi antara populasi-populasi dari berbagai
spesies yang berbeda yang hidup bersama dalam suatu komunitas. Dapat dikatakan bahwa
populasi dari berbagai spesies berbeda yang terdapat dalam suatu komunitas yang hidup
berdampingan satu sama lain. Beberapa ciri statistik penting pada populasi adalah kerapatan,
natalitas, mortalitas, sebaran umur, potensi biotik, pancaran dan bentuk pertumbuhan. Di
samping itu populasi itu juga memiliki karakteristik genetik yang langsung berhubungan dengan
egologinya, adalah keadaptifan, ketegaran reproduktif, dan persistensi meninggalkan keturunan
dalam waktu yang lama.
Tujuan untuk mengestimasi Kelimpahan Populasi (Metode Pit Fall Trap dan Hand
sortir)KemelimPahan Fauna Tanah. Untuk mempelajari studi kemelimpahan makro dan
mikro fauna tanah dengan metode Pit Fall Trap dan Hand sortir.

PENGAMATAN AKTIVITAS DAN JUMLAH MAKROFAUNA DALAM TANAH

Latar Belakang

Makrofauna tanah dapat dikategorikan atas invertebrata yang umumnya berukuran > 2 mm.
Invertebrata tanah dapat diklasifikasikan menurut kebiasaan makan mereka dan distribusi dalam
profil tanah sebagai berikut:
1. Spesies Epigeic, yang hidup dan makan di permukaan tanah. invertebrata ini
mempengaruhi penghancuran serasah dan proses mineralisasi. Makrofauna yang
berperan terutama arthropoda, misalnya semut, kumbang, kecoa, lipan, lipan, kutu kayu

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
3

dan Orthoptera, bersama-sama dengan gastropoda kecil, dan cacing tanah yang seluruh
tubuhnya berpigmen (gelap merah, hijau atau cokelat). Mereka cepat tumbuh dan
bergerak cepat.
2. Spesies Anecic, yang menghancurkan serasah dari lapisan permukaan tanah kemudian
bahan organik yang dimakan dapat didistribusikan melalui pergerakannya yang
memberikan efek secara fisik pada struktur tanah dan aerase tanah. Cacing tanah
(bewarna terangatau tidak ada pigmentasi, dan lambat gerakannya) dan rayap bukan
pemakan tanah danbeberapa arakhnida adalah kelompok utama dalam kategori ini.
3. Spesies Endogeic yang hidup di tanah dari memakan bahan organik dan akar mati, juga
menelan sejumlah besar bahan mineral dan lebih menyukai berada pada lapisan bawah.
Dua kelompok utama adalah cacing tanah (besar, pigmentasi antero-dorsal dan sangat
berotot, dengan ekor berbentuk baji) dan rayap pemakan tanah.
Tujuan
Pada akhir praktikum ini, mahasiswa akan memahami prosedur standar karakterisasi makrofauna
tanah di lahan yang berbeda-penggunaannya dalam hubungannya dengan sifat fisik tanah, sifat
kimia tanah serta yang berkaitan dengan keberadaan kelompok makrofauna tanah yang
menguntungkan atau yang merugikan bagi pertanian. Kelompok utama makrofauna tanah
adalah: semut, rayap, cacing tanah(epi geic, endogeic dan anecic), kumbang, predator lainnya.
Waktu yang dibutuhkan
Sangat bervariasi minimal 2 jam

Material yang dibutuhkan


Parang, sekop, cangkul, tali rafiah, kayu pancang, botol plastic, marker permanen, kantong
plastik, karet gelang, alcohol 70%, formalin, kertas label, ayakan ukuran 2 mm,

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
4

Prosedur

Pengamatan dapat dilakukan pada blok tanah Tahapan pekerjaan


(monolith) yang berdimensi panjang 15 cm, lebar 15
1. Pilih areal yang akan diamati
cm dengan kedalaman 30 cm. Prosedur pengamatan
(penggunaan lahan, plot, atau alasan
makrofauna berpedoman pada prosedur pengamatan
lainnya) dan tandai titik pengambilan
Tropical Soils Biology and Fertility Institute (TSBF
sampel untuk pengambilan monolith
method). Pada lokasi yang sama kelima (5) group
(dalam penilaian makrofauna tanah)
yang telah dibentuk membuat dan mengamati
Jumlah sampel yang diambil
monolith dan menghitung jumlah keragaman dan
populasi makrofauna yang ada pada lapisan monolith tergantung luasan lahan yang diteliti
2. Bersihkan serasah yang menutupi
yang ada. Lokasi pengamatan dapat tentukan
permukaan tanah pada lokasi yang
berdasarkan tujuan penelitian apakah ingin melihat
akan diamati dan buat petakan
pengaruh berbagai penggunaan lahan terhadap
berukuran 15x15 cm dengan
keragaman dan poluasi makrofauna tanah atau untuk
membenamkan pancang kayu pada
tujuan lainnya.
ke empat ujung petakan. Galilah
tanah disekitar petakan lebih kurang
30 cm dari pinggir petakan dengan
kedalaman 30 cm.
3. Setelah tanah sekitar petakan yang
dibuat telah mencapai kedalaman 30
cm maka menara tanah/ blok
(monolith) akan terbentuk dan dapat
dikeluarkan dari lobang dengan hati-
hati dengan cara memotong
bahagian bawah monolith
menggunakan parang.

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
5

4. Bagilah monolith tanah tersebut menjadi


tiga lapisan: 0-10 cm, 10-20 cm dan 20-30
cm. Hal ini dapat dilakukan dengan mudah
menggunakan parang secara horisontal.
Jika waktunya sangat terbatas dan
pekerjaan dilakukan dibawah vegetasi yang
rapat dan cahaya kurang maka monolith
bisa dimasukkan ke dalam tas dan dibawa
ke labor atau tempat lain yang
memungkinkan pemisahan setiap lapisan
dilakukan.
5. Pengamatan terhadap makrofauna
dilakukan pada setiap lapisan tanah yang
telah dipisahkan tadi dengan cara
menderaikan bongkahan tanah tersebut
menjadi bongkahan-bongkahan yang lebih
kecil (bisa juga dengan menggunakan
ayakan) sehingga makrofauna (Cacing,
serangga, decapoda, dsbnya) dapat
dipisahkan dari tanah. Makrofauna yang
diperoleh dimasukkan ke dalam botol yang
berisi alkohol. Botol diberi label (nama)
yang berisi informasi nomor sampel,
tanggal pengamatan, lokasi sampel diambil
dan kedalaman lapisan tanah yang diamati.

TABEL PENGAMATAN MAKROFAUNA TANAH

Kedalaman Spesies cacing GROUP


(cm)

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
6

I II III IV V

……Jumlah (ekor)…….

0-10 1.

2.

3.

10-20 1.

2.

3.

4.

20-30 1.

2.

3.

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
7

TABEL PENGAMATAN VEGETASI


(luas plot 1 m x 1 m)

Lokasi Spesies tumbuhan GROUP

I II III IV V

……Jumlah (batang) …….

1. Kebun
1.
Percobaaan
(lahan kering) 2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.
2. Kebun
1.
Percobaaan
2.
(lahan basah)
3.

4.

5.

6.

7.

8.
Metode hand sorting
a) Alat dan bahan

Alat yang digunakan berupa bingkai/papan triplek berukuran 25x25cm, sekop kecil, pisau

komando, plastik 2kg, alas putih berukuran 1mx1m, alat penghisap, pingset dan botol

penyimpan organisme. Sedangkan bahan yang digunakan berupa alkohol.

b) Cara Kerja

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
8

Bingkai di letakan di tanah, tahan dengan stabil dan bongkar tanah secara perlahan menggunakan sekop

kecil sesuai bingkai tersebut sedalam 10cm. Angkat tanah, dan masukkan sampel tanah tersebut ke

dalam plastik dan segera dipindahkan/diletakkan ke alas putih untuk memudahkan pencarian organisme

tanah. Organisme tanah dikumpulkan dengan menggunakan pingset dan alat penghisap kemudian

dimasukkan kedalam botol berisi alkohol untuk dapat diawetkan dan diidentifikasi di laboratorium.

1. Metoda corong berlese-tullgren


a) Alat dan bahan

Alat yang digunakan berupa corong air, lampu neon, dan botol (ukuran disesuaikan). Sedangkan

bahan yang digunakan adalah alkohol.

b) Cara Kerja

Dengan menggunakan ring sampel, ambil sampel tanah sedalam 10cm dari tiap lokasi kemudian

diletakan pada perangkap corong , dibawah lampu pijar selama 1 minggu, tutup perangkap

corong dengan jaring/kelambu sehingga organisme dari luar tidak masuk dan ikut terperangkap.

Panas dari lampu akan membuat organisme turun ke bawah, dan alkohol di otol akan membuat

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
9

temperatur lebih sejuk, sehingga organisme kehilangan kesadaran dan jatuh ke botol penampung

sehingga bisa dilakukan identifikasi organisme selanjutnya.

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
10

PERHITUNGAN FREKUENSI, KEKAYAAN, KELIMPAHAN DAN KEMERATAAN


JENIS

1. Frekuensi keberadaan jenis

Jumlah dan jenis biota tanah dilakukan terhadap setiap lapisan tanah yang
ditemukan. Lapisan tanah kemudian ditimbang beratnya dan identifikasi
makrofauna tanah dilakukan dengan berpedoman pada Soil Macrofauna Field
Manual (Ruiz and Lavelle, 2008). Fekuensi keberadaan setiap jenis fauna yang
ditemukan dihitung berdasarkan kehadiran spesies pada setiap lapisan tanah.

Frekwensi keberadaan Jenis ∑ individu jenis A yang ditemukan


species (A) = ----------------------------------------------------------
∑ individu dari jenis keseluruhan
yang ditemukan
2. Nilai kekayaan jenis (species richness) dapat dihitung dengan menggunakan
rumus (Odum, 1993).

DMg = (S-1)/ ln N
dimana :

DMg = Nilai kekayaan jenis

S = Jumlah jenis yang ditemukan

N = Jumlah individu keseluruhan

ln = Logaritme natural

3. Nilai kelimpahan jenis ( species abundance) dapat dihitung dengan


menggunakan rumus (Odum, 1993).

H’ = -∑ pi ln pi pi = ni/ N
dimana :

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
11

H’ = Indeks Keragaman Shannon-Wiener

Ni = Jumlah individu pada spesies ke-i

N = Jumlah individu keseluruhan

Ln = Logaritma natural

4. Nilai kemerataan jenis (Species evenness)

E = H’/ Ln S
dimana :

E = Indeks kemerataan jenis


H’ = Indeks keragaman Shannon-Wiener
S = Jumlah jenis yang ditemukan

B. Analisis Sifat Biologi Tanah di Laboratorium

1) Analisis Mikrobiologis
(a) Perhitungan Total Populasi Bakteri dan Jamur Tanah
Perolehan total populasi bakteri dan jamur tanah dilakukan dengan menggunakan 10 g

sampel tanah segar yang dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml yang berisi 90 ml

larutan fisiologis steril. Kemudian tanah dicampurkan dengan larutan fisiologis steril

dikocok selama 15 menit. Dipipet 1 ml larutan tanah tersebut kedalam testube yang

telah berisi 9 ml aquades, ini dinamakan pengenceran 10-2. Pengenceran dilanjutkan

hingga 10-5-10-6. Pipet 1 ml dimasukkan pada cawan dengan medium Nutrient Agar

(NA) untuk isolasi bakteri dan medium Potato Dextrosa Agar (PDA) untuk jamur.

Medium yang digunakan merupakan medium serbuk (instan) siap pakai yang

diencerkan dengan aquades. Biakan tersebut diinkubasikan selama 3x24 jam. Setelah

itu dihitung dan diamati koloni yang tumbuh. Untuk komposisi larutan fisiologis dapat

dilihat pada Lampiran 4. Kemudian dari koloni mikroorganisme yang tumbuh dihitung

total populasinya dengan menggunakan metoda berikut:

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
12

 Metoda isolasi pengenceran dengan hitungan cawan (counter plate)


Isolat mikroorganisme yang telah tumbuh pada cawan petridish, kemudian

dihitung jumlah koloninya. Cawan petridish yang dihitung adalah cawan yang

memiliki jumlah koloni antara 30-300 koloni. Jumlah bilangan koloni yang

diperoleh kemudian dikalikan dengan tingkat pengenceran biakan cawan petridish.


(b) Pengukuran Aktivitas Respirasi
Penggukuran aktivias respirasi dilakukan menggunakan metoda penangkapan CO 2

dengan basa yang diinkubasikan tanpa aliran udara. Prosedur ini selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 4.


(c) Pengukuran Biomassa
Pengukuran biomassa mikroorganisme tanah dilakukan berdasarkan kandungan

biomassa C. Prosedur ini selengkapanya dapat dilihat pada Lampiran 4.


(d) Pengamatan Morfologis
Pengamatan morfologis koloni meliputi warna, bentuk koloni, bentuk tepian koloni

dan penampang samping yang berpedoman pada Habazar et al,. (2002) dan Waluyo

(2004).

1. Pembuatan Isolat mikroorganisme dengan metoda isolasi pengenceran dan


komposisi larutan fisiologis ( Trisno dan Habazar, 2002).

a. Bahan dan Alat


Sampel tanah ,medium NA untuk bakteri atau PDA untuk jamur, aquades steril,

alkohol 97 %, ent case, shaker, testube, plastik wrap, petridish steril dan bunsen.
b. Cara kerja
Sterilkan ent case dengan alkohol 97 % kemudian dimasukkan petridish steril, lalu

ent case tersebut ditutup rapat. Setelah itu diambil 10 g sampel tanah, kemudian

dilarutkan ke dalam 100 ml aquades steril dan diaduk, dipipet 1 ml lalu dimasukkan

kedalam 9 ml aquades steril, ini disebut pengenceran 10-1 dan dilakukan sampai 6 kali

pengenceran ( 10-7). Setelah itu, dipipet 1 ml larutan dan dimasukkan kedalam

testube, lalu dimasukkan medium yang masih mencair tetapi telah dingin, lalu

dikocok dengan shaker setelah itu dimasukkan kedalam petridish dan digulung

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
13

dengan plastik wrap.Diinkubasi selama 3 x 24 jam dan diaamati mikroorganisme

yang tumbuh.
Komposisi larutan fisiologis

j
Bahan Jumlah

NaCl 8,5 g

Aquadest 1L

Sumber : Anas (1989)

2. Penetapan populasi mikroorganisme dengan metoda Most – Probable Number


(MPN) (Anas, 1989).
3.
a. Bahan dan Alat
Seri pengenceran tanah hingga 10-6, petridish, testube, tabel nilai MPN (Anas, 1989)
b. Cara kerja
Ditimbang 10 g sampel tanah, dimasukkan kedalam 90 ml akuades steril, kemudian

dikocok selama 15 menit. Pengenceran dilakukan hingga 10-5-10-7. Dari setiap

pengenceran dipipet 1 ml, dimasukkan kedalam testube dengan medium steril.

Inkubasikan pada suhu 280C selama beberapa hari sampai biakan tumbuh.
c. Perhitungan
Dipilih p1 testube dengan konsentrasi paling rendah semua tabung bereaksi posof

atau jumlah testube positif terbanyak dalam 3 ulangan. Kemudian untuk p2 dan p3

mewakili jumlah testube positif pada pengenceran yang lebih tinggi dari p1.

Kemudian dilihat nilai MPN pada tabel MPN (pada halaman 70) dengan 3 ulangan

berdasarkan testube positif dari ulangan yang ada dikalikan dengan faktor

pengenceran p1.
4. Prosedur pengukuran respirasi (CO2) tanah, (Anas, 1989)
a. Bahan dan alat
KOH 0,5M, BaCl 1 M, HCL 0,5 N, indikator phenolpthalein (pp), indikator metal

orange, bejana kedap uadara, tabung film.


b. Cara Kerja
Ditimbang tanah sebanyak 90 g, diberi sedikit akuades. Diambil dua buah tabung

film, satu untuk KOH 10 ml dan satu untuk 10 ml akuades. Diletakkan kedua tabung

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
14

film, tersebut di atas permukaan tanah yang telah diatur dalam posisi miring. Lalu

bejana kedap udara ditutup dan ditempakan dalam inkubator atau dalam ruang gelap

dengan suhu kamar (260). Inkubasi dilakukan 7-14 hari. Pada akhir inkubasi diambil

tabung berisi KOH, ditambahkan 1 M BaCl2 5 ml dan indikator pp 4 tetes. Kemudian

dititrasi dengan HCL 0,5 N sampai warna merah hilang. Pengamatan respirasi

dilakukan terhadap tanah dari beberapa tanah dari beberapa tipe penggunaan lahan

dengan membandingkannya terhadap bejana tanpa tanah.


c. Perhitungan
Jumlah CO2 yang terbentuk dikurangi dengan jumlah yang terfiksasi dalam botol

kosong yang berhubungan dengan CO2 atau C yang dihasilkan dari tanah dengan

rumus:
Mg C atau CO2 = (B-V) N E
dimana:

B = volume (ml) asam untuk N = normalitas asam

menitrasi basa pengumpul pada

kontrol
V = volme (ml) asam untuk menitrasi E = bobot ekuivalen. Bila dalam C,

basa pada perlakuan E= 6 dan bila dalam CO2, E = 22

5. Prosedur pengukuran biomassa C mikroorganisme tanah (Anderson dan Ingram,


1993).
a. Bahan dan alat
Tanah,choloform, K2SO4, tabung film, gelas piala,gelas ukur, cawan, eksikator

vakum, oven, timbangan.


b. Cara kerja
Ditimbang 3 sampel tanah yang lolos ayakan 2 mm, sampel masing-masing 10 g.

Sampel pertama dan kedua dimasukkan dalam tabung film, selanjutnya sampel ketiga

dimasukkan dalam cawan alumunium untuk menghitung KKA. Sampel pertama

diberi larutan choloform sebanyak 20 ml dikeringkan dalam eksikator vakum, sampel

kedua tidak diberi, namun tetap disimpan dalam eksikator vakum. Setelah choloform

kering sampel pertama dan kedua diekstrak dengan K2SO4 0,5 M sebanyak 50 ml,

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
15

kemudian dikocok selama 30 menit. Ekstraksi yang diperoleh disaring dengan kertas

saring. Filtrat yang didapatkan dianalisis kandungan C dengan metoda Walkey dan

Black.
c. Perhitungan
Penentuan kandungan C dihitung dengan rumus sebagai berikut:
C 0rg = %C org tanah fumigasi - % C org tanah non fumigasi
Biomassa = % C org x 2,46

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
16

Pengukuran Total Populasi dengan cara Haemacytometer


Hemasitometer adalah metode perhitungan secara mikroskopis. Ruang hitung terdiri dari

9 kotak besar dengan luas 1 mm². Satu kotak besar di tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang

dengan panjang 0,05 mm. Satu kotak sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan

demikian satu kotak besar tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1

mm. Sel bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah

bakteri per satuan volume dapat diketahui (Mikapin, 2012).


Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah adalah untuk melakukan perhitungan spora dengan menggunakan

alat haemacytometer.
Bahan dan Waktu
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan adalah alkohol, Sampel Tanah dan aquades.
Alat
Alat yang digunakan adalah haemachytometer, mikroskop, vortex, tabung reaksi, gelas beker

dan jarum ent.


Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Biologi Tanah
Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Membersihkan alat haemachytometer dengan tissue yang sudah diberi alkohol
3. Setelah itu haemachytometer ditutup dengan cover glass yang sudah dibersihkan.
4. Lakukan pengenceran dengan tabung reaksi 106.
5. Masukkan air aquades kedalam botol yang berisi sampel tanah /pathogen cendawan

kemudian digoyang-goyang dengan jarum ent agar spora terangkat.


6. Mengisi tabung reaksi dengan 1 ml larutan pathogen cendawan yang sudah terisi 9 ml air

aquades sebelumnya.
7. Kemudian divortex selama 15-30 detik agar memisahkan atau memecah spora, lakukan

terus hingga pada tabung 106.


8. Mengambil 1 ml larutan dari tabung reaksi pengenceran pada tabung ke 10 6 dengan

menggunakan pipet isap.


9. Meneteskan larutan tadi pada alat haemachytometer ±1 tetes.
10. Amati dengan menggunakan mikroskop hitung berapa jumlah sel dalam satu kotak.
11. Gunakan rumus :
Jumlah sel per ml sampel = jumlah sel per kotak besar x 1,25 x 106.

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
17

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
18

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016
19

References

Alex. 2013. Laporan perhitungan Mikroba. http://Alexchemistry.blogspot.com


Diakses pada tanggal 6 Desember 2013.

Mikapin .2012. Tes Jurnal Praktikum Mikrobiolgi Jilid VI (Penghitungan Jumlah Mikroba
Dengan Ruang Hitung). Artikel Teknis Kimia.

Paradise, C and D. College. Ecology, Laboratory and Field Manual

Rio, Sapni. 2012. Langkah Metode Couning Cell. http://idwikipedia.org/wiki/ Langkah


Metoder Couning Cell html. Diakses pada tanggal 6 Desember 2013.

Ruiz, N .,P. Lavelle and J Jiménez. 2008. Soil Macrofauna Field Manual. FAO, Rome
Tria Ardi Puspa Laga. 2012. Laporan Praktikum Mikrobiologi Menghitung Jumlah Sel.
Laboratorium Ilmu Hama Dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian. Universitas
Bengkulu.

P a n d u a n P r a k ti k u m B i o l o g i T a n a h – L u s i M a i r a 2015-2016

Anda mungkin juga menyukai