Anda di halaman 1dari 10

” Pemanfaatan Bambu Sebagai Bahan Bakar Untuk Pembangkit

Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) ”

Disusun Oleh : Naldi Candra


Nim : 20168007
Program Studi : Ilmu Lingkungan (S-2)

Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Sumber Daya Alam


Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan
Universitas Negeri Padang
2021
BAB I
PEDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya baik dari segi Alam
maupun Manusianya. Seiring dengan perkembangan waktu jumlah penduduk
Indonesia semakin meningkat. Kondisi ini membuat kebutuhan akan sumber daya
alam akan semakin banyak bahkan akan tergantungan. Saat ini Indonesia
dihadapkan pada kenyataan bahwa ketergantungan pada energi fosil sebagai
sumber energi utama akan bersifat tidak sustainable dalam jangka panjang bagi
penyediaan kebutuhan energi nasional. Dengan laju produksi seperti sekarang ini
dan diasumsikan tidak ada penemuan ladang minyak bumi baru, maka cadangan
minyak akan habis dalam 12 tahun ke depan. Cadangan gas bumi akan habis dalam
40 tahun ke depan, sementara itu cadangan batubara masih akan tersedia hingga 80
tahun ke depan.(Setiawan, 2012)
Salah satu kebutuhan masyarakat di Indonesia adalah Listrik. Listrik telah
menjadi suatu kebutuhan dalam menggerakkan ekonomi nasional. Industri dan
rumah tangga sangat tergantung pada pasokan listrik untuk melakukan
kegiatannya. Untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, ketersediaan
listrik merupakan salah satu faktor pendorong utamanya, namun ketersediaan
listrik di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan sebagian besar
negara-negara di ASEAN.(Meilani & Wuryandani, 2010)
Tingkat ketergantungan terhadap penggunaan bahan bakar fosil di Indonesia
masih sangat tinggi. Sementara cadangan energi fosil baik batu bara maupun
minyak bumi setiap tahunnya menurun. Produksi minyak bumi domistik yang
dilaporkan pada tahun 2013 hanya 58% dari produksi tahun 2000, sedangkan
diperiode yang sama impor minyak bumi sebesar 50 % (Kuvarakul T, dkk, 2015).
Penggunaan bahan bakar fosil bukanlah solusi jangka panjang dikarnakan
peningkatan kebutuhan energi listrik yang berbanding terbalik dengan sumber
energi konvensional juga isu lingkungan.
Untuk Mengatasi krisis penyediaan energi dan menghindari dampak kerusakan
lingkungan hidup akibat global warming maka dibutuhkan sumber energi alternatif
yang baru dan terbarukan serta lebih ramah lingkungan. Salah satunya adalah
dengan memanfaatkan Bambu sebagai salah satu bahan bakar untuk menghasilkan
energi listrik atau Pembangkitan Listrik Tenaga Biomassa.
Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran di Pasca Sarjana S2 Ilmu
Lingkungan UNP hadir Mata Kuliah Pengelolaan Sumber Daya Alam. Sesuai
dengan Tugas Mata Kuliah Ekologi Manusia maka Penulis akan membuat makalah
tentang “Pemanfaatan Bambu Sebagai Bahan Bakar Untuk Pembangkit Listrik
Tenaga Biomassa (PLTBm)”.

B. Tujuan dan Kegunaan Makalah


1. Tujuan
Adapun tujuan dari tugas ini adalah untuk Bagaimana Pemanfaatan
Bambu Sebagai Bahan Bakar Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa
(PLTBm).

2. Kegunaan
Adapun kegunaan tugas ini untuk penulis adalah untuk menjadi proses
pembelajaran dalam mata kuliah Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Menjadi
salah satu pemenuhan tugas mata kuliah Pengelolaan Sumber Daya Alam.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Bambu
Bambu adalah rumpun berkayu berbentuk pohon. Bambu termasuk Famili
Rumput-rumputan. Bambu merupakan tumbuhan berumpun, berakar, serabut
yang batangnya berbentuk slinder dengan diiameter bervariasi mengecil mulai
dari ujung atas, berongga, mempunyai pertumbuhan primer yang sangat cepat
tanpa diikuti pertumbuhan primer yang sangat cepat tanpa diikuti pertumbuhan
skunder, sehingga tingginya dapat mencapai 40 meter. Silinder batang bambu
tersebut dipisahkan oleh nodias/ruas yaitu diafragma-diafragma yang arahnya
transversal. (Ghavanni dan Martinesi, 1987 dalam Suryati, 2016).
Bambu banyak hidup di dearah trovis dan sub tropis di Asia. Tanaman ini
memerlukan waktu beberapa tahun agar tongkak akarnya menjadi kokoh
sehingga dapat membentuk batang berikur rumpunnya. Pada masa
pertumbuhan bambu tertentu dapat tumbuh vertikal 5 cm per jam atau 120 cm
per hari pertumbuhan yang amat capat ini dikarenakan banyaknya zat makanan
cadangan yang tersimpan di dalam tongkak akarnya. (Permatasari, 2014)
Bambu merupakan hasil hutan bukan kayu yang mempunyai ragam
manfaat dan memiliki peranan penting terutama dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat pedesaan. Dalam kaitan ini dapat diberikan taksiran bahwa 80%
bambu di Indonesia digunakan untuk kontruksi (termasuk meubel), 10% untuk
bahan pembungkus, 5% untuk bahan baku kerajinaan (industri kecil), serta 5%
untuk sarana pertanian dan lain-lain. (Martawijaya, 1997).
Salah satu sumber biomasa yang potensial dikembangkan di Kabupaten
Kepulauan Mentawai adalah tanaman bambu. Bambu dianggap sebagai spesies
biomasa berkayu jenis rumput. Penggunaan bambu untuk sumber listrik dapat
dilakukan dengan sistem pirolisis dalam insenarator. Dalam sistem ini bahan
padat dipanaskan pada suhu 5000C dengan sedikit oksigen. Cara ini akan
menghasilkan emisi dioksin yang rendah, efisiensi pembangkit listrik yang
tinggi serta arang yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali untuk bahan
bakar briket dan pengkondisi tanah (Yokoyama, 2008).
B. Definisi Energi Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang berasal dari tumbuhan, hewan yang
terbentuk baik dari hasil produksinya, sisa metabolisme maupun limbah yang
dihasilkannya. Energi Biomassa dapat digunakan sebagai sumber energi
alternatif pengganti bahan bakar fosil. Energi ini tidak akan habis selama
kehidupan di muka bumi masih ada

C. Teknologi Pembangkitan Listrik Tenaga Biomassa


Teknologi yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi listrik dari
biomassa menurut (Siswanto S, 2010) yakni:
1. Pembakaran langsung.
Pembakaran langsung melibatkan pembakaran bomassa dengan udara
yang berlebih, menghasilkan gas asap panas yang digunakan untuk
menghasilkan uap di dalam bagian pertukaran panas dari boiler. Uap
digunakan untuk menghasilkan listrik dalam generator turbin uap.
2. Pembakaran Bersama.
Pembakaran bersama mengarah pada penggunaan biomassa dalam boiler
pembakar batu bara efisiensi tinggi sebagai sumber energi tambahan.
Pembakaran bersama sudah dievaluasi untuk berbagai teknologi boiler,
termasuk batubara bubuk, cyclone, fluidized bed, dan spreader stokers.
3. Gasifikasi
Gasifikasi merupakan proses yang menggunakan panas untuk merubah
biomassa padat atau padatan berkarbon lainnya menjadi gas sintetik. Yang
mudah terbakar. Melalui proses gasifikasi, kita bisa merubah hampir
semua bahan organik padat menjadi gas bakar yang bersih dan netral. Gas
yang dihasilkan dapat digunakan untuk pembangkit listrik maupun
pemanas.
Gambar 1. Sistem PLTBm

Gambar 2. Sistem Kerja Gasifier

D. PLTBm Berbasis Masyarakat di Kepulauan Mentawai


Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) adalah pembangkit
listrik yang memanfaatkan energi biomassa (Permen ESDM 27 Tahun 2014).
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
menyebutkan bahwa Rasio elektrifikasi Indonesia hingga tahun 2017 telah
mencapai 91,1%. Pencapaian ini lebih besar dari Rencana Strategis
Kementerian ESDM 2015-2019 sebesar 90%. Untuk mewujudkan target
elektrifikasi 100%, pekerjaan yang paling berat adalah menyediakan listrik
untuk daerah terluar, maju, dan tertinggal. Setidaknya ada 2.519 desa yang
belum teraliri listrik sama sekali. Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai upaya
untuk menyediakan listrik di semua wilayah tersebut salah satunya dengan
memanfaatkan bambu untu bahan bakar PLTBm.
Kepulauan mentawai merupakan salah satu kabupaten yang ada di
Sumatera Barat yang termasuk daerah kepulauan. Kabupaten Kepulauan
Mentawai memiliki luas wilayah 6.011,35 km 2 (terluas di Sumatera Barat;
14,2% dari total luas Sumatera Barat). Kabupaten ini merupakan daerah
kepulauan memiliki 10 kecamatan, 43 desa dan 266 dusun yang tersebar pada
empat pulau besar yang berpenghuni yaitu Siberut, Sipora, Pagai Utara, Pagai
Selatan dan lebih kurang 90 pulau-pulau kecil yang sebagian kecil
berpenghuni. Saat ini jumlah penduduk masyarakat di Kepulauan Mentawai
dengan total populasi 85.348 jiwa (20.259 Rumah Tangga). Rasio elektrifikasi
Mentawai paling rendah daripada semua daerah di Sumbar alias baru 29,80%.
Dari 43 desa di Kab. Kepulauan Mentawai, PLN baru mampu mengalirkan
listrik sebanyak 23 desa. (Aisman, 2016)
Pertama kalinya di Indonesia, bambu dimanfaatkan menjadi energi listrik
melalui Pembangkit Listrik Tenaga Bio Massa (PLTBM). Dari bahan baku
bambu kering itu, akhirnya masyarakat tiga desa di Kabupaten Mentawai,
Sumatera Barat yaitu Saliguma, Matotonan, dan Madobag teraliri listrik.

Gambar 3. Menteri Perencanaan Nasional (PPN)/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro saat peresmian PLTBM, Selasa (17/9/2019) di


Mentawai.

Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa ini akan menghasilkan 700 kW


untuk 1.233 (kisaran 6000 jiwa) kepala keluarga di wilayah tersebut.
Rinciannya, adalah sebagai berikut:
1. PLTBm Desa Saliguma kapasitas 250 kW untuk 388 KK
2. PLTBm Desa Madobag kapasitas 300 kW untuk 576 KK
3. PLTBm Desa Matotonan kapasitas 150 kW untuk 266 KK

Untuk setiap 1 kWh listrik yang diproduksi, dibutuhkan biomassa bambu


sebanyak 1,5 kg. Pada tahun 2021 pemerintah akan melakukan penanaman
bibit bambu dengan anggaran Rp10 miliar. Tujuannya agar bahan baku lebih
banyak lagi tersedia, anggaran Rp10 miliar itu nantinya diperuntukan untuk
menanam bambu di atas lahan seluas 364 hektare. Dimana akan ada sebanyak
11.545 batang yang akan ditanam bambu per hektarnya, sehingga keseluruhan
bibit bambu yang akan ditanam itu mencapai 40.602.380 batang.
PLTBm entaskan Kemiskinan di Mentawai ada Nilai ekonomi yang
dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat. Seperti bambu, selama ini
bambu hanyalah seperti tanaman liar yang tumbuh bahkan bisa dikatakan tidak
memiliki nilai jual kecuali diolah jadi kerajinan atau industri. Tapi dengan
adanya PLTBm telah membuat bambu di Mentawai jadi bernilai, setidaknya
Rp700 per kilogram bambu bisa dikumpulkan sedikit demi sedikit untuk
menambah nilai rupiah bagi kebutuhan suatu keluarga. Setiap hektar akan
menghasilkan bambu sekitar 10-20 ton atau 5.000-10.000 batang bambu per
tahun.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh (Yoesgiantoro et al., 2019)
menganalisis bahwa ada nilai ekonomis yang bagus dengan adanya PLTBm.
Berdasarkan analisis manfaat biaya pribadi, totalnya Biaya Pembangkit Listrik
Tenaga Biomassa ini adalah Rp 412.598.610.000. sedangkan manfaatnya
adalah Rp 687.821.585.000. Sedangkan analisis cost benefit dari sisi
Pemerintah, biaya yang dihasilkan adalah 0 rupiah sedangkan Manfaat yang
diperoleh dari segi Pemerintah adalah Rp 4.765.855.552.500. Dengan
membandingkan manfaat baik dari pihak swasta maupun pemerintah daerah,
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) ini dengan bambu dapat
memberikan manfaat lebih dari pada biaya yang dikeluarkan.
BAB III
KESIMPULAN

Indonesia negara yang sangat kaya akan sumber daya alam. Salah satu
kekayaan Indonesia adalah tumbuhan Bambu. Keberadaan bambu yang sebelumnya
hanya sebagai tanaman liar namun sekarang banyak manfaat yang diperoleh dari
tanaman bambu. Mulai dari sebagai tanaman hias, untuk bangunan bahkan sekarang
dimanfaatkan untuk bahan bakar PLTBM. Hingga saat ini beru kepulau mentawai
yang menerapkan PLTBM yang bahan bakarnya dari bambu.
DAFTAR PUSTAKA

XAisman. (2016). Kajian Dasar Potensi Energi Listrik Berbasis Biomasa Bambu Di
Kabupaten Kepulauan Mentawai.Jurnal Agroindustri. 6(2), 65–72.

Martawijaya. 1997, Kayu dan Bambu untuk barang kerajinan, Laporan lembaga
Penelitian Hasil Hutan. 76 : 38 hal

Permen ESDM 27 Tahun 2014-dikompresi.pdf. (n.d.).

Permatasari D – 2014 – eprintis. Uns. Ac. Aplikasi Struktur Bambu Sebagai Struktur
Lahan Gempa Pada Bagunan Collage

Potensi energi biomassa pada tegakan bambu rakyat di kecamatan simbang kabupaten
maros. (2016).

Setiawan, S. (2012). ENERGI PANAS BUMI DALAM KERANGKA MP3EI : Analisis


terhadap Prospek, Kendala, dan Dukungan Kebijakan. Jurnal Ekonomi Dan
Pembangunan, XX(1), 85.

Yoesgiantoro, D., Panunggul, D. A., & Corneles, D. E. (2019). The Effectiveness of


Development Bamboo Biomass Power Plant ( Case Study : Siberut Island , The
District of Mentawai Islands ) The Effectiveness of Development Bamboo Biomass
Power Plant ( Case Study : Siberut Island , The District of Mentawai Islands ).
https://doi.org/10.1088/1755-1315/265/1/012001

Yokoyama, S. (editor). 2008. Panduan Untuk Produksi dan Pemanfaatan Biomasa.


Proyek Bantuan untuk Kerjasama Asia untuk Pertanian Sadar Lingkungan. The
Japan Institute of Energy

Anda mungkin juga menyukai