Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya baik dari segi Alam
maupun Manusianya. Seiring dengan perkembangan waktu jumlah penduduk
Indonesia semakin meningkat. Kondisi ini membuat kebutuhan akan sumber daya
alam akan semakin banyak bahkan akan tergantungan. Saat ini Indonesia
dihadapkan pada kenyataan bahwa ketergantungan pada energi fosil sebagai
sumber energi utama akan bersifat tidak sustainable dalam jangka panjang bagi
penyediaan kebutuhan energi nasional. Dengan laju produksi seperti sekarang ini
dan diasumsikan tidak ada penemuan ladang minyak bumi baru, maka cadangan
minyak akan habis dalam 12 tahun ke depan. Cadangan gas bumi akan habis dalam
40 tahun ke depan, sementara itu cadangan batubara masih akan tersedia hingga 80
tahun ke depan.(Setiawan, 2012)
Salah satu kebutuhan masyarakat di Indonesia adalah Listrik. Listrik telah
menjadi suatu kebutuhan dalam menggerakkan ekonomi nasional. Industri dan
rumah tangga sangat tergantung pada pasokan listrik untuk melakukan
kegiatannya. Untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, ketersediaan
listrik merupakan salah satu faktor pendorong utamanya, namun ketersediaan
listrik di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan sebagian besar
negara-negara di ASEAN.(Meilani & Wuryandani, 2010)
Tingkat ketergantungan terhadap penggunaan bahan bakar fosil di Indonesia
masih sangat tinggi. Sementara cadangan energi fosil baik batu bara maupun
minyak bumi setiap tahunnya menurun. Produksi minyak bumi domistik yang
dilaporkan pada tahun 2013 hanya 58% dari produksi tahun 2000, sedangkan
diperiode yang sama impor minyak bumi sebesar 50 % (Kuvarakul T, dkk, 2015).
Penggunaan bahan bakar fosil bukanlah solusi jangka panjang dikarnakan
peningkatan kebutuhan energi listrik yang berbanding terbalik dengan sumber
energi konvensional juga isu lingkungan.
Untuk Mengatasi krisis penyediaan energi dan menghindari dampak kerusakan
lingkungan hidup akibat global warming maka dibutuhkan sumber energi alternatif
yang baru dan terbarukan serta lebih ramah lingkungan. Salah satunya adalah
dengan memanfaatkan Bambu sebagai salah satu bahan bakar untuk menghasilkan
energi listrik atau Pembangkitan Listrik Tenaga Biomassa.
Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran di Pasca Sarjana S2 Ilmu
Lingkungan UNP hadir Mata Kuliah Pengelolaan Sumber Daya Alam. Sesuai
dengan Tugas Mata Kuliah Ekologi Manusia maka Penulis akan membuat makalah
tentang “Pemanfaatan Bambu Sebagai Bahan Bakar Untuk Pembangkit Listrik
Tenaga Biomassa (PLTBm)”.
2. Kegunaan
Adapun kegunaan tugas ini untuk penulis adalah untuk menjadi proses
pembelajaran dalam mata kuliah Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Menjadi
salah satu pemenuhan tugas mata kuliah Pengelolaan Sumber Daya Alam.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Bambu
Bambu adalah rumpun berkayu berbentuk pohon. Bambu termasuk Famili
Rumput-rumputan. Bambu merupakan tumbuhan berumpun, berakar, serabut
yang batangnya berbentuk slinder dengan diiameter bervariasi mengecil mulai
dari ujung atas, berongga, mempunyai pertumbuhan primer yang sangat cepat
tanpa diikuti pertumbuhan primer yang sangat cepat tanpa diikuti pertumbuhan
skunder, sehingga tingginya dapat mencapai 40 meter. Silinder batang bambu
tersebut dipisahkan oleh nodias/ruas yaitu diafragma-diafragma yang arahnya
transversal. (Ghavanni dan Martinesi, 1987 dalam Suryati, 2016).
Bambu banyak hidup di dearah trovis dan sub tropis di Asia. Tanaman ini
memerlukan waktu beberapa tahun agar tongkak akarnya menjadi kokoh
sehingga dapat membentuk batang berikur rumpunnya. Pada masa
pertumbuhan bambu tertentu dapat tumbuh vertikal 5 cm per jam atau 120 cm
per hari pertumbuhan yang amat capat ini dikarenakan banyaknya zat makanan
cadangan yang tersimpan di dalam tongkak akarnya. (Permatasari, 2014)
Bambu merupakan hasil hutan bukan kayu yang mempunyai ragam
manfaat dan memiliki peranan penting terutama dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat pedesaan. Dalam kaitan ini dapat diberikan taksiran bahwa 80%
bambu di Indonesia digunakan untuk kontruksi (termasuk meubel), 10% untuk
bahan pembungkus, 5% untuk bahan baku kerajinaan (industri kecil), serta 5%
untuk sarana pertanian dan lain-lain. (Martawijaya, 1997).
Salah satu sumber biomasa yang potensial dikembangkan di Kabupaten
Kepulauan Mentawai adalah tanaman bambu. Bambu dianggap sebagai spesies
biomasa berkayu jenis rumput. Penggunaan bambu untuk sumber listrik dapat
dilakukan dengan sistem pirolisis dalam insenarator. Dalam sistem ini bahan
padat dipanaskan pada suhu 5000C dengan sedikit oksigen. Cara ini akan
menghasilkan emisi dioksin yang rendah, efisiensi pembangkit listrik yang
tinggi serta arang yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali untuk bahan
bakar briket dan pengkondisi tanah (Yokoyama, 2008).
B. Definisi Energi Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang berasal dari tumbuhan, hewan yang
terbentuk baik dari hasil produksinya, sisa metabolisme maupun limbah yang
dihasilkannya. Energi Biomassa dapat digunakan sebagai sumber energi
alternatif pengganti bahan bakar fosil. Energi ini tidak akan habis selama
kehidupan di muka bumi masih ada
Indonesia negara yang sangat kaya akan sumber daya alam. Salah satu
kekayaan Indonesia adalah tumbuhan Bambu. Keberadaan bambu yang sebelumnya
hanya sebagai tanaman liar namun sekarang banyak manfaat yang diperoleh dari
tanaman bambu. Mulai dari sebagai tanaman hias, untuk bangunan bahkan sekarang
dimanfaatkan untuk bahan bakar PLTBM. Hingga saat ini beru kepulau mentawai
yang menerapkan PLTBM yang bahan bakarnya dari bambu.
DAFTAR PUSTAKA
XAisman. (2016). Kajian Dasar Potensi Energi Listrik Berbasis Biomasa Bambu Di
Kabupaten Kepulauan Mentawai.Jurnal Agroindustri. 6(2), 65–72.
Martawijaya. 1997, Kayu dan Bambu untuk barang kerajinan, Laporan lembaga
Penelitian Hasil Hutan. 76 : 38 hal
Permatasari D – 2014 – eprintis. Uns. Ac. Aplikasi Struktur Bambu Sebagai Struktur
Lahan Gempa Pada Bagunan Collage
Potensi energi biomassa pada tegakan bambu rakyat di kecamatan simbang kabupaten
maros. (2016).