Anda di halaman 1dari 15

KARAKTERISTIK BRIKET KAYU DAN BRIKET ARANG DARI

LIMBAH BATANG BUAH AREN (Arenga longipes Mogea sp. Nov)


MENGGUNAKAN PEREKAT PATI

Usulan Penelitian Untuk Tesis S-2

Diajukan oleh
Aishah Agustian
23/512493/PKT/01498

Kepada
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

November, 2023
Usulan Penelitian

KARAKTERISTIK BRIKET KAYU DAN BRIKET ARANG DARI


LIMBAH BATANG BUAH AREN (Arenga longipes Mogea sp. Nov)
MENGGUNAKAN PEREKAT PATI

Diajukan oleh
Aishah Agustian
23/512493/PKT/01498

Disetujui oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Tanggal:………………….. Tanggal:…………………..
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Ilmu Kehutanan

Ir. Tomy Listyanto, S.Hut., M.Env.Sc., Ph.D.


Tanggal:…………………..
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penggunaan energi konvensional yang berasal dari bahan bakar fosil
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. DEN (2022)
menyatakan bahwa pola konsumsi energi dunia termasuk Indonesia saat ini, masih
didominasi energi fosil dalam bentuk minyak bumi, gas, dan batu bara. Total
konsumsi energi final tahun 2021 mencapai 123 juta TEO (ton setara minyak
bumi) terdiri atas sektor transportasi 44,2%, industri 33,5%, rumah tangga 16,3%,
komersial dan sektor lainnya sebesar 6%. Namun, karena bahan bakar fosil
merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbarui (unrenewable),
ketersediaannya semakin berkurang. Untuk itu perlu dilakukan upaya dalam
pengembangan dan pemanfaatan energi alternatif untuk mengurangi
ketergantungan dengan bahan bakar fosil. Salah satu energi alternatif yang dapat
dimanfaatkan adalah energi terbarukan (renewable) bersumber dari biomassa
(Nawawi dkk., 2018).
Sumber biomassa dapat berasal limbah pertanian, perkebunan, kehutanan,
dan bahan berlignoselulosa, namun pemanfaatannya belum banyak dimanfaatkan
sebagai sumber energi. Penggunaan limbah biomassa sebagai prekursor bahan
karbon sangat efisien karena bahan ini dapat didaur ulang, ramah lingkungan,
berkelanjutan, mudah didapat, dan tersedia secara luas Awitdrus dkk. (2021)
menyatakan bahwa aren (Arenga pinnata) merupakan jenis tanaman palma
dengan tumbuhan biji tertutup yang termasuk suku Arecaceae atau pinang-
pinangan. Nira merupakan hasil produksi terbesar yang dapat diolah menjadi gula
aren. Bagian yang paling jarang dimanfaatkan dari pohon aren adalah pelepah
aren. Pelepah aren mengandung senyawa kimia aktif berupa selulosa (66,5%),
hemiselulosa (81,2%), dan lignin (18,9%). Limbah biomassa seperti daun, kayu,
pelepah, biji, akar dan kulit terluar buah atau tumbuhan lain dapat dimanfaatkan
untuk produksi bahan karbon.
Briket kayu adalah bahan bakar yang diperoleh dari mengonversi kayu
menjadi serbuk dan dicampur dengan bahan perekat, kemudian dipadatkan tanpa
proses karbonisasi Purnomo dkk. (2015) menyatakan bahwa briket kayu
merupakan sumber energi yang paling murah dengan teknologi dan peralatan
yang digunakan sederhana, sehingga sangat dimungkinkan untuk dikembangkan
dan diproduksi dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat. Sedangkan
Briket arang adalah bahan bakar padat yang terbuat dari biomassa kayu atau
bahan berlignoselulosa yang telah melalui proses pengarangan (karbonisasi)
(Carnaje dkk., 2018). Keunggulan briket arang dibandingkan dengan briket kayu
adalah sifat-sifatnya yang lebih baik, seperti kadar air dan bahan mudah menguap
yang lebih rendah, karbon terikat dan nilai kalor yang lebih tinggi (Ridjayanti dkk.,
2021).
Desa Sei Limbat Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat merupakan salah
satu lokasi di Provinsi Sumatera Utara yang masyarakatnya mengembangkan
tanaman aren. Berdasarkan data BPS (2015) Kecamatan Selesei memproduksi
aren sebesar 5,85 ton, Di Desa Sei Limbat, terdapat tiga pengusaha kolang-kaling
yang cukup banyak mempekerjakan dan memberdayakan tenaga masyarakat di
Desa Sei Limbat tersebut namun bahan baku dari buah aren ini diimpor dari
daerah Sidikalang, Simalungun, Toba Samosir, dan Tapanuli Utara. Jumlah
pasokan kolang kaling dari tiga pengusaha pada lokasi tersebut adalah dengan rata
rata 42.000 Kg/minggu atau 42 ton kolang-kaling. Informasi mengenai
pemanfaatan limbah dari bahan baku kolang-kaling tersebut belum dimanfaatkan
secara optimal serta minimnya pengetahuan masyarakat untuk mengelolah limbah
tersebut. Sehingga perlu dilakukan penelitian ini untuk memanfaatkan limbah dari
pohon aren yang berpotensi untuk menjadi produk briket yang dapat memberikan
informasi serta meningkatkan nilai ekonomi di Desa Sei Limbat Kecamatan
Selesai, Kabupaten Langkat.
1.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh perbedaan karakteristik briket kayu dan briket arang yang
dibuat dari limbah batang buah kolang kaling aren dengan menggunakan perekat
pati serta mengevaluasi sifat – sifat briket dan standarisasi briket.
1.3. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
kualitas briket kayu dan briket arang yang dibuat dari limbah batang buah kolang
kaling aren dengan menggunakan perekat pati sebagai upaya dalam memberikan
informasi nilai tambah sebgai sumber energi alternatif pngganti energi dari bahan
bakar fosil.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Aren
Aren merupakan tanaman multi manfaat karena hampir seluruh bagian dari
tanaman aren dapat dimanfaatkan selain itu aren tidak terlalu memerlukan kondisi
iklim dan tanah yang spesifik untuk mendukung pertumbuhannya. Dinas
Kehutanan Jawa Tengah (2011) menyatakan bahwa tanaman aren bisa tumbuh
subur di tengah pepohonan lain dan semak-semak, di dataran, lereng bukit,
lembah, dan gunung hingga ketinggian 1.400 mdpl. Akar tanaman yang bisa
mencapai kedalaman 6–8 meter ini memiliki kemampuan untuk menahan maupun
mencegah erosi, serta sangat efektif menarik dan menahan air (Dinas Kehutanan
Jawa Tengah, 2011).
2.2. Biomassa Kayu
Kayu merupakan biomassa yang sudah lama dimanfaatkan masyarakat
sebagai sumber energi panas khususnya untuk memasak. Kayu merupakan sumber
energi yang potensial daripada biomassa lain karena memiliki nilai kalor yang
lebih tinggi dan kadar abu yang rendah. Cahyono dkk. (2008) meyatakan kayu
dapat digunakan dengan efektif dan efisien sebagai bahan bakar dalam keadaan
kering udara dengan kadar air sekitar 12% dengan nilai kalor berkisar 4.000 kal/g.
Penggunaan energi biomassa dari kayu sebagai bahan bakar memberikan
kelebihan jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Beberapa kelebihan
tersebut yaitu ketersediaan kayu melimpah terutama yang berasal dari limbah,
pembakaran menghasilkan karbon dioksida (CO2) yang 90% lebih rendah dari
pada pembakaran bahan bakar fosil, dan mengandung lebih sedikit sulfur yang
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan (Alimah, 2011).
Sumber biomassa kayu terutama yang berasal dari limbah, sampai saat ini
belum dimanfaatkan secara optimal dan umumnya dibiarkan membusuk dan
dibakar sehingga berdampak negatif bagi lingkungan. Biomassa kayu tersebut
dihasilkan dari beberapa aktivitas di bidang kehutanan seperti pemanenan kayu di
hutan berupa tunggak, cabang dan ranting, kayu potongan pendek, dan kayu lapuk
(Matangaran dan Anggoro, 2012). Selain itu, berasal dari aktivitas industri
perkayuan (penggergajian dan pengerjaan kayu) yang berupa kulit kayu, potongan
kayu ujung dan pinggir, sebetan, dan serbuk (Purwanto, 2009). Satu di antara
beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan
biomassa kayu tersebut sehingga bernilai tambah dan berguna adalah mengonversi
biomassa kayu menjadi bahan bakar padat berupa briket kayu, sumber energi
terbarukan sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.
2.3. Briket Kayu
Salah satu bahan bakar terbarukan yang berasal dari kayu adalah briket
kayu. ISO (2014) mengatakan bahwa briket kayu adalah bahan bakar padat yang
dibuat dengan atau tanpa aditif dalam bentuk kubus atau silinder dengan diameter
lebih dari 2,5 cm, diproduksi dengan memadatkan biomassa kayu. Briket kayu
diperoleh dari mengonversi kayu menjadi serbuk dan dicampur dengan bahan
perekat, kemudian dipadatkan tanpa proses karbonisasi (Purnomo dkk., 2015).
Proses pembuatan briket kayu secara umum terdiri atas dua jenis, yaitu proses
tekanan tinggi dan tekanan rendah. Briket tekanan tinggi menggunakan mesin
yang digerakkan oleh tenaga untuk menaikkan tekanan biomassa. Akibatnya, suhu
biomassa meningkat dan lignin yang terdapat di dalam biomassa difluidisasi dan
berfungsi sebagai perekat, sedangkan teknik briket tekanan rendah umumnya
digunakan untuk bahan yang memiliki jumlah lignin lebih sedikit. Dalam proses
ini bahan baku biomassa kayu dicampur menjadi adonan dengan perekat. Mesin
briket digunakan untuk mendorong adonan ke dalam cetakan, atau bisa juga
dibentuk dengan tangan. Briket yang dibuat dengan proses ini dikeringkan
sehingga perekat menahan dan menyatukan biomassa kayu (Achebe dkk., 2018).
Kualitas utama briket kayu didasarkan pada sifat fisis, mekanis, dan sifat
pembakaran. Untuk memastikan kualitas yang baik, briket kayu harus memiliki
rasio pencampuran bahan baku kayu dan perekat yang tepat. Hal tersebut untuk
memastikan bahwa briket kayu tetap solid mulai pembuatan sampai penggunaan.
Briket kayu harus memiliki kerapatan yang tinggi agar tidak hancur selama
penanganan, penyimpanan, dan transportasi. Selain itu, briket kayu harus
memiliki sifat pembakaran yang baik, seperti nilai kalor tinggi, kadar air rendah,
kadar abu rendah, dan bahan mudah menguap rendah Hasil penelitian Dercan
(2012) menunjukkan bahwa briket kayu dengan kadar air 12%- 15% dan
kerapatan 1,2 g/cm3 memiliki nilai kalor sebesar 5.178,18 kal/g, sedangkan briket
kayu dengan kerapatan 0,72 g/cm3 memiliki nilai kalor sebesar 3.544,47 kal/g.
Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi kerapatan briket kayu, maka semakin
tinggi nilai kalor briket kayu.
2.4. Briket Arang
Arang adalah hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon yang
berbentuk padat dan berpori. Sebagian besar porinya masih tertutup oleh hidrogen,
senyawa organik lain yang komponennya terdiri dari abu, air, nitrogen dan sulfur.
Wijayanti (2009) menyatakan bahwa peristiwa terbentuknya arang dapat terjadi
dengan cara memanaskan secara langsung atau tidak langsung terhadap bahan
berkarbon di dalam tumbuhan menggunakan timbunan (tradisional), tungku
pembakaran (kiln), atau retort. Untuk menghasilkan arang umumnya bahan baku
dipanaskan dengan suhu sekitar 500°C atau lebih. Faktor yang berpengaruh
terhadap proses karbonisasi adalah kecepatan pemanasan dan tekanan. Pemanasan
yang cepat sukar untuk mengamati tahapan karbonisasi yang terjadi dan rendemen
arang yang dihasilkan lebih rendah. Sedangkan pemakaian tekanan yang tinggi
akan mampu meningkatkan rendemen arang.
Briket arang adalah arang kayu yang diubah bentuk, ukuran dan
kerapatannya dengan cara mengempa campuran serbuk dengan bahan perekat.
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan briket arang adalah arang kayu atau
kayu yang berukuran kecil yang diperoleh dari limbah industri penggergajian atau
industri perkayuan (Cao dkk., 2019). Hasil penelitian Rindyanto dkk. (2022)
mengatakan bahwa hasil dari briket arang dengan bahan baku aren menghasilakan
kadar air berkisar 15,59 % kerapatan 0,617 g/cm³ dan nilai kalor sebesar 5.843
kal/g
2.5. Tepung Tapioka Sebagai Perekat Briket
Penggunaan perekat pada saat pembuatan briket arang bertujuan untuk
mengikat partikel satu dengan partikel lainnya agar tidak mudah hancur.
Vegatama dan Selvia (2022) menyatakan bahwa lasan perekat tapioka digunakan
sebagai perekat pada pembuatan briket arang selain harga nya yang relatif lebih
terjangkau dan dapat dengan mudah ditemukan adalah perekat tapioka juga hanya
sedikit dalam penurunan nilai kalor dalam uji proksimat. Perekat tapioka
mempunyai daya rekat yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan perekat dari
tepung-tepung jenis lain. Setelah dilakukan perbandingan antara perekat kanji atau
tapioka dan perekat tetes tebu dan yang menghasilkan briket yang optimum yaitu
briket yang menggunakan bahan perekat tapioka, ini disebabkan perekat tapioka
memiliki kuat tekan dan nilai kalor yang lebih tinggi (Nuwa dan Prihanika, 2018).
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, cetakan briket, oven,
neraca analitik, ayakan 40 mesh, tungku pengarangan, hammer mill cawan
porselin, hot plate, gelas ukur, timbangan digital, muffle furnace, mesin kempa
hidrolik dan desikator.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah batang buah
kolang kaling aren yang di peroleh dari Desa Sei Limbat Kecamatan Selesai,
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Perekat yang digunakan adalah perekat pati
dari tepung tapioka.
3.2. Prosedur Penelitian

3.2.1. Persiapan Bahan Baku

Pembuatan Bahan Baku Briket Arang


Sebelum pengeringan bahan baku limbah batang buah kolang kaling aren
terlebih dahulu dibersihkan lalu dipotong dengan ukuran kecil yang seragam agar
memudahkan untuk mendapatkan kematangan pada saat pengarangan, Setelah
bersih kemudian di keringkan di bawah sinar matahari untuk mengurangai kadar
air didalamnya. Karbonisasi pada sampel limbah batang buah kolang kaling aren
dengan menggunakan metode tungku pembakaran dengan sistem pemanasan tidak
langsung menggunakan suhu karbonisasi hingga 400°C.(Rindayatno & Lewar,
2017). Arang yang telah melewati proses karbonasi kemudian dihaluskan hingga
menjadi ukuran yang lebih kecil. Setelah arang dihaluskan menjadi ukuran yang
lebih kecil selanjutnya arang tersebut diayak dengan menggunakan ayakan
berukuran 40 mesh.
Pembuatan Bahan Baku Briket Kayu
Bahan baku limbah batang buah kolang kaling aren digiling hingga
menjadi serbuk menggunakan hammer mill dan disaring menggunakan ayakan
ukuran 40 mesh. Selanjutnya serbuk tersebut dikeringkan di bawah sinar matahari
dan dioven hingga diperoleh kadar air <10%.
Pembuatan Bahan Perekat
Perekat yang digunakan adalah perekat pati dari tepung tapioka pembuatan
perekat dilakukan dengan mencampur perekat dan air dengan perbandingan 1 : 10
(b/b) (Pane dkk., 2015; Moelyaningrum dkk., 2019), kemudian dipanaskan dan
diaduk hingga homogen dan matang yang dapat diketahui melalui perubahan
warna dari putih menjadi bening.
Pembuatan Briket
Selanjutnya mencampurkan setiap serbuk briket arang dan briket kayu
dengan perekat tapioka sesuai dengan perlakuan yang telah ditetapkan. Hasil
pencampuran tersebut dimasukkan kedalam cetakan briket dan dilakukan
pengempaan (press). Briket yang telah jadi dikeringkan dengan menggunakan
oven pada suhu yang telah di tetapkan.
3.3. Pengujian Sifat Fisis

A. Kadar Air : Penentuan kadar air merujuk pada standar ASTM D 3173-03
15.
B. Kerapatan :Penetapan kerapatan dilakukan pada kadar air tertentu
(berdasarkan hasil perhitungan kadar air ASTM D 3173-03) dan merujuk
pada standar ASTM D 2395-14.
3.4. Pengujian Sifat Mekanis

A. Kekuatan Tekan: Kekuatan tekan briket kayu ditentukan menggunakan


mesin universal testing machine (UTM) Tensilon dengan kecepatan 1
mm/menit.

3.5. Pengujian Sifat Kimia

A. Kadar Abu: Penetapan kadar abu merujuk pada standar ASTM D 3174-02.

B. Kadar Bahan Mudah Menguap: Penetapan kadar bahan mudah menguap


merujuk pada standar ASTM D 3175-07 .
C. Kadar Karbon Terikat : Penetapan kadar karbon terikat merujuk pada
standar ASTM D 3172-89.

D. Nilai Kalor: Penetapan nilai kalor dilakukan dengan menggunakan alat


Parr Bomb Calorimeter 6400. Penetapan nilai kalor merujuk pada standar
ASTM D5865-10a.

3.6. Pengujian Sifat Termal

Pengujian sifat termal dengan meggunakan Thermogravimetric Analysis


(TGA) dengan mempersiapkan sampel briket dalam bentuk serbuk. TGA adalah
salah satu metode analisis termal suatu bahan, dalam hal ini adalah briket dengan
memperhatikan penurunan massa selama bahan diberikan perlakuan panas yang
dilakukan dalam lingkungan atmosfer. Analisis TGA digunakan untuk
mengetahui dekomposisi bahan akibat perubahan suhu (Liu et al., 2021; Senila et
al., 2022), yang dilakukan dengan cara memanaskan sekitar 10 mg sampel briket
dari suhu kamar (25°C) sampai 750°C dengan laju pemanasan 10°C/menit pada
kondisi ruang dengan gas nitrogen dengan aliran 20 mL/menit selama analisis
untuk mencegah oksidasi.

3.7. Standarisasi Briket

Standarisasi briket arang kayu dilakukan dengan SNI 1683:2021 dan briket
kayu dilakukan dengan penstandaran yang merujuk pada standar ISO 17225-3:2-
2020 sebagai pedoman bagi semua pihak dalam penentuan mutu kualitas briket.
DAFTAR PUSTAKA

[DEN] Dewan Energi Nasional. 2022. Outlook Energi Indonesia 2022. Dewan
Energi Nasional, Jakarta.

Nawawi, D.S., Carolina, A., Saskia, T., Darmawan, D., dan Gusvina, S.L. 2018.
Karakteristik Kimia Biomassa untuk Energi (Chemical Characteristics
of Biomass for Energy). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis16(1):
44-51.

Awitdrus, Decha A, Agustino, Erman T, Rakhmawati F. 2021. Pembuatan


elektroda karbon superkapasitor berbasis limbah pelepah aren
menggunakan kombinasi pengaktifan kimia dan fisika. Journal Aceh
Physics Society Indonesia (PSI)10(3):66-69.

Purnomo, R.H., Hower, H., dan Padya I.R. 2015. Pemanfaatan Limbah Biomassa
untuk Briket Sebagai Energi Alternatif. Prosiding Seminar Agroindustri
dan Lokakarya Nasional FKTP-TPI 2-3 September 2015.

Carnaje, N.P., Talagon, R.B., Peralta, J.P., Shah, K., dan Paz-Ferreiro, J. 2018.
Development and characterisation of charcoal briquettes from water
hyacinth (Eichhornia crassipes) molasses blend. PloS one13(11): 1-14.

Ridjayanti, S.M., Bazenet, R.A., Hidayat, W., Banuwa, I. S., dan Riniarti, M.
2021. Pengaruh variasi kadar perekat tapioka terhadap karakteristik
briket arang limbah kayu sengon (Falcataria moluccana).
Perennial17(1): 5-11.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Kabupaten Langkat Dalam Angka 2016
(Langkat regency in figures 2016). Langkat: BPS Kabupaten Langkat.

Dinas Kehutanan Jawa Tengah. 2011. Budidaya Dan Potensi Pengembangan


Tanaman Aren.

Cahyono, T. D., Coto, Z., dan Febrianto, F. 2008. Analisis Nilai Kalor dan
Kelayakan Ekonomis Kayu Sebagai Bahan Bakar Substitusi Batu Bara
di Pabrik Semen. Forum Pascasarjana31(2): 105-116.

Alimah, D. 2011. Kayu Sebagai Sumber Energi. Galam, 5 (2): 1–13.

Matangaran, J.R. dan Anggoro, R. 2012. Limbah Pemanenan Jati di Banyuwangi


Jawa Timur. Jurnal Perennial8(2): 88-92.
Purwanto, D. 2009. Analisa Jenis Limbah Kayu pada Industri Pengolahan Kayu di
Kalimantan Selatan. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan1(1): 14-20.

[ISO] International Organization for Standardization. 2014. 16559. Solid biofuels


Terminology, definitions and descriptions. International Organization
for Standardization Jenewa.

Purnomo, R.H., Hower, H., dan Padya I.R. 2015. Pemanfaatan Limbah Biomassa
untuk Briket Sebagai Energi Alternatif. Prosiding Seminar Agroindustri
dan Lokakarya Nasional FKTP-TPI2-3 September 2015.

Achebe, C.H., Umeji, A.C., dan Chukwuneke, J.L. 2018. Energy Evaluation of
Various Compositions of Biomass Waste Briquettes. Advances in
Research13 (6): 1-11.

Dercan, B., Lukic, T., Zivkovi, M.B., Durdev, B., Stojsavljevic, R., dan Pantelic,
M. 2012. Possibility of efficient utilization of wood waste as a
renewable energy resource in Serbia. Renewable and Sustainable
Energy Reviews16 (2012): 1516– 1527.

Wijayanti, D. S. 2009. Karakteristik briket arang dari serbuk gergaji dengan


penambahan arang cangkang kelapa sawit.

Cao, Z., Zhang, S., Wang, C., Jiang, F., Huang, X., Li, H., Zhang, Y., & Lyu, J.
2019. Investigation on the physical properties of the charcoal briquettes
prepared from wood sawdust and cotton stalk. Energy Sources, Part A:
Recovery, Utilization and Environmental Effects41(4).
https://doi.org/10.1080/15567036.2018.1520332.

Rindyanto, Rohman F., dan Fahmi A.R., 2022. harcoal Briquette Quality Analysis
Based on Composition Palm Oil (Elais guineensis Jacq) Midrib
Charcoal Powder with Sugar Palm (Arenga pinnata Merr) Midrib
Charcoal Powder, Jurnal Multidisiplin Madani (MUDIMA)2(6): 2879-
2894.

Vegatama R M, Selvia S. 2022. Pengaruh Variasi Jenis Perekat Organik Terhadap


Nilai Kalor Biobriket Serbuk Kayu. Jurnal Pendidikan Tembusai6(2):
13256-13257.

Nuwa N, Prihanika P. 2018. Tepung Tapioka Sebagai Perekat dalam Pembuatan


Arang Briket. PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada
Masyarakat3(1):34-38.
Rindayatno, R., & Lewar, D. O. (2017). Kualitas Briket Arang Berdasarkan
Komposisi Campuran Arang Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm
& Binn) Dan Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria). ULIN: Jurnal
Hutan Tropis1(1). https://doi.org/10.32522/ujht.v1i1.792.

Pane, J.P., Junary, E., dan Herlina, N. 2015. Pengaruh Konsentrasi


Perekat51Tepung Tapioka dan Penambahan Kapur Dalam Pembuatan
Briket Arang Berbahan Baku Pelepah Aren (Arenga pinnata). Jurnal
Teknik Kimia USU4(2): 32-38.

Moelyaningrum, A.D., Molassy, H.D., dan Setyowati, I.K. 2019. The formulation
Robusta coffee bark Jember Indonesia for charcoal Briquettes as
alternative energy : The comparison organic starch adhesive and
anorganic adhesive. Journal of Physics: Conference Series1363
012091: 1-6.

Liu, J., Jiang, X., Cai, H., dan Gao, F. 2021. Study of combustion characteristics
and kinetics of agriculture briquette using thermogravimetric analysis.
ACS omega6(24): 15827-15833.

Senila, L., Tenu, I., Carlescu, P., Scurtu, D.A., Kovacs, E., Senila, M., ... dan
Roman, C. 2022. Characterization of biobriquettes produced from
vineyard wastes as a solid biofuel resource. Agriculture12(3): 1-13.

Anda mungkin juga menyukai