Anda di halaman 1dari 10

SAINTIS, Volume 1, Nomor 1, April 2020 ISSN 2443-2369

KARAKTERISTIK ARANG BRIKET BUAH PINUS/TUSAM


(P. Merkusi Jungh.at de Vriese)

Nurhaji1, Hamsina2, M.Tang3, AL Gazali4


1
Mahsiswa Jurusan Teknik Industri Prodi Teknik Kimia, Universitas Bosowa 45 Makassar
2,3,4
Dosen Jurusan Teknik Industri Prodi Teknik Kimia, Universitas Bosowa 45 Makassar

Abstrak
Kebutuhan energi semakin meningkat dengan bertambahnya populasi manusia.Pada penelitian ini
penentuan karakteristik arang briket buah pinus dilakukan dengan menentukan kondisi optimum konsentrasi
perekat (kanji) dan karakteristik buah pinus dari sifat fisika dan kimia. Metode yang digunakan dimulai
dengan pembuatan arang dengan model pirolisis, kemudian pengayakan dengan mesh 60 dan pencampuran
arang dengan variasi konsntrasi perekat 5%,10% dan 15%. Setelah itu arang dipress dengan tekanan 1 ton
lalu dilakukan pengujian dengan menukur Kadar Air,Kadar Abu,Kalori dan karbon terikat.Hasil yang
didapatkan bahwa kondisi optimum konsentrasi didapatkan pada konsentrasi 5% Perekat (kanji) yaitu kadar
Air 39.8612%, Kadar Abu 2,2356%, dan nilai kalor 4341,0231 kalori/gram,karbon yang terikat 99,57% .
Pada Konsentrasi 10% karbon terikat lebih tinggi dari 5% namun tidak signifikan yaitu 99,85%, begitupun
pada kadar abu terendah pada 15% yaitu 1,564%.

Kata Kunci: Briket Arang, Buah Pinus/Tusam


Bertitik tolak dari pembahasan diatas
PENDAHULUAN
maka salah satu aktifitas perkebunan atau
Kebutuhan dan konsumsi energi kehutanan yang belum terlalu diolah adalah buah
semakin meningkat sejalan dengan atau ada yang menyebut sebagai bunga pohon
bertambahnya populasi manusia dan pinus. Selama ini buah pohon pinus jatuh begitu
meningkatnya perekonomian masyarakat. Di saja dan berserakan dibawah pohon pinus.
Indonesia kebutuhan dan konsumsi energi Alasan masyarakat tidak menjadikan bahan
terfokus kepada penggunaan bahan bakar bakar dikarenakan penjemuran dan bahannya
minyak yang cadangannya kian menipis terlalu cepat habis jika dibakar karna berongga
sedangkan pada sisi lain terdapat sejumlah sehingga memakan ruang pembakaran sehingga
energi biomassa yang kuantitasnya cukup perlu di buat briket. Pembriketan pada
melimpah namun belum dioptimalkan prinsipnya adalah pemadatan material untuk
penggunaannya. diubah ke bentuk tertentu. Pembriketan menurut
Data Indonesia Energi Outlook (2002) Abdullah (1991) pada dasarnya densifikasi atau
biomassa memiliki cadangan sebesar 434.000 pemampatan bahan baku yang bertujuan untuk
GW atau setara 255 juta barrel minyak bumi. memperbaiki sifat fisik suatu bahan sehingga
Potensi biomassa ini sangat besar apabila memudahkan penanganannya. Menurut
dijadikan sumber energi alternatif sebagai Supratono dkk, (1995) briket arang dapat dibuat
pengganti bahan bakar minyak, khususnya untuk dengan dua cara yaitu dengan membuat arang
kebutuhan energi rumah tangga mensubstitusi kemudian dihaluskan dan selanjutnya dibuat
penggunaan minyak tanah yang telah dikurangi briket, dan atau dengan membentuk briket
subsidinya oleh pemerintah. dengan cara memampatkan dan diarangkan.
Biomassa secara umum lebih dikenal Bhattacharya et al. (1985) dan Kirana
sebagai bahan kering material organik atau (1995), bahan baku pembuatan briket arang yang
bahan yang tersisa setelah suatu tanaman atau baik adalah partikel arangnya yang mempunyai
material organik dihilangkan kadar airnya. ukuran 40-60 mesh.Ukuran partikel yang terlalu
Biomassa sangat mudah ditemukan dari aktifitas besar akan sukar dilakukan perekatan, sehingga
pertanian,peternakan, kehutanan, perkebunan, mempengaruhi keteguhan tekanan yang
perikanan dan limbah-limbah lainnya.Contoh diberikan. Proses pembuatan briket arang
nyata pemanfaatan energi biomassa yang berasal memerlukan perekatan yang bertujuan untuk
dari produk limbah aktivitas kehutanan dan mengikat partikel - partikel arang sehingga
perkebunan dan telah banyak dilaksanakan yaitu menjadi kompak. Menurut Hartoyo dkk.(1990)
kayu bakar dan arang. bahan perekat yang baik digunakan untuk

23
SAINTIS, Volume 1, Nomor 1, April 2020 ISSN 2443-2369

pembuatan briket arang adalah pati, dekstrin dan 2. Untuk kalangan industry menengah
tepung tapioka, karena menghasilkan briket pengolahan pangan seperti pembuatan tahu,
arang yang tidak berasap pada saat pembakaran penyulingan dan industri makanan.
dan tahan lama. 3. Mendorong manfaat bagai masyarakat yang
Tekanan pemampatan diberikan untuk hidup disekitar hutan pinus yang selama ini
menciptakan kontak antara permukaan bahan tidak mendapatkan manfaat banyak dari
yang direkat dengan bahan perekat. Setelah adanya hutan pinus.
bahan perekat dicampurkan dan tekanan mulai 4. Memberikan bentuk baru pemanfaatan Hasil
diberikan maka perekat yang masih dalam Hutan Bukan Kayu (HKBK) yang selama ini
keadaan cair akan mulai mengalir membagi diri didorong oleh kehutanan, khususnya hutan
ke permukaan bahan. Pada saat yang bersamaan pinus yang selama ini tidak ada tumbuhan
dengan terjadinya aliran maka perekat juga lain yang bisa hidup disekitarnya.
mengalami perpindahan dari permukaan yang
diberi perekat ke permukaan yang belum TINJAUAN PUSTAKA
terkenan perekat, (Kirana, 1985).Haryono
dkk.(1978), menyatakan bahwa pada umumnya Energi Terbarukan
semakin tinggi tekanan yang diberikan akan
menghasilkan briket arang dengan kerapatan dan Sumber daya energi terbarukan adalah
keteguhan tekan yang semakin tinggi. sumberdaya energi yang melimpah dan dapat di
Beberapa faktor yang dijadikan standar perbaruhi, seperti sinar matahari, angin, air
briket arang menurut Emiwati (1997) antara sungai dan biomassa. Sejak ditemukan sumber
lain : Kadar air (moisture),kadar abu energi yang lebih modern, yaitu bahan bakar
(ash),densitas/kerapatan, kandungan mudah fosil dan tenaga nuklir peranan energi terbarukan
menguap (volatile matter), tekanan pengempaan, di seluruh belahan dunia, terutama dibanyak
kandungan karbon terikat (fixed carbon), dan negara maju mengalami penurunan. Namun
nilai kalor. sejak terjadinya krisis minyak pada era 1970-an
Untuk mengurangi ketergantungan yang dilanjutkan dengan meningkatnya
terhadap bahan bakar minyak pemerintah telah kesadaran terhadap kelestarian lingkungan
menerbitkan Peraturan Presiden Republik global, potensi energi tebarukan sebagai
Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan sumber energi alternatif kembali
energi nasional untuk mengembangkan sumber mendapat perhatian (Andi Nur Alam Syah,2006).
energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar Biomassa sebagai salah satu energi
minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada terbarukan mulai dilirik masyarakat dan
sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai kalangan industri. Dengan berbagai penelitian
altenatif pengganti bahan bakar minyak. segala kelemahan atau kekurangan energi
biomassa mulai dikembangkan seperti gasifikasi
Rumusan Masalah dan pembriketan. Dengan sistem gasifikasi
1. Bagaimana kondisi optimum konsentrasi pembakaran biomassa lebih efektif dan tidak
perekat ( kanji ) pada proses pembuatan berdampak besar memberikan pencemaran udara.
arang briket pinus. Selain itu proses gasifikasi biomassa
2. Bagaimana karakteristik arang briket arang menghasilkan produk yang dapat terkontrol dan
dari pinus. di arahkan untuk pembangkit listrik.
Tujuan Penelitan Berdasarkan penelitian terdahulu telah
1. Menentukan kondisi optimum konsentrasi banyak dilakukan untuk mempelajari potensi
perekat ( kanji ) pada pembuatan arang energi dalam bentuk padat dari berbagai limbah
briket dari buah pinus. pertanian seperti: ampas tebu (Apolinario et al,
2. Menentukan karakteristik arang briket dari 1997), sekam padi (Estela, 2002), serta sampah
buah pinus pertanian jagung (Mani , S. et al, 2006).
Manfaat Penelitian Apolinario et al (1997) meneliti nilai kalor briket
1. Untuk masyarakat dapat di manfaatkan dari ampas tebu hasil penggilingan pabrik gula,
sebagai alternatif bahan bakar pengganti gas, briket berbentuk silinder pejal dengan diameter
minyak tanah, dan kayu yang semakin 3.7 cm dan tinggi 5.58 cm. Hasil penelitian
langkah menunjukkan nilai kalor briket mencapai 9853
Btu/lb. nilai kalor tersebut naik sebesar 150 %
dari nilai kalor bahan bakunya. Dari penelitian

24
SAINTIS, Volume 1, Nomor 1, April 2020 ISSN 2443-2369

tersebut terlihat bahwa nilai kalornya belum menghasilkan 2 benih dengan panjang sayap 22-
mencukupi untuk keperluan industri. Karena 30 mm dan lebar 5-8 mm. Sayap melekat pada
permasalahan tersebut, biomassa dijadikan arang benih dengan penjepit yang berhubungan dengan
briket diharapkan dapat menghasilkan nilai kalor jaringan higroskopis di dasar sayap, sehingga
yang lebih tinggi dibanding briket biasa, benih tetap melekat saat disebar angin selama
sehingga dapat memenuhi keperluan industri. sayap kering, tetapi segera lepas bila kelembaban
Kuncoro dkk. (1999) meneliti, dimana dalam benih meningkat. Dalam satu strobili buah
proses pengarangan dengan udara terbatas umumnya terdapat 35-40 benih per kerucut
sehingga yang dihasilkan adalah karbon. dengan jumlah benih 50.000-60.000 benih per kg.
Kandungan air habis menguap dan akan sedikit (Hidayat dan Hansen 2001).
kadar abunya (Volatile matter).
Energi akan tetap dibutuhkan dari masa Arang Briket
ke masa, pada saat ini di sektor industri dan
transportasi, energi digunakan sebagai bahan Briket adalah arang yang diolah lebih
bakar utama penggerak sektor tersebut. Energi lanjut menjadi bentuk briket yang kemudian
yang umumnya sekarang digunakan berasal dari disebut Arang Briket (penampilan dan kemasan
bahan bakar fosil yaitu minyak bumi, gas alam, yang lebih menarik) yang dapat digunakan untuk
dan batu bara. Ketiga bahan bakar tersebut saat keperluan energi sehari-hari. Pembuatan arang
ini merupakan penyuplai energi terbesar di dunia. briket dari limbah industri pengolahan kayu
Bahan bakar fosil mampu mendominasi 81% dilakukan dengan cara penambahan perekat
energi primer dunia dan juga berkontribusi pada tapioka, dimana bahan baku diarangkan terlebih
66% pembangkit listrik global. Padahal bahan dahulu kemudian ditumbuk, dicampur
bakar tersebut termasuk sumber daya energi perekat,dicetak (kempa dingin) dengan sistem
yang tidak dapat diperbaharui keberadaannya hidroulik manual selanjutnya dikeringkan (Pari,
akan langka dan akhirnya habis. 2002).
Menurut Hartoyo dan Roliandi (1978)
Klasifikasi Pinus/Tusam dalam Capah (2007), arang briket adalah arang
kayu yang diubah bentuk, ukuran, dan
Di Indonesia Pinus mempunyai nama kerapatannya dengan cara mengempa campuran
lain yaitu tusam. Jenis ini secara alami tersebar serbuk dengan bahan perekat. Tsoumis (1991),
dari garis Bujur Timur 95°30’ hingga 121°30’ mengemukakan bahwa briket juga terbuat dari
dan garis Lintang Utara 22° hingga garis Lintang residu berkarbon, dan digunakan untuk
Selatan 2°. pembakaran dan kegunaan lain yang
Klasifikasi morfologi gmelina sebagai berhubungan. Pada beberapa produk, bahan
berikut : tambahan diperlukan, seperti lilin untuk
Kingdom : Plantae menambah pembakaran, dan substansi lainnya
Divisi : Spermatophyta untuk memberikan bau yang menyenangkan dan
Sub Divisi : Gymnospermae warna yang seragam.
Kelas : Dicotyledonae Sudrajat (1983) menyatakan bahwa jenis
Ordo : Coniferales perekat berpengaruh tehadap kerapatan,
Family : Pinaceae ketahanan tekan, nilai kalor bakar, kadar air, dan
Genus : Pinus kadar abu. Terdapat dua golongan perekat dalam
Spesies : Pinus merkusii Jungh. pembuatan briket, yaitu perekat yang berasap
at de Vriese. (tar, pitch, clay, dan molases) dan perekat yang
P. merkusii merupakan jenis pohon kurang berasap (pati, dekstrin, dan tepung beras).
pinus yang ada di daerah tropis, dan satu-satunya Pemakaian tar, pitch, clay, dan molases sebagai
jenis pinus yang mempunyai penyebaran alami bahan perekat menghasilkan briket yang
mulai dari belahan bumi utara, melintasi berkekuatan tinggi tetapi mengeluarkan banyak
katulistiwa, menyebar sampai belahan bumi asap jika dibakar. Asap yang terjadi pada saat
bagian selatan. pembakaran, disebabkan adanya komponen yang
Pohon pinus memiliki buah berbentuk mudah menguap seperti air, bahan organik, dan
kerucut, silindris dengan panjang 5-10 cm dan lain-lain.
lebar 2-4 cm. Lebar setelah terbuka lebih dari 10 Terdapat dua golongan perekat dalam
cm. Benih pinus memiliki sayap yang dihasilkan pembuatan briket, yaitu perekat yang berasap
dari dasar setiap sisik buah. Setiap sisik (tar, pitch, clay, dan molases) dan perekat yang

25
SAINTIS, Volume 1, Nomor 1, April 2020 ISSN 2443-2369

kurang berasap (pati, dekstrin, dan tepung beras). atau perubahan suhu. Bila basah akan cepat
Pemakaian tar, pitch, clay, dan molases sebagai rusak oleh organisme. Menurut Sulistyanto
bahan perekat menghasilkan briket yang (2006) perekat pati (tapioka) dikelompokkan
berkekuatan tinggi tetapi mengeluarkan banyak sebagai perekat alam dengan perekat dasar
asap jika dibakar. Asap yang terjadi pada saat karbohidrat.
pembakaran, disebabkan adanya komponen yang Perekat pati dalam bentuk cair sebagai
mudah menguap seperti air, bahan organik, dan bahan perekat yang digunakan dalam briket
lain-ain. Bahan perekat pati, dekstrin, dan tepung arang menghasilkan briket arang yang bernilai
beras akan menghasilkan briket yang tidak rendah dalam hal kerapatan, keteguhan tekan,
berasap dan tahan lama tetapi nilai kalornya kadar abu dan zat mudah menguap, tetapi akan
tidak setinggi arang kayu. Bahan perekat dari lebih tinggi dalam hal kadar air, karbon terikat,
tumbuh-tumbuhan seperti pati (tapioka) dan nilai kalornya apabila dibandingkan dengan
memiliki keuntungan dimana jumlah perekat briket arang yang menggunakan perekat molase
yang dibutuhkan untuk jenis ini jauh lebih atau tetes tebu (Sudradjat, 1983 dalam Sudradjat
sedikit bila dibandingkan dengan bahan perekat et al, 2006).
hidrokarbon. Namun kelemahannya adalah
briket yang dihasilkan kurang tahan terhadap Pembuatan Briket Arang
kelembaban. Hal ini disebabkan tapioka
memiliki sifat dapat menyerap air dari udara. Ada beberapa tahap penting yang perlu
Kadar perekat yang digunakan untuk briket dilalui di dalam pembuatan arang briket yaitu,
arang umumnya tidak lebih dari 5% (Hartoyo pembuatan serbuk arang, pencampuran serbuk
dan Roliandi 1978). arang dengan perekat, pengempaan, dan
pengeringan (Suryani, 1986 dalam Rustini,
Perekat Tapioka 2004). Universitas Sumatera Utara 1. Pembuatan
Serbuk Arang Arang harus cukup halus untuk
Penambahan perekat dalam pembuatan dapat membuat briket yang baik. Ukuran partikel
briket bertujuan agar partikel saling berikatan arang yang terlalu besar akan sukar pada waktu
dan tidak mudah hancur. Ditinjau dari jenis dilakukan perekatan, sehingga mengurangi
perekat yang digunakan, briket dapat dibagi keteguhan tekanan briket arang yang dihasilkan.
menjadi: Sebaiknya partikel arang mempunyai ukuran 40-
1. Briket yang sedikit atau tidak mengelurakan 60 mesh. Dalam penggunaan ukuran serbuk
asap pada saat pembakaran. Jenis perekat ini arang diperoleh kecenderungan bahwa makin
tergolong ke dalam perekat yang kecil ukuran serbuk makin tinggi pula kerapatan
mengandung banyak zat pati. dan keteguhan tekan briket arang. 2.
2. Briket yang banyak mengeluarkan asap pada Pencampuran serbuk arang dengan perekat atau
saat pembakaran. Jenis perekat ini tahan tujuan pencampuran serbuk arang dengan
terhadap kelembaban tetapi selama perekat adalah untuk memberikan lapisan tipis
pembakaran menghasilkan asap. dari perekat pada permukaan partikel arang.
Perekat dari zat pati, dekstrin, dan Tahap ini merupakan tahap penting dan
tepung jagung cenderung sedikit atau tidak menentukan mutu arang briket yang dihasilkan.
berasap, sedangkan perekat dari bahan pati, dan Campuran yang dibuat tergantung pada ukuran
molase cenderung lebih banyak menghasilkan serbuk arang, macam perekat, jumlah perekat,
asap (Hartoyo dan Roliadi, 1978 dalam Triono, dan tekanan pengempaan yang dilakukan.
2006). Salah satu sifat pati adalah tidak larut Proses perekatan yang baik ditentukan
dalam air dingin, karena molekulnya berantai oleh hasil pencampuran bahan perekat yang
lurus atau bercabang tidak berpasangan, dipengaruhi oleh bekerjanya alat pengaduk
sehingga membentuk jaringan yang (mixer), komposisi bahan perekat yang tepat dan
mempersatukan granula pati. Selain itu, kesulitan ukuran pencampurannya. 3. Pengempaan
dalam penggunaan pati adalah selain Pengempaan pembuatan briket arang dapat
pemasakannya memakan waktu yang cukup dilakukan dengan alat pengepres tipe
lama (Alfrianti, 2004). Universitas Sumatera compression atau extrussion. Tekanan yang
Utara Menurut Hartomo et al (1994), keuntungan diberikan untuk pembuatan briket arang
perekat kanji adalah perekat yang serbaguna, dibedakan menjadi dua cara, yaitu melampui
setting pada suhu kamar, cepat lekat, sedangkan batas elastisitas bahan baku sehingga struktur sel
kelemahannya adalah tidak tahan cuaca, lembab akan runtuh dan belum melampui batas

26
SAINTIS, Volume 1, Nomor 1, April 2020 ISSN 2443-2369

elastisitas bahan baku. Pada umumnya, semakin Flowchart Analisa Kadar Air,Abu, Kalori,
tinggi tekanan yang diberikan akan memberi dan Kandungan Carbon Terikat Arang
kecenderungan menghasilkan briket arang Briket
dengan kerapatan dan keteguhan tekan yang
semakin tinggi pula. 4. Pengeringan Briket yang PERSIAPAN BAHAN
dihasilkan setelah pengempaan masih BRIKET
YANG SUDAH DIJEMUR
mengandung air yang cukup tinggi (sekitar 50%).
PENGHANCURAN SAMPEL,
METODE PENELITIAN PENIMBANGAN, DAN
PEMANASAN
Flowchart Pembuatan Arang Briket
UJI KADAR AIR, UJI X-RAY
PENGUMPULAN ABU DAN (KANDUNGAN YANG
BAHAN BAKU BUAH KALORI ADA DALAM ZAT)
PINUS,DAN PEREKAT (5%,10%, 15%) (5%,10%, 15%)
PENGERINGAN
BAHAN BAKU DATA DATA
DENGAN SUHU
RUANG SELAMA 1
MINGGU Waktu dan Lokasi Penelitian
PEMBAKARAN BUAH
PINUS Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
SELAMA 4 JAM DAN Politeknik Negeri Ujung Pandang, di mulai
PENDINGINAN
SELAMA 4 JAM
Oktober -Januari 2014. Lokasi Pengambilan
PENGHANCURAN bahan Penelitian di Dusun Patalassang, Desa
ARANG DENGAN Tombolo Pao Kecamatan Tombolo Pao
ALAT PENGGILING
Kabupaten Gowa.
Metode Penelitian
PENGAYAKAN
DENGAN ALAT A. Persiapan
AYAK MESH 60 Buah pinus dibersihkan dari kotoran tanah atau
PENIMBANG Kanji 5%,10 sampah organic lainnya, setelah itu buah
AN SAMPEL %, dan 15% dikeringkan selama 24 jam.
( 200 gram
arang)
dari berat B. Pengarangan
arang Proses Pengarangan dengan menggunakan dua
PEMASA Pencampuran
KAN /pengadukan
drum, drum pertama berisi bahan atau media
KANJI
Arang dengan yang akan dijadikan briket, drum kedua tempat
DENGA
AIR 1 : 16 kanji pembakaran. lubang kedua tempat pembakaran
DI diberi lubang pada bagian bawah sebagai udara
DINGINK primer dan lubang dibagian atas sebagai udara
AN SUHU
RUANG skunder. pada penggunaan dua drum api tidak
SELAMA kontak langsung pada bahan dengan tujuan
1 JAM
PENGEP
RESAN
menghasilkan kualitas arang yang lebih baik.
ARANG C. Penggilingan
Arang yang sudah di bakar didiamkan dan
PENJEM
URAN 3
didinginkan, setelah itu digiling
HARI D. Pembuatan Arang Briket
Briket Variasi Arang yang telah digiling diayak dengan mesh
Pengujian Perekat
Lab 60 dengan komposisi perekat 5%, 10% dan 15%.
5%,10%,15% bahan perekat dari kanji yang terlebih dahulu
diencerkan dengan air. sampel masing masing
200 gr dengan perbandingan 5%,10%, dan 15%
Kanji.
setelah itu bahan yang telah tercampur dengan
kanji di aduk merata agar tidak terjadi
penggumpalan. Setelah proses tersebut selesai
maka arang di dinginkan suhu ruang lalu di press
dengan cetakan bertakanan.Setelah dicetak briket
arang di jemur selama 3 hari.

27
SAINTIS, Volume 1, Nomor 1, April 2020 ISSN 2443-2369

E. Analisa Laboratorium gr. pada proses pencampuran air pada kanji


Seluruh sampel briket yang telah dijemur digunakan 16 bagian dari berat kanji sesuai
kemudian dihancurkan dan diuji kadar dengan penelitian yang telah dilakukan Haryanto
Air,Abu,Kalori dan Karbon terikat di
dkk, (1978) dalam (Maarif 2004). menyebutkan
lboratorium Politeknik Negeri Ujung Pandang.
sampel terdiri dari Arang Briket 5%,10%, dan bahwa prosedur pembuatan perekat pati dan air
15% perekat Kanji. adalah 1 bagian berat tepung pati dengan 16
bagian air. Penamaan sampel disesuaikan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN % beratnya perekat kanji. untuk ukuran butiran
arang digunakan mesh 60 dari baja stainless
Sifat Fisika dan Kimia Arang Briket steel. Dari hasil uji laboratorium didapatkan data
Sifat Fisika dan Kimia arang sudah distandarkan sebagai berikut :
oleh beberapa negara dan memiliki standar Tabel.2. Kadar Air, Abu dan Nilai Kalor
berbeda sesuai dengan kebutuhan negara
Nilai
masing-masing. Adapun standar setiap Negara Nama Kadar Kadar
No Kalor
dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Sampel Air (%) Abu (%)
(Calori/g)

Tabel 1. Sifat Fisika dan kimia Berapa Briket


1 39,8612 2,2356 4341,0231
5%
Negara
Briket
2 52,2713 1,7141 3648,7441
Sifat 10%
No Fisika & Jepang Ingris Amerika Indonesia
Kimia Briket
3 52,6939 1,5654 3560,8380
6.0- 15 %
1 Kadar Air 3,6 6,2 8
8.0

Kadar Zat
2 15-30 16,4 19-28 15 Tabel 3. Kandungan Arang Briket 5%
Menguap
(Analisa dengan alat X-RF)
Kadar 3.0 -
3 5,9 8,3 8
Abu 6.0
Zat yang Zat Yang
Kadar
4 Karbon 60-80 75,3 60 77 terkandu Jumlah Terkandu Jumlah
Terikat ng ng
Kerapatan/
1,0- 99,57
5 Densitas 0,46 1 - CH2 Ti 74 ppm
1,2
g/cm3 %
Keteguhan
K 0,18 % S 71 ppm
6 Tekan 60-65 12,7 62 -
g/cm2
775
Si Cl 58 ppm
ppm
Nilai kalor 6000-
7 7289 6230 5000
cal/gr 7000
562
Ca Mn 32 ppm
ppm
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan 1994 dalam triono 2006 407
Fe Sb 15 ppm
ppm
Pada penelitian dilakukan perlakuan sampel
arang briket dengan variasi 5%,10%, dan 15%. 317
Al Sn 11 ppm
ppm
dimana 5%,10% dan 15% adalah jumlah perekat
kanji yang ditimbang berdasarkan berat arang 189
P
atau berat persen arang. pada sampel setiap ppm
variasi berat arang 200 gr. Jadi berat kanji untuk
5% adalah 10 gr, untuk 10% 20 gr, dan 15 % 30

28
SAINTIS, Volume 1, Nomor 1, April 2020 ISSN 2443-2369

Tabel 4. Kandungan Arang Briket 10% 5% lebih baik dibandingkan 10% dan 15%
(Analisa dengan alat X-RF) dimana kadar air dan kalori tertinggi. jadi
kondisi Optimum Konsentrasi perekat (kanji)
Zat yang
Jumlah
Zat Yang
Jumlah
pada kadar 5% dan menyusul pada 10% dan
terkandung Terkandung 15%. Rendahnya kadar air pada sampel 5% dan
tingginya kalori diakibatkan konsentrasi perekat
CH2 99,85% P 47 ppm
(kanji) 5% merupakan kondisi optimum dimana
kadar perekat yang tinggi berakibat pada kontak
Si 603 ppm Cl 36 ppm
arang yang rapat sehingga kadar air dalam zat
semakin tinggi. Kadar air yang tinggi juga
Al 277 ppm S 18 ppm
mempengaruhi turunnya nilai kalor dikarenakan
panas bekerja menguapkan air terlebih dahulu.
Fe 254 ppm V 13 ppm
namun kondisi ini berbeda jika dilakukan variasi
tekanan yang optimum sehingga menurunkan
Ca 216 ppm
kadar air pada briket. Namun pada penelitian ini
penulis tidak masuk pada ukuran tekanan
optimum pada arang briket. Pada proses
Tabel 5. Kandungan Arang Briket 15%
pembakaran dengan perekat 5% berakibat pada
(Analisa dengan alat X-RF)
cepatnya pecah/hancur briket mengakibatkan
Zat yang Zat Yang oksigen yang masuk dan terlibat dalam proses
Jumlah Jumlah
terkandung Terkandung pembakaran mengakibatkan kadar abu tinggi tapi
kalori meningkat karna cepatnya bahan terpisah
CH2 97,40% Ti 0,10 %
dan ruang oksigen untuk terlibat dalam
P 0,10 % Cl 0,10 % pembakaran lebih besar. Korelasi antara laju
udara dan naiknya laju pembakaran atau
Sn 0,10 % Si 0,10 %
temperature pembakaran sudah di teliti oleh
Mo 0,10 % Al 0,10 % Untoro Budi Sorono, 2011.Pada kajiannya
bahwa kenaikan laju pembakaran akan
Nb 0,10 % Mg 0,10 % berpengaruh terhadap kenaikan temperatur
Zn 0,10 % Na 0,10 % pembakaran, begitupun dengan kadar air
mempengaruhi kalori seperti data penelitian Feri
Cu 0,10 % Ba 0,10 % Puji Hartanto,2012, dalam jurnalnya Feri Puji
Ni 0,10 % Sb 0,10 %
Hartanto menemukan adanya korelasi kadar air
dengan peningkatan kalori.
Co 0,10 % Cd 0,10 %
Sifat Kimia Arang Briket Buah Pinus/Tusam
Fe 0,10 % Ag 0,10 %

Mn 0,10 % Zr 0,10 % Sifat Kimia arang meliputi kadar abu dan karbon
terikat, pada kadar abu didapatkan kondisi
V 0,10 % K 0,10 %
terbaik perekat pada kadar 15%, hal ini
Cr 0,10 % Ca 0,10 % dikarenakan kuatnya daya lekat briket terhadap
ikatan arang mengakibatkan proses pembakaran
S 0,10 %
hampir seluruhnya terbakar sehingga kadar abu
lebih rendah dibandingkan dengan perekat 10%
Sifat Fisika Arang Briket Buah Pinus/Tusam dan 5%. rendahnya kadar abu juga berkolerasi
dengan tingginya kadar air yang berhubungan
Sifat fisika meliputi kadar air dan nilai kalor, pada proses terjebaknya air dalam media briket
dari data tabel 1 didapatkan bahwa kadar perekat

29
SAINTIS, Volume 1, Nomor 1, April 2020 ISSN 2443-2369

akibat dari tidak maksimalnya proses 5% sebesar 99,57% dan perekat 15% yaitu
pengepresan. 97,40%.
Untuk karbon terikat terbaca pada kondisi CH2 Untuk kadar sulfur yang mempengaruhi
dimana kondisi karbon terikat tertinggi ada pada kualitas pembakaran terbaik pada 10% dan 5%
sampel 10% lalu menyusul 5% lalu menyusul masing-masing 18 ppm dan 71 ppm dan
15%. tingginya karbon terikat dipengaruhi pada menyusul 15% yaitu 0,10 %. Tingginya kadar
proses pembakaran dimana bahan tidak kontak abu pada 5% di akibatkan tidak masuknya
langsung dengan Api. Kondisi pembakaran parameter tekanan pengepresan yang juga
menggunakan model pirolisis dengan model 2 mempengaruhi daya ikat yang berpengaruh pada
tabung/drum. Adanya perbedaan karbon terikat karbon yang terikat. namun antara kadar karbon
diakibatkan pada perekat dan ukuran mesh, pada terikat untuk sampel 5% dan 10% perbedaannya
pembacaan tabel 2,3 dan 4 didapatkan bahwa tidak signifikan. sehingga dapat disimpulkan
kadar karbon terikat terbesar pada 10%. bahwa kondisi perekat terbaik ada pada 5% lalu
menyusul 10% dan terakhir adalah 15%.
Kandungan Karbon Arang Briket Buah
Pinus/Tusam Saran
Untuk penelitian berikutnya diharapkan :
Hasil Analisa X-RF ditemukan bahwa Karbon 1. menguji terlebih dahulu sampel kandungan
buah Pinus atau Tusam cukup tinggi yaitu Arang buah pinus tanpa pencampuran air dan
tertinggi didapatkan pada konsentrasi perekat kanji sehingga didapatkan data yang sesuai
(kanji) 10% yaitu 99,85% CH2, begitupun kadar dengan kandungan buah pinus/tusam yang
sulfur yang menjadi bagian standar pembakaran ada.
pada arang briket buah pinus cukup rendah dan 2. Variasi tekanan yang perlu mengingat
paling rendah ada pada kadar perekat 10% perbedaan tekanan press mempengaruhi
dengan 18 ppm dan 5% dengan 71 ppm, lalu kadar kalor dan abu pada briket arang.
15% 0,10%. namun antara 5% dan 10% tidak 3. Pada proses pembakaran disarankan dengan
terlalu signifikan dibandingkan dengan 15%. sistem pirolisis dengan suhu terkontrol,
dikarenakan sistem pirolisis membuang zat-
zat yang menyebabkan kalori meningkat dan
KESIMPULAN kadar karbon tinggi serta tidak mencemari
lingkungan dan mendapatkan produk
Kesimpulan
sampingan yaitu asap cair. Sistem yang
Pada proses pembuatan Arang briket
digunakan pada penelitian sudah model
buah pinus didapatkan bahwa dengan
pirolisis namun suhu tidak terkontrol
konsentrasi perekat (kanji) 5% merupakan hasil
terbaik yaitu Kadar Air 39,86% dan nilai kalor REFERENSI
4341,0231 kalori/gram, lalu menyusul 10%
dengan kadar air 52,2713% dan kalori Abdullah,1991,Energi dan tingkat kemajuan
3648,7441 kalori/gram, selanjutnya pada 15% Teknologi.Jakarta. Penerbit Sinar
dengan kadar air 52,6939% dan kalori Harapan
Agustina SE. 2007. Potensi Limbah Produksi
3560,8380 kalori/gram. Untuk kadar abu
Biofuel sebagai Bahan Bakar Alternatif.
terendah pada perekat 15% yaitu 1,5654%, Paper pada Konferensi Nasional
perekat 10% 1,7141% dan untuk perekat 5% Pemanfaatan Hasil Samping Industri
2,2356%. Tingginya kadar Abu berkolerasi Biofuel serta Peluang Pengembangan
dengan perekat namun tidak signifikan terhadap Industri Integrated-nya, Jakarta.
kalori yang dihasilkan. Tingginya kadar karbon Agustina SE dan Syafrian A. 2005. Mesin
pada arang dengan variasi perekat didapatkan Pengempa Briket Limbah Biomassa,
Salah Satu Solusi Penyediaan Bahan
pada perekat 10% yaitu 99,85% lalu menyusul Bakar Pengganti BBM untuk Rumah

30
SAINTIS, Volume 1, Nomor 1, April 2020 ISSN 2443-2369

Tangga dan Industri Kecil. Di dalam Di Himawanto, D.A. 2003. Pengolahan Limbah
dalam Seminar Nasional dan Kongres Pertanian menjadi Biobriket Sebagai
Perteta. Bandung. Salah Satu Bahan Bakar Alternatif.
Afrianti, L. H. 2004. Pati Termodifikasi Laporan Penelitian. UNS. Surakarta.
Dibutuhkan Industri Makanan. Pikiran Hartoyo,1983, Pembuatan Arang dari Briket
Rakyat.www.pikiran- Arang Secara Sederhana dari Serbuk
rakyat.com/cetak/0704/15/cakrawala/pen Gergaji dari Limbah Industri Perkayuan
elitian.htm [30 Desember 2007]. Bogor.Puslatbang Hasil Hutan
Amin Sulistyanto, 2007, Pengaruh Variasi Bahan Hartomo, A. J. dan Widiatmoko, M. C. 1994.
Perekat Terhadap Laju Pembakaran Teknologi Membran Pemurnian
Biobriket Campuran Batubara dan Sabut Air. Andi Offset. Yogyakarta.
Kelapa Hartoyo, J., H. Roliandi, 1978. Percobaan
Arganda Mulia,2007, Pemanfaatan Tandan Pembuatan Briket Bioarang Dari Lima
Kosong dan Cangkang Kelapa Sawit Jenis Kayu. Indonesia. Laporan
Sebagai Briket Arang.Tesis Sekolah Penelitian Lembaga Hasil Hutan, Bogor.
Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara Hendra, 1999, Pembuatan Briket dari Limbah
Medan. Pengolahan Minyak Kayu Putih.Jurnal
Asri Saleh, Efesiensi Konsentrasi Perekat Penelitian Hasil Hutan 10 (1) :20-23
Tepung Tapioka Terhadap Nilai Kalor Hendra dan Darmawan, 2000. Pengaruh Bahan
Pembakaran pada Biobriket Batang Baku dan Jenis Perekat dan Tekanan
Jagung (Zea mays L.). Dosen pada Kempa Terhadap Kualitas Briket Arang.
Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Skripsi S1 Jurusan Teknologi Hasil
Teknologi UIN Alaudin Makassar. Pertanian Bogor : Institut Pertanian
Aquino Gandhi Bagoskoro, 2010, Pengaruh Bogor
Variasi Jumlah Perekat Terhadap Lina Lestari, Aripin,Yanti, Zainudin, Sukmawati,
Karakteristik Briket Arang Tongkol Marliani. Analisis Kualitas Briket Arang
Jagung, Jurnal, Jurusan Teknik Mesin, Tongkol Jagung Yang Menggunakan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Bahan Perekat Sagu Dan Kanji Jurnal
Semarang. Aplikasi Fisika, Volume 6 No. 2
Capah, A. G. 2007. Pengaruh Kosentrasi Perekat Agustus 2011. Jurusan Fisika, FMIPA,
dan Ukuran Serbuk terhadap Kualitas Universitas Haluoleo
Briket Arang dari Limbah Pembalakan Maarif,S.,2004, Pengaruh Penambahan Arang
Kayu Mangium (Acacia mangium Tempurung Kelapa dan Penggunaan
Willd). [Skripsi]. Departemen Perekat Terhadap Sifat-Sifat Fisika
Kehutanan. Fakultas Pertanian. Kimia Briket Arang Serbuk Kayu
Universitas Sumatera Utara. Medan. Sengon,Universitas Gajah
Mada,Yogyakarta
Diah Sundari Wijayanti, 2009. Skripsi, Pari, G. 2002. Industri Pengolahan Kayu
Karakteristik Briket Arang dari Serbuk Teknologi Alternatif Pemanfaatan
Gergaji Dengan Penambahan Arang Limbah [makalah falsafah sains]. Bogor:
Cangkang Kelapa Sawit. Fakultas Institut Pertanian Bogor.
Pertanian Universitas Sumatra Utara. Pari, G. dan Hartoyo, 1983. Beberapa Sifat Fisis
Dan Kimia Briket Arang Dari Limbah
Djatmiko B., S. Ketaren, S. Setyahartini, Arang Aktif. Puslitbang Hasil Hutan.
(1981). Arang Pengolahan dan Bogor.
Kegunaannya, Jurnal Teknologi Prananta, J. 2007. Pemanfaatan Sabut dan
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian Tempurung Kelapa serta Cangkang
IPB. Bogor. Sawit untuk Pembuatan Asap Cair
Feri Puji Hartanto,2012 Optimasi Kondisi Sebagai Pengawet Makanan Alami.
Operasis Pirolisis Sekam Padi Untuk Teknik Kimia Universitas Malikussaleh
Menghasilkan Bahan Bakar Briket Lhokseumawe. Aceh.
Bioarang Sebagai Bahan Bakar Prihadana,R dan Hendroko,R. 2007, Energi
Alternatif. Jurusan Teknik Kimia Hijau : Pilihan Bijak Menuju Energi
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Mandiri, Penebar Swadaya, Jakarta

31
SAINTIS, Volume 1, Nomor 1, April 2020 ISSN 2443-2369

Rahman,A. 2009, Pengaruh Komposisi


Campuran Arang Kulit Kakao dan Arang
Pelepah Kelapa terhadap karakteristik
Biobriket, Tesis S2 Universitas gajah
Mada.
Rustini. 2004. Pembuatan Briket Arang dari
Serbuk Gergajian Kayu Pinus (Pinus
merkusii) dengan Penambahan
Tempurung Kelapa [skripsi]. Bogor:
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor.
Sudrajat, R, D. Setiawan dan H. Roliadi. 2006.
Teknik Pembuatan dan Sifat Briket
Arang dari Tempurung dan Kayu
Tanaman Jarak Pagar (Jatropa curcas L).
J Penelitian Hasil Hutan 24:227-240.
Sudradjat, R. 1983. Pengaruh Bahan Baku, Jenis
Perekat dan Tekanan Kempa Terhadap
Kualitas Briket Arang. Laporan N0.165.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan Bogor. Indonesia.
Sukandarrumidi. 2006. Batubara dan
Pemanfaatannya. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada Press
Sulistyanto A. 2006. Karakteristik Pembakaran
Biobriket Campuran Batubara dan Sabut
Kelapa. Vol 7. No.2. pp. 77-84.
Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari
Campuran Serbuk Gergajian Kayu
Afrika (Maesopsis eminii Engl.) dan
Sengon (Parasenrianthes falcataria L.
Nielsen) dengan Penambahan
Tempurung Kelapa (Cocos mucifera L.).
[Skripsi]. Departemen Hasil Hutan.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Tsoumis,G. 1991, Sience of Technology of
Wood : Structure, Properties, Utilization,
Newyork, Van Nostrand Reinhard.
Untoro Budi Surono, Kaji Eksperimental
Pengaruh Temperatur Karbonisasi, dan
Suplai Udara Terhadap Karakteristik
Pembakaran Biobriket Tongkol
Jagung,Jurnal Teknik Vol.1 No.1/April
2011, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
teknik Universitas Janabadra Yogyakarta.

32

Anda mungkin juga menyukai