Anda di halaman 1dari 8

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal MEKANIKAL

Karakteristik Termal Briket Arang Sekam Padi Dengan Variasi Bahan Perekat
(Daud Patabang)

KARAKTERISTIK TERMAL BRIKET ARANG SEKAM PADI


DENGAN VARIASI BAHAN PEREKAT

Daud Patabang
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Tondo, Palu 94119

Abstract

The aim of this research is to find out of thermal characteristics of husk briquette with glue
materials that is made of tapioca powder with content variations; 7%, 10% and 15%.This research
used experiment method to find out of thermal characteristic consists of: High Heating Value HHV,
Moisture content M, Ash content A, Volatile Matters content VM, Fixed Carbon Content FC and
combustions efficiency. The result of investigations are; HHV = 2789 cal/g, M = 2.67%, A = 39.06 %,
VM = 42.92%, FC= 15.53% and combustions efficiency 59.07%. All of them are find out from 7% of
glue content materials.

Keyword: Husk briquette, Thermal Characteristics, High heating Value.

PENDAHULUAN dihilangkan kadar airnya. Biomassa sangat


mudah ditemukan dari aktivitas pertanian,
Kebutuhan dan konsumsi energi peternakan, kehutanan, perkebunan,
semakin meningkat sejalan dengan perikanan dan limbah-limbah lainnnya.
bertambahnya populasi manusia dan Limbah Biomassa dan sampah biasa,
meningkatnya perekonomian masyarakat. menjadi salahsatu pilihan sumber energi
alternatip. Contoh nyata pemanfaatan
Di Indonesia kebutuhan dan
energi biomassa yang berasal dari produk
konsumsi energy terfokus kepada limbah aktivitas kehutanan dan
penggunaan bahan bakar minyak yang perkebunan dan telah banyak
cadangannya kian menipis sedangkan dilaksanakan yaitu kayu bakar dan arang.
pada sisi lain terdapat sejumlah energy Menurut Bossel (1994) dikutip dari
biomassa yang kuantitasnya cukup Mursalim, Abdul , bahan biomass yang
melimpah namun belum dioptimalkan dapat digunakan untuk pembuatan briket
berasal dari :
penggunaannya.
1. Limbah pengolahan kayu seperti :
Data Indonesia Energi Outlook logging residues, bark, saw dusk,
(2002) biomassa memiliki cadangan shavinos, waste timber.
sebesar 434.000 GW atau setara 255 juta 2. Limbah pertanian seperti; jerami,
barrel minyak bumi. Potensi biomassa ini sekam, ampas tebu, daun kering.
sangat besar apabila dijadikan sumber 3. Limbah bahan berserat seperti; serat
kapas, goni, sabut kelapa.
energy alternatip sebagai pengganti
4. Limbah pengolahan pangan seperti
bahan bakar minyak, khususnya untuk kulit kacang-kacangan, biji-bijian,
kebutuhan energy rumahtangga kulit-kulitan.
mensubstitusi penggunaan minyak tanah 5. Sellulosa seperti, limbah kertas,
yang telah dikurangi subsidinya oleh karton.
pemerintah . Bertitik tolak dari uraian di atas,
Biomassa secara umum lebih maka salah satu limbah aktivitas pertanian
dikenal sebagai bahan kering material yang perlu pengkajian adalah sekam padi.
organik atau bahan yang tersisa setelah
suatu tanaman atau material organik

286
Jurnal Mekanikal, Vol. 3 No. 2: Juli 2012: 286-292 ISSN 2086-3403

Sekam padi merupakan lapisan memampatkan dan diarangkan.


keras yang meliputi kariopsis yang terdiri Bhattacharya et al. (1985) dan Kirana
dari dua belahan yang disebut lemma dan (1995), bahan baku pembuatan briket
palea yang saling bertautan. arang yang baik adalah partikel arangnya
Pada proses penggilingan beras, yang mempunyai ukuran 40-60 mesh.
sekam akan terpisah dari butir beras dan Ukuran partikel yang terlalu besar akan
menjadi bahan sisa atau limbah sukar dilakukan perekatan, sehingga
penggilingan. Sekam padi dikategorikan mempengaruhi keteguhan tekanan yang
sebagai biomassa yang dapat digunakan diberikan. Proses pembuatan briket arang
untuk berbagai kebutuhan seperti bahan memerlukan perekatan yang bertujuan
baku industri, pakan ternak dan energi untuk mengikat partikel-partikel arang
atau bahan bakar. sehingga menjadi kompak. Menurut
Dari proses penggilingan padi Hartoyo dkk. (1990) bahan perekat yang
biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, baik digunakan untuk pembuatan briket
dedak antara 8-12% dan beras giling arang adalah pati, dekstrin dan tepung
antara 50-63,5% data bobot awal gabah. tapioka, karena menghasilkan briket arang
Sekam dengan persentase yang tinggi yang tidak berasap pada saat pembakaran
tersebut dapat menimbulkan problem dan tahan lama.
lingkungan.
Berdasarkan data BPS Sulawesi Tekanan pemampatan diberikan
tengah, hasil penghitungan Angka Tetap untuk menciptakan kontak antara
(ATAP) produksi padi Propinsi Sulawesi permukaan bahan yang direkat dengan
Tengah tahun 2010 sebesar 957.108 ton bahan perekat. Setelah bahan perekat
Gabah Kering Giling (GKG), serta hasil dicampurkan dan tekanan mulai diberikan
penghitungan Angka Ramalan III (ARAM maka perekat yang masih dalam keadaan
III) produksi padi Propinsi Sulawesi cair akan mulai mengalir membagi diri ke
Tengah tahun 2011 diperkirakan permukaan bahan. Pada saat yang
mencapai 1.023.720 ton GKG, naik bersamaan dengan terjadinya aliran
sebesar 66.612 ton (6,96 persen) maka perekat juga mengalami
dibandingkan dengan produksi tahun 2010 perpindahan dari permukaan yang diberi
yang mencapai 957.108 ton GKG. Dari perekat ke permukaan yang belum
data produksi padi Propinsi Sulawesi terkenan perekat, (Kirana, 1985). Haryono
Tengah tahun 2010 dihasilkan limbah dkk. (1978), menyatakan bahwa pada
sekam padi sebesar 191.421,6 – umumnya semakin tinggi tekanan yang
287.132,4 ton. diberikan akan menghasilkan briket arang
Bahan bakar dari biomassa dengan kerapatan dan keteguhan tekan
misalnya sekam padi untuk memudahkan yang semakin tinggi. Khairil (2003), dalam
penanganannya maka sebelum digunakan pembuatan bio briket sekam padi dan
terlebih dahulu dibuat briket. batang padi yang dicampur batu bara
Pembriketan pada prinsipnya bermutu rendah menggunakan tekanan
adalah pemadatan material untuk diubah 2,20 MPa dengan menggunakan mesin
ke bentuk tertentu. Pembriketan menurut press.
Abdullah (1991) pada dasarnya Beberapa faktor yang dijadikan
densifikasi atau pemampatan bahan baku standar briket arang menurut Emiwati
yang bertujuan untuk memperbaiki sifat (1997) antara lain : Kadar air (moisture),
fisik suatu bahan sehingga memudahkan kadar abu (ash) densitas/kerapatan,
penanganannya. Menurut Supratono dkk. kandungan sat mudah menguap (volatile
(1995) briket arang dapat dibuat dengan matter), tekanan pengempaan,
dua cara yaitu dengan membuat arang kandungan karbon terikat (fixed carbon),
kemudian dihaluskan dan selanjutnya dan nilai kalor.
dibuat briket, dan atau dengan
membentuk briket dengan cara Pembakaran bahan bakar biomassa

287
Karakteristik Termal Briket Arang Sekam Padi Dengan Variasi Bahan Perekat
(Daud Patabang)

Pembakaran adalah reaksi cepat -Drum karbonasi


antara bahan bakar dan udara. Proses ini -Mesin penghancur arang dan
merupakan pelepasan energi termal dari pencampur bahan baku briket
bahan bakar. Energi termal ini dilepaskan -Mesin cetak briket
selama reaksi pembakaran dimana -Furnace untuk pengujian analisa
oksigen bereaksi dengan konstituen kimia proksimasi
dari bahan bakar untuk memproduksi CO 2 -Bom Kalorimeter
dan air, dan sat-sat yang lain yang -Timbangan digital
terkandung dalam gas hasil pembakaran -Stop watch
melalui pelepasan panas. -Panci air
Karakteristik kandungan volatil dan Untuk selanjutnya:
pembakarannya
Umumnya bahan bakar padat 1. Sekam padi dibersihkan dari kotoran
seperti biomassa jika dipanasi sampai 2. Sekam padi dibuat menjadi arang di
mencapai temperatur tertentu, maka
dalam tungku karbonasi
volatil matters mulai dilepaskan, dan pada
tempertur tertentu mulai terjadi 3. Arang sekam padi digiling dengan
pengapian/menyala dan selanjutnya mesin penggiling briket dengan ukuran
terbakar. 40-60 mesh
4. Arang halus tersebut dicampur dengan
Kandungan volatil matters
air panas 70 0C dan dicampur dengan
memegang peranan penting dari bahan
bakar padat dalam hal kemampuan bahan perekat tepung tapoioka
menyala (ignitability) dan kemampuan dengan variasi 7%,10% dan 15%
terbakar (combustibility). 5. Setelah adonan campuran antara
arang sekam padi, air panas dan
Nilai kalor
bahan perekat tercampur dengan baik,
Nilai kalor bahan bakar padat
termasuk bahan bakar biomassa adalah maka selanjutnya dilakukan
nilai kalori kotor HHV (gross calorific pencetakan briket pada mesin cetak
value) yang diperoleh melalui percobaan briket dengan tekanan 2,5 MPa.
Bom Kalorimeter menurut ASTM D 2015 6. Hasil cetakan briket kemudian
dan dinyatakan dalam satuan Btu/lb atau dikeringkan dibawah sinar matahari
kJ/kg. selam 8 jam
Nilai kalor atas (Gross higher 7. Briket yang terbentuk dilakukan
heating value) HHV, didefenisikan sebagai pengujian melalui analisis proksimasi
panas yang dilepaskan dari pembakaran untuk mendapatkan kandungan termal
sejumlah kuantitas unit bahan bakar yaitu Moisture (M), Ash(A), Volatile
(massa) dimana produknya dalam bentuk Matters(VM,Fixed Carbon (FC) dan
ash, gas CO2, SO2, Nitrogen dan air, dan
Nilai Kalor (HHV)
tidak termasuk air yang menjadi uap
(vapor).
Standar pengujian digunakan
METODE PENELITIAN standar ASTM untuk sampel batubara,
dengan alasan bahwa briket arang
Metode penelitian yang digunakan ialah sekam padi adalah bahan bakar padat,
metode eksperimen sama seperti batubara.
1. Bahan penelitian
-Sekam padi Metode pengukuran melalui
-Bahan Perekat tepung tapioka análisis proksimasi mengikuti prosedur
-Air panas yang ditulis oleh Patabang (2007)
2. Mesin dan peralatan yang digunakan dalam tesis Karakteristik pembakaran

288
Jurnal Mekanikal, Vol. 3 No. 2: Juli 2012: 286-292 ISSN 2086-3403

briket arang kulit kemiri sebagai eS adalah koreksi sulfur yang ada
barikut. dalam bahan bakar (cal/g)
Nilai kalor m adalah berat contoh (g)
Pengukuran nilai kalor menggunakan
bomb kalorimeter PARR 1261 Volatile matters (VM)
Prosedur pengukuran :
Prosedur pengukuran nilai kalor :
Sampel ditimbang sebanyak 1 g
Sampel ditimbang 1 g dan dan dimasukkan ke dalam cawan
dimasukkan ke dalam cawan, porselin kemudian ditutup.
Hubungkan ke dua kutub bomb Selanjutnya sampel tersebut
kalorimeter dengan 10 cm kawat dimasukkan ke dalam furnace dan
pembakar nikel krom, dipanasi pada suhu 815 oC selama
Isi bomb kalorimeter dengan 7 menit
oksigen, pada tekanan 30 atmosfir, Sampel tersebut dikeluarkan dan
Masukkan bomb kalorimeter tersebut didinginkan dalam desikator kemudian
ke dalam vessel yang beisi 2 kg air, ditimbang kembali.
selanjutnya masukkan vessel ke Perhitungan :
dalam water jacket,
Jalankan aliran listrik pemanas dan Volatile matters (%) =
alat pendingin, atur skala dari ”initial A D
balance” sampai lampu dan x 100 % F (%)
C
amperemeter dari pemanas berjalan
secara otomatis (suhu vessel dan
dengan :
jacket sama)
Pengukuran secara otomatis dilakukan A adalah berat sampel dan cawan (g)
untuk mengukur suhu awal, kenaikan
suhu dan nilai kalor ekivalen dari hasil C = A-B
penembakan dalam bom kalorimeter.
B adalah berat cawan (g)
Perhitungan
D adalah berat cawan dan residu (g)
Nilai kalor contoh briket dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut : F adalah moisture dalam analisis
sampel (%)
Nilai kalor HHV (cal/g) =
t x EEV (e1 e2 )
eS Abu (Ash)
m Prosedur pengukuran :
dengan :
Timbang 1 g sampel ke dalam cawan
t adalah kenaikan suhu pembakaran di yang telah diketahui beratnya
dalam bom kalorimeter(oC) Panaskan sampel tersebut dalam
muffle furnace dimulai dari suhu
EEV adalah energi ekivalen saat rendah, kemudian dinaikkan sampai
terjadi pembakaran (cal/oC) 250 oC sampai 500 oC selama 30
menit, kemudian dari 500 oC sampai
e1 adalah koreksi panas karena 815 oC selama 60 menit.
pembentukan asam (cal) Angkat cawan dari dalam furnace,
letakkan di dalam lempengan logam
e2 adalah koreksi panas pembakaran kemudian tutup
dari kawat pembakar (cal) Dinginkan selama 10 menit kemudian
masukkan ke dalam desikator

289
Karakteristik Termal Briket Arang Sekam Padi Dengan Variasi Bahan Perekat
(Daud Patabang)

Setelah dingin pada suhu kamar Metode yang digunakan untuk


kemudian ditimbang pengujian efisiensi termal keseluruhan
Ulangi pemanasan sampai diperoleh untuk pembakaran briket pada kompor
berat tetap briket mengacu kepada salah satu
Perhitungan: metode yang disarankan FAO/RWEDP,
F 1993a,1993b yaitu metode pengujian
Kadar abu (Ash) % = x 100 % pendidihan air.
C
dengan:
B berat cawan dan tutup (g) Metode ini dilakukan dengan
A berat cawan dan tutup dan sampel (g) memanaskan sejumlah air sampai
D berat cawan dan tutup dan residu (g) mendidih pada kompor dengan
C berat sampel = (A-B) menggunakan briket sebagai bahan
F berat residu = (D-E) bakar. Volume air yang diuapkan
Pengukuran moisture sesudah pembakaran dan sejumlah
Prosedur pengukuran : bahan bakar briket yang digunakan
Timbang 1 g sampel ke dalam cawan dihitung, sehingga efisiensi termal
yang yeng telah diketahui beratnya dapat dihitung dengan menggunakan
Panaskan sampel tersebut dalam muffle persamaan sebagai berikut:
furnace pada suhu 105 oC, selama 1 M x C pl x Tb Ta M 1 x C pv Tb Ta M2 x HL
jam. th
LHV x m x t
Angkat cawan dari dalam furnace,
letakkan di dalam lempengan logam dengan:
kemudian tutup th = Efisiensi termal pembakaran briket

Dinginkan selama 10 menit kemudian pada kompor briket (%)


masukkan ke dalam desikator M = Massa air mula-mula (kg)
Setelah dingin pada suhu kamar M1 = Massa panci (kg)
kemudian ditimbang
Perhitungan :
M 2 = Massa uap air (kg)
C pl = Kalor spesifik air (kJ/kg oC)
A D C pv = Kalor spesifik panci (kJ/kg oC)
Moisture = x 100 %
C
H L = Kalor laten dari uap (kJ/kg)
dengan: LHV = Nilai kalor bawah briket (kJ/kg)
A adalah berat sampel dengan cawan m = Massa briket yang terpakai selama
C adalah berat sampel yaitu (A-B ), pendidihan air (kg/menit)
dimana B adalah berat cawan Ta = Temperatur ambien dari air (oC)
D adalah berat cawan dengan residu Tb = Temperatur uap air (oC)
Fixed carbon (FC)
Fixed carbon dihitung dari 100 % t = Durasi waktu pendidihan air
dikurangi dengan kadar air lembab (menit)
(moisture) dikurangi kadar abu,
Persamaan untuk mencari nilai kalor
dikurangi kadar sat terbang (volatile
bawah LHV :
matters)
LHV = HHV – 3240 (kJ/kg)
FC (%) = 100 %– (moisture + kadar
abu + volatile matters )% HASIL DAN DISKUSI

8. Selanjutnya briket dilakukan pengujian Hasil Pengujian melalui analisis


melalui pembakaran secara nyata proksimasi dan pembakaran secara
pada tungku briket yang terbuat dari nyata pada tungku briket adalah
tanah liat untuk mendapatkan hasil seperti pada tabel 1 dan 2 di bawah
efisiensi pembakaran. ini.

290
Jurnal Mekanikal, Vol. 3 No. 2: Juli 2012: 286-292 ISSN 2086-3403

Tabel 1. Hasil Analisis Proksimasi

Volatile Matters (%)


2850
PEREKAT 7% 10% 15% 2800 2789
2750
M(%) 2,67 2,47 2,39 2700
A(%) 39,06 37,87 36,34 2650 2650.2
2600
VM(%) 42,92 44,43 46,86
2550 2539.3
FC(%) 15,35 15,23 14,41 2500
HHV(cal/g) 2789 2650,2 2539,3 6 11 16
Bahan Perekat (%)

Gambar 3. Kandungan Volatile Matters Vs


Tabel 2. Hasil pembakaran pada tungku
briket bahan perekat.
PEREKAT 7% 10% 15%
EFISIENSI 2850
59,07 47,58 42,97 2800

Fixed Carbon (%)


PEMBAKARAN 2789
2750
2700
2650 2650.2
Dari hasil pengujian pada tabel 1 dan 2600
2550
2 di atas selanjutnya dibuat kurva 2500
2539.3
sebagai berikut: 6 11 16

Bahan Perekat (%)

Gambar 4. Kandungan Fixed Carbon Vs


2.7 bahan perekat
2.65 2.67
Moisture (%)

2.6
2.55
2.5
Nilai Kalor (Calori/gram)

2.45 2.47 2850


2.4 2.39 2800 2789
2.35 2750
6 11 16 2700
Bahan Perekat (%) 2650 2650.2
2600
2550 2539.3
Gambar 1. Kandungan Moisture Vs bahan 2500
perekat 6 11 16
Bahan Perekat (%)

Gambar 5. Nilai kalor terhadap prosentase


2850 bahan perekat
2800 2789
Ash (%)

2750 DISKUSI
2700
2650 2650.2 Dari kurva hubungan antara
2600 kandungan moiusture dengan kandungan
2550 2539.3 bahan perekat terlihat bahwa makin tinggi
2500
6 11 16 campuran bahan perekat menyebabkan
menurunnya kandungan Moisture.
Bahan Perekat (%)
Dari kurva kandungan Volatile Matters
Gambar 2. Kandungan Ash Vs bahan perekat dengan bahan perekat terlihat bahwa

291
Karakteristik Termal Briket Arang Sekam Padi Dengan Variasi Bahan Perekat
(Daud Patabang)

makin meningkat kandungan bahan propinsi Sulawesi tengah memiliki


perekat mengakibatkan menurunnya potensi energy biomassa dari sekam
Volatile Matters padi sebesar 11.902 GJoule.
Dari kurva kandungan Fixed Carbon
dengan bahan perekat terlihat bahwa 3. Dari hasil pembakaran secara nyata
makin meningkat bahan perekat maka pada tungku briket yang terbuat dari
semakin menurun kandungan Fixed tanah liat diperoleh efisiensi
Carbon. pembakaran yang terbaik pada
Dari kurva Nilai Kalor HHV dengan campuran bahan perekat 7% yaitu
bahan perekat, terlihat bahwa semakin 59,07%
meningkat kandungan bahan perekat
mengakibatkan nilai kalor menurun. DAFTAR PUSTAKA
Dari data ini terlihat bahwa kandungan Abdullah, K., 1991, Energi dan Listrik
bahan perekat yang terbaik yaitu pada Pertanian. IPB-Bogor
kondisi campuran 7%, dimana
menhkasilkan kandungan Fixed dan nilai Bhattacharya, S.C., G.Y.Shaunier,
N.Islam, 1985, ‘Densification of
kalor dan volatile matters terbesar,
Biomassa Residuesin in:
sebaliknya pada kondisi ini kandungan Bioenergy 84’. Vol. 3, H.Egneus
moisture, ash cukup besar.Akan tetapi jika and Ellegard (ed), Elsevier
dilihat dalam konteks kandungan energy London.
dan kemudahan terbakar maka yang
Khairil, 2003, ‘Study on Combustion
terbaik adalah pada kandungan bahan
Characteristics of Bio-Briquete’,
perekat 7%. Proceedings of the International
Conference on Fluid and
Jika dikonversi kepada jumlah produksi
Thermal Energy Conversion, Bali,
padi tahun 2011 yaitu 1.023.720 ton GKG,
Indonesia, December 7-11,2003.
diperoleh energy biomassa dari sekam
padi sebesar 7.13789E+11 cal, atau Mursalim, W. A., 2004, Pemanfaatan
2.97557E+12 J kulit buah kakao sebagai briket
arang, Laporan penerapan Ipteks
Dari hasil pembakaran secara nyata
Lembaga Pengabdian Pada
pada tungku briket yang terbuat dari
Masyarakat, Universitas
tanah liat diperoleh efisiensi tertinggi pada
Hasanuddin.
campuran bahan perekat 7% yaitu
59,07%.
Nisandi, 2007, ‘Pengolahandan
pemanfaatan sampah organic
KESIMPULAN menjadi briket arang dan asap
Dari hasil pengujian melalui analisis cair, Seminar nasional
proksimasi disimpulkan sebagai berikut: Teknologi,Yokyakarta.

1. Pada campuran bahan perekat 7% Patabang, D., Karakteristik


2007,
diperoleh nilai terbaik masing-masing pembakaran Briket arang kulit
M=2,67%, kemiri, Tesis S2 Universitas
A=39,06%,VM=42,92%,FC=15,35%, Hasanuddin.
HHV=2789 cal/g. Patabang, D., 2011, ‘Studi
2. Jika nilai kalor pada campuran bahan Karakteristik Briket Arang Buah
perekat 7% dikonversi ke produksi Kakao’, Jurnal Mekanikal, Vol. 2
gabah tahun 2011 maka daerah No.1,hal.108-116.

292
Jurnal Mekanikal, Vol. 3 No. 2: Juli 2012: 286-292 ISSN 2086-3403

293

Anda mungkin juga menyukai