Briket biomassa dari ampas sagu dapat digunakan sebagai bahan bakar
alternatif. Briket biomassa dibuat melalui beberapa tahapan, yaitu pengarangan,
pencampuran dengan perekat, pengempaan, dan pengeringan. Pada pembuatan
briket ampas sagu digunakan perekat kanji dengan ragam 3%, 5%, dan 7%.
Pencirian mutu briket meliputi kadar air, kadar abu, bagian yang hilang pada suhu
950 °C, dan nilai kalor. Berdasarkan nilai kalor yang memenuhi standar arang
kayu Indonesia (SNI 06-3730-1995) diperoleh bahwa briket ampas sagu dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan bakar alternatif.
ABSTRACT
Campuran yang dibuat tergantung pada Bagian yang hilang pada pemanasan 950°C
ukuran serbuk, macam perekat, jumlah Merupakan zat selain air, karbon terikat,
perekat, dan tekanan pengempaan yang dan abu yang terdapat dalam arang, terdiri
dilakukan dari cairan dan sisa ter yang tidak habis dalam
Achmad (1991) menyatakan bahwa proses karbonisasi. Bagian yang hilang pada
untuk setiap 1 kg serbuk arang cukup pemanasan 950 °C dalam arang mempunyai
dicampurkan dengan perekat yang terdiri atas batas maksimum 40% dan batas minimum
30 gram tepung tapioka (3% dari berat serbuk 5%, hal ini akan mempengaruhi
arang) dan air sebanyak 1liter. Kadar perekat kesempurnaan pembakaran, laju pembakaran,
dalam briket tidak boleh terlalu tinggi karena dan intensitas api (Raharjo 2006)
dapat mengakibatkan penurunan mutu briket
arang yang sering menimbulkan banyak asap. Nilai Kalor
Nilai kalor suatu bahan bakar biomassa
Pencirian Briket adalah jumlah energi panas (kJ) yang dapat
dilepaskan pada setiap satu satuan berat bahan
Mutu briket yang baik adalah briket yang
bakar (kg) tersebut apabila terbakar habis
memenuhi standar mutu agar dapat digunakan
dengan sempurna (SNI 01-6235-2000). Suatu
sesuai dengan keperluannya. Sifat-sifat
bahan bakar disebut terbakar habis dan
penting dari briket yang mempengaruhi
sempurna apabila seluruh kandungan unsur
kualitas bahan bakar adalah sifat fisik dan
karbon (C) dalam bahan bakar tersebut
kimia, seperti kadar air, kadar abu, bagian
bereaksi dengan oksigen menjadi karbon
yang hilang pada pemanasan 950 °C, dan nilai
dioksida (CO2). Energi panas (kalor) yang
kalor.
dilepaskan dapat dipindahkan ke lingkungan
dengan cara hantaran (konduksi), edaran
Kadar Air
(konveksi), atau pancaran (radiasi).
Besarnya persentase nilai kadar air
Salah satu jenis pengukur nilai kalor
berbanding terbalik dengan jumlah nilai kalor
adalah kalorimeter bom (Gambar 2). Bagian
yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar air
utama alat ini adalah bejana reaksi yang
semakin rendah nilai kalor dan daya
diletakkan dalam bejana yang lebih besar
pembakarannya. Listiyanawati et al. (2008)
sehingga terdapat rongga udara di antarakedua
menjelaskan bahwa kadar air sangat
bejana tersebut yang berfungsi sebagai
mempengaruhi nilai kalor dan efisiensi
isolator perpindahan kalor. Prinsip yang
pembakaran suatu briket karena panas yang
digunakan pada alat ini adalah perubahan
tersimpan dalam briket terlebih dahulu
suhu fluida pada volume tetap, dimana reaksi
digunakan untuk mengeluarkan air yang ada
pembakaran terjadi dalam bejana tertutup dan
sebelum menghasilkan panas yang dapat
disebut bom.
dipergunakan sebagai panas pembakaran
Kadar Abu
Merupakan ukuran kandungan material
dan berbagai material anorganik di dalam
benda uji. Kadar abu setiap arang berbeda-
beda tergantung jenis bahan baku arang.
Arang yang baik memiliki kadar abu sekitar
3% (Subadra 2005). Senyawa yang terdapat
dalam abu meliputi SiO2, Al2O3, P2O5, Fe2O3,
dan lain-lain (Raharjo 2006). Senyawa yang
banyak terkandung dalam abu hasil
Gambar 2 Kalorimeter bom.
pembakaran briket adalah silikat. Kandungan
silikat yang tinggi menunjukkan kadar abu
yang tinggi dalam briket. Kadar abu yang BAHAN DAN METODE
terkandung pada briket akan mempengaruhi
nilai kalornya. Semakin tinggi kadar abu yang Alat dan Bahan
terkandung dalam briket maka semakin Alat-alat yang digunakan adalah cawan
rendah nilai kalornya (Listiyanawati et al. porselin, desikator, oven, tanur, cetakan
2008). briket, alat pengempa hidrolik manual,
kalorimeter bom adiabatis. Bahan-bahan yang
digunakan adalah ampas sagu dari industri
4
Campuran yang dibuat tergantung pada Bagian yang hilang pada pemanasan 950°C
ukuran serbuk, macam perekat, jumlah Merupakan zat selain air, karbon terikat,
perekat, dan tekanan pengempaan yang dan abu yang terdapat dalam arang, terdiri
dilakukan dari cairan dan sisa ter yang tidak habis dalam
Achmad (1991) menyatakan bahwa proses karbonisasi. Bagian yang hilang pada
untuk setiap 1 kg serbuk arang cukup pemanasan 950 °C dalam arang mempunyai
dicampurkan dengan perekat yang terdiri atas batas maksimum 40% dan batas minimum
30 gram tepung tapioka (3% dari berat serbuk 5%, hal ini akan mempengaruhi
arang) dan air sebanyak 1liter. Kadar perekat kesempurnaan pembakaran, laju pembakaran,
dalam briket tidak boleh terlalu tinggi karena dan intensitas api (Raharjo 2006)
dapat mengakibatkan penurunan mutu briket
arang yang sering menimbulkan banyak asap. Nilai Kalor
Nilai kalor suatu bahan bakar biomassa
Pencirian Briket adalah jumlah energi panas (kJ) yang dapat
dilepaskan pada setiap satu satuan berat bahan
Mutu briket yang baik adalah briket yang
bakar (kg) tersebut apabila terbakar habis
memenuhi standar mutu agar dapat digunakan
dengan sempurna (SNI 01-6235-2000). Suatu
sesuai dengan keperluannya. Sifat-sifat
bahan bakar disebut terbakar habis dan
penting dari briket yang mempengaruhi
sempurna apabila seluruh kandungan unsur
kualitas bahan bakar adalah sifat fisik dan
karbon (C) dalam bahan bakar tersebut
kimia, seperti kadar air, kadar abu, bagian
bereaksi dengan oksigen menjadi karbon
yang hilang pada pemanasan 950 °C, dan nilai
dioksida (CO2). Energi panas (kalor) yang
kalor.
dilepaskan dapat dipindahkan ke lingkungan
dengan cara hantaran (konduksi), edaran
Kadar Air
(konveksi), atau pancaran (radiasi).
Besarnya persentase nilai kadar air
Salah satu jenis pengukur nilai kalor
berbanding terbalik dengan jumlah nilai kalor
adalah kalorimeter bom (Gambar 2). Bagian
yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar air
utama alat ini adalah bejana reaksi yang
semakin rendah nilai kalor dan daya
diletakkan dalam bejana yang lebih besar
pembakarannya. Listiyanawati et al. (2008)
sehingga terdapat rongga udara di antarakedua
menjelaskan bahwa kadar air sangat
bejana tersebut yang berfungsi sebagai
mempengaruhi nilai kalor dan efisiensi
isolator perpindahan kalor. Prinsip yang
pembakaran suatu briket karena panas yang
digunakan pada alat ini adalah perubahan
tersimpan dalam briket terlebih dahulu
suhu fluida pada volume tetap, dimana reaksi
digunakan untuk mengeluarkan air yang ada
pembakaran terjadi dalam bejana tertutup dan
sebelum menghasilkan panas yang dapat
disebut bom.
dipergunakan sebagai panas pembakaran
Kadar Abu
Merupakan ukuran kandungan material
dan berbagai material anorganik di dalam
benda uji. Kadar abu setiap arang berbeda-
beda tergantung jenis bahan baku arang.
Arang yang baik memiliki kadar abu sekitar
3% (Subadra 2005). Senyawa yang terdapat
dalam abu meliputi SiO2, Al2O3, P2O5, Fe2O3,
dan lain-lain (Raharjo 2006). Senyawa yang
banyak terkandung dalam abu hasil
Gambar 2 Kalorimeter bom.
pembakaran briket adalah silikat. Kandungan
silikat yang tinggi menunjukkan kadar abu
yang tinggi dalam briket. Kadar abu yang BAHAN DAN METODE
terkandung pada briket akan mempengaruhi
nilai kalornya. Semakin tinggi kadar abu yang Alat dan Bahan
terkandung dalam briket maka semakin Alat-alat yang digunakan adalah cawan
rendah nilai kalornya (Listiyanawati et al. porselin, desikator, oven, tanur, cetakan
2008). briket, alat pengempa hidrolik manual,
kalorimeter bom adiabatis. Bahan-bahan yang
digunakan adalah ampas sagu dari industri
5
rakyat Cimahpar, tepung kanji komersil, dan diatur suhunya sebesar 105 °C selama 3 jam
air. dan didinginkan dalam desikator, kemudian
ditimbang sampai bobot tetap. Penentuan
Metode Penelitian kadar air dilakukan sebanyak dua kali ulangan
(duplo).
Penelitian terdiri atas beberapa tahap.
Tahap pertama adalah pembuatan briket yang
terdiri dari pengeringan ampas sagu,
Keterangan :
pengarangan, pembuatan perekat,
A = Bobot cawan + sampel
pencampuran dengan perekat, pencetakan dan
B = Bobot cawan kosong
pengempaan, serta pengeringan briket. Tahap
C = Bobot sampel awal
kedua adalah pengujian briket yang terdiri
dari penentuan kadar air, kadar abu, bagian
Penentuan Kadar Abu (SNI 06-3730-1995)
yang hilang pada pemanasan 950 °C, dan nilai
Cawan porselin dikeringkan di dalam
kalor. Bagan alir penelitian dapat dilihat pada
tanur listrik bersuhu 600 °C selama 30 menit.
Lampiran 1.
Selanjutnya cawan didinginkan dalam
desikator selama 30 menit, dan ditimbang
Pengeringan Ampas Sagu
bobot kosongnya. Kemudian dimasukkan
Ampas sagu dijemur di bawah sinar
sampel ke dalam cawan tersebut hingga
matahari sampai kering udara selama tiga hari.
diperoleh bobot sampel sebanyak satu
gram.Sampel tersebut dipijarkan di atas nyala
Pengarangan
api pembakar bunsen sampai tidak berasap
Pengarangan dilakukan di dalam klin
lagi. Setelah itu, dimasukkan ke dalam tanur
drum selama 5–7 jam dengan suhu
listrik dengan suhu 850 °C sampai sampel
500–600 °C, kemudian didinginkan selama 7
menjadi abu selama 4 jam. Setelah abu
jam.
berwarna putih, cawan yang berisi abu
diangkat dari dalam tanur dan didinginkan
Pembuatan Perekat
dalam desikator, lalu ditimbang. Penentuan
Tepung kanji dicampur dengan air
kadar abu dilakukan sebanyak dua kali
dengan perbandingan komposisi 1:12,
ulangan (duplo).
selanjutnya dipanaskan dan diaduk sampai
mengental.
(a)
8
Kadar abu
17.6 6 9 6 kadar bagian yang hilang pada suhu 950 °C
(%)
ini belum memenuhi standar mutu briket yang
17
ada di Indonesia yaitu kurang dari 15%. Hasil
3 5 7 yang didapatkan menunjukkan bahwa
Perekat (%) semakin tinggi konsentrasi perekat yang
Gambar 7 Kadar abu briket ampas sagu digunakan maka kadar zat menguap akan
terhadap konsentrasi perekat. semakin tinggi pula karena kandungan
organik semakin banyak sehingga lebih
Kadar abu yang tinggi dapat disebabkan banyak pula bagian yang dengan mudah
dari berbagai garam yang terendapkan dalam menjadi gas atau uap pada saat proses
dinding-dinding sel dan lumen. Endapan yang pembakaran. Diketahui, bahan-bahan organik
khas adalah endapan dari berbagai garam- yang terdapat pada ampas sagu dan tepung
garam logam, seperti karbonat, silikat, oksalat, kanji menguap seluruhnya pada suhu 950 °C
dan fosfat (Eero 1995). Berdasarkan
Departemen Kesehatan R.I Komponen logam
dalam pati sagu yang banyak ditemukan 52 51.8577
Laju pembakaran
tinggi, maka akan semakin baik pula mutu 0.13
(g/menit)
briket biomassa yang dihasilkan. Berdasarkan 0.1
hasil penentuan nilai kalor pada Gambar 9, 0.0946
menunjukkan bahwa semakin besar jumlah 0.07
perekat yang digunakan maka nilai kalor yang 0.0503
0.04
dihasilkan semakin rendah.
3 5 7
Perekat (%)
7100 Gambar 10 Laju pembakaran briket ampas
Nilai kalor (Kal/g)
6946.7 sagu.
6900
6700 Pada perekat 3% briket yang dihasilkan cukup
rapuh sehingga mengakibatkan laju
6500 6502.4 pembakarannya semakin meningkat yaitu
6327.4 0.0503 g/menit dan panas yang tidak merata.
6300
Briket dengan perekat 5% mempunyai bentuk
3 5 7 yang cukup kuat dan tidak terlalu rapuh
Perekat (%) seperti pada briket dengan komposisi perekat
Gambar 9 Nilai kalor briket ampas sagu 3%, waktu penyalaan cepat, dan laju
terhadap konsentrasi perekat. pembakarannya lama, yaitu 0.0946 g/menit.
Sedangkan pada briket dengan komposisi
Nilai kalor pada briket ampas sagu, perekat 7% dihasilkan briket dengan kualitas
cenderung lebih dipengaruhi oleh kadar zat yang bagus tetapi memiliki nilai kalor paling
menguap. Semakin rendah kadar abu, dan rendah, dengan penyalaan yang lama dan laju
kadar zat menguap maka nilai kalor akan pembakarannya cepat, yaitu 0.1478 g/menit.
semakin tinggi. Hal ini berarti, semakin besar Laju pembakaran yang cepat dikarenakan
konsetrasi perekat yang digunakan, maka zat kadar zat menguap yang tinggi.
mudah menguap cenderung semakin besar
sehingga nilai kalor briket biomassa akan
semakin berkurang. Suhu yang lebih besar
daripada penentuan kadar abu, akan membuat
reaksi penguraian perekat dan partikel-partikel
yang saling terikat lebih cepat. Semakin besar
jumlah perekat, partikel–partikel yang terikat
juga semakin besar. Kadar abu dan kadar zat
menguap yang didapatkan tinggi dan tidak
sesuai dengan standar mutu briket di Gambar 11 Briket dengan variasi perekat 3%,
Indonesia, namun nilai kalor briket ampas 5% , dan 7%.
sagu yang diperoleh masih memenuhi standar
mutu briket di Indonesia yaitu diatas 5000 SIMPULAN DAN SARAN
Kal/g
Briket dikatakan memiliki mutu yang Simpulan
baik bila memiliki nilai kalor yang tinggi,
kadar air, kadar abu, zat menguap yang Berdasarkan nilai kalor yang memenuhi
rendah, laju pembakarannya rendah, menyala standar briket arang kayu Indonesia (SNI 06-
dengan baik dan memberikan panas secara 3730-1995), diperoleh bahwa briket ampas
merata, selain itu bersih, tidak menempel sagu dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
ditangan. Briket ampas sagu dengan variasi bakar alternatif.
perekat belum memberikan hasil yang
maksimal. Jumlah konsentrasi perekat juga
menentukan laju pembakaran (Gambar 10)
dan tingkat kerapuhan briket seperti terlihat
pada Gambar 11.
9
Laju pembakaran
tinggi, maka akan semakin baik pula mutu 0.13
(g/menit)
briket biomassa yang dihasilkan. Berdasarkan 0.1
hasil penentuan nilai kalor pada Gambar 9, 0.0946
menunjukkan bahwa semakin besar jumlah 0.07
perekat yang digunakan maka nilai kalor yang 0.0503
0.04
dihasilkan semakin rendah.
3 5 7
Perekat (%)
7100 Gambar 10 Laju pembakaran briket ampas
Nilai kalor (Kal/g)
6946.7 sagu.
6900
6700 Pada perekat 3% briket yang dihasilkan cukup
rapuh sehingga mengakibatkan laju
6500 6502.4 pembakarannya semakin meningkat yaitu
6327.4 0.0503 g/menit dan panas yang tidak merata.
6300
Briket dengan perekat 5% mempunyai bentuk
3 5 7 yang cukup kuat dan tidak terlalu rapuh
Perekat (%) seperti pada briket dengan komposisi perekat
Gambar 9 Nilai kalor briket ampas sagu 3%, waktu penyalaan cepat, dan laju
terhadap konsentrasi perekat. pembakarannya lama, yaitu 0.0946 g/menit.
Sedangkan pada briket dengan komposisi
Nilai kalor pada briket ampas sagu, perekat 7% dihasilkan briket dengan kualitas
cenderung lebih dipengaruhi oleh kadar zat yang bagus tetapi memiliki nilai kalor paling
menguap. Semakin rendah kadar abu, dan rendah, dengan penyalaan yang lama dan laju
kadar zat menguap maka nilai kalor akan pembakarannya cepat, yaitu 0.1478 g/menit.
semakin tinggi. Hal ini berarti, semakin besar Laju pembakaran yang cepat dikarenakan
konsetrasi perekat yang digunakan, maka zat kadar zat menguap yang tinggi.
mudah menguap cenderung semakin besar
sehingga nilai kalor briket biomassa akan
semakin berkurang. Suhu yang lebih besar
daripada penentuan kadar abu, akan membuat
reaksi penguraian perekat dan partikel-partikel
yang saling terikat lebih cepat. Semakin besar
jumlah perekat, partikel–partikel yang terikat
juga semakin besar. Kadar abu dan kadar zat
menguap yang didapatkan tinggi dan tidak
sesuai dengan standar mutu briket di Gambar 11 Briket dengan variasi perekat 3%,
Indonesia, namun nilai kalor briket ampas 5% , dan 7%.
sagu yang diperoleh masih memenuhi standar
mutu briket di Indonesia yaitu diatas 5000 SIMPULAN DAN SARAN
Kal/g
Briket dikatakan memiliki mutu yang Simpulan
baik bila memiliki nilai kalor yang tinggi,
kadar air, kadar abu, zat menguap yang Berdasarkan nilai kalor yang memenuhi
rendah, laju pembakarannya rendah, menyala standar briket arang kayu Indonesia (SNI 06-
dengan baik dan memberikan panas secara 3730-1995), diperoleh bahwa briket ampas
merata, selain itu bersih, tidak menempel sagu dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
ditangan. Briket ampas sagu dengan variasi bakar alternatif.
perekat belum memberikan hasil yang
maksimal. Jumlah konsentrasi perekat juga
menentukan laju pembakaran (Gambar 10)
dan tingkat kerapuhan briket seperti terlihat
pada Gambar 11.
10
Abdullah K. 2002. Biomass Energy Potential Haryanto B, P. Panglolo. 1992. Potensi dan
and Utilization in Indonesia. Bogor: Pemanfaatan Sagu. Yogyakarta :
Institut Pertanian Bogor. Kanisius
Achmad R. 1991. Briket Arang Lebih dari Jankwoska H, Swiatkowki A, Choma J. 1991.
Kayu Bakar. Neraca 10(4) : 21-22. Activated Carbon. England : Ellis
Horwood Limited
Agustina SE. 2006. Densification Technology.
Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian Josep S, Hislop D. 1981. Residu Briquetting
IPB. in Development Countries. London :
Aplyed Science Publisher.
Agustina SE dan A. Syafrian. 2005. Mesin
Pengempa Briket Biomassa, salah Satu Karch GE dan Boutette. 1983. Charcoal Small
Penyediaan Bahan Bakar Pengganti Scale Production. German Approriate
BBM untuk Rumah Tangga dan Industri Technology Exchange, Federal Republic
Kecil. Di Dalam : Seminar Nasional dan of Germany.
Kongres Perteta. Bandung
Kiat LJ. 2006. Preparation and
ASTM. 1959. Coal and coke D-5. Philadelpia Characterization of Carboxymethyl Sago
: American Society for Testing and Waste and Hydrogel.[tesis]. Malaysia :
Material. Universiti Putra Malaysia.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional SNI 01- Komarayati S, Setiawan D, Mahpudin. 2004.
6235-2000. Briket Arang Kayu. Jakarta : Beberapa sifat dan pemanfaatan arang
Badan Standarisasi Nasional dari serasah dan kulit kayu Pinus. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan 22 : 17-22.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional SNI 06-
3730-1995. Arang Aktif Teknis. Jakarta : Lakuy H, J Limbongan. 2003. Beberapa hasil
Badan Standsarisasi Nasional. kajian dan teknologi yang diperlukan
untuk pengembangan sagu di Provinsi
Eero Sjocstrom. 1995. Kimia kayu Dasar- Papua. Prosiding Seminar Nasional Sagu.
Dasar dan Penggunaan Edisi kedua.Dr. Manado, 6 Oktober 2003. Manado : Balai
Hardjono Sostrohamidjojo, penerjemah; Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma
Prof.Dr.Ir. Soenardi Prawirohatmodjo. Lain.
Editor. Finlandia: Academic Press. Limbongan J, Hanafiah A, M Ngobe. 2005.
Terjemahan dari : Wood Chemistry, Pengembangan Sagu Papua. Papua:
Fundamentals and Application, Second Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Edition. Papua.
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
10
Abdullah K. 2002. Biomass Energy Potential Haryanto B, P. Panglolo. 1992. Potensi dan
and Utilization in Indonesia. Bogor: Pemanfaatan Sagu. Yogyakarta :
Institut Pertanian Bogor. Kanisius
Achmad R. 1991. Briket Arang Lebih dari Jankwoska H, Swiatkowki A, Choma J. 1991.
Kayu Bakar. Neraca 10(4) : 21-22. Activated Carbon. England : Ellis
Horwood Limited
Agustina SE. 2006. Densification Technology.
Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian Josep S, Hislop D. 1981. Residu Briquetting
IPB. in Development Countries. London :
Aplyed Science Publisher.
Agustina SE dan A. Syafrian. 2005. Mesin
Pengempa Briket Biomassa, salah Satu Karch GE dan Boutette. 1983. Charcoal Small
Penyediaan Bahan Bakar Pengganti Scale Production. German Approriate
BBM untuk Rumah Tangga dan Industri Technology Exchange, Federal Republic
Kecil. Di Dalam : Seminar Nasional dan of Germany.
Kongres Perteta. Bandung
Kiat LJ. 2006. Preparation and
ASTM. 1959. Coal and coke D-5. Philadelpia Characterization of Carboxymethyl Sago
: American Society for Testing and Waste and Hydrogel.[tesis]. Malaysia :
Material. Universiti Putra Malaysia.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional SNI 01- Komarayati S, Setiawan D, Mahpudin. 2004.
6235-2000. Briket Arang Kayu. Jakarta : Beberapa sifat dan pemanfaatan arang
Badan Standarisasi Nasional dari serasah dan kulit kayu Pinus. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan 22 : 17-22.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional SNI 06-
3730-1995. Arang Aktif Teknis. Jakarta : Lakuy H, J Limbongan. 2003. Beberapa hasil
Badan Standsarisasi Nasional. kajian dan teknologi yang diperlukan
untuk pengembangan sagu di Provinsi
Eero Sjocstrom. 1995. Kimia kayu Dasar- Papua. Prosiding Seminar Nasional Sagu.
Dasar dan Penggunaan Edisi kedua.Dr. Manado, 6 Oktober 2003. Manado : Balai
Hardjono Sostrohamidjojo, penerjemah; Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma
Prof.Dr.Ir. Soenardi Prawirohatmodjo. Lain.
Editor. Finlandia: Academic Press. Limbongan J, Hanafiah A, M Ngobe. 2005.
Terjemahan dari : Wood Chemistry, Pengembangan Sagu Papua. Papua:
Fundamentals and Application, Second Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Edition. Papua.
Ma’arif S, AB Ahza, Meutia, S Harjo. 1984. Singh RK, Misra. 2005. Biofuels from
Studi Pengembangan Proses Pembuatan Biomass. Department of Chemichal.
Tepung Tapioka dari Singkong. Bogor :
FAPERTA, IPB. Singhal RS, Kennedy JF, Gopal Akrishnan
SM, knill CJ, dan Akmar PF.
Mc Clatchey W, Manner HI, Elvitch CR. 2008.Industrial production, processing,
2006. Metroxylon Amicarum, and utilization of sagu palm derived
M.Paulcoxii, M. Sago, M. Salomonense, product. Carbohydrat polymer 72:1-20
M. Vitiense, and M, Warbugii (Sago
Plam), Arecaceae (palm family) Species Subadra I, Setiaji B, Tahir I. 2005. Activated
Profiles for Pacific Island Agroforestry. carbon production from coconut Shell
[terhubung berkala]. www.traditional with (NH4)HCO3 activator as an
tree.org. [6 Juni 2011]. adsorbent in Virgin Cococnut oil
purification. Prosiding Seminar Nasional
Palungkun R. 1999. Aneka Produk Olahan DIES ke 50 FMIPA UGM; Yogyakarta,
Kelapa. Bogor : Penebar Swadaya 17 September 2005.
Raharjo IB. 2006. Mengenal Batu Bara. Sugianto Bambang. 2009. Kalor Pembakaran.
[terhubung berkala]. http : [terhubung berkala]. http : //www.chem-
//www.beritaiptek.com/zberita- is-try.org/materi-
beritaiptek-2006-02-18-Mengenal kimia/kimia_fisika1/termokimia/kalor-
Batubara.shtml. [26 Maret 2010]. pembakaran/.
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ABSTRAK
Briket biomassa dari ampas sagu dapat digunakan sebagai bahan bakar
alternatif. Briket biomassa dibuat melalui beberapa tahapan, yaitu pengarangan,
pencampuran dengan perekat, pengempaan, dan pengeringan. Pada pembuatan
briket ampas sagu digunakan perekat kanji dengan ragam 3%, 5%, dan 7%.
Pencirian mutu briket meliputi kadar air, kadar abu, bagian yang hilang pada suhu
950 °C, dan nilai kalor. Berdasarkan nilai kalor yang memenuhi standar arang
kayu Indonesia (SNI 06-3730-1995) diperoleh bahwa briket ampas sagu dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan bakar alternatif.
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul : Briket Ampas Sagu Sebagai Bahan Bakar Alternatif
Nama : Nadya Ayu Denitasari
NIM : G44062745
Menyetujui
Mengetahui
Ketua Departemen Kimia,
Tanggal lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian ini ialah Briket Ampas Sagu Sebagai Bahan Bakar Alternatif,
yang dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011
bertempat di Laboratorium Kimia Fisik dan Lingkungan, IPB.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Armi Wulanawati, S.Si,
M.Si selaku pembimbing pertama dan Ibu Henny Purwaningsih Suyuti, S.Si,
M.Si. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, saran, dan
dorongan selama pelaksanaan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.
Ungkapan terima kasih penulis berikan kepada seluruh keluarga tercinta, Mama,
Papa, Kakek, Nenek, Dicko, dan Fiki yang selalu memberikan semangat, doa, dan
kasih sayang kepada penulis. Terima kasih juga kepada Bapak Nano, Ibu Ai,
Bapak Ismail, Bapak Eman, Bapak Sabur atas fasilitas dan bantuan yang diberikan
selama penelitian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Apple’s,
Kacrud’s, Lele, Mitha, Ranti, Keke, Agnes dan semua teman-teman KIMIA 43
yang turut membantu memberikan semangat dan dukungannya dalam penyusunan
karya ilmiah.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
Halaman
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Halaman
Campuran yang dibuat tergantung pada Bagian yang hilang pada pemanasan 950°C
ukuran serbuk, macam perekat, jumlah Merupakan zat selain air, karbon terikat,
perekat, dan tekanan pengempaan yang dan abu yang terdapat dalam arang, terdiri
dilakukan dari cairan dan sisa ter yang tidak habis dalam
Achmad (1991) menyatakan bahwa proses karbonisasi. Bagian yang hilang pada
untuk setiap 1 kg serbuk arang cukup pemanasan 950 °C dalam arang mempunyai
dicampurkan dengan perekat yang terdiri atas batas maksimum 40% dan batas minimum
30 gram tepung tapioka (3% dari berat serbuk 5%, hal ini akan mempengaruhi
arang) dan air sebanyak 1liter. Kadar perekat kesempurnaan pembakaran, laju pembakaran,
dalam briket tidak boleh terlalu tinggi karena dan intensitas api (Raharjo 2006)
dapat mengakibatkan penurunan mutu briket
arang yang sering menimbulkan banyak asap. Nilai Kalor
Nilai kalor suatu bahan bakar biomassa
Pencirian Briket adalah jumlah energi panas (kJ) yang dapat
dilepaskan pada setiap satu satuan berat bahan
Mutu briket yang baik adalah briket yang
bakar (kg) tersebut apabila terbakar habis
memenuhi standar mutu agar dapat digunakan
dengan sempurna (SNI 01-6235-2000). Suatu
sesuai dengan keperluannya. Sifat-sifat
bahan bakar disebut terbakar habis dan
penting dari briket yang mempengaruhi
sempurna apabila seluruh kandungan unsur
kualitas bahan bakar adalah sifat fisik dan
karbon (C) dalam bahan bakar tersebut
kimia, seperti kadar air, kadar abu, bagian
bereaksi dengan oksigen menjadi karbon
yang hilang pada pemanasan 950 °C, dan nilai
dioksida (CO2). Energi panas (kalor) yang
kalor.
dilepaskan dapat dipindahkan ke lingkungan
dengan cara hantaran (konduksi), edaran
Kadar Air
(konveksi), atau pancaran (radiasi).
Besarnya persentase nilai kadar air
Salah satu jenis pengukur nilai kalor
berbanding terbalik dengan jumlah nilai kalor
adalah kalorimeter bom (Gambar 2). Bagian
yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar air
utama alat ini adalah bejana reaksi yang
semakin rendah nilai kalor dan daya
diletakkan dalam bejana yang lebih besar
pembakarannya. Listiyanawati et al. (2008)
sehingga terdapat rongga udara di antarakedua
menjelaskan bahwa kadar air sangat
bejana tersebut yang berfungsi sebagai
mempengaruhi nilai kalor dan efisiensi
isolator perpindahan kalor. Prinsip yang
pembakaran suatu briket karena panas yang
digunakan pada alat ini adalah perubahan
tersimpan dalam briket terlebih dahulu
suhu fluida pada volume tetap, dimana reaksi
digunakan untuk mengeluarkan air yang ada
pembakaran terjadi dalam bejana tertutup dan
sebelum menghasilkan panas yang dapat
disebut bom.
dipergunakan sebagai panas pembakaran
Kadar Abu
Merupakan ukuran kandungan material
dan berbagai material anorganik di dalam
benda uji. Kadar abu setiap arang berbeda-
beda tergantung jenis bahan baku arang.
Arang yang baik memiliki kadar abu sekitar
3% (Subadra 2005). Senyawa yang terdapat
dalam abu meliputi SiO2, Al2O3, P2O5, Fe2O3,
dan lain-lain (Raharjo 2006). Senyawa yang
banyak terkandung dalam abu hasil
Gambar 2 Kalorimeter bom.
pembakaran briket adalah silikat. Kandungan
silikat yang tinggi menunjukkan kadar abu
yang tinggi dalam briket. Kadar abu yang BAHAN DAN METODE
terkandung pada briket akan mempengaruhi
nilai kalornya. Semakin tinggi kadar abu yang Alat dan Bahan
terkandung dalam briket maka semakin Alat-alat yang digunakan adalah cawan
rendah nilai kalornya (Listiyanawati et al. porselin, desikator, oven, tanur, cetakan
2008). briket, alat pengempa hidrolik manual,
kalorimeter bom adiabatis. Bahan-bahan yang
digunakan adalah ampas sagu dari industri
5
rakyat Cimahpar, tepung kanji komersil, dan diatur suhunya sebesar 105 °C selama 3 jam
air. dan didinginkan dalam desikator, kemudian
ditimbang sampai bobot tetap. Penentuan
Metode Penelitian kadar air dilakukan sebanyak dua kali ulangan
(duplo).
Penelitian terdiri atas beberapa tahap.
Tahap pertama adalah pembuatan briket yang
terdiri dari pengeringan ampas sagu,
Keterangan :
pengarangan, pembuatan perekat,
A = Bobot cawan + sampel
pencampuran dengan perekat, pencetakan dan
B = Bobot cawan kosong
pengempaan, serta pengeringan briket. Tahap
C = Bobot sampel awal
kedua adalah pengujian briket yang terdiri
dari penentuan kadar air, kadar abu, bagian
Penentuan Kadar Abu (SNI 06-3730-1995)
yang hilang pada pemanasan 950 °C, dan nilai
Cawan porselin dikeringkan di dalam
kalor. Bagan alir penelitian dapat dilihat pada
tanur listrik bersuhu 600 °C selama 30 menit.
Lampiran 1.
Selanjutnya cawan didinginkan dalam
desikator selama 30 menit, dan ditimbang
Pengeringan Ampas Sagu
bobot kosongnya. Kemudian dimasukkan
Ampas sagu dijemur di bawah sinar
sampel ke dalam cawan tersebut hingga
matahari sampai kering udara selama tiga hari.
diperoleh bobot sampel sebanyak satu
gram.Sampel tersebut dipijarkan di atas nyala
Pengarangan
api pembakar bunsen sampai tidak berasap
Pengarangan dilakukan di dalam klin
lagi. Setelah itu, dimasukkan ke dalam tanur
drum selama 5–7 jam dengan suhu
listrik dengan suhu 850 °C sampai sampel
500–600 °C, kemudian didinginkan selama 7
menjadi abu selama 4 jam. Setelah abu
jam.
berwarna putih, cawan yang berisi abu
diangkat dari dalam tanur dan didinginkan
Pembuatan Perekat
dalam desikator, lalu ditimbang. Penentuan
Tepung kanji dicampur dengan air
kadar abu dilakukan sebanyak dua kali
dengan perbandingan komposisi 1:12,
ulangan (duplo).
selanjutnya dipanaskan dan diaduk sampai
mengental.
(a)
8
Kadar abu
17.6 6 9 6 kadar bagian yang hilang pada suhu 950 °C
(%)
ini belum memenuhi standar mutu briket yang
17
ada di Indonesia yaitu kurang dari 15%. Hasil
3 5 7 yang didapatkan menunjukkan bahwa
Perekat (%) semakin tinggi konsentrasi perekat yang
Gambar 7 Kadar abu briket ampas sagu digunakan maka kadar zat menguap akan
terhadap konsentrasi perekat. semakin tinggi pula karena kandungan
organik semakin banyak sehingga lebih
Kadar abu yang tinggi dapat disebabkan banyak pula bagian yang dengan mudah
dari berbagai garam yang terendapkan dalam menjadi gas atau uap pada saat proses
dinding-dinding sel dan lumen. Endapan yang pembakaran. Diketahui, bahan-bahan organik
khas adalah endapan dari berbagai garam- yang terdapat pada ampas sagu dan tepung
garam logam, seperti karbonat, silikat, oksalat, kanji menguap seluruhnya pada suhu 950 °C
dan fosfat (Eero 1995). Berdasarkan
Departemen Kesehatan R.I Komponen logam
dalam pati sagu yang banyak ditemukan 52 51.8577
Laju pembakaran
tinggi, maka akan semakin baik pula mutu 0.13
(g/menit)
briket biomassa yang dihasilkan. Berdasarkan 0.1
hasil penentuan nilai kalor pada Gambar 9, 0.0946
menunjukkan bahwa semakin besar jumlah 0.07
perekat yang digunakan maka nilai kalor yang 0.0503
0.04
dihasilkan semakin rendah.
3 5 7
Perekat (%)
7100 Gambar 10 Laju pembakaran briket ampas
Nilai kalor (Kal/g)
6946.7 sagu.
6900
6700 Pada perekat 3% briket yang dihasilkan cukup
rapuh sehingga mengakibatkan laju
6500 6502.4 pembakarannya semakin meningkat yaitu
6327.4 0.0503 g/menit dan panas yang tidak merata.
6300
Briket dengan perekat 5% mempunyai bentuk
3 5 7 yang cukup kuat dan tidak terlalu rapuh
Perekat (%) seperti pada briket dengan komposisi perekat
Gambar 9 Nilai kalor briket ampas sagu 3%, waktu penyalaan cepat, dan laju
terhadap konsentrasi perekat. pembakarannya lama, yaitu 0.0946 g/menit.
Sedangkan pada briket dengan komposisi
Nilai kalor pada briket ampas sagu, perekat 7% dihasilkan briket dengan kualitas
cenderung lebih dipengaruhi oleh kadar zat yang bagus tetapi memiliki nilai kalor paling
menguap. Semakin rendah kadar abu, dan rendah, dengan penyalaan yang lama dan laju
kadar zat menguap maka nilai kalor akan pembakarannya cepat, yaitu 0.1478 g/menit.
semakin tinggi. Hal ini berarti, semakin besar Laju pembakaran yang cepat dikarenakan
konsetrasi perekat yang digunakan, maka zat kadar zat menguap yang tinggi.
mudah menguap cenderung semakin besar
sehingga nilai kalor briket biomassa akan
semakin berkurang. Suhu yang lebih besar
daripada penentuan kadar abu, akan membuat
reaksi penguraian perekat dan partikel-partikel
yang saling terikat lebih cepat. Semakin besar
jumlah perekat, partikel–partikel yang terikat
juga semakin besar. Kadar abu dan kadar zat
menguap yang didapatkan tinggi dan tidak
sesuai dengan standar mutu briket di Gambar 11 Briket dengan variasi perekat 3%,
Indonesia, namun nilai kalor briket ampas 5% , dan 7%.
sagu yang diperoleh masih memenuhi standar
mutu briket di Indonesia yaitu diatas 5000 SIMPULAN DAN SARAN
Kal/g
Briket dikatakan memiliki mutu yang Simpulan
baik bila memiliki nilai kalor yang tinggi,
kadar air, kadar abu, zat menguap yang Berdasarkan nilai kalor yang memenuhi
rendah, laju pembakarannya rendah, menyala standar briket arang kayu Indonesia (SNI 06-
dengan baik dan memberikan panas secara 3730-1995), diperoleh bahwa briket ampas
merata, selain itu bersih, tidak menempel sagu dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
ditangan. Briket ampas sagu dengan variasi bakar alternatif.
perekat belum memberikan hasil yang
maksimal. Jumlah konsentrasi perekat juga
menentukan laju pembakaran (Gambar 10)
dan tingkat kerapuhan briket seperti terlihat
pada Gambar 11.
10
Abdullah K. 2002. Biomass Energy Potential Haryanto B, P. Panglolo. 1992. Potensi dan
and Utilization in Indonesia. Bogor: Pemanfaatan Sagu. Yogyakarta :
Institut Pertanian Bogor. Kanisius
Achmad R. 1991. Briket Arang Lebih dari Jankwoska H, Swiatkowki A, Choma J. 1991.
Kayu Bakar. Neraca 10(4) : 21-22. Activated Carbon. England : Ellis
Horwood Limited
Agustina SE. 2006. Densification Technology.
Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian Josep S, Hislop D. 1981. Residu Briquetting
IPB. in Development Countries. London :
Aplyed Science Publisher.
Agustina SE dan A. Syafrian. 2005. Mesin
Pengempa Briket Biomassa, salah Satu Karch GE dan Boutette. 1983. Charcoal Small
Penyediaan Bahan Bakar Pengganti Scale Production. German Approriate
BBM untuk Rumah Tangga dan Industri Technology Exchange, Federal Republic
Kecil. Di Dalam : Seminar Nasional dan of Germany.
Kongres Perteta. Bandung
Kiat LJ. 2006. Preparation and
ASTM. 1959. Coal and coke D-5. Philadelpia Characterization of Carboxymethyl Sago
: American Society for Testing and Waste and Hydrogel.[tesis]. Malaysia :
Material. Universiti Putra Malaysia.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional SNI 01- Komarayati S, Setiawan D, Mahpudin. 2004.
6235-2000. Briket Arang Kayu. Jakarta : Beberapa sifat dan pemanfaatan arang
Badan Standarisasi Nasional dari serasah dan kulit kayu Pinus. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan 22 : 17-22.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional SNI 06-
3730-1995. Arang Aktif Teknis. Jakarta : Lakuy H, J Limbongan. 2003. Beberapa hasil
Badan Standsarisasi Nasional. kajian dan teknologi yang diperlukan
untuk pengembangan sagu di Provinsi
Eero Sjocstrom. 1995. Kimia kayu Dasar- Papua. Prosiding Seminar Nasional Sagu.
Dasar dan Penggunaan Edisi kedua.Dr. Manado, 6 Oktober 2003. Manado : Balai
Hardjono Sostrohamidjojo, penerjemah; Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma
Prof.Dr.Ir. Soenardi Prawirohatmodjo. Lain.
Editor. Finlandia: Academic Press. Limbongan J, Hanafiah A, M Ngobe. 2005.
Terjemahan dari : Wood Chemistry, Pengembangan Sagu Papua. Papua:
Fundamentals and Application, Second Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Edition. Papua.
Ma’arif S, AB Ahza, Meutia, S Harjo. 1984. Singh RK, Misra. 2005. Biofuels from
Studi Pengembangan Proses Pembuatan Biomass. Department of Chemichal.
Tepung Tapioka dari Singkong. Bogor :
FAPERTA, IPB. Singhal RS, Kennedy JF, Gopal Akrishnan
SM, knill CJ, dan Akmar PF.
Mc Clatchey W, Manner HI, Elvitch CR. 2008.Industrial production, processing,
2006. Metroxylon Amicarum, and utilization of sagu palm derived
M.Paulcoxii, M. Sago, M. Salomonense, product. Carbohydrat polymer 72:1-20
M. Vitiense, and M, Warbugii (Sago
Plam), Arecaceae (palm family) Species Subadra I, Setiaji B, Tahir I. 2005. Activated
Profiles for Pacific Island Agroforestry. carbon production from coconut Shell
[terhubung berkala]. www.traditional with (NH4)HCO3 activator as an
tree.org. [6 Juni 2011]. adsorbent in Virgin Cococnut oil
purification. Prosiding Seminar Nasional
Palungkun R. 1999. Aneka Produk Olahan DIES ke 50 FMIPA UGM; Yogyakarta,
Kelapa. Bogor : Penebar Swadaya 17 September 2005.
Raharjo IB. 2006. Mengenal Batu Bara. Sugianto Bambang. 2009. Kalor Pembakaran.
[terhubung berkala]. http : [terhubung berkala]. http : //www.chem-
//www.beritaiptek.com/zberita- is-try.org/materi-
beritaiptek-2006-02-18-Mengenal kimia/kimia_fisika1/termokimia/kalor-
Batubara.shtml. [26 Maret 2010]. pembakaran/.
LAMPIRAN
13
Pengarangan pada
suhu 500-600ºC
selama 5-7 jam Pembuatan perekat dengan
komposisi tepung kanji : air
adalah 1:12
Pengempaan dengan
tekanan sebesar 20 ton
- -
- -
Kadar air (%) =
= 4.5472%
Keterangan :
–
Kadar abu (%) =
= 17.0253%
Keterangan :
Lampiran 4 Bagian yang hilang pada pemanasan 950 °C briket ampas sagu
= 37.8570%
Keterangan :
W1 = Sampel awal
W2 = { (Sampel+cawan) – Cawan kosong }
17
= 6812 Kal/g
Keterangan :
LAMPIRAN
13
Pengarangan pada
suhu 500-600ºC
selama 5-7 jam Pembuatan perekat dengan
komposisi tepung kanji : air
adalah 1:12
Pengempaan dengan
tekanan sebesar 20 ton
- -
- -
Kadar air (%) =
= 4.5472%
Keterangan :
–
Kadar abu (%) =
= 17.0253%
Keterangan :
Lampiran 4 Bagian yang hilang pada pemanasan 950 °C briket ampas sagu
= 37.8570%
Keterangan :
W1 = Sampel awal
W2 = { (Sampel+cawan) – Cawan kosong }
17
= 6812 Kal/g
Keterangan :