PROPOSAL PENELITIAN
Judul
Oleh:
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL...................................................................................................ii
LEMBBAR PENGESAHAN........................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................13
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................14
D. Manfaat Penelitian........................................................................................14
E. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................84
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenggara Tahun 2021 masih berdasarkan pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah yaitu sebagai Daerah Otonom, yakni Kesatuan Masyarakat
Hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan. Pada saat ini upaya
pegawai (atau saat ini lebih dikenal dengan ASN) dipertajam fungsinya oleh kementrian
inilah yang membuat panduan agar para pegawai atau ASN bisa lebih banyak
berkontribusi terhadap pemerintahan. Karena itu merujuk pada Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Pedoman Penyusunan Perjanjian Kinerja dan Pelaporan Kinerja serta Petunjuk Teknis
menjelaskan tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan sebagai penjabaran dari visi, misi,
dan strategi.
salah satu organisasi pelayanan publik selalu dituntut untuk memberikan pelayanan
tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang serta Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun
1
2
peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam
sengketa, konflik dan perkara pertanahan diseluruh tanah air dan penataan perangkat
hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa konflik
kenegaraan indoneia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan
pertanahan sesuai jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan
erat dengan pelayanan masyarakat dimana BPN berperan sebagai pelayan dan masyarakat
3
sebagai pelanggan. Untuk mewujudkan peran dan fungsi tersebut perlu adanya
manajemen dan sistem yang berkesinambungan dan bersinergi satu sama lain. Peran
SDM sendiri sangat berpengaruh terhadap kinerja dari karyawan, karena sumber daya
manusia merupakan sumber daya yang paling penting dan sangat menentukan dalam
potensi yang luar biasa dan belum diberdayakan secara penuh atau menyeluruh. Jadi
dalam hal ini merupakan tugas manajer untuk memanfaatkan sumber daya itu sedemikian
rupa untuk kepentingan pencapaian tujuan organisasi, namun tetap menghargai hak dan
kewajiban terhadap SDM yang bersangkutan. Maka dalam ini BPN kembali harus
Untuk dapat mewujudkan terciptanya pemerintahan yang baik (good governance), maka
Sehubungan dengan tugas - tugas yang diemban oleh Kantor Wilayah BPN
Provinsi Sulawesi Tenggara sebagaimana tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian
untuk melihat sejauh mana tingkat kinerja pegawai yang dipengaruhi oleh budaya kerja
yang inovatif, komitmen kerja dan pengembangan potensi di Kantor Wilayah BPN
Provinsi Sulawesi Tenggara. Pegawai Kantor Wilayah BPN Provinsi Sulawesi Tenggara
Dengan kinerja yang tinggi tentu pelayanan kepada masyarakat semakin baik. Penilaian
tidak hanya dilakukan untuk membantu mengawasi sumber daya organisasi namun juga
4
untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan sumber daya yang ada dan
khususnya Kantor Wilayah BPN Provinsi Sulawesi Tenggara saat ini masih menjadi
sorotan. Kondisi ini dapat dicermati dari banyaknya tanggapan dari masyarakat terhadap
kinerja aparatur pemerintah yang belum menunjukkan kapabilitas yang tinggi serta tidak
masyarakat terhadap kinerja aparat pemerintah. Fakta tersebut tercermin pula dari
banyaknya penyimpangan yang terjadi dalam birokrasi yang disinyalir disebabkan oleh
rendahnya kinerja sumber daya manusia pada instansi pemerintah tersebut. Masalah lain
Masalah kinerja pegawai yang dihadapi Kantor Wilayah BPN Provinsi Sulawesi
Tenggara selama ini, antara lain: belum terselesaikan tugas-tugas secara berkualitas
masyarakat oleh sistem pelayanan yang ada, pegawai tidak disiplin baik berdasarkan
aspek kehadiran kerja maupun kepatuhan terhadap peraturan jam kerja sehingga
berakibat pada penyelesaian pekerjaan tidak tepat waktu dan efisiensi waktu perbaikan,
pemahaman pegawai atas job description masih bervariasai sehingga penyelesaian tugas
belum mencapai hasil yang optimal, sistem kerja yang cenderung bersifat rutinitas
Tenggara yang rendah dalam penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
5
juga menjadi salah satu faktor rendahnya kinerja pegawai, seperti penggunaan sistem
daerah sangatlah penting karena untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu sistem
baru yang diterapkan pada instansi (khususnya instansi pemerintah daerah), salah satunya
adalah kesiapan sumber daya yang akan mengelola dan menjalankan sistem tersebut.
berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti disebabkan kurang baik budaya
kerja yang dimiliki oleh pegawai, diantaranya masih ada pegawai sering keluar masuk
kantor tanpa kepentingan dan alasan yang jelas dan bertanggung jawab sehingga
organisasi terlihat tidak disiplin oleh masyarakat, pegawai tidak berusaha melakukan
inovasi baru dalam melakukan pekerjaan sehingga pekerjaan dilakukan dengan cara yang
sama tanpa adanya perubahan. Hal ini terlihat dari hasil kerja pegawai yang tidak
melakukan pekerjaan sehingga jam kerja efektif sering tidak dimanfaatkan dengan baik
perintah dari atasan untuk melakukan pekerjaan sehingga hasil yang diperoleh kurang
maksimal, hal ini terlihat dari pegawai yang melakukan pekerjaan tergesa-gesa saat
pimpinan membutuhkan segera. Pegawai sering menganggap mudah dan tidak peduli
terhadap pekerjaan sehingga hasil pekerjaan sering tidak memuaskan. Hal ini terlihat dari
beberapa pegawai yang melakukan pekerjaan semampunya saja tanpa ada rasa ingin
untuk melakukan lebih terhadap hasil kerjanya. Dari beberapa fenomena yang telah
dijelaskan, adanya budaya kerja pegawai Kantor Wilayah BPN Provinsi Sulawesi
6
Tenggara masih rendah, namun masih banyak beberapa pegawai telah memahami dan
Selain budaya kerja, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bahwa
komitmen kerja pegawai juga dinilai masih kurang. Indikasi rendahnya komitmen kerja
pegawai dapat digambarkan dengan adanya catatan dari pimpinan bahwa terdapat
beberapa pegawai yang pindah dari organisasi, ada beberpa pegawai suka terlambat
masuk kerja, suka bolos kerja dan meninggalkan jam kerja, namun masih banyak
pegawai yang memiliki komitmen kerja yang baik. Kemudian, kurangnya pengembangan
potensi pegawai kantor Wilayah BPN Provinsi Sulawesi Tenggara disinyalir menjadi
salah satu rendahnya kinerja pegawai. Hal ini terlihat dari kurangnya pembinaan terhadap
kurangnya program-program pelatihan dan pendidikan yang dilakukan oleh BPN Sultra
grand theory dalam membangun konsep studi ini yaitu menginvestigasi dan menjelaskan
pengaruh antara konstruk dimensi budaya kerja, komitmen kerja, pengembangan potensi
dan kinerja pegawai adalah teori Manajemen SDM. Menurut Amstrong (2009:3) MSDM
adalah pendekatan strategis, terpadu dan koheren untuk pelaksanaan pekerjaan pegawai,
Amstrong (2009:8) menyatakan pengelolaan aset organisasi yang paling bernilai yaitu
para pegawai yang bekerja baik secara individu maupun bersama-sama yang
berkontribusi pada pencapaian tujuan pegawai dan organisasi. Konsisten dengan Dressler
melatih, pemberian kompensasi, penilaian hasil kerja pegawai, menjalin hubungan kerja,
kesehatan, keamanan dan masalah keadilan. Selanjutnya manajemen SDM adalah sistem
rancangan formal yang memiliki keterkaitan erat dengan aktivitas dalam organisasi agar
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian kinerja dan sasaran organisasi Malthis
Merujuk pada teori MSDM untuk menginvestigasi dan menguji hubungan antara
konstruk dalam studi ini difokuskan pada kinerja pegawai. Konsep kinerja pegawai atau
prestasi kerja adalah ukuran untuk mengidentifikasi hasil akhir dari pencapaian pegawai
terhadap tugas yang diemban pegawai dalam organisasional. Dalam studi ini, teori yang
digunakan untuk menjelaskan konstruk kinerja pegawai adalah performance theory yang
dikemukakan oleh Amstrong (2009:3) dan Dessler (2015). Mathis dan Jackson (2009)
kuantitas keluaran, kualitas keluaran, ketepatan waktu keluaran, kehadiran atau kehadiran
pada pekerjaan, efisiensi pekerjaan yang diselesaikan dan efektivitas pekerjaan yang
diselesaikan. Price (2001) sependapat dengan definisi di atas ketika dia menyebut kinerja
keseluruhan individu dan evaluasi lingkungan kerja. Demikian pula, Mastrangelo et al.
(2014) menekankan bahwa efektivitas organisasi terletak pada efisiensi setiap individu
karyawannya. Berdasarkan literatur, ukuran kinerja pegawai dalam penelitian ini diukur
melalui indikator efisiensi kerja, perencanaan kerja, kreativitas dan inovasi dan upaya
kerja yang diadopsi dari Nana dan Mishra (2018). Peningkatan kinerja pegawai pada
8
organisasi publik secara teoritis maupun empiris dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
dalam upaya membangun sumber daya manusia, proses kerja, dan hasil kerja yang lebih
Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2012). Triguno (2004:1) menyatakan budaya kerja
sudah lama dikenal manusia, namun belum disadari bahwa suatu keberhasilan kerja
berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaan. Nilai-nilai
tersebut bermula dari adat istiadat, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinan
pada diri pelaku pekerja atau organisasi. Kemudian, Robbins (2008:256) budaya kerja
merupakan sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang
pendapat Sulaksono (2002), budaya kerja adalah sikap dan perilaku pegawai dalam
melaksanakan tugas. Berdasarkan literatur, pengukuran budaya kerja dalam penelitian ini
diukur melalui indikator keterlibatan, konsistensi, kemampuan beradaptasi dan misi yang
positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi oleh Suradi (2019); Park & Doo
(2019); Soomro & Shah (2019); Raharjo, et al (2019); Senjaya & Anindita (2020); dan
Setyawati, et al (2020). Namun masih terdapat kesenjangan hasil penelitian oleh Luly
(2016) yang memenukan budaya kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap komitmen
organisasi. Selanjutnya hasil penelitian yang telah membuktikan bahwa bahwa budaya
kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai oleh Zhao, et al (2018);
9
Bassem dan Sahb (2018); Oyemomi, et al (2018); Sudarman (2018), Muhajirin (2020)
dan Atijah & Bahri (2021) menemukan bahwa budaya kerja berpengaruh positif dan
penelitian oleh Artina, dkk (2014) menemukan budaya kerja berpengaruh tidak signifikan
terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan kesenjangan hasil penelitian atau masih terdapat
organisasi dan kinerja pegawai, obyek yang diteliti, metode analisis, jumlah sampel dan
dasar teori yang digunakan. Belum adanya konsep yang jelas terhadap indikator
pengukuran budaya kerja, komitmen organisasi dan kinerja pegawai merupakan celah
peneliti ini untuk melakukan pengujian kembali terhadap pengaruh konstruk budaya kerja
Kedua¸ pengembangan potensi SDM. Dasar teori yang digunakan adalah Human
yang dirancang secara strategis yang berorientasi pada proses organisasi yang
berkontribusi pada keberhasilan atau kinerja organisasi Werner dan DeSimone (2006:28).
Selanjutnya Haslinda (2009) dan Swanson dan Holton (2009:67) bahwa praktik
meningkatkan efektivitas atau kinerja organisasi. Konsisten dengan Kehoe dan Wright
10
(2013) berpendapat bahwa pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor dasar
bagi karyawan untuk memperoleh kompetensi yang pada gilirannya secara signifikan
pengembangan SDM dalam penelitian ini diukur melalui indikator pengembangan karir,
pelatihan dan pengembangan, penilaian kinerja, dan kompensasi yang diadopsi dari Nana
berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi oleh Uaron (2017);
Torlak et al. (2018) dan Jawaad, et al (2019). Namun masih terdapat kesenjangan hasil
penelitian oleh Murat (2014) menemukan dari 2 dimensi pengembangan potensi SDM
meliputi rekrutmen dan seleksi, penilaian kinerja berpengaruh negatif terhadap komitmen
pengembangan potensi SDM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai
oleh Berber dan Lokivic (2018), Cristiani dan Peiró (2019), Gahlawat dan Kundu (2019),
Ahmad et al. (2019), Uraon dan Gupta (2019), Nana et al. (2019) dan Abu et al. (2019)
yang menyatakan bahwa pengembangan potensi SDM berpengaruh positif dan signifikan
pengembangan potensi SDM terhadap kinerja pegawai. Hasil penelitian Khan et al.
(2019) dan Dodik dan Mardiana (2017) menemukan pengembangan SDM berpengaruh
tidak signifikan terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan kesenjangan hasil penelitian atau
pengembangan potensi SDM dan kinerja pegawai, obyek yang diteliti, metode analisis,
jumlah sampel dan dasar teori yang digunakan. Belum adanya konsep yang jelas terhadap
11
indikator pengukuran pengembangan potensi SDM dan kinerja pegawai merupakan celah
komitmen kerj3a terhadap kinerja pegawai oleh Amstrong (2009:215) terdapat hubungan
yang kuat antara komitmen kerja terhadap kinerja pegawai. Konsisten dengan pendapat
pegawai memihak pada organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya serta berniat memelihara
penelitian ini diukur melalui indikator komitmen afektif, komimen normatif dan
Hasil penelitian terdahulu oleh Farras dkk (2017), Musabah et al. (2017), Otto
(2018), Torlak et al. (2018), Soomro dan Shah (2019) dan Zeki et al. (2019) yang
menyatakan bahwa komitmen kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
Hasil penelitian terdahulu terdapat research gap pengaruh komitmen kerja terhadap
kinerja pegawai. Hasil penelitian Hendri (2019) dan Ardharn & Vinai (2018) menemukan
kesenjangan hasil penelitian atau masih terdapat kontradiksi disebabkan oleh keragaman
indikator pengukuran komitmen kerja dan kinerja pegawai, obyek yang diteliti, metode
12
analisis, jumlah sampel dan dasar teori yang digunakan. Belum adanya konsep yang jelas
terhadap indikator pengukuran komitmen kerja dan kinerja pegawai merupakan celah
peneliti ini untuk melakukan pengujian kembali terhadap pengaruh konstruk komitmen
Akhirnya, pengujian pengaruh antar konstruk penelitian ini dilakukan baik secara
universal maupun kontingensi yakni melalui peran mediasi komitmen organisasi. Alasan
terdahulu ada pengaruh budaya kerja dan pengembangan SDM tidak signifikan terhadap
kinerja pegawai, maka untuk memperbaiki pengaruh tersebut diperlukan suatu variabel
mediasi. Gambaran yang akurat tentang hubungan ini adalah bahwa komitmen organisasi
yang baik dapat menimbulkan kinerja yang tinggi. Pendekatan dalam pengujian mediasi
Pendekatan KBV menyatakan bahwa jika organisasi ingin memiliki kinerja yang tinggi,
sangat penting untuk meningkatkan komitmen kerja pegawai (Grant, 2002). Argumentasi
yang dibangun adalah eksistensi “best practices” dalam pendekatan strategis MSDM oleh
Mathis dan Jackson (2011:82) menyatakan salah satu kunci dari nilai organisasi sebagai
efek bertahannya pegawai dalam organisasi adalah komitmen kerja pada organisasi yang
tinggi.
dependen yang relevan akan berbeda untuk tingkat variabel kontingensi kritikal yang
berbeda. Karena itu dalam pengujian peran mediasi komitmen organisasi merujuk pada
teori kontingensi oleh Thompson (1967) dan Donaldson (2001) menjelaskan bahwa teori
atau metode yang ada dapat diterapkan dalam segala kondisi, namun tidak ada cara
13
terbaik untuk merancang sebuah organisasi, sehingga dapat dilakukan baik secara
universal maupun kontingensi. Penelitian terdahulu oleh Nurseta, dkk (2021) menemukan
komitmen organisasi berperan sebagai mediasi pengaruh budaya kerja terhadap kinerja
sebagai mediasi pengaruh pengembangan SDM terhadap kinerja pegawai. Tetapi jannah
(2016) menemukan komitmen organisasi tidak dapat berperan sebagai mediasi pengaruh
antara budaya kerja dengan kinerja pegawai. Kesenjangan hasil penelitian tersebut
menjadi celah peneliti untuk melakukan pengujian kembali pengaruh budaya kerja dan
pengembangan potensi SDM terhadap kinerja pegawai yang dimediasi oleh komitmen
organisasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam
komitmen organisasi?
2. Apakah budaya kerja dan pengembangan potensi SDM berpengaruh terhadap kinerja
pegawai?
4. Apakah budaya kerja dan pengembangan potensi SDM memberikan pengaruh tidak
mediasi?
14
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan
1. Mengkaji adanya fenomena kinerja pegawai yang dipengaruhi oleh berbagai factor,
terutama budaya kerja, pengembangan potensi SDM, dan komitmen organisasi pada
pengujian penelitian.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
dan menambah khasanah ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dan perilaku
organisasi khususnya yang berkaitan dengan penerapan teori budaya kerja, komitmen
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis yang dapat diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
2) Bahan referensi dan pembanding bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian
dan pembanding, tentang konsep yang tereintegrasi antara budaya kerja, komitmen
4) Bagi peneliti dapat memperoleh pengalaman belajar dalam penelitian yang realistis
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah variabel penelitian kinerja pegawai
Kantor Wilayah BPN Sultra sebagai salah satu entitas layanan publik. Hasil survei
sangat penting dan relevan dibahas dalam penelitian ini, yaitu yang berkaitan dengan
kinerja pegawai, budaya kerja, komitmen organisasi, dan pengembangan potensi SDM,
melalui tinjauan pustaka yang bersumber dari teori-teori yang berkaitan dengan variabel-
Model penelitian ini disusun berdasarkan model penelitian Uroan (2018) sebagai
dalam penelitian Otoo dan Mishra (2018), Torlak, et al(2018) dengan memasukkan
variabel pengembangan potensi SDM dan komitmen organisasi dalam penelitian ini dan
16
penelitian Rachman (2017) dengan memasukkan variabel budaya kerja dan kinerja
pendidikan, masa kerja dan sebagainya akan dianalisis dengan menggunakan statistik
deskriptif, analisis tabulasi silang, maupun analisis uji beda guna mendukung analisis
utama dengan statistik inferensial untuk menguji hubungan kausal pada model penelitian.
Penelitian ini akan melibatkan seluruh pegawai dengan jabatan pelaksana (staf)
dan pejabat fungsional, yang bertugas pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Sulawesi Tenggara. Alasan pemilihan tersebut karena peneliti bekerja di Kantor Wilayah
BPN Provinsi Sultra dan cukup mengetahui kondisi perkembangan organisasi yang
menjadi tujuan penelitian. Peneliti ingin tahu seberapa jauh pelaksanaan pengembangan
sumber daya manusia yang dilakukan di Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Budaya Kerja
Pada saat ini Budaya kerja (corporate culture) menjadi isu besar pada perusahaan
atau lembaga pemerintahan yang ingin terus hidup berkembang. Trennya kian
membuncah seiring tantangan revolusi industri 4.0 yang menuntut perubahan budaya
pada sumberdaya manusia (SDM) yang ada. Semangat yang ingin ditonjolkan pada era
tersebut adalah sistem yang cepat, adaptif, terukur, dan efisien. Pada saat
implementasinya sudah berjalan dengan masif, maka disinyalir akan banyak lapangan
pekerjaan manusia yang “dikudeta” seperangkat komputer atau robot. Oleh karena itu
budaya kerja diartikan secara bervariasi dengan maksud yang sama, berikut ini salag satu
pengertian budaya kerja yang disajikan dalam keputusan tersebut seperti budaya kerja
adalah cara pandang seseorang dalam member makna terhadao kerja. Dengan demikian,
budaya kerja merupakan cara pandang seseorang terhadap bidang yang ditekuni dan
prinsip-prinsip moral yang dimiliki, yang menumbuhkan keyakinan yang kuat atas dasar
nilai-nilai yang diyakini, memiliki semangat yang tinggi dan bersungguh-sungguh untuk
mewujudkan prestasi terbaik. Berikut ini disajikan teori budaya kerja menurut beberapa
ahli:
17
18
2) Sulakso (2002), budaya kerja adalah “the way we are doing here” atau sikap dan
3) Mangkunegara (2005), budaya kerja adalah perangkat asumsi atau sistem keyakinan,
nilai dan norma yang di kembangkan didalam organisasi yang dapat dijadikan sebagai
landasan tingkah laku bagi anggota untuk mengatasi permasalahan adaptasi eksternal
4) Nawawi (2003), budaya kerja adalah kebiasaan yang dijalankan secara berulang oleh
pendiri atau pemimpin perusahaan. Budaya ini sangat dipengaruhi oleh kriteria yang
6) Robbins (2003:11), budaya kerja merupakan suatu sistem pengertian bersama yang
dipegang oleh anggota suatu organisasi yang membedakan organisasi tersebut dari
organisasi lainnya.
sebagai tuntutan yang mengikat pada karyawan karena dapat diartikan secara formal
8) Dessler (2015), bahwa budaya kerja merupakan proses mengajar ketrampilan yang
9) Mondy (2015), budaya kerja sebagai “proses pembelajaran yang dirancang untuk
Berdasarkan beberapa definisi di atas bahwa budaya kerja merupakan salah satu
usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam organisasi karyawan, baik
yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti budaya kerja karena adanya
tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan
lain sebagainya. Robbins (2003:523) menjelaskan bagaimana budaya kerja dibangun dan
dipertahankan ditunjukkan dari filsafat pendiri dan pimpinannya. Selanjutnya budaya ini
Tindakan pimpinan akan sangat berpengaruh terhadap perilaku yang dapat diterima baik
dan yang tidak. Bagaimana bentuk sosialisasi akan tergantung kesuksesan yang dicapai
dalam menerapkan nilai-nilai dalam proses seleksi. Namun secara perlahan nilai-nilai
perubahan yang pada akhirnya akan muncul budaya kerja yang diinginkannya.
Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang
ada agar dapat meningkatkan kinerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang
akan dating. Oleh karena itu, dapat di tarik kesimpulan bahwa manfaat dari penerapan
budaya kerja yang baik : (1) meningkatkan jiwa gotong royong, (2) meningkatkan
kebersamaan, (3) saling terbuka satu sama lain, (4) meningkatkan jiwa kekeluargaan, (5)
meningkatkan rasa kekeluargaan, (6) membangun komunikasi yang lebih baik, (7)
meningkatkan kinerja, (8) tanggap dengan perkembangan dunia luar, dan lain-lain.
Menurut Triguno, dkk (2004:8) indikator budaya kerja dapat dibagi menjadi:
a. Sikap Terhadap Pekerjaan Yaitu kesukaan akan kerja dibandingkan dengan kegiatan
kelangsungan hidupnya.
b. Perilaku Pada Waktu Bekerja Seperti rajin, berdedikasi, bertanggung jawab, berhati-
hati, teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk mempelajari tuga dan kewajibannya,
Budaya kerja telah dioperasionalkan dalam sejumlah cara berbeda dalam literatur
kedua. Etzioni (1975) menjelaskan budaya kerja dengan menggunakan dua dimensi,
koersif, utilitarian, dan normatif, berdasarkan dua dimensi ini. Cameron dan Quinn
mengklasifikasikan organisasi menjadi empat jenis: (1) klan, yang memiliki fleksibilitas
dan fokus internal; (2) adhokrasi, dengan fleksibilitas dan fokus eksternal; (3) hierarki,
dengan stabilitas dan fokus internal; dan (4) pasar, yang dicirikan oleh stabilitas dan
fokus eksternal. Denison dan Mishra (1995) mengidentifikasi empat ciri budaya kerja:
Berdasarkan uraian di atas, maka studi saat ini menggunakan tiga indikator
pengukuran budaya kerja sekaligus dijadikan sebagai sub variabel yang akan diuji
pengaruhnya terhadap kinerja pegawaii, meliputi: (1) keterlibatan, (2) konsistensi, (3)
kemampuan beradaptasi, dan (4) misi yang diadopsi dari teori yang dikemukakan oleh
Peranan sumber daya manusia sangatlah penting dalam setiap organisasi, apalagi
didukung dengan sumber daya manusia yang berkualitas, dalam artian memiliki
pelayanan dapat diselenggarakan dengan tertib dan lancar. Sorotan terhadap sumber daya
manusia yang dimiliki organisasi tidak hanya ditujukan pada pemanfaatannya secara
organisasi merupakan hal yang perlu mendapat perhatian, karena melalui pengembangan
sumber daya manusia maka diharapkan kinerja daripada orang-orang yang berada di
kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan melalui
secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan
konteks pengembangan ini, yang di kembangkan adalah Sumber Daya Manusia (SDM)
dan Organisasi di dalam suatu perkumpulan atau suatu perusahaan. Manfaat dari
(fleksibilitas) organisasi yang makin besar untuk menyesuaikan diri dengan persyaratan-
Individu , Manajer , dan yang terakhir adalah Organisasi. Hal yang harus dilakukan
pelatihan dan pendidikan bagi para eksekutif untuk mengembangkan unit-unit organisasi
dalam pengertian yang sangat luas sehingga pengertian training itu sudah implisit
ataupun daya yang mempunyai kemungkinan untuk bisa dikembangkan lagi menjadi
bentuk yang lebih besar (Madjid, 2005), walaupun demikian potensi yang dimiliki tidak
ada artinya jika tidak di kembangkan dengan baik dan tepat. Hal ini sejalan dengan
“Setiap usaha untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang
melainkan dinamis.
sebagai tenaga kerja untuk mewujudkan potensinya secara maksimal melalui kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan volume dan beban kerja yang menjadi tanggung
sasaran pokok dari pembinaan pegawai yaitu usaha-usaha secara menyeluruh dalam
menyeluruh agar pelaksanaan pencapaian tujuan lebih efisien. Dalam pengertian ini,
maka istilah pengembangan potensi akan mencakup pengertian latihan dan pendidikan
yaitu sarana peningkatan mutu, keterampilan, sikap dan tingkah laku serta pengetahuan
secara umum bagi pegawai/karyawan. Arti latihan ialah suatu kegiatan untuk
dan mengizinkan SDM memikul tanggung jawab pribadi untuk meningkatkan cara
organisasi dengan baik. Beatrice (2010) dan Anastasia Katou (2017) melakukan
pengukuran terhadap pengembangan SDM yang terdiri dari lima indikator yaitu:
yang dibutuhkan perusahaan. Calon pekerja diseleksi dengan metode yang sesuai
seperti uji kompetensi (hard skill dan soft skill), psikotes dan simulasi. Calon pekerja
yang memenuhi kriteria diajukan untuk menempati posisi dan jabatan yang tersedia.
Fungsi operasional pertama dari manajemen personalia adalah berupa usaha untuk
memperoleh jenis dan jumlah yang tepat dari personalia yang diperlukan untuk
keterampilan melalui pelatihan perlu untuk prestasi kerja yang tepat. Pengembangan
merupakan kegiatan yang sangat penting dan terus tumbuh karena perubahan
seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan ketika dibandingkan dengan satu set
memadai dan layak kepada personalia untuk sumbangan kepada tujuan organisasi.
mengurangi pentingnya arti penghasilan dalam bentuk upah, namun kita tetap
erat dengan karyawan yang memahami isi pekerjaan secara tepat. Pekerjaan dibatasi
Nana dan Mridula (2018) menjelaskan bahwa pengembangan sumber daya manusia
diukur melalui empat indikator yaitu pengembangan karir, pelatihan dan pengembangan,
pengembangan karir yang terencana dengan baik yang diimbangi oleh peluang
human capital yang awalnya dikembangkan oleh Becker (1964) yang menganggap
pelatihan sebagai bentuk investasi yang mengarah pada produktivitas individu yang
lebih tinggi. Konsisten dengan pendapat Chang et al. (2011) berpendapat bahwa
3) Penilaian kinerja, adalah kegiatan yang mencakup penilaian tingkat kinerja individu
atau lainnya, mengukur dan meningkatkan kinerja dalam membantu dalam mencapai
tujuan perusahaan. Meyer and Kirsten (2005) berpendapat bahwa mengelola kinerja
sumber daya manusia merupakan bagian penting dari sebuah organisasi bagaimana
pengelolaan sumber daya manusia. Penilaian kinerja yang efektif harus mencakup
Sumber daya manusia yang terintegrasi dengan strategi manajemen kinerja memiliki
remunerasi yang kompetitif dan imbalan yang setara terkait dengan efisiensi dan
merupakan faktor motivasi utama bagi karyawan agar terus berusaha dalam upaya
sumber daya manusia dalam riset ini menggunakan lima indikator, yaitu: (1)
pengembangan karir (2) pelatihan dan pengembangan, (3) penilaian kinerja, dan (4)
kompensasi yang diadopsi dari teori yang dikemukakan oleh Werner dan DeSimone
(2006:28), Swanson dan Holton (2009:67), dan hasil penelitian Nana and Mridula (2018),
3. Komitmen Organisasi
berkurang. Berikut ini akan disajikan teori komitmen kerja menurut beberapa ahli:
1) Mowday (1982), komitmen adalah keinginan anggota anggota organisasi untuk tetap
2) Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan komitmen sebagai suatu keadaan dimana
3) Luthans (1995), komitmen adalah ikatan psikologis karyawan berupa keinginan yang
sangat kuat untuk tetap bertahan menjadi karyawan perusahaan yang ditandai dengan
kemauan dalam mengerahkan semua daya dan upaya untuk kepentingan perusahaan
dengan ditandai juga dengan sikap menjunjung tinggi nilai-nilai dan tujuan
perusahaan.
organisasi untuk tetap memelihara sebuah nilai dalam upaya pencapaian tujuan
5) Robbins & Judge (2008), komitmen karyawan adalah suatu keadaan yang mana
keanggotaan dalam perusahaan tersebut, hal ini bukan mengenai jenjang karir, gaji,
dan sebagainya, melainkan kenyamanan dan persaan yang begitu mendalam untuk
kewajiban atau keharusan, atau janji atau keterlibatan (yang berhubungan dengan
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komitmen kerja atau
komitmen dalam organisasi adalah sebuah kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan-
29
Luthans (2011:147) menjelaskan komitmen kerja adalah (1) keinginan yang kuat
untuk tetap menjadi anggota organisasi; (2) kesediaan untuk berusaha meningkatkan
kemampuan diri atas nama organisasi; (3) keyakinan yang pasti dan penerimaan terhadap
nilai-niai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, komitmen kerja mencerminkan
loyalitas karyawan terhadap pekerjaannya. Allen dan Mayer yang dikutip Luthans
2. Continuance commitment, merujuk pada kesadaran akan biaya atau imbalan apabila
organisasi.
keyakinan, kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai
organisasi, kemauan yang kuat untuk bekerja demi organisasi dan tingkat sampai sejauh
mana ia tetap ingin menjadi anggota organisasi. Robbins and Judge (2015:111)
sependapat dengan Luthans (2011:148) menjelaskan ada tiga dimensi yang terpisah
yang kuat akan terus bekerja dalam suatu organisasi karena mereka memang ingin
dirasakan dari yang tersisa dengan sebuah organisasi. Komitmen ini menyebabkan
organisasi karena alasan moral atau etika. Komitmen ini menyebabkan seorang
karyawan bertahan pada suatu pekerjaan karena mereka merasa wajib untuk
melakukannya. Dengan kata lain, komitmen normatif ini berkaitan dengan perasaan
menguji komitmen kerja pada pemerintah daerah. Seorang aparatur pemerintah daerah
yang berkerja dalam suatu organisasi harus memiliki komitmen dalam menjalankan
seperti perasaan emosional untuk organisasi juga keyakinan di dalam nilai-nilainya, nilai
ekonomi yang dirasakan oleh seorang aparatur pemerintah daerah tersebut dalam
bertahan di organisasinya dan juga adanya alasan-alasan moral atau etis (Robbins and
Judge (2015:103)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada tiga aspek penting dalam
komitmen kerja yaitu identifikasi, keterlibatan dan loyalitas. Ketiga aspek ini sangat
penting untuk menumbuhkan komitmen anggota dalam rangka pencapaian tujuan baik
berdasarkan nilai-nilai yang dimiliki dan diwujudkan melalui perilaku. Dalam penelitian
ini indikator pengukuran komitmen kerja yaitu: (1) komitmen afektif, (2) komitmen
normatif dan (3) komitmen kontinuan yang diadopsi dari teori komitmen organisasi yang
dikemukakan Meyer & Allen (1991); Luthan (2011:148), Colquitt et al. (2015:64) dan
4. Kinerja Pegawai
Performance atau yang lebih dikenal dengan kinerja adalah hasil kerja yang dapat
di capai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan
organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral
maupun etika. Kinerja dapat diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam rencana strategi suatu organisasi.
Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan
individu atau kelompok individu. Setiap pegawai mempunyai potensi untuk bertindak
dalam berbagai bentuk aktivitas. Kemampuan bertindak itu dapat diperoleh manusia baik
secara alami (ada sejak lahir) atau dipelajari. Walaupun manusia mempunyai potensi
untuk berperilaku tertentu tetapi perilaku itu hanya diaktualisasi pada saat-saat tertentu
saja. Potensi untuk berperilaku tertentu itu disebut ability (kemampuan), sedangkan
ekspresi dari potensi ini dikenal sebagai performance (kinerja). Sedarmayanti (2007)
pengertian kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung
32
jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara
legal tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Kinerja dapat diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut
memiliki kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa
tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa adanya tujuan serta
target, kinerja seseorang atau organisasi tidak dapat diketahui karena tidak ada tolok
ukurnya. Bernadin, (2007) Kinerja dinyatakan sebagai catatan outcomes yang dihasilkan
dari aktivitas, selama kurun waktu tertentu. Mangkunegara (2009), berpendapat bahwa
kinerja adalah “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. yang menjadi tolak ukur dari Kinerja, yaitu Kuantitas, Kualitas, dan
Ketepatan waktu. Pengertian kinerja disebut juga sebagai prestasi kerja atau dalam
bahasa Inggris disebut dengan performance. Pada prinsipnya, istilah lain yang lebih
menggambarkan pada “prestasi” dalam bahasa Inggris yaitu kata “achievement”. Karena
kata tersebut berasal dari kata “to achieve” yang berarti “mencapai”, maka dalam bahasa
Indonesia sering diartikan menjadi “pencapaian” atau “apa yang dicapai”. Kinerja
aktivitasnya dalam periode tertentu (biasanya dalam satu tahun). Kinerja adalah
merupakan cerminan, apakah organisasi atau perusahaan telah berhasil atau belum dalam
usaha bisnisnya.
dari konsep produktivitas. Pada awalnya orang sering kali menggunakan istilah
tujuan atas sasaran tertentu. Paradigma produktivitas yang baru adalah paradigma kinerja
secara aktual yang menuntuk pengukuran secara aktual keseluruh kinerja organisasi, tidak
hanya efisiensi atau demensi fisik tetapi juga demensi non fisik (Intagible). Mathis dan
dengan satu set standar, dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para karyawan.
Terkait dengan konsep kinerja Rummler dan Barch (1995) mengemukkan ada tiga level
kinerja yaitu:
1) Kinerja organisasi merupakan pencapaian hasil (outcame) pada level atau unit analisis
organisasi.
2) Kinerja Proses merupakan kinerja pada proses tahapan dalam menghasilkan produk
atau pelayanan.
pekerjaan.
tertentu. Kinerja Organisasi merupakan akumulasi kinerja semua unit- unit organisasi
(penjumlahan kinerja semua orang). Dalam berbagai literatur, pengertian tentang kinerja
sangat beragam, akan tetapi dari berbagai perbedaan dapat dikategorikan dalam dua garis
besar yaitu:
kinerja merupakan catatan hasil yang diproduksi (dihasilkan) atas fungsi pekerjaan
2) Kinerja merujuk pngertian sebagai perilaku. Terkait dengan kinerja sebagai perilaku
keahlian dalam rangka peningkatan produktivitas yang dapat diukur dan dinilai.
seseorang. Kinerja dapat pula digunakan untuk menilai suatu organisasi atau perusahaan
atau unit dan divisi dalam perusahaan. Nawawi (2005), menggunakan istilah kinerja
dengan sebutan karya. Istilah karya dimaksudkan adalah hasil pelaksanaan suatu
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja
merupakan suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan efektifitas operasional
suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan standar dan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan teori di atas bahwa kinerja adalah hasil
yang dicapai seorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan
dalam suatu instansi. Kinerja merupakan alat yang dibutuhkan oleh organisasi, manajer
kinerjanya diharapkan harus bertambah baik sesuai dengan kinerja yang dibutuhkan
perusahaan. Dalam menilai kinerja tidak banyak hal yang dilakukan seorang manajer
yang lebih penuh resiko dibanding menilai kinerja bawahan. Penilaian kinerja
35
(2004) penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi
pelaksanaan kerja individu karyawan. Mathis dan Jackson (2002) definisi penilaian
mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar dan
Kinerja adalah merujuk pada tingkat pencapaian atau prestasi dari perusahaan
dalam periode waktu tertentu. Kinerja sebuah perusahaan adalah hal yang sangat
menentukan dalam perkembangan perusahaan. Tujuan perusahaan yang terdiri dari: tetap
berdiri atau eksis (survive), untuk memperoleh laba (benefit) dan dapat berkembang
(growth), dapat tercapai apabila perusahaan tersebut mempunyai performa yang baik.
Kinerja (performa) perusahaan dapat dilihat dari tingkat penjualan, tingkat keuntungan,
pengembalian modal, tingkat turn over dan pangsa pasar yang diraihnya Rummler dan
Barch (1995). Dessler (2015) menyatakan ada lima faktor dalam penilaian kinerja, yaitu:
Mathis dan Jackson (2002), dalam penilaian kinerja mengahadapi lima masalah
1) Standar kinerja yang tidak jelas: Skala penilaian yang terlalu terbuka terhadap
masing-masing ciri dan apa yang dimaksud dengan standar-standar seperti “baik” dan
“tidak memuaskan”
2) Efek halo, masalah yang terjadi dalam penilaian seorang penyelia terhadap seorang
bawahan pada suatu ciri membiaskan penilaian atas orang itu pada ciri lainnya.
cara yang sama, seperti menilai semua mereka pada tingkat rata-rata.
4) Terlalu keras atau terlalu longgar. Masalah yang terjadi ketika seorang penyelia
dan jenis kelamin untuk mempengaruhi tingkat penilaian yang diterima karyawan.
mengambil keputusan person alia secara umum, (2) Penilaian memberikan penjelasan
tentang pelatihan dan pengembangan yang dibutuhkan, (3) Penilaian kinerja dapat
dijadikan sebagai kriteria untuk program seleksi dan pengembangan yang disahkan, (4)
Penilaian kinerja juga memenuhi tujuan umpan balik tentang yang ada terhadap pekerja
sangat erat kaitannya dengan kelangsungan organisasi. Dari definisi yang dikemukakan
dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian penilaian kinerja adalah
proses evaluasi yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja
individu karyawan selain itu proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan
memberikan pengertian bahwa Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan
sipil mempunyai tugas yaitu tugas pemerintahan dan pembangunan. Atas dasar tersebut
setiap pegawai negeri sipil dituntut untuk dapat memberikan pelayanan dengan sebaik-
pembangunan dengan baik maka dibutuhkan pegawai negeri sipil yang profesional, jujur,
Pegawai negeri sipil sebagai abdi negara mengemban tanggung jawab yang besar
jujur, adil dan bertanggung jawab seperti yang diamanatkan oleh undang-undang
diperlukan adanya pembinaan PNS. Sebagai langkah awal dalam melakukan pembinaan
diperlukan adanya penilaian terhadap kinerja PNS. Penilaian ini nantinya akan digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan pembinaan PNS, antara lain dalam hal
pendidikan dan pelatihan, kenaikan gaji berkala, dan lain-lain. Sejauh ini, untuk menilai
kinerja seorang pegawai negeri sipil dibuat dalam bentuk Daftar Penilaian Pelaksanaan
Mathis dan Jackson (2009) diukur melalui kuantitas keluaran, kualitas keluaran,
ketepatan waktu keluaran, kehadiran atau kehadiran pada pekerjaan, efisiensi pekerjaan
yang diselesaikan dan efektivitas pekerjaan yang diselesaikan. Sempan dkk. (2002)
dan evaluasi lingkungan kerja. Pandangan ini tampaknya didukung oleh Islam dan
Siengthai (2009) yang menegaskan bahwa kinerja karyawan adalah status emosional
positif yang berkembang dari penilaian pekerjaan dan pengalaman kerja individu.
terletak pada efisiensi setiap individu karyawannya. Berdasarkan literatur, ukuran kinerja
karyawan berikut diperiksa: efisiensi kerja, perencanaan kerja, kreativitas dan inovasi dan
upaya kerja yang diadopsi dari teori Mathis and Jackson (2009), Sempane, et al (2002),
Price’s (2001), dan Bernardin and Russell (1993) serta hasil penelitian Nana dan Mishra
(2018).
komitmen juga menggambarkan hasil yang positif. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Park dan Doo (2020), The effect of organizational culture and HR practices on female
managers’ commitment and job satisfaction. Data diperoleh dari Panel Manajer Wanita
menunjukkan bahwa budaya organisasi secara langsung mempengaruhi praktik SDM dan
secara tidak langsung mempengaruhi kepuasan kerja dan komitmen organisasi. Selain itu,
praktik SDM secara langsung mempengaruhi kepuasan kerja dan komitmen organisasi
dan secara tidak langsung mempengaruhi komitmen organisasi melalui kepuasan kerja.
organisasi.
Level IV of the Ministry of Finance. Sampel penelitian melibatkan 130 orang pejabat
Keuangan dengan menggunakan teknik sampling jenuh dimana seluruh anggota populasi
menjadi sampel penelitian. Penelitian ini menggunakan model kausalitas atau hubungan
atau efek. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, digunakan teknik analisis SEM
positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Hal ini dibuktikan dari hasil nilai p
(probability) sebesar 0,07 > 0,05 dan nilai estimasi sebesar 0,75 yang menunjukkan hasil
positif. Artinya jika budaya organisasi meningkat maka akan mempengaruhi peningkatan
komitmen organisasi.
Job Satisfaction among Mining Industry Employees. Penelitian ini dilakukan melalui
kerja, antara budaya organisasi dengan komitmen organisasi, antara komitmen organisasi
Abrori dan Titisari (2018) dengan judul Influence Of Organizational Culture And
Boarding School Sumbersari Jember. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini dengan menggunakan kuesioner, wawancara, dan studi pustaka. Analisis
meliputi uji validitas, reliabilitas, uji normalitas, analisis regresi linier berganda, uji
multikoloniaritas, uji Hete roskidastitas, uji T, uji F dan uji Koefisien Determinasi dan uji
Kuadran. Dari hasil analisis regresi linier berganda dengan menggunakan uji-t
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel budaya
yang diasumsikan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
The Attitude of The Lecturer Toward Women’s Leadership, and Job Satisfaction on
adalah 153 orang, kemudian jumlah sampel ditentukan dengan mengikuti rumus Slovin
dan diperoleh 111 responden. Sampel yang digunakan sebagai responden dari masing-
masing fakultas dan program studi ditentukan secara acak. sehingga teknik pengambilan
teknik analisis jalur. Temuan penelitian ini adalah 1) terdapat pengaruh langsung positif
budaya organisasi terhadap kepuasan kerja, 3) terdapat pengaruh langsung positif sikap
pengaruh positif tehadap kinerja pegawai. Penelitian terdahulu telah banyak mencoba
dipercaya sebagai perilaku individu yang mampu memberi dampak positif bagi
Kerja dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Pegawai. Penelitian ini dilakukan dengan
metode penelitian lapangan (field research) dengan cara survei yaitu penelitian yang
mengambil sejumlah sampel dari populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat
numerik atau angka. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai
yang ada Dinas Sosial Kabupaten Labuhanbatu Utara yang berjumlah 33 orang pegawai.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan
cara kuesioner (angket). Teknik analisis data menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan, motivasi dan budaya kerja secara
parsial dan simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Pegawai.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menganalisis budaya organisasi yang mendukung
kegiatan berbagi pengetahuan terhadap kinerja organisasi, inovasi dan strategi. Makalah
ini menggunakan sampel 107 kasus untuk memeriksa data empiris. Hasilnya
kegiatan bisnis pada organisasi. Temuan utama dari makalah ini menganalisis dan
menguji hubungan antara budaya organisasi dan komponen berbagi pengetahuan untuk
Zhao et al. (2018), dengan Judul: The effect of corporate culture on firm
performance: Evidence from China. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan
kaitannya dengan nilai pasar perusahaan, kinerja keuangan perusahaan dan output
inovasi. Hasil penelitian ini menemukan bukti yang konsisten bahwa budaya perusahaan
43
berhubungan negatif dengan nilai pasar perusahaan, berhubungan positif dengan output
inovasi dan tidak secara signifikan terkait dengan kinerja keuangan perusahaan. Selain
itu, efek negatif dari budaya perusahaan terhadap nilai pasar perusahaan didorong oleh
perusahaan kecil dan perusahaan yang terletak di provinsi yang kurang berkembang.
Selain itu, kami menemukan bahwa beberapa budaya perusahaan tertentu, seperti budaya
inovasi dan budaya integritas, tidak terkait dengan nilai perusahaan atau kinerja
keuangan. Namun, budaya inovasi secara positif terkait dengan output inovasi.
Tujuan penelitian ini berusaha untuk menyoroti pentingnya budaya organisasi pada gaya
pemimpin dan pengaruh gaya kepemimpinan yang dipilih terhadap kinerja tim. Ini survei
strata pemimpin dari Timur Tengah di lingkungan yang bergejolak saat ini. Desain
penelitian ini adalah survei berdasarkan pada pengumpulan data kuantitatif pada sektor
layanan dari sejumlah perusahaan besar di Timur Tengah. Data cross sectional dari
empat puluh perusahaan jasa mengungkapkan beberapa hasil yang menarik menyoroti
hubungan timbal balik antara ketiga variabel tersebut. Hasil penelitian ini menunjukan
budaya organisasi berpengaruh signifikan pada kinerja tim dan gaya kepemimpinan.
temuan bahwa manajer perlu untuk membangun konsep dalam memberikan pelatihan
Satisfaction in Emerging Economy. Data dikumpulkan dari 218 orang yang bekerja di
berbagai perusahaan telekomunikasi yang berlokasi di Lahore. PLS, SEM dilakukan pada
dimediasi oleh “Kepuasan Kerja. Hubungan “Kepuasan Penilaian Kinerja” secara tidak
Pengakuan" dan "Komitmen Organisasi" tidak dimediasi oleh "Kepuasan Kerja". Temuan
kami berkontribusi pada literatur yang ada tentang bagaimana berbagai aspek Kepuasan
Kerja dapat memediasi hubungan antara praktik SDM yang diadopsi oleh perusahaan &
atas praktik SDM yang berkontribusi positif terhadap kinerja karyawan yang pada
akhirnya menonjolkan tingkat kepuasan karyawan dan akibatnya kualitas layanan yang
in India. Tanggapan survei dikumpulkan dari 516 karyawan yang bekerja di berbagai
perusahaan perangkat lunak di India. Analisis data menggunakan metode partial least
squares (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik HRD memiliki dampak
45
positif pada niat karyawan untuk tinggal serta pada tiga komponen komitmen organisasi.
Selanjutnya, hanya komitmen afektif dan normatif yang ditemukan secara positif
berkelanjutan dan niat untuk tinggal ditemukan negatif dan tidak signifikan.
statistik terdiri dari 65 pegawai Dinas Pendidikan kota Sirjan. Analisis data dilakukan
dengan menggunakan uji korelasi, analisis jalur, dan model persamaan struktural
hubungan yang buruk dan sedang antara HRM dan OC dan OP karyawan. Selain itu, ada
hubungan sedang antara OC dan OP karyawan. Selain itu, diamati bahwa ada hubungan
yang kuat antara hipotesis penelitian. Hasil penelitian menyarankan agar Dinas
jawab serta kemandirian kerja sehingga dapat berdampak signifikan terhadap peningkatan
Oliveira dan Honorio (2020), dengan judul Human Resources Practices and
Survei dilakukan dengan 349 karyawan yang hipotesis dirumuskan diverifikasi oleh
kesepakatan yang lebih besar dengan praktik sumber daya manusia terkait dengan
terkait dengan proses seleksi internal, pengembangan diri, kebijakan kompensasi dan
hipotesis yang didalilkan, mengungkapkan hubungan positif yang lebih signifikan antara
praktik sumber daya manusia dengan jenis komitmen afektif dan normatif bila
secara positif dipengaruhi oleh praktik sumber daya manusia yang terkait dengan
perencanaan karir dan tunjangan, sedangkan komitmen tipe normatif secara positif lebih
dipengaruhi oleh praktik sumber daya manusia yang terkait dengan pelatihan dan
pengembangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Nana dan Mishra (2018), dengan judul: Influence
role of employee competencies. Studi ini bertujuan untuk menguji peran mediasi
kompetensi pegawai dalam hubungan antara praktik pengembangan SDM dan kinerja
organisasi. Data penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner dari 600 pegawai hotel.
dan pengembangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai, tetapi
pengembangan karir berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja pegawai.
penelitian ini adalah menguji dan menjelaskan dampak dari kegiatan HRM,
pengembangan karyawan, pada tingkat kinerja inovatif organisasi. Data penelitian ini
dikumpulkan dari sampel 1.384 organisasi dari 8 negara CEE (Kroasia, Estonia,
Hongaria, Latvia, Lithuania, Slovakia, Slovenia dan Serbia) untuk periode 2015-2016.
Peralatan analisis yang digunakan adalah Regresi logistik ordinal guna mengeksplorasi
dan tingkat inovasi organisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara keefektifan pelatihan yang dinyatakan dengan evaluasi sistematis
terhadap pelatihan, dan metode pelatihan karyawan terhadap tingkat inovasi. Pentingnya
praktek pelatihan yang dinyatakan oleh rasio anggaran pelatihan dalam total biaya
penggajian tidak menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik dengan tingkat
manusia dan mendorong inovasi organisasi telah memberikan kontribusi nyata dalam
kementerian agama Jombang. penelitian ini berjenis sensus kare jumlah populasi 115
48
pegawai seluruhnya dijadikan sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
Uraon dan Gupta (2019), dengan judul: Apakah praktik HRD memengaruhi
persepsi kinerja pasar melalui kinerja operasional? Bukti dari industri perangkat lunak.
Studi ini bertujuan untuk menguji pengaruh dimensi praktik pengembangan SDM pada
kinerja pemasaran dan operasional perusahaan perangkat lunak di India, dan menguji
efek mediasi dari kinerja operasional dalam hubungan antara praktik pengembangan
SDM dan kinerja pemasaran. Data dikumpulkan dari 516 profesional yang bekerja di 37
perusahaan perangkat lunak di India. Metode analisis dalam pengujian hipotesis studi ini
adalah Partial Least Square (PLS). Temuan studi ini menunjukkan praktik
kepuasan kerja juga menggambarkan hasil yang positif. Seperti penelitian yang dilakukan
oleh Musabah et al. (2017) dengan judul: The Influence of Organizational Commitment
on Omani Public Employees’ Work Performance. Tujuan makalah ini adalah untuk
organisasi. Metode penelitian ini adalah survey dengan pendekatan kuantitatif dengan
sampel 335 manajer tingkat menengah organisasi layanan masyarakat sipil Oman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua dimensi komitmen organisasi (afektif,
normatif, dan kelanjutan) memiliki dampak signifikan terhadap kinerja kerja pegawai.
Muhridin, dkk (2019) dengan judul The Effect of Work Capability, Work
untuk menguji pengaruh Kemampuan Kerja, Komitmen Kerja dan Kepuasan Kerja
terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Wakatobi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil pada Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Wakatobi yang berjumlah 41 orang.
penelitian menggunakan skala Likert (5 poin). Data yang terkumpul kemudian dianalisis
dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kapabilitas kerja, komitmen organisasi, dan kepuasan kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kabupaten Wakatobi, baik secara simultan maupun parsial. Artinya jika
kapabilitas kerja, komitmen organisasi dan kepuasan kerja meningkat maka akan
meningkatkan kinerja pegawai, begitu pula sebaliknya jika kapabilitas kerja, komitmen
organisasi, dan kepuasan kerja menurun maka akan menurunkan kinerja pegawai.
penelitian ini adalah survei yang berlokasi pada Sekretariat Kabupaten Papua provinsi
Papua. Penelitian dilakukan pada bulan-bulan dari bulan April sampai Juni 2016.
Peralatan analisis yang digunkan pada penelitian ini adalah Structural Equation Modeling
komitmen organisasi, dan motivasi kerja secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
commitment and performance links in Iran and Turkey. Studi ini bertujuan untuk
kinerja pegawai dan kinerja organisasi pada agen perjalanan di Iran dan Turki. Desain
riset ini adalah metode survei dimana pengumpulan data melalui kuesioner dan
wawancara dari 440 pegawai yang bekerja di agen perjalanan di Iran dan Turki. Metode
analisis data yaitu statistik deskriptif, analisis faktor, analisis reliabilitas, analisis korelasi,
dan analisis regresi berganda. Temuan studi ini menunjukkan paraktek manajemen SDM
yang meliputi rekrutmen dan seleksi, reward, gaji dan upah, kerjasama tim, deskripsi
pekerjaan, pendelegasian tugas, manajemen karir dan keamanan kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja pegawai dan kinerja organisasi. Selanjutnya komitmen
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
Peneliti dan
No Metode Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
1. Atijah dan Bahri a. Analisis regresi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(2021) berganda kepemimpinan, motivasi dan budaya
b. Kepemimpinan, kerja secara parsial dan simultan
motivasi kerja, berpengaruh positif dan signifikan
budaya kerja dan terhadap kinerja Pegawai.
kinerja pegawai
2. Oluwafemi, et al a. Metode fsQCA Hasilnya penelitian menunjukkan
(2018) b. Budaya kerja dan peran budaya kerja dengan strategi
kinerja pegawai inovatif dalam berbagi pengetahuan,
yang secara langsung berkontribusi
pada peningkatan kinerja pegawai
3. Zhao, et al (2018) a. Regresi Hasil penelitian ini menemukan bukti
Multivariat yang konsisten bahwa budaya
b. Budaya kerja, nilai perusahaan berhubungan negatif
pasar, output dengan nilai pasar perusahaan,
inovasi, dan berhubungan positif dengan output
kinerja pegawai inovasi dan tidak secara signifikan
terkait dengan kinerja keuangan
perusahaan
4. Bassem dan Saheb a. Analisis regresi Hasil penelitian ini menunjukan
(2018) b. Budaya kerja, budaya kerja berpengaruh signifikan
gaya pada kinerja tim dan gaya
kepemimpinan kepemimpinan. Kemudian gaya
dan kinerja kepemimpinan berpengaruh
pegawai signifikan terhadap kinerja tim
5. Musabah et al. a. Analisis Hasil penelitian ini menunjukkan
(2017) pemodelan bahwa semua dimensi komitmen
persamaan organisasi (afektif, normatif, dan
struktural (SEM) kelanjutan) memiliki dampak
b. Komitmen signifikan terhadap kinerja kerja
organisasi dan pegawai
kinerja organisasi
6. Muhridin, dkk a. Regresi linear Hasil penelitian ini menunjukkan
(2019) berganda bahwa kapabilitas kerja, komitmen
b. Kemampuan organisasi, dan kepuasan kerja
kerja, komitmen berpengaruh positif dan signifikan
kerja, kepuasan terhadap kinerja pegawai baik secara
kerja dan kinerja simultan maupun parsial.
pegawai
52
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
Peneliti dan
No Metode Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
7. Otto (2018) a. Structural Kepemimpinan transformasional,
Equation komitmen organisasi, dan motivasi
Modeling kerja secara parsial berpengaruh
(AMOS) positif dan signifikan terhadap
b. Kepemimpinan kinerja pegawai
transformasional,
komitmen
organisasi,
motivasi, OCB,
dan kinerja
8. Torlak, et al a. Analisis korelasi Paraktek pengembangan SDM yang
(2018) dan analisis meliputi rekrutmen dan seleksi,
regresi berganda reward, gaji dan upah, kerjasama tim,
b. Pengembangan deskripsi pekerjaan, pendelegasian
potensi SDM, tugas, manajemen karir dan
komitmen dan keamanan kerja berpengaruh positif
kinerja pegawai dan signifikan terhadap kinerja
pegawai dan kinerja organisasi.
Selanjutnya komitmen organisasi
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja organisasi
9. Nana dan Mishra a. Analisis SEM dan Dimensi pengembangan SDM
(2018) AMOS meliputi performance appraisal,
b. Pengembangan pelatihan dan pengembangan
SDM, kompetensi berpengaruh positif dan signifikan
pegawai dan terhadap kinerja pegawai, tetapi
kinerja pegawai pengembangan karir berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap
kinerja pegawai. Kemudian praktik
pengembangan SDM memengaruhi
kinerja organisasi melalui
kompetensi pegawai
10. Berber dan a. Analisis regresi Pengembangan sumber daya manusia
Lekovic (2018) logistik berpengaruh positif dan signifikan
b. Pengembangan terhadap kinerja organisasi. Dengan
SDM dan kinerja demikian peran pengembangan
organisasi sumber daya manusia dan
mendorong inovasi organisasi telah
memberikan kontribusi nyata dalam
rangka meningkatkan kinerja
organisasi
53
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
Peneliti dan
No Metode Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
11. Dodik dan a. Analisis PLS Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Mardiana (2017) b. Pengembangan (1) pengembangan sumberdaya
SDM, kepuasan manusia berpengaruh terhadap
kerja dan kinerja kepuasan kerja pegawai. (2)
pegawai pengembangan sumberdaya manusia
tidak berpengaruh terhadapa kinerja
pegawai.(3) kepuasan kerja
berpengaruh terhadapa kinerja
pegawai. (4) pengembangan
sumberdaya manusia berpengaruh
terhadapa kinerja pegawai melalui
kepuasan kerja
12. Uraon dan Gupta a. Analisis Partial Praktik pengembangan SDM secara
(2019) Least Square signifikan mempengaruhi kinerja
(PLS) pemasaran dan kinerja operasional.
b. Pengembangan Kemudian kinerja operasional
SDM, kinerja berperan penting sebagai mediasi
operasional dan dalam praktik pengembangan SDM
kinerja pemasaran terhadap kinerja pemasaran
13. Gahlawat dan a. uji-t, analisis Pengembangan SDM progresif dalam
Kundu (2019) faktor bentuk tim yang dikelola sendiri,
konfirmatori, dan fleksibilitas kerja dengan jam
pemodelan fleksibel, penggunaan media online
persamaan untuk mengundang pelamar,
struktural pemilihan kandidat menggunakan
b. Pengembangan pusat penilaian dan uji integritas,
SDM dan kinerja insentif berbasis kinerja, manfaat
fleksibel, fasilitas e-learning dan
program pengembangan manajemen
yang inovatif berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja
perusahaan India
14. Muhajirin (2020) a. Analisis regresi Ada pengaruh yang signifikan antara
b. Budaya kerja dan budaya budaya kreativitas, budaya
kinerja pegawai kedisiplinan,
dan budaya Iptek terhadap kinerja
pegawai namun tidak semuanya
signifikan. Varibel yang berpengaruh
signifikan terhadapkinrja pegawai
yaitu variabel disiplin dan Iptek
54
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
Peneliti dan
No Metode Penelitian Hasil Penelitian
Tahun
15. Rachman (2017) a. Budaya kerja, Hasil penelitian ini menunjukkan
kepuasan kerja bahwa pekerjaan budaya
dan kinerja berpengaruh positif dan signifikan
pegawai terhadap kepuasan kerja karyawan.
b. Analisis Kemudian dari analisis yang sama
Structural budaya kerja berpengaruh positif dan
Equation signifikan terhadap kinerja karyawan,
Modeling (SEM) sedangkan kepuasan kerja
berpengaruh positif berpengaruh
positif terhadap kinerja pegawai
Bank Jatim di Surabaya.
C. Kerangka Teoritik
Penelitian ini akan menguji hubungan variabel budaya kerja, komitmen kerja dan
pengembangan potensi terhadap kinerja pegawai. Adapun dalam pengujian tersebut akan
dilakukan dengan menyusun kerangka teoritis yang didasarkan pada beberapa model
penelitian, yaitu:
pada Komitmen Organisasi dan Niat untuk Tetap Berada di Perusahaan Perangkat
Lunak Terpilih di India (Gambar 2.1). Adapun latar belakang penulis memilih model
dari Uraon antara lain, karena adanya kemiripan karakteristik variabel-variabel yang
ada dalam model tersebut dengan dengan permasalahan yang dihadapi. Uraon
komitmen organisasi (afektif, kelanjutan, dan komitmen normatif), dan niat karyawan
untuk tinggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik HRD memiliki dampak
positif pada niat karyawan untuk tinggal serta pada tiga komponen komitmen
55
organisasi. Selanjutnya, hanya komitmen afektif dan normatif yang ditemukan secara
Gambar 2.1
Kerangka Teoritik Uraon (2018)
2. Penelitian Rachman (2017), meneliti pengaruh budaya kerja terhadap kepuasan kerja
dan kinerja pegawai (Gambar 2.2). Adapun latar belakang penulis memilih model dari
ada dalam model tersebut dengan dengan permasalahan yang dihadapi. Rachman
memeriksa hubungan positif antara budaya kerja terhadap kepuasan kerja dan kinerja
pegawai serta kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai. Rachamn juga memeriksa
hubungan kepuasan kerja sebagai mediasi budaya kerja terhadap kinerja pegawai.
peneliti mengadopsi variabel budaya kerja dan kinerja pegawai sebagai variabel
Gambar 2.2
Kerangka Teoritik Rachman (2017)
terhadap kinerja pegawai dan kinerja organisasi pada agen perjalanan di Iran dan
Turki (Gambar 2.3). Adapun latar belakang penulis memilih model dari Torlak antara
lain, karena adanya kemiripan karakteristik variabel-variabel yang ada dalam model
positif antara komitmen dan praktek manajemen SDM terhadap kinerja pegawai dan
kinerja organisasi. Torlak juga memeriksa hubungan komitmen kerja sebagai mediasi
Gambar 2.3
Kerangka Teoritik Torlak, et al (2018)
4. Otoo dan Mishra (2018), meneliti peran mediasi kompetensi pegawai dalam
hubungan antara praktik pengembangan SDM dan kinerja organisasi (Gambar 2.4).
Adapun latar belakang penulis memilih model dari Otoo dan Mishra antara lain,
tersebut dengan dengan permasalahan yang dihadapi. Otoo dan Mishra memeriksa
kinerja organisasi. Otoo dan Mishra juga memeriksa hubungan kompetensi sebagai
Gambar 2.4
Kerangka Teoritik Otoo dan Mishra (2018)
industri pertambangan (Gambar 2.5). Adapun latar belakang penulis memilih model
dari Senjaya dan Anindita antara lain, karena adanya kemiripan karakteristik variabel-
variabel yang ada dalam model tersebut dengan dengan permasalahan yang dihadapi.
organisasi dapat menjadi dasar yang tepat untuk meningkatkan komitmen organisasi
kerja dan komitmen organisasi sebagai variabel penelitian seperti gambar berikut:
Gambar 2.5
Kerangka Teoritik Senjaya dan Anindita (2020)
6. Nurseta, dkk (2020) meneliti Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai
melalui Komitmen Organisasi sebagai Variabel Mediasi (Gambar 2.6). Adapun latar
belakang penulis memilih model Nurseta, dkk antara lain, karena adanya kemiripan
permasalahan yang dihadapi. Nurseta, dkk memeriksa budaya kerja dapat menjadi
dasar yang tepat untuk meningkatkan kinerja pegawai melalui komitmen organisasi.
organisasi berperan sebagai mediasi pengaruh budaya kerja terhadap kinerja pegawai.
komitmen organisasi dan kinerja pegawai sebagai variabel penelitian seperti gambar
berikut:
60
Gambar 2.6
Kerangka Teoritik Nurseta, dkk (2020)
Berdasarkan dengan keenam peneliti di atas, penelitian ini akan mencoba menguji
dan meneliti pengaruh budaya kerja dan pengembangan SDM terhadap organizational
kinerja pegawai sebagai variabel dependen baik secara langsung maupun tidak langsung
modifikasi dari kelima kerangka teoritik tersebut, menghasilkan sebuah kerangka teoritik
Pengembangan
SDM (X2) H2b +
Gambar 2.7
Kerangka Teoritik Penelitian
Keterangan:
D. Hipotesis Penelitian
pegawai berdasarkan culture theory yang dikemukakan oleh Luthans (2011:74) dan
Robbins dan Judge (2015:35) bahwa budaya kerja yang baik akan meningkatkan rasa
62
memiliki dan akhirnya dapat meningkatkan komitmen dan kinerja pegawai. Konsisten
dengan pendapat Peters & Waterman, (1982) bahwa budaya kerja dapat memiliki
pengaruh yang besar terhadap kinerja. Budaya kerja yang baik dapat meningkatkan rasa
memiliki dan komitmen anggota terhadap organisasi dan kelompok kerjanya (Robbins
tingkat konsistensi dalam perilaku, kekompakan, loyalitas, dan perputaran pegawai yang
sehingga pegawai harus merasa bahwa perusahaan mereka bersedia mengambil risiko,
mencoba hal-hal baru dan bersedia berinvestasi dalam ide-ide berisiko (Abdel Aziz dan
Rizkallah, 2015). Budaya kerja erat kaitannya dengan kinerja pegawai. Kinerja pegawai
merupakan hasil kerja yang dicapai oleh individu dengan syarat-syarat yang telah
Kunci penting untuk mendapatkan budaya kerja yang baik adalah membantu
karyawan mengaktualisasikan diri untuk mencapai semua apa yang mereka bisa atau
kinerja Dessler (2015:68). Selanjutnya Kreitner dan Kinicki (2014:269) budaya kerja
merupakan suatu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok
dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan dan bereaksi terhadap
(2014:40) bahwa budaya kerja melibatkan harapan bersama, nilai-nilai dan sikap, yang
kerja merupakan sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang
pendapat Sulaksono (2002), budaya kerja adalah sikap dan perilaku pegawai dalam
melaksanakan tugas.
positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi oleh Suradi (2019); Park & Doo
(2019); Soomro & Shah (2019); Raharjo, et al (2019); Senjaya & Anindita (2020); dan
Setyawati, et al (2020). Namun masih terdapat kesenjangan hasil penelitian oleh Luly
(2016) yang memenukan budaya kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap komitmen
organisasi. Selanjutnya hasil penelitian yang telah membuktikan bahwa bahwa budaya
kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai oleh Zhao, et al (2018);
Bassem dan Sahb (2018); Oyemomi, et al (2018); Sudarman (2018), Muhajirin (2020)
dan Atijah & Bahri (2021) menemukan bahwa budaya kerja berpengaruh positif dan
penelitian oleh Artina, dkk (2014) menemukan budaya kerja berpengaruh tidak signifikan
disebabkan oleh keragaman indikator pengukuran budaya kerja, komitmen organisasi dan
kinerja pegawai, obyek yang diteliti, metode analisis, jumlah sampel dan dasar teori yang
digunakan. Belum adanya konsep yang jelas terhadap indikator pengukuran budaya kerja,
komitmen organisasi dan kinerja pegawai merupakan celah peneliti ini untuk melakukan
organisasi dan kinerja pegawai. Berdasarkan uraian teoritis dan hasil penelitian di atas,
pegawai
SDM terhadap motivasi kerja dan kinerja karyawan. Amstrong (2013), dalam bukunya
"The Art of HRM: Strategic Management" bahwa terdapat hubungan antara praktek
pengembangan SDM pada kinerja. Malthis & Jackson (2011), mengemukakan fokus
strategis yang berorientasi pada proses organisasi yang berkontribusi pada keberhasilan
atau kinerja organisasi Werner dan DeSimone (2006:28). Pandangan yang sama dengan
meningkatkan efisiensi dan produktivitas serta kualitas barang dan jasa. Selanjutnya
Yuvaraj dan Mulugeta (2013) berpendapat bahwa intervensi HRD secara terus menerus
pengembangan HRD dalam organisasi. Konsisten dengan pendapat Swanson dan Holton
tersebut didukung pula oleh Kehoe dan Wright (2013) berpendapat bahwa pengembangan
sumber daya manusia merupakan faktor dasar bagi karyawan untuk memperoleh
kompetensi yang pada gilirannya secara signifikan mampu meningkatkan komitmen dan
kinerja organisasi.
potensi SDM berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi oleh
Uaron (2017); Torlak et al. (2018) dan Jawaad, et al (2019). Temuan penelitian terdahulu
potensi SDM meliputi rekrutmen dan seleksi, penilaian kinerja berpengaruh negatif
positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai oleh Berber dan Lokivic (2018), Cristiani
dan Peiró (2019), Gahlawat dan Kundu (2019), Ahmad et al. (2019), Uraon dan Gupta
(2019), Nana et al. (2019) dan Abu et al. (2019). Namun, terdapat kesenjangan hasil
penelitian oleh Hasil penelitian Khan et al. (2019) dan Dodik dan Mardiana (2017)
meningkatkan komitmen dan kinerja pegawai, argumen yang dapat dipersepsikan peneliti
disebabkan oleh keragaman pengukuran indikator variabel, obyek yang dikaji, dan
metode yang digunakan sehingga penelitian lanjutan menjadi celah untuk melakukan
pengujian terhadap kontradiksi tersebut. Berdasarkan uraian teoritis dan hasil penelitian
bahwa terdapat hubungan yang kuat antara komitmen kerja terhadap kinerja karyawan.
Konsisten dengan pendapat Robbins (2010) menjelaskan komitmen kerja adalah keadaan di mana
seorang karyawan memihak pada organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya serta berniat memelihara
keanggotaan dalam organisasi tersebut. Kunci penting untuk mendapatkan komitmen karyawan
kinerja organisasi.
terhadap pekerjaan agar tercipta kondisi kerja yang kondusif sehingga organisasi baik
organisasi swasta maupun organisasi pemerintah dapat berjalan secara efisien dan efektif.
Komitmen menurut Mathis dan Jackson, (2012) mengatakan bahwa tingkat kepercayaan
dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk
Komitmen kerja sangat penting karena ketika diimplentasikan dengan baik dapat
penting, karena pegawai yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaannya
cenderung tinggal lebih lama, memiliki kinerja yang lebih baik, dan cenderung
mempunyai keterlibatan yang sangat tinggi di tempat kerja. Selain itu, pegawai yang
organisasi. Ada tiga aspek penting dalam komitmen kerja yaitu identifikasi, keterlibatan
dan loyalitas. Amstrong (2009) mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang kuat
antara komitmen kerja terhadap kinerja karyawan. Kunci penting untuk mendapatkan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai oleh Farras dkk (2017),
Musabah et al. (2017), Otto (2018), Torlak et al. (2018), Soomro dan Shah (2019) dan
Zeki et al. (2019). Namun ada kesenjangan temuan penelitian oleh Hendri (2019) dan
Ardharn & Vinai (2018) menemukan komitmen kerja berpengaruh tidak signifikan
disebabkan oleh keragaman indikator pengukuran komitmen kerja dan kinerja pegawai,
obyek yang diteliti, metode analisis, jumlah sampel dan dasar teori yang digunakan.
Belum adanya konsep yang jelas terhadap indikator pengukuran komitmen kerja dan
kinerja pegawai merupakan celah peneliti ini untuk melakukan pengujian kembali
uraian teoritis dan hasil penelitian di atas, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
Pengujian pengaruh antar konstruk penelitian ini dilakukan baik secara universal
maupun kontingensi yakni melalui peran mediasi komitmen organisasi. Karena itu
68
rujukan teoritis yang menjadi dasar dalam pengujian peran mediasi komitmen organisasi
adalah teori manajemen SDM dan teori perilaku organisasi yang dikemukakan oleh
pengarahan dan pengendalian yang berhubungan dengan sistem rancangan formal dari
organisasi untuk menentukan efektivitas dan efisiensi dari bakat pegawai untuk
dengan pendapat Robbins dan Judge (2015:47) dan Schermerhorn et. al (2012:17) bahwa
perilaku organisasi adalah disiplin ilmu yang menyelediki dampak perilaku individu
kontingensi dan Knowledge Based View (KBV). Karena itu pengujian pengaruh antar
variabel penelitian ini dilakukan baik secara langsung (perspektif universal) maupun
tidak langsung (kontingensi) yakni peran komitmen organisasi sebagai mediasi pengaruh
budaya kerja dan pengembangan potensi SDM terhadap kinerja pegawai. Pendekatan
KBV menyatakan bahwa jika organisasi ingin memiliki kinerja yang tinggi, sangat
menyatakan hubungan antara variabel independen dan dependen yang relevan akan
berbeda untuk tingkat variabel kontingensi kritikal yang berbeda. Karena itu dalam
pengujian peran mediasi komitmen organisasi merujuk pada teori kontingensi oleh
Thompson (1967) dan Donaldson (2001) menjelaskan bahwa teori atau metode yang ada
dapat diterapkan dalam segala kondisi, namun tidak ada cara terbaik untuk merancang
sebuah organisasi, sehingga dapat dilakukan baik secara universal maupun kontingensi.
Penelitian terdahulu oleh Nurseta, dkk (2021) menemukan komitmen organisasi berperan
sebagai mediasi pengaruh budaya kerja terhadap kinerja pegawai. Selanjutnya Torlak et
komitmen organisasi tidak dapat berperan sebagai mediasi pengaruh antara budaya kerja
dengan kinerja pegawai. Kesenjangan hasil penelitian tersebut menjadi celah peneliti
untuk melakukan pengujian kembali pengaruh budaya kerja dan pengembangan potensi
SDM terhadap kinerja pegawai yang dimediasi oleh komitmen organisasi. Berdasarkan
kajian literatur, seperti yang dijelaskan di atas, peneliti mengusulkan untuk menguji
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research) yang akan
membuktikan hubungan kausal antara variabel exogeneus yaitu budaya kerja dan
menggunakan pendekatan kuantitatif, asosiatif kausal dengan metode survey. Karena itu
antar variabel berdasarkan pada masalah, tujuan dan hipotesis penelitian, sehingga jenis
penelitian ini adalah verifikasi dan explanatory research. Alasan yang mendasari
menggunakan explanatory research karena tujuan penelitian ini menguji dan menjelaskan
pengaruh budaya kerja dan pegembangan potensi SDM terhadap kinerja pegawai dengan
komitmen organisasi sebagai variabel mediasi pada Kantor Wilayah BPN Provinsi
Sulawesi Tenggara.
dari populasi dan menggunakan angket sebagai alat pengumpulan data. Dilihat dari aspek
waktu pengumpulan data, penelitian ini menggunakan desain cross section, dimana data
yang diukur melalui indikator-indikator yang telah ditentukan berdasarkan teori dan hasil
70
71
penelitian terdahulu yang disajikan pada kerangka teoritik. Karena itu definisi operasional
Tabel 3.1
Defenisi Operasional Variabel
Skala
Variabel Defenisi Operasional Indikator
Ukur
Budaya Kerja Persepsi pegawai Kanwil BPN Sultra 1. Keterlibatan Likert
(X1) terhadap sikap, perilaku dan disiplin 2. Konsistensi
dalam bekerja yang menjadi kebiasaan 3. Kemampuan
pegawai dalam menjalankan tugas yang beradaptasi
dilakukan secara berulang 4. Misi
Dasgupta dan Gupta
(2019)
Pengembangan Persepsi pegawai Kanwil BPN Sultra 1. Pengembangan karir Likert
Potensi SDM terhadap kebijakan pengembangan SDM 2. Pelatihan dan
(X2) yang tereintegrasi untuk mewujudkan pengembangan
hubungan kepegawaian, kemampuan 3. Penilaian kinerja
organisasi dalam meraih tujuan yang ingin 4. Kompensasi
dicapai Nana dan Mishra (2018)
Komitmen Kekuatan yang bersifat relatif dari 1. Komitmen afektif Likert
Organisasi pegawai dalam mengidentifikasikan 2. Komitmen normatif
(Y1) keterlibatan dirinya dalam pekerjaannya 3. Komitmen
atau perasaan kuat untuk menjadi bagian kontinuan
dari organisasi Messner (2017)
Kinerja Pernyataan pegawai atas pencapaian 1. Efisiensi kerja Likert
Pegawai (Y2) hasil kerja akhir pada priode waktu 2. Perencanaan kerja
tertentu yang berhubungan dengan 3. Kreatifitas dan
pelaksanaan tugas pekerjaannya inovasi
4. Upaya kerja
Nana dan Mishra (2018)
Sumber: Data diolah Tahun 2021
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada Kantor Wilayah Badan
penelitian ini sebanyak 55 orang. Karena jumlah populasi dalam penelitian ini relatif
kecil dan peneliti mudah menjakaunya karena teman sejawat, maka semua populasi
Wilayah Badan Pertanahan Provinsi Sulawesi Tenggara). Dengan demikian unit analisis
72
penelitian ini adalah para pegawai pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi
Sulawesi Tenggara dengan pertimbangan bahwa instansi ini mengetahui secara baik
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder yang
1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden atau yang
menjadi sampel penelitian ini. Data primer meliputi data pernyataan responden
terhadap budaya kerja, komitmen kerja, pengembangan potensi SDM dan kinerja
pegawai. Data primer ini diperoleh dari para responden dengan menyebar angket
umum organisasi, jumlah pegawai, dan data-data dokumentasi lainnya yang relevan
dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari sumber-
sumber dan informasi dari file database Kantor Kanwil BPN Sultra.
1. Angket, dilakukan dengan menyebar pertanyaan kepada para pegawai Kanwil BPN
Sultra. Angket yang dibuat bersifat tertutup yaitu pertanyaan yang dibuat sedemikian
rupa hingga responden dibatasi dalam memberi jawaban kepada beberapa alternatif
saja atau kepada satu jawaban saja. Penyebaran angket dilakukan dengan menunjungi
73
para pegawai dan menjelaskan angket serta menunggu kapan angkat dapat diambil
kembali.
Penggunaan skala Likert karena pertimbangan sebagai berikut: (1) mempunyai banyak
kemudahan; (2) mempunyai reabiliti yang tinggi dalam mengurutkan subyek berdasarkan
presepsi; (3) flexibel dibanding teknik yang lain; dan (4) aplikatif pada berbagai situasi.
Dalam pengolahan data, skala Likert termasuk dalam skala interval, penentuan skala
Likert penelitian ini dibuat skala 1 sampai dengan 5. Pedoman untuk pengukuran semua
variabel adalah dengan menggunakan 5 point Likert scale, dimana jika terdapat jawaban
dengan bobot rendah maka diberikan skor 1 (satu) dan seterusnya sehingga jawaban yang
berbobot tinggi diberi skor 5 (lima). Kategori dari masing-masing jawaban dengan
kriteria: Sangat Baik/Sangat setuju (skor 5); Baik/Setuju (skor 4); Netral (skor 3); Tidak
Baik/Tidak Setuju (skor 2); Sangat Tidak Baik/Sangat Tidak Setuju (skor 1) oleh
G. Instrumen Penelitian
Dalam pengumpulan data primer yang akan digunakan untuk keperluan analisis,
peneliti akan menggunakan metode kuesioner yang akan disebarkan kepada para
responden. Adapun kuesioner yang akan diberikan kepada para responden akan dibagi ke
74
dalam tiga bagian, yaitu lembar persetujuan, data responden, dan item pernyataan-
pernyataan dalam penelitian ini secara lengkap dan terinci akan disajikan pada tabel 3.2
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Rincian Pernyataan Kusioner Penelitian
Indikator Item Pernyaaan Skala Likert
Variabel Budaya Kerja (X1) diadopsi dari Dasgupta dan Gupta (2019)
X1.1.1. Kebanyakan orang di kantor ini memiliki masukan ke
X1.1. dalam keputusan yang dapat mempengaruhi mereka
Keterlibatan X1.1.2. Kerjasama dan kolaborasi lintas peran fungsional
didorong secara aktif
X1.2.1. Ada kesepakatan tingkat tinggi tentang cara kita
X1.2. melakukan sesuatu di kantor ini 1 = Sanga Tidak
Konsistensi X1.2.2. Pendekatan kami dalam melakukan pekerjaan sangat Setuju sampai
konsisten dan dapat diprediksi dengan 5 = Sangat
X1.3. X1.3.1. Komentar dan rekomendasi masyarakat sering Tidak Setuju
Kemampuan menyebabkan perubahan dalam organisasi ini
Beradaptasi X1.3.2. Organisasi ini sangat responsif dan mudah berubah
X1.4.1. Kantor ini memiliki tujuan dan arah jangka panjang
X1.4. Misi X1.4.2. Ada visi bersama tentang seperti apa organisasi ini di
masa depan
Variabel Pengembangan Potensi SDM (X2) diadopsi dari Nana dan Mishra (2018)
X2.1.1. Organisasi memberikan pelatihan untuk meningkatkan
karir saya
X2.1.
X2.1.2. Organisasi mendukung strategi pengembangan individu
Pengembangan
saya
Karir
X2.1.3. Organisasi memberikan bimbingan karir tanpa
prasangka kapan pun diperlukan
X2.2.1. Pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan 1 = Sanga Tidak
relevan diperoleh melalui program pelatihan Setuju sampai
X.2.2.
X2.2.2. Pengetahuan dan keterampilan terkait alat bantu yang dengan 5 = Sangat
Pelatihan dan
digunakan dalam program pelatihan tersedia untuk digunakan Tidak Setuju
Pengembangan
X2.2.3. Program pelatihan dilakukan untuk pegawai dalam
semua aspek
X2.3. Penilaian X2.3.1 Sistem penilaian dalam organisasi ini berorientasi pada
Kinerja pertumbuhan dan perkembangan
X2.3.2. Organisasi menyediakan sistem penilaian kinerja tertulis
dan operasional
X2.4.1 Remunerasi dan tunjangan terkait sepadan dengan aturan 1 = Sanga Tidak
X2.4. Setuju sampai
Kompensasi dengan 5 = Sangat
Tidak Setuju
X2.4.2. Prestasi kerja merupakan faktor penentu penting dalam
menentukan stimulus dan kompensasi
X2.4.3. Praktik kompensasi terkait dengan tujuan dan sasaran
organisasi
75
Tabel 3.2
Rincian Pernyataan Kusioner Penelitian (Lanjutan)
Indikator Item Pernyaaan Skala Likert
Variabel Komitmen Organisasi (Y1) diadopsi dari Messner (2017)
Y1.1. Y1.1.1. Secara keseluruhan, saya menikmati pekerjaan saya
Komitmen
Afektif
Y1.1.2. Saya bahagia di kantor dan di tempat kerja saya
Y1.1.3. Saya suka berbicara dengan orang lain tentang
pekerjaan saya
Y1.2. Y1.2.1. Saya pikir saya harus selalu jujur dan setia pada
Komitmen perusahaan saya
Normatif
1 = Sanga Tidak Setuju
Y1.2.2. Saya pikir orang cenderung berganti pekerjaan
sampai dengan 5 =
terlalu cepat jika sesuatu tidak berhasil.
Sangat Tidak Setuju
Y1.2.3. Saya pribadi khawatir tentang hal-hal yang menjadi
perhatian perusahaan saya
Y1.3. Y1.3.1. Terlalu banyak yang akan berubah dalam hidup saya
Komitmen jika saya harus mengubah pekerjaan saya sekarang
Kontinuan
Y1.3.2. Saya tidak berpikir saya akan memiliki kesempatan
kerja di luar
Y1.3.3. Jika saya mengubah pekerjaan saya, saya harus
mulai dari awal lagi
Variabel Kinerja Pegawai (Y2) diadopsi dari Nana dan Mishra (2018)
Y2.1. Efisiensi Y2.1.1. Pegawai menunjukkan rasa kesungguhan, dedikasi,
Kerja dan kemampuan untuk bertanggung jawab
Y2.1.2. Pegawai memiliki pengetahuan profesional dan
teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas mereka
secara efisien
Y2.2.1. Perencanaan kerja yang efektif berkontribusi pada
Y2.2. penetapan dan pencapaian tujuan organisasi
Perencanaan Y2.2.2. Karyawan organisasi memiliki kemampuan untuk
Kerja merencanakan dan melaksanakan tanggung jawab sesuai 1 = Sanga Tidak Setuju
dengan jadwal yang direncanakan sampai dengan 5 =
Y2.3. Y2.3.1. Pegawai organisasi tertarik untuk membuat Sangat Tidak Setuju
Kreatifias dan perubahan dalam teknik kerja mereka
Inovasi
Y2.3.2. Pegawai berhenti meniru orang lain dalam
memecahkan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan
Y2.4. Upaya Y2.4.1. Perasaan bangga dengan tugas yang diberikan
Kerja karyawan memotivasi mereka untuk melakukan upaya ekstra
Y2.4.2. Pegawai berkeinginan dan mengungkapkan rasa
kesediaan untuk bekerja di luar jam kerja resmi
76
Data yang berhasil dikumpulkan dari para responden penelitian akan diolah dalam
penelitian yang akan digunakan nantinya adalah valid dan reliabel. Adapun tahapan
analisis yang akan dilakukan antara lain tahapan menerjemahkan kuesioner asli
disesuaikan dengan kondisi waktu dan objek penelitian. Selanjutnya adalah tahapan uji
keterbacaan kuesioner yang akan dilakukan kepada entitas atau pihak yang dianggap
mampu mereperesentasikan para calon responden, sehingga kuesioner yang telah disusun
dapat dimengerti maksud dan tujuannya dan tahap terakhir adalah melakukan uji coba
pre-test kuesioner ukuran sampel sebanyak 30 peserta, karena bila hanya menggunakan
sampel kecil berkisar 5-15 peserta, cenderung akan mengalami kegagalan dalam
instrumen penelitian diperlukan untuk mengetahui dan mengukur ketepatan dan ketelitian
instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti yaitu
budaya kerja, pengembangan SDM, komitmen organisasi, dan kinerja pegawai. Atas hasil
uji coba tersebut, maka akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas menggunakan
software SPSS 25. Apabila hasil uji coba tersebut memberikan hasil yang baik dan
77
memuaskan, maka para responden dalam tahapan uji coba akan ikut disertakan sebagai
merupakan nilai yang membandingkan jarak antara koefisien korelasi dan korelasi
parsial. Sedangkan nilai KMO sendiri bervariasi mulai dari 0 sampai dengan 1.
Pertanyaan dalam suatu kuesioner penelitian dapat diuji validitasnya bila memiliki nilai
Setelah uji validitas, langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas, yang
digunakan untuk menguji konsistensi dan akurasi sebuah instrumen penelitian. Instumen
dikatakan reliabel apabila dapat digunakan sebagai instumen penelitian secara berulang
kali pada objek penelitian yang berbeda-beda dan tetap dapat menghasilkan hasil dan
kesimpulan yang sama. Salah satu model yang dapat digunakan dalam uji reliabilitas
adalah menggunakan uji statisik Cronbach Alpha dimana suatu intrumen dapat dikatakan
reliabel jika dapat memenuhi nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,70 (Nunnally, 1975).
2. Analisis Deskripsi
dari data yang telah dikumpulkan. Jawaban responden dalam penelitian ini menggunakan
skala Likert. Masing-masing skala mempunyai gradasi penilaian dari sangat tidak baik
sampai sangat baik yang dituangkan dalam pilihan jawaban instrument (angket).
maupun gambaran umum obyek penelitian dalam bentuk alasan terhadap pernyataan
Analisis data penelitian ini menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan
bantuan perangkat lunak SmartPLS. SmartPLS dapat digunakan untuk menilai validitas
analisis yang power full dan tehnik analisis multivariat yang memungkinkan dilakukan
analisis serangkaian dari beberapa variabel laten secara simultan sehingga memberikan
efisiensi secara statistik. Selanjutnya PLS merupakan metode analisis yang dapat
diterapkan pada semua skala data, tidak membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampel
tidak harus besar. Dari sudut pandang structural equation modelling, partial least
squares path modelling (PLS-PM) adalah pendekatan berbasis varian (Esposito Vinzi et
al., 2008, Henseler et al., 2016). PLS cocok untuk penelitian konfirmatori dan eksploratif.
PLS dapat digunakan sebagai konfirmasi teori juga dapat digunakan untuk
merekomendasikan hubungan yang ada atau belum dan juga mengusulkan proposisi
pengujian selanjutnya.
sebagai metode Partial Least Square (PLS). Alasan-alasan yang melatar belakangi
1. Model atau konstruk yang dirancang pada kerangka konseptual penelitian ini, terlihat
ada pengaruh kausal berjenjang yaitu budaya kerja dan pengembangan SDM
Dengan banyaknya pengaruh serta berjenjang, maka permasalahan dan tujuan yang
79
ingin dicapai dalam penelitian ini hanya dapat diselesaikan dengan bantuan model
berbentuk struktural.
2. SEM yang berbasis variance dengan metode PLS merupakan tehnik analisis
3. PLS merupakan metode analisis yang power full yang tidak didasarkan banyak
asumsi dan memungkinkan dilakukan analisis dari berbagai indikator variabel laten
baik indikator bersifat refleksif dan formatif. Kemudian Metode PLS lebih mudah
dioperasikan, tidak memerlukan adanya modifikasi indeks dan goodness of fit dapat
Merujuk pada alasan-alasan pemilihan model analisis PLS dalam penelitian ini,
peneliti menyadari bahwa dalam penggunaan metode ini ada beberapa asumsi yang
struktural, dan tidak terkait dengan pengujian hipotesis yaitu: (1) hubungan antara
variabel laten dalam inner model adalah linear dan adatif, dan (2) model structural
bersifat rekursif. Selain itu berhubungan dengan sampel size, maka sampel dalam PLS
dapat diperkirakan dengan: (a) sepuluh kali jumlah jalur struktural (struktural path) pada
inner model, dan (b) Sampel size kecil 30-50 atau sampel besar lebih dari 200.
Pengujian model empiris penelitian ini berbasis variance Partial Least Square
(PLS) dengan software SmartPLS. Pengujian goodness of fit dilakukan baik pada tahapan
pengukuran variabel (outer model) dengan melihat nilai estimasi loading karena
penelitian ini seluruh variabel laten diukur dengan indikator bersifat reflektif, maka
evaluasi terhadap model pengukuran dapat dilakukan melalui convergent validity, jika
80
nilai estimasi loading ≥ 0,70 dan nilai titik kritis (critical ratio/CR) signifikan pada
tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05. Discriminant validity dengan melihat nilai AVE
(Average Variance Extracted), yang direkomendasikan nilai AVE lebih besar dari 0,50
Goodness of Fit untuk inner model dievaluasi dengan melihat persentase varian
yang dijelaskan yaitu dengan melihat R2 (R-square variabel eksogen) untuk konstruk
laten, mengukur seberapa nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi
sebaliknya jika nilai Q-square < 0 menunjukkan model kurang memiliki predictive
(1 – Rp2). Di mana R12, R22…Rp2 adalah R-square variabel eksogen dalam model
persamaan. Besaran Q2 setara dengan koefisien determinan total R2m pada analisis jalur.
Asumsi data terdistribusi bebas (distribution free), model struktural pendekatan prediktif
PLS dievaluasi dengan R-square untuk konstruk dependen, Q-square test untuk relevansi
statistik untuk penilaian parameter dan pengujian hipotesis secara bersamaan (Henseler et
al., 2016) dan memungkinkan para peneliti untuk menguji atau memodifikasi teori dan
model (Hair et al., 2010). PLS-SEM memungkinkan para peneliti untuk menilai
hubungan kasual antara indikator dan hubungan antara konstruksi laten. Varian dari
konstruksi laten endogen dimaksimalkan dengan PLS-SEM (Hair et al., 2010). Algoritma
PLS berguna untuk mencapai tujuan penelitian agar mengetahui sejauh mana variabel
laten eksogen memprediksi variabel laten endogen (Hair et al, 2010), namun varian
81
berbasis SEM lebih baik. Karena, penelitian ini mencoba untuk menguji variabel budaya
kerja dan pengembangan SDM yang memprediksi komitmen organisasi dan kinerja
pegawai baik secara langsung maupun melalui mediasi komitmen organisasi, PLS-SEM
diterapkan. Perangkat lunak SmartPLS digunakan untuk penelitian saat ini untuk
Berdasarkan kerangka konsep dan model hipotesis penelitian, maka penelitian ini
model. Pengujian mediasi dilakukan guna menentukan sifat hubungan antara variabel
mediation) dan bukan mediasi. Pengujian variabel mediasi dapat dilakukan melalui
didukung oleh pemeriksaan variabel mediasi penelitian ini dengan pendekatan perbedaan
1. Jika nilai koefisien pengaruh antara budaya kerja dan pengembangan SDM terhadap
(c) signifikan, dan budaya kerja dan pengembangan SDM terhadap kinerja pegawai
2. Jika nilai koefisien pengaruh budaya kerja dan pengembangan SDM terhadap
komitmen organisasi (b) signifikan, budaya kerja dan pengembangan SDM terhadap
kinerja pegawai (c) signifikan, dan budaya kerja dan pengembangan SDM terhadap
kinerja pegawai (a) signifikan, di mana koefisien dari (a) lebih kecil (turun) dari nilai
(d) yaitu koefisien pengujian pengaruh budaya kerja dan pengembangan SDM tanpa
melibatkan variabel mediasi terhadap kinerja pegawai dapat disebut mediasi sebagian
(partial mediation).
3. Jika koefisien pada (b), (c) signifikan dan pada (a) signifikan, di mana koefisien dari
(a) hampir sama dengan (b) maka dikatakan bukan sebagai variabel mediasi.
4. Jika koefisien salah satu (c) atau (d) tidak signifikan atau keduanya tidak signifikan
yang dikembangkan oleh Geisser dan Stone (Solimun, 2012). Statistik uji yang digunakan
adalah titik kritis sama dengan uji t. Penerapan metode resampling memungkinkan data
terdistribusi bebas (distribusi free), sehingga tidak memerlukan asumsi distribusi normal,
serta tidak memerlukan sampel yang besar (minimal 30). Sampel bootstrap disarankan
sebesar 500, karena dengan sampel bootsrap 500 dapat menghasilkan pendugaan
hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Pengujian dilakukan dengan titik kritis
(CR); p-value ≤ 0,05 (α=0,05) artinya taraf signifikasi estimasi parameter dalam
pengujian hipotesis ditetapkan sebesar 95% atau α = 0,05. Hasil pengujian dapat
disimpulkan pada outter model signifikan menunjukkan bahwa indikator dipandang dapat
digunakan instrumen pengukur variabel laten. Kemudian hasil pengujian pada inner
model adalah signifikan, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna
DAFTAR PUSTAKA
Abu, E. E. Sobaih, Yasse, I, Gaber, G. (2019) Unlocking the black box: Psychological
contract fulfillment as a mediator between HRM practices and job performance.
Tourism Management Perspectives, 30 (2019), 171–181.
Ahmad, M., Allen, M., Raziq, M. M., & Rehman, W. (2018). Converging HRM
practices? A Comparison of High Performance Work System Practices in MNC
Subsidiaries and Domestic Firms in Pakistan. Employee Relations: The
International Journal, 41(5), 931-948.
Amstrong M. (2020). Armstrong's Handbook of Human Resource Management Practice,
15th Edition Published: 3rd January 2020. London: Kogan Page
Amstrong, M. (2009). Handbook of Management and Leadership: A Guide to Managing
Results. London: Kogan Page.
Atijah & Bahri, S. (2021). Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja Dan Budaya Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Sosial Kabupaten Labuhanbatu Utara.
Jurnal Humaniora, 5(1), 31-45.
Bassem E. M & Saheb, A. (2018). How organizational culture and leadership style affect
employees’ performance of genders". International Journal of Organizational
Analysis. https://doi.org/10.1108/IJOA-04-2017-1151
Malthis, R. L. and Jackson, J.H. (2011). Human Resource Management 13th Edition.,
USA: South–Western Cengage Learning.
Mangkunegara, A. P. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Mangkunegara. A.P. (2005). Manajemen Sumber daya Manusia Perusahaan. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
Mayer, .P. dan Allen, N.J. (1991). The Measurement and Antecedents of Affective,
Continuance and Normative Commitment to the Organizational. Journal of
Occupational Psychology, 63(1), 1- 18.
McGraw, P. (2014). A review of human resource development trends and practices in
Australia: multinationals, locals, and responses to economic turbulence.
Advances in Developing Human Resources, 16(1), 1-16.
Messner, W. (2017). The role of gender in building organisational commitment in India’s
services sourcing industry. Management Review, 29 (2017), 188–202.
Muhridin., Ansir., & Sinarwaty. (2019). The Effect of Work Capability, Work
Commitment and Job Satisfaction on Employee Performance. Jurnal
Manajemen Bisnis dan Organisasi, 3(1), 221-234.
Musabah, S., Zefeiti, B.A., & Mohamad, N. A. (2017). The Influence of Organizational
Commitment on Omani Public Employees’ Work Performance. International
Review of Management and Marketing, 7(2), 151-160.
Nurhadijah. (2010). Studi Tentang Budaya Kerja Pegawai Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri 1 Penajam Paser Utara. eJournal Administrasi Negara, 5(1), 5476-5489.
Nurseta, E., Kamaluddin, M., & Palilati, A. (2020). Pengaruh Budaya Organisasi
terhadap Kinerja Pegawai Melalui Komitmen Organisasi sebagai Variabel
Mediasi pada UPTP Kementerian Ketenagakerjaan RI di Kendari. Jurnal
Manajemen, Bisnis, dan Organisasi, 4(3), 81-94.
Oyemomi, O., Liu, S., Neaga, I., Chen, H., & Nakpodia, F. (2019). How cultural impact
on knowledge sharing contributes to organizational performance: Using the
fsQCA approach. Journal of Business Research, 94(2019), 313–319.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2018.02.027
Park, S & Doo, M. Y. (2019). The effect of organizational culture and HR practices on
female managers’ commitment and job satisfaction. European Journal of
Training and Development, 44(2), 105-120.
Setyawati, R., Akbar, M., & Luddin, M. R. (2020). The Influence of Organizational
Culture, The Attitude of The Lecturer Toward Women’s Leadership, and Job
Satisfaction on Organizational Commitment in The ‘Aisyiyah University
Yogyakarta. Journal of Business and Behavioural Entrepreneurship, 4(1), 62-
80.
Swanson, R.A. and Holton, E.F. (2009). Foundation of Human Resource Development.
San Francisco: Berrett – Koehler.
Torlak, N., Kuzey, C. and Ragom, M. (2018). Human resource management,
commitment and performance links in Iran and Turkey. International Journal of
Productivity and Performance Management, 67(9), 1994-2017.
https://doi.org/10.1108/IJPPM-11-2017-0298
Uraon, R.S & Gupta, M. (2019) "Do HRD practices affect perceived market performance
through operational performance? Evidence from software industry",
International Journal of Productivity and Performance Management,
https://doi.org/10.1108/IJPPM-06-2018-0207
Werner, J.M. and DeSimone, R.L. (2006). Human Resource Development: Foundation,
Framework, and Application. Cengage Learning Publications
Wheelen, T & Hunger J, D. (2010). Manajemen Strategis. Yogyakarta: ANDI.
Zeki, S.I, Huseyin, I., Hulya, T., and Birsen, A. (2019). The Effect of Organizational
Justice and Organizational Commitment on Knowledge Sharing and Firm
Performance. 3rd World Conference on Technology, Innovation and
Entrepreneurship (WOCTINE). Procedia Computer Science, 158(2019), 899–
906
Zhao, H., Teng, H., & Wu, Q. (2018). The effect of corporate culture on firm
performance: Evidence from China. China Journal of Accounting Research,
11(1), 1–19.