Anda di halaman 1dari 50

Karya

SW Widodo
Ttp dg logo

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SK PERKEMBANGAN NEGARA DI DUNIA MAPEL IPS

DARI SISWA KELAS IX

SMPN 30 KOTA MAGELANG

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh
Drs. Sri Wasono Widodo, M.Pd
NIP. 196212201986031002
Guru SMPN 30 Kota Magelang

PEMERINTAH KOTA MAGELANG


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
SMPN 30 KOTA MAGELANG
2010
Karya
SW Widodo
Ttp dg logo

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SK PERKEMBANGAN NEGARA DI DUNIA MAPEL IPS

DARI SISWA KELAS IX

SMPN 30 KOTA MAGELANG

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Disusun dalam rangka kegiatan pengembangan profesi guru

Oleh
Drs. Sri Wasono Widodo, M.Pd
NIP. 196212201986031002
Guru SMPN 30 Kota Magelang

PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
SD NEGERI 03 KEDUNGREJO KEC. REMBANG
2010

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Lembar Pengesahan Ii
Berita Acara Seminar iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Daftar Tabel (bila ada) vi
Daftar Gambar (bila ada) vii
Daftar Lampiran (bila ada) viii
Abstrak ix
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah dst.
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Pendekatan Konstruktivistik
2. Penguasaan Konsep
B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian (lokasi dan waktu)
B. Subjek Penelitian
C. Sumber Data
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
E. Validasi Data
F. Analisis Data
G. Indikator Kinerja/Indikator Keberhasilan (bila ada)
H. Prosedur Penelitian
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
B. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Hasil Pengamatan
4. Refleksi
C. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Hasil Pengamatan
4. Refleksi
D. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
E. Hasil Penelitian
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan
B. Implikasi/Rekomendasi
C. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Ijin penelitian dari Kepala Sekolah ...


Pernyataan Peneliti ...
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...
Lembar Kerja Siswa ...
Instrumen Penelitian ...
Contoh/sampel instrumen yang telah diisi ...
Contoh hasil ulangan siswa ...
Ijin penelitian dari kepala sekolah ...
Daftar Hadir siswa (saat siklus) ...
Copy jurnal mengajar (saat siklus) ...
Foto-foto (Foto-foto yang mendukung proses bisa masuk pada hasil ataupun ...
pembahasan)
ABSTRAK

Widodo, Sri Wasono. 2010. Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Hasil Belajar
SK Perkembangan Negara di Dunia Mapel IPS dari Siswa Kelas IX SMPN 30 Kota
Magelang. Laporan Penelitian Tindakan Kelas, diajukan dalam rangka kegiatan
pengembangan profesi guru.

Kata Kunci : Model Pembelajaran, Pembelajaran Kooperatif, Hasil Belajar

Latar belakang masalah dari penelitian tindakan ini adalah banyaknya siswa
yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep dari Standar Kompetensi
Perkembangan Negara di Dunia. Padahal, pemahaman tentang perkembangan
Negara-negara di dunia sangat penting mengingat berbagai indikator ketertinggalan
Indonesia dibandingkan dengan Negara-negara lain di dunia, bahkan di kawasan Asia
Tenggara sekalipun. Dalam penelitian ini, masalah yang diupayakan untuk diatasi
adalah bagaimana hasil belajar SK Perkembangan Negara di Dunia ini bisa
ditingkatkan. Berdasarkan kajian teori yang dikaji peneliti, hasil belajar SK
Perkembangan Negara di Dunia ini dapat ditingkatkan melalui implementasi
pembelajaran kooperatif.
PTK ini dilaksanakan pada bulan Juli, Agustus dan September. Subjeknya
adalah siswa kelas IX. Objek penelitian adalah Standar Kompetensi yang diupayakan
peningkatan hasil belajarnya, yaitu SK Perkembangan Negara di Dunia.
Dalam PTK ini digunakan teknik pengumpulan data tes dan non tes. Dari
teknik non tes digunakan instrumen pengumpulan data lembar observasi. Sedangkan
dari teknik tes digunakan instrumen penilaian soal uraian. Dalam analisis data
kuantitatif digunakan statistik deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai
kondisi awal, nilai setelah siklus pertama dan nilai setelah siklus kedua. Dalam
analisis kualitatif yaitu data hasil pengamatan maupun wawancara menggunakan
analisis diskriptif kualitatif yaitu deskripsi berdasarkan hasil observasi dan refleksi
dari tiap-tiap siklus.
Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang bencana alam. Dari nilai rata-rata
Ulangan Harian (UH) pertama sebagai kondisi awal sebesar 6,41 dapat ditingkatkan
menjadi 6,57 pada UH kedua sebagai hasil tindakan pada siklus pertama. Hasil
belajar ini meningkat menjadi 7,02 berdasarkan hasil UH ketiga sebagai hasil
tindakan pada siklus kedua.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada rekan guru untuk
mengimplementasikan berbagai teknik dari model pembelajaran kooperatif dalam
kegiatan pembelajaran. Teknik-teknik dari model ini yang bisa digunakan diantaranya
jigsaw, think-pair-share, three-step interview, numbered heads together dan team pair
solo. Penggunaan masing-masing teknik ini disesuaikan dengan kondisi dan materi
pembelajaran.
Catatan: kata kunci berkisar 3 s.d. 5 kat. Maksimal abstrak adalah dua
halaman. Isi abstrak minimal memuat: (1) tujuan penelitian, (2) setting dan subyek
penelitian, (3) prosedur penelitian termasuk analisis data, (4) hasil penelitian
Click here to enter text. KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
JAWA TENGAH

TEMPLATE LAPORAN PTK

PERHATIAN!!!
TEMPLATE INI UNTUK MEMOTIVASI REKAN-REKAN GURU YANG
BELUM BERPENGALAMAN DALAM MENYUSUN PTK DENGAN
HARAPAN AGAR MEREKA MENYUSUN PTK. BAGIAN YANG DICETAK
MERAH ADALAH PANDUAN SEHINGGA HARUS DIHAPUS,
SEDANGKAN BAGIAN YANG LAIN HARUS DIUBAH SESUAI KONDISI
INDIVIDUAL PENELITI.

REMBANG, 28 MEI 2010


PENYUSUN:
Drs. Sri Wasono Widodo,M.Pd.
Widyaiswara LPMP Jawa Tengah
e-mail: sriwasono@gmail.com
Dapatkan banyak pilihan template PTK di blog:
sriwasono.wordpress.com
HP.08522506209
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


(Pada sub bab ini deskripsikan kondisi subjek penelitian, objek penelitian,
dan kondisi peneliti. Subjek penelitian dalam PTK adalah siswa. Objek penelitian
adalah kondisi yang akan diubah atau permasalahan yang akan diatasi. Pada objek
penelitian di subbab ini sertai dengan data kondisi awal. Pada kondisi peneliti
deskripsikan apa yang belum dilakukan oleh peneliti yang sekiranya bila dilakukan
dapat mengatasi masalah yang akan diteliti).
Indonesia merupakan negara besar dengan jumlah penduduk terbesar keempat
dunia dan wilayah berupa lebih dari 17.000 pulau yang luas membentang antara 95o
BT sampai dengan 146 o BT dan dari 6 o LU sampai dengan 11 o LS. Pemahaman
tentang posisi geografis dan kondisi demografis yang strategis ini amat penting bagi
siswa sehingga bisa membangun karakternya yang bangga serta rasa kebangsaan
yang tinggi sehingga bisa mendukung ketahanan nasional di berbagai bidang yang
kuat dalam membentengi negara bangsa ini dari arus globalisasi. Dengan demikian
eksistensi negara tercinta ini dapat dikembangkan secara dinamis sehingga mendapat
kedudukan yang terhormat di tatanan pergaulan antar bangsa di dunia. Untuk itulah
penanaman konsep Standar Kompetensi (SK) Memahami Kondisi Perkembangan
Negara di Dunia sangat penting bagi siswa. SK ini terdiri dari dua Kompetensi Dasar
(KD) yaitu 1.1 Mengidentifikasi ciri-ciri negara berkembang dan negara maju dan 1.2
Mendeskripsikan Perang Dunia II. (termasuk pendudukan Jepang) serta pengaruhnya
terhadap keadaan sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia tentang bencana alam ini
sangat penting untuk dikuasai siswa.
Realitanya, Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep esensial ini.
Hal ini terlihat dari hasil Post Test dari pertemuan pertama yang menunjukkan nilai
terendah 4,57, nilai tertinggi 8.09 serta nilai rata-rata Idealnya nilai kondisi awal ini
diperoleh dari Ulangan Harian dari KD pertama, namun hal ini tidak bias peneliti
lakukan karena SK ini hanya terdiri dari dua KD saja. Selanjutnya peningkatan nilai
ini akan menjadi tolok ukur keberhasilan tindakan dalam penelitian ini.
Ada beberapa kemungkinan penyebab rendahnya hasil post test tersebut, di
antaranya adalah penggunaan metode ceramah yang masih mendominasi kegiatan
pembelajaran. Mengingat betapa pentingnya penguasaan siswa terhadap kompetensi
ini, diperlukan model pembelajaran yang menarik sebagaimana diamanatkan dalam
Standar Proses. Untuk ini Guru harus memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran
kooperatif dan kolaboratif (Depdiknas,2008).
…dst.
(Pada subbab latar belakang masalah ini bisa dilengkapi dengan deskripsi
adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoritis
maupun praktis yang melatar belakangi masalah yang akan diteliti. Ada baiknya di
bagian ini disinggung secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan
seminar, diskusi ilmiah atau pengamatan dan pengalaman pribadi yang terkait
dengan masalah yang akan diteliti yang dijabarkan secara lebih lengkap nanti pada
Bab II. Dengan demikian, masalah pokok yang akan diteliti mendapatkan landasan
yang kuat).

B. Identifikasi Masalah
(Identifikasi masalah pada umumnya berupa pertanyaan Banyaknya
pertanyaan lebih dari satu, serta lebih banyak dari banyaknya rumusan masalah.
Kalimat tanya dimulai dari yang komplek (holistik) sampai yang spesifik (atomistik),
Kalimat tanya tersebut tidak harus dijawab, karena hanya sebagai identifikasi
masalah. Kalimat tanya tersebut harus mengacu/ mengandung variabel pada
masalah pokok (Y).
Dalam suatu pembelajaran yang ideal, siswa akan mendapatkan fasilitasi
pembelajaran yang professional dari guru sehingga tercipta lingkungan belajar yang
kondusif. Guru yang professional akan mampu mengembangkan strategi
pembelajaran yang mampu mengakomodasikan kegiatan pembelajaran yang
memotivasi siswa untuk aktif, kreatif serta belajar dalam suasana yang
menyenangkan sehingga potensi siswa berkembang secara optimal sesuai kebutuhan,
bakat, dan minat siswa sesuai yang diamanatkan Standar Proses (Permendiknas No.
41 tahun 2007).
Namun dalam kenyataannya di kelas IX SMPN 30 Kota Magelang terrjadi
permasalahan yang penulis identifikasi sebagai berikut:
 Dalam masalah belajar siswa, mengapa siswa kesulitan dalam Memahami
Kondisi Perkembangan Negara di Dunia?
 Dalam hal pengembangan profesionalisme guru untuk peningkatan mutu
perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi program pembelajaran, muncul masalah
bagaimana mempersiapkan lingkungan belajar yang bisa menanamkan perilaku
kooperatif siswa?
 Dalam hal pengelolaan kelas, bagaimana teknik memotivasi dan modifikasi
perilaku siswa agar memahami konsep Kondisi Perkembangan Negara di Dunia?
 Dalam hal desain dan strategi pembelajaran di kelas, pertanyaan yang timbul
dalam identifikasi adalah model pembelajaran apa yang tepat untuk meningkatkan
hasil belajar Standar Kompetensi Memahami Kondisi Perkembangan Negara di
Dunia?
 Dalam penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai, teridentifikasi
masalah bagaimana mrngembangkan sikap kooperatif siswa?
 Dalam hal pemanfaatan alat bantu, media dan sumber belajar, muncul pertanyaan
media apa yang sesuai untuk pembelajaran tentang Kondisi Perkembangan
Negara di Dunia?
 Dalam hal sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran, muncul
pertanyaan teknik penilaian apa yang paling tepat digunakan dalam pembelajaran
tersebut?
 masalah kurikulum, misalnya pelaksanaan KTSP dalam hal interaksi guru-siswa,
materi-siswa, siswa-lingkungan, dsb. Misalnya: bagaimana mengembangkan
interdependensi tugas dan peran dalam suatu pembelajaran kooperatif?
(Sebagai rambu-rambu dalam mengidentifikasi masalah, harus
dipertimbangkan bahwa masalah yang diteliti benar-benar terjadi di sekolah (riil),
masalah tersebut penting dan mendesak untuk dipecahkan. Permasalahan yang akan
dirumuskan harus tercakup dalam identifikasi ini).

C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi hanya pada penggunaan model
pembelajaran. Hal ini mengingat penggunaan model pembelajaran sangat penting
dalam pembelajaran SK Memahami Kondisi Perkembangan Negara di Dunia. Juga
ada pertimbangan keterbatasan waktu sehingga permasalahan yang lain menempati
prioritas berikutnya yang akan diteliti pada kesempayan lain.
(Pada subbab ini deskripsikan dengan jelas bahwa tidak semua masalah yang
diidentifikasi pada bagian sebelumnya dapat dipecahkan secara simultan, sehingga
Anda perlu membatasi masalah. Jelaskan pula alasan mengapa Anda memilih fokus
pada masalah tersebut mengingat waktu, referensi, dsb. Deskripsikan pula definisi,
asumsi, dan lingkup yang menjadi batasannya serta hal-hal yang Anda duga menjadi
akar penyebab masalah ini, secara sistematis dan logis).

D. Rumusan Masalah
(Pada bagian ini rumuskan masalah penelitian dalam bentuk rumusan
masalah penelitian tindakan kelas. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan
kalimat tanya (Suhardjono,2008:68) dan mengemukakan alternatif pemecahan yang
hendak dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi dengan mengajukan indikator
keberhasilan tindakan, cara pengukuran, serta cara mengevaluasinya)
Dari judul di atas, misalkan dapat diajukan rumusan masalah sbb.:
1. Apakah implementasi model pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan hasil
belajar untuk Standar Kompetensi Memahami Kondisi Perkembangan Negara di
Dunia?
2. Seberapa jauh peningkatan hasil belajar siswa SK Memahami Kondisi
Perkembangan Negara di Dunia melalui implementasi model pembelajaran
Kooperatif?
3. Bagaimana implementasi model pembelajaran Kooperatif yang efektif pada
kegiatan pembelajaran SK Memahami Kondisi Perkembangan Negara di Dunia?

E. Tujuan Penelitian
(Pada bagian ini kemukakan tujuan PTK Anda baik tujuan umum maupun
tujuan khusus. Deskripsikan dengan jelas sehingga dapat diukur sesuai indikator
keberhasilannya. Perlu diingat bahwa pada suatu karya tulis ilmiah termasuk laporan
hasil PTK, keterkaitan antar bagian harus menunjukkan konsistensi. Dalam contoh ini
misalnya dapat ditulis tujuan PTK sebagai berikut)
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan hasil
belajar IPS SMPN 30 Kota Magelang.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian iniadalah
a. meningkatkan hasil belajar tentang Standar Kompetensi Memahami Kondisi
Perkembangan Negara di Dunia dari siswa Kelas IX SMPN 30 Kota Magelang.
b. mengembangkan model pembelajaran kooperatif dengan berbagai variasi teknik.
F. Manfaat Penelitian
(Pada subbab ini deskripsikan kontribusi hasil penelitian terhadap
peningkatan kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran bagi siswa sehingga tampak
manfaatnya bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan di sekolah lainnya.
Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian ini. Pada paragraf berikut
disajikan contoh).
Penelitian ini memiliki manfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang
meliputi:
1. Manfaat untuk siswa adalah meningkatnya penguasaan konsep SK Memahami
Kondisi Perkembangan Negara di Dunia
2. Manfaat untuk guru adalah memperdalam pemahaman tentang model
pembelajaran kooperatif dan menguasai teknik implementasinya.
3. Manfaat untuk sekolah adalah meningkatnya kualitas pembelajaran karena adanya
inovasi model pembelajaran kooperatif sehingga berdampak pada peningkatan
kualitas output dan outcome sekolah.
4. Manfaat untuk ... (bisa dielaborasi dengan manfaat yang berskala lebih luas).
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori

1. Hakikat Model Pembelajaran

Model Pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang


tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata
lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Dengan kata lain, apabila antara
pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai
menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran. (Sudrajat,2008).

Pada dasarnya karakteristik suatu model pembelajaran dapat dideskripsikan


secara sistematis atas beberapa komponennya. Komponen-komponen mencakup
hakikatnya, teori belajar terkait sebagai landasan teoritiknya, tujuan pengembangan
model tersebut, sintaks, lingkungan belajar dan pengelolaannya (Depdiknas a,2008).
Berbagai komponen tersebut saling berkaitan, dan dapat dideskripsikan sebagai
berikut.

2. Hakikat Pembelajaran Kooperatif

Beberapa rekan guru memiliki salah persepsi dengan menganggap model


pembelajaran kooperatif sama dengan diskusi kelompok, Terdapat perbedaan
mendasar antara kerja kelompok biasa dengan kerja kelompok yang didesain secara
kooperatif. Sekelompok siswa yang bekerja bersama mengelilingi satu meja sangat
berbeda dengan sekelompok siswa yang secara sistematis dan terencana bekerjasama
secara kooperatif. Pada sekelompok siswa yang duduk bersama satu meja, berbincang
banyak hal, namun tidak terstruktur dalam kelompok kooperatif, tidak akan terjadi
proses interdependensi secara positif. Barangkali kelompok seperti ini bisa dikatakan
sebagai belajar individualistik sambil berbincang-bincang. Untuk menjadi suatu
situasi belajar kooperatif dibutuhkan suatu tujuan bersama yang bisa diterima semua
anggota kelompok di mana keseluruhan anggota kelompok diberikan penghargaan
atas upayanya. Jika suatu kelompok siswa ditugaskan menyusun suatu laporan,
namun hanya satu orang saja yang mengerjakan dan anggota yang lain hanya
bercanda saja, maka tidak bisa dikatakan kelompok kooperatif. Suatu kelompok
kooperatif memiliki rasa tanggung jawab individual yang berarti semua anggota
membutuhkan pengetahuan tentang materi (atau caranya mengeja dalam contoh di
atas) agar kelompok secara keseluruhan bisa disebut sukses. (David dan Roger
Johnson,2001).

Model Pembelajaran Kooperatif juga dapat menjembatani fasilitasi


heterogenitas siswa, termasuk dalam sekolah inklusi di mana terdapat siswa dengan
disabilitas (Shevin dkk.,2001). Guru haruslah menstrukturisasi lingkungan
pendidikan dan sosial sehingga terjadi suasana kondusif bagi semua siswa
mengembangkan kemampuan dan sikap yang dibutuhkan untuk berinteraksi secara
lintas perbedaan dan disabilitas. Guru yang mengajar di suatu kelas inklusif haruslah
memiliki komitmen berupaya keras mengembangkan suatu model pembelajaran yang
tidak mengabaikan dan menstigmasi pembelajaran dengan berbagai ragam
kebutuhan.

Agar perilaku kooperatif dalam pembelajaran kooperatif lebih produktif dan


tidak terjebak pada upaya individualistik dan kompetisi harus terbentuk atmosfir
pembelajaran yang mendukungnya. Hal ini hanya terjadi dalam situasi dan kondisi .
3. Teori Belajar sebagai Landasan Teoritik

Teori Belajar Sosio Kultural dari Vygotsky menjadi acuan utama sebagai
landasan teoritik dari Model Pembelajaran Kooperatif. (Depdiknas a,2008). Teori
belajar Sosio Kultural dari Vygotsky memiliki premise kunci cultural mediation dan
internalisasi. Vygotsky meneliti bagaimana perkembangan anak dan bagaimana ia
belajar dengan dibimbing oleh budayanya dan melalui komunikasi interpersonal.
Vygotsky mengamati secara historis bagaimana tingginya fungsi mental bisa
berkembang dalam suatu kelompok kultural yang memiliki karakteristik tertentu,
sebagaimana bagusnya seorang anak secara individual belajar melalui interaksi sosial
dengan orang-orang yang memiliki arti dalam hidupnya, khususnya orang tua, namun
juga orang-orang yang lebih dewasa lainnya. Melalui interaksi ini, seorang anak akan
belajar kebiasaan-kebiasaan pemikiran dari budayanya, seperti pola berbicara, ragam
bahasa tulis, atau pengetahuan simbolik lain sebagai cara bagi seorang anak
memperoleh makna yang akan mengisi kontruksi pengetahuan anak tersebut. Premise
kunci dari psikologi Vygotskian ini sering disebut sebagai mediasi kultural.
Pengetahuan spesifik yang diperoleh siswa melalui interaksi seperti ini juga
merepresentasikan berbagi pengetahuan tentang budaya. Proses ini disebut
internalisasi (Lee,2000). Internalisasi dapat dipahami sebagai “mengetahui
bagaimana caranya”. Sebagai misal, mengendarai sepeda atau menuang susu ke gelas
merupakan sarana sosial yang pada awalnya belum dikuasai anak. Penguasaan
keterampilan seperti ini terjadi melalui aktivitas anak di lingkungan sosialnya. Aspek
internalisasi yang lebih berkembang akan menjadi apropriasi yang berarti anak
mampu menggunakan peralatan dengan cara unik yang berbeda dari orang lain.
Internalisasi penggunaan pensil memungkinkan anak menggunakan pensil untuk
menggambar dengan caranya sendiri yang sama sekali berbeda cara orang lain
menggambar dalam masyarakatnya (Lee,200).

Teori Belajar Sosio Kultural dari Vygotsky dapat dipilah menjadi dua sub
teori, yaitu Teori Zone of Proximal Development.dan Teori Scaffolding
(Kulsum,2008). Teori Zona Perkembangan Proksimal memiliki pandangan, jarak
antara tingkat perkembangan aktual ditentukan oleh pemecahan masalah secara
individual, sedangkan jarak antara perkembangan potensial ditentukan melaui
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa, atau melalui kolaborasi
dengan rekan sebayanya yang lebih kapabel (Vygotsky dalam Wikipedia). Menurut
Vygotsky, dalam proses pembelajaran interaksi sosial berperan penting, terutama
interaksi sosial dengan orang lain yang memiliki pengetahuan lebih baik. Apa yang
dilakukan bersama oleh anak hari ini, akan dapat dilakukannya sendiri kemudian hari,
demikian prinsip Lev Vygotsky (David dan Roger Johnson,2001). Proses
pembelajaran Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain
yang lebih memiliki pengetahuan yang lebih baik, dengan sistem yang secara kultural
telah berkembang lebih baik. Dalam teori ini ia menekankan dialog dan komunikasi
verbal dengan orang dewasa. Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk
berinteraksi memberikan peranan yang amat penting dalam perkembangan kognitif,
di samping pengaruh kebudayaan sosial dan perkembangan kognisi sosial.
(Kulsum,2008).

4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Berdasarkan berbagai penelitian, Implementasi pembelajaran kooperatif


memiliki beberapa dampak positif bagi siswa, yang bisa digeneralisasikan menjadi
tujuan dari implementasinya pada penelitian ini. Pembelajaran kooperatif ternyata
dapat meningkatkan intensitas belajar siswa sehingga berdampak positif pula pada
pencapaian akademik yang lebih tinggi. Melalui pembelajaran kooperatif, memori
pengetahuan siswa lebih bertahan lama, karena siswa lebih terkesan dan terpuaskan
dengan belajar secara kooperatif. Pembelajaran kooperatif juga mampu meningkatkan
keterampilan siswa dalam komunikasi secara lisan, keterampilan sosial,
meningkatkan rasapercaaya diri siswa, serta meningkatkan hubungan positif antar
siswa dengan berbagai latar belakang etnis dan kultural.

5. Sintaks

Sintaks dalam suatu pembelajaran kooperatif (Direktorat Pembinaan


SMP,2008) dimulai ketika guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan
tersebut. Pada penjelasan ini disertakan informasi tentang latar belakang materi
pembelajaran, pentingnya substansi pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk
belajar. Setelah kegiatan pembukaan ini dilakukan, guru mendemonstrasikan
keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap. Langkah ini
harus diambil sebelum guru memberikan tugas yang sesuai dengan substansi materi
pembelajaran, sehingga ketika kegiatan siswa berlangsung sesuai tugas masing-
masing, guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal. Ketika
pelaksanaan tugas menjelang purna, guru mengecek apakah siswa telah berhasil
melakukan tugas dengan baik, serta memberikan umpan balik. Selanjutnya guru
mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus
pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dlm kehidupan sehari–hari.

6. Pengelolaan Kelas dan Penciptaan Lingkungan belajar


Lingkungan belajar yang harus dibentuk dalam suatu pembelajaran kooperatif
memiliki beberapa karakteristik (David dan Roger Johnson,2001), yaitu
interdependensi positif, interaksi tatap muka, tanggung jawab individual dan
kelompok, keterampilan interpersonal dalam kelompok kecil, serta pemrosesan
kelompok (http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.htm).

Interdependensi positif dapat digambarkan secara ringkas sebagai prinsip


“berenang bersama atau tenggelam bersama”. Kondisi ini memiliki karakteristik
setiap anggota menyadari bahwa setiap upaya anggota kelompok sangat dibutuhkan
untuk keberhasilan kelompok. Satu anggota tidak mengerjakan fungsinya,
keseluruhan kelompok akan gagal. Di samping itu setiap anggota kelompok memiliki
kontribusi unik dan berbeda dengan anggota kelompok yang lain, sehingga muncul
upaya bersama dalam kelompok sebagai gabungan dan keterpaduan dari sumber,
peran, tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok tersebut.

Interaksi tatap muka dalam suatu kegiatan pembelajaran kooperatif sangat


diperlukan dalam dalam saling mendukung keberhasilan satu sama lain dari seluruh
anggota kelompok. Untuk itu setiap anggota kelompok dengan aktif menjelaskan
secara lisan bagaimana caranya memecahkan masalah masing-masing, mengajarkan
pengetahuan satu sama lain, melakukan pengecekan terhadap pemahaman satu sama
lain, mendiskusikan konsep-konsep yang sedang dipelajari, serta menghubungkan
pembelajaran saat ini dan yang telah lalu.

Dalam membelajarkan sikap tanggung jawab individual dan kelompok,


digunakan prinsip “tidak boleh ada yang sekedar menumpang! Tidak boleh ada yang
bermalas malasan”. Untuk ini harus dijaga agar jumlah anggota kelompok minimal.
Semakin kecil jumlah anggota kelompok, semakin besar tanggung jawab kelompok.
Juga harus dilakukan penilaian secara individual kepada setiap siswa. Juga perlu
dilakuakan uji kemampuan komunikasi lisan secara acak dengan cara meminta salah
seorang siswa mempresentasikan karya kelompoknya (mewakili kelompok) di
hadapan guru ataupun di depan kelas. Guru sebagai fasilitator juga perlu melakukan
pengamatan dengan cermat pada setiap kelompok dan melakukan
perekaman/pencatatan terhadap frekuensi kontribusi dari setiap anggota kelompok
pada karya kelompok. Guru perlu memberikan tugas kepada salah satu siswa dari
setiap kelompok untuk berperan sebagai pengecek yang bertugas meminta anggota
kelompok yang lain untuk menjelaskan rasional dan argumentasi yang menjadi
landasan berpikir dari jawaban kelompok. Juga harus ditugaskan kepada semua siswa
untuk mengajarkan apa yang ia pelajari kepada orang lain.

Dalam membelajarkan kepada siswa perlu dilatihkan keterampilan


interpersonal dalam kelompok Kecil. Hal ini dapat dielaborasikan dengan
membelajarkan keterampilan social yang meliputi kepemimpinan, membuat
keputusan, membangun rasa saling percaya, berkomunikasi secara efektif, serta
keterampilan kelompok dalam mengatasi konflik.

… dst.
(Pada bagian sebelumnya, kita telah mengidentifikasi beberapa
permasalahan yang kita hadapi dalam kegiatan pembelajaran, dan akhirnya kita
memutuskan akan fokus pada masalah tertentu. Selanjutnya kita memiliki rencana
untuk mengatasinya dengan mengimplementasikan pendekatan tertentu atau
menggunakan media tertentu. Apa langkah selanjutnya yang kita lakukan?
Dalam menyusun proposal PTK pada kajian pustaka, tidak sedikit dari
peneliti yang kebingungan, dan mengeluh karena merasa susah mencari kajian teori
dengan berbagai alasan. Alasan yang paling banyak dikemukakan adalah bahwa di
sekolah tidak tersedia buku-buku yang berisi teori yang mendukung objek
penelitiannya. Sesungguhnya di sinilah tantangannya. Pada era ghlobalisasi ini
sesungguhnya sangat banyak referensi online yang bisa kita peroleh secara cuma-
cuma melalui internet, yang disebut dengan open source. Referensi yang kita
perlukan pada kasus seperti antara lain tentang pendekatan pembelajaran, ilmu jiwa
dan ilmu pendidikan.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah hasil penelitian tindakan kelas, di antara
tulisan yang diajukan peneliti selama ini ada yang masih mencerminkan cara
berpikir yang tidak holistik, tetapi sangat parsial. Barangkali sangat naif dan
ketinggalan jaman apabila dalam bab ini peneliti masih menjelaskan arti setiap
istilah yang tanpa makna dan tanpa guna. Sebagai contoh, peneliti mengambil judul
Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep... Mata Pelajaran Mapel melalui
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif. Di bab II ini peneliti mengutip kamus
untuk setiap kata (1) upaya, (2) meningkatkan, (3) penguasaan, (4) konsep, (5) mapel
X, (6) Model Pembelajaran, dan (7) Kooperatif. Jelas sekali bab yang penuh dengan
kutipan kamus ini tidak akan ada gunanya karena tidak akan sampai pada
pengertian yang dimaksudkan pada judul.
Kesalahan umum yang sering dilakukan peneliti dalam Bab II ini adalah
peneliti belum menyampaikan dukungan terhadap tindakan yang dilakukan. Dengan
contoh tindakan di atas, peneliti wajib mencari teori yang menjelaskan bahwa
Implementasi model pembelajaran kooperatif adalah berprinsip “tenggelam atau
berenang bersama dst. Sehingga dalam implementasinya harus ada pembagian
kelompok dengan tugas berbeda tiap kelompok dan tugas berbeda pula untuk setiap
anggota kelompok atau yang dikenal dengan istilah interdependensi tugas. Dengan
singkat dapat dikatakan bahwa dalam bab ini tampak teori yang menunjukkan
hubungan sebab akibat, jika ada tindakan begini, akibatnya akan begini. Jadi kajian
pustaka bukan hanya menjelaskan untuk memberikan pengertian tentang hal-hal
yangh diteliti saja. Banyak di antara penulis yang justru berlebih-lebihan untuk
memperbanyak halaman karya tulisnya dengan menyampaikan hal-hal yang
sesungguhnya tidak diperlukan sama sekali, misalnya mengutip tata cara
penyelenggaraan di suatu satuan pendidikan, visi, misi, kurikulum, dan sebagainya.
Itu semua pada hakekatnya belum termasuk teori, namun masih menjadi objek yang
diteliti.
Pada bagian ini hendaknya diuraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka
yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan (dalam proposal)
dan pelaksanaan penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan, dan bahan
penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan
penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau
konsep yang akan digunakan dalam penelitian.
Sebagai contoh yang sesuai untuk judul dalam tulisan ini, akan dilakukan
PTK yang menerapkan model pembelajaran yang mengimplementasikan prinsip-
prinsip model pembelajaran kooperatif. Pada kajian pustaka harus dikemukakan
dengan jelas:
a) bagaimana teori belajar yang berkaitan dengan konstruktivisme misalnya Teori
Belajar Sosio Kultural Vygotsky), siapa saja tokoh-tokoh di belakangnya
misalnya, bagaimana sejarahnya, apa yang spesifik dari teori ini, apa prinsip-
prinsip dasarnya, apa persyaratannya, dan lain-lain.
b) bagaimana bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut
dalam pembelajaran, strategi pembelajarannya, skenario pelaksanaan dsb.
c) bagaimana keterkaitan penerapan pendekatan tersebut dengan perubahan yang
diharapkan, atau terhadap masalah yang akan dipecahkan, hal ini hendaknya
dapat dijelaskan lebih luas dengan dukungan berbagai hasil penelitian yang
sesuai.
d) harus tampak keterkaitan dengan subbab berikutnya, yaitu bagaimana perkiraan
hasil (hipotesis tindakan) dengan dilaksanakannya penerapan model di atas pada
pembelajaran terhadap hal yang akan dipecahkan.
Dalam penulisan laporan penelitian, bagian kajian teori dan pustaka pada
penelitian formal (empiris) berbeda dengan kajian teori dan pustaka pada penelitian
tindakan kelas. Pada penelitian formal, kajian pustaka disajikan untuk meningkatkan
pemahaman yang lebih tinggi tentang masalah yang sedang diteliti, karena
umumnya penelitian formal berasal dari hasil studi terhadap hasil penelitian
sebelumnya. Jadi ada tuntutan yang tinggi untuk menelaah secara luas/mendalam
literatur terkait dengan permasalahan yang diteliti dan penelitian-penelitian
sebelumnya. Pada penelitian tindakan kelas, kajian pustaka hanya dimaksudkan
untuk memberi guideline (petunjuk) bahwa suatu tindakan itu dibenarkan secara
teoritis. Jadi tidak ada kebutuhan (tuntutan) yang mendasar untuk menguji teori
yang sudah ada, dan dapat menggunakan literatur ataupun tulisan-tulisan tangan
kedua, dengan kata lain dokumen sekunder masih dapat dipakai untuk memperkuat
dasar teori yang ada di bab ini. Misalnya:
 Ada teori-teori terkait yang memberi arah/petunjuk tentang variabel
permasalahan yang dipecahkan serta variabel tindakan yang digunakan untuk
mengatasinya.
 Ada usaha peneliti memberikan argumen teoritis bahwa tindakan yang diambil
didukung oleh referensi yang ada sehingga secara teoritis tindakan tersebut
memiliki dukungan.
 Action tertentu dimungkinkan dapat meningkatkan mutu kegiatan belajar
mengajar, tetapi tidak untuk membuktikan teori. Dari uraian ini dikembangkan
(ke subbab berikutnya) kerangka berpikir yamg memberikan langkah dan arah
penelitian tindakan.

B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan


Berdasarkan laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang pernah dilakuakan
oleh Sri Wasono Widodo di SDN 03 Kedungrejo Kec. Rembang berjudul
“Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Hasil Belajar SK Bencana Alam
Mapel IPS dari Siswa Kelas VI SDN 03 Kedungrejo Kec. Rembang” disimpulkan
bahwa implementasi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa
SD Kelas VI untuk Standar Kompetensi Bencana Alam. Perbedaan utama dengan
penelitian ini adalah subjek penelitiannya berbeda yaitu Siswa SD untuk penelitian
sebelumnya dan Siswa SMP untuk penelitian ini. Perbedaan juga terjadi pada objek
penelitian, yaitu SK Bencana Alam pada penelitian pertama dengan SK
Perkembangan Negara di Dunia pada penelitian ini. Hal ini membawa konsekuensi
kajian teoritis untuk tahapan perkembangan siswa sebagai subjek penelitian maupun
kajian teoritis tentang implementasi model pada substansi mata pelajaran sebagai
objek penelitian sangat berbeda satu sama lain.
(Pada subbab ini deskripsikan hasil penelitian sebelumnya yang relevan
dengan penelitian yang Anda lakukan. Penelitian sebelumnya tersebut bisa dari
peneliti lain ataupun merupakan karya Anda sendiri. Jelaskan pula persamaan dan
perbedaannya secara rinci, sebagai upaya Anda untuk meyakinkan bahwa penelitian
yang Anda lakukan bukan merupakan duplikasi dari hasil penelitian yang sudah
ada.)

C. Kerangka Berpikir
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar dengan paradigma lama yaitu kurang
mengedepankan peran aktif siswa konstruksi pemahaman siswa kurang maksimal
sebagaimana terbukti dengan data-data dari kondisi awal. Meskipun sudah
diupayakan terjadinya interaksi antar siswa melalui diskusi, namun karakteristtik
kelompok kooperatif belum muncul. Untuk itu perlu diambil tindakan untuk
mengimplementasikan Model Pembelajaran Kooperatif dengan memenuhi segala
karakteristiknya sehingga ada interdependensi tugas, peran, dan tanggung jawab
sehingga muncul kondisi “berenang bersama atau tenggelam bersama”.
Ketika suatu kegiatan diskusi berlangsung tanpa interdependensi tugas, peran,
dan tanggung jawab maka akan terjadi beberapa siswa aktif namun beberapa siswa
yang lain pasif. Juga suatu kondisi muncul di mana pengelompokan yang besar dan
tugas yang sama sehingga ada kelompok yang aktif namunm ada juga kelompok laion
yang kurang aktif karena berpikiran bias mengikuti pendapat kelompok yang aktif.
Pada implementasi Model Pembelajaran Kooperatif, kondisi-kondisi seperti
deskripsi di atas diminimalisasi. Setiap siswa punya tugas, peran, dan tanggung
jawabnya sendiri. Setiap kelompok juga punya tugas, peran, dan tanggung jawabnya
sendiri. Dalam situasi seperti ini, anak akan menuju zona perkembangan
proksimalnya. Konstruksi pemahamannya terhadap materi pelajaran akan lebih
intensif berlangsung, karena pemaknaan terhadap tugas, peran, dan tanggung
jawabnya sebagai individu, sebagai anggota kelompok, maupun sebagai anggota
kelas kooperatif.

Guru/ peneliti : Siswa/Subjek


belum mengim- Penelitian:
KONDISI plementasikan
AWAL Hasil Belajar SK …
Model Pembelajaran rendah
Kooperatif

SIKLUS I
Implementasi
Guru/ peneliti : Pembelajaran
Mengimplementasi- Kooperatif
TINDAKAN kan Model
Pembelajaran
SIKLUS II
Kooperatif dalam
Perbaikan
mapel IPS SK …
implementasi
Dengan implementasi Pembelajaran
pembelajaean Kooperatif
kooperatif dapat
KONDISI AKHIR
meningkatkan hasil
belajar SK …
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikirt di atas, diduga implementasi
model pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar Standar
Kompetensi Memahami Kondisi Perkembangan Negara di Dunia dari Siswa Kelas IX
SMPN 30 Kota Magelang.
(Dalam kerangka berpikir deskripsikan hasil analisis, kajian dan simpulan
secara deduksi hubungan antar variabel berdasar kepada teori dan hasil-hasil
penelitian yang telah dibahas. Kerangka berpikir merupakan pendapat dan
pandangan penulis terhadap teori yang dikemukakan, dan merupakan penjelasan
sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan.
Kerangka berpikir harus menggunakan alur pikiran yang logis, sruktur
logikanya didasarkan atas premis-premis yang benar dan mempergunakan cara
penarikan kesimpulan yang sah. Kerangka berpikir harus berdasarkan pada
landasan teori dan disesuaikan dengan permasalahan yang diambil. Hal ini penting
untuk diperhatikan karena deskripsi kita pada bagian ini akan digunakan sebagai
dasar untuk menentukan pengajuan hipotesis.
Klimaks dari kerangka berpikir umumnya terdapat kalimat “... berdasarkan
kajian teori dan kerangka berpikir diatas, diduga ...(misalnya diduga melalui X
dapat meningkatkan Y). Berikut disajikan flowchrt atau diagram alir dari kerangka
berpikir).
`

(Untuk mengedit flowchart ini, kopi dulu ke file lain, lalu setelah diedit hapus
flowchat lama dang anti dengan yang baru hasil penyuntingan).

D. Hipotesis Tindakan
(Hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis statistik maupun hipotesis
penelitian formal. Hipotesia tindakan merupakan jawaban sementara berdasarkan
kajian teori dan kerangka berpikir. Hipotesis tindakan juga merupakan jawaban
sementara atas rumusan masalah yang diajukan berdasarkan kajian teori dan
kerangka berpikir.)
Sesuai dengan rumusan masalah pada bab sebelumnya, maka hipotesis
tindakan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah:
1. Apakah implementasi model pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan hasil
belajar untuk Standar Kompetensi Memahami Kondisi Perkembangan Negara di
Dunia?
2. Seberapa jauh peningkatan hasil belajar siswa SK Memahami Kondisi
Perkembangan Negara di Dunia melalui implementasi model pembelajaran
Kooperatif?
3. Bagaimana implementasi model pembelajaran Kooperatif yang efektif pada
kegiatan pembelajaran SK Memahami Kondisi Perkembangan Negara di Dunia?
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
(Pada bagian ini jelaskan kapan penelitian itu dilakukan. Deskripsikan juga
tahapan kegiatan mulai dari persiapan penyusunan proposal, penyusunan instrumen,
pengumpulan data, analisis data, pembahasan dan laporan hasil penelitian. Beri
alasan mengapa pengumpulan data/ pelaksanaan tindakan dilakukan pada waktu itu.)

2. Tempat Penelitian
(Tentang tempat penelitian, deskripsikan di mana penelitian itu dilakukan,
sekolah mana, program apa, kelas berapa dsb. Juga berikan alasan mengapa
penelitian dilakukan pada tempat itu.)

B. Subjek Penelitian
(Subjek penelitian PTK juga berbeda dengan penelitian formal. Pada PTK
tidak dikenal adanya populasi, sample, dan teknik sampling seperti pada penelitian
kuantitatif, tetapi digunakan istilah subjek penelitian. Pada PTK, Populasi adalah
sampel yang juga berarti merupakan subjek penelitian. Jika yang melakukan PTK
adalah guru, subjeknya adalah siswa Apabila yang melakukan penelitian kepala
sekolah, maka subjeknya adalah guru. Namun karena seorang kepala sekolah juga
merupakan seorang guru, maka subjek penelitian PTK yang dilakukannya bisa juga
siswa. Pada penelitian yang dilakukan oleh pengawas sekolah, subjeknya adalah guru
atau kepala sekolah. Dalam hal subjeknya bukan siswa seperti guru dan kepala
sekolah, biasanya penelitiannya disebut Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Di
subbab ini ungkapkan juga objek penelitiannya yaitu Standar Kompetensi yang akan
ditingkatkan hasil belajarnya.)

C. Sumber Data
(Sumber data dalam PTK dapat berasal dari subjek peneliti maupun dari luar
subjek peneliti. Sumber data dari subjek peneliti merupakan sumber data primer
(misalnya nilai ulangan harian). Sumber data dari luar subjek peneliti merupakan
sumber data sekunder (misalnya data hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman
sejawat).

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


(Dalam pengumpulan data dapat digunakan teknik tes maupun non tes.
Teknik tes pun bervariasi seperti tes tertulis, tes lisan, ataupun tes perbuatan. Teknik
non tes juga bervariasi seperti wawancara, pengamatan, chek list, dsb. Alat
pengumpulan data bergantung pada teknik yang digunakan. Apabila teknik yang
digunakan adalah tes, alatnya dapat berbentuk.butir soal tes. Apabila teknik
pengambilan data yang digunakan adalah non tes, alatnya dapat berbentuk pedoman
dan lembar observasi, pedoman dan lembar wawancara, dsb.)

E. Validasi Data
(Validasi artinya suatu kegiatan untuk memverifikasi benar tidaknya data
yang diperoleh. Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid atau sahih.
Validasi yang digunakan disesuaikan dengan data yang dikumpulkan. Untuk data
kuantitatif (berbentuk angka) umumnya yang divalidasi instrumennya. Validasi
instrumen yang digunakan adalah validitas teoretik maupun validitas empirik
Diperlukan kisi-kisi agar terpenuhinya validitas teoretik. Sedangkan untuk validasi
empirik diperlukan prosedur statistik tersendiri.
Validasi juga bisa dilakukan dengan teknik triangulasi. Teknik ini digunakan
untuk mengetahui secara persis kebenaran suatu fenomena dari arah atau posisi yang
berbeda. Ada beberapa macam teknik triangulasi:
 Triangulasi teoritis berati penggunaan teori yang berbeda
 Triangulasi sumber berarti penggunaan lebih dari satu sumber.
Misalnya pengambilan data dari orang tua siswa di samping data dari siswa..
 Triangulasi data diperoleh melalui pengambilan data di tempat, waktu
dan kondisi berbeda.
 Triangulasi instrumen berarti penggunaan instrumen berbeda untuk
menggali informasi yang sama.
 Triangulasi analisis adalah teknik triangulasi dengan menggunakan
cara analisis yang berbeda.)

F. Analisis Data
(Analisis yang digunakan sesuai dengan metode dan jenis data yang
dikumpulkan. Pada PTK data yang dikumpulkan dapat berbentuk kuantitatif maupun
kualitatif. Dalam PTK tidak digunakan uji statistik, tetapi dengan cara deskriptif.
Data kuantitatif menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan
nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1 dan nilai tes setelah siklus 2. Data
kualitatif hasil pengamatan maupun wawancara menggunakan analisis deskriptif
kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus.)

G. Indikator Kinerja/Indikator Keberhasilan (bila ada)


(Indikator kinerja merupakan kondisi akhir atau target yang diharapkan/
dicapai. Indikator kinerja didasarkan pada pengalaman yang lalu dan hasil yang
diperoleh pada saat melakukan tindakan. Dalam penetapannya perlu pertimbangan
yang cermat (jangan terlalu tinggi maupun terlalu rendah). Misalnya dalam kondisi
awal nilai rata-rata ulangan harian 52; indikator kinerjanya menjadi 54 atau 55
(jangan menjadi 88 atau 90).
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka indikator kinerja
penelitian ini adalah:
1. Meningkatnya kemampuan dalam mempresentasikan hasil diskusi tentang
konsep ..., meningkatnya kemampuan mendeskripsikan dengan jelas
pemahamannya tentang ..., mampu memberikan contoh, mampu membedakan
dengan konsep yang berbeda dsb. sesuai instrumen dan teknik pengumpulan data
yang digunakan.
2. Meningkatnya rata-rata nilai hasil post test, skor kuis, dsb. dari ... menjadi ...
3. Adanya Skenario pembelajaran dalam RPP dan bahan ajar yang sesuai dengan
pendekatan konstruktivistik.

H. Prosedur Penelitian
(Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang harus dilalui
peneliti.Langkah pertama adalah menentukan metode yang digunakan dalam
penelitian, yaitu metode penelitian tindakan kelas; dilanjutkan dengan menentukan
banyaknya tindakan yang dilakukan dalam siklus, minimal dua siklus. Langkah
selanjutnya adalah menentukan tahapan–tahapan dalam siklus, terdiri dari 4
tahapan yaitu: Planning, Acting, Observing, Reflecting. Perlu dijelaskan secara
singkat tiap tahapan pada setiap siklus, misalnya dalam perencanaan dijelaskan
langkah apersepsi, kegiatan inti, dan penutup.
Untuk membantu dalam penyusunan bagian ini, disarankan untuk terlebih
dahulu menuliskan pokok-pokok rencana kegiatan dalam suatu tabel sebagai contoh
berikut:

Siklus Perencanaan  Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam


1 : kegiatan pembelajaran
Identifikasi  Menentukan Kompetensi Dasar dan indikatornya
masalah dan  Mengembangkan skenario pembelajaran.
penetapan  Menyusun Lembar Pengamatan.
alternatif  Menyiapkan Sumber Belajar.
pemecahan  Mengembangkan format evaluasi,
masalah  Mengembangkan format observasi pembelajaran
Tindakan  Menerapkan tindakan mengacu pada skenario dan
Lembar Pengamatan..
Pengamatan  Melakukan observasi dengan memakai format observasi.
 Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format
Lembar Pengamatan.
Refleksi  Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang
meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap
macam tindakan.
 Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi
tentang skenario, Lembar Pengamatan, dsb.
 Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi,
untuk digunakan pada siklus berikutnya.
 Evaluasi tindakan I.
Siklus Perencanaan  Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan
II masalah.
 Pengembangan program tindakan II
Tindakan  Pelaksanaan program tindakan II
Pengamatan  Pengumpulan data Tindakan II
Refleksi  Evaluasi Tindakan II
Siklus-siklus berikutnya
Kesimpulan, saran, dan rekomendasi.

Dalam proposal, tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan


menguraikan indikator keberhasilan yang dicapai dalam setiap siklus sebelum
pindah ke siklus berikutnya. Jumlah siklus diupayakan lebih dari satu siklus, namun
tetap harus memperhatikan jadwal kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam
rencana pelaksanaan tindakan secara kolaborasi pada setiap tahapan hendaknya
digambarkan peranan dan intensitas kegiatan masing-masing anggota peneliti,
sehingga tampak jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam kegiatan tersebut.
Dalam proposal (merupakan bagian paling akhir dari proposal), lengkapi
dengan jadwal kegiatan yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan
penyusunan laporan hasil penelitian. Jadwal penelitian disusun untuk memberikan
prediksi bagi penulis sendiri dalam memprogram persiapan usulan pengembangan
profesi.

Contoh jadwal: .

NO RENCANA KEGIATAN MINGGU KE:


1-2 3-4 5-6 7-8 9-10 11-12

1. PERSIAPAN
Menyusun Konsep Pelaksanaan X
Menyepakati jadwal dan tugas X
Menyusun Instrumen X
Seminar Konsep Pelaksanaan X
2 PELAKSANAAN
Mempersiapkan kelas dan alat X
Melakukan Tindakan Siklus 1 X X
Melaksanakan Tindakan Siklus 2 X X
3 PENYUSUNAN LAPORAN
Menyusun Konsep Laporan X
Seminar Hasil Penelitian X
Perbaikan Laporan X
Penggandaan dan Pengiriman Hasil X

Pada laporan penelitian Bab III tentang metodologi penelitian menurut


Sagor (dalam Supardi:144) disebut deskripsi proses penelitian, yaitu peneliti
diharapkan mampu menuliskan atau menguraikan langkah-langkah penelitian
secara jelas dan padat. Contoh: Kami melakukan pretes kepada semua anak kelas ...
SD/SMP/SMA Negeri 5 Kota Semarang tentang penguasaan konsep ... pada akhir
September. Selama bulan Oktober dan November, semua siswa dan guru diharuskan
untuk menulis catatan peningkatan atau kemajuan dalam penguasaan konsep setelah
siswa diberikan pembelajaran berpendekatan konstruktivistik, termasuk tugas-tugas
yang terkait dengan pembelajaran baik yang berlangsung di ruang kelas maupun di
luar kelas. Pada akhir Desember, semua siswa diberikan postes. Kami juga
melakukan wawancara secara random terhadap 25 siswa. Secara bersamaan pula
kami melakukan wawancara melalui telepon kepada para orang tuanya untuk
mengetahui introspeksi siswa terhadap penguasaan konsepnya, kesenangan siswa
terhadap kegiatan pembelajaran terkait, dan sikap anak terhadap mata pelajaran X.
Setiap anggota tim peneliti saling memantau di kelas-kelas untuk melihat secara
dekat penerapan strategi (intervensi) pembelajaran yang diterapkan. Akhirnya, kami
menganalisis data untuk melihat perkembangan meningkatnya penguasaan konsep .
(Supardi,2006:144).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal


(Pada bagian ini deskripsikan dengan jelas dan terukur kondisi awal yang
menjadi masalah utama yang akan kita pecahkan. Misalnya (Supardi 2008:141):
menurut pengamatan peneliti pada Kelas ...SMP Negeri 5 Surakarta jumlah siswa
yang berani mengungkapkan gagasan tentang cara mengerjakan soal matematika
cenderung sedikit yaitu <10%. Data kondisi awal ini lebih baik apabila berupa data
primer, namun tidak menutup kemungkinan data sekunder.)

B. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan
Karena pada tahapan ini kegiatannya berupa penyusunan rancangan
tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan
bagaimana kegiatan tersebut dilakukan (Suhardjono,2008:78), maka dalam laporan
penelitian deskripsikan secara rinci rancangan yang telah Anda laksanakan. Pada
tahapan ini peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian
khusus untuk diamati, kemudian membuat instrumen pengamatan untuk merekam
fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Contoh:
a. Bagaimana Anda merancang isi mata pelajaran, bahan ajar, tugas siswa yang
sesuai dengan teori belajar konstruktivistik, yaitu menciptakan kondisi yang
alamiah bagi siswa sesuai kehidupannya sehari-hari dengan menghargai latar
belakang budayanya, menghargai potensi individual, menuntut tanggung jawab
secara personal dari setiap siswa, dan pentingnya motivasi
(http://en.wikipedia.org/wiki/Constructivism_learning_theory).
b. Merancang strategi dan skenario pembelajaran yang juga menggunakan prinsip
pendekatan konstruktivistik dalam kegiatan pembelajaran sesuai butir
sebelumnya..
c. Menentukan indikator ketercapaian tindakan yang akhirnya tertuang dalam Bab
III butir G dan menyusun instrumen pengumpulan datanya.
Rancangan dan skenario pembelajaran (atau dalam hal ini tindakan)
hendaknya dijabarkan serinci mungkin sinhingga bisa memberikan gambaran secara
jelas
a. langkah demi langkah yang akan dilakukan
b. kegiatan yang seharusnya dilakukan guru
c. kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa
d. rincian media pembelajaran dan bahan ajar yang akan digunakan dan cara
menggunakannya
e. jenis instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data disertai dengan
penjelasan rinci tentang cara menggunakannya.

2. Tindakan
(Tahapan ini merupakan fase pelaksanaan dari strategi dan skenario
pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Rancangan tersebut idealnya sudah
di'latih'kan pada diri guru pelaksana tindakan supaya ketika diterapkan di kelas
kualitas pembelajarannya sesuai yang diinginkan oleh skenario pembelajaran.
Namun demikian kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus terlihat wajar,
artinya jangan ada suatu perubahan radikal dari situasi pembelajaran keseharian.
Tindakan berupa pembelajaran yang dilakukan oleh Guru adalah kegiatan
untuk memperbaiki permasalahan. Dalam laporan PTK langkah-langkah yang
terjadi selama kegiatan pembelajaran diuraikan. Apa yang pertama kali dilakukan?
Bagaimana pengorganisasian kelasnya? Bagaimana suasana kelas dengan
pengorganisasian itu? Siapa yang mengajar? Siapa observer atau pengambil data?.
Pada saat pelaksanaan tindakan ini, guru harus berupaya agar
memberdayakan siswa sehingga mereka menjadi subjek belajar. Tumbuhkan
kesadaran, pemahaman, kemampuan dan kemauan belajar (learn how to learn).
Mereka harus memiliki budaya belajar karena hanya dengan belajar mereka bisa
menjadi agen perubahan bagi dirinya dan orang di sekitarnya.
Selama pelaksanaan tindakan, guru sebagai pelaksana intervensi
pembelajaran harus mengacu pada rancangan yang telah dibuat. Untuk itu semua
faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perubahan yang tidak direncanakan
harus dihindari. Upaya ini harus dilakukan untuk mengeliminasi kemungkinan
bahwa perubahan yang terjadi hanya kebetulan atau faktor lain yang bukan
merupakan tindakan kita.)

3. Hasil Pengamatan
(Observasi merupakan kegiatan pengumpulan data untuk memotret seberapa
jauh efek tindakan mengenai sasaran, atau untuk memantau perubahan yang
diinginkan. Pemantauan perubahan inilah yang nantinya akan menjadi bahan yang
berguna dalam refleksi. Data yang dikumpulkan tentunya sangat beragam sesuai
instrumen yang digunakan, bisa berupa kemajuan nilai yang merupakan indikator
meningkatnya penguasaan konsep ataupun hasil belajarnya, bisa juga berupa data
kualitatif dentang suasana kelas, fenomena-fenomena yang muncul dari siswa yang
disebabkan dari suasana belajar yang dibangun, dsb. Pada bagian ini, peneliti perlu
menjelaskan secara rinci jenis data apa saja yang dikumpulkan, cara mengumpulkan
data dan semua jenis instrumen yang digunakan. Ingat, jangan sampai memberikan
deskripsi refleksi pada bagian ini, karena belum saatnya.)
4. Refleksi
(Refleksi adalah suatu kegiatan yang mengulas secara kritis tentang
perubahan yang diharapkan telah terjadi atau belum. Perubahan ini menyangkut
siswa, suasana kelas, cara guru mengajar, interaksi siswa dengan materi, interaksi
siswa dengan siswa, interaksi siswa dengan guru, intensitas dan kualitas interaksi,
dsb. Pada tahapan ini guru menjawab semua pertanyaan seperti yang tertera pada
pertanyaan-pertanyaan kunci yang ada pada bagian sebelumnya dari tulisan ini.
Sesungguhnya di sinilah perlunya dilakukan kolaborasi dengan peneliti atau rekan
sejawat supaya refleksi yang dilakukan lebih menyeluruh, cermat, dan obyektif. Dari
hasil refleksi ini akan disusun rencana siklus selanjutnya yang berupa perbaikan-
perbaikan dari semua kelemahan yang terjadi pada tindakan siklus 1 dengan
meningkatkan kualitas keberhasilan di siklus sebelumnya.
Melalui kegiatan refleksi diharapkan terjawab berbagai pertanyaan seperti:
a. Apa yang telah diperoleh selama kegiatan berlangsung untuk
meningkatkan profesionalisme guru ataupun peneliti?
b. Apakah kegiatan yang telah dilakukan telah memperbaiki kualitas
pembelajaran?
c. Seberapa jauh peningkatan kualitas pembelajaran yang telah terjadi
berdampak pada hasil belajar ataupun kompetensi siswa?
d. Apa tindak lanjut kita supaya terjadi peningkatan kualitas
pembelajaran yang berkelanjutan?)

C. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Hasil Pengamatan
4. Refleksi
D. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
(Pada bagian ini ringkaskan hasil penelitian dari seluruh siklus dan semua
aspek yang menjadi konsentrasi penelitian kita. Deskripsi yang diberikan bisa
dilengkapi tabel dan grafik atau tabel dan grafiknya bisa ditulis di lampiran. Bahas
juga setiap aspek perubahan dan perbaikan yang terjadi, dan bila yang terjadi
sebaliknya maka perlu adanya deskripsi penyebab atau alasan yang logis dan
rasional. Apabila didukung dengan deskripsi teoritis yang ada, maka akan
menambah kualitas pembahasan.)

E. Hasil Penelitian
(Hasil penelitian pada bab ini pada dasarnya merupakan hasil penelitian
yang diperoleh melalui kebenaran empirik. Kebenaran secara teoretik berupa
hipotesis sudah diajukan pada bab II. Secara teotetik kebenaran diperoleh dari
pengembangan kajian teori, kerangka berpikir dan finalnya pengajuan hipotesis.
Secara empirik kebenaran diperoleh dari hasil analisis data yang diperoleh dari bab
III dan bab IV, sehingga hasil penelitian pada bab IV ini merupakan kebenaran
secara empirik.
Ingatlah konsistensi dengan bab-bab sebelumnya. Artinya isi kesimpulan ini
harus sesuai dengan permasalahan, tujuan penelitian, dan menjawab kebenaran
hipotesis atau tidak. Jadi dalam contoh kita apakah peningkatan HASIL BELAJAR ...
(SUBSTANSI SK) secara realitas terjadi? Jika tidak apa penyebabnya? Apakah ada
peningkatan hasil belajar siswa? Seberapa peningkatannya? Jika tidak terjadi
peningkatan apa penyebabnya? Apakah implementasi pendekatan konstruktivistik
dalam pembelajaran bisa dilakukan? Apa kendala pelaksanaannya? Temuan penting
apa yang Anda peroleh selama mengimplementasikan pendekatan tersebut?
Semuanya deskripsikan dengan jelas dan lengkap dalam bagian ini.)
BAB V.
PENUTUP

A. Simpulan

(Pada bagian ini kemukakan simpulan hasil penelitian pada bab sebelumnya
dengan memperhatikan perumusan masalah dan tujuan penelitiannya. Misalnya):

Kesimpulan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah:


1. Implementasi model pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan
hasil belajar untuk Standar Kompetensi Memahami Kondisi Perkembangan
Negara di Dunia.
2. Peningkatan hasil belajar siswa SK Memahami Kondisi
Perkembangan Negara di Dunia melalui implementasi model pembelajaran
Kooperatif tersebut adalah rata rata nilai dari … pada kondisi awal menjadi …
setelah pelaksanaan siklus pertama dan naik menjadi … setelah siklus kedua.
3. Implementasi model pembelajaran Kooperatif yang efektif pada
kegiatan pembelajaran SK Memahami Kondisi Perkembangan Negara di Dunia
adalah dengan mengefektifkan interdependensi tugas, peran, dan tanggung jawab
anggota kelompok.

B. Implikasi/Rekomendasi
Pada bagian ini deskripsikan dampak teoritis terhadap perkembangan ilmu
dan penelitian. Dapat juga digambarkan dampak penerapan praktis dalam
pemecahan masalah dan penyusunan kebijaksanaan. Jadi implikasi yang
dimaksudkan di sini adalah penerapan hasil penelitian dalam kebijakan, yang
dilanjutkan dengan rekomendasi yaitu saran yang lebih bersifat kebijakan (lebih
bersifat teknis) yang perlu dilakukan.

C. Saran
(Saran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian:
1. Saran untuk penelitian lebih lanjut. Uraikan keterbatasan penelitian
Anda, kemudian sarankan (Contoh)
a. Penelitian lebih lanjut tentang implementasi pendekatan konstruktivistik dalam
kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan konsep.
b. Dalam penelitian lanjutan validasi instrumen disarankan untuk ditingkatkan
karena dalam penelitian Anda validasinya belum memadai.
2. Saran untuk penerapan hasil penelitian, (Contoh)
a. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif dalam kegiatan pembelajaran
untuk KD yang sesuai.
b. Pentingnya penguasaan konsep secara tuntas, bukan fakta-fakta yang terpisah-
pisah.
c. Pengembangan berbagai model pembelajaran yang kolaboratif dan kooperatif.)
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research-


CAR). Dalam Arikunto, Suharsimi dkk. (Eds). Penelitian Tindakan Kelas
(hlm. 1-41). Jakarta:Bumi Aksara.

Suhardjono. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan


Profesi Guru. Dalam Arikunto, Suharsimi dkk. (Eds). Penelitian Tindakan
Kelas (hlm. 43-98). Jakarta:Bumi Aksara.

Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Beserta


Sistematika Proposal dan Laporannya. Dalam Arikunto, Suharsimi dkk. (Eds).
Penelitian Tindakan Kelas (hlm.99-148). Jakarta:Bumi Aksara.

UM. 2003. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:Universitas Negeri Malang.

Wikipedia.13 Desember 2008. Constructivism (Learning Theory). Wikipedia, The


Free Encyclopedia.(Online). (http://en.wikipedia.org/wiki/Constructivism_
(learning_theory)). Diakses tanggal 19 Desember 2008).

Wikipedia.16 Desember 2008. Theory of Cognitive Development. Wikipedia, The


Free Encyclopedia.(Online). (http://en.wikipedia.org/wiki/Theory_ of_
cognitive_development. Diakses tanggal 19 Desember 2008).

Depdiknas a.2008. Pengembangan Model Pembelajaran CTL SMP. (CD KTSP


SMP). Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP Depdiknas.

Depdiknas b. 2008. Permendiknas No.41 Tahun 2007 tentang untuk Satuan


Pendidikan Dasar dan Menengah. (CD KTSP SMA). Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA Depdiknas.

Shevin, Mara Saphon, Barbara J. Ayres, dan Janet Duncan.2001. Cooperative


Learning and Inclusion. [Online] 15 Oktober 2001.
<http://www.clcrc.com/pages/overviewpaper.html>. Diakses 23 Desember
2009.
Sudrajat,Akhmad.2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik,
dan Model Pembelajaran. [Online] 12 September 2008.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com. Diakses tanggal 14 April 2010.

David dan Roger Johnson. 2001. An Overview of Cooperative Learning. [Online] 15


Oktober 2001. <http://www.clcrc.com/pages/overviewpaper.html>. Diakses
23 Desember 2009.

Kulsum, Ummu. 2008. Komparasi antara Konsepsi Teori Sosiokultural Vygotsky


dengan Konsepsi Pendidikan Islam. Thesis. [Online] 18 Agustus 2009. Digital
Library IAIN Sunan Ampel Surabaya http://digilib.sunan-
ampel.ac.id..Diakses tanggal 14 April 2010.

Lee, C. D., & Smagorinsky, P. (Editors) (2000). Vygotskian perspectives on literacy


research: Constructing meaning through collaborative inquiry. New York:
Cambridge University Press.

http://en.wikipedia.org/wiki/Zone_of_proximal_development diakses tanggal 15


April 2010

Http: http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.htm diakses tanggal 5


April 2010 

Wikipedia. 2010. Psikologi Gestalt file:///D:/Model%20Pembelajaran/Gestalt.htm

Permendiknas No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Drs. Sri Wasono Widodo, M.Pd.


NIP : 131626323
Jabatan : Widyaiswara Madya
Unit Kerja : Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Tengah

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tulisan ini benar-benar merupakan karya saya
sendiri; bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang
kemudian saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam laporan ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, Desember 2008


Yang membuat pernyataan,

Sri Wasono Widodo

CONTOH KETENTUAN PENULISAN:


1. Spasi 2, Times New Roman, font 12
2. 40-60 halaman
3. Kertas A4
4. Jilid rapi
5. Pengesahan: di lampiran
Lampiran 05

INSTRUMEN PENELITIAN

LEMBAR CHECKLIST PENGAMATAN PERILAKU KOOPERATIF

N ASPEK/SUB ASPEK KONDISI


O
YA TDK

A. Interdependensi Positif:
1. Setiap individu mengerjakan tugas dan perannya
2. Setiap individu memiliki tugas unik dan berbeda dengan
lainnya
Setiap kelompok memiliki tugas unik dan berbeda dengan
tugas kelompok lainnya.
B. Interaksi Tatap Muka
Secara lisan menjelaskan bagaimana memecahkan masalah
Mengerjakan pengetahuan satu sama lain
Melakukan pengecekan terhadap pelaksanaan tugas satu sama
lain
Mendiskusikan konsep-konsep yang sedang dipelajari
Menghubungkan pembelajaran saat ini dengan yang lalu
C. Tanggung Jawab Individual dan Kelompok
Jumlah anggota setiap kelompok optimal
Penilaian dilakukan terhadap setiap individu
Siswa yang ditunjuk secara acak mampu mempresentasikan
hasil diskusi kelompok
Setiap anggota memiliki kontribusi dalam kelompok
Setiap kelompok memiliki seorang checker yang efektif dalam
mengkonfirmasi setiap anggota untuk memberikan argumentasi
rasional
Setiap siswa mengajarkan hasil pemahamannya kepada siswa
lainnya
D. Keterampoilan Interpersonal dalam Setiap Kelompok Kecil
Kepemimpinan
Membuat Keputusan
Terbentuk sikap saling mempercayai
Saling berkomunikasi secara efektif
Konflik dipecahkan bersama
E. Pemrosesan Kelompok
Tujuan kelompok berhasil disepakati
Hubungan kerjasama timbal balik dipertahankan terus menerus
Saling mengingatkan tentang kegiatan yang produktif dan tidak
produktif untuk tujuan kelompok
Kesepakatan kelompok tentang perilaku yang harus diubah dan
dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai