Anda di halaman 1dari 7

TUGAS METODE PENELITIAN

OLEH:
ABDUL AHSAN WEHA
NIM.

Dosen Pengampuh Mata Kuliah: Dr. Nursaban Rommy, SE., M.Si

PROGRAM STUDI MANAJEMEN (S2) PROGRAM MAGISTER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
K E N DA R I
2022
Latar Belakang

Sumber daya kantor Kecamatan Katobu Kabupaten Muna yang meliputi Sumber Daya

Manusia (SDM), anggaran, sarana dan prasarana, kelembagaan dan ketatalaksanaan menjadi

faktor penentu keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam menghadapi dinamika

perubahan lingkungan strategis. Pengukuran capaian kinerja adalah proses sistematis dan

berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai

dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi,

misi, strategi instansi pemerintah. Fakta empiris menunjukan kinerja pegawai kantor Kecamatan

Katobu Kabupaten Muna masih belum memuaskan. Kinerja pemerintahan masih jauh dari

indikator peyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) dengan ciri transparancy

(keterbukaan), fairness (kewajaran), responsibility (tanggung jawab yang jelas), dan efficiency

(peningkatan efisiensi).

Belum memuaskannya kinerja pemerintah pada kantor Kecamatan Katobu Kabupaten

Muna terindikasi sebagai berikut: Pertama, tingkat kecermatan dan ketelitian pegawai dalam

melaksanakan tugasnya, ketidak sesuaian penempatan pegawai dengan tugas pokok yang

diberikan, standar kerja yang masih dianggap tinggi oleh pegawai, belum adanya usaha secara

mandiri untuk meminimalisir pekerjaan yang diberikan, masih adanya pegawai yang belum

terampil menggunakan IT. Kedua, volume kerja yang masih rendah karena seringnya menunda

pekerjaan sehigga volume kerja yang ditargertkan tidak tercapai. Ketiga, pemanfaatan waktu

kerja yang belum optimal yang ditandai waktu datang kantor yang masih sering terlambat,

pemanfaatan waktu istrahat yang tidak sesuai dengan waktu istrahat serta jam pulang yang tidak

konsisten dengan jam kantor, selain itu pegawai enggan untuk kerja lembur. Keempat,

ketersediaan anggaran untuk melaksanakan pekerjaan belum efektif karena yang terjadi
ketersediaan anggaran yang direncanakan dan disetujui tidak sesuai dengan program-program

yang akan dilaksanakan, serapan anggaran yang masih rendah, sehingga yang terjadi adalah

program mengikuti anggaran bukan anggaran mengikuti program.

Fenomena lainnya yang berkitan dengan gaya kepemimpinan situasional di Kantor

Kecamatan Katobu Kabupaten Muna yaitu gaya pimpinan yang menonjol diterapkan oleh

pimpinan adalah participasi dan mendelegasikan. Implementasi pendelegasian dan participasi

yang dilakukan oleh pemimpin tidak dibarengi dengan kemampuan dan pengalaman yang

maksimal. Permasalahan yang kemudian timbul karena pendelagasian dan participasi yang

dilakukan tidak mampu dijabarkan dan diimplementasikan dengan baik oleh bawahan yang

menerima delegasi dan menyebabkan program-program kerja yang telah dicanangkan tidak

tercapai. Selanjutnya, berdasarkan pengamatan penulis dapat disimpulkan bahwa secara umum

kondisi fisik Kantor Camat Katobu Kabupaten Muna dapat dikatakan baik, walaupun masih

terdapat beberapa tata ruang kantor yang kurang baik, misalnya dengan ukuran ruang kantor

yang tidak terlalu luas, ruang kantor tersebut bisa diisi lebih dari 3 meja. Selain itu dalam

pewarnaan ruangan masih ada yang belum sesuai dengan warna yang seharusnya.

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan di atas maka teori utama (grand theory)

yang menjadi dasar dalam mengukur dan mengkaji hubungan antara variabel dalam penelitian ini

adalah teori Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dan perilaku organisasi. Malthis dan

Jackson (2011:14) menjelaskan MSDM adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengendalian yang berhubungan dengan sistem rancangan formal dari organisasi untuk

menentukan efektivitas dan efisiensi dari bakat personil untuk mewujudkan kinerja dan sasaran

organisasi. Perilaku organisasi menyangkut aktivitas individu pada organisasi dalam mencapai

kinerja dan tujuan organisasi (Griffin dan Moorhead, 2014:21).


Berdasarkan pada teori MSDM dan perilaku organisasi untuk mengkaji dan menguji

hubungan antara variabel penelitian ini difokuskan pada kajian kinerja pegawai. Kinerja pegawai

(performance) adalah ukuran untuk mengidentifikasi hasil pencapaian pegawai terhadap tugas

organisasional. Dalam studi ini, teori yang digunakan untuk menjelaskan konstruk kinerja

pegawai adalah performance theory yang dikemukakan oleh Edwin Flippo (2002); Dessler

(2015) dan Sedarmayanti (2016). Kemudian pengukuran kinerja pegawai pada penelitian ini

dioperasionalkan melalui SKP (Sasaran Kerja Pegawai) berdasarkan PP No. 30 tahun 2019

bahwa Penilaian kinerja PNS secara sistemik menggabungkan antara SKP dan Penilaian Perilaku

Kerja. Peningkatan kinerja pegawai pada organisasi publik secara teoritis maupun empiris dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain:

Pertama, gaya kepemimpinan situasional terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai.

Teori kepemimpinan situasional yang dikenal dengan situational leadership theory yang

dikembangkan Hersey & Blanchard (1988) telah menginspirasi suatu model gaya kepemimpinan

yang mengikut pada situasi bawahan dengan membagikan gaya kepemimpinan kepada empat

dimensi yaitu; (1) telling (memberitahukan), (2) selling (menjajakan), (3) participating

(mengikutsertakan) dan (4) delegation (mendelegasikan). Hasil penelitian terdahulu yang telah

membuktikan bahwa gaya kepemimpinan situasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja oleh Setyorini, et.al (2018). Namun ada kesenjangan temuan penelitian oleh

Lamanto (2012) menemukan gaya kepemimpinan situasional berpengaruh tidak signifikan

terhadap kepuasan kerja. Selanjutnya hasil penelitian Selviasari (2019) menemukan gaya

kepemimpinan situasional berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja pegawai. Terdapat

kesenjangan atau kontradiksi hasil penelitian Hidayati, et.al (2016) menemukan bahwa gaya

kepemimpinan situasional berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja pegawai.


Kedua, lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai. Menurut

Schermerhorn et al. (2012:64) bahwa lingkungan kerja adalah lingkungan tugas, terdiri dari

organisasi yang sebenarnya, kelompok, dan orang orang dengan siapa organisasi berinteraksi dan

perilaku bisnis. Herman Sofyandi (2008:38) serangkaian faktor yang mempengaruhi kepuasan

dan kinerja. Ishak & Tanjung (2003:26), lingkungan kerja yang baik dapat menciptakan gairah

kerja, produktivitas dan prestasi kerja meningkat. Hasil penelitian terdahulu telah membuktikan

bahwa pengaruh lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja oleh Aoliso &

Lao (2018). Namun ada kesenjangan temuan penelitian oleh Ayuhana et al (2018) menemukan

bahwa lingkungan kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai.

Selanjutnya hasil penelitian Lestari, et.al (2018); menemukan lingkungan kerja berpengaruh

positif dan signifikan pada kinerja pegawai.Terdapat kesenjangan atau kontradiksi hasil

penelitian Langer, et.al (2017) menemukan bahwa lingkungan kerja berpengaruh tidak signifikan

terhadap kinerja pegawai.

Ketiga, kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan sudut pandang masyarakat

dan pegawai, kepuasan kerja berhubungan dengan kinerja organisasi oleh Luthans (2011:141-

143). Teori kepuasan kerja yang dirujuk dalam menguji pengaruh kepuasan kerja terhadap

kinerja pegawai dikemukan Dessler (2019:231) mengemukakan kepuasan kerja sebagai satu set

perasaan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan bagi pegawai untuk memahami

pekerjaannya dan menentukan keberhasilan untuk mencapai kinerja yang lebih tinggi. Hasil

penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap

kinerja pegawai oleh Qureshi, et.al (2019). Namun ada kesenjangan temuan penelitian oleh

Kristine (2017) menemukan bahwa kepuasan kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kinerja pegawai.
Akhirnya, pengujian pengaruh antar konstruk penelitian ini dilakukan baik secara

universal maupun kontingensi yakni melalui peran mediasi kepuasan kerja. Pendekatan dalam

pengujian mediasi kepuasan kerja menggunakan pendekatan Knowledge Based View (KBV).

Pendekatan KBV menyatakan bahwa jika organisasi ingin memiliki kinerja yang tinggi, sangat

penting untuk meningkatkan kepuasan kerjan (Grant, 2002).

Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian pengaruh antara variabel yang dikaji

dalam penelitian ini sebagian besar telah membuktikan bahwa gaya kepemipinan situasional dan

lingkungan kerja yang baik secara langsung mampu meningkatkan kinerja pegawai. Meskipun

secara empiris ternyata hasil penelitian terdahulu sangat kontradiktif secara langsung maupun

tidak langsung (mediasi). Karena itu peneliti tertarik untuk melakukan pengujian kembali dan

memperoleh kejelasan dari pengaruh variabel tersebut secara terintegrari.

Berdasarkan reseach gap pada penelitian ini menginvestigasi pengaruh gaya

kepemimpinan situasional dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai baik secara langsung

maupun melalui peran mediasi kepuasan kerja. Dengan demikian dipandang perlu adanya

penelitian lanjutan khususnya pada kantor Kecamatan Katobu Kabupaten Muna. Alasan memilih

obyek penelitian ini, karena fenomena empiris menunjukkan bahwa peralihan masa orde baru ke

masa reformasi telah membawa perubahan dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dari

sentralistis menjadi desentralistis. Obyek penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil kantor

Kecamatan Katobu Kabupaten Muna. Merujuk pada Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004,

maka mekanisme perencanaan pembangunan daerah ke depan juga dituntut untuk semakin

mengedepankan pendekatan perencanaan pembangunan partisipatif.


PENJELASAN

JUDUL PENELITIAN:

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DAN LINGKUNGAN KERJA


TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR KECAMATAN KATOBU KABUPATEN
MUNA DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

Variabel Bebas : Gaya Kepemimpinan Situasional dan Lingkungan Kerja

Variabel Terikat : Kinerja Pegawai

Variabel Mediasi : Kepuasan Kerja

1. Paragraf 1, 2 dan 3 merupakan Objek dan fenomena penelitian

2. Paragraf 4 dan 5 merupakan Rujukan Teori

3. Paragraf 6, 7, 8 dan 9 merupakan teori tiap variable, research gap tiap variable penelitian

4. Paragfar 10 dan 11 merupakan fenomena empiris dan formulasi judul penelitian

Anda mungkin juga menyukai