OLEH:
ABDUL AHSAN WEHA
NIM.
Sumber daya kantor Kecamatan Katobu Kabupaten Muna yang meliputi Sumber Daya
Manusia (SDM), anggaran, sarana dan prasarana, kelembagaan dan ketatalaksanaan menjadi
faktor penentu keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi dalam menghadapi dinamika
perubahan lingkungan strategis. Pengukuran capaian kinerja adalah proses sistematis dan
dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi,
misi, strategi instansi pemerintah. Fakta empiris menunjukan kinerja pegawai kantor Kecamatan
Katobu Kabupaten Muna masih belum memuaskan. Kinerja pemerintahan masih jauh dari
indikator peyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) dengan ciri transparancy
(keterbukaan), fairness (kewajaran), responsibility (tanggung jawab yang jelas), dan efficiency
(peningkatan efisiensi).
Muna terindikasi sebagai berikut: Pertama, tingkat kecermatan dan ketelitian pegawai dalam
melaksanakan tugasnya, ketidak sesuaian penempatan pegawai dengan tugas pokok yang
diberikan, standar kerja yang masih dianggap tinggi oleh pegawai, belum adanya usaha secara
mandiri untuk meminimalisir pekerjaan yang diberikan, masih adanya pegawai yang belum
terampil menggunakan IT. Kedua, volume kerja yang masih rendah karena seringnya menunda
pekerjaan sehigga volume kerja yang ditargertkan tidak tercapai. Ketiga, pemanfaatan waktu
kerja yang belum optimal yang ditandai waktu datang kantor yang masih sering terlambat,
pemanfaatan waktu istrahat yang tidak sesuai dengan waktu istrahat serta jam pulang yang tidak
konsisten dengan jam kantor, selain itu pegawai enggan untuk kerja lembur. Keempat,
ketersediaan anggaran untuk melaksanakan pekerjaan belum efektif karena yang terjadi
ketersediaan anggaran yang direncanakan dan disetujui tidak sesuai dengan program-program
yang akan dilaksanakan, serapan anggaran yang masih rendah, sehingga yang terjadi adalah
Kecamatan Katobu Kabupaten Muna yaitu gaya pimpinan yang menonjol diterapkan oleh
yang dilakukan oleh pemimpin tidak dibarengi dengan kemampuan dan pengalaman yang
maksimal. Permasalahan yang kemudian timbul karena pendelagasian dan participasi yang
dilakukan tidak mampu dijabarkan dan diimplementasikan dengan baik oleh bawahan yang
menerima delegasi dan menyebabkan program-program kerja yang telah dicanangkan tidak
tercapai. Selanjutnya, berdasarkan pengamatan penulis dapat disimpulkan bahwa secara umum
kondisi fisik Kantor Camat Katobu Kabupaten Muna dapat dikatakan baik, walaupun masih
terdapat beberapa tata ruang kantor yang kurang baik, misalnya dengan ukuran ruang kantor
yang tidak terlalu luas, ruang kantor tersebut bisa diisi lebih dari 3 meja. Selain itu dalam
pewarnaan ruangan masih ada yang belum sesuai dengan warna yang seharusnya.
Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan di atas maka teori utama (grand theory)
yang menjadi dasar dalam mengukur dan mengkaji hubungan antara variabel dalam penelitian ini
adalah teori Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dan perilaku organisasi. Malthis dan
pengendalian yang berhubungan dengan sistem rancangan formal dari organisasi untuk
menentukan efektivitas dan efisiensi dari bakat personil untuk mewujudkan kinerja dan sasaran
organisasi. Perilaku organisasi menyangkut aktivitas individu pada organisasi dalam mencapai
hubungan antara variabel penelitian ini difokuskan pada kajian kinerja pegawai. Kinerja pegawai
(performance) adalah ukuran untuk mengidentifikasi hasil pencapaian pegawai terhadap tugas
organisasional. Dalam studi ini, teori yang digunakan untuk menjelaskan konstruk kinerja
pegawai adalah performance theory yang dikemukakan oleh Edwin Flippo (2002); Dessler
(2015) dan Sedarmayanti (2016). Kemudian pengukuran kinerja pegawai pada penelitian ini
dioperasionalkan melalui SKP (Sasaran Kerja Pegawai) berdasarkan PP No. 30 tahun 2019
bahwa Penilaian kinerja PNS secara sistemik menggabungkan antara SKP dan Penilaian Perilaku
Kerja. Peningkatan kinerja pegawai pada organisasi publik secara teoritis maupun empiris dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain:
Pertama, gaya kepemimpinan situasional terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai.
Teori kepemimpinan situasional yang dikenal dengan situational leadership theory yang
dikembangkan Hersey & Blanchard (1988) telah menginspirasi suatu model gaya kepemimpinan
yang mengikut pada situasi bawahan dengan membagikan gaya kepemimpinan kepada empat
dimensi yaitu; (1) telling (memberitahukan), (2) selling (menjajakan), (3) participating
(mengikutsertakan) dan (4) delegation (mendelegasikan). Hasil penelitian terdahulu yang telah
membuktikan bahwa gaya kepemimpinan situasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan kerja oleh Setyorini, et.al (2018). Namun ada kesenjangan temuan penelitian oleh
terhadap kepuasan kerja. Selanjutnya hasil penelitian Selviasari (2019) menemukan gaya
kepemimpinan situasional berpengaruh positif dan signifikan pada kinerja pegawai. Terdapat
kesenjangan atau kontradiksi hasil penelitian Hidayati, et.al (2016) menemukan bahwa gaya
Schermerhorn et al. (2012:64) bahwa lingkungan kerja adalah lingkungan tugas, terdiri dari
organisasi yang sebenarnya, kelompok, dan orang orang dengan siapa organisasi berinteraksi dan
perilaku bisnis. Herman Sofyandi (2008:38) serangkaian faktor yang mempengaruhi kepuasan
dan kinerja. Ishak & Tanjung (2003:26), lingkungan kerja yang baik dapat menciptakan gairah
kerja, produktivitas dan prestasi kerja meningkat. Hasil penelitian terdahulu telah membuktikan
bahwa pengaruh lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja oleh Aoliso &
Lao (2018). Namun ada kesenjangan temuan penelitian oleh Ayuhana et al (2018) menemukan
bahwa lingkungan kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai.
Selanjutnya hasil penelitian Lestari, et.al (2018); menemukan lingkungan kerja berpengaruh
positif dan signifikan pada kinerja pegawai.Terdapat kesenjangan atau kontradiksi hasil
penelitian Langer, et.al (2017) menemukan bahwa lingkungan kerja berpengaruh tidak signifikan
Ketiga, kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan sudut pandang masyarakat
dan pegawai, kepuasan kerja berhubungan dengan kinerja organisasi oleh Luthans (2011:141-
143). Teori kepuasan kerja yang dirujuk dalam menguji pengaruh kepuasan kerja terhadap
kinerja pegawai dikemukan Dessler (2019:231) mengemukakan kepuasan kerja sebagai satu set
perasaan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan bagi pegawai untuk memahami
pekerjaannya dan menentukan keberhasilan untuk mencapai kinerja yang lebih tinggi. Hasil
penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap
kinerja pegawai oleh Qureshi, et.al (2019). Namun ada kesenjangan temuan penelitian oleh
Kristine (2017) menemukan bahwa kepuasan kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja pegawai.
Akhirnya, pengujian pengaruh antar konstruk penelitian ini dilakukan baik secara
universal maupun kontingensi yakni melalui peran mediasi kepuasan kerja. Pendekatan dalam
pengujian mediasi kepuasan kerja menggunakan pendekatan Knowledge Based View (KBV).
Pendekatan KBV menyatakan bahwa jika organisasi ingin memiliki kinerja yang tinggi, sangat
Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian pengaruh antara variabel yang dikaji
dalam penelitian ini sebagian besar telah membuktikan bahwa gaya kepemipinan situasional dan
lingkungan kerja yang baik secara langsung mampu meningkatkan kinerja pegawai. Meskipun
secara empiris ternyata hasil penelitian terdahulu sangat kontradiktif secara langsung maupun
tidak langsung (mediasi). Karena itu peneliti tertarik untuk melakukan pengujian kembali dan
kepemimpinan situasional dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai baik secara langsung
maupun melalui peran mediasi kepuasan kerja. Dengan demikian dipandang perlu adanya
penelitian lanjutan khususnya pada kantor Kecamatan Katobu Kabupaten Muna. Alasan memilih
obyek penelitian ini, karena fenomena empiris menunjukkan bahwa peralihan masa orde baru ke
masa reformasi telah membawa perubahan dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dari
sentralistis menjadi desentralistis. Obyek penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil kantor
Kecamatan Katobu Kabupaten Muna. Merujuk pada Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004,
maka mekanisme perencanaan pembangunan daerah ke depan juga dituntut untuk semakin
JUDUL PENELITIAN:
3. Paragraf 6, 7, 8 dan 9 merupakan teori tiap variable, research gap tiap variable penelitian