Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS FAKTOR TATA KELOLA PEMERINTAHAN

BURUK DI KABUPATEN SORONG SELATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pemerintahan Daera

Dosen pengampu:

Dr. H. Syamsir, S.H., M.H.

Oleh Kelompok 5:
SELA ULANDARI (B1B122047)
ZAHRAWANI AMALIA (B1B122052)

DENA LEBISKA (B1B122055)

NAGITA SAGITRI (B1B122066)

WINDY PRISILIA (B1B122093)

NOVRI ARSAL RAMADAN (B1B122098)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Terkait ANALISIS FAKTOR TATA
KELOLA PEMERINTAHAN BURUK DI KABUPATEN SORONG
SELATAN ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini . Dan
kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang
telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat
dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan Makalah ini sehingga saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini. Semoga Makalah Terkait
ANALISIS FAKTOR TATA KELOLA PEMERINTAHAN BURUK DI
KABUPATEN SORONG SELATAN ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Jambi, 16 Oktober 2023

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................... i
Daftar isi .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 6
2.1 Prinsip Good Governence Dalam Tata Kelola Pemerintahan ........................ 6
2.2 Penerapan SIP dan Faktor Buruknya Tata Kelola Pemerintahan di Kabupaten
Sorong Selatan …...........................................................................................
2.3 Upaya Pemerintah Untuk Memperbaiki Tata Kelola Pemerintaan Sorong
Selatan...... .......................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 13
3.2 Saran .............................................................................................................. 13
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini Republik Indonesia sedang mengalamai krisis nasional dalam


pengembangan sistem penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip good governance. Usaha memulihkan
kondisi ekonomi, sosial dan politik salah satunya adalah dengan mengembalikan
kepercayaan rakyat kepada pemerintah dengan mencoba mewujudkan suatu
pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance). Upaya ini juga
didukung oleh banyak pihak baik pemerintah sendiri sebagai lembaga eksekutif,
DPR sebagai lembaga legislatif, pers dan juga oleh lembaga-lembaga swadaya
masyarakat. Perjuangan untuk melakukan reformasi di segala bidang telah
membuahkan dasar dasar di bidang manajemen pemerintahan. Salah satu daerah
yang termasuk ke dalam tata kelola pemerintahan terburuk yaitu Daerah
Kabupaten Sorong Selatan, Teminabuan, Papua Barat

Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) mengungkapkan tata kelola


pemerintahan di lingkup Pemkab Sorong Selatan (Sorsel), Papua Barat Daya
menjadi yang terburuk kedua di Indonesia. Hal ini menjadikan daerah ini sangat
rentan dengan praktek tindak pidana korupsi."Sorsel memiliki tata kelola
pemerintahan yang buruk. Sorsel peringkat 541 dari 542 Pemda di Tahun 2022
dengan nilai 10 dari skala 100," ujar Kepala Satgas Koordinasi Pencegahan
Korupsi KPK Dian Patria kepada detikcom, Jumat (19/5/2023).Tata kelola buruk
terlihat dari lemahnya manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) dan minimnya
peran pengawas internal Pemda. Hal ini berdampak pada rentannya praktek tindak
pidana korupsi.

Tata kelola pemerintahan yang buruk juga berdampak pada pembangunan.


Seperti yang saat ini terjadi di Sorong Selatan.Jalanan dan infrastruktur publik
dalam kondisi tidak layak. Bangunan pemerintah ada yang mangkrak. Secara
sosial, indeks kemiskinan dan jumlah anak putus sekolah juga tinggi di
Sorsel.Tata kelola pemerintah yang baik (good governance) untuk masyarakat,
dalam perwujudannya harus mengikuti prinsip-prinsip dasar good governance.
Pertama, keterbukaan. Keterbukaan diperlukan untuk meyakinkan bahwa
stakeholder meiliki keyakinan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan
yang tepat dalam instansi pemerintah. Kedua, Integritas. Integritas mencakup dua
hal pokok, yaitu kejujuran dan kelengkapan informasi yang disampaikan kepada
masyarakat terkait pengelolaan sumber daya dan dana. Ketiga adalah sistem

1
akuntabilitas instansi pemerintahan (SAKIP) yang merupakan
pertanggungjawaban setiap individu ataupun organisatoris pada instansi
pemerintah kepada pihak-pihak luar yang berkepentingan atas sumber daya, dana
dan seluruh unsur kinerja yang di amanatkan kepada mereka.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan prinsip good governence dalam Tata Kelola
Pemerintahan?
2. Bagaimana Penerapan SPIPdan Faktor burunya Tata Kelola Pemerintaan
pada kabupaten Sorong Selatan?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan Pemerintah dalam memperbaiki Tata
Kelola Pemerintahan di Kabupaten Sorong Selatan?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui maksud Good Governance dalam Tata Kelola
Pemerintahan
2. Untuk mengetahui Penerapan SIP pada Tata Kelola Pemerintahan
Kabupaten Sorong Selatan
3. Untuk mengetahui Upaya Pemerintah dalam memperbaiki Tata Kelola
Pemerintahan di Kabupaten Sorong Selatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Good Governence Dalam Tata Kelola Pemerintahan

Bank Dunia yang dikutip Wahab (2012) menyebut Good Governance


adalah suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid
dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan korupsi
baik secara politik maupun Administrative, menjalankan disiplin anggaran serta
penciptaan legal framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Selain itu
Bank Dunia juga mensinonimkan Good Governance sebagai hubungan sinergis
dan konsturktif diantara Negara, sektor swasta dan masyarakat.

Hetifa (2010) Governance diartikan sebagai mekanisme, praktek dan tata


cara pemerintahan dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalah-
masalah publik. Dalam konsep governance, pemerintah hanya menjadi salah satu
aktor dan tidak selalu menjadi aktor yang menentukan. Implikasi peran
pemerintah sebagai pembangunan maupun penyedia jasa layanan dan infrastruktur
akan bergeser menjadi bahan pendorong terciptanya lingkungan yang mampu
memfasilitasi pihak lain di komunitas. Governance menuntut redefinisi peran
negara, dan itu berarti adanya redefinisi pada peran warga. Adanya tuntutan yang
lebih besar pada warga, antara lain untuk memonitor akuntabilitas pemerintahan
itu sendiri.

UNDP (2010) tentang definisi good governance adalah sebagai hubungan


yang sinergis dan konstruktif diantara Negara, sektor swasta dan masyarakat,
dalam prinsipprinsip;partisipasi, supremasi hukum, transparansi, cepat tanggap,
membangun konsesus, kesetaraan, efektif dan efisien, bertanggungjawab serta visi
stratejik. Good governance dimaknai sebagai praktek penerapan kewenangan
penerapan pengelolaan berbagai urusan penyelenggaraan negara secara politik,
ekonomi dan adminstratif di semua tingkatan. Ada tiga pilar good governance
yang penting, yaitu :

1. Economic governance atau kesejahteraan rakyat

2. Political governance atau proses pengambilan keputusan

3. Administrative governance atau tata laksana pelaksanaan kebijakan

3
Jika dikaitkan dengan tata kelola Pemerintahan maka good governance adalah
suatu suatu gagasan dan nilai untuk mengatur pola hubungan antara pemerintah,
dunia usaha swasta, dan masyarakat sehingga terjadi penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih, demokratis, dan efektif sesuai dengan cita-cita
terbentuknya suatu masyarakat yang makmur, sejahtera dan mandiri.

Nugroho (2011:142) mendefinisikan Good Governance adalah


penjumlahan dari cara-cara dimana individu-individu dan institusi-institusi baik
privat maupun public mengelola urusan-urusan bersamanya. Dari berbagai
pengertian tentang Good Governance dapat disimpulkan bahwa suatu konsep tata
pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan penggunaan otoritas politik dan
kekuasaan untuk mengelola sumber daya demi pembangunan masyarakat yang
solid dan bertanggung jawab secara efektif melalui pembuatan peraturan dan
kebijakan yang absah dan yang merujuk pada kesejahteraan rakyat, pengambilan
keputusan, serta tata laksana pelaksanaan kebijakan.

2.2 Penerapan SIP dan Faktor Buruknya Tata Kelola Pemerintahan di


Kabupaten Sorong Selatan
A. Sistem Pengendalian Intern Instansi Pemerintah (SPIP)

Sistem adalah sebuah entitas yang terdiri dari bagian-bagian yang


saling berinteraksi yang dikoordinasikan untuk mencapai satu atau lebih
tujuan bersama (Wilkinson, et al, 2000). Menurut Mulyadi (2002:165)
pengertian pengendalian intern adalah: “Sistem pengendalian intern
meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian
dan keandalan data akuntansi, mendorongefisiensi dan mendorong
dipatuhinya kebijaksanaan manajemen.

Menurut Baridwan (2001:13) pengertian pengendalian intern


dalam arti yang luas adalah: “Pengendalian intern itu meliputi struktur
organisasi dan semua cara-cara serta alatalatyang dikoordinasikan yang
digunakan didalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan
harta milik perusahaan, memajuka nn efisiensi di dalam operasi, dan
membantu menjaga dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah
ditetapkan lebih dahulu”.Pengertian sistem pengendalian intern menurut
PP Nomor 60 tahun 2008 tentang sistem pengendalian intern adalah
Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset

4
Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.Pengendalian internal terdiri dari komponen-komponen yang
memiliki pengaruh langsung yang sangat signifikan terhadap pengendalian
dalam pemerintahan. Menurut Peraturan Pemerintah republik indonesia
No 60 tahun 2008 mengatakan ada 5 komponen dalam pengendalian
internal yang terdiri dari: (1) lingkungan pengendalian, (2) penetapan
risiko manajemen (3) sistem informasi dan komunikasi akuntansi, (4)
aktivitaspengendalian, (5) pemantauan.” Berdasarkan beberapa pengertian
diatas, dapat kita simpulkan bahwa pengendalian internal merupakan suatu
sistem yang terdiri dari kebijakan, prosedur, cara, dan peraturan yang
ditetapkan oleh pemerintahan agar rencana dan tujuan dapat dicapai
dengan baik. Dengan adanya pengendalian internal yang efektif akan
menghindarkan terjadinya tindakan-tindakan penyimpangan yang dapat
merugikan pemerintahan

B. Penerapan SPIP pada Tata Kelola Pemerintahan di Kabupaten


Sorong Selatan

SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) adalah sistem


pengendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di
lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pada sekertariat
daerah kabupaten Sorong Selatan sejak adanya pembentukan kabupaten ini
pada tahun 2002 Sistem pengendalian belum berjalan sesuai dengan
peraturan pemerintah yang ditetapkan, hal ini disebabkan karena
pemerintah daerah lebih dulu harus menata seluruh sistem yang lebih
utama di perangkat sekertariat daerah, seperti pemebentukan struktur,
peningkatan kinerja para staff dan sistem lainya, Pemerintah daerah baru
memberlakukan sistem pengendalian ini pada tahun 2013, pada tanggal 2
desember 2013 Sekretariat Kabupaten Sorong Selatan membentuk suatu
struktur yang bertugas untuk melaksanakan Sistem Pengendalian Intern..
Hal ini dikarenakan, banyak persiapan yang diperlukan untuk
pelaksanaan SPIP bagi kabupaten pemekaran seperti Sorong Selatan.
Sekretariat Kabupaten Sorong Selatan dalam usahanya untuk
menyelenggarakan SPIP membentuk SATGAS (Satuan Tugas)
dilingkungan sekretariat Kabupaten Sorong Selatan sebagai Tindakan
pengendalian, satgas ini nantinya akan memberikan keyakinan yang
memadai (reasonable assurance) terhadappencapaian efektivitas dan
efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan di pemerintahan daerah
khusunya sekretariat Kabupaten Sorong Selatan. Pengendalian intern akan

5
menciptakan keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tujuan
akhir sistem pengendalian intern ini adalah untuk mencapai efektivitas,
efisiensi, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan di
lingkungan sekretariat Kabupaten Sorong selatan.

1) Komunikasi

Komunikasi yang digunakan dalam sekertariat daerah kabupaten Sorong


Selatan adalah vertical comunication (komunikasi tegak) merupakan
mengkomunikasikan pesan dari yang memiliki kekuasaan kepada yang memiliki
sedikit kekuasaan, komunikasi kebawah seringkali berbentuk pemberian instruksi
atau penjelasan bagaiamana seorang atasan menginginkan suatu tugas
diselesaikan para atasan mengirimkani nformasi mengenai peraturan, kebijakan
maupun standart minimum.Sesuai dengan hasil wawancara bapak Drs Ajis M.si
sebagai pembina SPIP dapat diketahui bahwa pimpinan sangat berperan penting
dalam berjalannya komunikasi. Di Kabupaten Sorong Selatan, pemimpin
pemerintahan juga berusaha memberikan wadah yang berkaitan dengan
berjalannya proses komunikasi tersebut. Pertemuan rutin masih menjadi pilihan
utama Kabupaten sorong selatan untuk menjadi media komunikasi. Pada
pertemuan rutin tersebut, diupayakan terdapat penyelesaian masalah yang terkait
dengan hambatan dan kesulitan kesulitan dalam menjalankan tugas kerja, juga
penyimpangan yang dilakukanoleh pejabat maupun staff. Pertemuan rutin tersebut
juga menjadi wadah bagi staff untuk memberikan saran yang sehubungan dengan
perbaikan, belum adanya media yang efektif untuk para staff seperti kotak saran
atau lainya menjadi kekurangan sekertariat daerah.

2) Sumber daya

Sumber daya yang ada pada sekertariat daerah masih belum begitu baik ,
dilihat dari seluruh tugas sehari-hari bagi seluruh staff masih ada beberapa yang
tidak dikerjakan, kurangnya sikap disiplin bagi setiap staff untuk kehadiran
pegawai, namun untuk kesiapan sekertariat daerah dalam mengelola SDM sudah
dikatakan baik dilihat dari kesiapan sekertariat dalam pengelolaan SDM. Peneliti
melihat sejauh mana tingkat Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Daerah
Sorong selatan. Penulis melakukan wawancara kepada ketua pelaksana SPIP yang
berkaitan dengan kesiapan sekertariat daerah dalam menerima dan mengelola
SDM yang ada agar pengendalian intern bisa berjalan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008.Dari wawancara yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa beberapa upaya yang telah dilakukan Sekertariat Daerah Sorong
Selatan dalam mengelola sumber daya manusia sudah cukup baik dilihat dari
prosedur pengelolan, reviu yang dilakukan pimpinan mengenai pekerjaan sehari-

6
hari bagi staff, sangsi atas pelanggaran terhadap kebijakan dan prosedur, dan
penyelidikan latar belakang bagi calon pegawai negeri di sekertariat daerah
sorong selatan.

3) Disposisi

Disposisi merupakan kemauan, keinginan, dan kecenderungan para pelaku


kebijakan untuk melaksanakan kebijakan secara sungguh-sungguh sehingga apa
yang menjadi kebijakan dapat diwujudkan (Widodo, 2009). Agar pelaksanaan
Sistem Pengendalian Intern ini berjalan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, para pelaku kebijakan pada elemen Sekertariat Daerah yaitu para
pegawai, staff serta pimpinan harus bersungguh-sungguh melaksanakan
pengendalian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan.
Adanya kemauan dari pelaksana kebijakan dalam melaksanakan suatu kebijakan
sangat dibutuhkan agar kebijakan tersebut dapat dilaksanakan dengan
baik.Adanya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mengharuskan setiap
daerah melakukan setiap unsur yang ada pada sistem pengendalian ini, dalam
melaksanakan setiap unsur diperlukan koordinasi diantara para SATGAS selaku
pembina, dan staff maupun pimpinan sebagai pelaksana sistem. Peneliti dapat
mengambil kesimpulan dari hasil wawancara bahwa kemauan dan keinginan dan
kecendrungan para pegawai dan pimpinan untuk melakukan tugas tanggung jawab
sudah diatur dalam struktur organisasi juga wewenang dan tanggung jawab sudah
jelas diatur, namun terdapat kendala yaitu belum adanya SOP untuk setiap staff
namun dengan tupoksi dan SPM staff maupun pemimpin dapat melaksanakan
tugasnya sehari-hari.

4) Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi mencakup aspek-aspek seperti struktur organisasi,


pembagian kewenangan, hubungan antara unit-unit organisasi yang ada dalam
organisasi yang bersangkutan, dan standar prosedur operasi yang akan
memudahkan dalam melaksanakan apa yang menjadi bidang tugasnya. Untuk
kelengkapan dan kemampuan struktur birokrasi pada sekertariat daerah sudah
dapat memenuhi segala kebutuhan yang di perlukan setiap bagian dalam melayani
setiap kebutuhan masyarakat daerah. Peneliti dapat mengamdari wawancara yang
telah dilakukan, dapat diketahui bahwa struktur birokrasi yang sudah disiapkan
oleh pemerintah daerah dapat memberi pemahaman bagi pejabat struktural
mengenai tanggung jawab pengendalian dan pengawasan yang mereka miliki juga
struktur birokrasi yang pemerintah daerah miliki sudah mampu memberikan
pelayanan dalam penyusunan regulasi baik dilingkungan sekretariat daerah
maupun lingkungan SKPD.Sesuai wawancara tersebut dapat diketahui bahwa
sejak diberlakukanya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) semua

7
kegiatan di sekertariat dapat terkomunikasikan dengan lebih baik selain itu,
penggelapan, pemborosan, penyalahgunaan, dan salah kelola dapat di hindari.
Implikasi adanya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah mewajibkan
pertanggungjawaban kegiatan bagi instansi pemerintah, kesekretariatan daerah
wajib menerapkan setiap unsur dari sistem pengendalin dan memastikan bahwa
sistem pengendalian sudah dirancang dan di implementasikan dengan baik.
Namun untuk melakukan sistem ini pasti muncul kendala atau hambatan yang
dapat mengurangi keterandalan sistem pengendalian ini. Kendala tersebut muncul
dari berbagai aspek. Beberapa kendala yang dihadapi SATGAS SPIP dalam
penerapan sistem pengendalian ini antara lain: Secara umum, kendala penerapan
SPIP dapat mencakup kurangnya sumber daya, kurangnya pemahaman terhadap
SPIP, atau hambatan administratif dan budaya di lingkungan pemerintah tersebut.

2.3. Upaya Pemerintah Untuk Memperbaiki Tata Kelola Pemerintaan


Sorong Selatan

a. Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas

Mendorong transparansi dalam pengelolaan anggaran, kebijakan, dan


keputusan pemerintah. Memastikan adanya akuntabilitas yang jelas terkait dengan
penggunaan dana publik.

b. Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia:

Melakukan pelatihan dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas dan


keterampilan pegawai pemerintah. Ini termasuk pelatihan terkait etika, tata kelola,
dan manajemen publik.

c. Penerapan Teknologi Informasi

Mengimplementasikan sistem e-government untuk mempermudah akses


masyarakat terhadap layanan publik, meminimalisir praktik korupsi, dan
meningkatkan efisiensi administrasi.

d. Partisipasi Masyarakat dan Keterlibatan Publik

8
Menggalakkan partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan, baik melalui mekanisme konsultasi publik, forum, atau diskusi
terbuka. Memastikan aspirasi masyarakat terwakili dalam kebijakan pemerintah.

e. Pengawasan Independen

Membentuk lembaga pengawas independen atau memperkuat lembaga


yang ada untuk mengawasi tindakan pemerintah, termasuk tindak korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan.

f. Pengendalian Korupsi

Mengambil langkah-langkah tegas untuk memberantas korupsi di segala


tingkatan pemerintahan, seperti mendukung Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) atau unit anti-korupsi setempat.

g. Perbaikan Peraturan dan Kebijakan

Mengevaluasi dan memperbarui peraturan dan kebijakan pemerintah untuk


memastikan relevansi, efektivitas, dan keadilan dalam pelayanan publik dan tata
kelola.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jika dilihat dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa upaya untuk
melaksanakan SPIP sudah baik, namun sebagai daerah yang sedang dalam
upayanya untuk berkembang, Kabupaten Sorong Selatan harus menyiapkan
berbagai hal yang diperlukan. Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui
bahwa, dalam upaya melaksanakan SPIP Kabupaten Sorong Selatan memiliki
kendala yang dihadapi, seperti SDM dan teknologi. Sumber daya manusia yang
ada sebenarnya sudah sanggup menjalankan segala tanggung jawab maupun
sistem yang ada dalam sekertariat derah kabupaten Sorong selatan, namun sikap
kurang disiplin bagi setiap pegawai, staff maupun pejabat merupakan kendala
utama dalam melaksanakan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) ini.

Dalam hal teknologi, Sorong Selatan merupakan daerah pemekaran yang


masih berkembang, untuk suatu jaringan internet sangatlah tidak mudah untuk
masuk kedalam sekertariat daerah Sorong Selatan jadi komunikasi terhambat
dengan mahalnya jaringan internet dan tidak secepat di pulau jawa.Dari hasil
wawancara dengan informan,dapat diketahui bahwa sejak diberlakukanya Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) semua kegiatan di sekertariat dapat
terkomunikasikan dengan lebih baik sehingga, penggelapan, pemborosan,
penyalahgunaan, dan salah kelola dapat di hindari.

3.2. Saran

a. Sikap kurang disiplin bagi setiap pegawai, staf maupun pejabat dalam
menjalankan segala tanggung jawab maupun sistem merupakan kendala
utama dalam melaksanakan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

10
ini, Pemerintah Daerah sebaiknya memberikan tindakan tegas ataupun
sangsi bagi pegawai, staff maupun pejabat sehingga lebih meningkatkan
tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan masyarakat.

b. kurangnya teknologi yang memadai merupakan kendala utama yang


dihadapi pemerintah dalam komunikasi antar staff dan pejabat, lebih
meningkatkan kualitas teknologi dalam pemerintahan daerah seperti
internet dapat mempercepat komunikasi dari satu bagian ke bagian lainya.

c. Lemahnya kepercayaan masyarakat terhadap aparatur negara,


Sekertariat Daerah dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap
aparatur negara dengan menindak lanjuti hasil audit secara tepat, tepat dan
komprehensif yang dilakukan sesuai dengan rekomendasi yang telah
ditetapkan.

d. Pemerintah Daerah dapat menerapkan kebijakan yang lebih efektif lagi


dalam pemberian insentif kepada SATGAS SPIP maupun staff yang
memiliki wewenang mengurusi LAKIP.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hetifah Sj. 2003. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance. Yayasan Obor
Indonesia. Jakarta.

http:www.sorongselatankab.go.id. –Di akses 15 november 2015

Pemerintah Indonesia. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan


negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
Jakarta :Sekretariat negara Pemerintah Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem pengendalian intern


dalam pemerintahan daerah. Jakarta: Sekretariat negara

https://m.bisnis.com/amp/read/20230522/414/1657982/tata-kelola-sorong-selatan-
buruk-begini-temuan-kpk

https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6729211/peringatan-kpk-agar-
pemkab-sorong-selatan-benahi-tata-kelola-pemerintahan

12

Anda mungkin juga menyukai