Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

STRATEGI DAN PERAN KEPEMIMPINAN SEKTOR PUBLIK DALAM


MENGELOLA KOLABORASI PEMERINTAH DAERAH

Diajukan untuk memenuhi Tugas-2


Mata Kuliah: Kolaborasi Pemerintahan - DAPU6107
Tutor: Dr. Susanti, M.Si & Dr. Choirul Saleh, MSi

Oleh:
MUWAFIQUS SHOBRI
NIM. 530056822

PROGRAM DOKTOR ADMINISTRASI PUBLIK


UNIVERSITAS TERBUKA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat-Mu sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini, “Strategi dan Peran Kepemimpinan Sektor Publik
dalam Mengelola Kolaborasi Pemerintah Daerah”. Karya ini diserahkan sebagai bagian
tugas dari mata kuliah Kolaborasi Pemerintahan (DAPU6107), dengan pembimbing Dr.
Susanti, M.Si dan Dr. Choirul Saleh, MSi.

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah menyumbangkan
pemikiran dan materi dengan cara apa pun. Untuk penyempurnaan makalah ini di masa
yang akan datang, kami mengharapkan masukan dan saran yang membangun.

Semoga karya ini bermanfaat dan memberikan informasi baru bagi penulis dan pembaca.

Bawean, 22 Desember 2021


Penulis

Tugas 2 Kolaborasi Pemerintahan | 1


ABSTRAK

Keberhasilan kolaborasi antar organisasi publik ditentukan oleh kualitas pemimpin dan
kepemimpinannya, oleh karenanya perlu memilih pemimpin dengan visi dan misi yang
jelas, berperan aktif serta memiliki strategi dalam menjalankan roda kepemimpinanya
termasuk dalam kolaborasi pemerintahan daerah. Makalah ini sengaja ditulis dengan
fokus kajian tentang strategi dan peran kepemimpinan sektor publik dan tata kelola
kolaborasi pemerintahan daerah dengan strategi dan kepemimpinan sektor publik
tersebut. Kesimpulan dari makalah ini menunjukkan bahwa 1) Di sektor publik, seorang
pemimpin harus mampu menentukan arah organisasi, bertindak sebagai mediator dalam
mengelola konflik, menjadi integrator yang objektif, dan menjadi komunikator yang baik.
Seorang pemimpin di sektor publik harus membuka dan mengintegrasikan komponen-
komponen organisasi yang dipimpinnya agar dapat berfungsi secara utuh dalam satu
komando, sesuai dengan strategi kepemimpinan sektor publik. 2) Dengan partisipasi aktif
dan strategi seorang pemimpin yang dikembangkan dari proses yang benar-benar dimulai
dengan rekrutmen pegawai yang jujur tanpa cara-cara yang dapat merugikan negara,
seperti suap yang menyebabkan pegawai melakukan korupsi, dan sebagainya, maka
kolaborasi pemerintah daerah dapat berkembang dan berjalan. lancar.
Kata Kunci: strategi kepemimpinan, peran kepemimpinan, sektor publik, kolaborasi,
pemerintah daerah

Tugas 2 Kolaborasi Pemerintahan | 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 1


ABSTRAK ................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
C. Tujuan Makalah .................................................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................ 6
A. Kepemimpinan Sektor Publik ............................................................................... 6
1. Pengertian Kepemimpinan Sektor Publik ........................................................... 6
2. Strategi Kepemimpinan Sektor Publik ................................................................ 7
3. Peran Kepemimpinan Sektor Publik ................................................................... 8
B. Kolaborasi Pemerintahan Daerah .......................................................................... 8
BAB III PEMBAHASAN DAN DISKUSI................................................................ 10
Strategi dan Peran Kepemimpinan Sektor Publik dalam Mengelola Kolaborasi
Pemerintahan Daerah............................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 13
B. Rekomendasi ...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 15
LAMPIRAN .............................................................................................................. 17

Tugas 2 Kolaborasi Pemerintahan | 3


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu faktor penentu keberhasilan organisasi adalah kepemimpinannya.
Akibatnya, kepemimpinan sektor publik tidak dapat dipisahkan dari proses
penyelenggaraan suatu instansi pemerintah (Halimah, 2021; Suryono, 2011).
Fenomena kepemimpinan tidak dapat dipisahkan dari keberadaan suatu organisasi,
bahkan dapat dikatakan sebagai inti organisasi. Pemimpin yang berdedikasi untuk
mengoptimalkan fungsi, peran, dan tanggung jawabnya dapat memastikan bahwa
proses organisasi berjalan dengan lancar. Situasi di Indonesia saat ini cukup
memprihatinkan, karena banyak pejabat publik yang terlibat dalam peristiwa korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Masyarakat mulai tidak mempercayai pemimpin mereka
sebagai akibat dari ini. Parahnya lagi, dalam pemilihan kepala daerah dan DPR/DPRD,
Banyak orang mulai berpikir pragmatisme dengan memilih calon pemimpin yang
bersedia memberikan uang atau barang.
Setelah munculnya berbagai reformis pemimpin daerah dan nasional yang
menerapkan kebijakan yang bertentangan dengan budaya korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), masyarakat menjadi lebih sadar akan perlunya pemikiran pragmatis
dalam pemilihan calon. Karena kemampuan mereka untuk mempengaruhi sikap anti-
korupsi dan membangun kepemimpinan mereka dalam kesejahteraan masyarakat, para
pemimpin reformasi ini memiliki peluang bagus untuk mendapatkan dukungan
masyarakat yang menguntungkan. Mengidentifikasi jenis kepemimpinan yang cocok
untuk organisasi sektor publik, di sisi lain, adalah proses yang mudah. Di Indonesia,
kepercayaan publik terhadap kepemimpinan pemerintah cukup rendah. Hal ini
terbantu dengan banyaknya tokoh masyarakat yang tersangkut kasus korupsi.
Akibatnya, pemimpin sektor publik harus mampu menciptakan lingkungan yang
mendorong kepercayaan publik pada kemampuan mereka untuk memimpin secara
efektif. Efektivitas organisasi publik ditentukan oleh kualitas pemimpinnya dan
efektivitas kepemimpinannya. Di antara mereka yang melakukan pekerjaan,
kepemimpinan sektor publik yang efektif menumbuhkan rasa kohesi, pengembangan
pribadi, dan tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kepemimpinan sektor publik yang
efektif juga memberikan arah dan visi, keselarasan dengan lingkungan, mekanisme

Tugas 2 Kolaborasi Pemerintahan | 4


yang sehat untuk inovasi dan kreativitas, dan sumber daya yang merevitalisasi budaya
organisasi publik. (Fanani et al., 2020; Silalahi, 2011). Banyak lembaga pemerintah
yang berusaha melakukan perubahan agar dapat beradaptasi dengan lingkungan yang
cepat berubah di era globalisasi ini. Organisasi publik berusaha untuk mendapatkan
kepercayaan warga dengan menunjuk pemimpin dengan visi dan misi yang jelas,
selain itu untuk menyelesaikan maslah yang banyak terjadi di masyarakat, pemerintah
tidak dapat bekerja sendirian melainkan juga melakukan kolaborasi antar lembaga di
pemerintahan daerah, kolaborasi dengan pihak swasta juga kolaborasi dengan
masyarakat setempat. Oleh karenanya maka membutuhkan strategi serta peran
kepemimpinan sektor public dalam mengelola kolaborasi pemerintahan daerah.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi dan peran kepemimpinan sektor publik?
2. Bagaimana tata kelola kolaborasi pemerintahan daerah dengan strategi dan
kepemimpinan sektor publik tersebut?

C. Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini selain untuk memenuhi tugas kuliah, juga untuk menjawab
rumusan masalah tersebut yaitu mengetahui strategi dan peran kepemimpinan sektor
public dalam mengelola kolaborasi pemerintahan daerah.

Tugas 2 Kolaborasi Pemerintahan | 5


BAB II KAJIAN TEORI

A. Kepemimpinan Sektor Publik


1. Pengertian Kepemimpinan Sektor Publik
Berbagai ahli telah mengkonseptualisasikan kepemimpinan dari berbagai
sudut pandang, antara lain (a) kepemimpinan sebagai suatu proses, (b)
kepemimpinan dengan pengaruh, (c) kepemimpinan dalam kelompok, dan (d)
kepemimpinan dengan tujuan bersama. (Isnaini Muallidin, 2013). Dalam
paradigma lama, pemimpin yang efektif berfokus pada komando dan kontrol,
dengan pemisahan yang jelas antara tugas pemimpin dan pengikut. Hubungan
pemimpin dan pengikutnya didasarkan pada instruksi dan kepatuhan pengikut
terhadap perintah dalam skenario ini. Namun, dalam masyarakat berbasis
pengetahuan, pendekatan kepemimpinan tradisional ini sedang dihapus. Pejabat
sektor publik saat ini harus mendapatkan kepercayaan dari konstituen mereka
daripada sekadar mematuhinya. Akibatnya, para pemimpin saat ini harus mencari
cara agar berhasil menggunakan otoritas mereka untuk memengaruhi pengikut
mereka (Candra, 2018; Farida, 2016)
Manajemen publik lebih populer dalam literatur administrasi publik Eropa
daripada kepemimpinan. Minat dalam manajemen dibentuk oleh proses reformasi
manajemen publik (Pollitt dan Bouckaert, 2000). (Clarke dan Newman, 1997;
Ferlie et al., 1996; Noordegraaf, 2000). Beberapa sarjana melihat kepemimpinan
organisasi dan peran pemimpin dalam melindungi misi dan nilai-nilai organisasi
pada saat yang sama (Boin, 1998; Hart, 1999). Kekhawatiran global baru yang
membutuhkan kepemimpinan di luar organisasi publik telah menggelitik minat
administrasi publik (Boin dan Hart, 2003; Boin et al., 2005). Penelitian mereka
mengirimkan pesan penting kepada siswa tentang perlunya kepemimpinan sipil
dalam mengatasi tantangan sulit yang mereka hadapi. Sebelum krisis berikutnya,
kegiatan kepemimpinan untuk mengatasi ancaman krisis keselamatan publik untuk
ditindaklanjuti, meyakinkan publik bahwa semuanya terkendali dan situasi sudah
akrab. Hal ini berbeda dengan kemampuan dan aktivitas yang diperlukan untuk
belajar dari krisis, yang mengharuskan kepemimpinan publik untuk terbuka kepada
orang lain dan memperdebatkan apa yang salah untuk menerapkan reformasi yang

Tugas 2 Kolaborasi Pemerintahan | 6


memungkinkan tindak lanjut yang lebih efektif di masa depan. Sementara studi ini
berisi informasi yang berguna, itu terbatas pada pemerintah senior dan eksekutif
sektor publik. Ketika kepemimpinan kolaboratif dibutuhkan dalam organisasi
publik, nirlaba, dan nirlaba, perspektif internal pemerintah tidak memberikan
penjelasan.
2. Strategi Kepemimpinan Sektor Publik
Setidaknya ada lima taktik yang harus diterapkan, yakni seorang pemimpin
publik harus berpikir dan bertindak luas, terus belajar, berpikir integral, menyusun
strategi dan memecahkan masalah, serta berkonsentrasi total. "Kodenisasi dalam
penyampaian pesan," misalnya, adalah praktik yang ditunjukkan oleh pejabat
publik di bidang manajemen komunikasi. Pertama, adalah tepat untuk
mengkomunikasikan pesan yang diinformasikan oleh pemahaman menyeluruh
tentang sejarah, tingkat pendidikan, dan pejabat pemerintah, baik di dalam maupun
di luar organisasi pemerintah. Kedua, membangun dan memelihara sistem
komunikasi yang terbuka, menangani materi media yang dibutuhkan oleh staf, dan
memberikan umpan balik hanyalah beberapa dari tugas yang akan Anda berikan
(Fitriyah & Suliyadi, 2018a; Herman, 2021).
Berikut ini adalah beberapa teknik yang dapat digunakan oleh para pemimpin
untuk menghadapi pluralisme dalam organisasi mereka: Pemimpin publik harus
mampu memberdayakan dan mengintegrasikan berbagai komponen organisasi
mereka agar mereka bertindak secara keseluruhan dan tidak membiarkan cara
berpikir dan cara berpikir yang terfragmentasi. perilaku yang ada dalam organisasi
mereka. Pejabat dari sektor publik harus mengambil inisiatif untuk mengelola
situasi ini secara etis. Pejabat publik perlu membangun sistem yang terbuka,
mengutamakan pelayanan di sektor publik dan lebih akuntabel, responsif, dan tegas
dalam mengambil keputusan (Fitriyah & Suliyadi, 2018a). Menjaga kekompakan
di antara anggota tim dan menjadi mediator adalah dua tindakan yang harus
dilakukan pemimpin publik untuk mengelola kelompok secara efektif.. Pemimpin
organisasi publik harus menggunakan teknik berikut untuk mengelola keragaman
budaya: perbedaan budaya harus dilihat sebagai sumber daya untuk dikembangkan
daripada ancaman. Atribut yang menguntungkan ini akan dimanfaatkan untuk
membantu organisasi tumbuh. Sebaliknya, pimpinan organisasi publik harus

Tugas 2 Kolaborasi Pemerintahan | 7


mampu beroperasi sebagai integrator. Pemimpin publik harus memiliki tingkat
adaptasi dan fleksibilitas yang tinggi untuk mengelola pergeseran ini (Fitriyah &
Suliyadi, 2018a; Hamid & Subaidi, 2021).
3. Peran Kepemimpinan Sektor Publik
Kemampuan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya tidak dapat
dipisahkan dari kualitas pemimpinnya. Penting untuk memiliki organisasi
kepemimpinan swasta dan publik. Pentingnya seorang pemimpin adalah karena,
Pertama, kemampuannya untuk menentukan arah di mana organisasi ingin
melakukan perjalanan untuk mencapai berbagai tujuannya. Kedua, Individu dan
kelompok kerja dalam organisasi yang mereka awasi dapat memperoleh manfaat
dari jasa mediator yang ahli dalam resolusi konflik. Ketiga, Integrator, yang logis
dan objektif dalam pendekatan mereka, dipanggil untuk bertindak. Poin keempat
adalah penggunaan komunikator yang kompeten serta representasi organisasi
terhadap pihak ketiga (Mustaqim, 2020; Sholikin, 2013).
Kehadiran kepemimpinan yang efektif dalam suatu organisasi sudah cukup
untuk membantunya dalam mencapai tujuannya. Dalam hal kepemimpinan,
kompetensi adalah faktor yang paling penting untuk dipertimbangkan, terutama di
sektor publik, di mana mandat publik dari manajemen sumber daya manusia harus
ditangani secara efektif dengan mempertimbangkan semua persyaratan untuk
mencapai tujuan organisasi. Untuk alasan sederhana bahwa sektor publik tidak
sesederhana sektor swasta. Tidak hanya sektor publik memiliki jangkauan yang
lebih luas daripada sektor swasta, tetapi tujuannya juga kurang jelas dibandingkan
dengan sektor swasta. Kecuali sektor komersial jelas diuntungkan (efisiensi), dan
sektor publik mengakui perlunya efisiensi dan efektivitas, nilai-nilai kemanusiaan
seperti keadilan, kepemilikan rakyat, perlindungan hak asasi manusia, dan
akuntabilitas harus ditegakkan atau diperkuat. (Fitriyah & Suliyadi, 2018b;
Rusdiana, 2019).

B. Kolaborasi Pemerintahan Daerah


Awal yang biasanya dimanfaatkan untuk berkolaborasi di banyak organisasi
adalah kompleksitas organisasi, Karena keterbatasan sumber daya, berbagai kerjasama
antar pemangku kepentingan dalam berorganisasi untuk memecahkan masalah yang

Tugas 2 Kolaborasi Pemerintahan | 8


ada di masyarakat merupakan upaya. Kolaborasi antar pihak, termasuk pemerintah
Swasta dan community governance adalah dua istilah yang dapat digunakan secara
bergantian. Strategi pemerintahan baru yang dikenal dengan istilah Collaborative
Government atau pemerintahan kolaboratif(Alford & Greve, 2017; O’Flynn & Wanna,
2008), Tata Kelola Kolaboratif adalah pengaturan di mana satu atau lebih lembaga
publik terlibat langsung dengan pemangku kepentingan non-publik dalam proses
pengambilan keputusan kolektif formal, konvensi, dan musyawarah untuk
mengembangkan atau menerapkan kebijakan publik atau mengelola program atau aset.
publik (Ansell & Gash, 2008).
Kerjasama kolaboratif memerlukan kolaborasi yang ketat, yang mencakup
upaya yang disengaja untuk mencocokkan tujuan, strategi, agenda, sumber daya, dan
kegiatan. Kedua institusi tersebut pada dasarnya memiliki kepentingan yang berbeda
dalam hal menciptakan kesatuan visi dan bekerja sama untuk mewujudkannya.
Akibatnya, mereka menghindari atau paling tidak terlibat dalam aliansi vertikal yang
dimulai dengan tujuan strategis dan berlanjut ke aktivitas untuk mencapai tujuan
bersama yang mereka yakini lebih sesuai dengan tujuan masing-masing individu.
Kolaborasi, di sisi lain, dianggap sebagai respons organisasi terhadap perubahan atau
pergeseran dalam lingkungan kebijakan(Tasruddin, 2015). Peningkatan kebijakan
jumlah, kekhawatiran yang melintasi batas tradisional, peningkatan kapasitas di luar
pemerintah daerah atau pusat, dan upaya masyarakat yang diperluas adalah contoh
pergeseran. Ketika pergeseran ini terjadi, mungkin tampak bahwa pemerintah
memiliki sedikit atau tidak ada pilihan, dan bahkan dipaksa untuk bertindak untuk
menyelesaikan atau mengatasi krisis saat ini; Namun, pemerintah harus beradaptasi
dan tetap relevan dalam lingkungan yang bergejolak atau berubah (Nope, 2021).

Tugas 2 Kolaborasi Pemerintahan | 9


BAB III PEMBAHASAN DAN DISKUSI

Strategi dan Peran Kepemimpinan Sektor Publik dalam Mengelola Kolaborasi


Pemerintahan Daerah
Negara Kesatuan Republik Indonesia telah mengalami perubahan substansial
sebagai akibat dari kebijakan otonomi daerah yang telah berlangsung selama lebih dari
satu dekade. Dipastikan bahwa perubahan tersebut akan berdampak tidak hanya pada
sistem pemerintahan, tetapi juga pada perubahan kebijakan pembangunan daerah,
termasuk pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya. Pada hakekatnya otonomi
daerah mengacu pada kemampuan suatu kewenangan daerah untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat atas prakarsanya sendiri, berdasarkan tujuan
masyarakat dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tiga pilar memainkan peran penting dalam
pembangunan daerah: negara atau pemerintah, investor atau sektor swasta, dan
organisasi masyarakat sipil.
Kerjasama kolaboratif dari masing-masing pihak dimotivasi oleh kepentingan
bersama untuk menemukan solusi untuk masalah atau masalah tertentu yang dianggap
oleh para pihak mengganggu kepentingan mereka secara signifikan. Kesediaan untuk
berkolaborasi berasal dari keinginan untuk menemukan jawaban atas kesulitan yang
dihadapi organisasi publik dan mitra sektor swastanya. Keduanya percaya bahwa
memecahkan masalah atau mengejar tujuan bersama akan lebih mudah jika mereka
bekerja sama untuk menemukan solusi. Untuk pembentukan kemitraan antara lembaga
sektor publik dan swasta, tantangan atau kepentingan bersama menjadi sumber
inspirasi dan motivasi bagi pihak-pihak yang terlibat.
Dalam kehidupan bernegara, peran pemerintah adalah memberikan berbagai
pelayanan publik kepada masyarakat, yang dapat mencakup berbagai kegiatan mulai
dari peraturan hingga pelayanan lainnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di
bidang pendidikan, kesehatan, utilitas, dan berbagai bidang lainnya. Pelayanan untuk
kepentingan umum. Banyak inisiatif reformasi yang terjadi di negara-negara industri
sepanjang awal 1990-an didorong oleh perluasan layanan publik, yang meningkatkan
kebutuhan akan pemerintah. Meskipun ada perbaikan baru-baru ini, layanan publik di
Indonesia masih dianggap buruk. Reformasi sektor publik saat ini tertinggal dari

Tugas 2 Kolaborasi Pemerintahan | 10


reformasi di sektor lain, tetapi dengan asumsi tidak ada kemunduran, layanan publik
di era reformasi dianggap berjalan normal pada saat ini. Karena rendahnya kualitas
pelayanan publik, sering terjadi pengaduan dan terkadang demonstrasi (Isnaini
Muallidin, 2018).
Sebuah layanan dapat dibandingkan dengan proses dimana orang dilayani,
dilayani secara bergantian, dan jenis layanan yang diberikan didefinisikan. Dengan
demikian, layanan publik memiliki karakteristik yang membedakannya dengan
layanan yang disediakan oleh sektor swasta. Menurut definisi tersebut, pelayanan
publik adalah pelayanan yang diberikan oleh pemerintah untuk memenuhi semua
kebutuhan masyarakat, berbeda dengan pelayanan yang diberikan oleh swasta atau
perorangan (Septi, 2005). Namun, ia mengalami beberapa kesulitan di sepanjang jalan.
Ada beberapa di antaranya, antara lain paradigma diminta untuk melayani dan
kemudian melayani.. Berbelit-belit, tidak efektif dan efisien, sulit dijangkau, sulit
diterapkan, tidak akurat, tidak transparan, tidak adil, birokratis, tidak profesional, tidak
akuntabel, keterbatasan teknologi, informasi terbatas, undang-undang, korupsi,
korupsi, biaya tinggi, polarisasi politik, sentralisasi, kurangnya standar, dan kontrol
masyarakat yang lemah hanyalah beberapa dari masalah yang muncul sebagai akibat
dari ini. Sementara itu, pelayanan publik telah mengalami perubahan paradigma
dimana masyarakat atau warga negara menjadi pusat perhatian (Richard, 2017; Septi,
2005)
Tujuan kerjasama antara pemerintah daerah dan dunia usaha adalah untuk
memenuhi tujuan pembangunan nasional dan meningkatkan hasil pembangunan.
Otonomi daerah memberdayakan daerah untuk menguasai dan mengurus kepentingan
masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kabupaten dan
daerah masih sangat bergantung pada dana perimbangan dari pusat. Sebagian besar
(80%) berasal dari masyarakat, termasuk sektor komersial, untuk membiayai ekspansi
ekonomi. Kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, dan transportasi
termasuk di antara urusan yang diperlukan (pelayanan dasar). Pengembangan ekonomi
lokal, pendidikan, dan perawatan kesehatan adalah semua bidang di mana dunia usaha
dan masyarakat dapat bekerja sama untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Untuk dapat mewujudkan pengelolaan yang baik dalam kolaboratif pemerintahan

Tugas 2 Kolaborasi Pemerintahan | 11


daerah maka dibutuhkan strategi dan peran seorang pemimpin yang mumpuni dan
memiliki kapasitas serta kompetensi dalam kepemimpinan kolaborasi.

Tugas 2 Kolaborasi Pemerintahan | 12


BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat disimulkan sebagai berikut
1. Peran penting dalam kepemimpinan sector publik antara lain seorang pemimpin
harus mampu menentukan arah organisasi, sebagai mediator dalam menyelesaikan
konflik, menjadi integrator yang logis dan objektif, serta menjadi seorang
komunikator yang efektif. Adapun strategi kepemimpinan sector publik adalah
bahwa seorang pemimpin harus mengkoordinasikan dan mengintegrasikan
komponen organisasi yang dipimpinnya sehingga mereka dapat bertindak secara
keseluruhan dalam satu komando.
2. Kolaborasi pemerintahan daerah dapat berkembang dan berjalan degan baik dengan
adanya peran aktif dan strategi seorang pemimpin yang lahir dari proses yang benar
dimulai sejak rekrutmen pegawai dengan tanpa praktek-praktek yang akan
merugikan negara misalnya suap yang sehingga mengakibatkan seorang pegawai
melakukan tindak korupsi dan lain sebagainya.

B. Rekomendasi
Paling tidak, ini adalah masalah yang harus ditangani lebih lanjut untuk menghasilkan
pemimpin publik non-politik yang efektif di pemerintah daerah, dan pembenahan
sistem rekrutmen staf merupakan komponen penting untuk mengatasi masalah
tersebut. Pendekatan rekrutmen yang transparan (terbuka) memiliki kemampuan untuk
menarik para pemimpin yang memiliki kemampuan dan kapabilitas yang mendalam,
daripada mereka yang direkrut semata-mata karena persyaratan pekerjaannya. Ketika
datang untuk menghasilkan pemimpin publik yang kompeten dalam konteks
pemerintah daerah, penjelasan terbaik tentang bagaimana memilih pemimpin adalah
bahwa orang-orang menyadari latar belakang sosial ekonomi, pendidikan, moral, dan
dampaknya terhadap masyarakat sebelum membuat keputusan. Penduduk tidak puas
karena tidak ada pemimpin publik, hanya elit politik yang diragukan kompetensinya,
dan pemimpin yang tidak mampu bekerja sama dalam pembangunan administrasi dan
kebijakan.

Tugas 2 Kolaborasi Pemerintahan | 13


Tugas 2 Kolaborasi Pemerintahan | 14
DAFTAR PUSTAKA

Alford, J., & Greve, C. (2017). Strategy in the public and private sectors: Similarities,
differences and changes. Administrative Sciences, 7(4), 35.
Ansell, C., & Gash, A. (2008). Collaborative governance in theory and practice. Journal
of Public Administration Research and Theory, 18(4), 543–571.
Candra, D. (2018). Implementasi Kebijakan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Aparatur Sipil Negara Pada Badan
Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa Provinsi Lampung. E-JKPP,
4(3).
Fanani, A. F., Astutik, W., & Lestari, Y. (2020). Kepemimpinan Transformasional Sektor
Publik. Journal of Public Sector Innovations, 4(2), 84–90.
Farida, I. (2016). Kepemimpinan Dalam Pembangunan Sektor Publik Berbasis
Pengetahuan. E-JKPP, 2(1), 1–12.
Fitriyah, N., & Suliyadi, A. (2018a). Membangun Kompetensi Pemimpin Dalam
Mengelola Organisasi Publik: Strategi Dan Aplikasi. Madani Jurnal Politik Dan
Sosial Kemasyarakatan, 10(1), 79–91.
Fitriyah, N., & Suliyadi, A. (2018b). Membangun Kompetensi Pemimpin Dalam
Mengelola Organisasi Publik: Strategi Dan Aplikasi. Madani Jurnal Politik Dan
Sosial Kemasyarakatan, 10(1), 79–91.
Halimah, E. (2021). Perilaku Responsivitas Birokrasi Dalam Pelayanan Publik Pada
Kantor Dinas Perikanandan Kelautan Kota Palopo. Jurnal Sosio Sains, 7(2), 108–
115.
Hamid, A., & Subaidi, S. (2021). The Principles of Educational Leadership in the
Perspective of the Qur’an. Dinamika Ilmu: Jurnal Pendidikan, 397–415.
Herman, H. (2021). The Discourse Of Integrated Quality Management System Of
Education In Industrial Revolution 4.0 Era. International Journal of Educational
Research & Social Sciences, 2(2), 230–240.
Isnaini Muallidin. (2013). Kepemimpinan Sektor Publik. Working Paper.
Isnaini Muallidin. (2018). Tata Kelola Sektor Publik.
Mustaqim, T. (2020). Analysis of Public Opinion on Religion and Politics in Indonesia
using K-Means Clustering and Vader Sentiment Polarity Detection. Proceeding
International Conference on Science and Engineering, 3, 749–754.
Nope, M. S. A. (2021). Collaborative Governance in Determining Legal Status for
Traditional Marriages of the Dawan Ethnicity. 3rd Annual International Conference
on Public and Business Administration (AICoBPA 2020), 495–500.
O’Flynn, J., & Wanna, J. (2008). Collaborative Governance: A new era of public policy
in Australia? ANU Press.
Richard, K. (2017). Partisipasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Unit Pelayanan
Informasi Dan Keluhan Untuk Mewujudkan Good Governace (Penelitian Deskriptif
Kualitatif Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan UPIK Di Kota
Yogayakarta, Daerah Istimewah Yogyakarta).
Rusdiana, A. (2019). Manajemen Kepemimpinan Pendidikan Islam: Bahan Ajar.
Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Septi, W. A. (2005). Manajemen Pelayanan (Pengembangan Model Konseptual
Penerapan Citizen Charter dan Standar Pelayanan Minimal). Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.

Tugas 2 Kolaborasi Pemerintahan | 15


Sholikin, A. (2013). Pemikiran Politik Negara Dan Agama “Ahmad Syafii Maarif.”
Universitas Airlangga.
Silalahi, U. (2011). Reinventing Kepemimpinan di Sektor Publik untuk Membangun
Kepercayaan Warga Kepada Pemerintah. Jurnal Ilmu Administrasi: Media
Pengembangan Ilmu Dan Praktek Administrasi, 8(3), 02.
Suryono, A. (2011). Manajemen Sumberdaya Manusia: Etika dan Standar Profesional
Sektor Publik. Universitas Brawijaya Press.
Tasruddin, R. (2015). Proses Kolaborasi Antar Pemerintah, Swasta, Dan Masyarakat
Dalam Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah.

Tugas 2 Kolaborasi Pemerintahan | 16


LAMPIRAN

Berikut hasil cek plagiarism dengan mengunakan turnitin

Tugas 2 Kolaborasi Pemerintahan | 17

Anda mungkin juga menyukai