Anda di halaman 1dari 26

Tugas Manajemen Pembangunan Kota dan Daerah

Dosen Pengampu

Andhika Saputra, M.M.

KEPEMIMPINAN

Oleh :

KELOMPOK 7

Ahmad Sandika Karisma Akbar 1851010043

Elma Silviana 1851010032

Gusmeli Putriani 1851010038

Yona Agustin 1851010060

MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

SEMESTER VI KELAS A

UIN RADEN INTAN LAMPUNG

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang
saya ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Kepemimpinan”.

Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada sang baginda Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah
memberikan tuntunan jalan yang terang dalam menuntut ilmu dengan akhlak yang
mulia.

Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Andika Saputra, M.M selaku dosen
mata kuliah Manajemen Pembangunan Kota dan Daerah, yang telah memberikan
tugas makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila dalam pembuatan
makalah ini kurang sempurna kami mengharapkan saran dan kritik agar dapat kami
jadikan masukan dalam menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca untuk menambah pengetahuan dan
wawasan.

Bandar Lampung, 29 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3

C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan OPD ............................................................................. 4

B. Fungsi Pathfinding Dalam Kepemimpinan OPD .................................. 8

C. Fungsi Aligning Dalam Kepemimpinan OPD ....................................... 11

D. Fungsi Empowering Dalam Kepemimpinan OPD ................................ 14

E. Contoh Ilustrasi Dari Pathfinding Dalam Kerangka BSC, Aligning Sistem


Kerja, dan Empowering SDM Pada Kepemimpinan OPD .................... 17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemimpin merupakan seseorang yang memiliki kecakapan dan kelebihan
khusunya kecakapan kelebihan di satu bidang, sehingga mampu mempengaruhi
orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
pencapaian beberapa tujuan. Menurut Henry Pratt Fairchild pemimpin adalah
seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial, dengan
mengatur mengarahkan mengorganisir, atau mengontrol usaha atau upaya orang
lain melalui kekuasaan atau posisi.1 Setiap organisasi baik dalam kelompok besar
maupun kecil dan dalam bentuk formal maupun tidak formal membutuhkan
seseorang pemimpin dalam organisasi istilah pemimpin, kepemimpinan, dan
memimpin mulanya berasal dari kata dasar yaitu pimpin akan tetapi ketiga istilah
itu digunakan untuk konteks yang berbeda, dalam bahasa Indonesia pemimpin
sering disebut ketua, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, dan sebagainya.

Pemerintahan dibentuk dengan maksud untuk membangun peradaban dan


menjaga sistem ketertiban sosial sehingga masyarakat bisa menjalani kehidupan
secara wajar dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam
perkembangannya, konsep pemerintahan telah mengalami transformasi paradigma
dari yang serba negara ke orientasi pasar (market or public interest), dari
pemerintahan yang kuat, besar dan otoritarian ke orientasi, egalitarian dan
demokratis, serta transformasi kepada sistem pemerintahan dari sentralisasi
menjadi desentralisasi. Penyelenggaraan roda pemerintahan yang baik dan bersih
adalah landasan bagi penyusunan dan penerapan kebijakan suatu negara yang
demokratis dalam era globalisasi saat ini.

1
Ismail Nawawi Uha, Budaya Organisasi Kepemimpinan Dan Kinerja Proses Terbentuk,
Tumbuh Kembang, Dinamika Dan Kinerja Organisasi (Jakarta: KENCANA, 2013), hlm 38.

1
Fenomena demokrasi ditandai dengan menguatnya kontrol masyarakat
terhadap penyelenggaraan pemerintah, sementara fenomena globalisasi ditandai
dengan saling ketergantungan antara bangsa, terutama dalam pengelolaan sumber
daya ekonomi dan aktivitas dunia usaha, sehubungan dengan itu sebuah konsep
baru yang semula di perkenalkan lembaga internasional, yaitu konsep tata
kepemerintahan yang baik (good governance), sekarang menjadi salah satu kata
kunci dalam wacana untuk membenahi sistem penyelenggaraan pemerintahan di
Indonesia. Upaya untuk mewujudkan good local governance bukanlah suatu
hal yang sangat mudah seperti membalik telapak tangan dan tentunya untuk
mewujudkan itu semua dibutuhkan perjuangan dan waktu cukup panjang.
Sekalipun memiliki kelemahan, penyelengaraan desentralisasi merupakan sarana
yang mendekatkan Bangsa Indonesia pada kondisi yang ideal untuk membangun
good local governance yaitu sarana yang mendekatkan bangsa Indonesia pada
kondisi yang ideal untuk membangun good local governance.

Seorang pemimpin sebagai individu merupakan suatu kepribadian yang


berhadapan dengan sejumlah individu lainnya yang masing-masing juga
merupakan suatu kepribadian. Dalam keadaan seperti itu seorang pemimpin
harus memahami setiap kepribadian yang berbeda dengan kepribadiannya sendiri.
Pemimpin sebagai suatu kepribadian memiliki motivasi yang mungkin tidak sama
dengan motivasi anggota kelompoknya, baik dalam mewujudkan kehendak untuk
bergabung dan bersatu dalam suatu kelompok maupun dalam melaksanakan
kegiatan yang menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing, Dalam suatu
organisasi pemerintah, setiap pemimpin merupakan pribadi sentral yang sangat
besar pengaruhnya terhadap pegawainya yang terlihat dalam sikap dan perilakunya
pada waktu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.2

2
Dedi Epriadi, Karol Teovani Lodan“Analisis Gaya Kepemimpinan Di Organisasi Pemerintah
Daerah” , Jurnal Analisis Kebijakan dan Pelayanan Publik, Vol.5, No.1 (2019), hlm 50.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kepemimpinan Organisasi Pemerintah Daerah?
2. Bagaimana Fungsi Pathfinding (Perintis) Dalam Kepemimpinan Organisasi
Pemerintah Daerah?
3. Bagaimana Fungsi Aligning (Penyelaras) Dalam Kepemimpinan Organisasi
Pemerintah Daerah?
4. Bagaimana Fungsi Empowering (Pemberdaya) Dalam Kepemimpinan Organisasi
Pemerintah Daerah?
5. Bagaimana Contoh Ilustrasi Pathfinding (Perintis) Dalam Kerangka BSC,
Aligning (Penyelaras) Sistem Kerja, dan Empowering (Pemberdaya) SDM Pada
Kepemimpinan Organisasi Pemerintah Daerah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Kepemimpinan Organisasi Pemerintahan Daerah.
2. Untuk Mengetahui Pathfinding (Perintis) Dalam Kepemimpinan Organisasi
Pemerintahan Daerah.
3. Untuk Mengetahui Aligning Dalam Kepemimpinan Organisasi Pemerintahan
Daerah.
4. Untuk Mengetahui Empowering Dalam Kepemimpinan Organisasi Pemerintan
Daerah.
5. Untuk Mengetahui Contoh Ilustrasi Pathfinding (Perintis) Dalam Kerangka
BSC, Aligning (Penyelaras) Sistem Kerja, dan Empowering (Pemberdaya) SDM
Pada Kepemimpinan Organisasi Pemerintah Daerah.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan Organisasi Pemerintah Daerah
Kepemimpinan adalah keterampilan, kemampuan dan tindakan yang dikerjakan
oleh individu untuk memberikan pengaruh bagi manusia atau kelompok manusia
pada wadah yang terkoordinasi, dengan maksud untuk mencapai satu atau lebih
tujuan yang telah ditentukan bersama melalui perilaku atau tindakan positif.
Menurut Terry kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang agar
bekerja untuk mencapai tujuan bersama, dan diartikan sebagai usaha yang
terorganisir untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia, material,
dan finansial guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.3
Kepemimpinan organisasi pemerintahan daerah merupakan terapan teori
kepemimpinan di dalam bidang pemerintahan, yang diwarnai oleh sifat khas bidang
pemerintahan, kepemimpinan organisasi permerintah daerah menunjukan daerah
perbatasan antara kepemimpinan dengan pemerintahan, konsep kepemimpinan
pemerintahan terdiri dari konsep kepemimpinan yang berhubungan dengan sistem
nilai sosial, dan konsep pemerintahan yang mengandung sistem nilai formal.
Seorang pemimpin formal atau kepala yang berkepemimpinan dihadapkan pada
bebagai situasi dan perubahan yang cepat, karena itu harus memilih peran sebagai
kepala atau sebagai pemimpin.4
Keberadaan organisasi pemerintah sangat dibutuhkan masyarakat, karena
organisasi pemerintah bertujuan melayani kepentingan publik yang pada hakikatnya
menyangkut eksternalitas yang tidak disediakan oleh organisasi swasta. OIeh karena
itu, organisasi pemerintah lebih bersifat mengatur regulatory, mandatori dan
pengendalian dalam rangka melindungi kepentingan masyarakat, sejak diberlakukan

3
Kartono Kartini, Pemimpin Dan Kepemimpinan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004),
hlm 92.
4
Darmanto, “ORGANISASI PEMERINTAH DAERAH : MEWUJUDKAN TATA PAMONG
YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE),” Jurnal Organisasi dan Manajemen, Vol.2, No.1, (2006),
hlm 36.

4
otonomi daerah terdapat kecenderungan perubahan organisasi pemerintah daerah
tidak berdasarkan atas pertimbangan kelima aspek di atas, yaitu kewenangan yang
dimiliki, kebutuhan dan potensi daerah, keuangan daerah, sumber daya aparatur
daerah, pola kerja sama antar daerah, namun lebih banyak pertimbangan ke arah
foliterasi dan organisasi hanya dikarenakan menampung pejabat daerah dengan
berbagai pertimbangan politis dan non politis.

Dengan telah ditetapkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


yang telah direvisi terakhir dengan UU No. 2 tahun 2015 dan PP No. 39 tahun 2007
tentang pembagian kewenangan pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi dan
kabupaten atau kota, maka sesungguhnya pemerintah provinsi maupun kabupaten
atau kota memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melakukan perubahan
organisasi yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi daerah. Dengan demikian,
organisasi pemerintahan daerah dapat didesain lebih berorientasi pada
pengembangan kapasitas potensi daerah, sehingga urusan-urusan yang tidak
terdukung oleh sumber daya yang ada tidak perlu dipaksakan menjadi dinas dan
bahkan konsekuensinya penggabungan beberapa dinas menjadi keharusan. Oleh
karena itu, di masa depan organisasi pemerintah daerah harus sesuai dengan
kebutuhan potensi daerahnya.

Apabila efektivitas organisasi pemerintah daerah dapat terwujud, maka lebih


mendorong terhadap peningkatan kapasitas penyelenggaraan pemerintah. Dengan
demikian penyelenggaraan pemerintah berjalan efisien dan efektif serta mampu
meningkatkan pelayanan publik di berbagai sektor sesuai dengan kebutuhan
masyarakatnya, dengan semakin luasnya kewenangan pemerintahan daerah saat ini
dan juga kompleksnya permasalahan penyelenggaraan pemerintahan baik dari aspek
kelembagaan, kepegawaian, keuangan, pelayanan masyarakat dan lain-lain, maka
untuk peningkatan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan
diperlukan kepemimpinan yang kuat, dan kredibel, dari berbagai permasalahan
tersebut, apabila para kepala daerah memiliki kepemimpinan yang bisa menjalankan

5
peran dan fungsi kepemimpinannya antara lain kecermatan, kecepatan dalam
pengambilan keputusan, maka permasalahan tersebut akan ada solusinya lebih
komprehensif dan terpadu, oleh karena itu peran kepemimpinan kepala daerah saat
ini melakukan konsolidasi agar kontrol masyarakat dapat tertata secara melembaga.
Hal tersebut harus didukung berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah
terlebih dahulu harus dilakukan secara terbuka melalui fungsi komunikasi dengan
masyarakat dan sosialisasi terhadap masyarakat yang berkaitan dengan kebijakan
yang setiap saat mengalami perubahan. Dengan demikian, kepala daerah sangat
berperan dalam meletakkan dasar bagi pembentukan masyarakat yang lebih terbuka.

Adapun peran kepemimpinan dalam organisasi pemerintah daerah terdiri dari


beberapa faktor yang mempengaruhi kepemimpinan pemerintah dalam
menyelenggarakan tujuan pemerintah di era revolusi industri. Menurut institute of
governance (IOG) dapat disimpulkan bahwa terdapat enam faktor utama yang
menentukan agar kepemimpinan pemerintah berhasil dalam menerapkan inovasi
daerah untuk mempraktikkan tata kelola pemerintahan yang baik, keenam faktor
tersebut yaitu:

1. Faktor Kepemimpinan
Faktor kunci keberhasilan pemerintah harus diikuti dengan adanya dukungan
dari bawahan (birokrasi) yang memadai serta dukungan yang kondusif. Artinya
pemimpin yang inovatif hanya akan berhasil jika didukung oleh bawahan dan
pegawai serta lingkungan yang kondusif. Oleh karena itu kepemimpinan
pemerintah harus mampu mengelola jaringan formal dan informal untuk
mencapai tujuan pemerintah sehingga kepemimpinan pemerintah perlu di dukung
oleh kemampuan melakukan negosiasi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan
mengelola jaringan politik. Kepemimpinan pemerintah merupakan pemimpin
organisasi pemerintah yang harus memimpin organisasi formal birokrasi
sekaligus pemimpin masyarakat. Oleh karena itu kepemimpinan pemerintah

6
daerah harus mampu menggerakkan organisasi birokrasi dan organisasi sosial di
daerahnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Faktor Kelembagaan
Perlu adanya transformasi kelembagaan yang mendukung ide-ide inovatif
menjadi salah satu faktor pokok yang cukup menentukan. Kelembagaan yang
profesional, efektif dan efisien harus bersinergis dengan arah pembaharuan dalam
penyelenggaraan pemerintah menjadi hal yang sangat penting dan mendesak.
3. Faktor Modernisasi Sektor Publik
Artinya ide-ide baru teknologi baru dan pelatihan baru merupakan faktor
penting yang menentukan keberhasilan pembaharuan dalam melakukan
modernisasi pemerintahan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
penyelengaraan pemerinthan akan lebih mudah dicapai karena prosedur dan
mekanismenya yang lebih jelas, transparan dan akuntabel, adanya modernisasi
pemerintahan ini akan memperkuat dan mempercepat penerimaan pegawai dalam
inovasi daerah.
4. Faktor Masyarakat Sipil yang Terorganisir
Masyarakat sipil yang kritis memungkinkan terbentuknya pemerintahan yang
akuntabel, sehingga ide-ide inovatif dapat dikritisi dan atau didukung untuk
mempercepat kesejahteraan masyarakat. Selain itu, masyarakat sipil yang
terorganisir ini akan menghasilkan partisipasi dan kontrol yang efektif dalam
penyelenggaraan pembaharuan pemerintah.
5. Faktor Tradisi atau Budaya Demokrasi
Tradisi dalam konteks IOG atau Institute of Governance dimaknai sebagai
budaya demokrasi yang dibangun serta diterapkan dalam masyarakat untuk
menentukan keberhasilan atau kegagalan pembaharuan pemerintahan, faktor ini
lebih terkait dengan pendekatan sosiologis atau kepemimpinan sosial. Dengan

7
demikian terkait dukungan pengikut untuk membantu menciptakan suasana
kondusif dalam menerapkan ide-ide pembaharuan pemerintahan.5

B. Fungsi Pathfinding (Perintis) Dalam Kepemimpinan Organisasi Pemerintah


Daerah
Menurut Steven R. Covey seorang motivator dan pakar kepemimpinan dan
penulis buku popular The Seven habbit Of Hagly Effective People menjelaskan
fungsi pokok seorang pemimpin harus memenuhi tiga fungsi. Pertama, adalah
sebagai perintis (pathfinding), kedua, sebagai penyelaras (aligning), ketiga sebagai
pemberdaya (empowering). Fungsi pathfinding (perintis) adalah upaya pemimpin
memahami dan memenuhi kebutuhan utama para stakeholders, misi dan nilai-nilai
yang dianutnya serta yang berkaitan dengan visi dan strategi, yang sama dengan apa
yang diharapkan oleh organisasi agar tercapainya tujuan yang telah di cita-citakan
bersama.6 Untuk menetapkan sebuah visi yang hebat seorang pemimpin harus
memiliki intelektual yang memadai dan wawasan yang luas agar dapat merumuskan
sebuah visinya dengan sangat baik.

Visi yang jelas dalam suatu kepemimpinan dan sesuai dengan kebutuhan
organisasi, mampu menumbuhkan komitmen aparatur serta rakyatnya terhadap
pekerjaan, dan mampu memupuk semangat untuk bekerja. Hal ini karena
menumbuhkan rasa yang di harapkan dalam kehidupan kerja aparatur pemerintah
daerah, dan mengatasi keadaan organisasi masa sekarang dan masa depan, bagi
sebuah organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Sebuah visi dengan
sendirinya tidak dapat menciptakan pemimpin, namun pemimpin yang mempunyai
visi dan memiliki kemampuan komunikasi yang akan dapat mengembangkan

5
Richard Togaranta, Majidah, dkk, Peran Kepemimpinan Pemerintahan, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2018), hlm 94-96.
6
Siti Aimah, Abdi Fauji Hadiono, “Refleksi Terhadap Model Kepemimpinan Qur’ani,” Jurnal
Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi, dan Pemikiran Hukum Islam, Vol.10, No.2 (2019),
hlm 450.

8
banyak pemimpin baru untuk menciptakan pertumbuhan berkelanjutan dalam
organisasi pemerintah daerah. Seorang pemimpin haruslah memiliki karakter yang
kuat dalam dirinya, karena kepemimpinan pada hakikatnya adalah sebuah proses
yang akan membentuk seorang pemimpin dengan karakter dan watak yang jujur
terhadap diri sendiri, bertanggung jawab, memiliki pengetahuan keberanian
bertindak sesuai dengan keyakinan, kepercayaan pada diri sendiri dengan orang lain,
dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain.

Ada dua aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role.
Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi
bagi organisasinya tetapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi
tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk
mencapai visi tersebut, kunci bagi seorang pemimpin adalah memantapkan visi
dasar, makna, misi, dan sasaran atau agenda dari organisasi. Kemauan dan
pergerakan untuk berubah menyesuaikan perkembangan yang dilakukan seorang
pemimpin visioner di suatu organisasi pemerintah daerah atau saat ini merupakan
jawaban atas perubahan paradigma baru bagi pemimpin.7

Berikut ini nilai-nilai yang terkandung pada teori kepemimpinan sebagai perintis
(pathfinding) adalah sebagai berikut:

1. Memahami Kebutuhan Stakeholder


Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan yang dipenuhi oleh seorang
pemimpin kepada anggotanya, diantaranya adalah pertama, kebutuhan jasmani
seperti pakaian, makan minum. Kedua, kebutuhan rohani yaitu yang bersifat
kejiwaan, misalnya organisasi yang baik, kesempatan beribadah. Ketiga,
kebutuhan individual mengarah pada kebutuhan yang berbeda-beda tiap pegawai,
contohnya kebutuhan alat-alat dalam bekerja. Keempat, kebutuhan umum,

7
Mardatillah, “Pola Kepemimpinan Islam Dalam Perbankan Syariah,” Syiar Iqtishadi
(Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking), Vol.4, No.1, (2020), hlm 113-114.

9
kebutuhan ini berkaitan dengan pemanfaatan barang dan jasa oleh semua orang,
seperti contohnya sarana, prasarana.
2. Memenuhi Hak Stakeholder
Bertujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat demi kesejahteraan
sebagaimana di amanatkan dalam konstitusi sebagai pijakan dalam
operasionalnya, organisasi publik dibuat oleh publik, untuk publik dan karenanya
harus bertanggung jawab terhadap publik. Seperti masyarakat pengguna jasa
publik yang menjadi fokus dari organisasi pemerintahan adalah pelayanan
masyarakat (publik service), pelayanan tersebut diberikan untuk memenuhi hak
masyarakat, baik itu merupakan layanan civil maupun layanan publik. Artinya
kegiatan pelayanan pada dasarnya menyangkut pemenuhan suatu hak, melekat
pada setiap orang, baik secara pribadi maupun berkelompok (organisasi), dan
dilakukan secara universal.
3. Menyatukan Visi, Misi, Tujuan Atau Sasaran Organisasi
Pemimpin yang efektif menjalin hubungan kerja yang efektif melalui
kerjasama dengan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan ini program-progam
kerja yang akan dilaksanakan akan dapat tersusun dengan baik, karena seorang
pemimpin tidak dapat bekerja sendiri, sehingga membutuhkan kerja sama dari
anggotanya.
4. Menyusun Strategi Mencapai Visi, Misi, Tujuan, Atau Sasaran Organisasi
Setelah visi, misi tujuan ditetapkan bersama, maka langkah selanjutnya yang
dilakukan oleh seorang pemimpin adalah menyusun strategi mencapainya.
Seperti tatanan sistem administrasi negara kesatuan republik Indonesia yaitu
dengan menyusun suatu perencanaan yang berpedoman pada rencana
pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD). Dengan pendekatan
perencanaan strategi yang jelas dan sinergis, instansi pemerintah lebih dapat
menyelaraskan visi dan misinya secara berkesinambungan dengan potensi,
peluang dan kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan akuntabilitas
kinerjanya selama kurun waktu lima tahun kedepan sesuai dengan periode

10
RPJMD kepala daerah, proses inilah yang akan menghasilkan rencana strategi
(Renstra) instansi pemerintah yang setidaknya memuat visi, misi, tujuan, sasaran,
kebijakan dan program serta ukuran keberhasilan dan kegagalan dalam
pelaksanaannya.
5. Rule Of Law
Sebuah organisasi terdapat aturan atau hukum yang ditaati oleh anggotanya
supaya organisasi dapat berjalan dengan tertib, terdapat pemikiran tentang rule of
law, bahwa aturah hukum tersebut dapat berjalan dengan adanya unsur pertama,
tidak sewenang-wenang atas kekuasaan. Kedua, kedudukan hukum yang sama
atau merata. Ketiga, undang-undang serta keputusan-keputusan pengadilan
menjamîn hak-hak manusia.8

C. Fungsi Aligning (Penyelaras) Dalam Kepemimpinan Organisasi Pemerintah


Daerah
Fungsi Aligning (penyelaras) dalam kepemimpinan organisasi pemerintah
daerah adalah bagaimanakah seorang pemimpin dapat menyelaraskan seluruh
sistem dalam organisasi, agar dapat saling sinergis dalam bekerja. Pemimpin harus
benar-benar memahami setiap bagian dalam sistem organisasi, seperti divisi sumber
daya manusia bersinergi dengan divisi pemasaran bagian keuangan tidak boleh
berjalan sendiri dan juga tidak bersaing dengan unit organisasi lainnya. Pemimpin
harus menyelaraskan hubungan antar unit, hal ini dilakukan baik melalui sistem
komunikasi yang baik maupun dengan menumbuhkan kecakapan kewargaan
organisasi untuk tolong-menolong. Oleh karena itu, saling mendukung dan bekerja
sama untuk mencapai tujuan organisasi. Organisasi yang selaras dan kolaboratif
seperti ini akan memudahkan proses birokrasi organisasi (agile process), agar
seorang pemimpin dapat menjalankan peran tersebut dengan baik, pemimpin harus

8
Indah Kusuma Dewi, Nilai-Nilai Profetik Dalam Kepemimpinan Modern Pada Manajemen
Kinerja (Yogyakarta: CV. Gre Publishing, 2019), hlm 68.

11
melihat persoalan secara komprehensif dan detail, bukan parsial. Selain itu, sebagai
penyelaras seorang pemimpin juga harus mampu menyamakan persepsi semua
orang untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin tidak bisa membiarkan orang-
orang yang dipimpinnya jalan sendiri-sendiri, karena hal ini akan menjauhkan dari
tujuan yang ingin dicapai. 9
Selanjutnya, pemimpin dapat menyelaraskan bagian itu sehingga sesuai dengan
strategi pencapaian visi yang telah ditetapkan, kinerja tinggi akan sulit diwujudkan
terkecuali jika aspek-aspek desain organisasi selaras atau sesuai dengan tugas
strategis organisasi karena itu dalam manajemen sangat perlu menjaga konsistensi
internal pada setiap perangkat desain, divisi, dan unit.10
Nilai-nilai yang dapat di implementasikan oleh pemimpin adalah sebagai
berikut:
1. Menyelaraskan Seluruh Sistem Dalam Organisasi
Dalam pelaksanaan kepemimpinan pada sebuah organisasi pemimpin harus
dapat menyelaraskan keseluruhan sistem yang ada pada organisasinya, dan
memastikan bahwa keputusan yang telah diambil seorang pemimpin adalah telah
mewakili seluruh anggotanya. Menyelaraskan program dan kegiatan pemerintah
daerah dengan usulan program dan kegiatan pada kabupaten atau kota, dan
menyelaraskan program dan kegiatan antar pemerintah daerah dalam rangka
optimalisasi pencapaian sasaran sesuai dengan kewenangan dan sinergitas
pelaksanaan prioritas pembangunan daerah.
2. Saling Sinergi Dalam Bekerja
Sinergi yaitu untuk mencapai hasil lebih baik maka adanya perbedaan harus
saling melengkapi dan mengisi. Sinergi terdiri dari beberapa konsep diantaranya,
orientasi tertuju pada hasil yang positif, keberagaman perspektif menjadi
pelengkap paradigma, terdapat kesepekatan, tujuan sama dan saling kerja sama,

9
Antoni Luthfi Arifin, Antaiwan Bowo, dkk, Kepemimpinan Cendikia (Jakarta: PT.
Gramedia, 2020), hlm 33.
10
Wibowo, Manajemen Kinerja (Jakarta: Raja Press, 2012), hlm 440.

12
proses yang efektif, dalam sinergi terkandung makna bahwa pimpinan dan
seluruh pegawai negeri sipil memiliki komitmen untuk membangun dan
memastikan hubungan kerja sama internal yang produktif serta kemitraan yang
harmonis dengan para pemangku kepentingan, untuk menghasilkan karya yang
bermanfaat dan berkualitas.
3. Menyelaraskan Strategi Untuk Mencapai Visi, Misi, Tujuan atau Sasaran
Organisasi.
Upaya yang dilakukan dalam menyelaraskan strategi yang sesuai dengan
perencanaan, maka perlu adanya pengawasan yang dilakukan oleh pemimpin,
dalam proses pengawasan terdapat ancaman bagi seseorang atau pemimpin yang
tidak melaksanakan amanah yang telah ada dalam perencanaan yang telah
diputuskan bersama, dalam hal ini berupa visi misi tujuan. Maka pemimpin disini
dilarang mengabaikan fungsi pengawasan, sehingga strategi yang dilaksanakan
dapat selaras dengan perencanaan.
4. Membangun Hubungan Diplomasi yang Kuat.
Diplomasi adalah aktivitas dengan cara mengutus seseorang sebagai wakil
pemerintah, diplomasi bertujuan menghasilkan kesepakatan dalam sudut
pandang kebijakan, diplomasi sering kali diartikan sebagai hubungan antar
negara atau hubungan internasional. Istilah diplomasi dapat di implementasikan
dalam suatu lembaga atau institusi yang dijalankan oleh seorang pemimpin, maka
dalam konteks kepemimpinan, agar orang-orang yang dipimpim dapat menerima
kesepakatan dan perundingan maka pemimpin dapat menggunakan cara
diplomasi dalam mempengaruhi seseorang.
5. Menyampaikan Informasi yang Sebenarnya atau Transparansi.
Dinamika politik pasca reformasi mengharuskan semua kegiatan pemerintah
dilakukan secara transparan, sebab jalannya kekuasaan negara mendapat
pengawasan ketat dari masyarakat. Tranparansi informasi di lembaga pemerintah
wajib dilaksanakan sesuai dengan undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang
keterbukaan informasi publik, pada intinya mewajibkan lembaga pemerintah

13
sebagai badan publik harus mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
secara terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat sebagai pengguna informasi.

D. Fungsi Empowering (Pemberdaya) Dalam Kepemimpinan Organisasi


Pemerintah Daerah
Empowering dalam bahasa Indonesia berarti pemberdayaan yaitu sebuah konsep
yang lahir sebagai bagian dari perkembangan pikiran masyarakat dan kebudayaan
barat, utamanya Eropa. Konsep pemberdayaan pada perkembangannya memiliki
banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli yaitu pemberdayaan berarti
menyiapkan kepada masyarakat berupa sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan
keahlian untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa
depan mereka, serta untuk berpartisipasi dan mempengaruh kehidupan dalam
komunitas masyarakat itu sendiri.

Dalam pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa empowering is about


increasing the power of the disadvantaged (pemberdayaan adalah mengenai
peningkatan kekuatan dari kelemahan).11 Menurut Payne proses pemberdayaan
ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya atas keputusan dan tindakan
yang terkait dengan diri mereka, dengan mengurang efek hambatan pribadi dan
sosial untuk melatih daya yang ada, melalui peningkatan kemampuan dan rasa
percaya diri untuk menggunakan daya dan melalui transfer daya dari lingkungannya,
yang dimaksudkan klien disini adalah individu, keluarga, kelompok, dan komunitas,
sehingga dengan pemberdayaan sebagai proses, diharapkan mereka mampu
mengontrol kehidupannya dan menentukan masa depan yang mereka inginkan.

11
Jim lfe, Pembangunan Masyarakat : Analisis Dan Praktik, Diterjemahkan Oleh Taufik
Rohman (Jakarta: CFMS, 1996), hlm 62.

14
1. Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Berikut ini adalah peran pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat:12
a. Pemerintah Sebagai Regulator
Peran Pemerintah sebagai Regulator adalah menyiapkan arah untuk
menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan (menerbitkan peraturan-
peraturan dalam rangka efektifitas dan tertib administrasi pembangunan).
Sebagai regulator, pemerintah memberikan acuan dasar yang selanjutnya
diterjemahkan oleh masyarakat sebagai instrumen untuk mengatur setiap
kegiatan pelaksanaan pemberdayaan di masyarakat, pemberdayaan
masyarakat dari segi ekonomi akan dikaitkan dengan kebijakan yang
mendukung dalam pengembangan usahanya. Adapun kebijakan yang
diarahkan yaitu kebijakan di bidang permodalan guna mendukung kegiatan
usaha masyarakat dan dianggarkan dari APBN atau APBD dan kebijakan di
bidang perizinan pendirian usaha untuk mempermudah proses perizinan
menjadi lebih efektif dan efisien.

b. Pemerintah sebagai Dinamisator


Peran pemerintah sebagai dinamisator adalah menggerakan partisipasi
multipihak terjadi dalam proses pembangunan (mendorong dan memelihara
dinamika pembangunan daerah), sebagai dinamisator pemerintah berperan
melalui pemberian bimbingan dan pengarahan yang intensif dan efektif kepada
masyarakat, bimbingan dan pengarahan sangat diperlukan dalam memelihara
dinamika. Pemerintah melalui tim penyuluh maupun badan tertentu
memberikanbimbingan maupun pelatihan kepada masyarakat.
c. Pemerintah sebagai Fasilitasator
Peran pemerintah sebagai fasilisator adalah menciptakan konduksi bagi

12
Musa, “Optimalisasi Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah
Tawaran Dalam Mengentaskan Kemiskinan,” Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial
Kemanusiaan Vol.8, No.1 (2017), hlm 56.

15
pelaksanaan pembangunan (kepentingan berbagai pihak dalam
mengoptimalkan pembangunan daerah). Sebagai fasilitator, pemerintah
berusaha menciptakan atau memfasilitasi suasana yang tertib, nyaman dan
aman, termasuk memfasilitasi tersedianya sarana dan prasarana pembangunan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam kepemimpinan sebagai pemberdaya
yaitu:
a. Menumbuhkan Motivasi Kinerja yang Terbaik
Motivasi memiliki makna yaitu proses individu dalam mencapai tujuan
yang membawa dampak intensitas, searah, dan upaya berkesinambungan.
Upaya dilakukan seseorang ditunjukkan oleh adanya intensitas, namun
tinggi atau rendahnya intensitas tidak akan memberikan pengaruh baik
terhadap pencapaian hasil, terkecuali jika dalam intensitas tersebut
terdapat arah yang menguntungkan organisasi, karena itu intensitas dan
arahnya harus dipertimbangkan, dan realisasinya dilaksanakan secara terus
menerus. Dengan adanya motivasi yang diberikan oleh pemimpin kepada
pegawainya akan memunculkan keinginan dan inisiatif pegawai agar dapat
terus mencapai hasil maksimal dan terbaik, semangat akan membuat
pemimpin mampu menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan, dan
mampu membawa kemajuan organisasi di masa yang akan datang.

b. Menyesuaikan Kinerja Pegawai Dengan Kualifikasinya


Penempatan kerja adalah suatu proses penting untuk menunjang
peningkatan kinerja, selama pegawai yang bersangkutan ditempatkan pada
posisi yang tepat, oleh sebab itu penempatan harus disesuaikan dan
diselaraskan antara tingkat pendidikan, kompetensi, keterampilan dan
keahlian, dan pengalaman dengan formasi yang tersedia.
c. Memiliki Tujuan Kinerja yang Jelas
Tujuan merupakan sebuah aspirasi tentang apa yang diharapkan dan
akan dicapai oleh individu, kelompok, atau organisasi, tujuan menjadikan

16
pekerja mengetahui bagaimana kontribusinya dan bagaimana
mencapainya, maka dari itu penting bagi sebuah organisasi menentukan
tujuan yang jelas. Adanya tujuan yang jelas akan membuat kinerja lebih
efektif dan efisien tujuan dapat dikatakan baik jika menunjukkan sifat
konsisten, tepat, menantang, dapat diukur, dapat dicapai, disetujui,
dihubungkan dengan waktu, berorientasi pada kerjasama tim.

E. Contoh Ilustrasi Pathfinding (Perintis) Dalam Kerangka BSC, Aligning


(Penyelaras) Sistem Kerja, dan Empowering (Pemberdaya) SDM Pada
Kepemimpinan Organisasi Pemerintah Daerah
1. Sekretariat Daerah
Dalam upaya mewujudkan visi, sekretaris daerah memiliki peran antara lain
dalam memfasilitasi peningkatan budaya organisasi di setiap OPD, target
kinerjanya adalah terwujudnya budaya organisasi yang bersinergi, berbagi
pengetahuan, ramah, menyenangkan, terbuka, efisien, efektif, produktif, dan
fokus membangun visi. Budaya organisasi yang baik menjadi dasar dalam
pelaksanaan kegiatan lainnya, khususnya dalam pelaksanaan tupoksi di setiap
OPD. Oleh karena itu, sekretariat daerah perlu menyelaraskan organisasi,
mekanisme kerja, kebijakan, strategi, program kerja, serta memberdayakan
seluruh bidang, SDM nya untuk mewujudkan visi pembangunan. Organisasi
sekretariat daerah, umumnya cukup kuat antara lain yaitu:
a. Asisten pemerintahan (bagian pemerintahan dan otonomi daerah, bagian
umum, bagian organisasi, dan tata laksana)
b. Asisten perekonomian dan pembangunan (bagian perekonomian dan usaha
daerah, bagian bina program, dan bagian kerja sama)
c. Asisten administrasi umum (bagian umum dan protokol, bagian perlengkapan)
d. Asisten kesejahteraan rakyat (bagian hubungan masyarakat, bagian
kesejahteraan rakyat).

17
2. Badan Kepegawaian dan Diklat (BKD)
Dalam mewujudkan visi pembangunan, BKD memiliki peran dalam
memfasilitasi peningkatan kompetensi SDM di seluruh OPD. Target kinerjanya
adalah terwujudnya kompetensi SDM yang memiliki kemampuan tinggi dalam
mengidentifikasi persoalan, menganalisis, menyusun rencana, merealisasikan
rencana, dalam mensiasati kendala pembangunan, mampu berkomunikasi dan
berkoordinasi dengan seluruh stakeholder, mampu memberdayakan masyarakat,
mampu melakukan pengawasan, evaluasi, pengendalian, efisien, efektif, dan
fokus dalam mewujudkan visi. Untuk mewujudkan target kinerja tersebut, BKD
perlu menyelaraskan kebijakan organisasi, mekanisme kerja, dan
memberdayakan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk mewujudkan visi.
Organisasi BKD cukup kuat untuk merealisasikan visi, antara lain yaitu:
a. Bidang Diklat (sub bidang diklat struktural dan fungsional, sub bidang diklat
teknis)
b. Bidang Pembinaan dan pengembangan pegawai (sub bidang pegawai, sub
bidang pengembangan pegawai)
c. Bidang mutasi pegawai (sub bidang mutasi fungsional, sub bidang Mmtasi
non fungsional).
3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Dalam upaya mewujudkan visi pembangunan, Bappeda memiliki peran
dalam perencanaan pembangunan dan peningkaran kualitas tata ruang. Target
kinerjanya adalah terealisasinya rencana pembangunan dalam menyelesaikan
berbagai persoalan pembangunan dan perwujudan visi. Oleh karena itu, Bappeda
perlu menyelaraskan kebijakan organisasi, mekanisme kerja, dan
memberdayakan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas
perencanaan dan tata ruang. Sumber daya organisasi Bappeda antara lain
meliputi:
a. Bidang kesejahteraan rakyat dan aparatur pemerintahan (sub bidang
kesejahteraan rakyat, sub bidang aparatur pemerintahan dan kependudukan)

18
b. Bidang fisik dan prasarana (sub bidang lingkungan hidup dan tata ruang
wilayah, sub bidang perhubungan dan pematusan atau sanitasi)
c. Bidang ekonomi (sub bidang pertanian, kelautan, pariwisata, dan sub bidang
pengembangan dunia usaha).
4. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya
Dinas tata ruang dan cipta karya berperan dalam mewujudkan visi melalui
peningkatan kualitas tata ruang dan pengembangan infrastruktur, seperti jaringan
jalan, pengendalian banjir, air bersih, pengelolaan sampah, limbah, listrik,
telepon, mitigasi bencana, dan sebagainya. Target kinerjanya adalah terwujudnya
tata ruang yang nyaman, aman, produktif, dan berkelanjutan di dukung
infrastruktur yang baik dan lengkap. Dinas tata tuang dan cipta karya perlu
menyelaraskan kebijakan organisasi, mekanisme kerja, dan memberdayakan
seluruh sumber daya yang dimiliki untuk mewujudkan visi tata ruang dan
infrastruktur berkualitas. Dinas tata ruang dan cipta karya memiliki organisasi
yaitu:
a. Bidang tata ruang (perencanaan tata ruang, dan pemanfaatan tata ruang)
b. Bidang permukiman (program dan perencanaan teknis, pelaksanaan dan
pengawasan)
c. Bidang pemetaan dan pengukuran (pemetaan, dan pengukuran)
d. Bidang tata bangunan (perizinan bangunan, dan pengendalian bangunan).
5. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD)
Dalam mewujudkan visi pembangunan, BPMPD memiliki peran dalam
memfasilitasi peningkatan partisipasi masyarakat dan pemerintahan desa, target
kinerjanya adalah meningkatkan kualitas partisipasi masyarakat dan
pemerintahan desa dalam pembangunan. Untuk mewujudkan target kinerja
tersebut, BPMPD perlu mengoptimalkan sistem kerja dan memberdayakan
seluruh sumber daya yang dimilikinya, khususnya yaitu:

19
a. Bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat dan kesejahteraan keluarga (sub
bidang pengembangan usaha ekonomi masyarakat dan desa, sub bidang
penanggulangan kemiskinan dan kesejahteraan keluarga)
b. Bidang pengembangan partisipasi dan pemberdayaan kawasan perdesaan
(sub bidang pengembangan partisipasi dan swadaya masyarakat, sub bidang
pengembangan sarana atau prasarana)
c. Bidang pemerintahan desa dan kelurahan (sub bidang peningkatan kapasitas
pemerintahan desa dan kelurahan)
d. Bidang ketahanan pangan (sub bidang ketersediaan dan distribusi pangan, sub
bidang konsumsi dan keamanan pangan).
e. Bidang bina program (data dan perencanaan program, monitoring, evaluasi
dan pelaporan, pengawasan sarana dan prasarana).13

13
Ernady Syaodih, Manajemen Pembangunan Kabupaten Dan Kota (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2015), hlm 127.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kepemimpinan organisasi pemerintahan daerah merupakan terapan teori
kepemimpinan di dalam bidang pemerintahan, yang diwarnai oleh sifat khas
bidang pemerintahan itu. Kepemimpinan organisasi permerintahan daerah
menunjukan daerah perbatasan antara gejala kepemimpinan dengan gejala
pemerintahan, konsep kepemimpinan pemerintahan terdiri dari konsep yang
berhububungan dengan kepemimpinan yang berhubungan dengan sisitem nilai
sosial, dan konsep pemerintahan yang mengandung sistem nilai formal.
2. Fungsi pathfinding (perintis) adalah upaya pemimpin memahami dan memenuhi
kebutuhan utama para stakeholders, misi dan nilai-nilai yang dianutnya serta
yang berkaitan dengan visi dan strategi, yang sama dengan apa yang diharapkan
oleh organisasi agar tercapainya tujuan yang telah di cita-citakan bersama. nilai-
nilai yang terkandung pada teori kepemimpinan sebagai perintis (pathfinding)
memahami kebutuhan stakeholder, memenuhi hak stakeholder, menyatukan
visi, misi, tujuan atau sasaran organisasi, menyusun strategi mencapai visi, misi,
tujuan, atau sasaran organisasi, rule of law.
3. Fungsi Aligning (penyelaras) dalam kepemimpinan organisasi pemerintah
daerah adalah bagaimanakah seorang pemimpin dapat menyelaraskan seluruh
sistem dalam organisasi, agar dapat saling sinergis dalam bekerja. nilai-nilai
yang dapat di implementasikan oleh pemimpin yaitu menyelaraskan seluruh
sistem dalam organisasi, saling sinergis dalam bekerja, menyelaraskan strategi
untuk mencapai visi misi tujuan atau sasaran organisasi, membangun hubungan
diplomasi yang kuat, menyampaikan informasi yang sebenarnya atau
transparansi.
4. Fungsi Empowering (pemberdaya) adalah menyiapkan kepada masyarakat
berupa sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan keahlian untuk

21
meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa depan
mereka, serta untuk berpartisipasi dan mempengaruh kehidupan dalam
komunitas masyarakat itu sendiri. Nilai-nilai yang terkandung dalam
kepemimpinan sebagai pemberdaya yaitu, menumbuhkan motivasi kinerja yang
terbaik, menyesuaikan kinerja pegawai dengan kualifikasinya, memiliki tujuan
kinerja yang jelas
5. Contoh ilustrasi pathfinding (perintis) dalam kerangka BSC, aligning
(penyelaras) sistem kerja, dan empowering (pemberdaya) SDM pada
kepemimpinan organisasi pemerintah daerah terdapat 5 contoh yaitu sekretariat
daerah, badan kepegawaian dan diklat (BKD), badan perencanaan pembangunan
daerah (Bappeda), dinas tata ruang dan cipta karya, badan pemberdayaan
masyarakat dan pemerintahan desa (BPMPD).

22
DAFTAR PUSTAKA

Abdi Fauji Hadiono, Aimah Siti. “Refleksi Terhadap Model Kepemimpinan Qur’ani.”
Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam
10, no. 2 (2019): 445.
Antaiwan Bowo, Antoni Luthfi Arifin, dkk. Kepemimpinan Cendikia. Jakarta: PT.
Gramedia, 2020.
Ernady Syaodih. Manajemen Pembangunan Kabupaten Dan Kota. Bandung: PT.
Refika Aditama, 2015.
Indah Kusuma Dewi. Nilai-Nilai Profetik Dalam Kepemimpinan Modern Pada
Manajemen Kinerja. Yogyakarta: CV. Gre Publishing, 2019.
Karol Teovani Lodan, Dedi Epriadi. “Analisis Gaya Kepemimpinan Di Organisasi
Pemerintah Daerah", Jurnal Analisis Kebijakan dan Pelayanan Publik, Vol.5,
No.1 (2019).
Ismail Nawawi Uha. Budaya Organisasi Kepemimpinan Dan Kinerja Proses
Terbentuk, Tumbuh Kembang, Dinamika Dan Kinerja Organisasi. Jakarta:
KENCANA, 2013.
Jim lfe. Pembangunan Masyarakat : Analisis Dan Praktik, Diterjemahkan Oleh Taufik
Rohman. Jakarta: CFMS, 1996.
Kartini Kartono. Pemimpin Dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2004.
Mardatillah. “Pola Kepemimpinan Islam Dalam Perbankan Syariah.” Syi’ar Iqtishadi
(Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking 4, no. 1 (2020).
Musa. “Optimalisasi Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah
Tawaran Dalam Mengentaskan Kemiskinan.” Jurnal Dakwah dan
Pengembangan Sosial Kemanusiaan 8, no. 1 (2017).
Darmanto. “ORGANISASI PEMERINTAH DAERAH : MEWUJUDKAN TATA
PAMONG YANG BAIK ( GOOD GOVERNANCE ),” Vol.2, No.1, (2006).
Wibowo. Manajemen Kinerja. Jakarta: Raja Press, 2012.
Majidah, Richard Togantara dkk, Peran Kepemimpinan Pemerintahan, Jakarta:
Universitas Terbuka, 2018.

23

Anda mungkin juga menyukai