Anda di halaman 1dari 17

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DALAM UPAYA

MENCAPAI TUJUAN ORGANISASI


(Studi Kasus : Kepemimpinan Transformasional Wali Kota Bandung
Periode 2013-2018 : Ridwan Kamil)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah Kepemimpinan
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Abdul Juli Andi Gani, MS

Disusun oleh :

Eka Rizky Hamellya 185030101111032


Elfira Yasmine Noor Hanifa 185030101111042
Siti Annisa Febriyanti 185030101111043
Reyclin Luguh Daffa Agusta 185030101111057
Charisma Gustin Priantiari 185030101111062
Mata Kuliah/Kelas : Kepemimpinan/H

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah–Nya, serta usaha yang Penulis lakukan akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.

Makalah dengan judul ‘Kepemimpinan Transformasional dalam Upaya Mencapai


Tujuan Organisasi (Studi Kasus : Kepemimpinan Transformasional Walikota
Bandung Periode 2013-2018 : Ridwan Kamil)’ disusun untuk memenuhi tugas
terstruktur pada mata kuliah Kepemimpinan. Dalam kesempatan ini, Penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Juli Andi Gani, MS. selaku dosen mata kuliah Kepemimpinan
Kelas H.
2. Kepada teman – teman mahasiswa/I program studi Administrasi Publik angkatan
2018 yang bersedia memberi masukan serta semangat sehingga dapat
terselesaikannya makalah ini dengan maksimal.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karenanya, besar harapan atas kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan dan kemajuan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya. Akhir kata
Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi siapapun
yang membacanya, atau paling tidak bermanfaat bagi diri Penulis sendiri.

Malang, 30 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1Latar Belakang........................................................................................................................4
1.2Rumusan Masalah...................................................................................................................5
1.3Tujuan.....................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................6
2.1 Gaya Kepemimpinan..............................................................................................................6
2.2 Kepemimpinan Transformasional..........................................................................................7
2.3 Budaya Kewargaan................................................................................................................8
2.4 Pelayanan Publik....................................................................................................................8
BAB III..........................................................................................................................................10
PEMBAHASAN............................................................................................................................10
3.1Implementasi Kepemimpinan Transformasional..................................................................10
3.2Studi Kasus Kepemimpinan Transformasional Wali Kota Bandung Periode 2013-2018 :
Ridwan Kamil.......................................................................................................................11
3.2.1 Biografi Ridwan Kamil............................................................................................11
3.2.2 Gaya Kepemimpinan Wali Kota Ridwan Kamil.....................................................13
BAB III..........................................................................................................................................16
PENUTUP.....................................................................................................................................16
4.1Kesimpulan...........................................................................................................................16
4.2Saran.....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi merupakan sekelompok orang yang secara tidak sadar mengikuti kehidupan
sehari-hari seorang manusia. Organisasi sendiri tidak lepas dari kendali manusia. Tanpa
manusia organisasi tidak dapat berjalan dengan baik. Menurut Robbins (1994: 4), Organisasi
adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif
dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu
tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Organisasi selain dipandang sebagai wadah kegiatan
orang juga dipandang sebagai proses, yaitu menyoroti interaksi diantara orang-orang yang
menjadi anggota organisasi. Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh kualitas
sumberdaya manusia yang saling berinteraksi dan mengembangkan organisasi yang
bersangkutan. Organisasi dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam rangka
mengoptimalkan kinerja pegawai tidak terlepas dari pemberdayaan potensi yang ada.
Keterlibatan pengelolaan sumber daya manusia ini sangat erat kaitannya dengan pengelolaan
sumber daya manusia lain dalam organisasi tersebut. Sehingga akhir-akhir ini tidaklah
mustahil bila ada kecenderungan perhatian yang semakin besar terhadap manusia sebagai
penentu keberhasilan organisasi, termasuk dalam hal ini mengenai kepemimpinan.
Kepemimpinan berpengaruh kuat terhadap jalannya organisasi dan kelangsungan hidup
organisasi.

Kesuksesan seorang pemimpin dinilai dari kehidupan sehari-hari organisasi. Tidak hanya
pada salah satu waktu saja, namun seluruh kegiatan dan prosesnya. Seorang pemimpin dapat
terlahir dari talenta maupun karena sudah terlatih. Jiwa pemimpin dapat dikaakan talenta atau
bawaan dari lahir karena memang sudah bakat untuk memimpin sebuah kelompok. Jiwa
pemimpin pun bisa lahir karena sudah terlatih. Yang awalnya biasa dipimpin, namun dilatih
untuk menjadi pemimpin akan menjadi sebuah kebiasaan diwaktu tertentu jika diberikan
tempat untuk memimpin sebuah organisasi. Pemimpin harus mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhi seluruh bawahan-bawahannya, jika tidak mempunyai kekuatan untuk
mempengauhi maka bawahan-bawahannya pun tidak akan merasa aman, nyaman dan tenang
untuk bekerja di organisasi yang dipimpin oleh pemimpin tersebut.

4
Terdapat banyak sekali model kepemimpinan. Model kepemimpinan harus disesuaikan
dengan kondisi internal/eksternal organisasi dan yang opaling utama adlah kondisi Sumber
Daya Manusia di dalam organisasi tersebut. Jika model kepemimpinan yang menurut
organisasi A baik dilakukan, namun belum tentu baik untuk dilakukan di Organisasi B.
namun, dalam menurut ahli terdapat satu model kepemimpinan yang dinilai baik untuk
dilakukan di sebuah organisasi yaitu Kepemimpinan Transformasional. Kepepmimpinan
Transformasional dianggap memiliki segala hal yang dibutuhkan pemimpin dalam tugasnya
untuk mengepalai sebuah organisasi. Dalam makalah ini, penulis akan membahas dasar-dasar
kepemimpinan transformasional dan sosok yang dianggap menganut model kepemimpinan
transformasional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana implementasi Kepemimpinan Transformasional?
2. Bagaimana gaya kepemimpinan Kang Emil dalam masa Kepemimpinan Kota Bandung
periode tahun 2013-2018?
3. Bagaimana Budaya Kewargaan yang dibangun Kang Emil pada masa kepemimpinannya?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami implementasi Kepemimpinan Transformasional.
2. Mengetahui dan memahami gaya kepemimpinan Kang Emil dalam masa Kepemimpinan
Kota Bandung periode tahun 2013-2018.
3. Mengetahui dan memahami Budaya Kewargaan yang dibangun Kang Emil pada masa
kepemimpinannya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gaya Kepemimpinan


Kepemimpinan menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2002:874) adalah cara memimpin
suatu organisasi meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi dan
memotivasi periaku pengikut untuk mencap tjua serta mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya. Menurut Sofyan Syafri Harahap (1996:233), Kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi orang lain yang dimaksud untuk membentuk perilaku yang sesuai dengan
kehendak pemimpin. Kepemimpinan menurut Kimball Young (kartini kartono, 2011:58) adalah
bentuk dominasi yang didasari kemampuan pribadi, yang sanggup mendorong atau mengajak
orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkanakseptansi/penerimaan oleh kelompoknya, dan
memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi tertentu. Gorda (2004) menyatakan bahwa
kepemimpinan adalah sifat atau karakter serta cara seseorang dalam membina dan menggerakkan
seseorang atau sekelompok orang agar bersedia, berkomitmen, serta setia untuk melaksanakan
kegiatan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan perusahaan.
Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar supaya bekerja dengan
ikhlas untuk mencapai tujuan bersama, (Terry, 1954). Sedangkan (Wexley & Yukl, 1982)
menyatakan bahwa: Kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang untuk lebih berusaha
mengarahkan tenaga dalam melaksanakan tugasnya, atau merubah tingkah laku mereka.
Kepemimpinan adalah suatu seni atau proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mereka
mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompok, (H.Koontz dan O’Donnel,
1982). Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak-gerik yang bagus,
kekuatan, kesanggupan untuk berbuat yang baik. Sedangkan Gaya Kepemimpinan merupakan
suatu cara yang dimiliki seorang pimpinan yang menunjukkan suatu sikap yang menjadi ciri khas
tertentu untuk mempengaruhi pegawainya dalam mencapai tujuan organisasi (Mulyadi,
2015:150). Gaya Kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang di gunakan pimpinan untuk
mempengaruhi pegawainya agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula di katakan pola
prilaku dan strategi yang di terapkan oleh seorang pemimpin. (Zainal et al., 2017:42). Menurut
pengertian lainnya mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu cara bagaimana

6
seorang pemimpin mampu memengaruhi para pengikut agar dengan sukrela mau melakukan
berbagai tindakan bersama yang diperintahkan oleh pimpinan tanpa merasa bahwa dirinya
ditekan dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Busro, 2018:226). Dari uraian tersebut dapat
di simpulkan bahwa gaya kepemimpinan ialah pola menyeluruh dari tindakan seorang pimpinan,
untuk mengendalikan bawahan yang di pimpinnya dengan suatu ciri khas yang dominan pada
dirinya untuk pencapaian tujuan organisasi.

2.2 Kepemimpinan Transformasional


Kepemimpinan menurut Burn adalah merupakan latihan (exercise) yang memobilisasi orang-
orang secara institusional politik, psikologi dan sumber daya lain sedemikian rupa untuk
membangkitkan, mengikutsertakan dan memuaskan motif-motif para pengikut. Kepemimpinan
transformatif menjadi tipe pilihan yang ideal yang diharapkan masyarakat dengan pengembangan
budaya kewargaan untuk mencapai demokrasi yang diidamkan. Menurut Burns, kepemimpinan
transformatif terjadi saat salah satu atau beberapa orang melibatkan diri dengan yang lain
sedemikian rupa sehingga pemimpin dan pengikutnya saling mendorong satu sama lain ke
tingkatan motivasi yang lebih tinggi. Kepemimpinan transformasional didefinisikan sebagai
kepemimpinan dimana para pemimpin menggunakan kharisma, stimulasi intelektual untuk
melakukan transformasional dan merevitalisasi organisasinya. Menurut Hakim (2011), para
pemimpin yang transformasional lebih mementingkan revitalisasi para pengikut dan
organisasinya secara menyeluruh ketimbang memberikan instruksi-instruksi yang bersifat Top
Down. Selain itu pemimpin yang transformasional lebih memposisikan dirinya sebagai mentor
yang bersedia menampung aspirasi para bawahannya. Sucipto (2008), pemimpin dikatakan
transformasional terutama diukur dalam hubungannya dengan efek kepemimpinan terhadap
pengikut.Para pengikut seorang pemimpin dengan kepemimpinan transformasional akanmerasa
adanya kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan hormat terhadap dirinya. Dinamika
kepemimpinan transformatif juga tergambar dari cara berkomunikasi interaksional melalui
silaturahmi di tengah rakyat. Dengan diksi komunikasi yang sederhana, aplikatif, taktis, dan
diaksentuasi niat pribadi dapat menjadi penyebab mengapa kepemimpinan transformatif banyak
mendapat dukungan publik. Berdasarkan beberapa pendapat para tokoh di atas maka dapat
disimpulkan bahwa Kepemimpinan Transformasional adalah kepemimpinan yang mampu
menginspirasi, mengarahkan dan menggerakkan pengikut untuk melakukan perubahan melalui
pemberdayaan dalam mencapai tujuan tertentu.

7
2.3 Budaya Kewargaan
Budaya kewargaan sesungguhnya merupakan hal yang penting dipahami dalam proses
demokrasi agar demokrasi berjalan seperti yang diinginkan. Seperti uraian Purwo Santoso
(2016), bahwa “Cara membuat demokrasi berjalan adalah bahwa struktur harus diambil oleh
warga negara, bukan pada orang yang membuat keputusan atas nama warga negara.
Kewarganegaraan menjadi elemen penting. Yang perlu dilakukan, adalah merumuskan
instrumen untuk mengukur demokrasi yang lebih sensitif.” Artinya pelibatan masyarakat,
sebagai kolektif dan individu dalam proses kehidupan demokrasi harus dimaksimalkan. Budaya
Kewargaaan sering disebut sebagai budaya demokrasi, dimana terdapat komponen-komponan
penting yang hendak diwujudkan, yakni; keterlibatan kewargaan yang bersifat sekular, sikap
saling percaya sesama warga, toleransi, keterlibatan politis, dukungan terhadap sistem demokrasi
dan partisipasi politik oleh warga yang secara keseluruhan ingin diwujudkan (Mujani: 2007).

2.4 Pelayanan Publik


Gaya Kepemimpinan Transformasional berkaitan dengan erat dengan kualitas pelayanan
publik. Menurut Albercht dalam Lovelock, 1992 (dalam Sedarmayanti 2010:243) pelayanan
adalah suatu pendekatan organisasi total yang menjadi kualitas pelayanan yang diterima
pengguna jasa, sebagai kekuatan penggerak utama dalam pengoperasian bisnis. Selanjutnya
Monir (dalam Harbani Pasolong 2013: 128), mengatakan bahwa pelayanan adalah proses
pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung. Sedangkan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara, mengemukakan bahwa pelayanan adalah segala bentuk
kegiatan pelayanan dalam bentuk barang atau jasa dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat. Sedangkan menurut Gronroos (dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih 2013:2)
pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitaas yang bersifat tidak kasat mata (tidak
dapat diraba) yang tejadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau
hal- hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk
memecahkan permasalahan konsumen/ pelanggan. Pelayanan publik menurut Sinambela (dalam
Harbani Pasolong 2013: 128) adalah sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu
kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu
produk secara fisik. Agung Kurniawan (dalam Harbani Pasolong 2013: 128) mengatakan bahwa
pelayanan publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat

8
yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
telah ditetapkan. Definisi pelayanan publik menurut Kepmen PAN Nomor 25 Tahun 2004 adalah
segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan penerima layanan, maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang- undangan. Sedangkan Kepmen PAN Nomor 58 Tahun 2002
mengelompokkan tiga pelayanan dari instansi serta BUMN/BUMD. Pengelompokkan jenis
pelayanan tersebut didasarkan pada ciri- ciri dan sifat kegiatan serta produk pelayanan yang
dihasilkan, yaitu;

(1) Pelayanan Administratif, Jenis pelayanan administratif adalah jenis pelayanan yang
diberikan oleh unit pelayanan berupa pencatatan, penelitian, pengambilan keputusan,
dokumentasi dan kegiatan tata usaha lainnya yang secara keseluruhan menghasilkan produk lahir
berupa dokumen, misalnya sertifikat, ijin- ijin, rekomendasi, keterangan dan lain- lain. Misalnya
jenis pelayanan sertifikat tanah, pelayaran, IMB, pelayanan administrasi kependudukan (KTP,
NTCR, akte kelahiran, dan akte kematian).

(2) Pelayanan Barang. Jenis pelayanan barang adalah pelayanan yang diberikan oleh unit
pelayanan berupa kegiatan penyediaan dan atau pengolahan bahan berwujud fisik termasuk
distribusi dan penyampainnya dan konsumen langsung (sebagai unit atau individual) dalam suatu
sistem. Secara keseluruhan kegiatan tersebut menhgasilkan produk akhir berwujud benda
(berwujud fisik) atau yang dianggap benda yang memberikan nilai tambah secara langsung bagi
penggunanya. Misalnya jenis pelayanan listrik, pelayanan air bersih dan pelayanan telepon.

(3) Pelayanan Jasa. Jenis pelayanan jasa adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh unit
pelayanan yang berupa sarana dan parasarana serta penunjangnya. Pengoperasiannya
berdasarkan suatu sistem pengoperasian tertentu dan pasti. Produk akhirnya berupa jasa yang
mendatangkan manfaat bagi penerimanya secara langsung dan habis terpakai dalam jangka
waktu tertentu. Misalnya pelayanan angkutan darat, laut dan udara, layanan kesehatan, layanan
perbankkan, layanan pos dan pelayanan pemadam kebakaran.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Implementasi Kepemimpinan Transformasional


Mengimplementasikan peran kepemimpinan sebagai penentu arah, dalan arti kata
pemimpin mengarahkan pengikutnya ke arah pencapaian tujuan organisasi. Jika pemimpin tidak
memahami kondisi pengikut, maka untuk menggerakkan kearah tujuan organisasi mustahil akan
tercapai. Oleh karena itu para pemimpin di dalam bertindak sebagai penentu arah, bagaikan alat
(kompas) penentu arah yang digunakan oleh seorang nahkoda di tengah laut kemana tujuan dan
sasaran yang dituju. Tujuan suatu organisasi tentunya mengacu pada visi organisasi, tanpa visi
maka organisasi tersebut bisa salah arah. Mengimplementasikan Peran kepemimpinan sebagai
agen perubahan. Untuk menjadi agen perubahan merupakan suatu lanjutan dari pemimpin
sebagai penentu arah, karena arahan yang diberikan pada pengikut bersumber dari visi, karena
visi merupakan komoditi dari para pemimpin (Werren Bennis & But Nanus, 2006:19).

Untuk mengikuti dinamika perubahan tersebut, maka semua unsur pimpinan sedapat
mungkin menggalang kerjasama atau mengupayakan agar orang-orang bersedia untuk bekerja
dalam satu kata dan semangat kebersamaan, karena kedua aspek tersebut merupakan tugas utama
dari seorang pemimpin untuk mencapai visi yang telah ditentukan. Pemimpin yang mau
menerima perubahan dapat dikategorikan pemimpin transfomasional atau visioner, karena kedua
pemimpin tersebut yang melakukan aktivitas selalu mengacu pada visi organisasi. Sebagai
pemimpin perubahan harus mampu membaca situasi dan memetakan berbagai permasalahan
yang terjadi di tengah masyarakat. Pemimpin jangan menghindari masalah tetapi sebaliknya
mencari solusi dari permasalahan tersebut. Sebagai contoh bagaimana transformasi
kepemimpinan adaptif di tengah pandemi COVID-19. Ditengah wabah COVID-19 berbagai gaya
kepemimpinan telah diterapkan namun oleh karena perubahan lingkungan yang cepat seperti
perubahan teknologi komunikasi dan berkembangnya paradigma masyarakat, menuntut
diterapkannya gaya kepemimpinan yang sesuai dengan perubahan tersebut. Salah satu pilihan
untuk menyelesaikan masalah kompleks tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan
kepemimpinan transformasi. Upaya untuk membangun birokrasi profesional terus berjalan
dengan memanfaatkan berbagai media teknologi informasi yang ada. Memang bukan situasi

10
yang mudah untuk mengambil keputusan ini, tetapi selaku pengambil kebijakan akan selalu
dihadapkan pada dinamika lingkungan yang tidak bisa diprediksi.

Disisi lain, hakekat kepemimpinan transformasional menekankan seorang pemimpin


perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggung jawab lebih dari yang mereka
harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan
mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas
pemimpinnya. Sehingga, adanya sinergi kerja antara pemimpin dan para bawahannya dalam
upaya mencapai tujuan memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Pemimpin
tersebut mencoba menimbulkan kesadaran dari pengikutnya dengan menyerukan cita-cita yang
lebih tinggi dan nilai-nilai moral bukan didasarkan pada emosi, kemarahan, kecemburuan atau
kebencian. Pemimpin transformasional dapat memberikan keteladanan sebagai panutan bagi
bawahannya, dapat mendorong bawahan untuk berperilaku kreatif, inovatif dan mampu
memecahkan masalah dengan pendekatan baru. Selain itu, pemimpin transformasional juga
peduli pada permasalahan yang dihadapi bawahan serta selalu memberikan motivasi agar dapat
meningkatkan kinerja sehingga akan tercipta kepuasan kerja bagi para bawahannya.

3.2 Studi Kasus Kepemimpinan Transformasional Wali Kota Bandung Periode 2013-2018 : Ridwan
Kamil
3.2.1 Biografi Ridwan Kamil
Dr. (H.C.) H. Ridwan Kamil S.T., M.U.D. atau Ridwan Kamila atau yang akrab
disapa Kang Emil adalah seorang Walikota Bandung pada periode 2013-2016. Kang Emil
lahir pada 4 Oktober 1971, di Bandung. Beliau merupakan putra asli Bandung yang
menyelesaikan pendidikannya di SDN Banjarsari III Bandung (1978-1984), SMP Negeri 2
Bandung (1984-1987), SMA Negeri 3 Bandung (1987-1990), S1 Teknik Arsitektur ITB
(1990-1995), S2 Master of Urban Design, University of California, Berkeley (1999-2001),
dan Doktor Honoris Causa Dung-a University (2019).

Setelah lulus S-1 Kang Emil memulai karier di Amerika, akan tetapi hanya
berkisar empat bulan ia pun berhenti bekerja karena terkena dampak krisis moneter yang
melanda Indonesia saat itu. Tidak langsung pulang ke Indonesia, dia bertahan di Amerika
sebelum akhirnya mendapat beasiswa di University of California, Berkeley. Tidak
berhenti sampai disitu selagi menempuh pendidikan S-2, Ridwan Kamil bekerja paruh

11
waktu di Departemen Perencanaan Kota Berkeley. Kemudian setelah lulus S-2
dari University of California, Berkeley, Ridwan Kamil melanjutkan pekerjaan profesional
sebagai arsitek di berbagai firma di Amerika Serikat. Sampai pada tahun 2002, Ridwan
Kamil memutuskan pulang ke Indonesia dan dua tahun kemudian mendirikan Urbane,
perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konsultan perencanaan, arsitektur dan desain.
Hingga saat ini Ridwan Kamil aktif menjabat sebagai Prinsipal PT. Urbane Indonesia,
Dosen tidak tetap Jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung, serta Senior
Urban Design Consultant SOM, EDAW (Hong Kong & San Francisco), dan SAA
(Singapura).

Melalui Urbane, eksistensinya sebagai arsitekur semakin dikenal. Hal ini juga
dibuktikan dengan banyaknya penghargaan yang diraih dari kancah internasional maupun
nasional. Seperti dari media internasional, Kang Emil meraih BCI Asia Awards selama
tiga tahun berturut-turut pada tahun 2008, 2009 dan 2010 dan juga BCI Green Award pada
tahun 2009 atas projek desain Rumah Botol (dari botol bekas). Urbane juga sering
mengikuti kompetisi di bidang desian arsitektur tingkat nasional seperti Juara 1 Kompetisi
Desain Museum Tsunami di Nangro Aceh Darrussalam tahun 2007, Juara 1 Kompetisi
Desain Kampus 1 Universitas Tarumanegara tahun 2007, Juara 1 Kompetisi Desain
Fakultas Ilmu Budaya di UI tahun 2009, Juara 1 Kompetisi Desain Sanggar Nagari
di Kota Baru Parahyangan di Kabupaten Bandung Barat dan masih banyak sekali. Selain
itu beliau juga telah menghasilkan karya-karya luar biasa seperti, Masjid Cibubur, Bogor;
Gramedia Expo Surabaya, Bintaro X-Change Tangerang, dan lain sebagainya.

Sampai akhirnya pada tahun 2013 Kang Emil yang dari kalangan profesional
dicalonkan oleh Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Gerakan Indonesia
Raya sebagai Wali Kota Bandung dengan didampingi oleh Oded Muhammad
Danial sebagai calon Wakil Wali Kota Bandung. Dalam rapat pleno Komisi Pemilihan
Umum Kota Bandung pada 28 Juni 2013, pasangan ini unggul telak dari tujuh pasangan
lainnya dengan meraih 45,24% suara sehingga pasangan Ridwan dan Oded menjadi
pemenang dalam Pemilihan umum Wali Kota Bandung 2013 selama 2 (dua) periode.
Kemudian karena kinerja dan perkembangan pembangunan kota bandung sejak dipimpin

12
kang emil mengalami pertumbungan yang pesat, beliau kembali dipercaya masyarakat
untuk menjadi gubernur jawa barat sejak 5 september 2018.

3.2.2 Gaya Kepemimpinan Wali Kota Ridwan Kamil


Gaya kepemimpinan Ridwan Kamil diilhami oleh gaya kepemimpinan
tranformasional, dimana sebagai sosok yang terbilang masih muda dalam karirnya di dunia
politik, beliau mampu mewakili generasi muda yang kritis dan memiliki pendidikan tinggi
untuk menjadi penopang laju perubahan budaya politik. Memanfaatkan perkembangan media
sosial, gaya kepemimpinannya lebih bersifat terbuka, komunikatif, dan responsif, hal ini
cukup membawa dampak pada masyarakat konstituennya. Sebagai seorang pemimpin, Kang
Emil selalu berprinsip terhadap tiga hal, Pertama, pemimpin itu menurutnya harus turun tang
dan bukan turun tangan. Kedua, pemimpin itu harus memiliki banyak inovasi. Dan Ketiga,
pemimpin itu harus mencintai dan dekat dengan rakyatnya. Implementasi ketiga prinsip ini
dapat dibuktikan dengan keseriusan Kang Emil ketika hendak memutuskan suatu kebijakan
dan membangun sinergi kepada para pegawai. Membangun sinergi pegawai ini menjadi poin
penting ketika sorang pemimpin hendak memutuskan suatu kebijakan, sebab melalui
pengaruh dan kewenangan yang dimiliki pemimpin mereka harus mampu mengartikulasikan
visi dan misi yang hendak dicapai organisasi. Misalnya, Penataan kembali masalah PKL dan
parkir liar di Jalan Cicadas, Kota Bandung. Kang Emil selalu berusaha mengkomunikasikan
setiap program dengan para bawahan, lalu bersama melakukan peninjauan langsung ke lokasi
yang menjadi sasaran, dan tak lupa bertemu, berdialog, dan mendengarkan keluhan dari
pihak-pihak yang terlibat dalam masalah tersebut sebagai bahan pertimbangan untuk mencari
jalan keluar. Dengan begitu, mereka tahu kelebihan dan kekurangan dari berbagai sisi,
sehingga pemimpin bersama bawahan dapat merumuskan keputusan akhir yang dianggap
paling efektif diantara semua pihak. Selain itu, latar belakang Kang Emil sebagai arsitek
sedikit banyak juga membantunya dalam mencapai kinerja pemerintah kota yang lebih
tertata, sistematis dan integral. Hal ini merupakan salah satu gambaran ciri kepemimpinan
transformasional yakni terjadi sebuah proses para pemimpin dan pengikutnya saling
menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi kerja yang lebih tinggi.
Sesuai dengan prinsip kedua, gaya kepemimpinan ridwan kamil yang dianutnya
yaitu pemimpin itu selalu banyak berinovasi. Nah hal ini terdapat beberapa inovasi-inovasi
yang dilakukan ridwan kamil dapat dilihat, Pertama Ridwan Kamil memanfaatkan

13
perkembangan IT untuk berkomunikasi dan mendekatkan diri ke masyarakat, kontrol sosial
medianya dibagi dua pengelolaan. Untuk akun Facebook dan Twitter dipegang oleh admin,
sementara akun Instagram dipegang sendiri. instagram lebih menarik lantaran relatif
kondusif dan segementasinya kalangan milenial. Selain itu konten yang diupload di media
sosialnya juga kerap dipenuhi dengan berbagai kegiatan dinasnya yang dibalut dengan gaya
anak muda dengan sesekali dibumbui lelucon lucu agar menarik perhatian masyarakat dan
tidak terkesan kaku. Kedua, terbuka terhadap setiap agenda dan capaian dijalankannya.
Sehingga media sosialnya ini bukan hanya sebagai sarana berinteraksi virtual tetapi juga
sebagai alat untuk mempromosikan program-program kerja dan sarana klarifikasi terhadap
berita yang masih simpang siur Ketiga, gaya kepemimpinannya cenderung komunikatif dan
responsif. Melalui pemanfaatan media sosialnya saja dapat dijadikan salah satu indikator
untuk dapat melihat kebutuhan dan menangkap persoalan di masyarakat. hal ini dapat dilihat
melalui kolom komentar dan DM yang masuk ke ig ridwan kamil yang isinya hampir 70%
berupa keluhan warga. Keempat, Membangun Budaya Kewargaan hal ini terjadi dimana
terdapat komponen-komponan penting yang hendak diwujudkan, yakni; keterlibatan
kewargaan yang bersifat sekular, sikap saling percaya sesama warga, toleransi, keterlibatan
politis, dukungan terhadap sistem demokrasi dan partisipasi politik oleh warga yang secara
keseluruhan ingin diwujudkan.

3.2.3 Budaya Kewargaan yang Dibangun Wali Kota Ridwan Kamil


Putnam menjelaskan 6 elemen dalam budaya politik kewargaan, yakni; kinerja
yang bagus dari pemerintah, Interaksi aktif dikalangan warga negara, memberikan
kekuasaan pada kelompok yang memperoleh keistimewaan dalam masyarakat, asosiasi
sukarela, tekanan publik pada elite politik, dan mengikuti berita-berita politik di media
massa. Budaya kewargaan sesungguhnya merupakan hal yang penting dipahami dalam
proses demokrasi agar demokrasi berjalan seperti yang diinginkan. Budaya Kewargaaan
sering disebut sebagai budaya demokrasi, dimana terdapat komponen-komponan penting
yang hendak diwujudkan, yakni; keterlibatan kewargaan yang bersifat sekular, sikap
saling percaya sesama warga, toleransi, keterlibatan politis, dukungan terhadap sistem
demokrasi dan partisipasi politik oleh warga yang secara keseluruhan ingin diwujudkan
(Mujani: 2007). Hal ini, dicoba untuk dibangun oleh Sang Walikota. Ridwan Kamil,

14
menjalankan tugasnya dengan membuka diri, berkomunikasi dengan setiap orang
khususnya dengan warga Kota Bandung, para konstituennya melalui media sosial dengan
bahasa yang ringan, komunikatif dan responsif. Ini merupakan salah satu gaya
kepemimpinan yang diharapkan oleh masyarakat era sekarang. Muda, berbakat,
komunikatif dan mau mendengarkan. Setiap hari, setiap saat selain melalui situs resmi
bandung.co.id program kerja sekaligus aktifitasnya dikomunikasikan melalui beberapa
media sosial pribadinya. Suatu gaya komunikasi yang efektif. Komunikasi yang dijalin
oleh Kang Emil, tentu bukan tanpa alasan dan memiliki tujuan. Komunikasi yang
dibangun tentu membawa manfaat dalam konteks kepemimpinan yang dijalaninya.
Komunikasi yang terjalin melalui media sosial ini memiliki beberapa manfaat yang tentu
sangat disadarinya sebagai komunikator. Dia ingin “mendengarkan” masyarakat
khususnya warga Kota Bandung dan sekaligus dia ingin mempublikasikan semua
program, aktifitas kemajuan yang dia capai sebagai capaian kinerja pemerintahan yang
dipimpin.

15
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi dan memotivasi orang-orang agar
supaya bersedia, berkomitmen, serta setia untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan. Hakekat kepemimpinan transformasional
menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggung
jawab lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin yang mau menerima perubahan dapat
dikategorikan pemimpin transfomasional atau visioner, karena pemimpin tersebut yang
melakukan aktivitas selalu mengacu pada visi organisasi. Sebagai pemimpin perubahan harus
mampu membaca situasi dan memetakan berbagai permasalahan yang terjadi di tengah
masyarakat. Ridwan Kamil adalah salah satu pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan
transformasional. Ridwan Kamil atau yang akrab disapa Kang Emil adalah seorang Walikota
Bandung pada periode 2013-2016. Ridwan Kamil selalu berprinsip terhadap tiga hal, Pertama,
pemimpin itu menurutnya harus turun tang dan bukan turun tangan. Kedua, pemimpin itu harus
memiliki banyak inovasi. Dan Ketiga, pemimpin itu harus mencintai dan dekat dengan
rakyatnya. Dalam hal berinovasi, Ridwan Kamil melakukan beberapa hal. Pertama,
memanfaatkan perkembangan IT untuk berkomunikasi dan mendekatkan diri ke masyarakat.
Kedua, terbuka terhadap setiap agenda dan capaian dijalankannya. Ketiga, gaya
kepemimpinannya cenderung komunikatif dan responsif. Keempat, membangun budaya
kewargaan. Ini merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang diharapkan oleh masyarakat era
sekarang.

4.2 Saran
Gaya kepemimpinan transformatif seperti yang dimiliki oleh Ridwan Kamil merupakan gaya
kepemimpinan yang sangat ideal yang dimiliki oleh sosok seorang pemimpin dan gaya
kepemimpinan seperti ini diharapkan oleh masyarakat di era ini. Oleh karena itu diharapkan
lebih banyak lagi pemimpin yang mengadopsi gaya kepemimpinan transformatif Ridwan Kamil
dalam menemukan terobosan yang inovatif untuk mewujudkan visi dan tujuan kepemimpinan
yang bertujuan memberikan kontribusi dan karya terbaik untuk organisasi dan orang-orang yang
dipimpinnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Angraeni,Yenny, dan Santosa, D Elisabeth Cintya. (2013). Pengaruh Kepemimpinan


Transformasional Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal Dinamika Ekonomi &
Bisnis, Vol. 10, No. 1. https://ejournal.unisnu.ac.id/JDEB/article/download/24/33.
(Diakses pada 23 April 2021)

Ariyanto. (2015). Kepemimpinan Transformatif di Tingkat Lokal.


www.mahkamahkonstitusi.com. (Diakses 11 April 2021)
Daswati. (2012). Implementasi Peran Kepemimpinan Dengan Gaya Kepemimpinan Menuju
Kesuksesan Organisasi. Jurnal Academica, Vol. 04, No. 01.
https://media.neliti.com/media/publications/28515-ID-implementasi-peran-
kepemimpinan-dengan-gaya-kepemimpinan-menuju-kesuksesan-organ.pdf. (Diakses
pada 02 Mei 2020)

Lestari, Puji. (2017). Kepemimpinan Transformatif dalam Membangun Budaya Kewargaan:


Studi Kepemimpinan Ridwan Kamil Di Kota Bandung. Jurnal Integralistik, Vol. 28,
No. 1. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/integralistik/article/view/11810.
(Diakses 11 April 2021)

Mujani,S. (2007). Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi dan Partisipasi Politik di
Indonesia Pasca- Orde Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Putnam, R. (1993). Making Democracy Work: Civic Traditions in Modern Italy. Princeton,
NJ: Princeton University Press.

Werren Bennis & Burt Nanus, (2006). Leaders Strategi untuk Mengemban Tanggung Jawab.
PT.Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai