Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“Analisis Dampak Dari Model Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas saya pada matakuuliah Manajemen sumber
daya mnusia sektor publik

DOSEN PENGAMPU:

Drs. WELSON YAPPI ROMPAS M.Si

Dr.Dra.FEMMY M G TULUSAN M.Si

RULLY MAMBO S.Sos, M.Si

Disusun Oleh :

SISKA DAMIR

210811010117

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Analisis Dampak Dari Model Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan” ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
Pengampu mata kuliah Manajemen sumber daya mnusia sektor publik .

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Namun terlepas dari itu,saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Terima kasih.

Manado 9 November 2022

Siska Damir

210811010117
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................3

BAB I

PENDAHULUAN............................................................................................................4

BAB II

LANDASAN TEORI.......................................................................................................5

1.1 PENGERTIAN KEPEMIMPINAN.........................................................................5


1.2 TEORI KEPEMIMPINAN MENURUT PARA AHLI..........................................6
1.3 TUJUAN KEPEMIMPINAN...................................................................................7
1.4 FUNGSI KEPEMIMPINAN....................................................................................9
1.5 FUNGSI KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI........................................11

BAB III

ANALISIS DAMPAK DARI MODEL KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA


KARYAWAN.................................................................................................................14

2.1 MEMAHAMI EFEK GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA


KARYAWAN.................................................................................................................15

2.2 CARA MENGUKUR EFEKTIVITAS INDIKATOR KEPEMIMPINAN BAGI


PERUSAHAAN.............................................................................................................16

BAB IV

KESIMPULAN.............................................................................................................18

3.1 SARAN....................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

Kepemimpinan itu adalah tentang bagaimana mempengaruhi orang lain,


bawahan atau pengikut agar mau mencapai tujuan yang diinginkan sang pemimpin.
Dalam ilmu manajemen pada umumnya, dikenal 3 (tiga) model kepemimpinan. Pada
umumnya ketiga model kepemimpinan ini sering kita lihat  pada diri para leader dalam
praktek sehari-hari dalam memanage kantor atau perusahaan. Masing-masing model
mempunyai warna tersendiri, ada yang timbulnya karena anugerah Tuhan YME, ada
juga timbulnya sangat erat hubungannya dengan sifat atau karakter dari seseorang itu
sendiri, bahkan ada yang timbul karena hasil dari proses pembelajaran ketiga model
tersebut adalah kepemimpinan karismatik, kepemimpinan transaksional,dan
kepemimpinan transformasional.

Kinerja karyawan juga tergantung seorang pemimpin, jika pemipin mempunyai


sifat yang tegas, maka karyawan akan lebih disiplin dalam bekerja, tapi jika pemipin
loyo/tidak tegas maka karyawan akan tidak disiplin atau akan malas-malasan.

Namun secara umum terdapat 7 gaya kepemimpinan yaitu transformasional,


demokratis, suportif, transaksional, laissez-faire, karismatik, dan otokratis. Masing-
masing gaya kepemimpinan memiliki karakteristik unik yang dapat dikembangkan
menjadi lebih baik. Oleh karena itu, penting bagimu untuk mengenali gaya
kepemimpinan yang lebih dominan.

Gaya kepemimpinan (leadership style ) berpengaruh terhadap keberhasilan dan


peningkatan kinerja. Melalui gaya kepemimpinan seorang pemimpin mengelola
lembaga dan memotivasi karyawan guna untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Gaya
Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Apabila Gaya
kepemimpinan kepada karyawan lebih ditingkatkan, maka kinerja karyawan akan
meningkat pula, begitu juga sebaliknya apabila kepemimpinan yang diberikan kepada
karyawan rendah maka kinerja karyawan akan menurun.

Keberhasilan kepemimpinan dapat memengaruhi kualitas organisasi Hal tersebut


dikarenakan kepemimpinan akan memberikan semua yang diperlukan untuk dapat
menumbuhkan kualitas dalam organisasi. Mulai dari gagasan, penumbuhan kesadaran,
edukasi kepada seluruh komponen organisasi, mendorong lewat perubahan,
memfasilitasi penggunaan sumber daya, dan mengontrol laju dan arah perubahan.
BAB II

LANDASAN TEORI

1.1 PENGERTIAN KEPEMIMPINAN


Secara umum, kepemimpinan adalah sebuah kemampuan dalam diri
seseorang untuk mempengaruhi orang lain atau mengarahkan pihak tertentu
untuk mencapai tujuan. Teori kepemimpinan juga bisa didefinisikan sebagai
kemampuan seseorang dalam mengelola dan mengarahkan sebuah kelompok
dengan efektif dan efisien agar mencapai tujuan.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seorang pemimpin


adalah orang yang harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi atau
memandu sekelompok orang atau pihak.

Sedangkan, Warren Bennis dan Burt Nanus, penulis buku Leaders: The
Strategies for Taking Charge berpendapat teori kepemimpinan adalah
kekuatan yang sangat berpengaruh di balik kesuksesan suatu organisasi atau
perusahaan. Seorang pemimpin harus bisa memobilisasi organisasi agar
mencapai visi yang telah ditetapkan dan menjadi organisasi yang efektif.

Kepemimpinan memiliki dua konsep dasar, yakni ilmu dan seni. Ilmu
kepemimpinan merupakan teori kepemimpinan yang bisa dipelajari dari
berbagai sumber. Anda bisa mempelajari teori kepemimpinan ini dengan
mengikuti pelatihan mengenai leadership atau metode kepemimpinan.

Anda juga bisa membaca buku dan berdiskusi dengan rekan lain yang
memiliki kemampuan kepemimpinan mumpuni dalam mempelajari teori
kepemimpinan tersebut.

Sementara, seni kepemimpinan adalah metode atau teknik kepemimpinan


dalam mengkoordinasi sebuah kelompok. Metode kepemimpinan ini
diharapkan mampu membentuk karakter dan kinerja yang baik guna
membangun kelompok yang kompak dalam mewujudkan tujuan.
1.2 TEORI KEPEMIMPINAN MENURUT PARA AHLI
1. Moejiono (2002)
Moejiono mengatakan kepemimpinan merupakan pengaruh satu arah, karena
pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan
dirinya dengan pengikutnya.

Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung


memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh
secara tidak langsung dan sarana membentuk suatu kelompok yang sesuai
dengan keinginan pemimpinnya.

2. Wahjosumidjo (1987:11)
Menurut Wahjosumidjo, teori kepemimpinan adalah suatu yang melekat
pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu, seperti:
kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan
(capability).

Kepemimpinan juga rangkaian kegiatan pemimpin yang tidak bisa


dipisahkan dengan kedudukan dan gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.
Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi pemimpin,
pengikut dan situasi.

3. Fiedler (1967)
Fiedler mengatakan teori kepemimpinan merupakan pola hubungan antara
individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap
kelompok agar bekerjasama untuk mencapai tujuan.

4. Sondang P. Siagian
Menurut Sondang P. Siagian, teori kepemimpinan bisa diartikan sebagai
kemampuan seseorang saat menjabat sebagai pimpinan organisasi tertentu
dalam mempengaruhi orang lain, khususnya bawahannya.

Hal itu dilakukan agar mereka mampu bertindak dan berpikir sesuai dengan
arahan, sehingga tujuan pun bisa tercapai dengan mudah.
5. Ott (1996)
Menurut Ott, teori kepemimpinan bisa didefinisikan sebagai proses
hubungan antar pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap,
kepercayaan dan perilaku orang lain.

1.3 TUJUAN KEPEMIMPINAN


Kepemimpinan adalah sikap yang harus dimiliki seorang pemimpin
dalam membuat rencana, berpikir dan mengambil tanggung jawab untuk
kelompok serta memberikan arahan kepada orang lain.

Fungsi utama seorang pemimpin adalah membantu suatu kelompok


untuk belajar memutuskan dan bekerja lebih efisien. Tapi, ada pula beberapa
peranan atau tujuan kepemimpinan, antara lain:

1. Membantu terciptanya suatu iklim sosial yang baik


Adanya kepemimpinan dalam sebuah organisasi bertujuan untuk membantu
terbentuknya suatu iklim sosial yang baik. Karena, iklim sosial ini akan
mempengaruhi kinerja dan kenyamanan setiap anggota di dalam kelompok.

Iklim sosial adalah suatu konsep yang abstrak di dalam organisasi.


Meskipun abstrak, konsep ini bisa dirasakan pengaruhnya oleh setiap
anggota organisasi. Persepsi individu dan interpretasi kognitifnya terhadap
kondisi organisasi secara menyeluruh akan mempengaruhi sikap, perasaan,
dorongan dan tingkah lakunya.

Pada akhirnya, iklim sosial ini akan menentukan kesejahteraan


psikologis dari orang yang bersangkutan dan tercapai atau tidaknya tujuan
organisasi. Sehingga iklim sosial perlu dibangun untuk membawa pengaruh
yang optimal terhadap pertumbuhan dan perkembangan personal setiap
individu yang diinginkan dalam suatu organisasi.

2. Membantu kelompok dalam menetapkan prosedur-prosedur kerja


Kepemimpinan dalam sebuah organisasi juga bertujuan membantu
menetapkan prosedur-prosedur kerja yang harus dipatuhi oleh setiap
anggotanya.
Prosedur kerja adalah tahapan yang berurutan dengan tujuan, supaya
suatu aktivitas yang dikerjakan bisa berjalan lancar. Adanya tahapan-tahapan
kerja ini, setiap anggota dalam organisasi tidak akan kebingungan
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan tugasnya.

Karena, setiap tahapan kerja ini sudah dilengkapi aturan-aturan dan cara
pengerjaan yang bisa membantu mereka lebih mudah memahami
pekerjaannya agar selesai lebih cepat dan tepat.

3. Membantu kelompok untuk mengorganisasi diri


Kepemimpinan dalam sebuah organisasi juga berfungsi membantu
mengkoordinir setiap anggotanya atau kelompoknya untuk
mengorganisasikan diri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
mengorganisasi adalah mengatur dan menyusun setiap bagian dalam
organisasi, baik orangnya maupun lainnya sehingga menjadi satu kesatuan.

Mengkoordinir berasal dari kata koordinasi yang artinya suatu bagian


integral dari seluruh fungsi manajerial dan menjadi inti dari ilmu
manajemen. Secara etimologis, koordinasi memiliki arti kegiatan penertiban
mengatur atau menciptakan segala sesuatu agar berjalan lancar secara
bersamaan.

Maka, pengertian koordinasi adalah suatu tindakan pengaturan elemen-


elemen yang sangat kompleks supaya semuanya bisa terintegrasi dan
bekerjasama secara efektif serta harmonis.

Dalam ilmu manajemen, pengertian koordinasi adalah berbagai aktivitas


yang dikerjakan dengan tujuan untuk mengintegrasikan tujuan dan rencana
kerja yang sudah ditetapkan sebelumnya.

4. Mengambil keputusan sama dengan kelompok


Adanya kepemimpinan dalam sebuah organisasi juga akan membantu
mengambil setiap keputusan bersama untuk keberlangsungan organisasi
tersebut.
Pembuatan keputusan ini merupakan bagian kunci dalam kepemimpinan
yang berperan penting, terutama ketika pemimpin melaksanakan fungsi
perencanaan. Perencanaan yang menyangkut keputusan-keputusan penting
dan berlangsung jangka panjang.

Hal ini tentu tidak jauh dari pengambilan keputusan yang bisa dianggap
sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental maupun kognitif yang
membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan diantara beberapa alternatif
yang tersedia.

Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan


akhir. Lalu, keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan
maupun tindakan.

5. Memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman


Adanya kepemimpinan dalam sebuah organisasi, kelompok atau perusahaan
juga bertujuan memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari
pengalaman.

Kesempatan adalah waktu yang berkaitan dengan keleluasaan, peluang


dan sebagainya. Dalam hal ini, kesempatan memiliki makna berupa waktu
yang diberikan suatu kelompok untuk memperbaiki sesuatu yang salah atau
gagal sebelumnya.

Sehingga, mereka bisa belajar dari pengalaman dengan menghindari


kesalahan-kesalahan sebelumnya agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan.

1.4 FUNGSI KEPEMIMPINAN


Hamdani Nawawi melalui bukunya yang berjudul ‘Kepemimpinan yang
Efektif’ memaparkan beberapa fungsi kepemimpinan, antara lain:

1 .Fungsi Instruktif
Kepemimpinan memiliki fungsi instruktif, yang berasal dari kata dasar
instrukti sehingga bersifat perintah. Maksudnya, duatu perintah kepada
seseorang atau anggota kelpok dengan jelas sehingga orang yang diperintah
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Fungsi instruktif ini menempatkan pemimpin sebagai pengambil
keputusan dan pemberi tugas kepada anggotanya. Sementara, para
anggotanya bertugas untuk menjalankan semua instruksi yang dikatakan
pemimpinnya.

2. Fungsi Konsultatif
Kepemimpinan juga memiliki fungsi konsultatif yang sifatnya dua arah.
Maksudnya, gaya kepemimpinan yang menganut kebiasaan mendengarkan
pendapat atau pertimbangan bawahannya sebelum mengambil keputusan.

Fungsi kepemimpinan ini menempatkan para anggota organisasi atau


bawahan bisa melakukan konsultasi dengan pemimpinnya untuk mencari
solusi terbaik dalam mencapai tujuan bersama.

Dalam situasi ini, pemimpin haruslah sosok yang bijak dan memiliki
pengetahuan di bidang terkait atau sedang dikerjakan oleh organisasi
maupun perusahaannya. Sehingga, ia mampu memberikan solusi dan
mengarahkan bawahannya dengan baik.

Selain itu, pemimpin konsultatif adalah tipe pemimpin yang suka berdiskusi
dengan bawahannya sebelum membuat keputusan.

3. Fungsi Partisipasi
Kepemimpinan pun memiliki fungsi partisipasi, yang merupakan
pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi
ada suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam mencapai sebuah
tujuan bersama dan turut bertanggung jawab di dalamnya.

Sebenarnya partisipasi adalah suatu bentuk demokrasi, di mana orang-


orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan, serta
memikul tanggung jawab sesuai dengan kompetensi dan kewajibannya.

Fungsi partisipasi ini menempatkan seorang pemimpin yang mampu


mendorong semua anggota atau pengikutnya untuk berpartisipasi dan
berinisiatif dalam suatu proyek bersama.
Jadi, fungsi partisipasi dalam kepemimpinan ini membuat anggota
organisasi atau bawahan di suatu perusahaan tidak hanya sekedar
mendengarkan dan menjalankan perintah pemimpin. Tetapi, mereka juga
turut mengambil andil dalam setiap proses pencapaian tujuan

4. Fungsi Delegasi
Kepemimpinan juga memiliki fungsi delegasi, yakni memiliki arti
perwakilan atau utusan dengan proses penunjukkan secara langsung maupun
musyawarah. Penunjukkan ini bertujuan untuk mengutus seseorang menjadi
salah satu perwakilan suatu kelompok atau lembaga.

Dalam kepemimpinan yang memiliki fungsi delegasi ini, pemimpin


untuk mendelegasikan suatu wewenang kepada orang lain atau anggotanya
yang memang sesuai dengan tugas tersebut.

Jadi, pemimpin tak hanya mampu memerintah anggotanya, tetapi juga


harus bisa mengetahui dan memahami tugas-tugas yang cocok untuk
diberikan kepada bawahannya. Apalagi, setiap orang pasti memiliki
kompetensi yang berbeda-beda.

5. Fungsi Pengendalian
Kepemimpinan juga memiliki fungsi pengendalian pada anggotanya, yang
maerupakan suatu proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu organisasi
atau perusahaan. Supaya, pelaksanaannya sesuai dengan perencanaannya.

Fungsi pengendalian dalam kepemimpinan ini artinya pemimpin mampu


untuk mengendalikan semua aktivitas atau pekerjaan anggotanya. Supaya,
mereka mengerjakan dan menyelesaikan tugasnya secara efektif guna
mencapai tujuan dan tidak keluar dari aturan yang ditetapkan sebelumnya.

Karena itu, suatu organisasi maupun perusahaan membutuhkan


pemimpin yang tegas dan teliti dalam mengamati anggotanya untuk
menjalan fungsi pengendalian tersebut.
1.5 FUNGSI KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI
Kepemimpinan dalam organisasi adalah sebuah proses seorang
pemimpin mengarahkan dan memberikan contoh kepada anggota
kelompoknya atau organisasinya dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan
menjadi salah satu faktor penting dari keberhasilan sebuah organisasi.

Tapi, pemimpin yang baik bukan dinilai dari seberapa banyak anggota
yang mengikutinya dan lamanya memimpin sebuah organisasi. Melainkan,
pemimpin yang mampu menciptakan sosok pemimpin baru.

Kepemimpinan dalam organisasi itu mencakup keberanian, pengabdian,


dan bermimpi untuk mewujudkan harapan atau tujuan. Kepemimpinan
dalam organisasi juga tidak lepas dari kepercayaan diri dan pengambilan
keputusan.

Karena, setiap tindakan dan cara berpikir seorang pemimpin harus bisa
membuat anggota organisasinya percaya akan kemampuannya.

Berikut ini, tujuan kepemimpinan dalam sebuah organisasi yang harus


dipahami oleh seorang pemimpin.

1. Mencapai Tujuan
Kepemimpinan dalam sebuah organisasi sangat dibutuhkan untuk membuat
kelompoknya mencapai tujuan dengan tepat dan efisien. Tanpa adanya
seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan, suatu organisasi akan sulit
mencapai tujuannya.

Sebab, mereka tidak memiliki sosok yang membantu mengarahkan,


menyatukan mereka dan menjadi pedomannya.

Tujuan merupakan penjabaran dari visi dan misi yang akan dicapai oleh
sebuah organisasi atau perusahaan. Tujuan adalah kuantitatif yang mengukur
keberhasilan kinerja bisnis melalui kesimpulan.

2. Memotivasi Orang Lain


Kepemimpinan dalam sebuah organisasi juga bertujuan memotivasi orang
lain atau anggotanya untuk melakukan hal baik dan memaksimalkan
kemampuan dalam diri. Tanpa adanya sosok berjiwa kepemimpinan, suatu
organisasi akan kurang termotivasi atau bersemangat dalam mencapai
tujuannya.

Sebab, mereka tidak memiliki sosok yang bisa menjadi pedoman dan
contoh baik dalam organisasi. Selain itu, mereka juga tidak akan terpacu
untuk mencapai sesuatu atau tidak merasa memiliki kewajiban melakukan
tugasnya dalam mencapai tujuan.

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan


seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam
definisi ini adalah intensitas, arah dan ketekunan.
BAB III
ANALISIS DAMPAK DARI MODEL KEPEMIMPINAN TERHADAP
KINERJA KARYAWAN

Gaya kepemimpnan (leadership style ) merupakan suatu model atau


strategi dalam memimpin suatu organisasi atau lembaga. Style tersebut ada
yang memang bisa dipelajari sebagai suatu ilmu kepemimpinan, namun
dalam pelaksanannya biasanya sedikit banyak dipengaruhi oleh karakter atau
kebiasaan yang dimiliki oleh orang tersebut. Oleh karena itu walaupun
dipelajari secara bersama-sama namun dalam pelaksanaannya setiap orang
cenderung tidak sama satu sama lain, tergantung pada kecerdasan dan
kedalaman dalam memahaminya.

Banyak macam gaya kepemimpinan, semuanya baik namun dalam


pelaksanannya tergantung pada kepribadian pimpinan. Satu sama lain dari
gaya kepemimpinan memiliki kelebihan dan kekurangan, tergantung pada
pimpinan bagaimana pemimpin memaksimalkan apa yang menjadi kelebihan
dan meminimalisir apa yaang menjadi kekurangan. Banyak faktor yang
berpengaruh dalam keberhasilan kepemimpinan, antara lain keteladanan,
nilai-nilai kemanusiaan dari pimpinan sendiri, penegakan aturan dan sanksi
(norma ) yang ada di organisasi.

Gaya kepemimpinan (leadership style ) berpengaruh terhadap


keberhasilan dan peningkatan kinerja. Melalui gaya kepemimpinan seorang
pemimpin mengelola lembaga dan memotivasi karyawan guna untuk dapat
meningkatkan kinerjanya. Gaya kepemimpinan yang berhasil adalah (1).
Gaya kepemimpinan yang dilakukan bersumber pada hati nurani, nilai-nilai
norma, etika, kebebasan, pemberian kepercayaan, pengawasan, siap
menerima kritik, saran yang bersifat membangun, tegas dan menghormati
kreativitas, inovasi dan motivasi. (2). Gaya kepemimpinan tersebut
berdampak pada peningkatan kinerja yang meliputi peningkatan kompetensi
profesional, peningkatan kompetensi kepribadian dan peningkatan
kompetensi sosial.
Adapun Gaya kepemimpinan yang tidak berdampak pada kinerja adalah
gaya kepemimpinan yang tidak punya rencana kerja, sulit menerima
masukan, tidak memahami atau mengerti apa yang harus dikerjakan, sering
terjadi ketidakjelasan pekerjaan, menimbulkan disharmoni, iklim kerja yang
kurang kondusif, kurang disiplin, dan tidak ada pemberian motivasi, kurang
adanya kontrol atau pengawasan.

2.1 MEMAHAMI EFEK GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP


KINERJA KARYAWAN
1. Sifat
Indikator gaya kepemimpinan pertama yang mempengaruhi kinerja
karyawan adalah sifat dari seorang pemimpin. Seperti yang telah
disampaikan sebelumnya, karyawan akan merasa lebih nyaman untuk
bekerja di perusahaan yang memiliki atasan dengan sifat pemimpin
dibandingkan bos.

Anda perlu tahu, pemimpin dan bos adalah 2 sifat gaya kepemimpinan
yang sangat berbeda. Salah satu perbedaan yang sangat signifikan di antara
keduanya adalah pemimpin akan melihat proses yang dilalui oleh
karyawannya sedangkan bos akan lebih menuntut hasil yang diberikan.

Perbedaan sifat gaya kepemimpinan tersebut akan berpengaruh pada


bagaimana seorang atasan dapat menghargai seluruh kinerja karyawannya.
Pemimpin yang mampu menghargai karyawannya akan membuat siapapun
yang bekerja dengannya memiliki semangat dan motivasi untuk memberikan
hasil yang terbaik.

2. Watak
Seorang pemimpin dengan watak yang baik dapat mempengaruhi kinerja
karyawan dalam hal-hal tertentu seperti keberanian dalam menghadapi
tantangan baru, keinginan untuk terus maju, tekun atau disiplin, dan banyak
lagi. Oleh karena itu, atasan yang memiliki watak seorang pemimpin akan
sering dijadikan sebagai role model oleh karyawan dan bahkan mereka tidak
akan segan-segan untuk belajar langsung dari pemimpinnya.
3. Kepribadian
Selain watak, kepribadian seorang atasan juga dapat mempengaruhi kinerja
karyawan. Kepribadian seorang atasan harus menjadi cermin bagi
karyawannya agar mereka dapat melihat contoh nyata dari pemimpin mereka
secara langsung dalam menjadi seseorang yang sukses.

4. Temperamen
Setiap karyawan tentu akan lebih nyaman untuk bekerja dengan seorang
pemimpin yang dapat mengontrol temperamen mereka. Temperamen yang
dimaksudkan di sini adalah perilaku seorang pemimpin ketika mereka
berkomunikasi dengan karyawan ataupun memberikan tanggapan atas hasil
kerja seseorang.

Seorang pemimpin dengan temperamen yang baik akan membuat kinerja


karyawan meningkat. Karyawan dapat menjadi lebih terbuka untuk
berinteraksi langsung dengan atasan mereka.

5. Kebiasaan
Indikator gaya kepemimpinan terakhir yang dapat mempengaruhi kinerja
karyawan adalah kebiasaan. Perilaku atau hal-hal yang menjadi kebiasaan
dari seorang pemimpin akan dapat dilihat secara langsung oleh
karyawannya.

Seperti yang telah disampaikan pada poin-poin sebelumnya, seorang


pemimpin adalah cerminan bagi seluruh karyawannya. Maka dari itu,
pemimpin yang memiliki kebiasaan yang baik akan lebih dihormati oleh
karyawannya dibandingkan yang tidak.

2.2 CARA MENGUKUR EFEKTIVITAS INDIKATOR KEPEMIMPINAN


BAGI PERUSAHAAN

Pengukuran efektivitas indikator kepemimpinan ini sangat diperlukan untuk


keperluan identifikasi dan promosi perusahaan. Dengan adanya indikator gaya
kepemimpinan, perusahaan dan manajemen sumber daya manusia di perusahaan dapat
menentukan siapa dan bagaimana kapabilitas karyawan untuk menjadi seorang
pemimpin bagi karyawan lainnya. Di bawah ini ada lima cara mengukur yang dapat
dijadikan acuan sebagai tanda efektivitas indikator kepemimpinan di sebuah
perusahaan.

1. Memahami kemampuan diri

Seorang yang ingin jadi pemimpin harus paham betul apa saja kemampuan dan
bagaimana perilaku dalam menjalankan pekerjaannya dengan selaras. Seorang
pemimpin harus tahu siapa dirinya sendiri.

2. Menetapkan tujuan pribadi

Seorang pemimpin sejati akan menetapkan tujuan pribadi dan mengeksekusinya dengan
baik. Menjadi seorang pemimpin juga harus memiliki strategi pribadi yang lengkap
dengan tujuan dan rencana yang akan dicapainya dalam beberapa tahun ke depan.

3. Memahami kondisi dan cara mengelola finansial perusahaan

Keuangan atau finansial merupakan aspek penting dari berjalannya sebuah usaha.
Menjadi pemimpin juga diharapkan mampu mengelola keuangan dan tidak takut
berinvestasi. Mengambil risiko dalam keperluan mengembangkan rencana adalah salah
satu tindakan pemimpin yang telah matang.

4. Dapat menjual idenya

Dalam hal ini, seorang pemimpin diharapkan dapat “menjual” idenya dalam
memengaruhi orang lain. Pemimpin yang siap memerlukan pengikut, dan pengikut
memerlukan pandangan dari seorang pemimpin.

5. Mengelola energi dalam diri

Seorang pemimpin diharapkan mampu mengelola energi yang ada di dalam diri mereka
untuk membuat tim tetap solid dan sinergis. Hal-hal seperti memberi apresiasi,
berterima kasih, bersyukur, dan memberi rasa hormat sesama anggota tim adalah contoh
pemimpin yang siap mengelola energi.
BAB IV

KESIMPULAN

Gaya kepemimpnan (leadership style ) merupakan suatu model atau strategi


dalam memimpin suatu organisasi atau lembaga. Style tersebut ada yang memang bisa
dipelajari sebagai suatu ilmu kepemimpinan, namun dalam pelaksanannya biasanya
sedikit banyak dipengaruhi oleh karakter atau kebiasaan yang dimiliki oleh orang
tersebut. Oleh karena itu walaupun dipelajari secara bersama-sama namun dalam
pelaksanaannya setiap orang cenderung tidak sama satu sama lain, tergantung pada
kecerdasan dan kedalaman dalam memahaminya.

Banyak macam gaya kepemimpinan, semuanya baik namun dalam


pelaksanannya tergantung pada kepribadian pimpinan. Satu sama lain dari gaya
kepemimpinan memiliki kelebihan dan kekurangan, tergantung pada pimpinan
bagaimana pemimpin memaksimalkan apa yang menjadi kelebihan dan meminimalisir
apa yaang menjadi kekurangan. Banyak faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan
kepemimpinan, antara lain keteladanan, nilai-nilai kemanusiaan dari pimpinan sendiri,
penegakan aturan dan sanksi (norma ) yang ada di organisasi.

Gaya kepemimpinan (leadership style ) berpengaruh terhadap keberhasilan dan


peningkatan kinerja. Melalui gaya kepemimpinan seorang pemimpin mengelola
lembaga dan memotivasi karyawan guna untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Gaya
kepemimpinan yang berhasil adalah (1). Gaya kepemimpinan yang dilakukan
bersumber pada hati nurani, nilai-nilai norma, etika, kebebasan, pemberian kepercayaan,
pengawasan, siap menerima kritik, saran yang bersifat membangun, tegas dan
menghormati kreativitas, inovasi dan motivasi. (2). Gaya kepemimpinan tersebut
berdampak pada peningkatan kinerja yang meliputi peningkatan kompetensi
profesional, peningkatan kompetensi kepribadian dan peningkatan kompetensi sosial.

Adapun Gaya kepemimpinan yang tidak berdampak pada kinerja adalah gaya
kepemimpinan yang tidak punya rencana kerja, sulit menerima masukan, tidak
memahami atau mengerti apa yang harus dikerjakan, sering terjadi ketidakjelasan
pekerjaan, menimbulkan disharmoni, iklim kerja yang kurang kondusif, kurang disiplin,
dan tidak ada pemberian motivasi, kurang adanya kontrol atau pengawasan.
3.1 SARAN

Evaluasi kinerja karyawan

Evaluasi kinerja karyawan merupakan salah satu kebijakan perusahaan dalam


mengelola sumber daya manusia yang dimiliki. Apalagi, setiap karyawan punya
tanggung jawab, tugas, dan cara bekerja yang berbeda-beda. Menilai apakah kinerja
mereka sudah sesuai dengan standar perusahaan pun menjadi kebutuhan utama
perusahaan.

Evaluasi kinerja merujuk pada penilaian sistematis dan berdasar terhadap hasil
kerja karyawan serta organisasi/perusahaan. Nantinya, hasil penilaian ini akan menjadi
dasar perusahaan dalam memberikan umpan balik terkait prestasi karyawan,
pelaksanaan kegiatan, hingga membantu penyusunan kebijakan perusahaan pada masa
mendatang.

Pihak manajemen atau karyawan berwenang (atasan langsung) berperan


memberi penilaian terhadap kinerja karyawan yang bersangkutan. Hasil evaluasi dari
seluruh karyawan kemudian akan dielaborasi untuk membangun sistem penilaian dan
penghargaan bagi karyawan.

Langka h ini memang sebaiknya dilakukan secara transparan dengan


melibatkan karyawan secara aktif. Apa saja yang menjadi indikator penilaian perlu
diuraikan sehingga karyawan pun dapat mengevaluasi kinerjanya selama ini.

Setelah proses evaluasi selesai, perusahaan juga perlu menyampaikan hasilnya


kepada karyawan. Jadi, karyawan dapat mengetahui mana aspek yang masih perlu
ditingkatkan, dipertahankan, maupun diperbaiki.

Alasan Mengapa Perlu Evaluasi Kinerja Karyawan

1. Wujud penghargaan terhadap kinerja karyawan

Melalui evaluasi, manajemen dan atasan langsung menaruh perhatian khusus


pada pengukuran kinerja individu atau tim dalam periode waktu tertentu. Hasil
pengukuran tersebut menjadi dasar pemberian apresiasi sesuai dengan kinerja masing-
masing. Misalnya, apresiasi diberikan dalam bentuk bonus atau promosi jabatan.

Dengan memperoleh apresiasi dari perusahaan, motivasi dan kepuasan kerja


karyawan pun meningkat. Situasi ini dapat berdampak positif pada peningkatan
produktivitas kerja perusahaan. Tentu perusahaan juga akan diuntungkan oleh situasi
tersebut.
2. Mengetahui aspek mana yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan

Evaluasi kinerja bukan menjadi alat untuk mencari-cari kesalahan karyawan.


Melalui sistem penilaian terukur dan sistematis seperti ini, karyawan dapat memperoleh
masukan maupun kritik yang membangun dari atasan langsung.

Maka dari itu, hasil evaluasi pun seharusnya disampaikan kembali kepada
karyawan. Undang karyawan duduk bersama untuk membahas kesulitan kerja yang
dirasakan atau meminta masukan berdasarkan pengalamannya. Karyawan pun dapat
membenahi dan memperbaiki diri sehingga ia tergerak untuk bekerja secara efektif.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan dan pelatihan karyawan

Setelah evaluasi kinerja dilakukan, perusahaan dapat mengetahui lebih dalam


apa saja kelebihan dan kelemahan karyawan, juga aspek yang perlu dipertahankan,
diperbaiki, maupun dikembangkan lebih lanjut. Dari data tersebut perusahaan dapat
mengidentifikasi apa saja kebutuhan pengembangan dan pelatihan karyawan.

Penyelenggaraan program pengembangan dan pelatihan sangat penting untuk


mendorong kinerja karyawan. Tidak hanya memperluas wawasan, tetapi juga mengasah
berbagai keterampilan yang berdampak positif bagi pengembangan karier karyawan.
Setelah mengikuti program tersebut, perusahaan tentu berharap karyawan bersedia
memberikan kontribusi maksimal sehingga kinerja perusahaan pun meningkat.

4. Instrumen penting dalam upaya perlindungan hukum untuk perusahaan

Hasil evaluasi kinerja juga bisa menjadi dasar pemutusan hubungan kerja.
Situasi tersebut dapat terjadi jika karyawan melakukan kesalahan fatal, melanggar
peraturan, tidak memenuhi kewajiban, atau mempunyai masalah lain yang berdampak
negatif pada perusahaan.

Memastikan hasil evaluasi kinerja tersimpan rapi dalam dokumen penting untuk
dilakukan. Dokumen tersebut akan menjadi instrumen penting yang bisa memberikan
perlindungan hukum pada perusahaan. Ketika ada mantan karyawan datang menggugat
perusahaan, Anda bisa memakai dokumen bersangkutan sebagai bukti sah untuk
kebijakan yang telah diambil sebelumnya.
Keempat alasan evaluasi kinerja karyawan di atas dapat menjadi tinjauan Anda
untuk melakukan hal serupa di perusahaan. Selain menilai dan mengapresiasi kinerja
karyawan, evaluasi demikian juga mendorong terciptanya lingkungan kerja yang
kondusif. Karyawan pun termotivasi untuk aktif berkontribusi demi kemajuan
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-jateng/baca-artikel/12708/Mengenal-
Kepemimpinan-dan-Model-Kepemimpinan.html

https://www.quipper.com/id/blog/quipper-campus/campus-life/n-macam-macam-gaya-
kepemimpinan/#:~:text=Secara%20umum%2C%20terdapat%207%20macam,faire%2C
%20karismatik%2C%20dan%20otokratis

https://deepublishstore.com/materi/teori-kepemimpinan/#:~:text=Menurut
%20Wahjosumidjo%2C%20teori%20kepemimpinan%20adalah,)%20dan
%20kesanggupan%20(capability

http://ojs.unik-kediri.ac.id/index.php/transparansihukum/article/view/338/277

https://www.sodexo.co.id/pengaruh-gaya-kepemimpinan-terhadap-kinerja-karyawan/

https://www.sodexo.co.id/alasan-kenapa-evaluasi-kinerja-karyawan-itu-penting/

Anda mungkin juga menyukai