Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas saya pada matakuuliah Manajemen sumber
daya mnusia sektor publik
DOSEN PENGAMPU:
Disusun Oleh :
SISKA DAMIR
210811010117
MANADO 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Analisis Dampak Dari Model Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
Pengampu mata kuliah Manajemen sumber daya mnusia sektor publik .
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Namun terlepas dari itu,saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Terima kasih.
Siska Damir
210811010117
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................4
BAB II
LANDASAN TEORI.......................................................................................................5
BAB III
BAB IV
KESIMPULAN.............................................................................................................18
3.1 SARAN....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
Sedangkan, Warren Bennis dan Burt Nanus, penulis buku Leaders: The
Strategies for Taking Charge berpendapat teori kepemimpinan adalah
kekuatan yang sangat berpengaruh di balik kesuksesan suatu organisasi atau
perusahaan. Seorang pemimpin harus bisa memobilisasi organisasi agar
mencapai visi yang telah ditetapkan dan menjadi organisasi yang efektif.
Kepemimpinan memiliki dua konsep dasar, yakni ilmu dan seni. Ilmu
kepemimpinan merupakan teori kepemimpinan yang bisa dipelajari dari
berbagai sumber. Anda bisa mempelajari teori kepemimpinan ini dengan
mengikuti pelatihan mengenai leadership atau metode kepemimpinan.
Anda juga bisa membaca buku dan berdiskusi dengan rekan lain yang
memiliki kemampuan kepemimpinan mumpuni dalam mempelajari teori
kepemimpinan tersebut.
2. Wahjosumidjo (1987:11)
Menurut Wahjosumidjo, teori kepemimpinan adalah suatu yang melekat
pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu, seperti:
kepribadian (personality), kemampuan (ability) dan kesanggupan
(capability).
3. Fiedler (1967)
Fiedler mengatakan teori kepemimpinan merupakan pola hubungan antara
individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap
kelompok agar bekerjasama untuk mencapai tujuan.
4. Sondang P. Siagian
Menurut Sondang P. Siagian, teori kepemimpinan bisa diartikan sebagai
kemampuan seseorang saat menjabat sebagai pimpinan organisasi tertentu
dalam mempengaruhi orang lain, khususnya bawahannya.
Hal itu dilakukan agar mereka mampu bertindak dan berpikir sesuai dengan
arahan, sehingga tujuan pun bisa tercapai dengan mudah.
5. Ott (1996)
Menurut Ott, teori kepemimpinan bisa didefinisikan sebagai proses
hubungan antar pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap,
kepercayaan dan perilaku orang lain.
Karena, setiap tahapan kerja ini sudah dilengkapi aturan-aturan dan cara
pengerjaan yang bisa membantu mereka lebih mudah memahami
pekerjaannya agar selesai lebih cepat dan tepat.
Hal ini tentu tidak jauh dari pengambilan keputusan yang bisa dianggap
sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental maupun kognitif yang
membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan diantara beberapa alternatif
yang tersedia.
1 .Fungsi Instruktif
Kepemimpinan memiliki fungsi instruktif, yang berasal dari kata dasar
instrukti sehingga bersifat perintah. Maksudnya, duatu perintah kepada
seseorang atau anggota kelpok dengan jelas sehingga orang yang diperintah
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Fungsi instruktif ini menempatkan pemimpin sebagai pengambil
keputusan dan pemberi tugas kepada anggotanya. Sementara, para
anggotanya bertugas untuk menjalankan semua instruksi yang dikatakan
pemimpinnya.
2. Fungsi Konsultatif
Kepemimpinan juga memiliki fungsi konsultatif yang sifatnya dua arah.
Maksudnya, gaya kepemimpinan yang menganut kebiasaan mendengarkan
pendapat atau pertimbangan bawahannya sebelum mengambil keputusan.
Dalam situasi ini, pemimpin haruslah sosok yang bijak dan memiliki
pengetahuan di bidang terkait atau sedang dikerjakan oleh organisasi
maupun perusahaannya. Sehingga, ia mampu memberikan solusi dan
mengarahkan bawahannya dengan baik.
Selain itu, pemimpin konsultatif adalah tipe pemimpin yang suka berdiskusi
dengan bawahannya sebelum membuat keputusan.
3. Fungsi Partisipasi
Kepemimpinan pun memiliki fungsi partisipasi, yang merupakan
pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi
ada suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam mencapai sebuah
tujuan bersama dan turut bertanggung jawab di dalamnya.
4. Fungsi Delegasi
Kepemimpinan juga memiliki fungsi delegasi, yakni memiliki arti
perwakilan atau utusan dengan proses penunjukkan secara langsung maupun
musyawarah. Penunjukkan ini bertujuan untuk mengutus seseorang menjadi
salah satu perwakilan suatu kelompok atau lembaga.
5. Fungsi Pengendalian
Kepemimpinan juga memiliki fungsi pengendalian pada anggotanya, yang
maerupakan suatu proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu organisasi
atau perusahaan. Supaya, pelaksanaannya sesuai dengan perencanaannya.
Tapi, pemimpin yang baik bukan dinilai dari seberapa banyak anggota
yang mengikutinya dan lamanya memimpin sebuah organisasi. Melainkan,
pemimpin yang mampu menciptakan sosok pemimpin baru.
Karena, setiap tindakan dan cara berpikir seorang pemimpin harus bisa
membuat anggota organisasinya percaya akan kemampuannya.
1. Mencapai Tujuan
Kepemimpinan dalam sebuah organisasi sangat dibutuhkan untuk membuat
kelompoknya mencapai tujuan dengan tepat dan efisien. Tanpa adanya
seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan, suatu organisasi akan sulit
mencapai tujuannya.
Tujuan merupakan penjabaran dari visi dan misi yang akan dicapai oleh
sebuah organisasi atau perusahaan. Tujuan adalah kuantitatif yang mengukur
keberhasilan kinerja bisnis melalui kesimpulan.
Sebab, mereka tidak memiliki sosok yang bisa menjadi pedoman dan
contoh baik dalam organisasi. Selain itu, mereka juga tidak akan terpacu
untuk mencapai sesuatu atau tidak merasa memiliki kewajiban melakukan
tugasnya dalam mencapai tujuan.
Anda perlu tahu, pemimpin dan bos adalah 2 sifat gaya kepemimpinan
yang sangat berbeda. Salah satu perbedaan yang sangat signifikan di antara
keduanya adalah pemimpin akan melihat proses yang dilalui oleh
karyawannya sedangkan bos akan lebih menuntut hasil yang diberikan.
2. Watak
Seorang pemimpin dengan watak yang baik dapat mempengaruhi kinerja
karyawan dalam hal-hal tertentu seperti keberanian dalam menghadapi
tantangan baru, keinginan untuk terus maju, tekun atau disiplin, dan banyak
lagi. Oleh karena itu, atasan yang memiliki watak seorang pemimpin akan
sering dijadikan sebagai role model oleh karyawan dan bahkan mereka tidak
akan segan-segan untuk belajar langsung dari pemimpinnya.
3. Kepribadian
Selain watak, kepribadian seorang atasan juga dapat mempengaruhi kinerja
karyawan. Kepribadian seorang atasan harus menjadi cermin bagi
karyawannya agar mereka dapat melihat contoh nyata dari pemimpin mereka
secara langsung dalam menjadi seseorang yang sukses.
4. Temperamen
Setiap karyawan tentu akan lebih nyaman untuk bekerja dengan seorang
pemimpin yang dapat mengontrol temperamen mereka. Temperamen yang
dimaksudkan di sini adalah perilaku seorang pemimpin ketika mereka
berkomunikasi dengan karyawan ataupun memberikan tanggapan atas hasil
kerja seseorang.
5. Kebiasaan
Indikator gaya kepemimpinan terakhir yang dapat mempengaruhi kinerja
karyawan adalah kebiasaan. Perilaku atau hal-hal yang menjadi kebiasaan
dari seorang pemimpin akan dapat dilihat secara langsung oleh
karyawannya.
Seorang yang ingin jadi pemimpin harus paham betul apa saja kemampuan dan
bagaimana perilaku dalam menjalankan pekerjaannya dengan selaras. Seorang
pemimpin harus tahu siapa dirinya sendiri.
Seorang pemimpin sejati akan menetapkan tujuan pribadi dan mengeksekusinya dengan
baik. Menjadi seorang pemimpin juga harus memiliki strategi pribadi yang lengkap
dengan tujuan dan rencana yang akan dicapainya dalam beberapa tahun ke depan.
Keuangan atau finansial merupakan aspek penting dari berjalannya sebuah usaha.
Menjadi pemimpin juga diharapkan mampu mengelola keuangan dan tidak takut
berinvestasi. Mengambil risiko dalam keperluan mengembangkan rencana adalah salah
satu tindakan pemimpin yang telah matang.
Dalam hal ini, seorang pemimpin diharapkan dapat “menjual” idenya dalam
memengaruhi orang lain. Pemimpin yang siap memerlukan pengikut, dan pengikut
memerlukan pandangan dari seorang pemimpin.
Seorang pemimpin diharapkan mampu mengelola energi yang ada di dalam diri mereka
untuk membuat tim tetap solid dan sinergis. Hal-hal seperti memberi apresiasi,
berterima kasih, bersyukur, dan memberi rasa hormat sesama anggota tim adalah contoh
pemimpin yang siap mengelola energi.
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun Gaya kepemimpinan yang tidak berdampak pada kinerja adalah gaya
kepemimpinan yang tidak punya rencana kerja, sulit menerima masukan, tidak
memahami atau mengerti apa yang harus dikerjakan, sering terjadi ketidakjelasan
pekerjaan, menimbulkan disharmoni, iklim kerja yang kurang kondusif, kurang disiplin,
dan tidak ada pemberian motivasi, kurang adanya kontrol atau pengawasan.
3.1 SARAN
Evaluasi kinerja merujuk pada penilaian sistematis dan berdasar terhadap hasil
kerja karyawan serta organisasi/perusahaan. Nantinya, hasil penilaian ini akan menjadi
dasar perusahaan dalam memberikan umpan balik terkait prestasi karyawan,
pelaksanaan kegiatan, hingga membantu penyusunan kebijakan perusahaan pada masa
mendatang.
Maka dari itu, hasil evaluasi pun seharusnya disampaikan kembali kepada
karyawan. Undang karyawan duduk bersama untuk membahas kesulitan kerja yang
dirasakan atau meminta masukan berdasarkan pengalamannya. Karyawan pun dapat
membenahi dan memperbaiki diri sehingga ia tergerak untuk bekerja secara efektif.
Hasil evaluasi kinerja juga bisa menjadi dasar pemutusan hubungan kerja.
Situasi tersebut dapat terjadi jika karyawan melakukan kesalahan fatal, melanggar
peraturan, tidak memenuhi kewajiban, atau mempunyai masalah lain yang berdampak
negatif pada perusahaan.
Memastikan hasil evaluasi kinerja tersimpan rapi dalam dokumen penting untuk
dilakukan. Dokumen tersebut akan menjadi instrumen penting yang bisa memberikan
perlindungan hukum pada perusahaan. Ketika ada mantan karyawan datang menggugat
perusahaan, Anda bisa memakai dokumen bersangkutan sebagai bukti sah untuk
kebijakan yang telah diambil sebelumnya.
Keempat alasan evaluasi kinerja karyawan di atas dapat menjadi tinjauan Anda
untuk melakukan hal serupa di perusahaan. Selain menilai dan mengapresiasi kinerja
karyawan, evaluasi demikian juga mendorong terciptanya lingkungan kerja yang
kondusif. Karyawan pun termotivasi untuk aktif berkontribusi demi kemajuan
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-jateng/baca-artikel/12708/Mengenal-
Kepemimpinan-dan-Model-Kepemimpinan.html
https://www.quipper.com/id/blog/quipper-campus/campus-life/n-macam-macam-gaya-
kepemimpinan/#:~:text=Secara%20umum%2C%20terdapat%207%20macam,faire%2C
%20karismatik%2C%20dan%20otokratis
https://deepublishstore.com/materi/teori-kepemimpinan/#:~:text=Menurut
%20Wahjosumidjo%2C%20teori%20kepemimpinan%20adalah,)%20dan
%20kesanggupan%20(capability
http://ojs.unik-kediri.ac.id/index.php/transparansihukum/article/view/338/277
https://www.sodexo.co.id/pengaruh-gaya-kepemimpinan-terhadap-kinerja-karyawan/
https://www.sodexo.co.id/alasan-kenapa-evaluasi-kinerja-karyawan-itu-penting/