Anda di halaman 1dari 21

A.

Etika dalam Berkomunikasi


“Etik (Yunani: ethos) berarti norma, nilai, dan kaidah moral yaitu ukuran bagi tingkah
laku yang baik” (Tjokronegoro, 1989). Hal ini tentunya juga berkaitan dengan perilaku
seorang ilmuwan dalam melaksanakan setiap aktifitasnya. Saat ini memang masih
tidak mudah memberikan sanksi bagi berbagai bentuk pelanggaran etika penulisan
yang tentunya hanya mengikat penulis secara moral. Walaupun undang-undang hak
cipta telah mengatur hal ini secara legal, masih juga ditemui berbagai pelanggaran
khususnya kasus plagiatisme yang lolos dari ketentuan hukum. (Handiyani, 2017).

Selain itu dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin ethicus
yang berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila sesuai dengan
kebiasaan masyarakat. Pengertian lain tentang etika ialah sebagai studi atau ilmu yang
membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana
pula yang dinilai buruk. Etika juga disebut ilmu normatif, maka dengan sendirinya
berisi ketentuan-ketentuan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai tingkah
laku yang baik atau buruk (githahanafi.blogspot.co.id).

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika


memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian
tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita
untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang
pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau
sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi dalam menjalani
hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang pelru kita pahami bersama bahwa etika
ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian
etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi
kehidupan manusianya. (Prasanti, 2017).

Etimologis, kata “Etika” berasal dari bahasa Yunani “ethos”. Kata yang berbentuk
tunggal ini berarti “adat atau kebiasaan”. Bentuk jamaknya “ ta etha” atau “ta ethe”
artinya adat kebiasaan, sehingga etika merupakan sebuah teori tentang perbuatan
manusia, yang ditimbang menurut baik dan buruknya atau sebuah ilmu yang
menyelidiki mana yang bak dan mana yang buruk, dengan memperhatikan akal pikiran
(Setiyani, 2013). Etika komunikasi adalah ilmu yang memperhatikan baik buruknya
cara berkomunikasi. Etika komunikasi memperhatikan kejujuran dan terus terang,
keharmonisan hubungan, pesan yang tepat, menghindai kecurangan, konsistensi antara
pesan verbal maupun non-verbal serta memperhatikan apakah para komikator
memotong suatu pembicaraan atau tidak. Etika komunikasi menjadi sangat penting
menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.

Etika komunikasi memperhatikan kejujuran dan terus terang, keharmonisan hubungan,


pesan yang tepat, menghindai kecurangan, konsistensi antara pesan verbal maupun
non-verbal serta memperhatikan apakah para komikator memotong suatu pembicaraan
atau tidak. Etika komunikasi menjadi sangat penting ketika berkomunikasi dalam
sebuah komunitas, komunitas menurut Wengner sebagaimana dibahas oleh Setiyani
(2013) adalah sekelompok orang yang saling berbagi lingkungan, perhatian, masalah,
serta memiliki keterkaitan atau kegemaran yang sama terhadap suatu topik. (Prasanti,
2017).

Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol


sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari
pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator. (Etika, n.d.).
Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan
niat sadar untuk mempengaruhi perilaku mereka.
1. Etika Komonikasi
a. Jujur tidak berbohong
b. Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan
c. Lapang dada dalam berkomunikasi
d. Menggunakan panggilan atau sebutan orang yang baik
e. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien
f. Tidak mudah emosi atau emosional
g. Berinisiatif sebagai pembuka dialog
h. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
i. Bertingkah laku yang baik
j. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan.
2. Komunikasi Yang Baik
a. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara.. bahasa yang
baik berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai
penyampaian informasi.
b. Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan
c. Menatap mata lawan bicara dengan lembut
d. Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum
e. Gunakan gerakan tubuh atau gesture yang sopan dan wajar
f. Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara
g. Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon
h. Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara
i. Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi
j. Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai
dengan karakteristik lawan bicara
k. Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang
baik.
l. Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku
seperti berjabat tangan, merunduk, hormat, ces, cipika cipiki (cium pipi
kanan - cium pipi kiri)
3. Bahasa yang di gunakan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang berfungsi sebagai alat
komunikasi mempunyai peran sebagai penyampaian informasi. Kebenaran
berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan.
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi
yang terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Kondisi
tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar
menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan
bahasa baku.

Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain
disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur
kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam
komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak
baik.
4. Komunikasi tepat
a. Tidak diperkenankan menganjurkan sesuatu yang kita secara pribadi
sebenarnya juga tidak percaya.
b. Menggunakan data palsu, data yang sengaja dirancang untuk menojolkan
kesan tertentu
c. Tidak diperkenankan menjadikan orang lain target sasaran
d. Tidak diperkenankan memberikan informasi yang tidak benar (Etika, n.d.)

Etika komunikasi menjadi hal terpenting dalam menjalin hubungan yang baik
antar pribadi, organisasi maupun hubungan terhadap pelayanan di instansi
pemerintahan. Hubungan baik akan tercipta dengan sendirinya apabila adanya
etika komunikasi. Etika komunikasi menjadi sangat penting dalam konteks
menjalin hubungan yang baik dengan orang lain (Falimu, 2017).

Komunikasi sebagai praktik sudah ada seiring dengan diciptakannya manusia,


dan manusia menggunakan komunikasi dalam rangka melakukan aktivitas
sosialnya, karenanya manusia tidak mungkin tidak berkomunikasi. Dalam suatu
instansi penerapan etika. komunikasi dibutuhkan untuk semua bentuk kegiatan
kerja.

Etika komunikasi yakni etika komunikasi yang terjadi dan berlangsung dalam
kantor (office communication). Dengan terciptanya etika komunikasi timbal
balik yang baik antara pimpinan dan pegawai, maka akan menimbulkan
produktivitas kerja yang baik pula. Dengan kata lain tanpa adanya komunikasi,
maka pekerjaan di instansi pemerintahan akan menjadi tidak sesuai dengan
rencana yang sudah ditetapkan sehingga tujuan- tujuan yang diharapkan tidak
akan tercapai (Falimu, 2017).

Komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Communication dan dalam bahasa
latin berasal dari kata Communicatus yang artinya berbagi atau menjadi milik
bersama. Dengan demikian menurut Lexicographer salah satu ahli kamus
bahasa, mengartikan komunikasi yang menunjuk pada suatu upaya yang
bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Istilah komunikasi dalam
bahasa Inggris yaitu communication, berasal dari kata Latin communicatio, dan
bersumber dari kata communis yang berarti sama. Maksudnya adalah sama
makna. Carl I. Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai berikut: “The
process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually
verbal symbols) to modify the behavior of other individuals (communicatees).”
(Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya
lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan). Sedangkan
Jaques, berpendapat bahwa komunikasi adalah: “Communication is the sum
total of directly and indirectly consciouly and unconsciouly transmitted feeling,
attitudes, and wishes”. (Komunikasi adalah penyampaian segala macam
perasaan, sikap kehendak, baik langsung dan tidak langsung, sadar maupun
tidak sadar). Berdasarkan kedua definisi tersebut di atas dapat dijabarkan bahwa
komunikasi bukan hanya sekedar memberitahu, tapi juga mempengaruhi
seseorang/sejumlah orang untuk melakukan tindakan tertentu (merubah
perilaku orang lain). Komunikasi yang efektif adalah apabila penerima
menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh
pengirim. Apabila telah terjadi kesamaan makna dalam proses komunikasi
seperti diuraikan di atas maka akan terjadi saling pengertian antara kedua belah
pihak. Dalam proses komunikasi hal yang paling penting adalah pesan.

B. Contoh etika yang baik


Pesan secara efektif menurut Johnson (1981) ada 3 syarat yang harus dipenuhi
yaitu: (1) Kita harus mengusahakan agar pesan- pesan yang kita kirimkan mudah
dipahami; (2) Sebagai pengirim kita harus memiliki kredibilitas dimata penerima;
(3) Kita harus berusaha umpan balik secara optimal tentang pengaruh pesan kata itu
dalam diri penerima (Falimu, 2017)

Komunikator harus memiliki kredibilitas dan terampil mengirimkan pesan. Tiga


fungsi dasar yang menjadi penyebab, mengapa manusia perlu berkomunikasi,
antara lain: Pertama, adalah hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya.
Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui peluang-peluang yang ada untuk
dimanfaatkan, dipelihara dan menghindar pada hal-hal yang mengancam alam
sekitarnya. Kedua, adalah upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan
lingkungannya. Proses kelanjutan suatu masyarakat sesungguhnya tergantung
bagaimana masyarakat itu bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Ketiga, adalah
upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi. Suatu masyarakat yang
ingin mempertahankan keberadaannya, maka anggota masyarakatnya dituntut
untuk melakukan pertukaran nilai, perilaku, dan peranan. Jadi komunikasi jelas
tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat. Ia diperlukan untuk mengatur tatakrama
pergaulan antar manusia, sebab berkomunikasi dengan baik akan memberi
pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat,
apakah ia seorang dokter, dosen, manajer, pedagang, pramugari, pemuka agama,
penyuluh lapangan, pramuniaga dan lain lain sebagainnya. Pendek kata, sekarang
ini keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu yang diinginkan
termasuk karir mereka, banyak ditentukan oleh kemampuannya berkomunikasi.
Melalui komunikasi seseorang dapat mengajarkan atau memberitahukan apayang
diketahuinya kepada orang lain. Komunikasi adalah proses transmisi informasi,
gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol,
kata-kata, gambar, grafis, angka, dan sebagainya.

Komunikasi dapat memberikan gambaran bahwa komponen-komponen pendukung


komunikasi diantaranya adalah:
1. Komunikator (komunikator, source, dan sender)
2. Pesan (message)
3. Media (channel)
4. Komunikan (komunikan dan receiver)
5. Efek (effect)

Komunikasi adalah proses pertukaran makna/pesan dari seseorang kepada orang


lain dengan maksud untuk mempengaruhi orang tersebut. Manusia dalam
kehidupannya harus dan selalu berkomunikasi, namun adapun tata cara dalam
berkomunikasi atau bisa dikatakan juga etika dalam berkomunikasi merupakan hal
yang harus diperhatikan.

Etika komunikasi menjadi hal terpenting dalam menjalin hubungan yang baik antar
pribadi, organisasi maupun hubungan terhadap pelayanan perusahaan, hubungan
baik akan tercipta dengan sendirinya apabila adanya etika komunikasi. Etika
komunikasi menjadi sangat penting dalam konteks menjalin hubungan yang baik
dengan orang lain. Faktor utama dalam berkomunikasi adalah etika. Menurut
peneliti etika komunikasi itu bagaimana tutur bahasa yang sopan, nada bicara yang
lembut dan bahkan mimik wajah yang ramah ditunjukan kepada lawan bicara.
Komunikasi diperlihatkan sebagai ilmu yang berhubungan dengan berbagai macam
ilmu pengetahuan yang lain. Ini menandakan bahwa komunikasi menyentuh
berbagai macam bidang kehidupan manusia.

Komunikasi juga menyentuh aspek ilmu dalam bidang komunikasi. Apa yang
terjadi apabila nilai, gagasan, dan ide komunikasi justru tidak dikomunikasikan.
Etika komunikasi mencoba untuk mengkolaborasi standar etis yang digunakan oleh
komunikator dan komunikan.

Tujuh perspektif etika komunikasi yang bisa dilihat dalam perspektif yang
bersangkutan.
1. Perspektif politik. Dalam perspektif ini, etika untuk mengembangkan kebiasaan
ilmiah dalam praktek berkomunikasi, adil dengan memilih atas dasar kebebasan,
pengutamaan motivasi, dan menanamkan penghargaan atas perbedaan.
2. Perspektif sifat manusia. Yang paling mendasar adalah kemampuan berpikir dan
kemampuan menggunakan simbol. Ini berarti bahwa tindakan manusia yang benar-
benar manusiawi adalah berasal dari rasionalitas yang sadar atas apa yang
dilakukan dan dengan bebas untuk memilih melakukannya.
3. Perspektif dialogis. Komunikasi adalah proses transaksi dialogal dua arah. Sikap
dialogal adalah sikap setiap partisipan komunikasi yang ditandai oleh kualitas
keutamaan, seperti keterbukaan, kejujuran, kerukunan intensitas, dan lain-lainnya.
4. Perspektif situasional. Faktor situasional adalah relevansi bagi setiap penilaian
moral. Ini berarti bahwa etika memperhatikan peran dan fungsi komunikator,
standar khalayak, derajat kesadaran, tingkat urgensi pelaksanaan komunikator,
tujuan dan nilai khalayak, standar khalayak untuk komunikasi etis.
5. Perspektif utilitarian. Standar utilitarian untuk mengevaluasi cara dan tujuan
komunikasi dapat dilihat dari adanya kegunaan, kesenanagan, dan kegembiraan.
6. Perspektif legal. Perilaku komunikasi yang legal, sangat disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku dan dianggap sebagai perilaku yang etis. Komunikasi etis
bukan hanya serangakaian
keputusan yang cermat dan reflektif, satu demi satu untuk berkomunikasi dengan
cara-cara yang bertanggung jawab secara etis. Penerapan kaidah-kaidah etika
secara berhati- hati kadang-kadang tidak mungkin dilakukan.

Etika kerja adalah seperangkat perilaku yang dimiliki oleh individu atau kelompok
yang diimplementasikan dalam bekerja atau ber- aktivitas untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dengan dilandasi nilai-nilai dan norma-norma yang dianut
dengan indikator tepat waktu, jujur, memiliki motivasi untuk berkembang, bekerja
keras, bertanggung jawab, kreatif dan menghormati dan menghargai. Etika atau
filsafat moral yaitu mengacu pada kehidupan yang baik, tentang apa yang baik dan
buruk, tentang apakah ada tujuan yang benar dan salah, dan bagaimana mengetahui
Hakikat kehidupan yang baik dalam pengelolaan pendidikan khususnya pada
satuan pendidikan, pada dasarnya berkaitan dengan norma dan tata nilai kehidupan
yang telah menjadi pola anutan masyarakat yaitu etika dan moralitas. Dalam kode
etik guru disebutkan bahwa guru memelihara hubungan seprofesi, semangat
kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. Hal ini berarti bahwa guru hendaknya
menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan kerja.
Selain itu, guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan
dan kesetiakawanan sosial baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja.

Perilaku organisasi adalah ilmu perilaku manusia dalam pengaturan organisasi,


yang menghubungkan antara perilaku manusia dan organisasi. Perilaku organisasi
adalah bidang studi yang mempelajari dampak individu, kelompok, dan stuktur
yang dimiliki dalam perilakunya dalam organisasi yang bertujuan untuk
mengaplikasikan pengetahuan terhadap peningkatan efektivitas organisasi. Perilaku
organisasi mempelajari apa saja yang yang dikerjakan orang dalam organisasi dan
bagaimana perilaku dan tindakan itu bisa mempengaruhi tampilan organisasi.
Standar perilaku pendidik dalam pembelajaran meliputi kejujuran, keterbukaan, dan
demokrasi. Dalam melaksanakan sanakan tugas profesi pendidik, perlu ditetapkan
kode etik pendidik sebagai pedoman bersikap dan berperilaku dalam bentuk nilai-
nilai moral dan etika dalam jabatan sebagai pendidik putera-puteri bangsa.

Pedoman sikap dan perilaku yang dimaksud adalah nilai-nilai moral yang
membedakan perilaku pendidik yang baik dan perilaku pendidik yang buruk, yang
boleh dan yang tidak boleh dilaksanakan selama melaksanakan tugas-tugas
profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta sikap pergaulan sehari-hari di dalam
dan luar sekolah. Tugas guru membantu mengkondisikan siswa terhadap sikap,
perilaku atau kepribadian yang benar, agar mampu menjadi agen modernisasi bagi
dirinya sendiri, lingkungan, masyarakat dan siapa saja yang dijumpai tanpa harus
membedakan suku, agama, ras dan golongan.

Perilaku pendidik dipandang sebagai sumber pengaruh yang dapat memberi efek
kepada siswa. Kecerdasan emosi memberi arah perilaku guru dalam berinteraksi
dengan orang lain dan mendorong diri guru lebih mampu mengem- bangkan empati
serta menghindarkan seseorang berperilaku negatif dan menyimpang.

Profesi perlu dipahami agar tuntutan yang diberikan kepada guru bukan dianggap
sebagai beban melainkan visi yang akan dicapai guru melalui proses belajar
mengajar. Etika guru mengatur hubungan kemanusiaan antara guru dengan sekolah,
guru dengan sesama guru, guru dengan peserta didik, guru dengan lingkungannya.
Kurikulum yang sudah divalidasi bagi pimpinan merupakan suatu kebutuhan
dengan tanggung jawab seperti komunikasi, manajemen keuangan, keterampilan,
menetapkan sasaran yang tepat dengan visi yang jelas, penanganan emosi dengan
profesional dan beretika.

Tanggung jawab secara etika memberikan solusi yang terbaik, tepat dan
berkelanjutan bagi mitra masyarakat. Pentingnya memenuhi prinsip-prinsip etika
dan moral. Adanya kebutuhan dalam pengembangan kapasitas dalam menerapkan
prinsip pemikiran guna mengatasi masalah etika.

Perilaku guru merupakan penampilan dari kepribadiannya, Kepribadian dan


karakter guru yang matang dan kokoh dapat menjadi teladan dan menjadi sumber
inspirasi bagi siswanya.

Identitas dan perilaku kerja secara ideal perlu mengadopsi etika sebagai gaya hidup
untuk membentuk hal positif. Guru yang baik mendorong siswa untuk berperilaku
baik dan memberikan layanan terbaik untuk masyarakat, sementara guru pemarah
akan mengarahkan siswa melakukan penyimpangan dalam perilakunya. Proses
perubahan mampu mengindikasikan perubahan perilaku. Kedekatan tempat bekerja
berkorelasi dengan perubahan perilaku.

Perilaku tidak hanya mencakup perilaku yang dilakukan untuk memenuhi


kebutuhan akan peran dan tugas. Keyakinan guru terkait hakikat pengetahuan
memiliki kepercayaan dalam bentuk sikap, motivasi dan perilaku. Kepribadian guru
merupakan faktor penentu keberhasilan belajar siswa.

Kepribadian guru merupakan titik tumpu sebagai penyeimbang antara pengetahuan


mengenai pendidikan dan keterampilan melaksanakan profesi sebagai pendidik
terutama dalam bidang pembelajaran. Jika titik tumpu ini lemah, yaitu dalam
keadaan kepribadian guru yang tidak banyak membantu, maka pengetahuan dan
keterampilan guru tidak akan efektif digunakan, bahkan dapat merusak keseluruhan
proses dan hasil pendidikan. Kepribadian yang sehat menyangkut masalah
tanggung jawab, kesadaran moral dan etika, kemasyarakatan maupun diri sendiri.
Kepribadian sebagai kombinasi karakteristik mental yang digunakan untuk
mengklasifikasikan individu dalam perilaku dan sikap (Sadr & Jenaabadi, 2015).

Ciri-ciri kepribadian terkait dengan aspek individu dan berfungsi di tempat kerja.
Kinerja Kinerja guru tercermin dari komitmen guru terhadap tupoksi, motivasi
yang tinggi, keterampilan profesional, berorientasi budaya mutu, kerjasama tim dan
integritas tinggi yang dapat berkontribusi terhadap terwujudnya mutu pendidikan di
sekolah. Integritas guru menjadi faktor utama yang mesti ditingkatkan dan
dikedepankan agar para murid dapat meneladani sikap dan teladan hidup guru.
Untuk melandasi tujuan pendidikan nasional, diwujudkan dalam integritas pribadi
dan perilaku sehari-hari (Dianti, 2014). Pembangunan berkelanjutan secara
progresif bagi kepribadian menjadi subyek kehidupan dan subyek sosial yang
bertanggung jawab sekaligus sebagai kelompok yang berintegritas (Sarjana &
Khayati, 2017).

Sopan santun ialah suatu tingkah laku


yang amat populer dan nilai yang natural. Sopan santun yang dimaksud adalah
suatu sikap atau tingkah laku individu yang menghormati serta ramah terhadap
orang yang sedang berinteraksi dengannya. Sopan santun menurut Antoro (2010:3)
sebagaiperilaku individu yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati,
menghargai, tidak sombong dan berakhlak mulia.Perwujudan dari sikap sopan
santun ini adalah perilaku yang menghormati orang lain melalui komunikasi yang
menggunakan bahasa yang tidak meremehkan atau merendahkan orang lain. Sopan
santun secara umum adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan dalam
kelompok sosial. Norma kesopanan bersifat relatif, artinya apa yang dianggap
sebagai norma kesopanan akan berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, dan
waktu. Menurut kamus bahasa Indonesia, sopan
berarti hormat dengan tak lazim secara tertib menurut adab yang baik. Sedangkan
santun adalah halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya). Jika kedua kalimat
itu digabungkan, maka sopan santun adalah pengetahuan yang berhubungan dengan
penghormatan melalui sikap, perbuatan atau tingkah laku (Djuwita puspa, 2017).

C. Etika Dalam Bertelepon


Etika bertelepon adalah tata krama, sopan-santun tata pergaulan dalam bertelepon
(menerima-melakukan kontak telepon) yang meliputi berbicara dengan jelas, tegas,
terkesan ramah, hangat dan bersahabat. Disini dijelaskan bahwa saat kita
menelepon atau menerima telepon kita harus menggunakan bahasa yang sopan,
tegas, ramah dan lain-lain sehingga menimbulkan kesan bersahabat. Pentingnya
etika bertelepon bagi seorang administrasi perkantoran (sekretaris) perlu dilakukan
pembelajaran yang baik dan efektif. (Handayani, Studi, Administrasi, Pascasarjana,
& Surakarta, 2018)
1. Pegang gagang telepon dengan baik. ? Hal ini penting untuk menghindarkan
suara yang kita keluarkan tidak jelas.
Perhatikan juga jarak telepon, jangan terlalu dekat ataupun terlalu jauh dengan
mulut kita.
2. Usahakan nafas kita pada saat berbicara tidak terdengar seperti mendengus di
telepon. Kasihan lawan bicara kita, mbrebek (kata orang Jawa)..?
3. Ucapkan salam baik pada saat kita menelpon atau menerima telepon ?
Seperti Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore dsb. ? Bila menerima telepon di
kantor biasanya kita sebutkan identitas perusahaan, salam, nama dan kalimat bisa
dibantu.
Misal: PT Kolang-Kaling, Selamat pagi/siang/sore, dengan Dian bisa dibantu..?
4. Jangan lupa tanyakan identitas penelpon dengan kalimat ? Misal. boleh tahu
dengan Bapak/Ibu/Mas/Mbak siapa saya berbicara..?
5. Gunakan “Smiling Voice” selama pembicaraan berlangsung, bahkan sejak
pertama mengucapakan salam. ? Bagaimana sich membuat suara kita enak &
empuk didengar dan selalu seperti tersenyum..?ya kuncinya tersenyumlah selama
berbicara dan buat nada suara kita berada pada posisi suara rendah (jangan
melengking) dan menggunakan suara perut.
6. Selama pembicaraan jaga kecepatan bicara kita (pitch control) agar tidak terlalu
cepat dan terlalu lambat.
7. Simak baik-baik pesan atau kalimat yang diucapkan lawan bicara. ? Jangan
memotong pembicaraan. ? Bila perlu mencatat, siapkan selalu alat tulis di dekat
kita.
8. Apabila tidak mengerti, tidak ada salahnya kita melontarkan pertanyaan.
9. Simpulkan hal-hal penting sepanjang pembicaraan sebelum mengakhiri
pembicaraan.
10.Akhiri pembicaraan dengan pertanyaan ? Seperti,
"apakah ada lagi yang bisa kita bantu?" atau ada hal-hal penting yang terlewat
untuk disampaikan.
Bila tidak maka ucapkan terima kasih dan jangan lupa ucapkan kembali salam
11.Yang menghubungi atau menelpon adalah yang meletakkan / menutup gagang
telepon terlebih dahulu. ? Hal ini untuk menghindarkan adanya hal penting yang
mungkin belum disampaikan sepanjang pembicaraan dan telepon keburu ditutup
atau berkesan kita mentup/membanting telepon padahal lawan biacara belum
selesai berbicara.
Etika Dalam Bertelepon Bisnis
1. Hindari kata halo – Ada aturan yang mengatakan bahwa ketika menjawab
telepon bisnis, dianjurkan untuk tidak menggunakan kata halo.
a. Kata tersebut menunjukkan situasi yang tidak formal.
b. Sebagai gantinya, jawab telepon menggunakan nama perusahaan, atau
nama Anda sendiri sebagai kalimat pembuka pada saat menerima telepon.
2. Jangan membiarkan penelepon menunggu – Jika seseorang menelepon dan Anda
tidak dapat menjawab telepon tersebut, dikarenakan; berada cukup jauh dari
telepon, atau sedang melakukan sesuatu yg tidak dapat ditunda, maka mintalah
pada pengangkat telepon untuk menyampaikan bahwa penelepon dapat menelepon
beberapa waktu lagi, atau mengatakan bahwa Anda yang akan menelepon segera.
– Jangan membiarkan penelepon menunggu lebih dari 1 menit.
3. Bijak menghadapi penelepon yang ngotot – Jika telepon terlanjur disambungkan,
sementara Anda enggan menjawab, katakan dengan bijak bahwa: "Saya sangat
sibuk hingga satu atau dua jam ini. Anda bisa meninggalkan nomor telepon dan
saya akan menelepon kembali kalau kesibukan saya telah berakhir."
– Tapi, jika penelepon masih juga bersikeras untuk berbicara pada Anda, katakan
saja, " Saya benar- benar tak punya waktu untuk bicara panjang lebar kali ini.
4. Meninggalkan pesan pada Voice Mail – Jika Anda sedang sibuk dan tidak ingin
diganggu, maka cara lain mencegah untuk dihubungi adalah menyiapkan pesan
berupa voice mail pada telepon Anda.
– Pesan pada medium ini sebaiknya berisi pilihan pada penelepon. Misalnya,
meminta penelepon meninggalkan pesan, menghubungi nomor telepon lain, atau
menelepon sekretaris.
– Pesan yang Anda siapkan sebaiknya lengkap, misalnya: "Wiendy di sini, Rabu 16
september. Hari ini saya keluar kantor sepanjang hari dan tak bisa menelepon
menelepon balik sampai pukul 4 sore. Tolong tinggalkan nama, nomor telepon dan
pesan Anda. Terima kasih."
Etika Dalam Bertelepon Menggunakan Ponsel
Yang Boleh: ? Angkat telepon yang bersifat penting dan berbicara secukupnya.
Terutama saat anda sedang bekerja.
? Matikan fungsi suara atau gunakan nada getar dalam ruangan yang banyak berisi
orang.
? Gunakan handsfree saat berada di ruangan yang sibuk dan berisik. Selain
memungkinkan anda mengeliminir suara saat berbicara, menghindari terlibat
perbincangan yang mengganggu orang lain.
? Menjaga sopan santun dengan orang didekat anda, jika kebetulan anda harus
mengangkat telepon bersifat penting.
? Beritahu kepada lawan bicara anda kalo anda sedang menerapkan tata karma
dalam bertelepon.
? Gunakan ruang public sebagai area bebas ponsel, supaya tidak bising dan tidak
terjadi polusi suara.
Etika Dalam Bertelepon Menggunakan Ponsel
Yang tidak Boleh: 1. Berbicara keras-keras, usahakan menjauh dari siapapun,
jangan terlalu dekat.
2. Jangan menggunakan nada dering yang mengganggu. ? Tidak perlu pamer suara,
pilih aja nada dering yang bersahabat
3. Kalo tidak perlu, jangan menerima telepon / SMS ketika sedang berkendara,
berbahaya.
4. Jika berada ditempat umum, misalnya bank, mall, swalayan,.atau ketika sedang
menunggu diruang tunggu dokter, ......jangan sok jago dengan handphone anda.
Maksudnya jangan caper lah, kalo memang enggak ada apa-apa, jangan pura-pura
main HP, risi juga ngeliatnya.
5. Jangan melakukan pembicaraan yang bersifat emosional didepan umum.
6. Jangan mengaktifkan ponsel ditempat-tempat seperti pom bensin, bandara dan
selama dipesawat, atau ditempat-tempat yang rawan radiasi gelombang ponsel.
(Arif, 2007)

D. Etika dalam berSMS


(Short Message Service)
1. Sebaiknya SMS hanya digunakan untuk menyampaikan masalah-masalah ringan
? Yang menyangkut hal-hal biasa dan keseharian. ? Hal-hal yang agak berat,
misalnya masalah keuangan, hubungan cinta, bisnis dan tegur-teguran yang bersifat
sensitif sebaiknya tidak disampaikan melalui SMS.
2. Hal-hal yang bersifat rahasia dan pribadi ? Sebaiknya juga tidak disampaikan
melalui SMS karena rawan akan kebocoran.
3. Gunakan bahasa yang jelas, tegas namun sopan ? Jangan terlalu banyak memakai
huruf-huruf singkatan, kecuali yang sudah umum agar tidak terjadi salah tafsir.
1. Sebaiknya SMS hanya digunakan untuk menyampaikan masalah-masalah ringan
? Yang menyangkut hal-hal biasa dan keseharian. ? Hal-hal yang agak berat,
misalnya masalah keuangan, hubungan cinta, bisnis dan tegur-teguran yang bersifat
sensitif sebaiknya tidak disampaikan melalui SMS.
2. Hal-hal yang bersifat rahasia dan pribadi ? Sebaiknya juga tidak disampaikan
melalui SMS karena rawan akan kebocoran.
3. Gunakan bahasa yang jelas, tegas namun sopan ? Jangan terlalu banyak memakai
huruf-huruf singkatan, kecuali yang sudah umum agar tidak terjadi salah tafsir.
4. Perhatikan tanda baca
? Seperti titik, koma dan tanda tanya yang kalau dihilangkan dapat mengubah arti
kalimat.
? Huruf kapital / besar sebaiknya hanya digunakan untuk menegaskan atau
memperjelas suatu kata karena bila digunakan untuk seluruh isi SMS, kalimat anda
seolah “berteriak”.
Contoh Etika Dalam Ber-sms dengan Dosen
Contoh lain: (src: http://chlorophilia.wordpress.com/2010/05/03/sms-dari-
mahasiswa/)
)
– “Pak, saya/kami/kita sudah diruangan.” ? Komentar dosen: Biasanya sms macam
ini akan diabaikan. Siapa saya/kami? Alangkah baiknya jk “saya” diganti dgn
identitas anda (nama).
– “Pak, bapak ada di mana sekarang? Hari ini ke kampus gak pak?” ? Komentar
dosen: “ini siapa nak? kelas mana? ada perlu apa dengan saya?” paling males
rasanya jawab sms dari slonong-boy dan slonong-girl macam gini. Sebaiknya
minimal sebut identitas dan tujuannya.
“Assalamu’alaikum bapak dosen yg terhormat dan terCinta…” ? Komentar dosen:
Bahaya!! Dan bisa bikin illfeel.
Contoh lain: – “Pak, saya ingin tanya kalo notasi xxx ada di halaman berapa?
jelasin donk pak, dikiiiit aja…” ? Komentar dosen: rasanya ga mungkin dijelasin
via sms, bisa habis pulsa saya dan kram jempolnya. Mungkin dengan dibaca sedikit
bisa terjawab sudah.
– “ass… Pak aRiv mO tny nicH Bpk ngjar kLaz ap sLaen …. ? Truz hri ap n jm
brPa pak?” ? Komentar Dosen: Tulisan alay style, pusing saya bacanya. (Arif,
2007)

E. Etika dalam beremail


Dunia milis atau internet tentu juga tidak lepas dari tata krama atau peraturan. Biar
arus hubungan antara netter tidak kacau, maka perlu ada sebuah ketentuan.
Internet telah berhasil membentuk komunitas masyarakat tersendiri yang dalam
berkomunikasi sesama anggotanya telah menghilangkan jarak fisik, dan juga bisa
jadi tidak pernah bertemu secara fisik. Yang terjadi adalah pertukaran ide melalui
dialog dua orang atau lebih. Hadirnya berbagai fasilitas di Internet semakin
memudahkan interaksi antara masing-masing anggota masyarakat. Fasilitas
komunikasi seperti One-to-One Communication (electronic mail, chat),
memungkinkan terjalinnya komunikasi antara dua pihak dengan cepat dan biaya
yang lebih murah jika dibandingkan dengan sarana komunikasi lainnya. Dan juga
fasilitas komunikasi One-to-Many Communication (Mailing Lists/milis, NetNews)
memungkinkan sekelompok anggota masyarakat Internet untuk berdiskusi dan
saling tukar pendapat diantara mereka dengan sangat mudah. (On & Haris, 2009)
etiket/etika untuk masyarakat atau kelompok tertentu, berarti sahabat mempunyai
kesempatan untuk masuk ke dalam pergaulan sosial tersebut. Netiket berarti Etika
Dalam Dunia Internet.
Karena sebagaimana layaknya hubungan antar manusia konvensional yang
mengenal norma-norma tidak tertulis yang harus dipatuhi, dalam dunia maya
inipun norma-norma semacam itu dirasakan kebutuhannya. Ini semua tidak lain
guna menjamin kenyamanan para pemakai dalam melakukan interaksi. Terlebih di
dunia internet ini tidak terjadi tatap muka, namun terjadi interaksi yang ada kalanya
sangat aktif melebihi interaksi langsung. Untuk itulah kebutuhan akan etiket
'pergaulan' sangat relevan.
Secara praktis netiket dasar yang penting untuk diketahui disini adalah: Pertama:
Ingatlah bahwa kita berinteraksi dengan manusia.
Jangan lupa bahwa orang yang membaca email atau postingan kita benar-benar
manusia yang memiliki perasaan. Sehingga: • Hati-hati dalam melakukan balasan
(reply). Fasilitas 'Reply' dari sebagian besar program mailer biasanya akan
mengutip pesan asli yang anda terima secara otomatis ke dalam isi surat anda. Jika
harus mengutip pesan seseorang dalam jawaban email, usahakan menghapus
bagian-bagian yang tidak perlu, dan hanya menjawab bagian-bagian yang relevan
saja. Pesan yang terlalu panjang memakan file yang besar, yang membuat loading
menjadi lambat, yang berarti akan menambah beban tidak hanya pada pihak
penerima, juga pada pihak si pengirim.
• Perlakukan email secara pribadi. Jika seseorang mengirim informasi atau gagasan
buat anda secara pribadi, anda tidak sepatutnya mengirimnya ke forum umum,
seperti kelompok grup, atau mailing-list. Email pada dasarnya adalah alat
komunikasi personal.
• Jangan gunakan huruf kapital. Seperti halnya membaca suratkabar, atau surat
elektronik, membaca pesan email yang menggunakan huruf besar/kapital yang
berlebihan tidak enak dilihat. Tapi di samping itu, terutama dalam tata krama
berkomunikasi dengan e-mail/chat, penggunaan huruf besar biasanya dianggap
berteriak. Mungkin maksud anda untuk memberi tekanan aja, namun bisa berakibat
beda lho.
• Jangan membicarakan orang atau pihak lain, apalagi kejelekan-kejelakannya.
Berhati-hatilah terhadap apa yang anda tulis. Email memiliki fasilitas bernama
'Forward', yang mengizinkan si penerima akan meneruskannya (forward) ke orang
lain.
• Jangan gunakan CC. Jika anda ingin mengirim mail ke sejumlah orang (misalnya
di mailing-list), jangan cantumkan nama-nama pada kolom CC. Jika anda lakukan
hal itu, atau biasa disebut cross posting, semua orang yang menerima email yang
anda kirimkan, akan bisa melihat alamat-alamat email orang lain. Umumnya orang
tidak suka bila alamat emailnya dibeberkan di depan umum. Selalu gunakan BCC
(blind carbon copy). Dengan cara ini setiap orang hanya bisa melihat alamat
emailnya sendiri.
• Jangan sembarangan menggunakan format HTML. Jika mengirim sebuah pesan
penting ke rekan, jangan gunakan format HTML tanpa anda yakin bahwa program
email rekan, bisa memahami kode HTML. Jika tidak, maka pesan sama sekali tidak
terbaca atau kosong. Sebaiknya, gunakan plain text.
• Jangan kirim file (dalam jumlah besar) dalam bentuk attachment Peraturan email
secara internasional melarang pengiriman format melalui email, apalagi di dalam
milis. Jangan pernah bayangkan, rekan anda (atau dalam hal milis: semua anggota
milis) memiliki mailbox (atau hard disk) yang cukup. Pengiriman file yang besar,
akan membuat proses downloading menjadi lamban, dan ini jelas menambah beban
pulsa. Jika file melebihi kuota, maka proses downloading praktis terganggu. Jika ini
terjadi, anda bisa dituduh telah melakukan bomb-mail, yang di dalam dunia
internet, dianggap sebagai kriminal! Sebaiknya, minta izin dulu, bahwa anda akan
mengirim file, kalau perlu, jelaskan besaran file-nya. Jika rekan anda oke, baru bisa
mengirim attachment. Atau compress attachment tersebut.
• Jawablah secara masuk akal. Jangan menjawab dua tiga pertanyaan dalam satu
jawaban. Apalagi, menjawab pesan e-mail yang panjang lebar, dan anda menjawab
hanya satu kata: "Good." Wah, ini sangat menyebalkan. Inilah yang disebut
jawaban one liner (pesan satu baris) sesuatu yang dianggap tidak menghargai orang
yang menanya.
• Subyek mencerminkan isi. Kalo yang ini gak usah dijelasin lagi. Iya gak?
Pokoknya, ganti subyek e-mail ketika isi e-mail sudah mulai tidak sesuai dengan
topik/subyek.
• Jangan sampai menipu pembaca. Biasakan untuk menulis judul (Subject) dengan
jelas dan sesuai dengan isi pesan. Ini terutama untuk pesan pertama atau pesan
bisnis. Untuk pesan penting dan menyangkut reputasi anda, pakailah selalu alamat
surat elektronik resmi. Terlebih untuk pesan pertama ke orang yang tidak mengenal
anda, karena ada kecenderungan pemakai (terutama yang banyak menerima surat
elektronik) untuk langsung menghapus pesan tanpa melihat isi. Jangan sekali-sekali
mengirimkan pesan yang sama ke banyak orang sekaligus (untuk promosi
misalnya). Ini beresiko alamat surat elektronik anda akan dimasukkan daftar hitam
sebagai pengirim junk-email (surat sampah). Bila membalas (reply) pesan yang
panjang, hapus sebagian pesan yang lama untuk menghemat waktu pengiriman. Ini
juga akan membantu penerima untuk men- download. Sama dengan ini adalah
hindari mengirim data yang sangat besar (data gambar, dll) bersama dengan pesan.
Terlebih untuk pesan ke orang yang tidak begitu anda kenal, pakailah bahasa yang
sopan. Terlebih bila anda tidak mengetahui usia atau posisi orang yang dikirimin
pesan.
Kedua: Standar perilaku di dunia nyata berlaku pula di dunia maya.
Konsekuensinya: Jaga keetisan, melawan hukum adalah netiket yang buruk.
eBook,
Ketiga: Ketahuilah di mana anda berada di dunia maya. Maka: Netiket bervariasi
dari satu domain ke domain lainnya, Tunggulah sambil mengamati (dengan
membaca posting-posting sebelumnya) domain yang akan anda masuki sebelum
berinteraksi di dalamnya.
Keempat: Hargailah waktu dan bandwidth orang lain. Konsekuensinya: • Gak
mengapa jika anda menganggap apa yang sedang anda kerjakan saat ini merupakan
hal yang terpenting di jagad raya. Namun, jangan berharap bahwa orang lain akan
berpikiran sama.
• Kirim pesan (posting) pada grup diskusi yang sesuai. Tetaplah pada topik diskusi,
jika pesan anda tidak sesuai dengan topik yang ada, jangan kirimkan pesan tersebut.
• Usahakan untuk tidak menanyakan hal yang bodoh pada grup.
• Baca dahulu FAQ (Frequently Asked Questions) sebelum mulai bertanya. •
Gunakan email japri (jalur pribadi) untuk hal yang bersifat personal daripada
mengirimkannya kepada grup.
• Jangan membuang waktu pembaca yang sudah mahir, dengan mengirimkan
informasi yang mendasar.
• Perhatikan benar isi dan tujuan mailing-list dan hindari mengirim pesan yang
tidak berhubungan.
• Hindari mengirim pesan yang bersifat pribadi atau hanya relevan untuk beberapa
anggota.
• Ingatlah selalu bahwa anggota mailing-list adalah majemuk dan memiliki latar
belakang yang berbeda.
• Pesan anda tidak mengandung hal-hal yang berpotensi menyinggung pihak lain.
Pada saat masuk sebagai anggota mailing list, simpan baik-baik petunjuk untuk
masuk dan keluar sebagai anggota, atau minimal pastikan bahwa anda mengetahui
bagaimana cara keluar dan masuk.Ini perlu agar tidak mengirimkan pesan untuk
keluar melalui forum umum. Pesan-pesan semacam ini sangat mengganggu anggota
lain dan membebani jaringan secara keseluruhan. Dan jangan-sekali-sekali
mengirimkan pesan hanya untuk menyatakan setuju atau tidak setuju karena akan
sangat mengganggu traffic dari mailling list tersebut dan juga membebani jaringan
mailling list dan tidak semua orang akan nyaman dengan hanya melihat kata setuju
anda yang hanya beberapa kata yang tidak mempunyai manfaat apapun terhadap
penerima secara keseluruhan dan tidak semua anggota akan senang terhadap pesan-
pesan seperti ini, karena akan membuat penuh mailbox mereka.
• Point yang utama jangan samakan mailling list seperti chatting yang dapat
memperlihatkan spontanitas sahabat, karena mailing list adalah forum diskusi dan
informasi bukan forum bincang-bincang ala kadarnya.
Kelima: Jangan membuat bingung pembaca. Caranya:
• Buat email seperti kartu pos. Jaga supaya pesan singkat dan tepat saja Jangan
terlalu berlebihan dalam mengutip. Dalam membalas pesan kutiplah hanya hal yang
penting untuk dibalas.
• Tulis dan ejalah dengan benar. Tulis seperti menulis sebuah surat.
• Jaga supaya signature paling banyak empat baris saja.
• Cek ulang di Web jika anda mendapat email, misalnya tentang virus. Jika gak
pasti tentang hal tersebut, jangan meneruskan email tadi ke orang lain.
• Jangan mengirim spam! (On & Haris, 2009)

DAFTAR PUSTAKA
Arif, B. (2007). Etika Komunikasi, 21.
Djuwita puspa. (2017). Pembinaan Etika Sopan Santun Peserta Didik Kelas V Melalui
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, 10(1), 27–36.
Etika, P. (n.d.). Etika dalam berkomonikasi.
Falimu. (2017). Etika Komunikasi Pegawai Terhadap Pelayanan Penerbitan Pajak Bumi
Dan Bangunan. Jurnal Komunikator, 9(1), 9–16.
Handayani, S. R. I., Studi, P., Administrasi, M., Pascasarjana, S., & Surakarta, U. M.
(2018). PADA MATA PELAJARAN KORESPONDENSI KELAS X AP 1 SMK N 6
SURAKARTA.
Handiyani, H. (2017). Etika Penulisan Karya Ilmiah Keperawatan. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 7(1), 36–39. https://doi.org/10.7454/jki.v7i1.131
On, P., & Haris, D. (2009). PANDUAN ETIKA DALAM MAILING LIST /, 1–8.
Prasanti, D. (2017). Etika Komunikasi Dalam Media Sosial Bagi Ibu-, 10(1), 21–34.
Sarjana, S., & Khayati, N. (2017). Pengaruh Etika, Perilaku, Dan Kepribadian Terhadap
Integritas Guru. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 1(3), 379.
https://doi.org/10.24832/jpnk.v1i3.450

Anda mungkin juga menyukai