Selain itu dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin ethicus
yang berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila sesuai dengan
kebiasaan masyarakat. Pengertian lain tentang etika ialah sebagai studi atau ilmu yang
membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana
pula yang dinilai buruk. Etika juga disebut ilmu normatif, maka dengan sendirinya
berisi ketentuan-ketentuan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai tingkah
laku yang baik atau buruk (githahanafi.blogspot.co.id).
Etimologis, kata “Etika” berasal dari bahasa Yunani “ethos”. Kata yang berbentuk
tunggal ini berarti “adat atau kebiasaan”. Bentuk jamaknya “ ta etha” atau “ta ethe”
artinya adat kebiasaan, sehingga etika merupakan sebuah teori tentang perbuatan
manusia, yang ditimbang menurut baik dan buruknya atau sebuah ilmu yang
menyelidiki mana yang bak dan mana yang buruk, dengan memperhatikan akal pikiran
(Setiyani, 2013). Etika komunikasi adalah ilmu yang memperhatikan baik buruknya
cara berkomunikasi. Etika komunikasi memperhatikan kejujuran dan terus terang,
keharmonisan hubungan, pesan yang tepat, menghindai kecurangan, konsistensi antara
pesan verbal maupun non-verbal serta memperhatikan apakah para komikator
memotong suatu pembicaraan atau tidak. Etika komunikasi menjadi sangat penting
menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain
disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur
kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam
komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak
baik.
4. Komunikasi tepat
a. Tidak diperkenankan menganjurkan sesuatu yang kita secara pribadi
sebenarnya juga tidak percaya.
b. Menggunakan data palsu, data yang sengaja dirancang untuk menojolkan
kesan tertentu
c. Tidak diperkenankan menjadikan orang lain target sasaran
d. Tidak diperkenankan memberikan informasi yang tidak benar (Etika, n.d.)
Etika komunikasi menjadi hal terpenting dalam menjalin hubungan yang baik
antar pribadi, organisasi maupun hubungan terhadap pelayanan di instansi
pemerintahan. Hubungan baik akan tercipta dengan sendirinya apabila adanya
etika komunikasi. Etika komunikasi menjadi sangat penting dalam konteks
menjalin hubungan yang baik dengan orang lain (Falimu, 2017).
Etika komunikasi yakni etika komunikasi yang terjadi dan berlangsung dalam
kantor (office communication). Dengan terciptanya etika komunikasi timbal
balik yang baik antara pimpinan dan pegawai, maka akan menimbulkan
produktivitas kerja yang baik pula. Dengan kata lain tanpa adanya komunikasi,
maka pekerjaan di instansi pemerintahan akan menjadi tidak sesuai dengan
rencana yang sudah ditetapkan sehingga tujuan- tujuan yang diharapkan tidak
akan tercapai (Falimu, 2017).
Komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Communication dan dalam bahasa
latin berasal dari kata Communicatus yang artinya berbagi atau menjadi milik
bersama. Dengan demikian menurut Lexicographer salah satu ahli kamus
bahasa, mengartikan komunikasi yang menunjuk pada suatu upaya yang
bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Istilah komunikasi dalam
bahasa Inggris yaitu communication, berasal dari kata Latin communicatio, dan
bersumber dari kata communis yang berarti sama. Maksudnya adalah sama
makna. Carl I. Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai berikut: “The
process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually
verbal symbols) to modify the behavior of other individuals (communicatees).”
(Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya
lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan). Sedangkan
Jaques, berpendapat bahwa komunikasi adalah: “Communication is the sum
total of directly and indirectly consciouly and unconsciouly transmitted feeling,
attitudes, and wishes”. (Komunikasi adalah penyampaian segala macam
perasaan, sikap kehendak, baik langsung dan tidak langsung, sadar maupun
tidak sadar). Berdasarkan kedua definisi tersebut di atas dapat dijabarkan bahwa
komunikasi bukan hanya sekedar memberitahu, tapi juga mempengaruhi
seseorang/sejumlah orang untuk melakukan tindakan tertentu (merubah
perilaku orang lain). Komunikasi yang efektif adalah apabila penerima
menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh
pengirim. Apabila telah terjadi kesamaan makna dalam proses komunikasi
seperti diuraikan di atas maka akan terjadi saling pengertian antara kedua belah
pihak. Dalam proses komunikasi hal yang paling penting adalah pesan.
Etika komunikasi menjadi hal terpenting dalam menjalin hubungan yang baik antar
pribadi, organisasi maupun hubungan terhadap pelayanan perusahaan, hubungan
baik akan tercipta dengan sendirinya apabila adanya etika komunikasi. Etika
komunikasi menjadi sangat penting dalam konteks menjalin hubungan yang baik
dengan orang lain. Faktor utama dalam berkomunikasi adalah etika. Menurut
peneliti etika komunikasi itu bagaimana tutur bahasa yang sopan, nada bicara yang
lembut dan bahkan mimik wajah yang ramah ditunjukan kepada lawan bicara.
Komunikasi diperlihatkan sebagai ilmu yang berhubungan dengan berbagai macam
ilmu pengetahuan yang lain. Ini menandakan bahwa komunikasi menyentuh
berbagai macam bidang kehidupan manusia.
Komunikasi juga menyentuh aspek ilmu dalam bidang komunikasi. Apa yang
terjadi apabila nilai, gagasan, dan ide komunikasi justru tidak dikomunikasikan.
Etika komunikasi mencoba untuk mengkolaborasi standar etis yang digunakan oleh
komunikator dan komunikan.
Tujuh perspektif etika komunikasi yang bisa dilihat dalam perspektif yang
bersangkutan.
1. Perspektif politik. Dalam perspektif ini, etika untuk mengembangkan kebiasaan
ilmiah dalam praktek berkomunikasi, adil dengan memilih atas dasar kebebasan,
pengutamaan motivasi, dan menanamkan penghargaan atas perbedaan.
2. Perspektif sifat manusia. Yang paling mendasar adalah kemampuan berpikir dan
kemampuan menggunakan simbol. Ini berarti bahwa tindakan manusia yang benar-
benar manusiawi adalah berasal dari rasionalitas yang sadar atas apa yang
dilakukan dan dengan bebas untuk memilih melakukannya.
3. Perspektif dialogis. Komunikasi adalah proses transaksi dialogal dua arah. Sikap
dialogal adalah sikap setiap partisipan komunikasi yang ditandai oleh kualitas
keutamaan, seperti keterbukaan, kejujuran, kerukunan intensitas, dan lain-lainnya.
4. Perspektif situasional. Faktor situasional adalah relevansi bagi setiap penilaian
moral. Ini berarti bahwa etika memperhatikan peran dan fungsi komunikator,
standar khalayak, derajat kesadaran, tingkat urgensi pelaksanaan komunikator,
tujuan dan nilai khalayak, standar khalayak untuk komunikasi etis.
5. Perspektif utilitarian. Standar utilitarian untuk mengevaluasi cara dan tujuan
komunikasi dapat dilihat dari adanya kegunaan, kesenanagan, dan kegembiraan.
6. Perspektif legal. Perilaku komunikasi yang legal, sangat disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku dan dianggap sebagai perilaku yang etis. Komunikasi etis
bukan hanya serangakaian
keputusan yang cermat dan reflektif, satu demi satu untuk berkomunikasi dengan
cara-cara yang bertanggung jawab secara etis. Penerapan kaidah-kaidah etika
secara berhati- hati kadang-kadang tidak mungkin dilakukan.
Etika kerja adalah seperangkat perilaku yang dimiliki oleh individu atau kelompok
yang diimplementasikan dalam bekerja atau ber- aktivitas untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dengan dilandasi nilai-nilai dan norma-norma yang dianut
dengan indikator tepat waktu, jujur, memiliki motivasi untuk berkembang, bekerja
keras, bertanggung jawab, kreatif dan menghormati dan menghargai. Etika atau
filsafat moral yaitu mengacu pada kehidupan yang baik, tentang apa yang baik dan
buruk, tentang apakah ada tujuan yang benar dan salah, dan bagaimana mengetahui
Hakikat kehidupan yang baik dalam pengelolaan pendidikan khususnya pada
satuan pendidikan, pada dasarnya berkaitan dengan norma dan tata nilai kehidupan
yang telah menjadi pola anutan masyarakat yaitu etika dan moralitas. Dalam kode
etik guru disebutkan bahwa guru memelihara hubungan seprofesi, semangat
kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. Hal ini berarti bahwa guru hendaknya
menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan kerja.
Selain itu, guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan
dan kesetiakawanan sosial baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja.
Pedoman sikap dan perilaku yang dimaksud adalah nilai-nilai moral yang
membedakan perilaku pendidik yang baik dan perilaku pendidik yang buruk, yang
boleh dan yang tidak boleh dilaksanakan selama melaksanakan tugas-tugas
profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta sikap pergaulan sehari-hari di dalam
dan luar sekolah. Tugas guru membantu mengkondisikan siswa terhadap sikap,
perilaku atau kepribadian yang benar, agar mampu menjadi agen modernisasi bagi
dirinya sendiri, lingkungan, masyarakat dan siapa saja yang dijumpai tanpa harus
membedakan suku, agama, ras dan golongan.
Perilaku pendidik dipandang sebagai sumber pengaruh yang dapat memberi efek
kepada siswa. Kecerdasan emosi memberi arah perilaku guru dalam berinteraksi
dengan orang lain dan mendorong diri guru lebih mampu mengem- bangkan empati
serta menghindarkan seseorang berperilaku negatif dan menyimpang.
Profesi perlu dipahami agar tuntutan yang diberikan kepada guru bukan dianggap
sebagai beban melainkan visi yang akan dicapai guru melalui proses belajar
mengajar. Etika guru mengatur hubungan kemanusiaan antara guru dengan sekolah,
guru dengan sesama guru, guru dengan peserta didik, guru dengan lingkungannya.
Kurikulum yang sudah divalidasi bagi pimpinan merupakan suatu kebutuhan
dengan tanggung jawab seperti komunikasi, manajemen keuangan, keterampilan,
menetapkan sasaran yang tepat dengan visi yang jelas, penanganan emosi dengan
profesional dan beretika.
Tanggung jawab secara etika memberikan solusi yang terbaik, tepat dan
berkelanjutan bagi mitra masyarakat. Pentingnya memenuhi prinsip-prinsip etika
dan moral. Adanya kebutuhan dalam pengembangan kapasitas dalam menerapkan
prinsip pemikiran guna mengatasi masalah etika.
Identitas dan perilaku kerja secara ideal perlu mengadopsi etika sebagai gaya hidup
untuk membentuk hal positif. Guru yang baik mendorong siswa untuk berperilaku
baik dan memberikan layanan terbaik untuk masyarakat, sementara guru pemarah
akan mengarahkan siswa melakukan penyimpangan dalam perilakunya. Proses
perubahan mampu mengindikasikan perubahan perilaku. Kedekatan tempat bekerja
berkorelasi dengan perubahan perilaku.
Ciri-ciri kepribadian terkait dengan aspek individu dan berfungsi di tempat kerja.
Kinerja Kinerja guru tercermin dari komitmen guru terhadap tupoksi, motivasi
yang tinggi, keterampilan profesional, berorientasi budaya mutu, kerjasama tim dan
integritas tinggi yang dapat berkontribusi terhadap terwujudnya mutu pendidikan di
sekolah. Integritas guru menjadi faktor utama yang mesti ditingkatkan dan
dikedepankan agar para murid dapat meneladani sikap dan teladan hidup guru.
Untuk melandasi tujuan pendidikan nasional, diwujudkan dalam integritas pribadi
dan perilaku sehari-hari (Dianti, 2014). Pembangunan berkelanjutan secara
progresif bagi kepribadian menjadi subyek kehidupan dan subyek sosial yang
bertanggung jawab sekaligus sebagai kelompok yang berintegritas (Sarjana &
Khayati, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Arif, B. (2007). Etika Komunikasi, 21.
Djuwita puspa. (2017). Pembinaan Etika Sopan Santun Peserta Didik Kelas V Melalui
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, 10(1), 27–36.
Etika, P. (n.d.). Etika dalam berkomonikasi.
Falimu. (2017). Etika Komunikasi Pegawai Terhadap Pelayanan Penerbitan Pajak Bumi
Dan Bangunan. Jurnal Komunikator, 9(1), 9–16.
Handayani, S. R. I., Studi, P., Administrasi, M., Pascasarjana, S., & Surakarta, U. M.
(2018). PADA MATA PELAJARAN KORESPONDENSI KELAS X AP 1 SMK N 6
SURAKARTA.
Handiyani, H. (2017). Etika Penulisan Karya Ilmiah Keperawatan. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 7(1), 36–39. https://doi.org/10.7454/jki.v7i1.131
On, P., & Haris, D. (2009). PANDUAN ETIKA DALAM MAILING LIST /, 1–8.
Prasanti, D. (2017). Etika Komunikasi Dalam Media Sosial Bagi Ibu-, 10(1), 21–34.
Sarjana, S., & Khayati, N. (2017). Pengaruh Etika, Perilaku, Dan Kepribadian Terhadap
Integritas Guru. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 1(3), 379.
https://doi.org/10.24832/jpnk.v1i3.450