Anda di halaman 1dari 8

Anjuran Umat Rasulullah Untuk Terapi Bekam (‫ ;الحجامة‬Al-Hijamah)

Oleh

Rachma Dina Firdaus, A. Md. Kep

Metode kesehatan yang turun temurun dari baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah
bekam. Menurut Wikipedia Bekam atau dalam bahasa Arab ‫ الحجامة‬disebut al-hijamah , ialah
metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah statis (kental) yang mengandung toksin dari
dalam tubuh manusia. Masa kini sering disebut dengan Treatment,cara bekam itu sendiri ialah
dengan melakukan pemvakuman di kulit dan pengeluaran darah darinya. Sebagaimana Sayyidina
Ali bin Abi Thalib berujar: ''Jibril datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam
dengan perintah berbekam pada titik al-akhdain (urat leher) dan al-kahil (pundak),'' (Ad-Dailami).
Era Revolusi 4.0 di perlukan media pengobatan yang mengaitkan dengan ajaran Islam yang
dinamakan Sunnah. Riwayat lain dari Shuhaib, Rasulullah bersabda, ''Berbekamlah di tengah
tengkuk karena hal itu dapat menyembuhkan 72 macam penyakit.''. menurut amin samiasih dkk,
(2013) Migren kejadiannya mulai meningkat. Kejadian terbanyak pada perempuan usia 35-45
tahun. Keadaan migren sangat mengganggu belajar, bekerja dan aktifitas sehari-hari, sehingga
menurunkan kualitas hidup pasien. Bekam basah adalah teknik pengobatan komplementer, telah
menurunkan nyeri pada 66% pasien nyeri kepala begitu meakjubkannya pengobatan bekam yang
di anjurkan oleh Rasulullah. Jelasnya untuk bekam itu sendiri saat ini mulai nge-tren di kalangan
pelayanan kesehatan dengan salah satunya yaitu pengobatan komplementer.
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Ahmadi A 2008 The Efficacy of WetCupping in
the Treatment of Tension and Migraine Headache, hasil bekam basah menunjukkan peningkatan
gejala klinik yang relevan untuk tindakan utama pada pasien nyeri. Tahun 2009 Khosro Farhadi
The effectiveness of wet-cupping for nonspecific low back pain in Iran: A randomized controlled
trial, dengan hasil penelitian pasien yang dilakukan bekam basah menunjukkan gejala klinik
penurunan nyeri belakang yang signifikan setelah 3 bulan terapi. Kontribusi penelitian ini pada
ilmu keperawatan dan kesehatan adalah menambah referensi terapi komplementer bekam basah
untuk penyembuhan pasien migren. Kontribusi yang berdampak nasional adalah peningkatan
meningkatkan kualitas hidup pasien yang berdampak pada produktifitas kerja migren. Dampak
secara tidak langsung adalah peningkatan ekonomi pasien migren karena produktifitas kerjanya
meningkat dan biaya perawatan menurun. Pendekatan kritis dan konseptual yang peneliti gunakan
adalah beberapa faktor predisposisi menyebabkan hipereksitasi korteks serebri abnormal yang
menstrimulus cortical spreading depression. Gangguan distribusi ion intravaskuler dan
ekstravaskuler menyebabkan penurunan aliran darah dan menyebabkan aktivasi sistem
trigeminovaskular. Mediator vasoaktif dan neurotransmitter, serta nosiceptor disekresi sehingga
terjadi: vasodilatasi pembuluh darah kranial, inflamasi serebral, aktivasi sensitisasi perifer dan
sensitisasi sentral. Hal tersebutlah yang menyebabkan migren. Bekam basah diharapkan dapat
mengendalikan proses pelepasan mediator vasoaktif (NO,TNFα,VEGF), neurotransmitter,
nosiceptor (serotonin, endorprin, prostaglandin), neurogenic. inflamation , sensitisasi perifer
(ATP, ion K, NGF) dan sensitisasi sentral (NMDA, AMPA) sehingga tidak terjadi migren.
Mekanisme lain gate control theory terjadi karena hisapan bekam dan sayatan dapat menyibukkan
saraf yang mentransmisikan sinyal rasa nyeri ke otak sehingga paisen tidak merasakan nyeri lagi.
Isapan dan sayatan bekam dapat menstimulus pengeluaran endorfin, enkefalin yang berperan
mengurangi sensitivitas nyeri. (Theoharides, 2006 & Sharaf AR, 2012).
Diskusi dilakukan dengan hasil Kualitas hidup social humaniora pasien Migren sebelum
dilakukan Bekam Basah. Hipereksitasi korteks serebri abnormal menstrimulus cortical spreading
depression. Gangguan distribusi ion intravaskuler dan ekstravaskuler menyebabkan penurunan
aliran darah dan menyebabkan aktivasi sistem trigeminovaskular. Mediator vasoaktif dan
neurotransmitter, serta nosiceptor disekresi sehingga terjadi: inflamasi serebral, aktivasi sensitisasi
perifer dan sensitisasi sentral. Hal tersebutlah yang menyebabkan migren. Migren sering
mengganggu dikarenakan nyeri berdenyut, disertai mual, tidak nafsu makan, sensitif terhadap
cahaya, suara dan bau- bauan. Keadaan migren sangat mengganggu bekerja dan aktifitas
seharihari, sehingga menurunkan Activity daily living (ADL) pasien. Berdasarkan usia dan
pekerjaannya pasien dalam penelitian ini termasuk usia produktif bekerja. Migren menganggu
aktivitas yang menyebabkan pasien ingin selalu tidur, tidak bisa melakukan aktivitas rumah
tangga, sulit beronsentrasi dan hubungan sosialpun juga terganggu karena kecederungan mudah
(Samiasih & Hartiti, 2013). Dalam hal ini membuat penulis sangat antusias dengan perkembangan
bekam dengan di telitinya oleh pakar dan ahli yang hebat.
Prosedur penelitian dengan bekam basah yang prosedurnya meliputi: 1) Pundak dan punggung
pasien olesi minyak zaitun. 2) Tentukan daerah pembekaman yaitu tonjolan tulang leher belakang
nomer 7 ( processus spinosus vertebrae cervicalis VII) al kahil, antara bahu (acromion) kanan dan
kiri, setinggi pundak al katifain. 3) Cup diletakkan dititik pembekaman. 4) Lakukan penghisapan
cup dengan alat hisap Bekam selama 5 menit.5) Gunakan Hand Schoon steril. 6) Lakukan insisi
superfisial pada daerah pembekaman menggunakan pisau bedah ukuran 15-22. 7) Lakukan
penghisapan cup dengan alat hisap Bekam selama 15 menit. 8) Bersihkan daerah pembekaman
dengan kassa steril. 9) Ulangi lakukan penghisapan cup dengan alat hisap Bekam selama 5 menit.
10) Bersihkan daerah pembekaman dengan kassa steril, olesi dengan minyak zaitun.11) Prosedur
pengukuran kualitas hidup sosial humaniora pasien Migren
Indonesian Journal of Nursing Research, Vol 1 No 2, November 2018, mengungkapkan Jenis
penyakit makin lama makin beragam dan komplek, oleh karena itu penyatuan dua metode
pengobatan yang memiliki konsep dasar berbeda antara pengobatan timur dan ilmu kedokteran
barat sangat diperlukan. Terapi komplementer merupakan terapi yang mana caranya beda dari
dunia kedokteran yang pengobatannya dengan obat kimia atau operasi. Salah satu upaya yang
dilakukan dalam pengobatan komplementer adalah mengedepankan terapi komplementer berupa
pemanfaatan “pengobatan tradisional” yang sudah ada, sebagai bagian dari upaya pelayanan
professional yang ditujukan kesehatan tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif dengan
menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan pemecahan masalah. Terapi komplementer
dapat dilakukan oleh perawat selain dokter maupun praktisi terapi. Intervensi keperawatan secara
mandiri yang mana fungsinya secara holistik, perawat dalam merawat pasien secara holistik yaitu
secara bio, psiko, sosio, cultural dan spirutal tak lain adalah terapi komplementer. Klasifikasi dari
terapi komplementer antara lain tindakan untuk tubuh dan pikiran, pengobatan alternative, cara
penyembuhan manual (manual healing methods), pengobatan farmakologi dan biologi
(pharmacologic and biologic treatment), diet dan nutrisi untuk pencegahan, cara lain dalam
diganosa dan pengobatann (unclasified diagnostic and treatment methods).
Bekam merupakan cara lain dalam diagnosa dan pengobatan (unclasified diagnostic and treatment
methods). Sejak zaman nabi Musa AS, bekam sudah ada dan sekarang berkembang di seluruh
penjuru dunia. Nama lain bekam adalah hijamah yang artinya pengeluaran atau penghisapan darah
dengan cara tertentu dengan alat khusus yang kemudian dikeluarkan dari kulit dengan penusukan
dengan alat tertentu yang kemudian di cup kembali. Bekam merupakan metode pengobatan dengan
cara menggunakan alat yang disebut cup. Manfaat bekam bisa sebagai pengeluaran racun dari
dalam tubuh dan efektif sebagai terapi komplementer untuk macam-macam penyakit. Bekam yang
dilakukan pada satu titik atau poin pada tubuh, kutis, subkutis, fasia, serta otot akan terjadi
kerusakan dari mast cell, akibat dari kerusakan tersebut akan dilepaskan beberapa zat seperti
serotonin, histamin, brandkinin, slowreacing substance, yang mana zat-zat tersebut dapat
menyebabkan dilatasi kapiler dan arteriol serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi
kapiler dapat terjadi di tempat yang jauh dari tempat pembekaman yang menyebabkan terjadinya
perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah, akibatnya akan menimbulkan efek relaksasi otot-otot
yang kaku serta menurunkan tekanan darah secara stabil. Tujuan untuk mereview penelitian-
penelitian tentang terapi komplementer yang dapat digunakan sebagai terapi penurunan tekanan
darah tinggi atau hipertensi, antara lain bekam basah (Astuti, 2018).
Bekam atau al-hijamah yaitu metode penyembuhan penyakit dengan membuang racun dalam
tubuh melalui pengeluaran angina tau darah yang diambil dari permukaan kulit. Bekam yang
dilakukan pada satu titik atau poin pada tubuh, maka kutis, subkutis, fasia, serta otot akan terjadi
kerusakan dari mast cell, akibat dari kerusakan tersebut akan dilepaskan beberapa zat seperti
serotonin, histamine, brandkinin, slowreacing substance, yang mana zat-zat tersebut dapat
menyebabkan dilatasi kapiler dan arteriol serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi
kapiler dapat terjadi di tempat yang jauh dari tempat pembekaman yang mana menyebabkan
terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah, akibatnya akan menimbulkan efek relaksasi
otot-otot yang kaku serta menurunkan tekanan darah secara stabil. Penelitian yang dilakukan alfian
(2015) pada 25 responden dengan kategori umur pasien terbanyak umur 55-46 tahun, dengan jenis
kelamin terbanyak adalah laki-laki 15 orang dan perempuan 10 orang. pasien hipertensi sebelum
dilakukan bekam dianjurkan untuk beristirahat selama 25-30 menit lalu mengukur tekanan darah
dan selanjutnya pasien mulai di bekam basah 1 kali, setelah dilakukan bekam basah pasien
beristirahat 10-15 menit kemudian pasien diukur tekanan darahnya, kemudian dilakukan
pengukuran tekanan darah ulang selang 5-10 menit. Hasil dari penelitian bahwa bekam yang
dilakukan pada pasien hipertensi mengalami adanya perubahan pada tekanan darah sistolik dan
diastolik. Dengan nilai p< 0,05, penelitian ini berjumlah 20 responden dengan karakteristik usia
46-65 tahun dan sebagian responden 65 % adalah perempuan dan 35% adalah laki-laki.
Pengukuran tekanan darah awal dilakukan sebelum bekam, bekam dilakukan satu kali untuk setiap
responden selama penelitian, setelah pembekaman pasien diberikan minuman untuk memulihkan
energy, seperti minuman jahe hangat, air putih atau air campur madu. Sebelum dilakukan terapi
bekam tekanan darah sistol 153,10 mmHg dan setelah dilakukan terapi bekam sistol 143,10 mmHg
yang mana terpaut 10 mmHg, sedangkan tekanan darah diastolik sebelum terapi bekam 94,50
mmHg dan setelah terapi bekam tekanan darah diastolic 89,60 ini artinya terpaut 5 mmHg.
Penelitian Zarei (2012) bertujuan untuk mengetahui pemberian bekam pada pasien hipertensi
dengan 42 responden,dilakukan selama 2 minggu, rata-rata umur responden 39-60 tahun, dengan
perbandingan jenis kelamin laki-laki 52,4% (22) perempuan 47,6% (21) dengan satu kelompok
intervensi dan satu kelompok control, pada kelompok control hanya diberikan resep obat anti
hipertensi. Hasil penelitian didapatkan masingmasing kelompok menunjukkan hasil yang
signifikan, kelompok intervensi menunjukkan sistolik 9.71±10.8 kelompok kontrol - 0.19±15.4,
diastolik kelompok intervensi 0.57±5.3 kelompok kontrol 1.14±10.1. Perbedaan hasil pada
tekanan darah sistolik dan diastolik tergantung dari factor-faktor yang mempengaruhinya. Peneliti
systematic review juga sadar bahwa dari ketiga jurnal ada yang tidak sama dalam persiapan bekam
maupun setelah dilakukan bekam, namum hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolic
dari ketiga jurnal menunjukkan hal yang sama yatu bekam berpengaruh pada tekanan darah sistolik
dan diastolik. Dua penelitian menunjukkan penurunan darah sistolik 10 mmHg sedangkan
diastolik 2 mmHg, yang artinya jika bekam dilakukaan rutin tiap bulannya maka bisa
menyetabilkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan
karakteristik penelitian dan karakteristik responden yang lebih spesifik sehingga hasil penelitian
lebih valid dan terpercaya. Hasil menunjukkan betapa bekam saat ini begitu popular untuk
menangani beberapa penyakit sesuai hadist yang di terangkan di atas.
NurseLine Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2019 mengatakan Evaluasi efektivitas terapi bekam terhadap
penurunan tekanan darah diduga dipengaruhi variasi teknik terapi bekam. Tujuan penelitian ini
adalah untuk membuktikan secara ilmiah tentang efektivitas jumlah kop, durasi dan lokasi titik
terapi bekam dengan penurunan nilai tekanan darah pada pasien di Klinik Keperawatan Sehat
Migoenani Klaten. Hasil studi pendahuluan di Klinik Sehat Migoenani Klaten, didapatkan bahwa
pasien menerima terapi bekam dengan jumlah dan lokasi titik bekam yang berbeda. Hal ini terjadi
karena adanya keinginan pasien untuk dilebihkan jumlah titik bekamnya dan adanya persepsi
perawat pelaksana yang memutuskan adanya penambahan jumlah dan lokasi titik terapi bekam
setelah melihat kondisi pasiennya. Atas dasar tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih dalam
untuk menemukan efek dari perbedaan jumlah dan lokasi titik terapi bekam pada tekanan darah.
penderita gangguan fungsi kardiovaskuler, dimana penyakit kardiovaskuler data ditimbulkan dari
akibat penyakit hipertensi dan
arterosklerosis akibat dari peningkatan kolesterol maupun gula darah (Sari, Sari, & Pratiwi, 2018).
Jika riwayat penyakit tersebut dibiarkan akan menimbulkan penyakit stroke (Darotin, Nurdiana,
& Nasution, 2017). Terapi bekam merupakan istilah bekam yang dikenal dalam bahasa Melayu,
bahasa Arab mengenalnya sebagai Hijamah, dan orang Cina mengenalnya sebagai guasha,
sedangkan orang In- donesia mengenalnya sebagai cantuk atau kop (Al- Shamma & Razzaq, 2009;
Sarkosih, 2012). Terapi ini diyakini oleh masyarakat Islam di Indonesia sebagai metode yang
dianjurkan oleh Nabi untuk mengobati berbagai kondisi penyakit. Terapi bekam juga digunakan
oleh para praktisi untuk menegakkan diagnosa penyakit pasien (Kasmui, 2006). Terapi bekam
berperan mengurangi tekanan
darah (Akbar & Mahati, 2013; Kamaluddin et al., 2010), kadar lemak dan kolesterol berbahaya
atau Low Density Lipid (LDL) dalam darah maupun yang mengendap di dinding pembuluh darah
sehingga mengurangi penyumbatan pembuluh darah (S. El Sayed et al., 2013; Kasmui, 2006).
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa terapi bekam dapat menurunkan rerata nilai sistol hingga
9,71±10,8 mmHg dan pada diastol 0,57±5,3 mmHg (Zarei, Hejazi, Javadi, Javadi, & Farahani,
2012). Mekanisme terapi bekam basah dapat
menurunkan tekanan darah dengan cara mengeluarkan darah yang terkontaminasi toksin atau
oksidan dari dalam tubuh melalui permukaan kulit ari (Shekarforoush et al., 2012). Dalam istilah
medis dikenal dengan istilah “Oxidant Release Therapy” atau “Oxidant Drainage Therapy” atau
istilah yang lebih populer adalah “detoksifikasi” (Kasmui, 2006). Mekanisme lainnya dengan cara
meningkatkan suplai darah menuju ke lapisan bagian dalam endothelium yang berperan untuk
memproduksi zat nitritoksida (en- dothelium-derived relaxing factor) yang berfungsi untuk
membantu peregangan dan pelebaran dinding pembuluh darah (Sharaf, 2012). Kadar atau tingkat
efektivitas dari kedua
mekanisme tersebut dipengaruhi oleh jumlah kop, durasi dan lokasi titik terapi bekam. Efektifitas
terapi ditinjau dari jumlah kop yang ditentukan oleh jenis dan ukuran yang digunakan (Bentley &
Gabriel, 2006; Tham, Lee, & Lu, 2005). Ukuran kop pada penelitian tersebut bervariasi tergantung
dari lokasi tubuh responden. Rentang diameter kop bekam di antara 2,5-6 2,5-6 cm.
Durasi terapi bekam secara keseluruhan dari
tahapan bekam kering hingga pembersihan darah dari bekam basah di antara 25-30 menit. Adapun
durasi bekam basah sekitar 5-10 menit, dan tidak disarankan lebih dari 10 menit (S. M. El Sayed
et al., 2014). Beberapa efek samping dari bekam basah pada jaringan kulit adalah munculnya
eritema, bengkak dan bula jika dilakukan tidak dengan hati-hati (Al-rubaye, 2012).
“Banyak ayat Alquran yang berhubungan dengan ilmu kedokteran apalagi bekam adalah sunah
yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW,” kata Wahyudi, dilansir Okezone dari laman Suara
Muhammadiyah.

Kesimpulan
Bekam adalah pengobatan komplementer yang dapat bersaing di dunia kesehatan dengan
kaya manfaat selain untuk pengobatan juga menjaga kesehatan seseorang. Rata-rata gangguan
ADL pasien Migren sebelum dilakukan bekam 73.40, termasuk Migren berdampak parah pada
ADL. Hal ini menunjukkan kualitas hidup sosial humaniora buruk. Rata-rata gangguan ADL
pasien Migren 1 minggu setelah dilakukan bekam 52.67, termasuk Migren berdampak ringan pada
ADL. Hal ini menunjukkan kualitas hidup sosial humaniora sedang.
ketiga penelitian didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan hasil akhir pengukuran dan
penilaian tekanan darah sistolik dan diatolik, yangmana ketiga penilitian menunjukkan hasil yang
signifikan, meskipun dalam pelaksanaan sebelum bekam dan setelah bekam berbeda. Implikasi
bagi perawat dan peniliti lainnya berkaitan dengan topik tentang bekam dan tekanan darah tinggi
adalah melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengukur seberapa besar efektifitaskah bekam
dalam menurunkan tekanan darah dengan metode dan karakteristik responden yang lebih spesifik
dan baik. Bekam dilakukan pada satu titik atau poin pada tubuh, kutis, subkutis, fasia, serta otot
akan terjadi kerusakan dari mast cell, akibat dari kerusakan tersebut akan dilepaskan beberapa zat
seperti serotonin, histamine, brandkinin, slow reacing substance, yang mana zat-zat tersebut dapat
menyebabkan dilatasi kapiler dan arteriol serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi
kapiler dapat terjadi di tempat yang jauh dari tempat pembekaman yang mana menyebabkan
terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah, akibatnya akan menimbulkan efek relaksasi
otot-otot yang kaku serta menurunkan tekanan darah secara stabil. Tujuan penelitian ini untuk me-
review bekam basah terhadap perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien
hipertensi. Metode dalam studi ini adalah systematic review, dengan mencari artikel menggunakan
database dari Ebsco dan Google Scholar. Kriteria inklusi yaitu penelitian dengan randomized
controlled trial, quasy experiment, responden adalah pasien yang memiliki gejala hipertensi pada
awal pengukuran dan tidak menggunakan obat yang dapat mempengaruhi tekanan darah,
intervensi yang digunakan adalah tindakan terapi bekam basah, hasil yang diinginkan adalah
adanya perubahan dalam hasil akhir pengukuran tekanan darah dan artikel studi primer yang
digunakan antara tahun 2006 sampai 2017. Kriteria eksklusi adalah penelitian yang menggunakan
hewan dalam intervensinya, pasien dengan ketergantungan obat. Berdasarkan pengumpulan data
dari hasil penelitian ketiga penelitian primer didapatkan kesamaan hasil akhir pengukuran dan
penilaian tekanan darah sistolik dan diastolik. Keseluruhan terdapat kesamaan pada hasil yang
signifikan dalam perubahan tekanan darah sistolik dan diastolic pada tiga penelitian yang
didapatkan.

Anda mungkin juga menyukai