Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN KOMPLEMENTER DASAR

LITERATURE REVIEW PENUNJANG KEPERAWATAN


KOMPLEMENTER (TERAPI BEKAM)

OLEH:
KELOMPOK 1
(KELAS B-13B)

1. NI MADE ARIANI (203221133)


2. I WAYAN JEVA SANISA PUTRA (203221134)
3. I MADE SEMARAGUNA SUINATA (203221135)
4. MADE ANGGA PERINGGA ADITYA (203221136)
5. PUTU DARA YULIANTI (203221137)
6. COK ISTRI OKTIA DEWI (203221138)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2020
LITERATURE REVIEW: TERAPI KOMPLEMENTER BEKAM UNTUK
MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA
KLIEN HIPERTENSI

(Literature Review: Complementary Therapy of Cupping to Reduce Blood Pressure in


Hypertension Clients)

PENDAHULUAN
Hipertensi adalah kondisi medis tekanan darah seseorang yang meningkat secara
kronis (Susanto, 2010). Kemudian menurut Palmer (2007) mendefinisikan hipertensi
sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Menurut Setiawan Dalimartha, dkk (2008) hipertensi adalah suatu keadaan di mana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (mordibitas) dan angka kematian (mortalitas).
Hipertensi dapat terjadi pada siapapun baik lelaki maupun perempuan pada segala
umur. Resiko terkena hipertensi ini akan semakin meningkat pada usia lima puluh tahun
ke atas. Parahnya lagi hampir 90 % kasus hipertensi tidak diketahui penyebab sebenarnya.
Bahkan pada sebagian besar kasus hipertensi tidak memberikan gejala (asimptomatis)
(Susilo, 2011).
Dalam penanganan hipertensi dan pencegahan komplikasi hipertensi dapat
dilakukan dengan pengobatan farmakologi dan pengobatan komplementer. Pengobatan
secara farmakologi dapat dilakukan dengan cara pemberian diuretik tiazide, penghambat
adrenergik, angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor), angiotensin-II-
blocker, antagonis kalsium, vasodilator. Pengobatan secara komplementer dapat
dilakukan dengan cara terapi pijat, terapi refleksi, meditasi (Dalimartha, 2008). Kemudian
menurut Sharaf (2012), terapi bekam juga bisa digunakan untuk pengobatan penyakit
hipertensi.
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern, komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern. Terapi komplementer ada dua, invasif dan non invasif. Contoh terapi
komplementer invasif seperti akupuntur dan cupping (Bekam) yang menggunakan jarum
dalam pengobatannya. Kemudian contoh terapi komplementer non invasif seperti terapi

1
energi (reiki, chikung, tai chi, prana, terapi suara) terapi biologis (herbal, terapi nutrisi,
food combining, terapi 4 jus, terapi urine, hidroterapi colon dan terapi sentuhan
modalitas, akupreseur, pijat bayi, refleksi, rolfing dan terapi lainnya. Peran perawat yang
dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi komplementer di antaranya sebagai
konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan lansung, koodinator, dan
sebagai advokat (Widyatuti, 2008).
Akhir-akhir ini banyak orang menyukai pengobatan komplementer, beberapa
alasan di antaranya yaitu biaya terjangkau, tidak menggunakan bahan-bahan kimia dan
efek penyembuhan cukup signifikan dan salah satu pengobatan komplementer yang dapat
menangani hipertensi yaitu terapi bekam (Umar, 2007).
Terapi bekam telah dikenal oleh berbagai bangsa di dunia sejak ribuan tahun lalu,
dibangunan-bangunan ibadah dinasti pharaoh (firaun) terdapat banyak relief yang
mengilustrasikan terapi bekam. Setiap bangsa memiliki metode bekam yang berbeda-
beda, sejak dulu hingga sekarang beberapa suku menggunakan tanduk hewan sebagai alat
mengisap darah, dengan cara melubangi ujung tanduk, mengisap udara dari dalam dan
menyumbatnya dengan pasta. Mereka menyebutnya horn therapy (terapi tanduk). Bangsa
romawi dan Yunani menggunakan gelas kaca untuk praktik bekam, mereka menyalakan
api di dalam gelas yang telah diisi dengan secarik kain guna melakukan pengisapan,
(Sharaf, 2012).
Pengertian bekam menurut Umar (2007) mengatakan bekam adalah metode
pengobatan dengan metode tabung atau gelas yang telungkupkan pada permukaan kulit
agar menimbulkan bendungan lokal. Terjadinya bendungan lokal disebabkan tekanan
negatif dalam tabung yang sebelumnya benda-benda dibakar dan dimasukkan kedalam
tabung agar terjadi pengumpulan darah lokal. Kemudian darah yang telah terkumpul
dikeluarkan dari kulit dengan dihisap, dengan tujuan meningkatkan sirkulasi energi/Qi
dan darah/Xue, menimbulkan efek analgetik, anti bengkak, serta mengusir patogen angin
dingin maupun angin lembab.
Menurut Susiyanto (2013) bekam adalah terapi mengeluarkan oksidan dengan
menggoreskan atau insisi pada permukaan kulit epidermis dengan pisau bedah (surgical
blades/bisturi) sedalam kurang lebih 0,04 mm sampai dengan 0.09 mm untuk mengambil
timbunan racun-racun yang terletak di dalam dermal papilla/perifer.

2
Ahli bekam di dunia Barat antara lain: 1) Dr. Michael Reed Garch dari California
USA dengan bukunya Potent Poins a Guide to Self Care for Common Ailments (Titik-
titik berkhasiat sebagai panduan perawatan diri dan pengobatan penyakit umum). 2)
Cohler (1990) mengadakan penelitian tentang Bekam dan membuat buku dengan judul
The Connective Tissue as The Physical Medium For Conduction For Healing Energy
Cupping Therapeutic Method (Jaringan Ikat sebagai Media Fizik untuk menghantarkan
energi pengubatan dengan Bekam). 3) Thomas W.Anderson 1985 melakukan tulisan
tentang Bekam dan memberi judul 100 Diseases Treated By Cupping Methode ( 100
Penyakit dapat diubati dengan bekam). Kemudian menurut Sharaf (2012), Umar (2007),
Susiyanto(2013) mengatakan bahwa dengan berbekam bisa menurunkan tekanan darah
pada pasien yang mengalami penyakit hipertensi. Tujuan dari studi ini untuk melakukan
review pada beberapa literatur tentang penggunaan terapi bekam untuk menurunkan
tekanan darah pada klien dengan hipertensi. Hal ini diharapkan dapat diterapkan secara
efektif pada tatanan pelayanan di klinis serta dapat menjadi rekomendasi intervensi
keperawatan secara independent bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
pada klien hipertensi, sehingga proses asuhan keperawatan dapat menerapkan intervensi
yang tepat dan efektif, dan masalah yang terjadi t eratasi.

BAHAN DAN METODE


Strategi yang digunakan dalam mencari artikel yang relevan dengan topik.
Pencarian dilakukan secara elektronik dengan menggunakan database Google Scholar
dari Januari 2010 sampai Desember 2020. Keyword yang digunakan adalah “Terapi
Bekam Untuk Hipertensi). Pencarian menggunakan keyword di atas dengan database
Google Scholar. Hasil penelusuran diperoleh 416 artikel. Artikel fulltext dan abstrak yang
diperoleh, direview untuk memilih artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi berdasarkan
PICO frame work (Patient, Intervention, Comparison, Outcome. P: klien hipertensi, I:
terapi bekam, O: penurunan tekanan darah). Artikel yang digunakan sebagai sampel
selanjutnya diidentifikasi. Lima artikel yang dipilih dan yang sesuai dengan topik,
disajikan dalam tabel.
Artikel yang ditelaah terdiri atas: a) 1 artikel menggunakan kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol terhadap responden; dan b) 4 artikel sisanya tidak menggunakan

3
kelompok kontrol. Artikel tersebut selanjutnya akan di review dengan tema penggunaan
terapi bekam untuk menurunkan tekanan darah pada klien dengan hipertensi.

HASIL
Artikel pertama merupakan penelitian yang dilaksanakan di Poliklinik Trio
Husada Malang. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 23 responden dengan
kriteria inklusi yaitu penderita dengan tahap 2 hipertensi. Responden diberikan terapi
bekam kering selama 5 menit, dilanjutkan dengan perlukaan menggunakan lancing device
dan penghisapan kembali selama 5 menit. Dilakukan pencatatan hasil pengukuran
tekanan darah sistole dan diastole responden, sebelum dan sesudah pemberian terapi
bekam. Hasil penelitian pada artikel pertama didapatkan ada pengaruh terapi bekam
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Artikel kedua adalah penelitian yang dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha
Jember. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 22 orang yang terbagi dalam
kelompok kontrol dan intervensi. Intervensi bekam kering dilakukan sekali waktu dengan
rentang waktu 15-30 menit untuk semua responden pada kelompok intervensi.
Pengukuran pretest dan posttest pada kelompok intervensi dilakukan 5 menit sebelum
dan 5 menit setelah dilakukan terapi bekam kering. Pada kelompok kontrol dilakukan
pengukuran pretest dan posttest dengan jarak waktu 30 menit. Hasil penelitian yang
didapatkan terjadi penurunan rata-rata tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
setelah diberikan terapi bekam kering, hal ini menunjukkan bahwa bekam kering
memiliki efek yang baik terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi. Terdapat
perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah sistol antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol, akan tetapi pada tekanan darah diastol tidak terdapat perbedaan yang
signifikan ratarata tekanan darah antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Dengan demikian, penelitian ini menyimpulkan bahwa bekam kering memiliki pengaruh
dalam menurunkan tekanan darah sistol pada lansia dengan hipertensi.
Artikel ketiga merupakan studi yang dilaksanakan di Dusun Tambakrejo Desa
Tambakrejo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. Penelitian ini memiliki populasi
46 reponden dengan tekanan darah tinggi, sedangkan sampel yang didapat dalam
penelitian ini berjumlah 10 responden. Responden diberikan terapi bekam basah sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) Bekam. Hasil penelitian didapatkan tekanan

4
darah sebelum diberikan terapi bekam basah sebagian besar terjadi pada hipertensi tahap
1. Tekanan darah sesudah diberikan terapi bekam basah hampir seluruhnya normal.
Penelitan ini menyimpulkan bahwa ada pengaruh terapi bekam basah terhadap tekanan
darah pada penderita hipertensi.
Artikel keempat adalah penelitian yang dilaksanakan di Rumah Bekam
Palembang, dengan jumlah responden 75 orang yang merupakan pasien hipertensi yang
datang ke Rumah Bekam Palembang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan
pengukuran tekanan darah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa didapatkan
klasifikasi tekanan darah sebelum terapi bekam dengan nilai mean 3,47 dan standar
deviasi 0,502, klasifikasi tekanan darah setelah dilakukan terapi bekam dengan nilai mean
2,05 dan standar deviasi 0,853. Hasil uji bivariat dengan metode wilcoxon didapatkan
nilai p value 0,000 (<0,05) menunjukkan ada pengaruh tekanan darah sebelum terapi
bekam dengan tekanan darah setelah terapi bekam. Kesimpulan dari penelitian ini yakni
ada perbedaan yang signifikan terapi bekam terhadap tekanan darah sebelum dan setelah
dilakukan terapi bekam.
Artikel kelima merupakan studi yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kelir
Banyuwangi. Sampel yang diambil sebanyak 30 responden yang sudah di sesuaikan
dengan kriteria inklusi dengan rancangan penelitian Pra Eksperimen yang
menggunakan pra–pasca tes dalam satu kelompok (One-Group Pra test postest
Design). Data di kumpulkan dengan cara melakukan pengukuran tekanan darah sebelum
dan sesudah dilakukan pembekaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa terapi bekam
berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi dari jumlah
selisih tingkat tekanan darah pada responden sebelum di lakukan pembekaman lebih
banyak yang menalami tekanan darah pada tingkat 2 yaitu sebesar 19 orang (63%).
Kemudian setelah dilakukan pembekaman mayoritas tekanan darah pada responden
mengalami penurunan ke tingkat 1 yaitu 16 orang (56%) dari total 30 responden.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa terapi bekam berpengaruh terhadap perubahan
tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kelir.

5
PEMBAHASAN
Tabel 1. Tabel Literature Review
Peneliti & Judul Responden Perlakuan Kontrol Prosedur Temuan
Tahun Penilaian
Susi Pengaruh Terapi 23 responden 23 responden Tidak ada Pencatatan hasil Terdapat
Susanah, Bekam Terhadap dengan diberikan terapi pengukuran pengaruh terapi
Ani Penurunan kriteria inklusi bekam kering tekanan darah bekam terhadap
Sutriningsih, Tekanan Darah yaitu penderita selama 5 menit, systole dan penurunan
Warsono. pada Penderita dengan tahap 2 dilanjutkan diastole tekanan darah
(2017) Hipertensi di hipertensi dengan responden, pada penderita
Poliklinik Trio perlukaan sebelum dan hipertensi
HUsada Malang menggunakan sesudah
lancing device pemberian terapi
dan penghisapan bekam
kembali selama 5
menit.
Yogie Bagus Pengaruh Terapi 22 orang 11 lansia 11 lansia Perbandingan Terjadi
Pratama, Bekam Kering responden diberikan diberikan rata-rata penurunan rata-
Hanny Terhadap lansia dengan intervensi bekam intervensi (Median) tekanan rata tekanan
Rasni, Tekanan Darah hipertensi kering yang bekam kering darah pretest dan darah pada lansia
Wantiyah pada Lansia dilakukan sekali yang posttest pada dengan
(2018) dengan waktu dengan dilakukan kedua kelompok hipertensi setelah
Hipertensi di rentang waktu sekali waktu diberikan terapi
PSTW Jember 15-30 menit. dengan bekam kering.
Pengukuran rentang Bekam kering
pretest dan waktu 15-30 memiliki
posttest menit. pengaruh dalam
dilakukan 5 Namun, menurunkan
menit sebelum dilakukan tekanan darah
dan 5 menit pengukuran sistol pada lansia
sesudah. pretest dan dengan hipertesi.
posttest
dengan jarak
waktu 30
menit.
Khairul Pengaruh Terapi 10 responden Pemberian terapi Tidak ada Pencatatan hasil Ada pengaruh
Anam, Bekam Basah yang diambil bekam basah pengukuran terapi bekam
H.Imam Terhadap dari 46 tekanan darah basah terhadap
Fatoni, Tekanan Darah responden pada lembar tekanan darah
Agustina Pada Penderita total observasi, pada penderita
(2019) Hipertensi (populasi) sebelum dan hipertensi
sesudah diberikan
terapi bekam
basah, lalu
dilakukan
tabulasi silang.
Raden Pengaruh Terapi 75 orang Pemberian terapi Tidak ada Pengisian Ada perbedaan
Surahmat, Bekam dalam pasien bekam kuisioner dan yang signifikan
Nanda Menurunkan hipertensi pengukuran terapi bekam
Rizki, Tekanan Darah yang datang ke tekanan darah, terhadap tekanan
Damayanti pada Pasien Rumah Bekam dan klasifikasi darah sebelum
(2016) Hipertensi di Palembang tekanan darah dan setelah
Rumah Bekam sebelum dan dilakukan terapi
Palembang sesudah terapi bekam
bekam

6
Soekardjo, Pengaruh Terapi 30 responden Pemberian terapi Tidak ada Melakukan Ada pengaruh
Achmad Bekam Terhadap yang sudah bekam pengukuran bermakna terapi
Efendi, Perubahan disesuaikan tekanan darah bekam terhadap
Akhmad Tekanan Darah dengan sebelum dan perubahan
Yanur F. P. pada Pasien kriteria inklusi sesudah tekanan darah
(2014) Hipertensi di dilakukan pada pasien
Wilayah Kerja pembekaman hipertensi.
Puskesmas Kelir

Dari hasil literature review terhadap lima artikel jurnal, dapat dijelaskan bahwa
intervensi keperawatan komplementer terapi bekam dapat dikategorikan sebagai
intervensi dengan pengaruh signifikan dalam menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi, baik bekam kering maupun bekam basah.
Menurut Umar, bekam menyebabkan reaksi peradangan yang dapat
mengakibatkan terlepasnya zat serotonin, histamin, bradikinin, slow reacting substance
(SRS), serta zat lain yang belum diketahui. Zat-zat tersebut menyebabkan terjadinya
dilatasi kapiler dan arteriol. Bekam menstimulasi untuk diproduksinya zat nitric oxide
(NO) yang berdampak pada relaksasi otot polos pembuluh darah. Pengeluaran zat-zat
tersebut menyebabkan vasodilatasi dan relaksasi pembuluh darah, yang mana hal ini akan
berdampak pada penurunan tekanan darah. Tekanan negatif efek dari bekam
menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler. Pembekaman juga menghasilkan heme
oxygenase-1 (HO-1) yang berfungsi untuk memetabolisme heme. Katalisis heme
menghasilkan karbon monoksida (CO). Produksi CO dari aktivasi heme oxygenase-1
(HO-1) menstimulasi diproduksinya cyclic guanosine monophosphate (cGMP) yang
berfungsi untuk vasodilatasi pembuluh darah, meskipun efeknya sedikit lemah jika
dibandingkan dengan nitric oxide (NO).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusdiatin, respon dari seseorang
setelah dilakukan bekam menyatakan merasa nyaman dan timbul rasa kantuk. Pada saat
seseorang merasa nyaman dan relaks, maka sistem saraf simpatik akan tenang dan yang
lebih banyak berperan adalah sistem saraf parasimpatik. Kondisi relaks menyebabkan
frekuensi jantung menurun, dengan menurunnya frekuensi jantung, maka tekanan darah
juga akan menurun.
Dalam literature review ini semua artikel menjelaskan tentang adanya pengaruh
yang signifikan dari terapi bekam dalam penurunan tekanan darah pada klien hipertensi.
Bekam menyebabkan dilatasi pembuluh darah, penurunan denyut jantung serta perbaikan

7
elastisitas pembuluh darah yang kesemuanya secara teori memiliki pengaruh dalam
menurunkan tekanan darah.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan oleh penulis, disimpulkan bahwa
penggunaan metode keperawatan komplementer dengan terapi bekam bermanfaat dalam
menurunkan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.
Saran
Saran untuk pelaksanaan literature review selanjutnya diantaranya : a) sebaiknya
batasan tahun pencarian artikel dengan kata kunci yang ditetapkan adalah 5 tahun terakhir
agar artikel yang ditelaah lebih terkini, b) kata kunci yang digunakan untuk mencari
artikel lebih rinci agar literature review selanjutnya lebih fokus, dan c) database yang
digunakan lebih bervariasi agar didapatkan artikel yang lebih banyak.

KEPUSTAKAAN
Anam, K., Fatoni, H.I., Agustina. 2019. Pengaruh terapi bekam basah terhadap tekanan
darah pada penderita hipertensi. Diakses dari https://scholar.google.co.id.
Dalimartha, Setiawan. 2008. 1001 Resep Herbal. Jakarta: Penebar Swadaya.
Jakarta.
Palmer, A. dan Williams, B. 2007. Simple Guides Tekanan Darah Tinggi. EGC.
Pratama, Y.B., Rasni, H., Wantiyah. 2018. Pengaruh terapi bekam kering terhadap
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di PSTW Jember. The Indonesian
Journal of Health Science, Edisi Khusus: 94-101. Diakses dari
https://scholar.google.co.id.
Rusdiatin IE. (2015). Terapi bekam kering terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi. Jurnal Kesehatan Madani,6(2): 92-98.
Sharaf, Ahmad Razak. 2012. Penyakit dan Terapi Bekamnya. Surakarta. Thibbia.
Soekardjo, Efendi, A., Yanur, A. 2014. Pengaruh terapi bekam terhadap perubahan
tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas kelir.
Healthy,3(1): 20-28. Diakses dari https://scholar.google.co.id.

8
Surahmat, R., Damayanti, N.R. 2017. Pengaruh terapi bekam dalam menurunkan tekanan
darah pada pasien hipertensi di rumah bekam palembang. Majalah Kedokteran
Sriwijaya, 49(1): 43-49. Diakses dari https://scholar.google.co.id.
Susanah, S., Sutriningsih, A., Warsono. 2017. Pengaruh terapi bekam terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi di Poliklinik Trio Husada Malang.
Nursing News,2(3): 281-291. Diakses dari https://scholar.google.co.id.
Susanto. (2010). Hindari Hipertensi, Konsumsi Garam 1 Sendok per Hari. Jakarta:
Gramedia.
Susilo, Y., Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Susiyanto, Azib. 2013. Hijamah Or Oxidant Drainage Therapy (ODT) Semua Penyakit
Insya Allah Sembuh. Jakarta. Gema Insani.
Umar WA. 2008. Sembuh dengan satu titik. Solo: A-Qowam Publishing;
Widyastuti, I. (2015). Pengaruh Terapi Murottal Surah Ar-Rahman Terhadap Tekanan
Darah Pada Lanjut Usia (Lansia) Penderita Hipertensi di Posyandu Lansia
Kenanga Wilayah Kerja UPK Puskesmas Sianta.

Anda mungkin juga menyukai