BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas tentang pendahuluan yang dijelaskan lebih spesifik
dalam setiap subbabnya, yang terdiri dari: latar belakang, rumusan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan, dan manfaat penelitian. Adapun penjabaran dari
setiap sub-bab adalah sebagai berikut:
Terapi Bekam adalah metode tradisional yang sudah dikenal sejak dahulu
kala dan digunakan untuk berbagai kondisi medis tertentu. Banyak metode
untuk terapi bekam, namun yang cukup sering digunakan adalah terapi
bekam kering (dry cupping) dan terapi bekam basah (wet cupping). Terapi
bekam kering adalah menarik kulit kedalam mangkuk bekam tanpa
mengeluarkan darah, sementara pada terapi bekam basah adalah kulit di
tusuk atau diiris sedikit sehingga darah dapat tertarik keluar ke mangkuk
bekam.
2
Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap 100.000
orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di
bawah 34 tahun sebesar 32% dan di atas 34 tahun sebesar 68%. Menurut
World Health Organization (WHO) tahun 2013, sebesar 81% penderita
asam urat di Indonesia hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71 %
cenderung langsung mengkonsumsi obat – obatan pereda nyeri yang dijual
bebas (Tinah, 2010).
dari setiap 100.000 orang dengan rentang usia di bawah 34 tahun sebesar
32% dan di atas 34 tahun sebesar 68%.
Menurut penelitian pengaruh terapi bekam basah terhadap kadar asam urat
dalam darah dilakukan oleh Mahdavi, et al. 2008 dengan meneliti
pengaruh terapi bekam basah terhadap kadar asam urat dalam darah pada
63 laki-laki yang sehat berumur antara 20 – 40 tahun. Berdasarkan hasil
penelitian ternyata terdapat perbedaan secara bermakna antara sebelum
dan sesudah terapi bekam basah pada pasien yang memiliki asam urat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Sebutan awal yang dipakai dalam terapi jenis ini adalah Al-Hijamah. Al-
Hijamah berasal dari bahasa arab yang artinya “pelepasan darah kotor”.
Setelah itu, muncul istilah-istilah yang digunakan untuk memudahkan
dalam penyebutan dan pemahaman di setiap bangsa. Ada beberapa istilah
yang dipakai dalam bentuk terapi yang satu ini, diantaranya hijamah istilah
dalam bahasa Arab, bekam istilah Melayu, gua-sha dalam bahasa Cina,
cantuk dan kop istilah yang dikenal oleh orang Indonesia. (Ahmad
Fatahillah, 2006).
Dari Ibnu Abbas r.a Rasulullah bersabda: “kesembuhan (obat) itu ada pada
tiga hal: dengan meminum madu, pisau hijamah (bekam), dan dengan besi
panas. Dan aku melarang umatku dengan besi panas.
10
Teknik bekam kering terbagi dua yaitu bekam luncur dan bekam tarik.
1) Bekam luncur, caranya dengan meng-kop pada bagian tubuh
tertentu dan meluncurkan ke arah bagian tubuh yang lain. Teknik
bekam ini biasa digunakan untuk pemanasan pasien, berfungsi
untuk melancarkan peredaran darah, pelemasan otot, dan
menyehatkan kulit.
Diantaranya adalah:
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Alat berbentuk seperti pulpen yang berguna untuk menusukkan jarum
pada waktu bekam basah.
atau titik yang mempunyai sifat istimewa yang disebut motor point.
7. Al-Kaahil
a. Terletak disekitar tonjolan tulang leher belakang
b. (processus spunosus vertebrae VII), antara bahu (acromion)
kanan dan kiri, setinggi pundak.
c. Titik ini bermanfaat untuk mengobati nyeri leher, demam, batuk,
flu, asma, kaku punggung, dll
8. Al-Katifain
18
Gambar 2.3
2.2 Asam Urat
2.2.1 Definisi Asam urat
Asam urat adalah sampah hasil metabolisme normal dari pencernaan
protein (terutama dari daging, hati, ginjal dan beberapa jenis sayuran
seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin (sel tubuh
yang rusak), yang seharusnya akan dibuang melalui ginjal, feses atau
keringat. senyawa ini sukar larut dalam air, tapi dalam plasma darah
beredar sebagai senyawa natrium urat, bentuk garamnya terlarut dalam
kondisi Ph atau keasaman basa diatas tujuh (Sustrani, dkk. 2008). Asam
urat merupakan hasil metabolisme sel yang dihasilkan oleh makhluk hidup
(Kanbara, 2010). Asam urat adalah asam yang terbentuk akibat
metabolisme purin didalam tubuh (Kertia, 2009) asam urat merupakan
suatu kristal berwarna putih dengan rumus kimia C3HN403, kristal ini
membentuk didalam tubuh sebagai hasil metabolisme purin, yang apa bila
kadarnya meningkat dinamakan hiperurisemia (Fauzi, 2014).
Penyakit asam urat atau gout merupakan salah satu kategori penyakit
kronis tidak menular (PTM), ditandai dengan adanya hiperurisemia atau
peningkatan kadar asam urat dalam darah. Hiperurisemia terjadi apabila
kadar asam urat serum > 6,0 mg/dl pada wanita dan 7,2 mg/dl pada laki-
laki.
Gambar 2.4
Purin yang berasal dari katabolisme asam nukleat dalam diet diubah
menjadi asam urat secara lansung. Pemecahan nukleotida purin terjadi di
semua sel, tetapi asam urat hanya dihasilkan oleh jaringan yang
21
Dalam tubuh manusia terdapat enzim asam urat oksidase atau urikase yang
akan mengoksidasi asam urat menjadi alantoin. Defisiensi urikase pada
manusia akan mengakibatkan tingginya kadar asam urat dalam serum. Urat
dikeluarkan di ginjal (70%) dan traktus gastrointestinal (30%). Kadar asam
urat di darah tergantung pada keseimbangan produksi dan ekskresinya.
Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin dari gugus ribosa,
yaitu 5-phosphoribosyl1-pirophosphat (PRPP) yang didapat dari ribose 5
fosfat yang disintesis dengan ATP (Adenosine triphosphate) dan
merupakan sumber gugus ribosa (Gambar 2). Reaksi pertama, PRPP
bereaksi dengan glutamin membentuk fosforibosilamin yang mempunyai
sembilan cincin purin. Reaksi ini dikatalisis oleh PRPP glutamil
amidotranferase, suatu enzim yang dihambat oleh produk nukleotida
inosine monophosphat (IMP), adenine monophosphat (AMP) dan guanine
monophosphat (GMP). Ketiga nukleotida ini juga menghambat sintesis
PRPP sehingga memperlambat produksi nukleotida purin dengan
menurunkan kadar substrat PRPP.
22
amino dari amino glutamin ke karbon dua cincin purin, reaksi ini
membutuhkan ATP. Adenosine monophosphate mengalami deaminasi
menjadi inosin, kemudian IMP dan GMP mengalami defosforilasi menjadi
inosin dan guanosin. Basa hipoxanthine terbentuk dari IMP yang
mengalami defosforilasi dan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi
xhantine serta guanin akan mengalami deaminasi untuk menghasilkan
xhantine juga. Xhantine akan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi asam
urat.
Gambar 2.5
Asam urat diginjal akan mengalami empat tahap yaitu asam urat dari
plasma kapiler masuk ke glomerulus dan mengalami filtrasi di glomerulus,
sekitar 98-100% akan direabsorbsi pada tubulus proksimal, selanjutnya
disekresikan kedalam lumen distal tubulus proksimal dan direabsorbsi
23
kembali pada tubulus distal. Asam urat akan diekskresikan kedalam urine
sekitar 6% - 12% dari jumlah filtrasi. Setelah filtrasi urat di glomerulus,
hampir semua direabsorbsi lagi di tubuli proksimal. PH urin yang rendah
di traktus urinarius menjadikan urat dieksresikan dalam bentuk asam urat.
amino sederhana dan diserap oleh usus halu s lalu masuk kepedaran darah,
proses ini membutuhkan waktu 3-5 jam (Sherwood, 2012).
oleh enzime xanthine oxidase menjadi asam urat. Sekitar dua pertiga asam
ura yang sudah terbentuk secara alami akan dikeluarkan bersama urin
melalui ginjal. Pada akhirnya terjadilah hiperurisemia (Krisnatuti, 2008).
b. Faktor diet tinggi protein dan makanan kaya senyawa purin lainnya.
Purin merupakan senyawa yang akan dirombak menjadi asam urat
dalam tubuh. Ada beberapa makan yang dikatahui kaya purin antara
lain daging, baik daging sapi, babi , kambing, atau makanan dari laut,
kacang- kacangan, bayam, jamur, dan kembang kol.
g. Faktor lain seperti stres, diet ketat, cedera sendi darah tinggi dan olah
raga berlebihan, obesitas, gangguan ginjal (Sustrani,dkk. 2008 ;
Weaver, 2010 ; Price, 2006)
Komplikasi yang paling dikenal adalah radang sendi gout, sifat kimia asam
urat cenderung berkumpul di cairan sendi ataupun jaringan ikat longgar.
Meskipun hiperurisemia merupakan faktor-fakor timbulnya gout, namun,
hubungan secara ilmiah antara hiperurisemia dengan serangan gout akut
masih belum jeas. Arthritis gout akut dapat terjadi pada keadaan
konsentrasi asam urat serum yang normal, akan tetapi banayak pasien
dengan hiperurisemia tidak mendapat serangan arthritis gout (Enneking,
2009) komplikasi lain yaitu Persendian menjadi rusak sehingga pocang,
peradangan tulang , kerusakan ligamen dan tendon (otot) ,batu ginjal ,
gagal ginjal (Sustrani,2008).
Sel darah putih yang ikut memasuki ruang sendi, yang terbuka
tersebut (karena rusak) yang bertujuan untuk menelan kristal tersebut.
Namun, hal ini justru menyebabakan terjadinya pembengkakan
(radang sendi). Sendi meregang sehingga muncul rasa sakit yang
hebat, bagi penderita gangguan asam urat dokter akan memberi obat
untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah, misalnya allopurinol
yang bekerja sebagai inhibitor yang menekan produksi asam urat atau
urikosurik, misalnya probenesid untuk membantu mempercepat
pembuangan asam urat lewat ginjal. Dapat juga diberikan obat-obatan
untuk mengatasi radang dan rasa sakit yaitu analgesik dari golongan
AINS (anti inflamasi nonsteroid) atau NSAID (nonsteroidal anti
inflamatori drugs) , seperti indometasin, ibuprofen, ketoprofen,
diklofenak. Sedangkan untuk pencegahan serang berulang, biasanya
diberikan kolsisin (Sulaiman,2008). Biasanya nyeri akibat radang
sendi dapat diatasi dengan pemberian analgesik yang dapat dibeli
tanpa resep, misalnya paracetamol Siksa nyeri dapat dikurangi
dengan obat gosok yang biasanya digunakan untuk menghilangkan
nyeri dan kejang otot (Sustrani,2008). Tetapi pemberian anti nyeri dan
anti radang yang terus menerus memiliki efek samping yaiu pada
lambung, hati dan ginjal (Kertia, 2009).
Komponen suatu saraf perifer kulit tipikal yaitu aferen primer yang dapat
diklasifikasikan meliputi serat A-α dan A-β yang memiliki ukuran paling
besar, bermielin ,memiliki kecepatan hantaran tertinggi, serta membawa
impuls sebagai perantara sentuhan, tekanan, dan propriosepsi, serat A-δ
yang kecil bermielin dan serat C yang tidak bermielin, yang membawa
impuls nyeri. Aferen-Aferen primer ini menyatu di sel-sel kornu dorsalis
medulla spinalis, masuk ke zona Lissauer sedangkan serat pasca ganglion
simpatis adalah serat eferen, dan terdiri dari serat- serat C yang tidak
bermielin dan berfungsi membawa impuls dari medulla spinalis ke
jaringan dan organ efektor .
Aferen primer C dan A-δ dapat dibedakan oleh dua tipe nyeri yang
ditimbulkan, yang disebut nyeri lambat dan nyeri cepat. Signal nyeri cepat
disalurkan ke medulla spinalis oleh serat A-δ dirasakan dalam waktu 0,1
detik dengan kualitas menusuk, tajam atau elektris. sedangkan nyeri
lambat disalurkan oleh serat C dan dirasakan 1 detik setelah rangsangan
30
mekanis, suhu, atau kimiawi,. karena sistem persyarafan nyeri yang ganda
ini, maka cedera jaringan sering menimbulkan dua sensasi nyeri yang
tersendiri , diawali nyeri tajam oleh A-δ diikuti nyeri tumpul seperti
terbakar yang disalurkan oleh serat nyeri C.
Setelah terjadi proses transduksi, serat C dan A-δ aferen yang menyalurkan
31
Inhibisi nyeri dapat terjadi melalui jalur desenden dan penghambatan input
nyeri oleh sistem analgesi endogen. Hilangnya sensasi nyeri dihasilkan
oleh sistem analgesi endogen seperti neurotransmitter opioid alami yaitu
endorphin, dinorfin, dan enkefalin , sistem inhibisi sentral yaitu serotonin
(5-hidroksi-triptamin [5-HT]) dan noradrenergik. Jalur descendens yang
memodulasi nyeri dapat menghambat sinyal nyeri yang datang di tingkat
medulla spinalis selain itu neuron-neuron yang mengandung endorphin di
substansia grisea periakuaduktus dan substansia gelatinosa berperan aktif
dalam modulasi nyeri.
32
Persepsi merupakan hasil akhir dari proses mekanisme nyeri. Impuls nyeri
Gambar 4.7
numerik dan skala verbal. Skala numerik terdiri dari dua bentuk yaitu
verbal dan tulisan.
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
35
Gambar 2.11
b. Jenis kelamin
Perbedaan respons nyeri berbeda antara laki-laki dan wanita karena
dipengaruhi oleh faktor hormonal. Wanita memiliki ambang batas
yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
c. Pengalaman Sebelumnya
Persepsi nyeri berbeda-beda pada setiap individu, pada pasin yang
belum pernah merasakan nyeri sama sekali, maka pasien tersebut akan
merasa sangat terganggu dengan keberadaan nyeri tersebut, apabila
pasien sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa
pernah sembuh, maka dapat muncul gejala anxietas atau kecemasan.
Sebaliknya apabila pasien mengalami nyeri dengan jenis yang sama
37
Hipoxantin xantin
Hiperuresimia
Terapi Bekam
Perlukaan kulit
Mediator inflamasi
Vasodilatasi Pembuluh
Darah
Penghisapan kulit
Darah Keluar
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang metode penelitian yang dijabarkan dalam setiap sub babnya,
yang terdiri dari: kerangka penelitian, desain penelitian, variabel dan definisi operasional ,
populasi dan sampel penelitian, tempat dan waktu penelitian, instrumen penelitian, prosedur
pengumpulan data, teknik analisa data, etika penelitian. Adapun penjabaran dari setiap sub
bab serta metode penelitian adalah sebagai berikut:
Pada kerangka konsep ini penulis akan mengklarifikasi dan menjabarkan lebih
lanjut dari konsep judul diatas.
41
Variabel Confounding
Karakteristik
1. Usia
2. Pekerjaan
3. Lama menderita
Hiperurisemia
3.1.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka
konseptual penelitian dan merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan
yang dihadapi serta dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris
(Nursalam, 2000).
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang
kebenarannya harus diuji secara empiris (Budiman, 2011).
Hipotesis didalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,
patokan duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka
hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak.
Hipotesis merupakan pendapat yang sifatnya masih sementara atau pernyataan
yang merupakan dugaan sementara tentang hubungan dari variabel atau fakta
yang akan dikaji. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis ini, akan dilakukan
uji hipotesis terhadap Ha.
1. Ha (1) : Ada Hubungan Efektifitas Terapi Bekam Terhadap Asam Urat
Darah Pada Pasien Hiperurisemia Di Griya Sehat Assyifa Bogor Jawa
Barat.
2. Ha (2) : Ada Hubungan Efektifitas Terapi Bekam Terhadap Skala Nyeri
Pada Pasien Hiperurisemia Di Griya Sehat Assyifa Bogor Jawa Barat.
42
Definisi operasional ini penting dan diperlukan agar pengukuran variabel atau pengumpulan
data (variabel) itu konsisten antara sumber data (responden) yang satu dengan responden
43
yang lain. Definisi operasional adalah atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015).
persendian
yang diserang
Skala Nyeri Pengalaman Data Mengisi 1-3 = Nyeri Ordinal
sendori dan pasien quesioner ringan
emosional akan 4-6 = Nyeri
yang tidak diambil sedang
menyenangka dari skala 7-10 = Nyeri
n karena numerical berat
kerusakan (Rating
jaringan Scale
secara actual (NRS)
dan potensial
Keterangan :
n = Besar sampel yang diinginkan
N= Jumlah Populasi
d= Tingkat kesalahan yang dipilih ; 10% ( d=0,10 ),
5% (d=0,05 ), dan 1% ( d=0,01 )
sampel 45 orang
Kriteria inklusi dari sampel penelitian ini adalah :
a. Pasien dengan hiperurisemia yang mengalami nyeri sendi
b. Pasien dengan hiperurisemia yang bersedia menjadi responden
c. Pasien dengan hiperurisemia yang kooperatif
bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi bekam terhadap asam urat darah dan skala
nyeri pasien hiperurisemia.
Kuesioner tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu :
3.6.1 Data demografi yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan lama menderita.
3.6.2 Skala nyeri berdasarkan klasifikasi nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri berat
3.6.3 Kadar asam urat darah berdasarkan standar nilai yang telah ditetapkan secara
nasional.
Sebelum dilakukan pengumpulan data akan dilakukan uji coba untuk menghindari
adanya kesulitan dalam mengartikan pernyataan-pernyataan. Uji coba dilakukan pada
lima belas orang responden yang nantinya tidak akan menjadi responden tetapi
memiliki kriteria yang sama dan responden yang digunakan sebagi uji coba tidak masuk
dalam jumlah sampel.
Mengetahui validitas kuestioner dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel dengan
nilai r hitung. Untuk menentukan r tabel dilihat dengan tabel r (sudah ketetapan) dengan
menggunakan df= n-2, karena pengujian kuestioner dilakukan kepada 15 responden
maka 15-2=13. Pada tingkat kemaknaan 5%, didapat angka r tabel = 0,514. Nilai r hasil
dapat dilihat pada colom “Corrected item-Total Correlation”. Masing-masing
pernyataan peran keluarga terdiri dari 10 pernyataan, dengan semua pernyataan valid.
Dengan ketentuan r hasil > r tabel. Terlihat bahwa dari 10 pernyataan peran keluarga
semuanya reliabel, dengan ketentuan r alpha > r tabel. Sama halnya dengan 10
pertanyaan tentang kekambuhan pasien skizofrenia, 10 pertanyaan valid dan realibel.
3.7.3 Penyerahan proposal sebagai syarat pengambilan data sekunder di Griya Sehat
Assyifa Bogor
3.7.4 Mengambil data sekunder jumlah responden skizofrenia yang ada di Griya Sehat
Assyifa Bogor.
3.7.5 Menyerahkan proposal penelitian serta surat permohonan penelitian pada pihak
Griya Sehat Assyifa Bogor untuk melakukan penelitian di Griya Sehat Assyifa
Bogor.
3.7.6 Memberikan penjelasan kepada calon responden sehingga bersedia menjadi
responden dan meminta responden menandatangani lembar persetujuan.
3.7.7 Responden diberikan penjelasan tentang kuesioner yang di jadikan bahan
pertanyaan wawancara, responden diberikan kesempatan untuk bertanya jika
belum jelas.
3.7.8 Peneliti mengecek kelengkapan jawaban dalam kuesioner yang ditanyakan
apabila belum lengkap maka peneliti dapat menanyakannya kepada responden
untuk melengkapi kuesioner tersebut.
3.7.9 Kuesioner yang sudah terisi dikumpulkan untuk kemudian dilakukan
perhitungan dan dianalisa.
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada
kesalahan atau tidak.
3.8.5 Analisa Data
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dar hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori , menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2018;482).
Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan
informasi tentang usia, jenis kelamin pendidikan, pekerjaan, pola hidup sehat dan
pola makan pada responden hipertensi. Analisa yang dilakukan adalah:
a. Analisa Deskriptif (Univariat)
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan atau mendiskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti baik variabel independen
dan dependen.
b. Analisa analitik (bivariat)
Setelah diketahui karateristik masing – masing variabel dapat diteruskan
analisis lebih lanjut.Apabila diinginkan analisis hubungan antara dua
variabel, maka analisis dilanjutkan pada tingkat bivariat.Untuk melihat
hubungan antara masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen dengan manggunakan uji statistik chi square.
Rumus chi square :
X2 =
Keterangan :
X² = Nilai Chi Squere
O = Nilai Observasi
E = Nilai Ekspektasi (harapan)
Derajat kebebasan (degree of freedom) dapat dihitung dengan
rumus:
50
df = (b-1) (k-1)
Keterangan :
df = Derajat kebebasan
b = Jumlah baris dalam tubuh tabel silang (contingency table)
k = Jumlah kolom dalam tubuh tabel silang (contingency table)
P value < α α = 5%
<dari α = 0,05, artinya hasil bermakna
>dari α = 0,05, artinya hasil tidak bermakna