Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA DENGAN AGREGAT REMAJA MEROKOK

OLEH : KELOMPOK 4
(KELAS B 13-B)

1. Putu Eka Diantari (203221148)


2. Ni Wayan Sintya Putri (203221149)
3. Ida Ayu Milla Brahmani (203221150)
4. Luh Gede Ary Darmawathi (203221151)
5. Kadek Aryani (203221152)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA DENGAN AGREGAT REMAJA MEROKOK

A. Konsep Dasar Remaja


1. Pengertian Remaja
Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat
pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia
mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011). Masa remaja disebut juga
sebagai masa perubahan, meliputi perubahan dalam sikap, dan perubahan
fisik (Pratiwi, 2012). Remaja pada tahap tersebut mengalami perubahan
banyak perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga
penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja (Hurlock, 2011). Batasan
usia remaja Indonesia usia 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2011).
Menurut Hurlock (2011), masa remaja dimulai dengan masa remaja awal
(12-24 tahun), kemudian dilanjutkan dengan masa remaja tengah (15-17
tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).
2. Tahapan Remaja
Menurut Sarwono (2011) dan Hurlock (2011) ada tiga tahap perkembangan
remaja, yaitu :
a. Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun
Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan perubahan
perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Remaja mengembangkan pikiran-
pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara
erotis. Pada tahap ini remaja awal sulit untuk mengerti dan dimengerti
oleh orang dewasa. Remaja ingin bebas dan mulai berfikir abstrak.
b. Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja
merasa senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada
kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai
teman-teman yang mempunyai sifat yang sama pada dirinya. Remaja
cendrung berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus
memilih yang mana. Pada fase remaja madya ini mulai timbul keinginan
untuk berkencan dengan lawan jenis dan berkhayal tentang aktivitas
seksual sehingga remaja mulai mencoba aktivitas-aktivitas seksual yang
mereka inginkan.
c. Remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang
ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang dan
dalam pengalaman-pengalaman yang baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self)
dan publik.
3. Karakteristik Perkembangan Sifat Remaja
Menurut Ali (2011), karakteristik perkembangan sifat remaja yaitu:
1. Kegelisahan.
Sesuai dengan masa perkembangannya, remaja mempunyai banyak
angan-angan, dan keinginan yang ingin diwujudkan di masa depan. Hal
ini menyebabkan remaja mempunyai anganangan yang sangat tinggi,
namun kemampuan yang dimiliki remaja belum memadai sehingga
remaja diliputi oleh perasaan gelisah.
2. Pertentangan
Pada umumnya, remaja sering mengalami kebingungan karena
sering mengalami pertentangan antara diri sendiri dan orang tua.
Pertentangan yang sering terjadi ini akan menimbulkan kebingungan
dalam diri remaja tersebut.
3. Mengkhayal
Keinginan dan angan-angan remaja tidak tersalurkan, akibatnya
remaja akan mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan
khayalan mereka melalui dunia fantasi. Tidak semua khayalan remaja
bersifat negatif. Bersifat positif, misalnya menimbulkan ide-ide tertentu
yang dapat direalisasikan.
4. Akitivitas berkelompok
Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua akan
mengakibatkan kekecewaan pada remaja bahkan mematahkan semangat
para remaja. Kebanyakan remaja mencari jalan keluar dari kesulitan yang
dihadapi dengan berkumpul bersama teman sebaya. Mereka akan
melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai
kendala dapat mereka atasi bersama.
5. Keinginan mencoba segala sesuatu
Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high
curiosity). Karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, remajacenderung
ingin berpetualang, menjelajahi segala sesuatu, dan ingin mencoba
semua hal yang belum pernah dialami sebelumnya.
4. Perkembangan Remaja
a. Perkembangan fisik
Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada remaja. Kematangan
seksual sering terjadi seiring dengan perkembangan seksual secara
primer dan sekunder. Perubahan secara primer berupa perubahan fisik
dan hormon penting untuk reproduksi, perubahan sekunder antara
lakilaki dan perempuan berbeda (Potter & Perry, 2009). Pada anak laki-
laki tumbuhnya kumis dan jenggot, jakun dan suara membesar. Puncak
kematangan seksual anak laki-laki adalah dalam kemampuan ejakulasi,
pada masa ini remaja sudah dapat menghasilkan sperma. Ejakulasi ini
biasanya terjadi pada saat tidur dan diawali dengan mimpi basah
(Sarwono, 2011). Pada anak perempuan tampak perubahan pada bentuk
tubuh seperti tumbuhnya payudara dan panggul yang membesar. Puncak
kematangan pada remaja wanita adalah ketika mendapatkan menstruasi
pertama (menarche). Menstruasi pertama menunjukkan bahwa remaja
perempuan telah memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga
akan keluar bersama darah menstruasi melalui vagina atau alat kelamin
wanita (Sarwono, 2011).
b. Perkembangan emosi
Perkembangan emosi sangat berhubungan dengan perkembangan
hormon, dapat ditandai dengan emosi yang sangat labil. Remaja belum
bisa mengendalikan emosi yang dirasakannya dengan sepenuhnya
(Sarwono, 2011).
c. Perkembangan kognitif
Remaja mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan
masalah dengan tindakan yang logis. Remaja dapat berfikir abstrak dan
menghadapi masalah yang sulit secara efektif. Jika terlibat dalam
masalah, remaja dapat mempertimbangkan beragam penyebab dan solusi
yang sangat banyak (Potter & Perry, 2009).
d. Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial ditandai dengan terikatnya remaja pada
kelompok sebaya. Pada masa ini, remaja mulai tertarik dengan lawan
jenis. Minat sosialnya bertambah dan penampilannya menjadi lebih
penting dibandingkan sebelumnya. Perubahan fisik yang terjadi seperti
berat badan dan proporsi tubuh dapat menimbulkan perasaan yang tidak
menyenangkan seperti, malu dan tidak percaya diri (Potter& Perry,
2009).
5. Risiko Kesehatan
Resiko kesehatan yang dialami oleh remaja :
a. Kecelakaan
Kecelakaan menjadi penyebab utama kematian pada remaja.
Kecelakaan kendaraan bermotor mengakibatkan 74% kematian yang
tidak disengaja pada anak usia 10-19 tahun. (Hockenberry dan
Wilson,2007)
b. Pembunuhan
Pembunuhan merupakan penyebab kematian kedua pada kelompok
usia 15-24 tahun. Kepemilikan senjata akan meningkatkan
resikopembunuhan dan bunuh diri bagi remaja, oleh karena itu tanyakan
mengenai keberadaan senjata api di rumah saat melakukan konseling
keluarga (Hockenberry dan Wilson,2007)
c. Bunuh diri
Bunuh diri merupakan penyebab kematian ketiga pada remaja
berusia 13-19 tahun. Pada penelitian terbaru national center for health
statistics, sekitar seperlima siswa sekolah menengah atas pernah
mempertimbangkan untuk bunuh diri dalam 12 bulan terakhir.
(santrock,2007)
d. Penyalahgunaan obat
Penyalahgunaan obat-obattan merupakan masalah bagi semua pihak
yang berhubungan dengan remaja. Remaja percaya bahwa subtansi
tersebut dapat memberikan kenyamanan dan meningkatkan performa
dirinya. Statiska terkini memperlihatkan bahwa pada akhir sekolah SMA,
85% remaja telah mengonsumsi alcohol, 65% telah mencoba merokok,
dan 49% telah pernah mencoba marijuana. (Hockenberry dan
Wilson,2007)

B. Konsep Dasar Rokok


1. Pengertian Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70
hingga 120 mm (bervariasi tergantung negera) dengan diameter sekitar 10
mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar
pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat
dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. (Aula, 2010).
Rokok merupakan zat adiktif yang berdampak negative bagi
kesehatan anak. Karena, rokok dapat menyebabkan adikasi (ketagihan )dan
depensiasi (ketergantungan) bagi penghisap dan orang sekitar dari paparan
asap rokok. Konsekuensinya, menjauhkan anak dari paparan rokok bukan
hanya menjadi kebutuhan tetapi kewajiban bagi semua pihak agar jaminan
hak tumbuh kembang anak terfasilitasi dengan baik (Dr.Susanto, M.A ,
2017).
Rokok adalah pintu gerbang bagi narkoba. Bahkan rokok itu sendiri
sebenarnya termasuk ke dalam definisi narkoba. Di dalam pengertian
narkoba termuat 3 kelompok zat adiktif yaitu narkotika, psikotropika dan
bahan adiktif lainnya. Rokok bersama dengan alcohol termasuk ke dalam
kelompok yang terakhir. Nikotin yang merupakan salah satu komponen dari
rokok merupakan zat psikotropika stimulant. Jadi sesungguhnya rokok itu
adalah narkoba yang harus dijauhkan untuk melindungi generasi.(Irjen
Polisi Ali Djohardi Wirogioto, 2017
2. Komponen Rokok
Sudiono (2007) menyebutkan kandungan didalam rokok tidak hanya
tembakau, tetapi terdapat bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh.
Kandungan utama dalam rokok yaitu nikotin, tar, dan karbonmonoksida.
Nikotin merupakan bahan yang dapat menyebabkan adiksi atau
ketergantungan. Nikotin merupakan racun dan bila digunakan dalam dosis
besar dapat mematikan arena efek paralisis yang ditimbulkannya pada otot
pernafasan. Nikotin meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan
vasokontraksi pembuluh darah sehingga mengganggu sirkulasi darah.
Denyut jantung istirahat pada perokok muda meningkat 2-3 detik/ menit.

Kandungan yang terdapat dalam rokok selain nikotin adalah tar,


yang terdiri dari 4.000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia diantaranya
bersifat karsinogenik. Tembakau yang dibakar akan mengeluarkan tar dan
zat beracun lainnya. Zat-zat tersebut menempel pada sepanjang saluran
nafas perokok dan pada saat yang sama akan mengurangi kekenyalan
alveolus (kantung udara dan paru-paru). Hal ini akan menyebabkan hanya
sejumlah kecil udara yang dapat dihirup dan sedikit oksigen yang terserap
ke dalam peredaran darah.
Gas karbon monoksida yang umum dikenal sebagai asap yang keluar
dari knalpot kendaraan bermotor. Karbon monoksida dalam tubuh akan
mengurangi kemampuan darah untuk menyerap oksigen dari paru-paru. Hal
ini terjadi karena sel darah merah sebagai pengangkut oksigen lebih mudah
berikatan dengan karbon monoksida disbanding dengan oksigen. Lebih
banyak menghisap rokok, lebih banyak karbon monoksida terserap dalam
peredaran darah. Karbon monoksida dari asap yang dihirup oleh perokok itu
sendiri hal tersebut mengkontribusi penumpukan di dinding pembuluh
darah dan pencetus proses atherosclerosis.
Selain tiga kandungan utama rokok tersebut, rokok juga
mengandung bahan kimia lain. Rokok juga mengandung sianida, senyawa
kimia yang mengandung kelompok cyano. Benzene, juga dikenal sebagai
bensol, senyawa kimia organic yang mudah terbakar dan berwarna.
Cadmium, sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif. Methanol
(alcohol kayu), alcohol yang paling sederhana yang juga dikenal sebagai
metil alcohol yang paling sederhana yang juga dikenal sebagai metil
alcohol.
Asetilena, merupakan merupakan senyawa kimia tak jenuh yang
juga merupakan hidrokarbon alkuna yang paling sederhana. Ammonia,
dapat ditemukan dimana-mana, tetapi sangat beracun dalam kombinasi
dengan unsur-unsur tertentu. Formaldehida, cairan yang sangat beracun
yang digunakan untuk mengawetkan mayat. Hydrogen sianida, racun yang
digunakan sebagai fumigant untuk membunuh semut. Zat ini juga
digunakan sebagai zat pembuat plastic dari pestisida. Arsenic, bahan yang
terdapat dalam racun tikus. Karbon monoksida, bahan kimia beracun yang
ditemukan dalam asap buangan mobil dan motor (Wangolds, 2013).
3. Klasifikasi Rokok
Rokok menurut jenisnya ada beberapa jenis diantaranya bahan
pembungkus rokok, bahan baku atau bahan isi rokok, proses pembuatan
rokok, dan penggunaan filter pada rokok
a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus
1) Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa jagung
2) Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren
3) Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas
4) Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau
b. Rokok berdasarkan bahan baku
1) Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu
2) Rokok kretek : yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau
dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan
aroma tertentu
3) Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus agar mendapat
efek rasa dan aroma tertentu
c. Rokok berdasarkan proses pembuatannya
1) Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya
dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan
dan atau alat bantu sederhana
2) Sigaret Kretek Mesin (SKM) : rokok yang proses pembuatannya
menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukan ke
dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin
pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat
rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu
sampai delapan ribu batang per menit. Mesin pembuat rokok,
biasaynya, dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok
sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok
natangan namun telah dalam bentuk pak. Ada pila mesin
pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa
rokok dalam pers, satu pers berisi 10 pak. Sayangnya, belum
ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat
perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada
SKM, lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.
d. Rokok berdasarkan penggunaan filter
1) Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat
gabus
2) Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya
tidak terdapat gabus.
e. Dilihat dari komposisinya :
1) Bidis : tembakau yang digulung dengan daun tembuni kering dan
diikat dengan benang. Tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi
daripada rokok buatan pabrik biasanya ditemukan di Asia
Tenggara dan India.
2) Cigar : dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan
daun tembakau. Ada berbagai jenis yang berbeda dari setiap
Negara, yang terkenal dari Havana, Kuba.
3) Kretek : campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh
berefek mati rasa dan sakit saluran pernafasan. Jenis ini paling
berkembang dan banyak di Indonesia.
4) Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga biasa
digunakan di Asia Tenggara dan India. Bahkan 56% perempuan
India menggunakan jenis kunyah. Adalagi jenis yang diletakkan
antara pipi dan gusi, dan tembakau kering diisap dengan hidung
dan mulut.
5) Shisha atau hubbly bubbly : jenis tembakau dari buah-buahan atau
rasa buah-buahan yang disedot dengan pipa dari tabung. Biasanya
digunakan di Afrika Utara, Timur Tengah, dan beberapa tempat di
asia. Di Indonesia, shisha sedang menjamur seperti dikafe-kafe.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Orang Merokok
Perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Proses belajar
dimulai dari sejak masa anak-anak, sedangkan proses menjadi perokok pada
masa remaja. Proses belajar atau sosialisasi tampaknya dapat dilakukan
melalui tranmisi dan generasi sebelumnya yaitu tranmisi vertical yaitu
lingkungan keluarga, lebih spesifik sikap permisif orang tua terhadap
perilaku merokok remaja. Sosialisasi yang lain melalui transmisi horizontal
melalui lingkungan teman sebaya. Namun demikian, yang paling besar
memberikan kontribusi adalah kepuasan-kepuasan yang diperoleh setelah
merokok atau rokok memberikan kontribusi yang positif. Pertimbangan -
pertimbangan emosional lebih dominan dibandingkan dengan
pertimbangan-pertimbangan rasional bagi perokok (Komasari & Alvin,
2000).
Berdasarkan hasil penelitian Fiadah (2011) meyebutkan bahwa ada
4 faktor yang memiliki peran besar dalam perilaku merokok dan berada
sangat dekat dengan perokok yaitu :
a. Pengaruh orang tua
Perilaku orang tua dalam merokok, akan berpengaruh pada anak.
Sebab, anak akan memiliki kecenderungan untuk mengikuti perilaku
yang dicontohkan oleh orang tua.
b. Pengaruh teman
Hedman et al (2007) menyebutkan bahwa salah satu factor resiko
pencetus remaja untuk merokok adalah memiliki teman yang juga
sebagai perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% diantaranya
memiliki satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula dengan
remaja bukan perokok.
c. Factor kepribadian
Salah satu sifat kepribadian yang mempengaruhi remaja
mengonsumsi rokok dan obat-obat, yaitu sifat konformitus sisoal.
Individu yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas social
lebih mudah menjadi pengguna rokok dan obat-obatan dibandingkan
dengan individu yang memiliki skor rendah.
d. Pengaruh iklan
Remaja tertarik untuk mengikuti perilaku seperti pada iklan rokok,
baik dari media cetak ataupun media elektronik. Hasil penelitian
Mulyadi (2007) juga menyebutkan mengenai factor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok. Factor-faktor ini dikategorikan
menjadi 6 (enam) yaitu : keinginan mencoba rasa rokok, sebagai fashion
(gaya), meyukai rasa rokok. Ketidakpedulian terhadap bahaya rokok,
merokok memberikan kepuasan, dan lingkungan social.
Menurut leventhal & clearly ( dalam komasari & Alvin,2000)
terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok,
yaitu :
a. Tahap preparatory
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan
mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil
bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.
b. Tahap intiation
Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan
meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.
c. Tahap becoming a smoker
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang
per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
d. Tahap maintenance of smoking
Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara
pengaturan diri (selfregulating). Merokok dilakukan untuk
memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.
5. Dampak Negatif Rokok
Sudah banyak diteliti dan telah terbukti bahwa kandungan dalam
rokok membahayakan kesehatan seseoang baik asap yang dihisap
langsung saat merokok maupun yanh kelur dari ujung rokok, sama-sama
mengandung bahan kimia beracun, seperti nikotin, tar, nitrous oxide,
fomic acid, caron monoksida, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut apabila
beri nteraksi dan berakumulasi secara kronis dalam waktu yang lama
dapat menimbulkan penyakit kanker paru,bir, kerongkongan, usus,
penyakit jantung dan penyakit paru kronis.
Cahyono (2008) mengatakan tentang bahaya rokok yang
merupakan penyebab kematian dini yang sebenarnya dapat dicegah.
Penyebab kematian utama yang disebabkan oleh rokok adalah penyakit
jantung (1,69 juta kematian), dan kanker paru (0.85 juta kematian).
Sekitar 90% kanker paru berhubungan dengan kebiasaan merokok. Jenis
kanker lain yang bisa terkait dengan rokok adalah kanker kandung kemih,
ginjal, kanker leher Rahim. Kanker esophagus, dan kanker pancreas.
Nikotin adalah salah satu zat beracun yang bersifat adiktif yang
berperan besar dalam menimbulkan gangguan tubuh. Nikotin dapat
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Nikotin dapat
mengaktivasi trombosit dan meningkatkan asam lemak, mencetuskan
aterosklerosis, penyempitan pembuluh coroner. Penyempitan arteri
coroner dapat menimbulkan serangan jantung. Sumbatan pembuluh darah
juga dapat terjadi di tempat lain. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh
darah ginjal, menyebabkan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal. Apabila
penyumbatan terjadi di otak bisa menyebabkan terjadinya stroke.
Telah ditetapkan bahwa asap rokok mengandung lebih dari 40
macam karsinogen. Kemungkinan kanker paru pada perokok 22 kali lebih
besar dari pada non perokok. Kanker hidung, lidah, mulut, kelenjar
ludah2 kali lebih besar dari non perokok. Kanker pharynk 6-7 kali lebih
besar, kerongkongan 12 kali lebih besar, eshophagus 8-10 kali lebih
besar, ginjal 5 kali lebih besar dari non perokok (Depkes, 2009).
Rokok juga beresiko menimbulkan impotensi. Rokok juga dapat
menyebabkan disfungsi ereksi pada umur 30-40 tahun. Hal ini disebabkan
karena bahan kimia dalam rokok menyebabkan penyempitan pada
pembuluh darah sekitar genital. Adanya disfungsu ereksi merupakan
tanda dini gangguan pembuluh darah ditempat lain.
Nikotin dalam rokok juga dapat menurunkan kadar estrogen,
sehingga menimbulkan menopause secara dini dan psteoporosis lebih
berat. Zat kimia yang ada dalam rokok dapat menstimulasi thrombosis di
otak besar yang dapat berakibat terjadinya serangan stroke atau
kelumpuhan. Selain itu rokok juga bisa menyebabkan keguguran spontan,
bayi dengan berat badan lahir rendah, dan meningkatkan resiko kematian
bayi baru lahir. Disamping keadaan diatas, kebiasaan merokok
memudahkan munculnya gangguan gusi dan gigi, kemandulan, asam
bronkial, dan gangguan pada mata terutama katarak.
6. Penatalaksanaan
Ada dua metode yang selama ini dikembangkan para ahli dalam
dunia rokok untuk menghentikan kecanduan terhadap rokok (Syafiie,
2009). Metode tersebut yaitu :
a. Metode yang mengandalkan perubahan prilaku
Perokok berubah tanpa bantuan obat-obatan, terdiri dari :
1) Metode Cold Turkey
Perokok hanya perlu berhenti merokok. Metode ini tidak
menggunakan perencanaan yang panjang. Perokok cukup
menentukan kapan dia akan melakukannya.
2) Teori perilaku kognitif
Perokok hanya akan merubah prilaku buruk merokok kalau dia
tahu bahwa merokok itu buruk.
3) Pengondisian berbalik
Teknik ini sangat unik, yaitu memasangkan sebuah stimulasi
negative dengan prilaku yang ingin dirubah.
b. Metode yang mengandalkan terapi dan obat-obatan
1) Terapi penggantian nikotin
Nikotin yang biasanya didapat dari rokok diganti sumbernya
dengan nikotin yang didapat dari kulit (susuk nikotin), mukosa
hidung (nikotin sedot hidung), dan mukosa mulut (permen karet
nikotin).
2) Pemberian obat-obatan
Obat yang digunakan untuk membantu keberhasilan berhenti
merokok antara lain :
a) Varenklin
Varenklin menghalangi nikotin menempel pada reseptor dan
mengurangi rasa nikmat yang ditimbulkan dari rokok.
Efektivitas obat ini sudah teruji dalam studi terhadap 2.000
perokok. Dosis yang digunakan untuk terapi adalah 1 mg,
diberikan 2 kali sehari, efek samping yang ditimbulkan adalah
mual, sakit kepala, insomnia dan mimpi buruk, namun hanya
terjadi pada kurang dari 10 % (Larasaty, 2009).
b) Bupropion
Obat ini memiliki efek poten untuk berhenti merokok,
bahkan melebihi khasiat varenklin. Efek samping bupropion
tersering adalah insomnia, mulut kering, mual dan dapat
menyebabkan kejang dengan resiko 1:1.000, maka tidak boleh
digunakan pada pasien dengan riwayat epilepsy (Suryadjaja,
2013).
c) Klonidin
Klonidin efektif menurunkan gejala putus obat pada pasien
yang berhenti merokok atau berhenti minum alcohol. Efek
samping utama klonidin adalah mulut kering dan sedasi.
Klonidin berguna bagi pasien yang memiliki kontraindikasi
dengan farmakoterapi lainnya.
3) Metode hipnotis
Perokok diberi intervensi oleh penghipnitis bahwa merokok itu
buruk dan dia harus berhenti, maka pada saat dia sadar kembali, besar
kemungkinan dia akan berhenti, sekalipun dia tidak tahu siapa yang
menyuruhnya berhenti.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan Keluarga
Pengkajian merupakan suatu tahapan saat seorang perawat
mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. Pengkajian merupakan syarat utama untuk mengidentifikasi
masalah. Pengkajian keperawatan bersifat dinamis, interaktif dan fleksibel.
Data dikumpulkan secara sistematis dan terus-menerus dengan
menggunakan alat pengkajian. Pengkajian keperawatan keluarga dapat
menggunakan metode observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
(Maglaya,2009).
Pengkajian keperawatan dalam keluarga memiliki dua tahapan.
Pengkajian tahap satu berfokus pada masalah kesehatan keluarga.
Pengkajian tahap dua menyajikan kemampuan keluarga dalam melakukan
lima tugas kesehatan keluarga. Namun dalam pelaksanaanya, kedua tahapan
ini dilakukan secara bersamaan.
Variable data dalam pengkajian keperawatan keluarga mencakup :
a. Data umum/ identitas keluarga mencakup nama kepala keluarga,
komposisi anggota keluarga, alamat, agama, suku, bahasa sehari-hari,
jarak pelayanan kesehatan terdekat dan alat transfortasi.
b. Kondisi kesehatan semua anggota keluarga terdiri dari nama, hubungan
dalam keluarga, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan
saat ini, status gizi, tanda-tanda vital, status imunisasi dasar, dan
penggunaan alat bantu atau protesa serta status kesehatan anggota
keluarga saat ini meliputi keadaan umum, riwayat penyakit/ alergi.
c. Data pengkajian individu yang mengalami masalah kesehatan (saat
ini sedang sakit) meliputi nama individu yang sakit, diagnosis medis,
rujukan dokter atau rumah sakit, keadaan umum, sirkulasi, cairan,
perkemihan, pernafasan, musculoskeletal, neurosensory, kulit, istirahat
dan tidur, status mental, komunikasi dan budaya, kebersihan diri,
perawatan diri sehari-hari, dan data penunjang medis individu yang
sakit (lab,radiologi, EKG, USG).
d. Data kesehatan lingkungan mencakup sanitasi lingkungan pemukiman
antara lain ventilasi, penerangan, kondisi lantai, tempat pembuangan
sampah dll.
e. Struktur keluarga : struktur keluarga mencakup struktur peran, nilai
(value), komunikasi, kekuatan. Komponen sruktur keluarga ini akan
menjawab pertanyaan tentang siapa anggota keluarga, bagaimana
hubungan diantara anggota keluarga.
f. Riwayat dan tahap perkembagan keluarga. Variable perkembangan
keluarga ini akan menjawab tahap perkembangan keluarga, tugas
perkembangan keluarga.
g. Fungsi keluarga. Fungsi keluarga terdiri dati aspek instrumental dan
ekspresi. Aspek instrumental fungsi keluarga adalah aktivitas hidup
sehari-hari seperti makan, tidur, pemeluharaan kesehatan. Aspek
ekspresi fungsi keluarga adalah fungsi emosi, komunikasi, pemecahan
masalah, keyakinan dan lain-lain. Pengkajian variable fungsi keluarga
menvakup kemampuan keluarga dalam melakukan tugas kesehatan
keluarga, meliputi kemampuan mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan mengenai tindakan keperawatan yang tepat,
merawat anggota keluarga yang sakit, memelihara lingkungan rumah
yang sehat dan menggunakan fasilitas/ pelayanan kesehatan di
masyarakat.
Sumber data pengkajian keperawatan keluarga meliputi :
a. Sumber data dalam pengkajian keperawatan keluarga dapat diperoleh
dari wawancara dengan klien berkaitan dengan kejadian sebelumnya
dan kejadian sekarang, penilaian subyektif misalnya pengalaman setiap
anggota keluarga, maupun temuan yang objektif misalnya hasil
observasi berbagai fasilitas yang ada dirumah keluarga.
b. Sumber data keluarga dapat juga diperoleh dari informasi yang tertulis
atau lisan dari berbagai agensi yang berhubungan atau bekerjasama
dengan keluarga, atau informasi dari anggota tim kesehatan lain.
Model – model pengkajian :
1) Model pengkajian model Friedman
Asumsi yang mendasarinya adalah keluarga sebagai sistem sosial,
merupakan kelompok kecil dari masyarakat. Friedman memberikan
batasan 6 kategori dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan saat
melakukan pengkajian:
1) Data pengenalan keluarga
2) Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga
3) Data lingkungan
4) Struktur keluarga
5) Fungsi keluarga
6) Koping keluarga
2) Pengkajian keluarga model Calgary
Pengkajian model Calgary mengembangkan konsep dan teori
sistem, komunikasi dan konsep perubahan. Teori sistem memberikan
kerangka kerja bahwa keluarga sebagai bagian dari suprasistem dan terdiri
dari beberapa subsistem. Komunikasi merupakan teori bagaimana
individu melakukan interaksi secara berkelanjutan. Konsep perubahan
menjadikan kerangka kerja bahwa perubahan satu anggota keluarga akan
mempengaruhi kesehatan anggota keluarga yang lainnya.
1) Tahapan-tahapan pengkajian
Untuk mempermudah perawat keluarga saat melakukan pengkajian,
dipergunakan istilah penjajakan.
Pengkajian Penjajakan I
Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain :
a) Data umum
b) Riwayat dan tahapan perkembangan
c) Lingkungan
d) Struktur keluarga
e) Fungsi keluarga
f) Stress dan koping keluarga
g) Harapan keluarga
h) Data tambahan keluarga
i) Pemeriksaan fisik
Dari hasil penggumpulan data tersebut maka akan dapat
diidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi keluarga.
Pengkajian Penjajakan II
Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya
pengumpulan data-data yang berkaitan dengan ketidak mampuan
keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat
ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga.
Adapun ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah
diantaranya:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga adalah keputusan klinis mengenai
individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisa cermat dan sistematis, memberikan dasar
untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab
melaksanakannya. Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil
pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga,
lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga
dan koping keluarga, baik yang bersifat actual, resiko maupun
sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk
melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan
berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga. Tahap dalam diagnosa
keperawatan keluarga antara lain:
a. Analisa data
Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisa data,
yaitu mengkaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan
prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Cara menganalisa data
adalah:
1) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul dalam
format pengkajian
2) Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial dan
spiritual
3) Mengembangkan standart
4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang diketemukan
Ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan
kesehatan keluarga untuk melakukan analisa data, yaitu:
1) Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota keluarga, yang
meliputi:
a) Keadaan kesehatan fisik, mental, dan sosial anggota keluarga
b) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga
c) Keadaan gizi anggota keluarga
d) Status imunisasi anggota keluarga
e) Kehamilan dan KB
2) Keadan rumah dan sanitasi lingkungan, yang meliputi:
a) Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan,
kebersihan, kontruksi, luas rumah dan sebagainya
b) Sumber air minum

c) Jamban keluarga
d) Tempat pembuangan air limbah
e) Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya
3) Karakteristik keluarga, yang meliputi:
a) Sifat-sifat keluarga
b) Dinamika dalam keluarga
c) Komunikasi dalam keluarga
d) Interaksi antar anggota keluarga
e) Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan
anggota keluarga
f) Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga
Dalam proses analisa, data dikelompokan menjadi 2 yaitu data
subyektif dan objektif.
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
Data subyektif :

Data Objektif :

b. Perumusan masalah
Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan kepada
sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan
keluarga meliputi problem, etiologi dan sign/simpton.
1) Masalah (Problem)
Tujuan penulisan pernyatan masalah adalah menjelaskan status
kesehatan atau masalah kesehatan secara jelas dan sesingkat mungkin.
a) Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala yang
jelas mendukung bahwa benar-benar terjadi.
b) Resiko (ancaman kesehatan)
Masalah ini sudah ditunjang dengan data yang akan mengarah pada
timbulnya masalah kesehatan bila tidak segera ditangani.
c) Potensial/sejahtera
Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin meningkat
lebih optimal.
d) Sindrom
Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual dan resiko
tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian/
situasi tertentu.
2) Penyebab (Etiologi)
Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5 tugas keluarga,
yaitu:
a) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
b) Mengambil keputasan untuk melakukan tindakan yang tepat
c) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usiannya yang
terlalu muda
d) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
e) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (pemanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada)
3) Tanda (Sign)
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan objektif yang
diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan
penyebab. Tanda dan gejala dihubungkan dengan kata-kata “ yang
dimanifestasikan dengan”.
c. Prioritas masalah
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga
yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala prioritas (skala
Baylon dan Maglaya) sebagi berikut :
a) Tentukan skor untuk tiap kriteria
b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

x bobot

c) Jumlahkan skor untuk semua kriteria


d) Factor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas:
Penentuan prioritas masalah didasarkan dari empat kriteria yaitu sifat
masalah, kemungkinan dapat diubah, potensi masalah untuk dicegah
dan menonjolnya masalah.

Daftar diagnosis keluarga

Aktual Resiko Potensial


1. Ketidakefektifan 1. resiko 1. potensial
manajiemen ketidakefektifan peningkatan
regimen terapeutik pola nafas pemeliharaan
keluarga 2. resiko penurunan kesehatan,
2. Ketidakefektifan kardiak 2. potensial
pemeliharaan peningkatan
kesehatan proses keluarga,
3. Perilaku kesehatan 3. potensial
cenderung beresiko peningkatan
koping keluarga.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi
masalah kesehatan klien yang telah diidentifikasi dan divalidasi pada tahap
perumusan diagnosis keperawatan. Perencanaan disusun dengan penekanan
pada partisipasi klien, keluarga dan koordinasi dengan tim kesehatan lain.
Perencanaan mencakup penentuan prioritas masalah, tujuan, dan rencana
tindakan. Tahapan penyusunan perencanaan keperawatan keluarga adalah
sebagai berikut :
a) Menetapkan prioritas masalah
Menetapkan prioritas masalah/ diagnosis keperawatan keluarga adalah
dengan menggunakan skala menyusun prioritas dari Maglaya (2009).

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat masalah
Skala :
1. Wellnes 3
2. Actual 3
3. Resiko 2 1
4. Potensial 1

2 Kemungkinan masalah dapat


diubah
Skala :
1. Mudah
2. Sebagian 2 2
3. Tidak dapat 1
0
3 Potensi masalah untuk
dicegah
Skala :
1. Tinggi
2. Cukup 3 1
3. Rendah 2
1
4 Menonjolnya masalah
Skala :
1. Segera 2 1
2. Tidak perlu 1
3. Tidak dirasakan 0

Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala:


1) Kriteria I, yaitu sifat masalah untuk mengetahui sifat masalah ini
mengacu pada etiologi masalah kesehatan yang terdiri dari 3
kelompok besar, yaitu:
a) Ancaman kesehatan
Keadaan yang disebut dalam ancaman kesehatan antara lain:
(1) Penyakit keturunan (asma, DM, dan sebagainya)
(2) Anggota keluarga ada yang menderita penyakit menular
(TBC, gonore hepatitis, dan sebagainya)
(3) Jumlah anggota keluarga terlalu bessar dan tidak sesuai
dengan kemampuan sumber daya keluarga
(4) Resiko terjadi kecelakaan (lingkungan rumah tidak aman)
(5) Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota
keluarga
(6) Keadaan yang menimbulkan stress, antara lain: Hubungan
keluarga tidak harmonis, Hubungan orang tua dan anak yang
tegang, Orang tua yang tidak dewasa
(7) Sanitasi lingkungan yang buruk, diantaranya: Ventilasi
kurang baik, Sumber air minum tidak memenuhi syarat ,
Polusi udara , Tempat pembuangan sampah yang tidak
sesuai syarat , Tempat pembuangan tinja yang mencemari
sumber air minum , kebisingan
(8) Kebiasaan yang merugikan kesehatan, seperti: Merokok,
Minum minuman keras , Makan obat tanpa resep, Makan
daging mentah , Hygiene perseorangan jelek
b) Kurang / tidak sehat
Yaitu kegagalan dalam memantapkan kesehatan, seperti keadaan
sakit (sesudah atau sebelum didiagnosa) dan gagal dalam
pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sesuai dengan
pertumbuhan normal.
c) Situasi krisis (keadaan sejahtera)
(1) Kriteria II, yaitu kemungkinan masalah dapat diubah
(a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan
untung menangani masalah
(b) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan, dan
tenaga
(c) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan,dan waktu
(d) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi
dalam masyarakat dan songkongan masyarakat
(2) Kriteria III, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor
yang perlu diperhatikan adalah:
(a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan
dengan penyakit/masalah
(b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
masalah
(c) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan
yang tepat dalam memperbaiki masalah
(d) Adanya kelompok “High Risk” atau kelompok yang sangat
peka menambah potensi untuk mencegah masalah
(3) Kriteria IV, yaitu menonjolnya masalah
Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang
mempunyai skor tertinggi dan disusun sampai skor terendah
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan
tujuan keperawatan keluarga yaitu :
(a) Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana
keluarga diarahkan untuk mencapai suatu hasil.
(b) Kriteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus
benar-benar bisa diukur dan dapat dicapai oleh keluarga.
(c) Tujuan menggambarkan berbagai alternative pemecahan
masalah yang dapat dipilih oleh keluarga.
(d) Tujuan harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks
diagnosis keperawatan keluarga dan factor-faktor yang
berhubungan.
(e) Tujuan untuk menggambarkan kemampuan dan
tanggungjawab keluarga dalam pemecahan masalah.
Penyusunan tujuan harus bersama-sama dengan keluarga.
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Perilaku kesehatan Perilaku pencarian Bantuan penghentian
cenderung beresiko kesehatan (1603) merokok :
Sedilakukan asuhan 1. Catat status merokok
keperawatan keluarga saat inidan riwayat
selama …x… jam merokok
diharapkan mampu 2. Tentukan kesiapan
memelihara kesehatan, pasien untuk belajar
dengan kriteria hasil : berhenti merokok
1. Menyelesaikan tugas 3. Ajarkan pasien
yang berhubungan mengenai gejala fisik
dengan kesehatan pemutusan nikotin
2. Menjelaskan strategi (misalnya sakit
untuk menghilangkan kepala, pusing, mual,
perilaku yang tidak iritabilitas dan
sehat insomnia)
3. Melakukan perilaku 4. Bantu pasien untuk
kesehatan dengan mengembangkan
inisiatif sendiri rencana berhenti
4. Melakukan kegiatan merokok yang
hidup sehari-hari yang membahas aspek
konsisten dengan psikososial yang
toleransi mempengaruhi
5. Melakukan perilaku perilaku merokok
kesehatan yang 5. Bantu pasien untuk
disarankan memilih metode
terbaik untuk
berhenti merokok,
ketika pasien siap
untuk berhenti
6. Berikan dorongan
untuk
mempertahankan
gaya hidup bebas
asap rokok
2. Hambatan komunikasi Dukungan Sosial (1504) Dukungan pengambilan
verbal Setelah dilakukan keputusan (5250)
asuhan keperawatan 1. Bantu pasien untuk
keluarga selam ..x.. mengklarifikasi
diharapakan mampu nilaidan harapan yang
tidak ada hambatan mungkin akan
dalam melakukan membantu pilihan
komunikasi dengan yang penting dalam
kriteria hasil : hidupnya
1. Kemauan untuk 2. Bantu pasien untuk
menghubungiorang mengidentifikasi
lain untuk meminta keuntungan dan
bantuan kerugian dari setiap
2. Waktu yang disediakan alternatif pilihan
oleh orang lain 3. Hormati hak-hak
3. Dukungan emosi yang pasien untuk menerima
disediakan oleh orang atau tidak menerima
lain informasi
4. Orang-orang yang 4. Bantu pasien
dapat membantu sesuai menjelskan keputusan
kebutuhan pada orang lain sesuai
5. Informasi yang dengan kebutuhan
disediakan orang lain 5. Informasikan pada
pasien mengenai
pandangan-pandangan
atau solusialternatif
dengan cara yang jelas
dan mendukung
6. Implementasi Keperawatan
Implementasi pada asuhan kepeawatan keluarga dapat dilakukan pada
individu dalam keluarga dan pada anggota keluarga lainnya. Implemengasi
yang ditujukan pada individu meliputi :
a. Tindakan keperawatan langsung
b. Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar
c. Tindakan observasi
d. Tindakan pendidikan kesehatan
Implementasi yang ditujukan pada keluarga meliputi :
a. Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,
mengidentifikasi kebutuhan dan haraoan tentang kesehatan, mendorong
sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
untuk individu dengan cara mengidentifikasi konsekuensi jika tidak
melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki
keluarga, mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan
alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan
perawatan.
d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan keluarga
seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara mengenalkan fasilitas yang ada dilingkungan keluarga,
membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
7. Evaluasi Keperawatan
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan
evaluasi diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak tahu atau belum
ada hasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan
keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan
keluarga, untuk itu dapat dilaksanakan secara bertaap sesuai dengan waktu
dan kesediaan klien/ keluarga. Tahapan evaluasi dapat dilakukan selama
proses asuhan keperawatan dan pada akhir pemberian asuhan. Perawat
bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien dan
keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi menkaji kemajuan status
kesehatan individu dalam konteks keluarga, membandingkan respon
individu dan keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil
kemajuan maslah serta kemajuan pencapaian tujuan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo S. (2012). Keperawatan keluarga : konsepteori, proses, dan


praktik keperawatan. Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu
Jaya Muhammad. (2009). Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok.
Samarinda:Riz’ma
Kemenkes RI (2014). Menkes ungkap dampak rokok terhadap kesehatan dan
ekonomi menkes ungkap dampak rokok terhadap kesehatan dan
ekonomi. http://www.depkes.go.id diakses tanggal 15 mei 2018 jam
20.20 WIB
Kozier, B dkk. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses
dan praktik. Vol. 2. Edisi 7. Jakarta : EGC.
Laporan Nasional Riskesda. (2013). Prevalensi perokok.
http://www.depkes.go.id Diakses tanggal 31 Januari 2020 jam 20.00
WITA
Ni’am Asrorun, 2017.panduan anti merokok untuk pelajar, guru, dan orang
tua.Jakarta: Erlangga
Perry.Potter. (2009). Fundamental of nursing fundamental keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Rismani.Made,dkk, 2017. Panduan asuhan keperawatan . Jakarta : UI

Setiadi. (2008). Konsep dan proses keperawatan keluarga. Edisi 1.


Yogyakarta : graham Ilmu.
Tantut Susanto, M.Kep.Sp.Kep.Kom. (2012). Buku ajar keperawatan
keluarga: aplikasi pada praktik asuhan keperawatan keluarga.
Jakarta : TIM.
Wangolds, 2013. Kandungan dalam sebatang rokok.
Http://wangolds.com/thread- kandungan-dalam-sebatang-roko.
Diakeses 5 Mei 2018
Wong, D.L dkk. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Volume 2. Jakarta
: EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.C KHUSUSNYA
An.T DENGAN KASUS REMAJA MEROKOK DI DESA SUKAWATI
TANGGAL 25 DESEMBER 2020 S/D 1 JANUARI 2021

OLEH : KELOMPOK 4
(KELAS B 13-B)

1. Putu Eka Diantari (203221148)


2. Ni Wayan Sintya Putri (203221149)
3. Ida Ayu Milla Brahmani (203221150)
4. Luh Gede Ary Darmawathi (203221151)
5. Kadek Aryani (203221152)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.C KHUSUSNYA An.T
DENGAN KASUS REMAJA MEROKOK DI DESA SUKAWATI
TANGGAL 25 DESEMBER 2020 S/D 1 JANUARI 2021

A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Umum
a. Nama KK : Tn.C
b. Usia : 50 Tahun, 10 April 1970
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : PNS
e. Alamat : Jl. Raya Sukawati, No.99x Gianyar
f. Komposisi anggota keluarga :

N Nama Jenis Hub. TTL atau Pendi Pekerja Status


o (inisial) Kelamin dengan KK Umur dikan an Imuni
sasi
1 Tn.C Laki- Kepala KK Gianyar S1 PNS Lengk
laki , ap
10 April
1970 atau
50 tahun
2 Ny.U Perempu Istri Bangli, SMA Pedaga Lengk
an 11 ng ap
Januari
1974
3 An.T Laki-laki Anak Gianyar, 2 SMK Swasta Lengk
Desember 2 ap
2000 atau
20 tahun
4 An. R Perempu Anak Denpasar, SMP Pelajar Lengk
an 23 februari ap
2005 atau
15 tahun

Genogram Keluarga Tn. C

→ Generasi 1

Generasi 2
Tn. C
Ny. U


Generasi 3
An. T
An. R

Keterangan :

= Laki-Laki
= Perempuan
= Laki- laki meninggal
= Perempuan meninggal
= Pasien
= Tinggal dalam satu lingkungan
g. Tipe Keluarga
Tipe Keluarga Tn.C adalah Nuclear Family atau keluarga inti, dimana di dalam
rumah hanya ada Tn.C, Ny.U, kedua anaknya. Kedua anaknya bernama An.T
dan An.R.
h. Suku
Tn.C berasal dari Bali asli dan Ny.U berasal dari daerah bangli dalam
berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa bahasa Bali. Pola hidup
keluarga Tn.C khususnya An.T sering merokok. Mayoritas penduduk di
lingkungan keluarga Tn. C adalah merupakan warga lokal yang memang berasal
dari desa tersebut. Dan tidak ada budaya yang bertentangan dengan kesehatan.
i. Agama
Agama keluarga Tn.C adalah Hindu dan tidak ada satupun ketentuan agamanya
yang bertentangan dengan kesehatan
j. Status social ekonomi keluarga
Sumber penghasilan keluarga Tn.C berasal dari Tn.C sebagai PNS, Ny.U
sebagai pedagang dan anak pertamanya yaitu An.T yang bekerja sebagai
karyawan swasta dengan penghasilan kurang lebih semuanya Rp ± 7.000.000.
Dari uang tersebut digunakan untuk membayar keperluan bulannya seperti biaya
Air, listrik dan juga digunakan untuk adiknya sekolah dan juga digunakan untuk
biaya sehari-hari keluarga Tn.C.
k. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga Tn.C biasa menghabiskan waktu bersama keluarga dengan menonton
tv, main hp serta mengobrol jika sama sama senggang. Biasanya kalau libur
keluarga Tn.C hanya pergi mengunjungi taman kota.

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn.C saat ini adalah tahap perkembangan anak
usia remaja akhir karena anak pertama Tn.C berumur 20 tahun.
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudabertambah dewasa dan meningkat otonominya.
Pada tugas perkembangan ini telah terpenuhi, karena Tn.C dan Ny.U sudah
memberikan kepercayaan kepada An.T yang sudah belajar mandiri mencari
rezeki dan tanggung jawab dengan pekerjaannya sekarang sebagai
karyawan swasta.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
Hubungan yang intim pada keluarga Tn.C dan Ny.U terjalin dengan baik,
Ny.U suka memasak sebelum berjualan untuk anak dan suaminya, selalu
makan bersama jika pagi hari dan malam hari, jika ada waktu senggang suka
menonton televisi bersama dan pergi berlibur jika waktu libur panjang.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
1) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, permusuhan dan kecurigaan.
Komunikasi An.T jarang berbicara secara terbuka kepada orang tua nya
melainkan kepada teman sebaya, karena orang tua nya terlalu sibuk
bekerja.
2) Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga
Pada perubahan system peran dan peratuan di keluarga system peran
pada keluarga Tn.C baik, Tn.C sebagai ayah, kepala keluarga dan
bekerja mencari nafkah, Ny.U sebagai ibu, dan membantu mencari
nafkah, An.T sebagai anak dan membantu mencari nafkah, An.R
sebagai anak dan pelajar. Tetapi pada peraturan di keluarga tidak baik,
Tn.C dan Ny.U membuat peraturan tidak boleh pulang malam lebih dari
jam 11, peraturan tersebut tidak berjalan dengan baik karena anak selalu
melanggar peraturan, dan tidak mendengarkan nasihat orangtua.
c. Riwayat keluarga inti
Tn.C asli Tegal tugu, Gianyar, tinggal di Sukawati dan Ny.U asal dari
Bangli, setelah lulus SMA Ny.S bekerja menjadi pedagang dipasar gianyar
dan bertemu dengan Tn.C, kemudian dekat dan berpacaran selama 1 tahun
lalu menikah dan memiliki 2 orang anak yaitu An.T dan An.R. setelah
menikah mereka tinggal di Sukawati.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Di dalam keluarga Tn.C pada orang tua Tn.C tidak memiliki riwayat
penyakit apapun dan dari keluarga Ny.U juga tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit apapun.

3. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga Tn.C adalah pola komunikasi tertutup yaitu
setiap anggota keluarga bila memiliki masalah pribadi, anak enggan
bercerita kepada orang tuanya, tetapi komunikasi ayah dan ibu baik, jika ada
suatu masalah diceritakan kepada keluarga. Dalam pengambilan keputusan
biasanya selalu dibicarakan secara musyawarah dengan anggota keluarga
yang lain, Pola interaksi biasanya yang paling sering di lakukan adalah di
pagi hari saat sarapan atau malam hari saat sedang menonton televisi,
gambaran pola interaksi antara ayah dan ibu baik, antara ibu dan anak
kurang baik, antara ayah dan anak kurang baik, antara anak dengan anak
baik, masalah dalam berinteraksi adalah tidak terbukanya anak kepada
orang tua karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan anak suka
bercerita dengan teman sebaya nya.
b. Struktur keluarga
Di dalam pengambilan keputusan di keluarga menggunakan metode
musyawarah, dan yang mengambil keputusan adalah kepala keluarga atau
Tn.C, anggota keluarga lain yang di percaya oleh kepala keluarga adalah
Ibu. Secara keseluruhan hubungan keluarga Tn.C saling harmonis karena
menghormati dan menghargai satu sama lain.
c. Struktur nilai
Dari keluarga Tn.C maupun Ny.U tidak ada nilai-nilai tertentu yang dianut
keluarga bertentangan dengan kesehatan, dan tidak ada kegiatan agama
yang bertentangan dengan kesehatan, kesehatan merupakan hal yang
penting bagi keluarga.
d. Struktur peran
Tn.C berperan sebagai suami dari Ny.U, ayah dari 2 orang anak dan
sekaligus berperan sebagai kepala keluarga. Ny.U berperan sebagai istri dari
Tn.C , ibu dari 2 orang anak dan sebagai ibu rumah tangga.
Anak Pertama yaitu An.T berperan sebagai kakak tertua yang sudah berkerja
dan pencari nafkah.
Anak Kedua yaitu An.R berperan sebagai anak dan sedang menuntut ilmu
di bangku SMP kelas 3.

4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Respon anggota keluarga bila ada salah satu anggota keluarga yang sakit
maka anggota keluarga yang lain akan merasakan sedih dan bila ada anggota
keluarga yang medapatkan perhargaan maka anggota keluarga yang lain
akan ikut merasakan senang. Dan apabila ada satu anggota keluarga yang
kehilangan maka anggota keluarga yang lain merasakan sedih.
b. Fungsi Sosialisasi
Anggota keluarga Tn.C tidak ada yang mengikuti organisasi masyarakat.
Meskipun begitu keluarga Tn.C tetap menjalani interaksi dan hubungan
yang baik dengan tetangga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn.C dan Ny.U ikut keluarga berencana karena dua anak saja
cukup agar dapat memantau perkembangan dan pertumbuhan anak, Ny.U
menggunakan akseptor yaitu suntik, karena jika memakai pil takut lupa dan
jika memakai yang lain merasa takut jadi Ny.U memilih suntik,suntik
dilakukan di puskesmas terdekat, lamanya ± 2 tahun dan tidak ada masalah
dalam masalah seksual.
d. Fungsi ekonomi
Setiap anggota keluarga sudah bekerja dan mendapat penghasilan. Tn.U
sendiri bekerja sebagai PNS Ny.U pun bekerja sebagai pedagang dan An.T
bekerja sebagai karyawan swasta , bila digabungkan pendapatan keluarga
sebulan diatas Rp.7.000.000 dan pengeluaran rutin tiap bulan adalah
kebutuhan sehari-hari, membayar sekolah, membayar air, listrik ,dll, dan
dengan pendapatan segitu Tn.C mengatakan bahwa penghasilannya cukup
untuk kebutuhan setiap bulannya.
e. Fungsi pemeliharaan kesehatan
1) Perilaku keluarga dalam penanggulangan sakit
Kebiasaan keluarga Tn.C berobat jika anggota keluarga yang sakit selalu
membawa ke puskesmas di lingkungan tempat tinggalnya.
2) Pemenuhan kebutuhan makan
Pengadaan makanan sehari-hari adalah Ny.U memasak sendiri atau
terkadang membeli, komposisi jenis makanan sehari-hari makanan
pokok selalu ada, lauk-pauk selalu ada, sayuran selalu ada, buah-buahan
kadang-kadang, susu kadang- kadang, cara penyajian makanan dalam
keluarga adalah tertutup, tidak ada pantangan makanan terhadap
keluarga, air minum biasanya suka membeli di warung, dan pengolahan
makanan suka di cuci terlebih dahulu baru di potong-potong, kebiasaan
makan dalam keluarga biasa bersama-sama atau terkadang sendiri.
3) Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
Tidak semua anggota keluarga terbiasa tidur siang hari karena Tn.C dan
Ny.U bekerja sampai sore. Hanya An.T dan An.R yang terkadang tidur
siang, semua anggota memiliki kamar tidur, ada tiga kamar tidur, jika ada
anggota keluarga yang tidak bisa tidur maka membangunkan anggota
lain untuk menemani atau mencoba untuk bisa tidur dengan memikirkan
hal-hal yang baik atau mendengarkan musik.
4) Pemenuhan kebutuhan rekreasi dan Latihan
Kebiasaan rekreasi kelurga yang teratur kira-kira 3 bulan 1 kali ke taman
kota atau hanya sekedar berbelanja ke pasar sengol gianyar. Jika ada
waktu senggang biasanya menonton televisi bersama, mengikuti acara-
acara di lingkungan, olah raga setiap hari minggu dan hanya jogging
disekitar lingkungan rumah.
5) Pemenuhan kebutuhan kebersihan diri
Kebiasaan anggota keluarga mandi 2 kali sehari pagi dan sore,
menggosok gigi 2 kali sehari pagi dan sore , dan keramas biasanya 2 hari
1 kali , alat-alat yang digunakan sabun,odol,sikat gigi, sampo.
5. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek
Pada saat ini yang menjadi beban fikiran Tn.C dan Ny.U adalah
memikirkan An.T yang merokok dan memilih bekerja dan tidak mau
melanjutkan kuliah untuk mendapat pekerjan lebih layak, dan An.R yang
malas dan suka bergadang. An.T merasakan kurangnya perhatian dan
memilih mencari perhatian dengan berbuat kenakalan dengan teman-
temannya merokok dan susah diberi nasihat.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Tn.C mengatakan bila ada masalah di dalam keluarga maka anggota
keluarga yang lain saling membantu untuk menyelesaikan masalah dan
mendiskusikan bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya.
c. Strategi koping yang digunakkan
An.T mengatakan bila memiliki masalah maka An.T selalu merokok dan
bercerita kepada teman sebayanya karena orang tuanya tidak perduli
dengannya.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Semua anggota keluarga Tn.C bila memiliki masalah selalu diselesaikan
dengan bersama-sama dan selalu menyelesaikan masalah dengan cara
bermusyawarah.

6. Kesehatan Lingkungan
a. Karakteristik Rumah ( termasuk denah rumah )
Keluarga Tn.C tinggal di daerah Sukawati dimana lingkungannya
cukup padat penduduk, rumah yang ditinggali keluarga Tn.C adalah rumah
pribadi ukuran 10 x 7 meter Dinding rumahnya terbuat dari tembok dan
atapnya terbuat dari genteng dan asbes, rumah Tn.C berlantai 1 dimana
terdapat 4 jendela, 1 pintu, 3 kamar tidur, 1 kamar mandi. Ventilasi ada kira-
kira >10 % luas lantai, cahaya yang masuk pada siang hari cukup banyak,
penerangan menggunakan listrik, lantai rumah dari ubin Secara keseluruhan
kondisi rumah keluarga Tn.C rapih dan bersih. Halaman rumah cukup luas,
terdapat ruang tamu, dapur, kamar utama itu merupakan tempat menonton
televisi dan bersih, kamar mandi bersih. Suasana rumah TN.C cukup tenang
dan nyaman.
Pengelolaan sampah rumah dan sampah dapur biasanya di letakkan di
depan rumah TN.C dan akan diangkut petugas sampah keliling setiap
paginya. Sumber air dari PAM dan untuk minum tidak dari situ tetapi
membeli di warung, air tidak berbau dan tidak ada pengendapan. Jamban di
rumah ada dan sudah menggunakan toilet duduk yang terdapat di kamar
mandi, jarak dengan sumber air cukup jauh >10 meter. Pembuangan air
limbah ada di depan rumah dan tampak baik.

Kamar Kamar tidur K.Mandi


Tidur

Ruang Tamu

Kamar Tidur Dapur

b. Karakteristik tetangga dan komunitas Tetangga


Keluarga Tn.C selama tinggal di tempat tinggalnya di sukawati, tidak
pernah memiliki masalah ataupun terdapat konflik dengan tetangga di
lingkungan tempat tinggalnya dan hubungan silahturahmi dengan tetangga
terjalin baik, keluarga Tn.C bersikap ramah dan sangat baik dengan
tetangga. Dilingkungan rumah keluarga Tn.C tetangganya ramah-ramah dan
sopan.
c. Mobilitas geografis keluarga
Tn.C tinggal di daerah tegal tugu sejak lahir, kemudian pindah ke wilayah
sukawati saat masuk SMA hingga saat ini kemudian untuk Ny.U dari kecil
memang sudah tinggal di bangli bersama orang tua sampai kemudian
menikah dengan Tn.C.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Keluarga Tn.C
melakukan perkumpulan keluarga pada momen hari raya dengan keluarga
besar. Keluarga Tn.C dalam interaksi dan bersosialisasi dengan masyarakat
sekitar cukup baik.
e. System pendukung keluarga
Keluarga Tn.C ketika mendapat musibah dibantu oleh tetangga dan saudara
dari Ny.U keluarga Tn.C mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa
BPJS yang diterima oleh keluarga Tn.C dalam memenuhi kebutuhan
kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari keluarga Tn.C selalu mendapat
dukungan dari setiap anggota keluarga yang lain.

7. Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan


Perkumpulan kegiatan di wilayah ini seperti posyandu, posbindu yang
diadakan 1 bulan 1 kali, ada fasilitas kesehatan terdekat yaitu
puskesmas sukawati I, bisa dijangkau dengan kendaraan motor atau
bisa dengan jalan kaki.

8. Pemeriksaan fisik : Head to toe


No. Pem. Fisik Tn.C Ny.U An.T An.R
1. Keadaan Baik, Baik, Baik, Baik,
Umum Composme Composment Composme Composm
ntis is ntis entis
2. Kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit
bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak kepala
Ada ada benjolan, ada bersih,
benjolan, rambut bersih benjolan, tidak ada
Rambut tidak ada rambut benjolan,
bersih tidak ketombe dan bersih tidak rambut
Ada tidak rontok adak bersih
Ketombe ketombe tidak ada
dan tidak dan tidak ketombe
Rontok rontok dan tidak
rontok
3. Mata Konjungtiv Konjungtiva Konjungtiv Konjungtiv
a anemis anemis anemis a anemis
Sclera an- Sclera an- Sclera an- Sclera an-
ikterik ikterik ikterik ikterik
4. Hidung Bersih , Bersih, tidak Bersih, Bersih,
tidak ada ada benjolan tidak ada tidak ada
benjolan benjolan benjolan
5. Telinga Bersih, Bersih, tidak Bersih, Bersih,
tidak ada ada cairan tidak ada tidak ada
cairan yang yang keluar cairan yang cairan
keluar dari dari telinga keluar dari yang
telinga dan dan tidak telinga dan keluar dari
tidak berdenging tidak telinga
berdenging berdenging dan tidak
berdengin
g
6. Mulut Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak Bersih
ada ada stomatitis ada tidak ada
stomatitis stomatitis stomatitis
7. Gigi Bersih, Bersih, Gigi tampak Bersih,
tidak terdapat kuning, tidak
terdapat caries Bersih, terdapat
caries tidak caries
terdapat
caries
8. Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesara
kelenjar kelenjar kelenjar n kelenjar
getah getah bening getah getah
bening bening bening
9. Dada dan Bentuk Bentuk dada Bentuk Bentuk
paru-paru Dada simetris, dada dada
simetris, tidak ada otot simetris, simetris,
tidak ada bantu nafas, tidak ada tidak ada
otot bantu suara nafas otot bantu otot bantu
nafas, suara vesikuler nafas, suara nafas, suara
nafas nafas nafas
vesikuler vesikuler vesikuler
10 Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
distensi distensi distensi distensi
abdomen abdomen abdomen abdomen
11 Ektermitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan dan keluhan dan keluhan dan keluhan
gangguan gangguan gangguan dan
pergerakan pergerakan pergerakan gangguan
pergeraka
n
12 Tanda-tanda 120/80 120/70 120/80 110/70
Vital mmHg mmHg mmHg mmHg
13 Kesimpulan Tn.C dari Ny.U dari An.T dari An.R dari
Hasil hasil hasil hasil
pemeriksaa pemeriksaan pemeriksaa pemeriksa
n keadaan keadaan n keadaan an
umum, umum, umum, keadaan
kepala, kepala, mata, kepala, umum,
mata, hidung, mata, kepala,
hidung, teling, mulut, hidung, mata,
teling, gigi, leher, teling, hidung,
mulut, gigi, dada dan mulut, teling,
leher, dada paru-paru, leher, dada mulut,
dan paru- abdomen, dan paru- gigi, leher,
paru, ekstermitas paru, dada dan
Abdomen Semuanya Abdomen , Paru-paru,
ekstermitas, baik. ekstermitas, abdomen,
tanda-tanda tanda-tanda ekstermita
vital vital s, tanda-
semuanya semuanya tanda vital
baik baik hanya semuanya
gigi kuning baik
karena
sering
merokok

9. Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga


Keluarga Tn.C berharap adanya Asuhan Keperawatan Keluarga akan membuat
mereka lebih mengetahui dan memahami tentang bahaya rokok.

B. Format Analisis Data Kesehatan Keluarga Tn.C

No. Data Fokus Masalah Diagnosa


Keperawatan

1. DS : Merokok Perilaku kesehatan


1. An.T mengatakan mulai cenderung beresiko
merokok sejak kelas 2 SMP. pada keluarga Tn.C
Biasanya merokok saat khususnya An.T
sedang santai, sebelum dan
sesudah makan. Sehari dapat
menghabiskan 10 batang
rokok.
2. An. T mengatakan merasa
sesak jika terlalu banyak
merokok
3. Keluarga mengatakan
mengetahui tentang bahaya
rokok.
4. Ny.U mengatakan sudah
mencoba menasehati An. T
untuk berhenti merokok
5. Keluarga Tn.C berharap
perawat dapat membantu
mengarahkan An.T untuk
segera berhenti merokok.

DO :
1. Keadaan umum An.T tampak
terlihat baik
2. TD : 120/80 mmHg, RR : 20
x/menit, N : 80x/menit

2. DS : Komunikasi tidak Hambatan komunikasi


1. Tn. C mengatakan anaknya efektif verbal berhubungan
jarang mau terbuka dan lebih dengan ketiadaan
senang bercerita dengan teman orang dekat pada
sebayanya. keluarga Tn.C
2. Tn.C mengatakan setiap khususnya An.T
masalah keluarga selalu
diselesaikan secara
musyawarah
3. An.T mengatakan lebih senang
bercerita kepada teman
sebayanya apabila memiliki
masalah
4. An.T mengatakan saat ada
masalah akan
melampiaskannya dengan cara
merokok
DO :
1. An.T nampak lebih banyak
diam
2. Tn.C tampak kurang perhatian
dengan anaknya

C. Skoring Masalah Keperawatan

1. Masalah Keperawatan Keluarga : Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada


keluarga Tn.C khususnya An.T

No. Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran


1. Sifat masalah 1 3/3 x 1 = 1 Masalah keperawatan
Skala : sedang dialami Keluarga
Tidak/kurang sehat = 3 Tn.C saat ini yaitu
Ancaman kesehatan = 2 An.T memiliki kebiasaan
Krisis atau keadaan sejahtera = 1 merokok dan sekarang
dadanya mulai terasa
sesak akibat banyak
merokok, membutuhkan
bantuan perawat untuk
mengarahkan An.T agar
segera berhenti
melakukan kebiasaan
merokok.
2. Kemungkinan masalah 2 2/2 x 2 = 2 Kemungkinan
dapat diubah masalah untuk
Skala : diubah mudah karena
Mudah = 2 keluarga telah
Sebagian = 1 mengetahui tentang
Tidak Dapat = 0 bahaya rokok,
perawat juga
memberi penyuluhan
tentang bahaya
rokok, dan terdapat
gerakan anti
merokok di
lingkungan sekitar
tempat tinggal

3 Potensial 1 1/3 x 1 = 1/3 Masalah berhenti


Masalah Untuk Dicegah Skala : merokok sulit dicegah
Tinggi = 3 karena menghentikan
Cukup = 2 kebiasaan merokok harus
Rendah = 1 secara bertahap, merokok
sudah 4 tahun yang
menyebabkan sangat
ketergantungan terhadap
rokok, tetapi sekarang
dapat dimulai dengan
mengurangi jumlah
mengisap rokok setiap
harinya
4 Menonjolnya Masalah 2/2 x 1= 1 Keluarga melihat
Skala : masalah merokok
Masalah berat, harus segera adalah masalah yang
ditangani sangat berbahaya dan
=2 harus segera
Masalah ada tapi tidak perlu ditangani, keluarga
segera = 1 melihat masalah
Masalah tidak dirasakan = 0 sebagai masalah yang
serius

Total Skor 4 1/3

2. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan ketiadaan orang dekat pada keluarga
Tn.C khususnya An.T

No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran

1 Sifat masalah 1 3/3x1= 1 Pada saat ini yang


Skala : menjadi beban fikiran
Tidak/kurang sehat = 3 Tn.C dan Ny.U
Ancaman kesehatan = 2 adalah memikirkan
Krisis atau keadaan sejahtera = 1 An.T yang merokok
dan memilih bekerja
dan tidak mau
melanjutkan kuliah
untuk mendapat
pekerjan lebih layak
dan memilih mencari
perhatian dengan
berbuat kenakalan
dengan teman-
temannya merokok
dan susah diberi
nasihat. Oleh
karenanya
diperlukan kesiapan
untuk meningkatkan
kesehatan serta
komunikasi antara
anak dan orangtua

2 Kemungkinan masalah 2 2/2x2= 2 Latar belakang


dapat diubah pendidikan
Skala : An.Tadalah SMK
Mudah = 2 sehingga
Sebagian = 1 memudahkan untuk
Tidak Dapat = 0 menerima informasi
dan penjelasan yang
diberikan oleh
petugas.

3 Potensial 1 2/3x1= 2/3 Komunikasi antara


Masalah Untuk Dicegah Skala : anak dan orang tua
Tinggi = 3 sangatlah penting karen
Cukup = 2 dapat mempererat
Rendah = 1 hubungan dan
membantu memahami
setiap perkembangan
anak anaknya

4 Menonjolnya Masalah 1 2/2x1=1 An.T mengatakan


Skala : lebih senang bercerita
Masalah berat, harus segera kepada teman
ditangani sebayanya apabila
=2 memiliki masalah.
Masalah ada tapi tidak perlu An.T mengatakan saat
segera = 1 ada masalah akan
Masalah tidak dirasakan = 0 melampiaskannya
dengan cara merokok.
Sehingga komunikasi
merupakan hal yang
perlu segera ditangani
Total Skor 3 5/3

D. Prioritas Diagnosa Keperawatan

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN SKOR


1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada keluarga Tn.C khususnya 4 1/3
An.T

2. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan ketiadaan orang 3 5/3


dekat pada keluarga Tn.C khususnya An.T
E. Rencana Tindakan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. C

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Perilaku Perilaku pencarian Bantuan penghentian
kesehatan kesehatan (1603) merokok :
cenderung Setelah dilakukan 3 x 1. Catat status
beresiko pada kunjungan selama merokok saat ini
keluarga Tn.C seminggu diharapkan dan riwayat
khusus nya mampu keluargaTn.C merokok
An.T mampu meningkatkan 2. Tentukan
perilaku kesehatan, kesiapan pasien
dengan kriteria hasil : untuk belajar
1. Timbul kemauan berhenti merokok
An. T untuk 3. Ajarkan pasien
mengubah mengenai gejala
perilaku yang fisik pemutusan
sebelumnya tidak nikotin (misalnya
sehat sakit kepala,
2. An. T melakukan pusing, mual,
perilaku kesehatan iritabilitas dan
yang disarankan, insomnia)
yaitu berhenti 4. Bantu pasien
merokok untuk
3. An. T melakukan mengembangkan
perilaku kesehatan rencana berhenti
dengan inisiatif merokok yang
sendiri membahas aspek
psikososial yang
mempengaruhi
perilaku merokok
5. Bantu pasien
untuk memilih
metode terbaik
untuk berhenti
merokok, ketika
pasien siap untuk
berhenti
6. Berikan
dorongan
untuk
mempertahankan
gaya hidup bebas
asap rokok

2. Hambatan Dukungan Sosial (1504) Dukungan


komunikasi Setelah dilakukan 3 x pengambilan
verbal kunjungan selama keputusan (5250)
berhubungan seminggu diharapakan 1. Bantu pasien
dengan ketiadaan tidak ada hambatan untuk
orang terdekat dalam melakukan mengklarifikasi
pada keluarga komunikasi dengan nilaidan harapan
Tn.C khususnya kriteria hasil : yang mungkin
An.T 1. Tidak ada lagi jarak akan membantu
antara orang tua dan pilihan yang
anak penting dalam
2. Timbulnya kemauan hidupnya
anak untuk 2. Bantu pasien untuk
menghubungi orang mengidentifikasi
tua untuk meminta keuntungan dan
bantuan kerugian dari
3. Timbulnya setiap alternatif
dukungan emosi pilihan
antara anak dan 3. Hormati hak-hak
orang tua pasien untuk
4. Orang tua menerima atau tidak
menyediakan waktu menerima informasi
untuk anak 4. Bantu pasien
5. Orang tua dapat menjelskan
membantu anak jika keputusan pada
anaknya ada orang lain sesuai
masalah dengan kebutuhan
5. Informasikan pada
pasien mengenai
pandangan-
pandangan atau
solusi alternatif
dengan cara yang
jelas dan
mendukung
F. Implementasi Keperawatan
No. Tanggal Dx Implementasi Evaluasi
1 25 Perilaku Mencatat status Ds : Klien mengatakan jika
Desember kesehatan merokok saat ini dan merokok sejak kelas 2 SMP
2020 cenderung riwayat merokok dan merokok sehari habis 10
beresiko pada batang dan biasanya
keluarga Tn.C merokok sebelum dan
khususnya An.T sesudah makan atau sedang
menonton televisi serta
mengalami masalah dia
selalu merokok
Do: Klien nampak
selalu merokok jika
mempunyai masalah dan
bercerita kepada teman
sebayanya karena
orang tuanya tidak perduli
dengannya.

Menentukan kesiapan Ds: -


pasien untuk belajar Do: Klien tampak siap dan
berhenti merokok ingin belajar untuk berhenti
merokok

Mengajarkan pasien Ds: Klien mengatakan


mengenai gejala fisik belum mengetahui secara
pemutusan nikotin jelas mengenai gejala fisik
(misalnya sakit kepala, pemutusan nikotin serta
pusing, mual, iritabilitas klien mengatakan merokok
dan insomnia) jika mengalami masalah
saja dan dada merasa sesak
Do : Klien tampak
kooperatif saat ditanya dan
mendengarkan setiap
informasi yang disampaikan
perawat.

Membantu pasien untuk Ds: Klien mengatakan


mengembangkan selalu merokok dan
rencana berhenti bercerita kepada teman
merokok yang sebayanya karena orang
membahas aspek tuanya tidak perduli
psikososial yang dengannya dan
mempengaruhi perilaku merasa kurang perhatian.
merokok Do : klien tampak mau
bercerita apa yang
mempengaruhi prilaku
merokok, klien tampak
kooperatif

Membantu pasien untuk Ds: Klien mengatakan tidak


memilih metode terbaik tahu bagaimana cara
untuk berhenti berhenti merokok
merokok, Do: klien tampak bingung
ketika pasien siap untuk dan tidak mengetahui cara
berhenti untuk berhenti merokok

Memberikan dorongan Ds: pasien mentakan tidak


untuk mempertahankan mendapatkan perhatian
gaya hidup bebas asap karna orang tuanya sibuk
rokok bekerja
Do: Pasien tampak murung

25 Hambatan Membantu pasien Ds : Klien mengatakan


Desember komunikasi untuk mengklarifikasi merasakan kurangnya
2020 verbal pada nilai dan harapan yang perhatian dari orang tuanya
keluarga Tn.C mungkin akan Do: klien tampak murung
khususnya An.T membantu pilihan
yang pentingdalam
hidupnya

Menghormati hak-hak Ds : -
pasien untuk Do : klien mengatakan
menerima atau tidak bersedia menerima
informasi yang perawat
berikan

2 29 Perilaku Menentukan kesiapan Ds: Klien mengatakan siap


Desember kesehatan pasien untuk belajar untuk belajar berhenti
2020 cenderung berhenti merokok merokok
beresiko pada Do: klien tampak kooperatif
keluarga Tn.C
khususnya An.T
Mengajarkan pasien Ds : klien mengatakan jika
mengenai gejala fisik dia sering merasa sesak jika
pemutusan nikotin terlalu banyak merokok, jika
(misalnya sakit kepala, dia mempunyai masalah
pusing, mual, iritabilitas maka dia akan merokok
dan insomnia) Do : klien tampak mengerti
dengan penjelasan yang
diberikan perawat mengenai
gejala fisik pemutusan
nikotin

Membantu pasien untuk Ds : klien mengatakan tidak


Mengembangkan setiap hari merokok dan
rencana berhenti klien juga bekerja
merokok yang Do : klien tampak
membahas aspek kooperatif menyimak semua
psikososial yang informasi untuk memulai
mempengaruhi perilaku hidup sehat dan aktif
merokok bertanya

Membantu pasien untuk Ds : klien mengatakan tidak


memilih metode terbaik bisa langsung berhenti
untuk berhenti merokok namun akan
merokok, menguranginya
ketika pasien siap untuk Do : Klien nampak
berhenti kooperatif menyimak apa
yang disampaikan perawat
dan sesekali bertanya

Memberikan dorongan Ds : Ibu pasien


untuk mempertahankan mengatakan kurang
gaya hidup bebas asap memberikan perhatian
rokok yang mengakibatkan
anaknya menjadi perokok
Do: Ibu tampak
mendengarkan dengan baik
apa yang dikatakan oleh
perawat

29 Hambatan Membantu pasien Ds : Klien mengatakan akan


Desember komunikasi untuk mengklarifikasi merubah sifatnya. Orang tua
2020 verbal pada nilai dan harapan yang klien juga mengatakan akan
keluarga Tn.C mungkin akan lebih memperhatikan
khususnya An.T membantu pilihan anaknya
yang pentingdalam Do: Klien dan orang tuanya
hidupnya nampak kooperatif
mndengarkan apa yang
disampaikan perawat

Menghormati hak-hak Ds: Klien mengatakan


pasien untuk menerima untuk diberikan
menerima atau tidak infomasi oleh perawat
menerima informasi Do : Klien menerima
diberikan infomasi oleh
perawat

3 01 Januari Perilaku Mengajarkan pasien Ds : klien mengatakan sudah


2021 kesehatan mengenai gejala fisik mentehui apa gejala fisik jika
cenderung pemutusan nikotin putus rokok dan sudah
beresiko pada (misalnya sakit kepala, mengurangi jumlah rokok
keluarga Tn.C pusing, mual, iritabilitas yang dikonsumsi dari hari hari
khususnya An.T dan insomnia) kemarin
Do : klien nampak sudah
mengerti dan mau
melaksanakan apa yang
perawat suruh dengan
mengurangi konsumsi rokok

Mengembangkan Ds : Klien mengatakan


rencana berhenti mengerti bagiaman cara agar
merokok yang berhenti atau mengurangi
membahas aspek jumlah rokok yang dikonsumsi
psikososi yang setiap hari, yaitu dengan cara
mempengaruhi perilaku mengelola stres dan
merokok melakukan kegiatan yang
positif, serta menjaga pola
makan yang sehat.
Do: klien tampak paham
dengan apa yang perawat
ajarkan

Membantu pasien untuk Ds : klien mengatakan sudah


memilih metode terbaik memahami tentang metode apa
untuk berhenti merokok, saja yang bisa digunakan agar
ketika pasien siap untuk berhenti merokok yaitu
berhenti mengelola stres, hindari
pemicu, olahraga, pola makan
yang sehat.
Do : klien tampak mengerti
dan kooperatif

Memberikan dorongan Ds: Orang tua dan klien


untuk mempertahankan mengatakan akan lebih

gaya hidup bebas asap memperhatian anak anaknya


untuk mempertahankan gaya
rokok
hidup bebas asap rokok
Do: Klien dan orang tua
nampak kooperatif
G. Evaluasi Keperawatan

No Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan


dx
1 1 Januari 2021 Perilaku kesehatan S : Klien mengatakan sudah mengetahui apa
cenderung beresiko pada gejala fisik jika putus rokok dan sudah
10.00 WITA keluarga Tn.C khususnya mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi
An.T dari hari hari kemarin
O:
- Klien tampak kooperatif saat ditanya dan
mendengarkan setiap informasi yang
disampaikan perawat.
- Klien nampak sudah mengerti dan mau
melaksanakan apa yang perawat suruh
dengan mengurangi konsumsi rokok
A : Masalah Teratasi
P : Anjurkan keluarga untuk selalu memberi
dukungan kepada An.T dalam usahanya
berhenti merokok

2 1 Januari 2021 Hambatan komunikasi S : Klien mengatakan akan merubah


verbal berhubungan dengan sifatnya. Orang tua klien juga mengatakan
10. 00 WITA ketiadaan orang dekat pada akan lebih memperhatikan anaknya
keluarga Tn.C khususnya O : Klien dan orang tuanya nampak
An.T kooperatif mendengarkan apa yang
disampaikan perawat
A : Masalah teratasi
P : Anjurkan keluarga untuk saling
berkomunikasi secara terbuka

Anda mungkin juga menyukai