Anda di halaman 1dari 25

1.

Pengertian remaja

Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-kanak
menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah lakunya merupakan
peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa (Damaiyanti, 2008).
Menurut Dorland (2011), “remaja atau adolescence adalah periode di antara
pubertas dan selesainya pertumbuhan fisik, secara kasar mulai dari usia 11 sampai 19
tahun”.
Menurut Sigmun Freud (1856-1939), dalam Sunaryo (2004:44) mengatakan
bahwa fase remaja yang berlangsung dari usia 12-13 tahun hingga 20 tahun.
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa
kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja
sangat berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman
sebaya) lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua.

2. Fase perkembagan remaja

Tahap perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja sampai dengan fase
remaja akhir berdasarkan pendapat Sullivan (1892-1949). Pada fase-fase ini
terdapat beragam ciri khas pada masing-masing fase

a. Fase pra remaja

Periode transisi antara masa kanak-kanak dan adolesens sering sikenal


sebagai praremaja oleh profesional dalam ilmu perilaku (Potter&Perry,
2005). Menurut Hall seorang sarjana psikologi Amerika Serikat, masa
muda (youth or preadolescence) adalah masa perkembangan manusia
yang terjadi pada umur 8-12 tahun.
Fase praremaja ini ditandai dengan kebutuhan menjalin hubungan
dengan teman sejenis, kebutuhan akan sahabat yang dapat dipercaya,
bekerja sama dalam melaksanakan tugas, dan memecahkan masalah
kehidupan, dan kebutuhan dalam membangun hubungan dengan teman
sebaya yang memiliki persamaan, kerja sama, tindakan timbal balik,
sehingga tidak kesepian (Sunaryo,2004:56).
Tugas perkembangan terpenting dalam fase praremaja yaitu,belajar
melakukan hubungan dengan teman sebaya dengan cara berkompetisi,
berkompromi dan kerjasama.
b. Fase remaja awal

Fase remaja awal merupakan fase yang lanjutan dari praremaja. pada
fase ini ketertarikan pada lawan jenis mulai nampak. Sehingga, remaja
mencari suatu pola untuk memuaskan dorongan genitalnya. Menurut
Steinberg (dalam Santrock, 2002: 42) mengemukakan bahwa masa
remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan orang tua
meningkat melampaui tingkat masa anak-anak.

c. Fase remaja akhir

Fase remaja akhir merupakan fase dengan ciri khas aktivitas seksual
yang sudah terpolakan. Hal ini didapatkan melalui pendidikan hingga
terbentuk pola hubungan antarpribadi yang sungguh-sungguh matang.
Fase ini merupakan inisiasi ke arah hak, kewajiban, kepuasan,
tanggung jawab kehidupan sebagai masyarakat dan warga negara.

3. Karakterisrik Pertumbuhan dan perkembangan remaja


a. Perkembangan biologis

Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa
pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan
sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi
semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat
reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-
laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006: 52).

Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002:


79) menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak
perempuan yaitu; perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi,
anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu
yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan
ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan
menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.

Potter & Perry (2005:535) juga mengatakan bahwa setelah


pertumbuhan awal jaringan payudara, puting dan areola ukurannya
meningkat. Proses ini sebagian dikontrol oleh hereditas, mulai pada paling
muda usia 8 tahun dan mungkin tidak komplet dalam usia 10 tahun. Kadar
estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Uterus mulai
membesar dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut bisa
terjadi secara spontan atau akibat perangsangan seksual. Vagina
memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai tumbuh.

Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi antara lain;


pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan
berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani),
bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai
tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus
diwajaah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara,
rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada.
Kadar testosteron yang meningkat sitandai dengan peningkatan ukuran
penis, testis, prostat dan vesikula seminalis.
Perry&Potter (2005:690) mengungkapkan bahwa empat fokus utama
perubahan fisik adalah :

 Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot dan visera


 Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebah
pinggul
 Perubahan distribusi otot dan lemak
 Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks
sekunder.

Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar


pituitary dan kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing
menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang
aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja
(Sunarto & Agung Hartono, 2002:94).

b. Perkembangan kognitif

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002: 15) pemikiran operasional


formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional
formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran operasional
konkret. Piaget menekankan bahwa bahwa remaja terdorong untuk
memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri
biologis. Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan
dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan
pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir
mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan
membuat pemahaman lebih mendalam.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata
pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis.
Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya
dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih
idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri
sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai
berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan
masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan.
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan
sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam
perkembangan kognitif remaja

c. Perkembangan social

Potter&Perry (2005:535) mengatakan bahwa perubahan emosi


selama pubertas dan masa remaja sama dramatisnya seperti perubahan
fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai oleh mulainya tanggung
jawab dan asimilasi penghargaan masyarakat.
Santrock (2003: 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial
remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia
lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks
sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif
terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja
dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat
merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja.
John Flavell (dalam Santrock, 2003: 125) juga menyebutkan bahwa
kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif
merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan
kompetensi sosial mereka.
Pencarian identitas diri merupakan tugas utama dalam
perkembangan psikososial adelesens. Remaja arus membentuk hubungan
sebaya yang dekat atau tetap terisolasi secara sosial (Potter&Perry,
2005:693). Pencarian identitas diri ini meliputi identitas seksual, identitas
kelompok, identitas keluarga, identitas pekerjaan, identitas kesehatan dan
identitas moral.

4. Perubahan fisik remaja

Pada saat remaja terjadi pertumbuhan yang sangat cepat,


termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk
mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi
reproduksi. Perubahan yang paling dirasakan oleh remaja pertama
kali adalah perubahan fisik (Yuanita, 2011, p.15). Perubahan ini
ditandai dengan munculnya :
1. Tanda-tanda seks primer
Tanda-tanda seks primer yaitu yang berhubungan langsung
dengan organ seks (terjadinya haid pada remaja putri dan
terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki). Pertumbuhan dan
perkembangan ciri-ciri seks primer, yaitu organ-organ seks
merupakan perubahan fisik mendasar yang ketiga. Organ-organ
reproduksi wanita tumbuh selama masa puber dengan tingkat
kecepatan yang bervariasi. Haid dianggap sebagai petunjuk
pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi
matang. Gejala ini merupakan awal dari serangkaian pengeluaran
darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara
berkala, dan akan berhenti saat wanita mencapai menopause (Al-
Mighwar, 2006 p.29).

2. Tanda- tanda seks sekunder


Pada masa pubertas ditandai dengan kematangan organ-
organ reproduksi, termasuk pertumbuhan seks sekunder. Pada
masa ini juga remaja mengalami pertumbuhan fisik yang sangat
cepat (BKKBN, 2010). Tanda-tanda seks sekunder pada remaja
laki-laki terjadi perubahan suara, timbulnya jakun, penis dan buah
zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih
besar, badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut di
sekitar kemaluan dan ketiak. Ciri-ciri seksual pada remaja putri
seperti pinggul menjadi tambah lebar dan bulat, kulit lebih halus
dan pori-pori bertambah besar. Selanjutnya ciri sekunder lainnya
ditandai oleh kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif, dan
sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat (Al-
Mighwar, 2006, p.28-29).
Ciri-ciri seks sekunder pada wanita antara lain :
a. Pinggul yang membesar dan membulat sebagai akibat
membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak
bawah kulit.
b. Buah dada dan puting susu semakin tampak menonjol, dan
dengan berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi
semakin lebih besar dan lebih bulat lagi.
c. Tumbuhnya rambut di kemaluan, ketiak, lengan dan kaki, dan
kulit wajah. Semua rambut, kecuali rambut wajah mula-mula
lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur,
lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.
d. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang
pori-pori bertambah besar. Suara dari suara kanak-kanak
menjadi merdu (melodious), suara serak dan suara yang pecah
jarang sekali terjadi.
e. Kelenjar keringat lebih aktif, dan kulit lebih menjadi kasar
dibanding kulit anak-anak. Sumbatan kelenjar lemak dapat
menyebabkan jerawat.
f. Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan
baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.
g. Otot semakin kuat dan semakin besar, terutama pada pertengahan
dan
menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk
pada bahu, lengan dan tungkai kaki. (Al-Mighwar, 2006 p.29).

Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas


hormonal dibawah pengauh sistim saraf pusat, walaupun semua
aspek fungsi
fisiologis berinteraksi secara bersama - sama. Perubahan fisik yang
sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada
penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder.
Perubahan yang tidak tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan
kematangan neurogonad dengan kemampuan untuk bereproduksi.
Perbedaan fisik antara dua jenis kelamin ditentukan dengan
karakteristik
pembeda, karakteristik seks primer merupakan organ
eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduktif
(misalnya : ovarium, uterus, payudara, penis). Karakteristik seks
sekunder merupakan perubahan yang terjadi di seluruh tubuh
sebagai hasil dari perubahan hormonal (misalnya : perubahan suara,
munculnya rambut pubertas dan bulu pada wajah, penumpukan
lemak) tetapi tidak berperan langsung dalam reproduksi (Wong, et
al. 2009 p.585).
Menurut Al-Mighwar (2006 p.26) perubahan-perubahan
fisik yang penting dan terjadi selama masa remaja adalah sebagai
berikut :

1) Perubahan Ukuran Tubuh


Pertumbuhan tinggi dan berat badan merupakan
perubahan fisik mendasar yang pertama pada masa pubertas.
Hurlock berpendapat bahwa pertambahan tinggi badan anak-
anak perempuan mencapai rata - rata 3 inci per tahun, dalam
tahun sebelum haid, bahkan bisa saja mencapai 5 hingga 6 inci.
Peningkatan berat tubuh bukan hanya disebabkan lemak, tetapi
juga semakin bertambah beratnya tulang dan jaringan otot. Pada
anak perempuan, peningkatan berat tubuh yang
paling besar terjadi sesaat sebelum dan sesudah haid. Pada awal
terjadinya pertumbuhan pesat, lemak cenderung menumpuk,
terutama di sekitar perut, puting susu, pinggul, paha, pipi, leher
dan rahang. Biasanya lemak itu akan hilang dengan sendirinya
pada saat akhir masa puber dan pesatnya pertumbuhan tinggi
badan.

2) Perubahan Bentuk Tubuh


Perubahan bentuk tubuh merupakan perubahan fisik
mendasar kedua. Akibat terjadinya kematangan yang lebih
cepat dari daerah-daerah tubuh yang lain, sekarang daerah-
daerah tubuh tertentu yang tadinya kecil menjadi besar. Gejala
ini tampak jelas pada hidung, kaki dan tangan. Namun demikian
semua bagian itu akan mencapai ukuran dewasa walaupun
perubahannya terjadi sebelum akhir masa puber pada akhir
masa remaja.
Awal pubertas, ekstremitas tumbuh lebih cepat daripada
batang tubuh. Pertumbuhan ekstremitas kemudian berhenti,
tetapi batang tubuh terus tumbuh dengan baik sampai remaja.
Pertumbuhan batang tubuh yang paling besar biasanya pada
tulang pelvis. Lebarnya bertambah lebih cepat dari pada ukuran
antero-posterior. Rongga pelvis memanjang dan pintu panggul
melebar, untuk mempersiapkan fungsi kehamilan (Henderson,
2005 p.3).
Menurut Sarwono (2011, p.62), urutan perubahan-
perubahan fisik yang terjadi pada remaja adalah sebagai
berikut :
a) Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota -
anggota badan menjadi panjang). Pinggul pun menjadi
berkembang, membesar dan membulat. Hal ini sebagai
akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya
lemak di bawah kulit.
b) Pertumbuhan payudara, seiring pinggul membesar, maka
payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini
terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan
makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi
lebih besar dan lebih bulat.
c) Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di
kemaluan. Rambut kemaluan yang tumbuh ini terjadi setelah
pinggul dan payudara mulai berkembang.
d) Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal
setiap tahunnya.
e) Bulu kemaluan menjadi keriting.
f) Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium
(Wiknjosastro, 2006, p.46).
g) Tumbuh bulu-bulu ketiak.

5. Siklus mestruasi

Menstruasi adalah pelepasan dinding endometrium yang


disertai dengan pendarahan yang terjadi secara berulang setiap
bulannya kecuali pada saat kehamilan (Aulia, 2009, p.8).
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh
wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon
reproduksi. Darah yang keluar dari rahim berisikan jaringan sel
telur yang sudah mati, hormon prostaglandin, dan zat pengencer
fibrinolysin yang berasal dari lapisan dinding rahim yang luruh.
Prostaglandin yang memeras otot rahim untuk mendorong darah
haid keluar, dan itu pula yang membangkitkan rasa nyeri perut
selama haid berlangsung. Sedangkan zat pengencer darah dalam
haid yang menjadikan darah haid tidak membeku (Nadesul, 2010,
p.22-23).

b. Siklus Menstruasi

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium)


yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya
kecuali pada saat kehamilan. Jarak antara hari pertama menstruasi
dengan hari pertama menstruasi bulan berikutnya disebut siklus
menstruasi (BKKBN, 2010). Menstruasi biasanya terjadi pada
usia 11 tahun dan berlangsung hingga menopause (biasanya
terjadi sekitar usia 45-55 tahun). Normalnya, menstruasi
berlangsung selama 3-7 hari (Chaerani, 2006, p.29).
Siklus menstruasi pada setiap orang tidak sama. Siklus
menstruasi yang normal sekitar 24-31 hari tetapi ada juga yang
kurang atau lebih dari siklus menstruasi yang normal. Siklus ini
tidak selalu sama setiap bulannya. Perbedaan siklus ini ditentukan
oleh beberapa faktor, misalnya gizi, stres dan usia. Pada masa
remaja biasanya memang mempunyai siklus yang belum teratur,
bisa maju atau mundur beberapa hari. Pada masa remaja, hormon-
hormon seksualnya belum stabil. Semakin dewasa biasanya siklus
menstruasi menjadi lebih teratur, walaupun tetap saja bisa maju
atau mundur karena faktor stres atau kelelahan (BKKBN, 2010).
Biasanya menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang
menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari.
Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10 ml
hingga 80 ml per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35 ml per
harinya. Biasanya pada saat menstruasi wanita memakai pembalut
untuk menampung darah yang keluar. Pembalut harus diganti
minimal dua kali sehari untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi
pada vagina atau gangguan-gangguan lainnya (Chaerani, 2006,
p.29-30).
Banyak sedikitnya darah yang keluar selama haid
ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:
1) Ketebalan lapisan dinding rahim terbentuk setiap daur siklus
haid. Ini dipengaruhi oleh aktivitas hormon. Semakin aktif
hormonnya, semakin tebal lapisan endometrium yang
terbentuk, sehingga semakin banyak darah yang harus
dikeluarkan. Sebaliknya, semakin tipis
lapisan endometrium terbentuk, semakin sedikit darah yang
harus dibuang selama haid.
2) Ada tidaknya obat-obatan, jamu, bahan berkhasiat yang
dikonsumsi, serta adakah pula suatu penyakit pada organ
reproduksi.
3) Proses pembekuan darah tubuh ikut menentukan banyak
sedikitnya haid yang keluar (Nadesul, 2010, p.23).
c. Fase-fase dalam siklus menstruasi
Setiap siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang
terjadi dalam uterus. Fase ini merupakan hasil kerjasama yang
sangat terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus.
Rata-rata terdapat sekitar 300.000 calon telur yang belum
matang/folikel (follicles) di kedua indung telur selama masa
pubertas. Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telur yang
tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum
menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka
sel telur tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan kemudian
berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi. Proses
pelepasan ini disebut dengan ovulasi (Nadesul, 2010, p.19).
Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar di dalam otak
melepaskan hormon yang disebut Follicle Stimulating Hormone
(FSH) ke dalam aliran darah sehingga membuat sel-sel telur
tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel
telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada sel telur lainnya dan
menjadi dominan hingga kemudian mulai memproduksi hormon
yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah.
Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH membantu
sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian memberi
signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima sel
telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan
lendir yang lebih banyak di vagina untuk membantu kelangsungan
hidup sperma setelah berhubungan intim (Chaerani, 2006, p.32).
Pada hari pertama menstruasi, terjadi perdarahan akibat
peluruhan dinding rahim (endometrium) yang disebabkan oleh
penurunan level hormon progesteron. Hal ini terjadi karena ovum
(sel telur) yang dilepas pada siklus sebelumnya tidak mengalami
pembuahan, sehingga dinding rahim yang dimaksudkan untuk
menangkap ovum yang terbuahi tidak diperlukan lagi. Peluruhan
dinding rahim ini berlangsung selama beberapa hari, atau rata-rata
lima hari (Nadesul,2010, p.24).
Pada saat perdarahan menstruasi ini berlangsung, hormon
FSH (Follicle Stimulating Hormone) serta hormon LH
(Luteinizing Hormone) mulai dilepas oleh tubuh, yang berfungsi
untuk mematangkan ovum yang akan dilepas pada siklus ini. Saat
ovum matang, tubuh mengalami peningkatan hormon estrogen,
dan hormon FSH dan LH mengalami penurunan. Dengan hormon
estrogen ini, dinding rahim baru perlahan-lahan terbentuk. Seiring
dengan meningkatnya estrogen, lendir leher rahim, yang berfungsi
untuk membantu aliran sperma, mulai terbentuk. Pada saat level
hormon estrogen mencapai puncaknya ketebalan dinding
rahim juga mencapai maximum, produksi lendir leher rahim juga
mencapai maximum dan leher rahim berada dalam kondisi
terbuka dan dalam keadaan lembut. Setelah tahap pra-ovulasi
dalam siklus menstruasi, setelah estrogen mencapai titik
puncaknya dan mulai menurun, terjadi pengeluaran hormon LH
dan FSH yang tinggi secara mendadak yang disebut juga sebagai
LH Surge, dan hal ini menyebabkan folikel ovum untuk pecah dan
mendorong ovum itu sendiri untuk keluar dari ovarium. Sel telur
biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi
peningkatan LH. Setelah ovum dilepaskan dari ovarium, folikel
yang ada membentuk corpus luteum yang mulai melepaskan
hormon progesteron. Hormon inilah yang menyebabkan kenaikan
suhu basal tubuh dibandingkan suhu basal tubuh di hari - hari
sebelumnya (thermal shift). Selepas ovulasi, progesteron dan
sedikit estrogen menahan dinding rahim agar tidak luruh. Hal ini
dimaksudkan apabila terjadi pembuahan pada sel telur yang
dilepaskan tadi, maka dinding rahim akan dapat menangkapnya
dan terjadilah kehamilan. Selepas ovulasi, produksi lendir leher
rahim mengalami penurunan drastis dan posisi leher rahim mulai
menutup dan tidak lagi lembut. Lama kelamaan, corpus luteum
menjadi hancur produksi progesteron menurun sehingga tidak
kuat menahan dinding rahim, terjadilah peluruhan (Chaerani,
2006, p.32-34).
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menstruasi
Menstruasi terjadi sebagai akibat proses panjang interaksi
antar hormon dalam tubuh wanita, keseimbangan hormon
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :
1) Asupan Nutrisi
Pola makan merupakan wujud perilaku manusia pada
makanan. Pola makan yang salah dengan tinggi lemak,
karbohidrat dan protein akan meningkatkan berat badan yang
lebih dan hal ini secara langsung akan meningkatkan status
gizi pada kondisi lebih (obesitas pun dapat terjadi). Penerapan
pola makan yang berlebih tentunya akan meningkatkan kerja
organ-organ tubuh sebagai bentuk haemodialisa (kemampuan
tubuh untuk menetralisir pada keadaan semula) dalam rangka
pengeluaran kelebihan tersebut. Dan hal ini tentunya akan
berdampak pada fungsi sistem hormonal pada tubuh.
Adanya gangguan dari fungsi sistem hormonal dari
tubuh tersebut tentunya akan mempengaruhi kerja organ-organ
tubuh secara maksimal termasuk organ seksual perempuan
baik berupa peningkatan progesteron, estrogen, FSH dan LH
sendiri akan berdampak pada gangguan siklus haid yang
terlalu cepat maupun siklus haid yang pendek. Sedangkan pada
penerapan pola makan yang kurang sendiri (paling banyak
diterapkan pada perempuan) akan mempengaruhi kemampuan
kerja organ tubuh secara langsung dimana tubuh tidak
memiliki kemampuan yang normal karena energi yang
sebahagian besar bersumber dari makan tidak mencukupi dan
hal ini juga tentunya akan mempengaruhi maksimalisasi kerja
organ sendiri.
2) Kondisi Psikologis
Menstruasi tidak lancar bisa disebabkan banyak faktor,
salah satunya adalah stres psikologis. Banyak penelitian
menemukan adanya hubungan nafsu makan tinggi dengan the
level of psychological events and behaviour.
Saat menstruasi tidak lancar, wanita bisa mengalami
emotional hunger yaitu keinginan mengisi perut yang kuat
sekali, biasanya makanan camilan energi dan lemak tinggi,
karbohidrat olahan dan sederhana tinggi. Secara fisiologis,
Anda mungkin tidak lapar, lambung tidak kosong dan tubuh
belum memerlukan makanan (biological hunger). Wanita
harus mengelola stres psikologis dengan baik agar menstruasi
bisa lancar kembali (Gunawan, 2011, p.46).

6. Factor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja


Perkembangan remaja di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga,
kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan
mental terutama emosi dan inteligensi.
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya.
Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif
bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan
keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku
kehidupan budaya anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan
kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan
bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas
ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
Komunikasi dalam keluarga juga diperlukan antara orang tua dan anak.
Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih
berganti; bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau dari anak ke
anak. Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin
disampaikan, siapa yang berkepentingan untuk menyampaikan suatu pesan
cenderung menunda komunikasi.
2. Kematangan anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu
mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang
lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu,
kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu
bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang
fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan
sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang
anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam
konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak
langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan
memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu
sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial
anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam
hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan
menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat
berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat
lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
4. Pedidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat
pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan
warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa
yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa
perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan
kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan
kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah). Kepada
peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi
dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan
antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Integensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan
intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu
kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian
emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam
perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami
orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan
dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
Factor factor yang mempengaruhi pertumbuhan pada remaja yaitu factor
internal dan factor eksternal
Faktor Internal
Berikut ini adalah berbagai macam faktor internal yang berpengaruh terhadap
tumbuh kembang manusia :
1. Gen
Gen merupakan faktor paling dominan yang bisa mempengaruhi tumbuh dan
kembang manusia. Gen adalah sifat yang diturunkan dari induknya. Gen sangat
dominan dalam menentukan ciri dan juga sifat manusia. Contoh yang diturunkan
dari gen adalah bentuk tubuh manuia, tinggi tubuh manusia, warna kulit manusia,
bentuk hidung, wajah, alis, mata dan masih banyak lagi lainnya. Gen juga
berpengaruh terhadap sistem metabolisme manusia sehingga gen tersebut bisa
berpengaruh terhadap tumbuh dan kembangnya. anak yang memiliki gen yang
baik, dia bisa tumbuh dan berkembang sesuai umurnya. Tetapi apabila
anakmemiliki kelainan genetik akibatnya adalah tumbuh dan kembang manusia
menjadi terganggu.
2. Hormon
Hormon merupakan faktor yang bisa mempengaruhi tumbuh dan kembang
manusia. remaja merupakan anak yang sedang dalam fase pertumbuhan dan
perkembangan dikarenakan hormon akan lebih matang di fase ini. remaja yang
sudah mendapatkan menstruasi atau mimpi basah hormonnya akan mengalami
kematangan sehingga tidak jarang pada remaja yang telah mendapatkan
menstruasi maupun mimpi basah dia akan memiliki berbagai macam perubahan
bentuk tubuh dimana perubahan tersebut termasuk dalam pertumbuhan dan
perkembangan manusia.
3. Ras
Ras juga menjadi penentu pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Hal
itu dikarenakan manusia akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan rasnya
masing-masing. Contohnya adalah ras Asia akan memiliki postur tubuh yang
lebih pendek dibandingkan dengan ras Amerika. Selain itu kulit ras Asia
cenderung lebih gelap jika dibandingkan dengan kulit ras Amerika. Warna rambut
ras Asia cenderung hitam dan gelap namun warna rambut untuk ras Amerika
banyak yang memiliki rambut yang pirang.
5. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga merupakan faktor penentu pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Contohnya saja adalah sebagai berikut ini:
 Saat masih bayi dan anak-anak, masa pertumbuhan anak wanita lebih cepat
dibandingkan dengan anak laki-laki sehingga tidak heran jika anak wanita
akan lebih cepat berbicara dan berjalan dibandingkan dengan anak laki-laki.
 Saat masa pubertas, keadaannya akan terbalik dimana pertumbuhan dan
perkembangan anak laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan anak wanita.
Tidak jarang, laki-laki yang seumuran dengan anak wanita memiliki gestur
tubuh lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Hal tersebut merupakan salah
satu tanda bahwa saat pubertas tumbuh dan kembang anak laki-laki lebih
cepat.
Faktor Eksternal
Selain ada faktor internal yang mempengaruhi tumbuh dan kembang remaja,
ada faktor dari luar yang mempengaruhi pertumbuhan remaja. Berikut ini adalah
berbagai macam faktor yang bisa mempengaruhi pertumbuhan remaja
1. Gizi
Salah satu faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan manusia adalah faktor gizi. Tidak semua manusia memiliki gizi
yang sama. Saat dalam masa pertumbuhan ada baiknya manusia mencukupi
asupan gizinya dengan baik.
2. Penyakit
Faktor eksternal yang kedua yang bisa mempengaruhi tumbuh dan kembang
adalah penyakit. Penyakit yang bisa menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan manusia terganggu baik masih di dalam kandungan maupun saat
sudah berada di luar adalah penyakit yang disebabkan oleh virus.
3. Infeksi
Infeksi juga menjadi faktor eksternal yang bisa mengganggu pada
pertumbuhan dan pekembangan manusia. Infeksi itu misalnya saja adalah PMS
atau penyakit menular seksual. Infeksi itu bisa menyebabkan gangguan pada
proses reproduksi seseorang
5. Sanitasi lingkungan
Anak-anak yang tinggal di lingkungan yang tercemar bisa membuat anak
tersebut rentan untuk terhambat tumbuh dan kembangnya. Hal itu dikarenakan
zat-zat berbahaya yang ada pada lingkungan yang tercemar itu bisa masuk
kedalam tubuh anak dan mempengaruhi organ-organnya.

7. Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja

A. Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi menurut (WHO) adalah suatu keadaan sehat secara
fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,
fungsi serta prosesnya atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati
kehidupan seksual serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya
secara sehat dan aman. Sedangkan menurut konfrensi internasional
kependudukan dan pembangunan yaitu kesehatan reproduksi adalah keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan
dengan fungsi, peran dan sistem reproduksi (Desmarnita, 2014).
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari
kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (Marmi 2013)
Berdasarkan pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa kesehatan
reproduksi remaja adalah suatu kondisi yang sehat pada sistem reproduksi remaja
sehat dalam artian bahwa bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan namun
sehat secara mental dan memiliki peran serta fungsi secara normal berdasarkan
fungsinya.

B. Ruang Lungkup Kesehatan Reproduksi Remaja


Menurut Marmi (2013) ruang lingkup kesehatan reproduksi pada remaja
meliputi:
1. Gizi seimbang
Masa remaja merupakan masa keemasan tumbuh kembang manusia,
saat remaja itulah saat perkembangan organ-organ reproduksi mulai optimal.
Gizi seimbang dengan baik merupakan hal yang sangat penting untuk
menunjang kesehatan reproduksi pada remaja. Apabila kesehatan reproduksi
dapat terjaga dengan baik maka seiring berjalannya waktu pertumbuhan
manusia yang berkualitas juga akan terwujud. Pada masa remaja berbagai
aktivitas fisik maupun mental berjalan dengan sangat optimal. Oleh karena
itu, segala asupan yang berguna untuk menunjang segala aktivitas tersebut
juga harus terpenuhi dengan baik dan teratur. Nutrisi yang di butuhkan pada
remaja adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
2. Informasi tentang kesehatan reproduksi
Informasi tentang kesehatan reproduksi bagi remaja akan berguna
untuk:
a. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman remaja maupun orang
dewasa mengenai pentingnya kesehatan remaja (KRR)
b. Mempersiapkan remaja menghadapi dan melewati masa pubertas
yang cukup berat
c. Melindungi anak dan remaja dari berbagai resiko kesehatan
reproduksi terhadap infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/ AIDS
serta kehamilan tak diharapkan
d. Membuka akses pada informasi dan pelayanan kesehatan
reproduksi remaja melalui sekolah maupun luar sekolah

3. Pencegahan kekerasan seksual


Salah satu praktek kekerasan seksual terhadap remaja yang dinilai
menyimpang adalah bentuk kekerasan seksual. Jelas praktek tersebut
bertentangan dengan nilai-nilai agama serta melanggar hukum yang berlaku
dan membuat masyarakat termotivasi untuk membasmi praktek seks yang kini
telah banyak dilakukan di kota-kota maupun di desa, disini sangat penting
peran aktif masyarakat, individu, dan pemerintah untuk menanggulangi
praktek kekerasan seksual terhadap remaja dan penjualan serta tujuan
prostitusi dan pornografi. Sebenarnya ditinjau dari faktor penyebab terjadinya
praktek kekerasan ataupun kejahatan seksual adalah faktor kejiwaan pada
pelaku. Hal-hal yang demikian perlu dicermati dan diwaspadai terhadap
pelaku kejahatan.
Kekerasan seksual yang sering terjadi di kalangan remaja antara lain:
a. Pemerkosaan
b. Pelecehan seksual yang meliputi:
1) Pelaku memegang dan meraba atau mengelus organ vital
seperti alat kelamin, bagian payudara dan pantat.
2) Pelaku memasukkan bagian tubuhnya kedalam mulut, anus
atau pada alat kelamin vagina
3) Pelaku memaksa untuk memegang bagian tubuhnya sendiri,
bagian tubuh pelaku, atau bagian tubuh orang lain
Dampak kekerasan seksual pada remaja dapat menyebabkan adanya
gangguan pada remaja diantara adalah:
1) Psikologis
Dapat menimbulkan rasa trauma yang sulit untuk dilupakan
dan dapat merubah kepribadian seseorang seratus delapan puluh
derajat dari yang tadinya periang menjadi pemurung, yang tadinya
energik menjadi lesu dan kehilangan semangat hidup.

2) Dampak kerusakan fisik


Secara fisik, remaja yang mengalami pelecehan seksual sering kali
mengalami kekerasan ataupun kerusakan pada fisiknya, antara
lain:
(a) Cedera.  
pelecehan seksual anak dapat menyebabkan luka internal
dan pendarahan. Pada kasus yang parah, kerusakan organ
internal dapat terjadi dan dalam beberapa kasus dapat
menyebabkan kematian
(b) Infeksi. 
Pelecehan seksual pada anak dapat menyebabkan infeksi
dan penyakit menular seksual. Tergantung pada umur anak,
karena kurangnya cairan vagina yang cukup, kemungkinan
infeksi lebih tinggi.
4. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
Napza adalah bahan atau zat yang dapat mempengaruhi kondisi
kejiwaan atau psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat
menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Di kalangan remaja saat ini
banyak ditemukan perilaku penggunaan napza, tentunya hal tersebut sangat
memprihatinkan karena dapat mengganggu kesehatan tubuh salah satunya
adalah kesehatan reproduksi. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah
gangguan pada endokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi
(estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual. Dampak
terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain
perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe
(tidak haid). Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya
pemakaian jarum suntik secara bergantian, resikonya adalah tertular penyakit
seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya
(Kusmaryani, 2009)
5. Pencegahan pernikahan usia dini
Pernikahan dini adalah sebuah bentuk pernikahan yang salah satu atau
kedua pasangan berusia di bawah 18 tahun. Dalam UU perkawinan nomor 1
tahun 1974 dijelaskan bahwa batas minimal usia menikah bagi perempuan 16
tahun dan lelaki 19 tahun. Pernikahan dini sering terjadi pada anak yang
sedang mengikuti pendidikan atau pada mereka yang putus sekolah.Hal ini
merupakan masalah sosial yang terjadi di masyarakat yang penyebab dan
damapaknya amat kompleks mencakup sosial-budaya, ekonomi, pendidikan,
kesehatan maupun psikis. Badan kependudukan dan keluarga berencana
(BKKBN), menyarankan usia 20-21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun
untuk laki-laki, sebagai batas usia pernikahan yang ideal pada saat usia
tersebut (Azizah, 2014)
Perkawinan usia remaja berdampak pada rendahnya kualitas keluarga,
baik ditinjau dari segi ketidaksiapan secara psikis dalam menghadapi
persoalan sosial maupun ekonomi rumah tangga, resiko tidak siap mental
untuk membina perkawinan dan menjadi orangtua yang bertanggung jawab,
kegagalan perkawinan, kehamilan usia muda berisiko terhadap kematian ibu
karena ketidaksiapan calon ibu remaja dalam mengandung dan melahirkan
bayinya. Banyak faktor yang menyebabkan usia muda melakukan
pernikahan antara lain: pendidikan, status ekonomi, persepsi orangtua dan
karakteristik orang tua. Mengingat resiko yang besar pada pernikahan diusia
muda, sebaiknya pasangan muda ataupun orang tua perlu adanya
pengetahuan akan hal tersebut (BKKBN, 2013 dalam Azizah, 2014).

Anda mungkin juga menyukai