Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KASUS PERKEMBANGAN ANAK

PERHATIAN ORANG TUA DAN KAITANNYA TERHADAP PERSPEKTIF REMAJA TERHADAP SEKSUALITAS : SUATU STUDI KASUS FILM MARRIED BY ACCIDENT

The Learning University

Dosen Pendamping : Ibu Anies Syafitri

Oleh : Off : A EPRYSCA NOVIASARI (109331714152)

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2010

KASUS FILM MARRIED BY ACCIDENT

Film yang dibintangi tokoh remaja ini menceritakan Ole. Seorang anak remaja usia SMA yang sedang berpacaran dengan Raskal, teman sebayanya yang jadi bintang sepak bola di sekolahnya. Ole adalah seoran remaja Jakarta yang tinggal di lingkungan perlente, keluarga yang kaya, dengan seorang ayah yang tergila-gila pada music, setiap hari hobinya menyanyi dan karaoke. Sementara kakak nya, stella adalah seorang perempuan muda yang berotak ngeres, hobinya berpacaran dan melakuakan hubungan seksual dengan teman-teman lelakinya. Ibu dari ole, adalah tipe wanita yang suka memelihara kemolekan tubuhnya. Hobi dari ibu ole adalah membeli barang-barang dari produk iklan di televisI. Teman karib dari Raski adalah dua orang remaja SMA yang gemar menonton film porno. Teman-teman Rski ini selalu up-date tentang hal-hal yang berbau porno. Teman-temannya pula yang mendorong raski untuk melakukan hubungan badan dengan Ole, pacarnya. Di suatu kesempatan, ole yang selalu terngia-ngia pernyataan kakaknya, Stella untuk melakukan hubungan seksual, menanyakan tentang ML pada Raski. Raski yang juga sedang bertanya-tanya karena terus mendapat sindiran dari teman-temannya juga merasa tertantang. Karena adanya kesempatan tersebut, akhirnya mereka melakukan hubungan badan di dalam mobil. Setelah beberapa bulan, Ole mengalami terlambat datang bulan, ternyata Ole sedang hamil. Sebenarnya, Ole ingin membicarakan hal ini pada kedua orang tuanya, namun, Ole ragu, karena orang tua Ole punya kesibukan yang berbeda, dan Nampak kurang perhatian pada Ole. Akhirnya Ole memilih untuk mengaborsi janinnya. Saat di klinik aborsi, mengetahui berbagai kenyataan tentang aborsi, Ole dan kekasihnya mengurungkan niatnya. Akhirnya mereka menentukan untuk memelihara buah hati mereka. Mereka melakukan perawatan di klinik kehamilan secara diam-diam. Akhirnya, kehamilan Ole yang sudah berusia 5 bulan diketahui oleh kedua orang tuanya. Dan kedua orang tua Ole memarahinya serta memilih untuk memisahkan Ole dan Raskal, kekasihnya.

Psikologi Perkembangan Remaja

Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity , Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanakkanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990). Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak. Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial.

Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja

Perkembangan fisik

Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah

pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget ).

Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk

berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001). Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget ). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Remaja memiliki keyakinan bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-destructive] oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena perilaku seksual yang dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang [drugs] berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya. Remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja . Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu. Perkembangan kepribadian dan sosial

Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup. Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan

kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman. Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya . Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya , kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya. Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja. 1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah. 2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti

tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. 3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa. 4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. 5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

Tugas perkembangan remaja Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain :

memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan

memperoleh peranan sosial menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

Tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat.Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya. Remaja dan perilaku seksualitasnya Perkembangan emosi yang labil dan bekal hidup yang masih perlu dipupuk menjadikan remaja lebih rentan mengalami gejolak sosial. Pada masa ini, terjadi perubahan secara signifikan ( Adolescent growth spurt) pada diri remaja. Peubahan ini, membuat seseorang mengalami pencarian jati diri dan keingintahuan yang besar mengenai hal-hal baru, terutama seputar perubahan yang terjadi pada dirinya. Pencarian jati diri pada usia remaja tidak selalu terjadi secara positif sehingga mengantarkan pada perilaku tuna sosial di masyarakat. Banyak kasus kriminal yang dilakukan oleh remaja salah satunya adalah seks bebas yang berakibat pada tindak aborsi. Menurut WHO, setiap tahun kira-kira 15 juta remaja berusia 15-19 tahun melahirkan, 4 juta melakukan aborsi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja putra maupun putri ( di Indonesia ) pernah berhubungan seksual; studi akhir menunjukkan bahwa hampir 50% remaja di bawah usia 15 tahun dan 75% di bawah usia 19 tahun melaporkan telah melakukan hubungan seks dan hamil di luar nikah (Jilan, 2009). Penyimpangan ini karena sebagian besar remaja belum mendapatkan pelayanan pendidikan reproduksi sesuai kebutuhan. Di lain sisi, perkembangan teknologi - arus globalisasi- berupa internet dapat dengan mudah diakses, sehingga mendukung para remaja dalam mendapatkan informasi mengenai seksualitas yang belum tentu benar. Menurut Direktur kelembagaan komunikasi Depkominfo Subagyo yang bertindak selaku pembicara pada diskusi publik tentang pemahaman dan implementasi Undang-Undang pornografi di Bandung, prosentase penguna situs pornografi didomonasi usia remaja yang mencapai 90% (RRI, 2009). Hal ini, mengindikasikan kebutuhan informasi reproduksi remaja yang sangat tinggi tetapi belum terwadahi secara terstruktur dan terarah.

Pesatnya perkembangan globalisasi dan kebudayaan mempengaruhi perkembangan psikologi remaja pada fase awal ( masa pubertas), yaitu pada masa pemasakan seksual berupa kematangan fungsi jasmaniah yang biologis. Pubertas ( puberty) ialah suatu periode kematangan kerangka dan seksual yang terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Titik mula pubertas terletak pada fenomena pertumbuhan dan pemasakan fisik. Pertumbuhan organ-organ genital yang ada, baik didalam maupun di luar tubuh sangat menentukan bagi perkembangan tingkah laku seksual selanjutnya. Pada masa ini, remaja mulai mengalami krisis jati diri, mereka ingin mengetahui tentang perubahan yang terjadi pada dirinya, terutama tentang seksualitas yang membuat mereka mulai mencari informasi seputar seksualitas dan reproduksi. Dalam perkembangan kognitifnya, masa remaja merupakan masa semakin meningkatnya pengambilan keputusan. Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil keputusan dibanding remaja yang lebih muda, remaja yang lebih muda lebih kompeten daripada anak-anak. Pengalaman yang luas merupakan faktor terpenting, karena remaja perlu lebih banyak peluang mempraktekkan dan mendiskusikan keputusan yang realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan keputusan pada remaja yang terjadi dalam realitas yaitu tentang orientasi masyarakat terhadap remaja serta fasilitas-fasilitas yang kurang memadai terutama dalam pemberian informasi kepada remaja. Kondisi remaja yang seperti itu sangat rentan dalam tahap perkembangannya. Remaja menghadapi dua problem besar, problem pertama adalah problem intern yang secara alami akan terjadi pada diri remaja. Hasrat yang berasal dari naluri seksualnya mulai mendorong untuk dipenuhi. Hal ini sangat fitrah karena fisiknya secara primer maupun sekunder sudah mulai berkembang. Problem berikutnya adalah problem eksteren, ketika pencitraan diri remaja sangat dipengaruhi oleh kelompoknya. Pemberian layanan informasi yang kurang mendukung dilingkungannya membuat para remaja semakin ingin tahu akan seksualitas. Fakta membuktikan, free sex yang dilakukan remaja sebagian besar didasari dari rasa keingintahuan akan hal yang tidak mereka dapatkan dari lingkungan sekitarnya, sehingga berakibat fatal yaitu tumbuhnya benih didalam rahimnya, karena belum adanya kesiapan mental, akhirnya jalan yang mereka lalui adalah dengan melalui aborsi. Jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahun mencapai 2,3 juta dan 70% di antaranya dilakukan oleh remaja. Menurut PKBI, Pusat Keluarga Berencana Indonesia, kehamilan tidak diinginkan di kalangan remaja hingga kini masih menjadi dilema yang belum dapat diselesaikan secara tuntas. Kondisi seperti itu terjadi karena informasi

seks yang kebanyakan diterima para remaja bukan dari tangan pertama, sehingga menimbulkan korban dalam pergaulan remaja, Aborsi yang terus meningkat dari tahun ke tahun dan sebagian besar pelakunya adalah remaja telah membuktikan betapa buruknya mental para remaja dikarenakan kurangnya pemerolehan informasi yang akurat.

PEMBAHASAN

Pembahasan Kasus Ole dan Perspektifnya terhadap Seksualitas Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-18 tahun (Muchtaromah, 2008). Remaja merupakan fase kehidupan manusia dengan karakter khasnya yang penuh gejolak. Kehidupan cinta adalah hal yang wajar dialami remaja sebagai konsumsi pikirnya. Seperti yang dialami Ole, remaja yang tengah jatuh cinta. Kehidupan cinta membuat seseorang berlaku labil, sangat mudah cemburu, serta menganggap bahwa sang kekasih hanya satu-satunya orang yang mampu mengerti. Perkembangan emosi yang labil dan bekal hidup yang masih perlu dipupuk menjadikan remaja lebih rentan mengalami gejolak sosial. Pada masa ini, terjadi perubahan secara signifikan ( Adolescent growth spurt) pada diri remaja. Peubahan ini, membuat seseorang mengalami pencarian jati diri dan keingintahuan yang besar mengenai hal-hal baru, terutama seputar perubahan yang terjadi pada dirinya. Ole, seorang remaja yan digambarkan mengerti tugas remaja; belajar dengan rajin, mematuhi orang tua. Namun yang salah hanyalah model pola asuh orang tua terhadapnya, lingkungan ( eksteren) yang kurang mendukung, seperti kehadiran kakak perempuan yang gemar sex dan menceramahi Ole bahwa seorang lelaki yan tidak mau berhubiungan sex ketika berpacaran hanya ada dua kemungkinan : homo yang sedang bertobat atau lelaki muna. . Pada masa ini, remaja mulai mengalami krisis jati diri, mereka ingin mengetahui tentang perubahan yang terjadi pada dirinya, terutama tentang seksualitas yang membuat mereka mulai mencari informasi seputar seksualitas dan reproduksi. Dalam perkembangan kognitifnya, masa remaja merupakan masa semakin meningkatnya pengambilan keputusan. Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil keputusan dibanding remaja yang lebih muda, remaja yang lebih muda lebih kompeten daripada anak-anak. Pengalaman yang luas merupakan faktor terpenting, karena remaja perlu lebih banyak peluang mempraktekkan dan mendiskusikan keputusan yang realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan keputusan pada remaja yang terjadi dalam realitas yaitu tentang orientasi masyarakat terhadap remaja serta fasilitas-

fasilitas yang kurang memadai terutama dalam pemberian informasi kepada remaja. Kondisi remaja yang seperti itu sangat rentan dalam tahap perkembangannya. Pemberian interpretasi atau doktrin sang kakak tentang sex pada adiknya, Ole membuat sang adik sedikit banyak menyimpan memori pembenaran atas perlakuan kakaknya. Sesuai teori perkembangan remaja, perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman. Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya . Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya , kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya. Ole telah terjerumus pada lingkungan yang tidak tepat. Dengan pengaruh dari kakaknya yang sangat menyukai sex ( bahkan Ole sering melihat kakaknya melakuakan hubungan seksual ), ditambah rasa ketakutannya akan kehilangan kekasih karena doktrin sex adalah pembuktian cinta , serta kurangnya perhatian dari orang tua tentang hal yang sangat rentan ini, membuat Ole memiliki suatu keyakinan ; pembenaran yang disarankan oleh kakaknya. Di lain sisi, Raskal yang memiliki dua sahabat karib yang menyukai film porno dan artikel porno semacamnya selalu terlibat dalam perbincangan seharusnya Raskal sudah having sex dengan pacarnya. Sebenarnya, karakter yang dimiliki Raskal sudah cukup kuat. Anak tersebut sempat menolak doktrin ini. Namun, karena terus didesak, dan didukung Raskal adalah seorang anak remaja yang tidak punya ibu, akhirnya Raskal juga mengalami interpretasi yang sama adengan temannya tentang sex dan seksualitas. Pada saat mereka memutuskan untuk berhubungan seksual, sebenarnya mereka telah memikirkan bahwa itu merupakan hal yang kurang baik, namun Remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian

yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja . Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.Misalnya terjadi kehamilan saat merekan mencoba melakukan hubungan seksual. Akibatnya, saat melakuakn hubungan seksual tersebut mereka tidak berfikir kemungkinan yang mungkin akan mereka alami.padahal seharusnya remaja sudah memiliki pola berfikir kognitif yang sudah matang.

Cara Mengatasi Perhatian orang tua adalah hal yang mutlak diperlukan oleh para remaja. Orang tua adalah lingkungan terdekat bagi perkembangan remaja. Seharusnya, orang tua selain memproteksi anak dari penyakit dan kekurangan dana, juga memproteksi anak terutama hal yang berkaitan dengan pubertas. Sehingga anak tidak salah interpretasinya terhadap seksualitas. Selain itu, sebagai orang tua harus menempatkan sebagai teman baik seorang anak. Dengan demikian, anak tidak canggung untuk menceritakan keluh kesah mereka. Selain itu, orang tua jadi lebih mampu memasukkan advice mereka. Serta, menjadikan orang tua mengerti tentang lingkungan pertemanan anak, dan akhirnya mampu memproteksi anak dari hal-hal yang tidak diinginkan dengan tidak merasa menggurui. Pertemanan dan lingkungn pertemanan yang baik adalah hal yang penting. Karena pada usia remaja akan cenderunf lebih dekat pada temannya.Jadi hal yang mutlak dilakuakan adalah memilih teman yanhg tepat. Pemilihan lingkungan bermain yang tepat adalah hal yang penting, namun yang lebih penting adalah bekal kerohanian dan daya piker yang cukup yang telah dipondasikan orang tua dan guru pada seorang anak remaja. Diharapkan, pembelajaran moral aalah hal pertama yang selalu ditekankan orang tua dan guru pada anak remaja. Lingkungan seburuk apapun jika seorang anak mampu bertahan akan tidak jadi masalah.

Pada kasus Ole, yang sudah kejadian hamil, sebaiknya orang tua tidak menekan fikirnya. Yang benar adalah menyelesaikan masalah dengan cara baik-baik.Sehingga tidak menimbulkan stress yang lebih lanjut pada anak.

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan: Perilaku penyimpangan seksual pada remaja sangat mungkin disebabkan oleh kurangnya informasi yang diperoleh remaja. Pengambilan kesimpulan yang salah tentang seksualitas pada remaja dapat mengekibatkan kesalahan fikir seorang remaja yang selalu merasa ingintahu. Perhatian orang tua pada anak remajanya sangat mempengaruhi perspektif remaja tentang seksualitas, npada akhirnya, orang tua adalah lingkungan pertama dan utama yang mengingatkan dan memproteksi remaja dari degradasi moral. 2. Saran:

Orang tua, seharusnya lebih peka terhadap semua perkembangan dan pertumbuhan anak dari awal sampai dewasa, terutama masa remaja dan pubertas. Karena ini menentukan perkembangan bagi anak, meskipun orang tua memiliki rutinitas lainnnya dan jangan sampai kasih sayang untuk anak terbagi.

Sumber Pustaka

Anonim. 2006. Aborsi di Indonesia, Dua Juta Kasus per Tahun. (Online), (http://www.gatra.com/artikel.php?id=93251, di akses 3 Januari 2010) Bakti, Indra Setia. 2008. Paradigma Pendidikan Sex sebagai Pesan Moral. (Online),( http://www.w3.org/TR/html4/loose.dtd, diakses 9 Januari 2010) Gatra.2004. Dr. Boyke Usul, Pendidikan Reproduksi Masuk Kurikulum. (Online), ( http://www.gatra.com/, diakses 7 Februari 2010 ) Gunarsa, S.D. (1988). Psikologi remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Haditono,Siti Rahayu,Monks F.J, dan Knoers A.M.P.2002. Psikologi Perkembangan :Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Jogjakarta: Gajah Mada Universty Press Hurlock, E. B. (1990). Developmental psychology: a lifespan approach. Boston: McGraw-Hill. Jilan, Ratni Ummu. 2009. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. (Online),( http://www.kendaripos.co.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=recommend&id=14867 ,, diakses 9 Januari 2010) Kartono, Kartini.1995.Psikologi Anak ( Psikologi Perkembangan ). Bandung: Mandar Maju Kompas.2008. Remaja Indonesia Minim Pengetahuan Reproduksi. ( Online), (http://www.kompas.com/" class="aktif, diakses 7 Februari 2010 ) Muchtaromah, Bayyinatul.2008. Pendidikan Reproduksi bagi Anak menuju Aqil Baliq .Malang : UIN Press Mulyadi, Dadi. 2009. 90 % Pengakses Situs Porno adalah Remaja. (Online), ( http://219.83.122.194/web/ , di akses 7 Februari 2010) Salamah, Ummu. 2009. Pendidikn Sex, perlukah ?. (Online), (http://ad.reduxmedia.com, di akses 9 Januari 2010) Santrock, J.W. (2001). Adolescence (8th ed.). North America: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai