Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

“MANAJEMEN KASUS PADA REMAJA”

KELOMPOK 7 KLS B13-B:

NI KETUT SRI ASTUTI 203221170

NI KETUT TRISNA ANDYANI 203221171

RISCHA AVIVAH ZUHROH 203221172

NI MADE DWI ARTINI 203221173

NI LUH YOSIN SUPIAWATI 203221174

I GUSTI AYU PUTU ANGGRENI FEBRIANTI 203221175

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG

STIKES WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena kami dapat
menyelesaikan makalah yang “MANAJEMEN KASUS PADA REMAJA” tepat pada waktunya.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun penulis
harapkan demi mencapai kesempurnaan makalah berikutnya. Sekian penulis sampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa
senantiasa melancarkan segala usaha kita.

Denpasar, 22 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 2
1.4 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Remaja................................................................................................ 3
2.2 Pengkajian Dalam Keperawatan Komplementer ............................................... 3
2.3 Diagnosa Keperawatan Dalam Keperawatan Komplementer ............................ 8
2.4 Intervensi Keperawatan Dalam Keperawatan Komplementer............................ 10
2.5 Implementasi Keperawatan Dalam Keperawatan Komplementer ...................... 14
2.6 Evaluasi Keperawatan Dalam Keperawatan Komplementer ............................. 16
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan .......................................................................................................... 19
3.2 Saran ................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini diantara
banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang lain, seperti pengobatan
dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam. Definisi CAM (Complementary and
Alternative Madacine) suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai system,
modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan (Hamijoyo, 2003).

Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, dimana terjadi pacu
tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri sekunder, tercapai fertilitas, dan terjadi perubahan-
perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2006). Menurut The Health Resource and
Service Administration Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun
dan terbagi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun), dan
remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda
(young people) yang mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran, 2011).

Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat
diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Catatan medis harus
mendeskripsikan tentang status dan kebutuhan klien yang komprehensif, juga layanan yang
diberikan untuk perawatan klien. Dokumentasi yang baik mencerminkan tidak hanya kualitas
perawatan tetapi juga membuktikan pertanggunggugatan setiap anggota tim perawatan dalam
memberikan perawatan.
Setiap kondisi dari pasien, harus dilakukan monitor dan pencatatan (dokumentasi) baik di
rumah sakit, puskesmas, klinik, maupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Salah satunya,
praktik keperawatan komplementer yang dilaksanakan di klinik kesehatan komplementer.
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar
pengobatan medis yang konvensional. Pada dasarnya, dokumentasi asuhan keperawatan
memiliki prinsip yang sama, serta dengan tahapan/proses keperawatan yang sama pula, yang
meliputi: proses pengkajian, diagnosa, intervensi, pelaksanaan dan evaluasi. Akan tetapi,
terdapat perbedaan mendasar yang terletak pada data pengkajian praktik komplementer, yaitu
dengan menentukan dan mencari titik-titik tubuh (akupoint) yang mengalami masalah.

1
Sehingga penting bagi penulis dan mahasiswa keperawatan yang saat ini sedang belajar
keperawatan komplementer untuk mengetahui seperti apa dokumentasi keperawatan
komplementer.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi remaja?
2. Bagaimana pengkajian dalam keperawatan komplementer?
3. Bagaimana diagnosa keperawatan dalam keperawatan komplementer?
4. Bagaimana rencana keperawatan dalam keperawatan komplementer?
5. Bagaimana implementasi dalam keperawatan komplementer?
6. Bagaimana evaluasi dalam keperawatan komplementer?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini ditujukan untuk memperdalam wawasan tentang aplikasi proses
keperawatan dalam manajemen kasus pada remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami aplikasi proses keperawatan dalam keperawatan komplementer.
b. Memahami pengkajian dalam keperawatan komplementer.
c. Memahami diagnosa keperawatan dalam keperawatan komplementer.
d. Memahami rencana keperawatan dalam keperawatan komplementer.
e. Memahami implementasi dalam keperawatan komplementer.
f. Memahami evaluasi dalam keperawatan komplementer.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan (latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sistematika penulisan)

BAB II :Tinjauan Pustaka (definisi remaja, pengkajian, diagnosa, intervensi,


implementasi, evaluasi)

BAB III : Penutup (simpulan dan saran)

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Remaja

Remaja dalam ilmu psikologi diperkenalkan dengan istilah, seperti pubertied,


adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa Latin
“adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah
bukan kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Kumalasari, 2013).
Menurut WHO, remaja adalah periode usia 10 sampai dengan 19 tahun, sedangkan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia 15 sampai
dengan 24 tahun. Sementara itu menurut BkkbN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak
Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10-21 tahun (BkkbN,2006).

Menurut The Health Resource and Service Administration Guidelines Amerika Serikat,
rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun),
remaja menengah (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian
disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun
(Kusmiran, 2011).

2.2 Pengkajian Keperawatan Dalam Keperawatan Komplementer

Dokumentasi pengkajian ditunjukan pada data klinik di mana perawat dapat


mengumpulkan dan mengorganisasikannya dalam dokumentasi keperawatan. Format
dokumentasin pengkajian meliputi data dasar, flow sheet, dan catatan perkembangan lainnya
yang mungkin dapat digunakan sebagai alat komunikasi bagi tenaga keperawatan atau profesi
kesehatan lainnya.

2.2.1 Petunjuk Penulisan Dokumentasi Pengkajian

a. Gunakan format yang sistemmatis untuk mendokumentasikan pengkajian, yang


meliputi:
1) Riwayat klien masuk rumah sakit.
2) Respons klien yang berhubungan dengan persepsi kesehatan klien.
3) Riwayat pengobatan.
4) Data klien rujukan, pulang, dan keuangan.
3
b. Gunakan format yang telah tersususn untuk mendokumentasikan pengkajian.
Pendekatan: Mayor Body Data Subjektif Data Objektif
System

Sistem Respirasi

Sistem Kardiovaskuler

Sistem Persarafan

Sistem Perkemihan

Sistem Pencernaan

c. Kelompokkan data-data berdasarkan model pendekatan yang digunakan (seperti


tabel di atas).
d. Tulis data objektif tanpa bias (tanpa mengartikan), menilai, dan memasukkan
pendapat pribadi.
e. Sertakan pertanyaan yang mendukung interpretasi data objektif.
f. Jelaskan observasi dan temuan secara sistematis, termasuk definisi
karakteristiknya.
g. Ikuti aturan atau prosedur yang dipakai dan disepakati oleh instansi.
h. Tuliskan secara jelas dan ringkas.

2.2.2 Jenis Pengelompokan Pengkajian

JENIS PENGGUNAAN PENJELASAN FORMAT

1. Penilaian Untuk menentukan Mengkaji status mental


umum keadaan klien secara klien, perkembangan
(general survey) umum tubuh, aktivitas, status
nutrisi, jenis kelamin dan
ras, usia, postur tubuh, dan
kemampuan berbicara
klien.

4
2. Pola Fungsi Untuk menentukan Mengkaji persepsi
Kesehatan respons fisik, kesehatan menejemen
psikososial, dan kesehatan, nutrisi
budaya klien. eliminasi, aktivitas,
istirahat-tidur, kognitif,
koping, nilai /
kepercayaan.

3. ROS (Review Untuk menentukan Mengkaji sistem tubuh


of Body status fungsi sistem secara berurutan,
System) tubuh. biasanya: head-to-toe
(kepala sampai kakai):
integumen, kepala (mata,
hidung, mulut, gigi,
tenggorokan, leher)
respirasi, kardiovaskuler,
pencernaan, perkemihan,
reproduksi,
muskuloskeletal, limpatik,
hemotogolitik, dan
endokrin.

2.2.3 Tipe-tipe pengkajian:

Pengkajian awal, pengkajian lanjutan, pengkajian ulang, dan pengkajian kembali


menunjuk pada tiga tipe pengkajian keperawatan yang umumnya ditujukan dalam
dokumentasi. Penjelasan mengenai jenis – jenis pengkajian tersebut adalah sebagai
berikut.

a. Pengkajian Awal
Pengkajian awal dilakukan pada saat pertama kali klien masuk dalam fasilitas
pelayanan kesehatan atau mulai menggunakan jasa pelayanan. Pengkajian awal ini
didokumentasikan pada bentuk chart khusus seperti formulir data keperawatan (nursing
data base form). Lingkup data cenderung luas karena perawat perlu menentukan garis

5
dasar data klinis yang komprehensif. Selama pengkajian awal ini, perawat dapat
mengidentifikasikan area-area masalah tertentu yang memerlukan pengkajian-
pengkajian umum dan khusus pada pengkajian awal dapat memberikan tipe data yang
diperlukan untuk mengidentifikasi masalah – masalah klien dan mengawali serta
merencanakan asuhan keperawatan klien.

Misalnya seorang perawat yang bekerja yang bekerja di unit perawatan intensive
pediatric neurologic harus melengkapi data pengkajian. Maka perawat tersebut
memfokuskan pengkajian perihal pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi neuroligis
anak. Area praktik biasanya akan memberikan data yang akan dimasukkan dalam
pengkajian awal ini.

b. Pengkajian Lanjutan
Pengkajian lanjutan menguatkan dan memperluas data dasar yang diperoleh
selama pengkajian awal. Ketika hubungan saling percaya antara perawat – klien
semakin berkembang, maka klien akan bersedia untuk memberikan data tambahan
secara rinci tentang status kesehatannya. Lebih lanjut, data tambahan dari pemeriksaan
diagnostik terbaru dan dari sumber – sumber lainnya yang perlu ditambahkan pada
catatan dokumentasi klien. Pendokumentasian yang dilakukan pada pengkajian lanjutan
membuat dokumentasi keperawatan selalu dipengaruhi (up to date). Data yang
diperlukan untuk membuktikan atau mengidentifikasikan masalah – masalah klien
menjadi lebih mudah diperoleh. Ketika data subjektif dan/atau objektif terbaru telah
dikumpulkan, maka data ini kemudian dapat dianggap sebagai data penunjang.
Beberapa contoh kapan data penunjang tersebut diperlukan dalam pendokumentasian
adalah sebagai berikut.

1) Ketika standar instansi memerlukan dokumentasi pengkajian lanjutan di unit


perawatan intensif (ICU), di mana perawat diperlukan untuk
mendokumentasikan pengkajian sistem tubuh atau tanpa perubahan setiap
pengaturan dinas (shift).
2) Ketika perawat harus menjelaskan/ mempertanggung jawabkan intensitas
aktivitas rencana intervensi keperawatan seperti dalam kasus costing out bagi
rencana keperawatan.

6
3) Ketika validitas informasi awal dipertanyakan maka pengkajian lanjutan
digunakan untuk menguatkan keakuratannya (misalnya tekanan darah awal
tinggi dan selanjutnya diambil kembali untuk membenarkan observasi awal )
4) Ketika reliabilitas data dihubungkan oleh klien dan dipertanyakan kepada
perawat (ketika klien di bawah pengaruh obat atau alkohol) dan penilaian
selanjutnya digunakan untuk menguatkan keakuratannya.

Tergantung dari kebutuhan instansi, data penunjang tidak perlu dimasukkan


kembali ke dalam dokumentasi keperawatan jika hanya mengulangi data yang sudah
didokumentasikan sebelumnya. Meskipun data komunikasi data penunjang sudah
dalam rincian lengkap, namun alternatif dapat memasukkan tahap yang
mengidentifikasikan pengkajian lanjutannya. Contohnya, pernyataan “Tidak ada
perubahan dalam status baselin respiratory” dapat digunakan jika informasi “baselin”
dengan mudah dapat didapatkan kembali, dan jika duplikasi data hanya akan
menghabiskan waktu, mengulangi, dan membuat tempat penulisan. Istilah
pengembangan data menunjukkan perolehan data baru dari hasil penilaian pengkajian
lanjutan. Pengembangan data harus selalu didokumentasikan karena data ini menambah
data yang sudah ada menjadi lebih terperinci (misalnya ketika hasil tes darah
menguatkan respiratory distress yang sudah ada sebelumnya). Data ini dapat
mengidentifikasikan informasi baru ( seperti ketika klien praoperasi mengingatkan
alergi obat yang sebelumnya belum dinyatakan ) atau mungkin berubah dan
memengaruhi data mengenai klien yang sebelumnya sudah diperoleh (sepertinya ketika
klien yang sedang dirawat untuk kegelisahan psikologis menunjukkan adanya patologi
medis).

c. Pengkajian Ulang
Data pengkjian ulang adalah data-data yng diperoleh dari aktivitas evaluasi
proses keperawatan. Ketika hasil evaluasi klien terliht kurang berkembang terhadap
criteria hasil dan hasil yang diharapkan, maka kemungkinan data yang telah diperoleh
kurang tepat sehingga masalah kurang dapat teridentifikasi. Masalah ang kurang
teridentifikasi mengakibatkan rencana intervensi yang disusun tidak sesuai dengan
masalah yang sebernantya terjadi. Namun, hasil evaluasi klien yangkurang berkembang
dapat juga terjdi karena implementasi intervensi belum dilakukan dengan durasi atu
intesitas yang cukup.
7
d. Pengkajian Kembali
Pengkajian kembali berarti perawat harus memeriksa kembali data pengkajan
sebelumnya untuk menemukan petunjuk baru bagi masalah-masalah klien atau harus
mengembangkan data awal untuk mendapatkan data tambahan tentang klien.
Dokumentasi pengkajian kembali menunjukan pertanggung jawaban perawat untuk
melanjutkn usaha penyelesaian masalah.

2.2.4 Pengkajian asuhan keperawatan komplementer yaitu:

A. Identitas pasien
B. Keluhan utama pasien
C. Keluhan tambahan
D. Riwayat keluhan utama dan tambahan
E. Riwayat penyakit pasien
F. Riwayat konsumsi obat pasien
G. Riwayat penggunaan terapi komplementer
H. Riwayat alergi
I. Data fokus masalah pemenuhan kebutuhan dasar
J. Pemeriksaan tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
2) Frekuensi nadi
3) Frekuensi pernafasan
4) Suhu
K. Data penunjang
1) Pemeriksaan lab darah, gula darah, asam urat, kolesterol.
2) Rontgen
3) USG
4) MRI
L. Kesediaan pasien untuk mengikuti prosedur terapi komplementer
M. Data pemeriksaan komplementer
1) Nama titik yang bermasalah
2) Lokasi titik bermasalah
2.3 Diagnosa Keperawatan Dalam Keperawatan Komplementer
Menurut Ali (2009), diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang singkat, tegas,
dan jelas tentang respon klien terhadap masalah kesehatan/penyakit tertentu yang aktual dan
8
potensial karena ketidaktahuan, ketidakmauan, atau ketidakmampuan pasien/klien
mengatasinya sendiri yang membutuhkan tindakan keperawatan untuk mengatasinya.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016), jenis diagnosa keperawatan dibedakan menjadi
3 diantaranya :
1. Diagnosa Aktual
Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan. Penulisan
diagnosa aktual menggunakan metode tiga bagian (three part) yaitu : masalah
berhubungan dengan penyebab dibuktikan dengan tanda/gejala atau masalah b.d
penyebab d.d tanda/gejala.
2. Diagnosis Risiko
Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupannya yang dapat menyebabkan klien beresiko mengalam masalah
kesehatan. Penulisan diagnosa resiko menggunakan metode dua bagian (two part)
yaitu : masalah dibuktikan dengan faktor resiko.
3. Diagnosis Promosi Kesehatan
Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau optimal.
Penulisan diagnosa promosi kesehatan menggunakan metode dua bagian (two part)
yaitu : masalah dibuktikan dengan tanda dan gejala.

Adapun beberapa diagnosa keperawatan yang dapat diberikan tindakan non


famakologis (terapi komplementer) diantaranya:

a. Nyeri akut atau nyeri kronis


b. Konstipasi
c. Nausea
d. Gangguan rasa nyaman
e. Ansietas / Cemas

9
Contoh Diagnosa Keperawatan Komplementer:

1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit, kurangnya pengendalian


situasional/lingkungan ditandai dengan gelisah, mengeluh tidak nyaman, menunjukkan
gejala distress, tampak merintih.

2.4 Intervensi Dalam Keperawatan Komplementer

Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis yang


menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-tindakan
keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik (Manurung, 2011). Langkah – langkah
perencanaan keperawatan menurut Manurung (2011) adalah sebagai berikut:

a) Menentukan prioritas masalah.

Prioritas keperawatan adalah penyusunan diagnosa keperawatan atau masalah pasien


dengan menggunakan tingkat kedaruratan atau kepentingan untuk memperoleh
tahapan intervensi keperawatan yang dibutuhkan. Saat menentukan prioritas
diagnosa keperawatan digunakan standar prioritas kebutuhan dari Maslow, sebagai
berikut :

Prioritas 1: masalah yang berhubungan dengan kebutuhan fisiologis seperti respirasi,


sirkulasi, nutrisi, hidrasi, eliminasi, suhu dan kesenjangan fisik.

Prioritas 2: masalah yang berpengaruh pada keselamatan dan keamanan.

Prioritas 3: masalah yang berpengaruh terhadap cinta dan rasa memiliki.

Prioritas 4: masalah yang berpengaruh pada rasa harga diri.

Prioritas 5: masalah yang berpengaruh pada kemampuan mencapai sasaran pribadi


atau aktualisasi diri.

Pengurutan prioritas akan dipengaruhi oleh faktor-faktor persepsi pasien terhadap


prioritas, untuk itu menanyakan kepada pasien tentang apa yang dirasakannya
merupakan hal yang penting.

b) Menuliskan tujuan dan kriteria hasil.


Tujuan perawatan adalah hasil yang diinginkan dari asuhan keperawatan yang
diharapkan dapat dicapai bersama pasien serta direncanakan untuk mengurangi
masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan (Manurung, 2011).
10
Saat merumuskan tujuan, ada beberapa petunjuk umum yang perlu diperhatikan
menurut Manurung (2011), yaitu:
(1) Tujuan dinyatakan dengan istilah hasil yang ingin dicapai, bukan tindakan
keperawatannya.
(2) Tujuan keperawatan harus menggambarkan perilaku pasien yang dapat diamati
dan diukur.
(3) Tujuan harus realistis, mencerminkan kemampuan dan keterlibatan pasien.
(4) Setiap tujuan berdasarkan dari satu diagnosis keperawatan.
Kriteria hasil mempunyai ciri-ciri menurut Dermawan (2012) yaitu setiap
kriteria hasil berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, hasil yang
ditetapkan dalam kriteria hasil, memungkinkan untuk dicapai, setiap kriteria hasil
adalah pernyataan satu hal yang spesifik, kriteria harus sekonkrit mungkin untuk
memudahkan pengukuran, kriteria cukup besar atau dapat diukur, kriteria
menggunakan kata-kata positif bukan menggunakan kata negatif.
Pedoman penulisan kriteria hasil menurut Setiadi (2012) adalah berfokus pada
pasien, singkat dan jelas, dapat diobservasi dan dapat diukur, ada batas waktu,
ditentukan oleh perawat dan pasien.

c) Memilih rencana tindakan atau intervensi keperawatan.

(1) Tindakan keperawatan harus aman bagi pasien.

(2) Tindakan keperawatan harus sejalan dengan tindakan pengobatan.

(3) Tindakan keperawatan harus didasari prinsip dan pengetahuan yang digabungkan
dari pendidikan dan pengalaman sebelumnya.

(4) Tulis sekumpulan tindakan keperawatan untuk mencapai setiap tujuan.

(5) Pilih satu kumpulan tindakan keperawatan yang kiranya cocok dengan sikap yang
disebutkan dalam pernyataan tujuan.

(6) Tindakan keperawatan harus realistis.

(7) Tindakan keperawatan harus penting bagi peningkatan kesehatan pasien dan
sejalan dengan tujuan serta nilai perseorangan pasien.

(8) Gunakan pasien sebagai sumber-sumber dalam memilih tindakan keperawatan.

11
(9) Tulis tindakan keperawatn secara berurutan.

Berikut adalah beberapa rencana keperawatan berdasarakan SIKI (Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia) tahun 2018 dalam keperawatan komplementer :

1. Terapi akupresur (I.06209)


Definisi : Menggunakan teknik penekanan pada titik tertentu untuk mengurangi
nyeri meningkatkan relaksasi, mengurangi mual.
Tindakan :
Observasi
• Periksa kontraindikasi (mis. kontusio, jaringan parut, infeksi, penyakit jantung
dan anak kecil)
• Periksa tingkat kenyamanan psikologis dengan sentuhan
• Periksa tempat yang sensitif untuk dilakukan penekanan dengan jari
• Identifikasi hal yang ingin dicapai
Terapeutik
• Tentukan titik akupresur, sesuai dengan hasil yang dicapai
• Perhatikan isyarat verbal atau non-verbal untuk menentukan lokasi yang
diinginkan
• Tekan bagian otot yang tegang hingga rileks atau nyeri menurun sekitar 15- 20
detik
• Tekan jari atau pergelangan tangan untuk mengurangi mual
• Lakukan akupresur setiap hari dalam satu pekan pertama untuk mengatasi nyeri
Edukasi
• Anjurkan untuk rileks
• Ajarkan keluarga atau orang terdekat melakukan akupresur secara mandiri
Kolaborasi
• Kolaborasi dengan terapis yang tersertifikasi

12
*) Contoh aplikasi intervensi keperawatan pada keperawatan komplementer

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
Gangguan rasa Setelah dilakukan Terapi akupresur 1. Mengurangi
nyaman berhubungan tindakan keperawatan (I.06209) risiko yang
dengan gejala selama .... x..... jam Observasi terjadi apabila
penyakit, kurangnya diharapkan status 1. Periksa dilakukan
pengendalian kenyamanan dengan kontraindikasi tindakan
situasional/lingkungan kriteria hasil : (mis. Kontusio, 2. Agar
ditandai dengan Status Kenyamanan jaringan parut, pemberian
gelisah, mengeluh (L.08064) infeksi, terapi menjadi
tidak nyaman, 1. Gelisah menurun penyakit lebih efektif
menunjukkan gejala 2. Tidak jantung dan 3. Mengetahui
distress, tampak merintih/menangis anak kecil) tujuan
merintih. 3. Rileks 2. Periksa tempat pemberian
yang sensitif terapi
untuk 4. Pemberian
dilakukan terapi menjadi
penekanan lebih fokus
3. Identifikasi hal sesuai tujuan
yang ingin yang ingin
dicapai dicapai
Terapeutik 5. Untuk
4. Tentukan titik memberikan
akupresur efek relaksasi
5. Tekan bagian 6. Untuk
otot yang meningkatkan
tegang hingga efektifitas
rileks atau pemberian
nyeri menurun terapi
sekitar 15-20 7. Agar dapat
detik melakukan
Edukasi
13
6. Anjurkan terapi secara
pasien untuk mandiri
rileks 8. Untuk
7. Ajarkan memperoleh
keluarga atau hasil yang
orang terdekat maksimal
melakukan
akupresur
secara mandiri
Kolaborasi
8. Kolaborasi
dengan terapis
yang
tersertifikasi

2.5 Implementasi Keperawatan Dalam Keperawatan Komplementer

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh


perawat kepada pasien (Riyadi, 2010). Implementasi juga merupakan
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan
agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan
kognitif intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan
keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi.

Beberapa tujuan implementasi keperawatan dalam keperawatan


komplementer adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan hasil dari rencana keperawatan untuk selanjutnya di evaluasi
2. Memberikan lingkungan yang nyaman bagi klien
3. Membantu mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dialami klien
4. Membantu dalammempertahankan kondisi seimbang atau

14
sehat, serta meningkatkan kesehatan klien
5. Mendidik masyarakat tentang perilaku sehat untuk mencegah penyakit
dengan terapi komplementer

Pedoman implementasi keperawatan menurut Dermawan (2012) sebagai berikut :


1. Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan setelah
memvalidasi rencana. Validasi menentukan apakah rencana masih relevan,
masalah mendesak, berdasar pada rasional yang baik dan
diindividualisasikan. Perawat memastikan bahwa tindakan yang sedang
diimplementasikan, baik oleh pasien, perawat atau yang lain, berorientasi
pada tujuan dan hasil. Tindakan selama implementasi diarahkan untuk
mencapai tujuan.
2. Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan dengan
kompeten dan efisien di lingkungan yang sesuai.
*) Contoh implementasi keperawatan dalam keperawatan
komplementer

Hari/tgl Implementasi Evaluasi Paraf


1. Mentukan titik S : Pasien
Minggu, akupresur mengatakan
20-12- bersedia
2020 diberikan teknik
akupresure Ns. Ayu
O : Akrupresur poin
untuk disminore
CV12, CV6, GV 26,
P6, SP6, ST36
S : pasien
2. Menekan mengatakan
bagian otot nyeri berkurang
yang tegang saat dilakukan
penekanan pada Ns. Ayu
sekitar 15-20 titik
detik akupresure
O : Pasien tampak

lebih rileks

15
2.6 Evaluasi Keperawatan Komplementer
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan
(Deswani, 2009). Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan
untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan
(Manurung, 2011).

1. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu
berkaitan dengan tujuan, apabila dalam penilaian ternyata tujuan tidak tercapai, maka
perlu dicari penyebabnya. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor:

a) Tujuan tidak realistis.

b) Tindakan keperawatan yang tidak tepat.

c) Terdapat faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.

2. Alasan pentingnya penilaian sebagai berikut:

a) Menghentikan tindakan atau kegiatan yang tidak berguna.

b) Untuk menambah ketepatgunaan tindakan keperawatan.

c) Sebagai bukti hasil dari tindakan perawatan.

d) Untuk pengembangan dan penyempurnaan praktik keperawatan.

3. Tipe pernyataan evaluasi

Tipe pernyataan evaluasi menurut Setiadi (2012) sebagai berikut: Tipe


pernyataan tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan
evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.

a) Pernyataan evaluasi formatif.


Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat
atau setelah dilakukan tindakan keperawatan dan ditulis pada catatan
perawatan.
b) Pernyataan evaluasi sumatif.

16
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan
sesuai waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan perkembangan.
4. Bentuk evaluasi
Bentuk evaluasi menurut Deswani (2009) sebagai berikut:
a) Evaluasi struktur.
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian
pelayanan.
b) Evaluasi proses.
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa
tekanan, dan sesuai wewenang.
c) Evaluasi hasil.
Evaluasi hasil berfokus pada respon dan fungsi pasien. Respon perilaku
pasien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat
pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.

5. Format Evaluasi

Catatan perkembangan berisi diagnosa keperawatan spesifik


mencakup implementasi tindakan, reaksi pasien dan adanya data tambahan
yang terkait dengan diagnosa keperawatan tertentu. Status masalah dan kriteria
hasil serta rekomendasi untuk melanjutkan atau memodifikasi rencana asli juga
dicatat dalam evaluasi. Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi
meliputi:
a. Masalah teratasi : jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
b. Masalah tidak teratasi : jika klien tidak menunjukkan perubahan
dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria
hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/
diagnosa keperawatan baru.

Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak


teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan

17
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
(S) Subjective: informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan.
(O) Objective : informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
(A) Analisis : membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi atau tidak teratasi.
(P) Planning : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, terapi komplementer dikenal sebagai terapi tradisonal
yang digabungkan dalam pengobatan modern. Dan dapat disimpulkan bahwa aplikasi proses
keperawatan dalam keperawatan komplementer pada manajemen kasus remaja, tidak jauh
berbeda dengan proses keperawatan pada umumnya yang terdiri dari 5 komponen antara lain :
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, dan evaluasi. Hanya
saja, pada bagian intervensi keperawatan untuk manajemen kasus pada remaja (dismenore)
lebih memfokuskan kepada penggunaan terapi komplementer seperti terapi akupresur
(I.06209).
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini disusun dari berbagai sumber, semoga bermanfaat bagi kita
semua. Sebaiknya para pembaca menumbuhkan minat untuk lebih mencari tahu dalam
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai aplikasi proses keperawatan dalam
keperawatan komplementer. Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan. Jadi, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
penyempurnaan makalah ini lebih baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, M., Angone K.M.,Cray J.V., Lewis J.A & Johnson, P.H. 1999. Nurses’s Handbook
Of Alternative And Complemantary Therapies. Pennsylvania : Springhous

Ali, Z. 2009. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.

Crips, J & Taylor, C. 2001. Potter And Perry’s Fundamental Of Nursing. Australia : Mosby A
Hrtcourt Health Science Company

Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja (1st ed.).
Yogyakarta: Gosyen Publishing

Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta : Salemba Medika

Manurung, S. 2011. Buku ajar keperawatan maternitas asuham keperawatan intranatal. Jakarta
: Trans Info Media

PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Riyadi, S. Suharsono, 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Yogyakarta : G Osyen.
Publishing.

Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik.
Yogyakarta : Graha Ilmu

20
21

Anda mungkin juga menyukai