1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena kami dapat
menyelesaikan makalah yang “MANAJEMEN KASUS PADA REMAJA” tepat pada waktunya.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun penulis
harapkan demi mencapai kesempurnaan makalah berikutnya. Sekian penulis sampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa
senantiasa melancarkan segala usaha kita.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Remaja................................................................................................ 3
2.2 Pengkajian Dalam Keperawatan Komplementer ............................................... 3
2.3 Diagnosa Keperawatan Dalam Keperawatan Komplementer ............................ 8
2.4 Intervensi Keperawatan Dalam Keperawatan Komplementer............................ 10
2.5 Implementasi Keperawatan Dalam Keperawatan Komplementer ...................... 14
2.6 Evaluasi Keperawatan Dalam Keperawatan Komplementer ............................. 16
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan .......................................................................................................... 19
3.2 Saran ................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini diantara
banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang lain, seperti pengobatan
dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam. Definisi CAM (Complementary and
Alternative Madacine) suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai system,
modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan (Hamijoyo, 2003).
Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, dimana terjadi pacu
tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri sekunder, tercapai fertilitas, dan terjadi perubahan-
perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2006). Menurut The Health Resource and
Service Administration Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun
dan terbagi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun), dan
remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda
(young people) yang mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran, 2011).
Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat
diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Catatan medis harus
mendeskripsikan tentang status dan kebutuhan klien yang komprehensif, juga layanan yang
diberikan untuk perawatan klien. Dokumentasi yang baik mencerminkan tidak hanya kualitas
perawatan tetapi juga membuktikan pertanggunggugatan setiap anggota tim perawatan dalam
memberikan perawatan.
Setiap kondisi dari pasien, harus dilakukan monitor dan pencatatan (dokumentasi) baik di
rumah sakit, puskesmas, klinik, maupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Salah satunya,
praktik keperawatan komplementer yang dilaksanakan di klinik kesehatan komplementer.
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai
pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar
pengobatan medis yang konvensional. Pada dasarnya, dokumentasi asuhan keperawatan
memiliki prinsip yang sama, serta dengan tahapan/proses keperawatan yang sama pula, yang
meliputi: proses pengkajian, diagnosa, intervensi, pelaksanaan dan evaluasi. Akan tetapi,
terdapat perbedaan mendasar yang terletak pada data pengkajian praktik komplementer, yaitu
dengan menentukan dan mencari titik-titik tubuh (akupoint) yang mengalami masalah.
1
Sehingga penting bagi penulis dan mahasiswa keperawatan yang saat ini sedang belajar
keperawatan komplementer untuk mengetahui seperti apa dokumentasi keperawatan
komplementer.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi remaja?
2. Bagaimana pengkajian dalam keperawatan komplementer?
3. Bagaimana diagnosa keperawatan dalam keperawatan komplementer?
4. Bagaimana rencana keperawatan dalam keperawatan komplementer?
5. Bagaimana implementasi dalam keperawatan komplementer?
6. Bagaimana evaluasi dalam keperawatan komplementer?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini ditujukan untuk memperdalam wawasan tentang aplikasi proses
keperawatan dalam manajemen kasus pada remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami aplikasi proses keperawatan dalam keperawatan komplementer.
b. Memahami pengkajian dalam keperawatan komplementer.
c. Memahami diagnosa keperawatan dalam keperawatan komplementer.
d. Memahami rencana keperawatan dalam keperawatan komplementer.
e. Memahami implementasi dalam keperawatan komplementer.
f. Memahami evaluasi dalam keperawatan komplementer.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut The Health Resource and Service Administration Guidelines Amerika Serikat,
rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun),
remaja menengah (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini kemudian
disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun
(Kusmiran, 2011).
Sistem Respirasi
Sistem Kardiovaskuler
Sistem Persarafan
Sistem Perkemihan
Sistem Pencernaan
4
2. Pola Fungsi Untuk menentukan Mengkaji persepsi
Kesehatan respons fisik, kesehatan menejemen
psikososial, dan kesehatan, nutrisi
budaya klien. eliminasi, aktivitas,
istirahat-tidur, kognitif,
koping, nilai /
kepercayaan.
a. Pengkajian Awal
Pengkajian awal dilakukan pada saat pertama kali klien masuk dalam fasilitas
pelayanan kesehatan atau mulai menggunakan jasa pelayanan. Pengkajian awal ini
didokumentasikan pada bentuk chart khusus seperti formulir data keperawatan (nursing
data base form). Lingkup data cenderung luas karena perawat perlu menentukan garis
5
dasar data klinis yang komprehensif. Selama pengkajian awal ini, perawat dapat
mengidentifikasikan area-area masalah tertentu yang memerlukan pengkajian-
pengkajian umum dan khusus pada pengkajian awal dapat memberikan tipe data yang
diperlukan untuk mengidentifikasi masalah – masalah klien dan mengawali serta
merencanakan asuhan keperawatan klien.
Misalnya seorang perawat yang bekerja yang bekerja di unit perawatan intensive
pediatric neurologic harus melengkapi data pengkajian. Maka perawat tersebut
memfokuskan pengkajian perihal pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi neuroligis
anak. Area praktik biasanya akan memberikan data yang akan dimasukkan dalam
pengkajian awal ini.
b. Pengkajian Lanjutan
Pengkajian lanjutan menguatkan dan memperluas data dasar yang diperoleh
selama pengkajian awal. Ketika hubungan saling percaya antara perawat – klien
semakin berkembang, maka klien akan bersedia untuk memberikan data tambahan
secara rinci tentang status kesehatannya. Lebih lanjut, data tambahan dari pemeriksaan
diagnostik terbaru dan dari sumber – sumber lainnya yang perlu ditambahkan pada
catatan dokumentasi klien. Pendokumentasian yang dilakukan pada pengkajian lanjutan
membuat dokumentasi keperawatan selalu dipengaruhi (up to date). Data yang
diperlukan untuk membuktikan atau mengidentifikasikan masalah – masalah klien
menjadi lebih mudah diperoleh. Ketika data subjektif dan/atau objektif terbaru telah
dikumpulkan, maka data ini kemudian dapat dianggap sebagai data penunjang.
Beberapa contoh kapan data penunjang tersebut diperlukan dalam pendokumentasian
adalah sebagai berikut.
6
3) Ketika validitas informasi awal dipertanyakan maka pengkajian lanjutan
digunakan untuk menguatkan keakuratannya (misalnya tekanan darah awal
tinggi dan selanjutnya diambil kembali untuk membenarkan observasi awal )
4) Ketika reliabilitas data dihubungkan oleh klien dan dipertanyakan kepada
perawat (ketika klien di bawah pengaruh obat atau alkohol) dan penilaian
selanjutnya digunakan untuk menguatkan keakuratannya.
c. Pengkajian Ulang
Data pengkjian ulang adalah data-data yng diperoleh dari aktivitas evaluasi
proses keperawatan. Ketika hasil evaluasi klien terliht kurang berkembang terhadap
criteria hasil dan hasil yang diharapkan, maka kemungkinan data yang telah diperoleh
kurang tepat sehingga masalah kurang dapat teridentifikasi. Masalah ang kurang
teridentifikasi mengakibatkan rencana intervensi yang disusun tidak sesuai dengan
masalah yang sebernantya terjadi. Namun, hasil evaluasi klien yangkurang berkembang
dapat juga terjdi karena implementasi intervensi belum dilakukan dengan durasi atu
intesitas yang cukup.
7
d. Pengkajian Kembali
Pengkajian kembali berarti perawat harus memeriksa kembali data pengkajan
sebelumnya untuk menemukan petunjuk baru bagi masalah-masalah klien atau harus
mengembangkan data awal untuk mendapatkan data tambahan tentang klien.
Dokumentasi pengkajian kembali menunjukan pertanggung jawaban perawat untuk
melanjutkn usaha penyelesaian masalah.
A. Identitas pasien
B. Keluhan utama pasien
C. Keluhan tambahan
D. Riwayat keluhan utama dan tambahan
E. Riwayat penyakit pasien
F. Riwayat konsumsi obat pasien
G. Riwayat penggunaan terapi komplementer
H. Riwayat alergi
I. Data fokus masalah pemenuhan kebutuhan dasar
J. Pemeriksaan tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
2) Frekuensi nadi
3) Frekuensi pernafasan
4) Suhu
K. Data penunjang
1) Pemeriksaan lab darah, gula darah, asam urat, kolesterol.
2) Rontgen
3) USG
4) MRI
L. Kesediaan pasien untuk mengikuti prosedur terapi komplementer
M. Data pemeriksaan komplementer
1) Nama titik yang bermasalah
2) Lokasi titik bermasalah
2.3 Diagnosa Keperawatan Dalam Keperawatan Komplementer
Menurut Ali (2009), diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang singkat, tegas,
dan jelas tentang respon klien terhadap masalah kesehatan/penyakit tertentu yang aktual dan
8
potensial karena ketidaktahuan, ketidakmauan, atau ketidakmampuan pasien/klien
mengatasinya sendiri yang membutuhkan tindakan keperawatan untuk mengatasinya.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung
aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016), jenis diagnosa keperawatan dibedakan menjadi
3 diantaranya :
1. Diagnosa Aktual
Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan. Penulisan
diagnosa aktual menggunakan metode tiga bagian (three part) yaitu : masalah
berhubungan dengan penyebab dibuktikan dengan tanda/gejala atau masalah b.d
penyebab d.d tanda/gejala.
2. Diagnosis Risiko
Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupannya yang dapat menyebabkan klien beresiko mengalam masalah
kesehatan. Penulisan diagnosa resiko menggunakan metode dua bagian (two part)
yaitu : masalah dibuktikan dengan faktor resiko.
3. Diagnosis Promosi Kesehatan
Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau optimal.
Penulisan diagnosa promosi kesehatan menggunakan metode dua bagian (two part)
yaitu : masalah dibuktikan dengan tanda dan gejala.
9
Contoh Diagnosa Keperawatan Komplementer:
(3) Tindakan keperawatan harus didasari prinsip dan pengetahuan yang digabungkan
dari pendidikan dan pengalaman sebelumnya.
(5) Pilih satu kumpulan tindakan keperawatan yang kiranya cocok dengan sikap yang
disebutkan dalam pernyataan tujuan.
(7) Tindakan keperawatan harus penting bagi peningkatan kesehatan pasien dan
sejalan dengan tujuan serta nilai perseorangan pasien.
11
(9) Tulis tindakan keperawatn secara berurutan.
12
*) Contoh aplikasi intervensi keperawatan pada keperawatan komplementer
14
sehat, serta meningkatkan kesehatan klien
5. Mendidik masyarakat tentang perilaku sehat untuk mencegah penyakit
dengan terapi komplementer
lebih rileks
15
2.6 Evaluasi Keperawatan Komplementer
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan
(Deswani, 2009). Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan
untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan
(Manurung, 2011).
1. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu
berkaitan dengan tujuan, apabila dalam penilaian ternyata tujuan tidak tercapai, maka
perlu dicari penyebabnya. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor:
16
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan
sesuai waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan perkembangan.
4. Bentuk evaluasi
Bentuk evaluasi menurut Deswani (2009) sebagai berikut:
a) Evaluasi struktur.
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian
pelayanan.
b) Evaluasi proses.
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa
tekanan, dan sesuai wewenang.
c) Evaluasi hasil.
Evaluasi hasil berfokus pada respon dan fungsi pasien. Respon perilaku
pasien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat
pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
5. Format Evaluasi
17
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
(S) Subjective: informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan.
(O) Objective : informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
(A) Analisis : membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi atau tidak teratasi.
(P) Planning : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, terapi komplementer dikenal sebagai terapi tradisonal
yang digabungkan dalam pengobatan modern. Dan dapat disimpulkan bahwa aplikasi proses
keperawatan dalam keperawatan komplementer pada manajemen kasus remaja, tidak jauh
berbeda dengan proses keperawatan pada umumnya yang terdiri dari 5 komponen antara lain :
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, dan evaluasi. Hanya
saja, pada bagian intervensi keperawatan untuk manajemen kasus pada remaja (dismenore)
lebih memfokuskan kepada penggunaan terapi komplementer seperti terapi akupresur
(I.06209).
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini disusun dari berbagai sumber, semoga bermanfaat bagi kita
semua. Sebaiknya para pembaca menumbuhkan minat untuk lebih mencari tahu dalam
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai aplikasi proses keperawatan dalam
keperawatan komplementer. Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan. Jadi, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
penyempurnaan makalah ini lebih baik.
19
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, M., Angone K.M.,Cray J.V., Lewis J.A & Johnson, P.H. 1999. Nurses’s Handbook
Of Alternative And Complemantary Therapies. Pennsylvania : Springhous
Crips, J & Taylor, C. 2001. Potter And Perry’s Fundamental Of Nursing. Australia : Mosby A
Hrtcourt Health Science Company
Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja (1st ed.).
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta : Salemba Medika
Manurung, S. 2011. Buku ajar keperawatan maternitas asuham keperawatan intranatal. Jakarta
: Trans Info Media
PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Riyadi, S. Suharsono, 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Yogyakarta : G Osyen.
Publishing.
Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik.
Yogyakarta : Graha Ilmu
20
21