Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


KOMPLEMENTER

DISUSUN OLEH :
KELAS: B-13B KELOMPOK 4
SANG AYU RISKA DRI CAHYADI (203221176)
NI PUTU YENI ARMAYANTI (203221177)
KADEK RISWAN SANGGRA WIGUNA (203221178)
NI PUTU YESIKA ELVIANASARI (203221179)
I NYOMAN JANUARIANA (203221180)
I DEWA GEDE FATHU RAMA (203221181)
AYU LAKSMI AGUSTINI (203221182)
NI MADE ERA MAHAYANI (203221183)
I GEDE WAHYU PUTRA DINATA (203221184)
PUTU ADHELINA ISWARA DEVI (203221185)
NI PUTU INDRI SISMAYANTI (203221186)
NI MADE WINDA NURSANTI (203221187)
NI PUTU NOVELIA TREANA (203221188)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2020
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul ”Penerapan Terapi Komplementer pada Keluarga”
Penulis mengucapkan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah mesusntu penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun,
demikian penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya penulis
dengan rendah hati dan dengan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi seluruh pesusca.
“Om Shanti Shanti Shanti Om”

Denpasar, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Rumusan Masalah .................................................................................... 2
Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
Sistematika Penulisan ............................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 4
A. Pengertian Keperawatan Komplementer .................................................. 4
B. Tujuan Keperawatan Komplementer ........................................................ 7
C. Manfaat Keperawatan Komplementer ...................................................... 8
D. Jenis Keperawatan Komplementer ........................................................... 8
E. Metode Keperawatan Komplementer ..................................................... 10
F. Dasar Hukum Keperawatan Komplementer ........................................... 16
G. Peran Perawat dalam Keperawatan Komplementer ............................... 16
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18
Simpulan ................................................................................................. 18
Saran ....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul
saat ini diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non
konvensional yang lain, seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi
herbal, akupunktur, dan bekam. Definisi CAM (Complementary and
Alternative Madacine) suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada
berbagai system, modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori
dan kepercayaan (Hamijoyo, 2003). Pengobatan dengan menggunakan terapi
komplementer mempunyai manfaat selain dapat meningkatkan kesehatan
secara lebih menyeluruh juga lebih murah. Terapi komplementer terutama
akan dirasakan lebih murah bila klien dengan penyakit kronis yang harus
rutin mengeluarkan dana.
Pengalaman klien yang awalnya menggunakan terapi modern
menunjukkan bahwa biaya membeli obat berkurang 200-300 dolar dalam
beberapa bulan setelah menggunakan terapi komplementer (Nezabudkin,
2007). Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern
(Medis) ke pengobatan komplementer, meskipun pemgobatan modern juga
sangat popular di perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh
banyak masyarakat yang memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah
tulang ke pelayanan non medis (sangkal putung) dari pada mengobatkan ke
Rumah Sakit ahli tulang. Sakit adalah suatu alasan yang paling umum untuk
mencari pengobatan demi memperoleh kesembuhan.
Hal ini dibuktikan di salah satu Negara modern (Israel), dimana dalam
subuah penelitian tentang penggunaan klinik pengobatan komplementer
untuk pengobatan nyeri. Di negara tersebut ada 395% terlihat warga yang
mengunjungi klinik pengobatan komplementer, 69 pasien (46,6%) dengan
nyeri punggung, nyeri lutut 65 (43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri
tungkai (Peleg, 2011)

1
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keperawatan komplementer?
2. Apa saja tujuan keperawatan komplementer?
3. Apa saja manfaat keperawatan komplementer?
4. Apa saja jenis keperawatan komplementer?
5. Apa saja metode keperawatan komplementer?
6. Apa saja dasar hokum keperawatan komplementer?
7. Bagaimana peran perawat dalam keperawatan komplementer?
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai konsep dasar keperawatan
komplementer.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui tentang pengertian keperawatan komplementer.
b. Untuk mengetahui tentang tujuan keperawatan komplementer.
c. Untuk mengetahui tentang manfaat keperawatan komplementer.
d. Untuk mengetahui tentang jenis keperawatan komplementer.
e. Untuk mengetahui tentang metode keperawatan komplementer.
f. Untuk mengetahui tentang dasar hokum keperawatan komplementer.
g. Untuk mengetahui tentang peran perawat dalam keperawatan
komplementer.
Sistematika Penulisan
1. Sistematika Teoritis
Dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan
komplementer, khususnya materi mengenai konsep dasar keperawatan
komplementer.
2. Sistematika Praktis

2
a. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan mengenai keperawatan komplementer, khususnya materi
mengenai konsep dasar keperawatan komplementer.
b. Memberikan pemahaman bagi mahasiswa lainnya mengenai
keperawatan komplementer, khususnya materi mengenai konsep dasar
keperawatan komplementer.
c. Memberikan pemahaman bagi penulis mengenai keperawatan
komplementer, khususnya materi mengenai konsep dasar keperawatan
komplementer.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Keperawatan Komplementer


Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer
adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan. Di Indonesia sendiri, jamu dikategorikan sebagai pengobatan
tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang
sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun
pada suatu negara.
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan medis
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis
yang konvensional. Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional
yang digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah
penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern (Andrews et al.,
1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips &
Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan
pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang
mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan
individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan
fungsi (Smith et al., 2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai
sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem
kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan,
dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di
masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative
medicine/CAM Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder &
Lindquis, 2002). Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya
seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai
pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan
4
kesejahteraan.
Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai
pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi
modern yang mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis,
psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang
telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi
ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai
makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual)
Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan
perawat dalam menguasai berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk
terapi komplementer. Penerapan terapi komplementer pada keperawatan
perlu mengacu kembali pada teori-teori yang mendasari praktik keperawatan.
Misalnya teori Rogers yang memandang manusia sebagai sistem terbuka,
kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat
mengembangkan pengobatan tradisional yang menggunakan energi misalnya
tai chi, chikung, dan reiki.
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam
mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural yang
dalam praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-
lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan Florence Nightingale yang
telah menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk
penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik dalam proses
penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer meningkatkan kesempatan
perawat dalam menunjukkan caring pada klien (Snyder & Lindquis, 2002).
Hasil penelitian terapi komplementer yang dilakukan belum banyak dan
tidak dijelaskan dilakukan oleh perawat atau bukan. Beberapa yang berhasil
dibuktikan secara ilmiah misalnya terapi sentuhan untuk meningkatkan
relaksasi, menurunkan nyeri, mengurangi kecemasan, mempercepat
penyembuhan luka, dan memberi kontribusi positif pada perubahan
psikoimunologik (Hitchcock et al., 1999). Terapi pijat (massage) pada bayi
yang lahir kurang bulan dapat meningkatkan berat badan, memperpendek
hari rawat, dan meningkatkan respons. Sedangkan terapi pijat pada anak autis
5
meningkatkan perhatian dan belajar. Terapi pijat juga dapat meningkatkan
pola makan, meningkatkan citra tubuh, dan menurunkan kecemasan pada
anak susah makan (Stanhope, 2004). Terapi kiropraksi terbukti dapat
menurunkan nyeri haid dan level plasma prostaglandin selama haid
(Fontaine, 2005).
Hasil lainnya yang dilaporkan misalnya penggunaan aromaterapi. Salah
satu aromaterapi berupa penggunaan minyak esensial berkhasiat untuk
mengatasi infeksi bakteri dan jamur (Buckle, 2003). Minyak lemon thyme
mampu membunuh bakteri streptokokus, stafilokokus dan tuberkulosis
(Smith et al., 2004). Tanaman lavender dapat mengontrol minyak kulit,
sedangkan teh dapat membersihkan jerawat dan membatasi kekambuhan
(Key, 2008). Dr. Carl menemukan bahwa penderita kanker lebih cepat
sembuh dan berkurang rasa nyerinya dengan meditasi dan imagery (Smith et
al., 2004). Hasil riset juga menunjukkan hipnoterapi meningkatkan suplai
oksigen, perubahan vaskular dan termal, mempengaruhi aktivitas
gastrointestinal, dan mengurangi kecemasan (Fontaine, 2005).
Hasil-hasil tersebut menyatakan terapi komplementer sebagai suatu
paradigma baru (Smith et al., 2004). Bentuk terapi yang digunakan dalam
terapi komplementer ini beragam sehingga disebut juga dengan terapi
holistik. Terminologi kesehatan holistik mengacu pada integrasi secara
menyeluruh dan mempengaruhi kesehatan, perilaku positif, memiliki tujuan
hidup, dan pengembangan spiritual (Hitchcock et al., 1999).
Terapi komplementer dengan demikian dapat diterapkan dalam berbagai
level pencegahan penyakit. Terapi komplementer dapat berupa promosi
kesehatan, pencegahan penyakit ataupun rehabilitasi. Bentuk promosi
kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup dengan menggunakan terapi
nutrisi. Seseorang yang menerapkan nutrisi sehat, seimbang, mengandung
berbagai unsur akan meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensi
komplementer ini berkembang di tingkat pencegahan primer, sekunder,
tersier dan dapat dilakukan di tingkat individu maupun kelompok misalnya
untuk strategi stimulasi imajinatif dan kreatif (Hitchcock et al., 1999).
Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai
6
manfaat selain dapat meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga
lebih murah. Terapi komplementer terutama akan dirasakan lebih murah bila
klien dengan penyakit kronis yang harus rutin mengeluarkan dana.
Pengalaman klien yang awalnya menggunakan terapi modern menunjukkan
bahwa biaya membeli obat berkurang 200-300 dolar dalam beberapa bulan
setelah menggunakan terapi komplementer (Nezabudkin, 2007).
Minat masyarakat Indonesia terhadap terapi komplementer ataupun yang
masih tradisional mulai meningkat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
pengunjung praktik terapi komplementer dan tradisional di berbagai tempat.
Selain itu, sekolah-sekolah khusus ataupun kursuskursus terapi semakin
banyak dibuka. Ini dapat dibandingkan dengan Cina yang telah memasukkan
terapi tradisional Cina atau traditional Chinese Medicine (TCM) ke dalam
perguruan tinggi di negara tersebut (Snyder & Lindquis, 2002).
Kebutuhan perawat dalam meningkatnya kemampuan perawat untuk
praktik keperawatan juga semakin meningkat. Hal ini didasari dari
berkembangnya kesempatan praktik mandiri. Apabila perawat mempunyai
kemampuan yang dapat dipertanggungjawabkan akan meningkatkan hasil
yang lebih baik dalam pelayanan keperawatan.
B. Tujuan Keperawatan Komplementer
Menurut Purwanto (2013) tujuan terapi komplementer secara umum adalah:
1. Memperbaiki fungsi dan sistem kerja organ-organ tubuh secara
menyeluruh
2. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit
3. Menstimulasi dan mengaktifkan mekanisme penyembuhan alami
tubuh
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem-
sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh
dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita
sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri,
asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan
nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat.

7
C. Manfaat Keperawatan Komplementer
1. Meningkatkan dan memelihara kesehatan dan kesejahteraan
2. Memelihara kesehatan dan kesejahteraan
3. Meringankan penyakit menggunakan terapi herbal
4. Menurunkan gejala penyakit, seperti penyakit kanker, jantung, diabetes
5. Menurunkan keluhan-keluhan, seperti nyeri punggung, alergi, cemas,
artritis, nyeri kepala, gangguan leher, hipertensi, strain dan sparin, serta
gangguan tidur
D. Jenis Keperawatan Komplementer
Complementary and Alternatif Medicine (CAM) didefinisikan oleh
National Center of Complementary and Alternatif Medicine sebagai
berbagai macam pengobatan, baik praktik maupun produk pengobatan
yang bukan merupakan bagian pengobatan konvensional (Dietlind L.
Wahner-Roedler, 2006).
Berdasarkan Kepmenkes nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003
tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional, diuraikan:
1. Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan
cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman,
keterampilan turun temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
2. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Kepmenkes, 2003).
No Jenis pengobatan Deskripsi
1 Akupuntur Stimulasi dari titik akupuntur dengan
menusukkan jarum, arus listrik
(elektroakupuntur), panas (moxibustion), laser
(laser akupuntur), atau tekanan (acupressure)
2 Alexander Technique Psikofisikal reedukasi untuk memperbaiki posisi
dan koordinasi
3 Aromaterapi Aplikasi dari minyak esensial dari tanaman,
seringnya dibarengi dengan pijatan
4 Pelatihan autogenik Autosugesti, teknik hypnosis mandiri untuk
relaksasi

8
5 Kelasi Infus intravena EDTA untuk penyakit
arteriosklerotik
6 Chiropractic Sistem perawatan kesehatan melalui
kepercayaan bahwa system saraf berperan
penting dalam kesehatan dan kebanyakan
penyakit diakibatkan oleh subluksasi spinal dan
dapat
disembuhkan dengan manipulasi spinal
7 Terapi enzim Pemberian enzim proteolitik peroral dengan
tujuan untuk kesehatan
8 Pengobatan dengan Infus ekstrak tanaman untuk keseimbangan
bunga fisik dan emosional
9 Herbalisme Pengobatan dengan tanaman obat
10 Homeopati Orang sakit dapat disembuhkan dengan
menggunakan efek pantulan substansi yang
menghasilkan gejala sakit pada orang sehat
11 Pijatan Melakukan pemijatan pada lokasi-lokasi
tertentu
12 Osteopati Terapi dengan melakukan pijatan, mobilisasi
dan manipulasi
13 Refleksiologi Menggunakan tekanan manual ke area spesifik
(khususnya
pada telapak kaki) yang berhubungan dengan
organ dalam
14 Penyembuhan spiritual Menyalurkan energy penyembuhan dari seorang
terapis ke tubuh pasien
15 Tai chi Sistem pergerakan dan posisi tubuh untuk
meningkatkan kesehatan fisik dan mental
16 Yoga Olahraga peregangan untuk control pernafasan
dan meditasi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan
komplementer tradisional-alternatif adalah pengobatan non konvensional
yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui
pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang
tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional. Dalam penyelenggaraannya harus sinergi dan
terintegrasi dengan pelayanan pengobatan konvensional dengan tenaga
pelaksananya dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang
memiliki pendidikan dalam bidang pengobatan komplementer tradisional-
alternatif. Jenis pengobatan komplementer tradisional-alternatif yang dapat

9
diselenggarakan secara sinergi dan terintegrasi harus ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan setelah melalui pengkajian (Ditjen BUK Kemenkes RI,
2010).
National Center for Complementary/ Alternative Medicine (NCCAM)
membuat klasifikasi dari berbagai terapi dan system pelayanan dalam lima
kategori, yaitu :
1. Mind-body therapy: intervensi dengan teknik untuk memfasilitasi
kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir
yang mempengaruhi fisik dan fungsi tubuh (imagery, yogo, terapi musik,
berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan hypnoterapy).
2. Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang
mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis (cundarismo,
homeopathy, nautraphaty).
3. Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilya
misalnya herbal, dan makanan.
4. Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari oleh manupulasi dan
pergerakan tubuh misalnya kiropraksi, macam-macam pijat, rolfiing,
terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.
5. Terapi energi: terapi yang berfokus pada energi tubuh (biofields) atau
mendapatkan energi dari luat tubuh (terapetik sentuhan, pengobatan
sentuhan, reiki, external qi gong magnet) terapi ini kombinasi antar
energi dan bioelektromagnetik (Widyatuti, 2008).
E. Metode Keperawatan Komplementer
1. Terapi komplementer yang diintegrasikan dalam pelayanan konvensional
Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke
dalam pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :
a. Akupuntur
Akupuntur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan
kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan
sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan
tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya
10
adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan
sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut
adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.
b. Terapi hiperbarik
Terapi hiperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien
dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2
– 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1
atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari
trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara
c. Terapi herbal medik,
Terapi herbal medic yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan
alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan
penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal
yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik
terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan
menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya
efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak
bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena masing-masing
mempunyai teknik serta fungsinya sendiri- sendiri. Terapi hiperbarik
misalnya, umumnya digunakan untuk pasien-pasien dengan gangren
supaya tidak perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi
herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara,
terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan
sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu
makan serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul
akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah,
fatigue (kelelahan) dan neuropati.

11
2. Terapi komplementer non konvensional
a. Akupresur/pijat
Akupresur adalah sebuah sistem metode therapi yang banyak di
gunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Menggunakan
metode yang sama dengan cara yang digunakan akupuntur, hanya
bedanya, akupresur tidak menggunakan jarum dalam proses
pengobatan nya. Akupresur adalah salah satu bentuk fisio terapi
dengan memberikan pemijatan dan stimulsi pada titik- titik tertentu
pada tubuh. Berguna untuk mengurangi bermacam-macam sakit dan
nyeri serta mengurangi ketegangan, stres kelelahan dan
penyakit.akupresur menyembuhkan sakit dan nyeri yang sukar di
sembuhkan seperti, nyeri punggung, spondilitis, kram perut,
gangguan neurologis, artritis, dll. Titik aku presur terletak pada
telapak tangan begitu juga dengan kedua telapak kaki. Di telapak
tangan kita terdapat titik akupresur untuk: jantung, paru, ginjal, mata,
hati, kelenjad tiroid, pankreas, sinus, dan otak.
b. Bekam/ chuping therapy
Bekam merupakan istilah yang di kenal dam bahasa melayu, hijamah
(bahasa arab) cupping (bahasa ingris) dan gua sha (bahasa cina)
sedangkan orang indoneia mengenalnya dengan catuk atau kop.
Bekam sudah di kenal sejak jaman mesir kuno. Bekam mengatur
energi dan aliran darah. Tujuan utama dari pengobatan bekam adalah
untuk menghilangkan penyebab ketidak harmonisan dari tubuh,
memulihkan sirkulasi darah.
c. Massase
Manfaat dari masase adalah meningkatkan sirkulasi, aktifitas refleks
pada sistem saraf pusat, perifer, dan otonom. Pijatan membantu vena
balik dan menghilangkan sampah yang terakumulasi dalam jaringan.
Mengurut dan meremas menstimulasi sirkulais lokal dan mobilisasi
jaringan lunak. Manfaat secara psikologis yaitu berkaitan dengan
timbal balik sentuhan dan proses relaksasi yang berkaitan dengan
masase. Masase dalam pasien perlu pengkajian secara holistik. Pasien
12
dengan varises vena, kondisi dengan penyakit jantung, hipertensi,
kondisi asmatik akut harus diidentifikasi dengan jelas. Lingkungan
untuk pemijatan harus tenang, hangat, penerangan memadai, dan alat
yang digunakan mudah terjangkau. Masase perlu menggunakan
medium seperti minyak. Gerakan tangan harus tegas dan menyeluruh.
Penguabahan arah menuver masase harus terasa seperti pijatan lembut
dan halus. Adapun teknik dasar dalam masase :
1. Mengurut
Mengurut adalah gerakan yang lembut, meluncur, dan ritmik yang
selalu mengikuti arah drainase vena menuju ke jantung. Tekanan
dapat ringan atau dalam tergantung tujuannya dan teknik ini baik
untuk meningkatkan drainase vena dan limfatik, meningkatkan
sirkulasi, dan fungsi otot. Teknik ini dapat digunakan untuk
mengkaji kondisi kulit, tingkat ketegangan atau relaksasi, dan
adanya pembengkakan dibawah kulit.
2. Meremas
Teknik meremas tangan harus tegas karena untuk menggerakan
kulit diatas otot, otot diatas otot atau jaringan diatas jaringan.
Tangan diletakan pada posisi datar
dan digerakan dengan arah sirkular baik satu atau berlawanan.
Teknik ini digunakan untuk menghilangkan tegangan.
3. Memijat
Teknik ini menggunakan ujung luar telapak tangan untuk membuat
gerakan pendek, tajam, dan gerakan mencincang. Menekan
digunakan untuk melemaskan sekresi yang terhambat dari paru
sepeti kistik fibrosis. Tangan digerakan secara bergantian dengan
cara cepat dan berulang-ulang.
d. Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari
manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan
perilaku. Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi
pikiran menggunakan hipnotis (Prihantanto, 2011). Orang yang
13
melakukan proses hipnosis atau memberikan sugesti terhadap subjek
disebut hipnotis. Hipnosis biasaanya disebabkan oleh prosedur yang
dikenal sebagai induksi hipnosis, yang umumnya terdiri dari rangkaian
panjang instruksi awal dan sugesti. Sugesti hipnosis dapat disampaikan
oleh seorang hipnotis di hadapan subjek, atau mungkin dilakukan
sendiri oleh subjek (Self-hipnosis). Penggunaan hipnosis untuk terapi
disebut hipnoterapi, sedangkan penggunaannya sebagai bentuk hiburan
bagi penonton dikenal sebagai stage hipnosis. Sedangkan Hipnoterapi
adalah terapi yang dilakukan pada subjek dalam kondisi Hipnosis.
Adapun cara kerja dari hipnoterapi yaitu:
1. Pre Induksi
a. Membangun hubungan dengan klien (building and maintaining
rapport): dalam proses hypnosis modern, hal yang paling
mendasar adalah kerjasama antar therapist dan klien.
b. Mengatasi rasa takut pada hipnotis (allaying fears): therapish
bertanggungjawab untuk meluruskan dan member pemahaman
tentang hipnoterapi dan proses yang akan dijalankan.
c. Membangun harapan klien (building mental expectancy):
therapish harus membuat klien memiliki harapan dan keyakinan
bahwa dengan melakukan proses ini akan sembuh.
d. Mengumpulkan informasi klien :seorang therapish harus benar-
benar memiliki data tentang permasalahan klien.
2. Induksi
a. Permulaan: tehnik pernafasan karena oksigen yang dibawa ke
otak akan membuat pikiran dan tubuh menjadi santai.
b. Relaksasi sistematik: titik-titik yang umumnya dibuat rileks
adalah ubun- ubun, mata, pelipis, rahang, bahu, lengan, tangan,
dada, punggung, perut, paha, betis dan kaki.
c. Pengaktifan rasa dan emosi: klien diajak merasakan sugesti yang
diberikan dengan kata-kata “rasakan” atau “bayangkan” dan
hindari ajakan klien untuk berfikir kata “pikirkan” atau
“ingatlah”.
14
d. Pengaktifan gambar mental: membawa ke tempat yang disukai,
meningkatkan kepekaan panca indra klien.
e. Ceragem
Ceragem yaitu sebutan alat kesehatan yang menggunakan teknologi
sinar infra merah yang dipadukan dengan batu giok dalam balutan
mesin berteknologi canggih. Manfaat utama dari pengobatan
ceragem sendiri yaitu mampu menyembuhkan beragam penyakit.
Seperti gangguan ginjal, kencing manis, sakit jantung, asam urat,
darah tinggi, gangguan lambung, stoke dan lain-lain. Adapun proses
dari ceragem, pada ceragem terdapat empat prinsip utama
pengobatan yakni urut, knop, Infra merah jauh dan Chiroparactic
(tulang belakang) menjadi langkah proses penyembuhan. Dengan
batu giok yang berjumlah 9 buah pada ceragem akan memberikan
tekanan pada tubuh pada 12 titik di daerah tulang belakang dan 3
titik pada perut, dengan begitu aliran darah akan menjadi lancar.
Sedangkan prinsip kop, diyakini mampu memberikan rangsangan,
mengaktifkan fungsi sel, membantu memproduksi sel,
membersihkan pembuluh darah hingga melancarkan peredaran
darah, memperbaiki syaraf dan menaktifkan metabolime hingga
tubuh anti bodi pun meningkat. Prinsip ketiga, pemberian sinar infra
merah. Menurut kepercayaan masyarakat Timur, sinar infra merah
merupakan sinar kehidupan yang diyakini mampu menembus ke
dalam tubuh dengan mengeluarkan rasa panas dan selanjutnya
mendeteksi penyakit di tubuh. "Jika pasien merasakan panas, lalu
usai pemberian sinar infra merah kulit menjadi kemerahan dan
terfokus maka pasien memiliki penyakit di tubuhnya. Sinar infra
merah yang berpadu ketika batu giok memberikan tekanan pada
titik-titik pada tubuh akan sumber penyakit.
Hasil deteksi terlihat pada kulit yang menjadi kemerahan karena
peredaran darah ditubuh tidak lancar.Prinsip terakhir adalah
Chiropractic atau tulang belakang. Ceragem, dikatakan pengobatan
yang menyakini bahwa sumber berbagai penyakit berasal dari
15
tulang belakang.Seluruh tahapan prinsip dilaksanakan dalam waktu
30 menit.
F. Dasar Hukum Terapi Komplementer
Adapun dasar hukum dari penyelenggaraan pengobatan tradisional-
alternatif di Indonesia adalah sebagai berikut
1. Kepmenkes No. 1076/ 2003 tentang penyelenggaraan pengobatan
tradisi onal (battra)
2. Kepmenkes No. 1109/ 2007 tentang pengobatan komplementer
alternatif, merupakan pengaturan cara pengobatan tradisional pada
pelayanan kesehatan formal, dokter/dokter gigi, dan battra.
3. UU No. 36 Tahun 2009, pada Pasal 48 dinyatakan: “Pelayanan
kesehata n tradisional merupakan bagian dari penyelengga raan upaya
kesehatan”
4. Pasal 59- 61 mengatur tentang pelayanan kese hatan tradisional, jenis
pelayanan ke sehatan tradisional, pembinaan dan pengawasan, serta
pengembangan. Pasal 101 dinyatakan, “Sumber obat tradisional yang
sudah terbukti berk hasiat dan aman digunakan dalam pencegahan,
pengobatan, perawatan, dan atau pemeliharaan kesehatan, tetap dijaga
kelestariannya.”
5. Permenkes No. 003/ 2010 tentang saintifikasi Jamu, yang mengatur
tenta ng perlunya pembuktian ilmiah obat tradisional melalui penelitian
berbasis pelayanan (dual system), serta pemanfaatan obat tradisional
untuk tujuan promotif dan preventif (pemeliharaan kesehatan dan
kebugaran) kuratif (mengobati penyakit), dan paliatif (meningkatkan
kualitas hidup) (Arsana & Djoerban, 2011).
G. Peran Perawat dalam Terapi Komplementer
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti,
pemberi pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat. Sebagai
konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi
apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil
keputusan. Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi
16
perawat di sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia
dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum pendidikan (Crips &
Taylor, 2001). Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan
melakukan berbagai penelitian yang dikembangkan dari hasil-hasil evidence-
based practice.
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya
dalam praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi
komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). Perawat lebih banyak berinteraksi
dengan klien sehingga peran koordinator dalam terapi komplementer juga
sangat penting. Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan
dokter yang merawat dan unit manajer terkait. Sedangkan sebagai advokat
perawat berperan untuk memenuhi permintaan kebutuhan perawatan
komplementer yang mungkin diberikan termasuk perawatan alternatif (Smith
et al.,2004).

17
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan medis
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis
yang konvensional. Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional
yang digabungkan dalam pengobatan modern. Pengobatan dengan
menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat selain dapat
meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah. Penerapan
terapi komplementer kepada keluarga dapat berupa pengobatan akupresur,
pengobatan dengan bahan alami seperti jamu, minuman herbal, dll. Manfaat
penerapan terapi komplementer kepada keluarga yaitu untuk membantu
keluarga mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri seperti nyeri haid,
kram otot, diare, gatal-gatal, stress, produksi asi yang kurang, sesak nafas,
nyeri pinggang, sulit tidur, dll.
Saran
Dengan ditulisnya makalah ini nantinya dapat dimanfaatkan secara
optimal terkait dengan pengesusngan mata kuliah Keperawatan Keluarga. Dan
penulis menyarankan materi-materi yang ada dalam tulisan ini dikesusngkan
lebih lanjut agar dapat nantinya menghasilkan tulisan-tulisan sejarah yang
bermutu. Demikianlah makalah ini penulis persesushkan, semoga dapat
bermanfaat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (2003).
Nurse’s Handbook Of Alternative And Complementary Therapies.
Pennsylvania: Springhouse.

Arsana, P.M. & Djoerban, Z., 2011. Obat Herbal: Dari Testimoni ke Ilmiah. Halo
Internis, 18, p.3.

Buckle, S. (2003). Aromatherapy. http// .www.naturalhealthweb.com/articles,


diperoleh 1 Desember 2020.

Dietlind L. Wahner-Roedler, A.V.P.L.E.L.L.L., 2006. Physicians’ Attitudes


Toward Complementary and Alternative Medicine and Their Knowledge
of Specific Therapies: A Survey at an Academic Medical Center. eCAM,
3(4), pp.495–501.

Ditjen BUK Kemenkes RI, 2010. Pengobatan Komplementer Tradisional–


Alternatif. [Online] Available at:
http//www.PENGOBATAN%20KOMPLEMENTER%20TRADISIONAL
–%20ALTERNATIF.htm [Accessed 1 Desember 2020].

Fontaine, K.L. (2005). Complementary & Alternative Therapies For Nursing


Practice. 2th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Hitchcock, J.E, Schubert, P.E., Thomas, S.A. (2006). Community Health Nursing:
Caring In Action. USA: Delmar Publisher.

Kepmenkes, 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR


1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan
Tradisional.

Key, G. (2008). Aromatherapy Beauty Tips. http// .www.naturalhealthweb.


com/articles/ georgekey3.html, diperoleh 1 Desember 2020.

Nezabudkin, V. (2007). How To Research Alternatif Treatment Before Using


Them. http//.www.naturalhealthweb.com/articles/ Nezabudkin1.html,
diperoleh 1 Desember 2020

Purwanto, B. (2013). Herbal dan Keperawatan Komplementer. Yogyakarta:


Nuhamedika.

Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004). Clinical Nursing Skills: Basic To
Advanced Skills. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Snyder, M. & Lindquist, R. (2002). Complementary/Alternative Therapies In


Nursing. 4th ed. New York: Springer.

23
Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community & Public Health Nursing. 6th
ed. St. Louis: Mosby Inc.

24

Anda mungkin juga menyukai