Komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat baik di negara
maju maupun negara berkembang, hal ini disebabkan oleh penurunan angka fertilitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian), serta peningkatan angka harapan hidup (life expectancy), yang mengubah struktur penduduk secara keseluruhan. Proses terjadinya penuaan penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya: peningkatan gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, hingga kemajuan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang semakin baik. Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan (Kemenkes RI, 2017).
Peningkatan jumlah lansia memberikan suatu perhatian khusus
pada lansia yang mengalami suatu proses menua. Permasalahan- permasalahan yang perlu perhatian khusus untuk lansia berkaitan dengan berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya perubahan fisik, kognitif, perasaan, sosial, dan seksual (Azizah, 2021).
Salah satu perubahan yang terjadi pada lansia yakni perubahan
pada sistem kardiovaskuler yang merupakan penyakit utama yang memakan korban karena akan berdampak pada penyakit lain seperti Hipertensi, penyakit jantung koroner, jantung pulmonik, kardiomiopati, stroke, gagal ginjal (Fatmah, 2020).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus- menerus lebih dari suatu periode. Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥160/95 mmHg dinyatakan sebagai Hipertensi. Tekanan darah di antara normotensi dan Hipertensi disebut borderline hypertension (Garis Batas Hipertensi). Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin (Udjianti, 2020). Pada tahun 2011 Data World Health Organization(WHO) dalam Siringoringo, (2013) mencatat satu miliar orang di dunia menderita hipertensi. Didapatkan data dunia menurut World Health Organization (WHO) (2008) dalam Estiningsih (2012),sebesar 40% penduduk dunia usia dewasa hingga lansia menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di Amerika sebesar 35%, di kawasan Eropa sebesar 41% dan Australia sebesar 31,8%. Prevalensi tertinggi terdapat pada kawasan Afrika yaitu sebesar 46%, prevalensi hipertensipada kawasan Asia Tenggara adalah sebesar 37%, Thailand sebesar 34,2%, Brunei Darussalam 34,4%, Singapura 34,6% dan Malaysia 38%. Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Sekitar seperempat jumlah penduduk dewasa menderita hipertensi, dan insidennya lebih tinggi di kalangan Afro-Amerika setelah usia remaja (World Health Organization, 2013). Pada tahun 2008, hipertensi menyebabkan 7,5 juta kematian sekitar 12,8% dari jumlah total kematian (Ulasi, dkk 2015). Dari data tersebut dapat dilihat Penyakit Hipertensi sangat tinggi salah satunya yaitu di negara Brunei.
Pada saat melakukan survey, penulis menjumpai bahwa salah satu
wilayah di brunei yang cukup banyak lansia dengan penderita Hipertensi adalah di desa Berakas.
Salah satu pilihan alterantif pengobatan hipertensi saat ini yaitu
dengan menggunakan terapi bekam atau hijamah. Bekam adalah suatu metode pengobatan dengan menggunakan tabung atau gelas yang ditelungkupkan pada permukaan kulit agar menimbulkan bendungan lokal. Hal ini disebabkan oleh tekanan negatif di dalam tabung, yang sebelumnya benda –benda dibakar dan dimasukkan dalamtabung, agar terjadi penggumpalan darah lokal. Kemudian darah tersebut dikeluarkan dengan dihisap, dengan tujuan meningkatkan sirkulasi energi chi dan darah, menimbulkan efek analgetik (menghilangkan nyeri), mengurangi pembengkakan, serta mengusir pathogen angin, baik dingin maupun lembab)(Umar,2018). Secara ilmiah, beberapa referensi bekam menyebutkan bahwa. Pada saat dilakukan bekam, tubuh akan mengeluarkan zat seperti serotonin, prostaglandin, bradikinin, histamine yang berpengaruh terhadap vasodilatasi pembuluh darah (Umar, 2018).
Penghisapan akan merangsang saraf-saraf pada kulit. Rangsangan ini
akan dilanjutkan pada cornu posterior medulla spinalis melalui syaraf A delta dan C, serta traktus spino thalamikus ke arah thalamus yang akan menghasilkan endorphin (Umar, 2018), endorphin adalah peptida kecil yang dilepaskan ke hipotalamus yang akan berdampak memperbaiki suasana hati dan meningkatkan perasaan tenang / sejahtera (Corwin, 2000) sehingga akan berpengaruh terhadap relaksasi dari tubuh dan tekanan darah seseorang.
Rangsang yang bekerja pada sel endotel akan mengahasilkan
faktor pembuat relaksasi derivat endotel (FBRDE, endhotelium-derived relaxing factor/EDRF)atau sekarang lebih dikenal dengan nama Oksida Nitrat(NO). Keluarnya zat tersebut menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah, sehingga memperlancar sirkulasi darah dan akhirnya dapat menurunkan tekanan darah (Ganong, 2022).
Selain terapi komplemnter Bekam, cara untuk mengurangi rasa sakit
pada pasien dengan Hipertensi yaitu Tehnik nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menurunkan tingkat stress dan nyeri kronis. Teknik relaksasi nafas dalam memungkin pasien mengendalikan respons tubuhnya terhadap ketegangan dan kecemasan. Teknik relaksasi nafas dalam dilakukan dapat menurunkan konsumsi oksigen, metabolism, frekuensi pernfasan, frekuensi jantung, tegangan otot dan tekanan darah (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2021).
Dari penjabaran latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti
dan membuktikan implementasi bekam dan tehnik nafas dalam u n t u k menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi di Desa B erakas , Brunei Darussalam.
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan umum : Memperoleh pengalaman dan gambaran serta pengetahuan secara nyata dalamimplementasi terapi bekam dan discharge planning terhadap penurunan nyeri pada pasien hipertensi.
1.2.2. Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian terhadap pasien lansia dengan hipertensi 2) Mampu menegakan diagnose keperawatan berdasarkan prioritas. 3) Mampu menyusun Intervensi terhadap implementasi pada pasien hipertensi.
4) Mampu meng – Implementasikan Terapi bekam dan tehnik relaksasi
nafas dalam pada pasien lansia dengan hipertensi.
5) Mampu mengevaluasi hasil terapi bekam dan tehnik nafas dalam
terhadap lansia penderita Hipertensi.
6) Mampu mendokumentasikan hasil pengkajian, implementasi, dan
evaluasi yang di lakukan terhadap lansia penderita Hipertensi.
1.3. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan oleh peneliti diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana “ Implementasi terapi bekam dan discharge planning terhadap penurunan nyeri pada pasien hipertensi di desa Berakas, Brunei darussalam”.
1.4. Sistematika Penulisan
Penyusunan karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab, yaitu :
a. BAB I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan, sistematika penulisan, dan manfaat penulisan. b. BAB II merupakan tinjauan pustaka yang terdiri dari konsep dasar tindakan keperawatan, konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien lansia penderita Hipertensi. c. BAB III Metodologi Karya Tulis terdiri dari rancangan studi kasus, subjek studi kasus, definisi oprasional, tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus, instrument studi kasus, langkah - langkah studi kasus, analisa studi kasus dan etika studi kasus. d. BAB IV merupakan hasil studi kasus dan pembahasan studi.
e. BAB V merupakan penutupan yang berisikan kesimpulan dan saran.
1.5. Manfaat penulisan
1.5.1. Bagi pelayanan kesehatan
Bagi pelayanan kesehatan di harapkan dapat meningkatkan pencegahan timbulnya Hipertensi pada pasien lansia khususnya di desa Berakas.
1.5.2. Bagi pasien
Bagi pasien dan keluarga diharapkan dapat menangani Hipertensi dengan terapi bekam mandiri dan tehnik nafas dalam.
1.5.3. Bagi Instusi Pendidikan
Bagi instusi pendidikan diharapkan mampu menambah referensi data untuk penulis /peneliti selanjutnya dalam meakukan implementasi terhadap lansia dengan Hipertensi.
1.5.4. Bagi Peneliti
Diharapkan peneliti mendapatkan pegetahuan, pengalaman, serta gambaran dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap Lansia dengan Hipertensi.