Anda di halaman 1dari 47

PENERAPAN TERAPI MASSAGE DENGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT TERHADAP

PENURUNAN INSOMNIA LANSIA PADA PENDERITA HIPERTENSI

PROPOSAL

DI SUSUN

OLEH :

NOVIYANTI ABDULLAH

NIM ; PO0220217029

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN POSO

TAHUN 2018
BAB 1

PENDAHLUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada

dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang. Berdasarkan data WHO (2012), yang menunjukkan bahwa di

Amerika insiden hipertensi pada orang dewasa tahun 2010-2012 sekitar 39-51%.

Penderita hipertensi yang berjumlah 839 terjadi pada tahun 2012, diperkirakan

menjadi 1,5 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari penduduk dunia, dan

penderitanya diperkirakan lebih banyak wanita daripada pria. Dalam penelitian

Augustin dan Hains (2006), di Amerika sebanyak 68% penduduknya mengetahui telah

menderita hipertensi dan sisanya tidak mengetahui kalau menderita hipertensi. Paling

sedikit di Amerika 30% terkena hipertensi namun tidak menyadari, dan 31% pasien

yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan.

Menururt Triyanto (2014), kasus hipertensi terutama di negara berkembang

diperkirakan mengalami kenaikan sekitar 80% pada tahun 2025 dari sejumlah 639 juta

kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi

ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan pertambahan penduduk saat ini.

Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang, tetapi hanya

4% yang merupakan penderita hipertensi terkontrol. Prevalensi hipertensi sebesar 6-


15% pada orang dewasa dan 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita

hipertensi (Armilawaty, 2007).

Menurut data Kemenkes RI (2007), hipertensi merupakan penyakit urutan

ketiga penyebab kematian di Indonesia. Menurut Kemenkes RI (2013), prevalensi

hipertensi di Indonesia pada penduduk umur ≥18 tahun sebesar 25,8 %, prevalensi

yang terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, serta yang terdiagnosis tenaga

kesehatan sedang minum obat sebesar 9,5%. Prevalensi penderita minum obat

sendiri sebesar 0,1%, yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum

obat hipertensi sebesar 0,7%. Prevalensi hipertensi secara umum di Indonesia

sebesar 26,5%. Menurut Litbankes (2007), Provinsi Jawa Timur mempunyai

prevalensi penderita hipertensi sebesar 37,4%. Angka tersebut menyebabkan Provinsi

Jawa Timur menduduki peringkat ke-dua dari seluruh provinsi di Indonesia.

Insomnia merupakan salah satu gangguan utama dalam memulai dan

mempertahankan tidur di kalangan lansia. Insomnia didefinisikan sebagai suatu

keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh satu dari sulit

memasuki tidur, sering terbangun malam kemudian kesulitan untuk kembali tidur,

bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak (Joewana, 2005). Frost (2001)

menyatakan bahwa prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar

67 %. Lansia dengan depresi, stroke, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes,

artritis, atau hipertensi sering melaporkan bahwa kualitas tidurnya buruk dan durasi

tidurnya kurang bila dibandingkan dengan lansia yang sehat (Amir, 2007).
Menurut data dari WHO (World Health Organization) kurang lebih 18%

penduduk dunia pernah mengalami gangguan sulit tidur dan meningkat setiap

tahunnya dengan keluhan yang sedemikian hebat sehingga menyebabkan tekanan

jiwa bagi penderitanya. Pada saat ini diperkirakan 1 dari 3 orang mengalami insomnia.

Nilai ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan penyakit lainnya (Siregar, 2011:74).

Prevalensi insomnia di Indonesia sekitar 10%. Artinya kurang lebih 28 juta

dari total 238 juta penduduk Indonesia menderita insomnia. Jumlah ini hanya mereka

yang terdata dalam data statistik. Selain itu, masih banyak jumlah penderita insomnia

yang belum terdeteksi (Siregar, 2011:12).

Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo merupakan salah satu panti

werdha terbesar di Gorontalo. Jumlah penghuni yang ada 35 orang, dengan

karakteristik yang berbeda yakni laki-laki berjumlah 4 orang dan perempuan berjumlah

31 orang. Berdasarkan studi awal yang didapatkan peneliti langsung dengan cara

wawancara, dari total keseluruhan 35 orang penghuni di Panti Tresna Werdha Ilomata

Kota Gorontalo, ada 24 orang lansia yang mengeluh insomnia dan hampir seluruhnya

mengatakan tidak melakukan apapun untuk mengatasi hal tersebut.

Masalah insomnia pada lansia ini seharusnya dapat menjadi perhatian yang

lebih karena jika dibiarkan dapat menyebabkan berbagai macam hal yang dapat

merugikan baik untuk kesehatan tubuh sendiri ataupun menurunkan angka harapan

hidup. Insomnia dapat menyebabkan seseorang menjadi tidak produktif, tidak fokus,

tidak dapat membuat keputusan dengan baik, pelupa, pemarah, depresi,


menyebabkan tubuh rentan terhadap penyakit, menyebabkan kecelakaan bahkan

dapat meningkatkan resiko kematian (Siregar, 2011:124).

Treatment yang sering dilakukan untuk mengurangi insomnia umumnya

dilakukan dengan memakai obat tidur. Namun pemakaian yang berlebihan membawa

efek samping kecanduan, bila overdosis dapat membahayakan pemakainya (Coates,

2001). Darmodjo dan Hadi (2006) mengatakan bahwa pada golongan lansia, berbagai

perubahan fisiologik pada organ dan sistem tubuh akan mempengaruhi tanggapan

tubuh terhadap obat. Beberapa perubahan farmakokinetik obat akibat proses menua

antara lain penurunan absorbsi, distribusi, metabolisme, serta ekskresi obat dalam

tubuh. Perubahan tersebut mempengaruhi pemberian obat pada lansia yang harus

diupayakan serasional mungkin, diantaranya dengan cara meminimalkan jumlah/jenis

obat, mengurangi dosis obat, serta meninjau ulang pengobatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan msalah sebagai

berikut: Bagaimana Penerapan Terapi Massage dengan terapi mandi air hangat

terhadap penurunan insomnia lansia Pada Asuhan Keperawatan dengan Kasus

Hipertensi di

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Penerapan Terapi Massage dengan terapi mandi air hangat

terhadap penurunan insomnia lansia Pada Asuhan Keperawatan dengan Kasus

Hipertensi
2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian secara komprehensif pada pasien dengan kasus

Hipertensi

b. Menentukan diagnosa keperawatan pada kasus Hipertensi.

c. Menyusun perencanaan keperawatan yang sesuai pada kasus Hipertensi

d. Melakukan pelaksanaan perawatan kaki pada kasus Hipertensi

e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan pada kasus Hipertensi

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sehingga dapat

dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan perawatan di rumah sakit.

2. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi adik-adik

mahasiswa dan menambah keluasan ilmu dalam bidang keperawatan.

3. Bagi peneliti

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan Penerapan Terapi

Massage dengan terapi mandi air hangat terhadap penurunan insomnia lansia

Pada Asuhan Keperawatan dengan Kasus Hipertensi

4. Bagi pasien

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pasien tentang

penurunan tingkat insomnia dengan menggunakan teknik Massage dengan

terapi mandi air hangat


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi adalah tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg menetap atau

tekanan diastolic > 90 mmHg. Diagnosis dipastikan dengan mengukur rata-rata

dua atau lebih pengukiran tekanan darah pada waktu yang terpisah (Engram,

1998).

Hipertensi adalah peningkatan sistole, yang tingginya tergantung umur

individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu,

tergantung posisi tubuh, umur dan tingkat stress yang dialami

(Tamboyong, 2000).

2. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua :

a. Hipertensi Esensial

Yaitu hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dan meliputi 90 % dari

seluruh penderita hipertensi, faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain

1) Genetik

Peran faktor genetik terhadap hipertensi esensial dibuktikan bahwa

kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar

monozigot dari pada heterozigot, apabila salah satu diantara menderita


hipertensi. Pada 70 % kasus hipertensi esensial didapatkan riwayat

hipertensi esensial.

2) Usia

Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.

Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas

menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.

3) Obesitas

Adanya penumpukan lemak terutama pada pembuluh darah

mengakibatkan penurunan tahanan perifer sehingga meningkatkan

aktivitas saraf simpatik yang mengakibatkan peningkatan vasokontriksi

dan penurunan vasodilatasi dimana hal tersebut dapat merangsang

medula adrenal untuk mensekresi epinerpin dan norepineprin yang dapat

menyebabkan hipertensi.

4) Hiperkolesterol

Lemak pada berbagai proses akan menyebabkan pembentukan

plaque pada pembuluh darah. Pengembangan ini menyebabkan

penyempitan dan pengerasan yang disebut aterosklerosis.

5) Asupan Natrium meningkat (keseimbangan natrium)

Kerusakan ekskresi natrium ginjal merupakan perubahan pertama

yang ditemukan pada proses terjadinya HT. Retensi Na+ diikuti dengan

ekspansi volume darah dan kemudian peningkatan output jantung.


Autoregulasi perifer meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan

berakhir dengan HT.

6) Rokok

Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran

adrenalin yang merangsang denyutan jantung dan tekanan darah. Selain

itu asap rokok mengandung karbon monoksida yang memiliki

kemampuan lebih kuat dari pada Hb dalam menarik oksigen. Sehingga

jaringan kekurangan oksigen termasuk ke jantung.

7) Alkohol

Penggunaan alkohol atau etanol jangka panjang dapat menyebabkan

peningkatan lipogenesis (terjadi hiperlipidemia) sintesis kolesterol dari

asetil ko enzim A, perubahan seklerosis dan fibrosis dalam arteri kecil.

8) Obat-obatan tertentu atau pil anti hamil

Pil anti hamil mengandung hormon estrogen yang juga bersifat

retensi garam dan air, serta dapat menaikkan kolesterol darah dan gula

darah.

9) Stres psikologis

Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang

tinggi, yang bersifat memperberat kerjaya arteri koroner sehingga suplay

darah ke otot jantung terganggu. Stres dapat mengaktifkan saraf simpatis

yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten.

b. Hipertensi sekunder
Disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya :

1) Penyakit ginjal

Kerusakan pada ginjal menyebabkan renin oleh sel-sel

juxtaglomerular keluar, mengakibatkan pengeluaran angiostensin II yang

berpengaruh terhadap sekresi aldosteron yang dapat meretensi Na dan

air.

2) Diabetes Mellitus

Disebabkan oleh kadar gula yang tinggi dalam waktu yang sama

mengakibatkan gula darah pekat dan terjadi pengendapan yang

menimbulkan arterosklerosis meningkatkan tekanan darah.

3. Klasifikasi

Klasifikasi Stadium hipertensi Menurut Sjaifoellah Noer, (2001) terdiri dari:

a. Stadium 1 (ringan)

Tekanan sistolik antara 140 – 159 mmHg. Tekanan diastolik antara 90-99

mmHg.

b. Stadium 2 (sedang)

Tekanan sistolik antara 160 – 179 mmHg. Tekanan diastolik antara 100 – 109

mmHg.

c. Stadium 3 (berat)

Tekanan sistolik antara 180 – 209 mmHg. Tekanan diastolik antara 110 – 119

mmHg.

d. Stadium 4 (sangat berat)


Tekanan sistolik lebih atau sama dengan 210 mmHg. Tekanan diastolik

antara > 120 mmHg.

4. Tanda dan gejala

Menurut Tambayong (2000) gejala dan tanda dapat dikarakteristikkan sebagai

berikut :

a. Sakit kepala

b. Nyeri atau berat di tengkuk

c. Sukar tidur

d. Mudah lelah dan marah

e. Tinnitus

f. Mata berkunang-kunang

g. Epistaksis

h. Gemetar

i. Nadi cepat setelah aktivitas

j. Sesak napas

k. Mual, muntah

5. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras

saraf simpatif, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna

medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui


system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetikolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan

konstruksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan

dapat mempengaruhi renspon pembuluh darahterhadap rangsang

vasokonstriktor. Individu dengan Hipertensi sangat sensitive terhadap noepinifrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada

saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivits vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi

kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokontriktor

pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah

keginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor

kuat, yang pada gilirnnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut

mencetuskan keadaan hipertensi. (Bruner & Suddhart, 2001, hal. 898).


6. Komplikasi

Komplikasi menurut Tambayong (2000) yang mungkin terjadi pada hipertensi

adalah sebagai berikut :

a. Payah jantung (gagal jantung)

b. Pendarahan otak (stroke)


c. Hipertensi maligna : kelainan retina, ginjal dan cerabrol

d. Hipertensi ensefalopati : komplikasi hipertensi maligma dengan gangguan

otak.

e. Infark miokardium

Dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai

cukup oksigen kemiokardium atau apabila terbentuk trombus yang

menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.

f. Gagal ginjal

Karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal,

glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus darah akan mengalir ke unit-unit

fungsional ginjal. Nefron terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan

kemataian. Dengan rusaknya membran glomerulus,proteinakan keluar melalui

urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,menyebabkan

edema,yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.

7. Penatalaksanaan

Menurut Engram (1999), penatalaksanaanya antara lain :

a. Pengobatan hipertensi sekunder mendahulukan pengobatan kausal.

b. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan dara

dengan obat hipertensi.

c. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang bahkan seumur

hidup.

d. Pengobatan dengan menggunakan standar triple therapy (STT) terdiri dari:


1) Diuretik, misalnya : tiazid, furosemid, hidroklorotiazid.

2) Betablocker : metildopa, reserpin.

3) Vasodilator : dioksid, pranosin, hidralasin.

4) Angiotensin, Converting Enzyme Inhibitor.

e. Modifikasi gaya hidup, dengan :

1) Penurunan berat badan.

2) Pengurangan asupan alkohoL.

3) Aktivitas fisik teratur.

4) Pengurangan masukan natrium.

5) Penghentian rokok.

B. Tinjauan Tetang Insomnia

1. Pengertian

Insomnia didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana seseorang merasa

tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang

tersebut sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup, sehingga

mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari

tidur .

Penderita insomnia berbeda dengan orang yang memang waktu tidurnya

pendek ( short sleepers ), dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur

mereka pendek, mereka tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi

secara normal di siang hari, dan mereka tidak mengeluh tentang tidur mereka di

malam hari.
2. Etiologi

Beberapa factor yang merupakan penyebab Insomnia yaitu :

a. Faktor Psikologi

Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyabab dari Insomnia

jenis kronis, sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi

penyebab insomnia transient.

1) Problem Psikiatri

Depresi paling sering ditemukan. Jika bangun lebih pagi dari biasanya

yang tidak diingininkan, adalah gejala paling umum dari awal depresi,

Cemas, Neorosa, dan gangguan psikologi lainnya sering menjadi

penyebab dari gangguan tidur.

2) Sakit Fisik

3) Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung

yang tersumbat dapat merupakan penyebab gangguan tidur. Selama

penyebab fisik atau sakit fisik tersebut belum dapat ditanggulangi dengan

baik, gangguan tidur atau sulit tidur akan dapat tetap dapat terjadi.

b. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat jet, lintasan kereta

api, pabrik atau bahkan TV tetangga dapat menjadi faktor penyebab susah

tidur.

1) Gaya Hidup
Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak

teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.

c. Karena Kondisi Medis

Tiap kondisi yang menyakitkan atau tidak menyenangkan,sindroma apnea

tidur, restless leggs syndrome,faktor diet, parasomnia, efek zat langsung

(drugs/alcohol), efek putus zat, penyakit endokrin/metabolik, penyakit infeksi,

neoplastic, nyeri/ketidaknyamanan,lesi batang otak/hipotalamus, akibat

penuaan.

3. Klasifikasi

Adapun macam-macam dari tipe insomnia yaitu :

a. Insomnia sementara (transient)

Yakni insomnia yang berlangsung beberapa malam dan biasanya

berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang berlangsung sementara

dan biasanya menimbulkan stress dan dapat dikenali dengan mudah oleh

pasien sendiri. Diagnosis transient insomnia biasanya dibuat secara

retrospektif setelah keluhan pasien sudah hilang. Keluhan ini kurang lebih

ditemukan sama pada pria dan wanita dan episode berulang juga cukup sering

ditemukan, faktor yang memicu antara lain akibat lingkungan tidur yang

berbeda, gangguan irama sirkadian sementara akibat jet lag atau rotasi waktu

kerja, stress situasional akibat lingkungan kerja baru, dan lain-lainnya.

Transient insomnia biasanya tidak memerlukan terapi khusus dan jarang

membawa pasien ke dokter.


b. Insomnia jangka pendek

Yakni gangguan tidur yang terjadi dalam jangka waktu dua sampai tiga

minggu. Kedua jenis insomnia ini biasanya menyerang orang yang sedang

mengalami stress, berada di lingkungan yang ribut-ramai, berada di lingkungan

yang mengalami perubahan temperatur ekstrim, masalah dengan jadwal tidur-

bangun seperti yang terjadi saat jetlag, efek samping pengobatan.

c. Insomnia kronis

Kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama sebulan atau lebih.

Salah satu penyebab chronic insomnia yang paling umum adalah depresi.

Penyebab lainnya bisa berupa arthritis, gangguan ginjal, gagal jantung, sleep

apnea, sindrom restless legs, Parkinson, dan hyperthyroidism. Namun

demikian, insomnia kronis bisa juga disebabkan oleh faktor perilaku, termasuk

penyalahgunaan kafein, alkohol, dan substansi lain, siklus tidur/bangun yang

disebabkan oleh kerja lembur dan kegiatan malam hari lainnya, dan stres

kronis.

4. Manifestasi Insomnia

a. Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal

b. Wajah kelihatan kusam

c. Mata merah, hingga timbul bayangan gelap di bawah mata

d. Lemas, mudah mengantuk

e. Resah dan mudah cemas

f. Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori, dan gampang tersinggung.


5. Komplikasi

a. Efek fisiologis. Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat

peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga

penurunan produksi melatonin.

b. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi ,

irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.

c. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan

sebagainya.

d. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah

mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati

hubungan sosial dan keluarga.

e. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka

harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini

mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang

memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang

terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi

kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia

memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu

lintas jika dibandingkan dengan orang normal

6. Penatalaksanaan

Prinsip penanganan gangguan tidur selain menjelaskan, memastikan dan

memberikan saran juga mengoptimalkan pola tidur yang sehat, baik dari segi
kualitas ataupun waktunya. Terapi insomnia dapat dilakukan dengan

menggunakan obat ataupun tanpa obat. Terapi tersebut dapat berupa :

a. Psikoterapi

Keberhasilan mengatasi insomnia, sangat tergantung dari kemampuan pasien

untuk santai dan belajar bagaimana cara-cara tidur yang benar. Terapi perilaku

bisa menyembuhkan insomnia kronik dan terapi ini efektif untuk segala usia,

terutama pada pasien usia tua.

b. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)

CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam

memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan

rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa

bahwa dirinya masih berharga.

c. Sleep Restriction Therapy

Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si

penderita insomnia.

d. Stimulus Control Therapy

Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si

penderita

secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan melarang si

penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.

e. Relaxation Therapy
Relaxation Therapy berguna untuk membuat si penderita rileks pada saat

dihadapkan pada kondisi yang penuh ketegangan.

f. Imagery Training

Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang

tidak

menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.

g. Herbal

Bahan-bahan seperti valerian (untuk relaksasi otot), melatonin (untuk

gangguan irama sirkadian seperti jetlag). Melatonin menurunkan fase tidur

laten, meningkatkan efisiensi tidur, dan meningkatkan persentasi tidur REM

(Rapid Eye Movement), dan chamomile (untuk mengurangi kecemasan)

banyak dipakai untuk terapi insomnia.

h. Terapi cahaya

Prinsip terapi ini adalah bahwa cahaya terang dapat mengurangi rasa

mengantuk dan kegelapan bisa menyebabkan mengantuk.

i. Farmakoterapi

Tujuan pengobatan dengan obat-obatan hipnotik bukan hanya untuk

meningkatkan kualitas dan durasi tidur, tapi juga untuk meningkatkan derajat

kewaspadaan pada siang harinya dan untuk menghilangkan hyperarousal

state. Sayangnya, banyak dosis obat hipnotik yang dibutuhkan untuk

memperbaiki kualitas tidur pada malam hari juga menyebabkan sedasi pada

siang harinya. Untuk menghindari komplikasi ini, short acting benzodiazepine


dapat digunakan. Obat hipnotik long acting bisa mengganggu kualitas

psikomotorik yang bisa menyebabkan kecelakaan yang berhubungan dengan

kendaraan bermotor Terapi dengan obat-obatan hipnotik sedatif harus dimulai

dengan dosis kecil dan untuk maintenancenya menggunakan dosis efektif yang

terkecil. Efek toleransi terjadi pada penggunaan kebanyakan obat hipnotik,

karena itu penggunaan obat ini tidak boleh lebih dari 1 bulan. . Rebound

insomnia bisa terjadi jika penghentian obat dilakukan secara mendadak. Untuk

menghindari efek ini, digunakan obat dengan dosis kecil dan tappering off.

C. Tinjauan tentang Massage

1. Pengertian

Kata masase berasal dari bahasa Arab “mash” yang berarti menekan dengan

lembut, atau dari Yunani “massien” yang berarti memijat atau melulut. Masase

merupakan salah satu manipulasi sederhana yang pertama-tama ditemukan oleh

manusia untuk mengelus-elus rasa sakit. Hampir setiap hari manusia melakukan

pemijatan sendiri. Semenjak 3000 tahun sebelum masehi, masase sudah

digunakan sebagai terapi. Di kawasan Timur Tengah masase merupakan salah

satu pengobatan tertua yang diakukan oleh manusia.

Menurut Tjipto Soeroso (1983: 3) masase adalah suatu seni gerak tangan

yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan dan memelihara kesehatan.

Gerak tangan secara mekanis ini akan menimbulkan rasa tenang dan nyamam

bagi penerimanya. Ahmad Rahim (1988: 1) mendefinisikan pemijatan (masase)

sebagai suatu perbuatan melulut tubuh dengan tangan (manipulasi) pada


bagian-bagian yang lunak, dengan prosedur manual atau mekanik yang

dilaksanakan secara metodis dengan tujuan menghasilkan efek fisiologis,

profilaktif, dan terapeutik bagi tubuh.

Menurut Susan (2001: 10) masase merupakan bentuk sentuhan terstruktur

dengan menggunakan tangan atau kadang-kadang bagian tubuh yang lain

seperti lengan atas dan siku digunakan untuk menggerus kulit dan memberikan

tekanan pada otot-otot dalam. Menurut Tarumetor (2000: 1-2) masase adalah

suatu metode refleksologi yang bertujuan untuk memperlancar kembali aliran

darah, dengan penekanan-penekanan atau pijatan-pijatan kembali aliran darah

pada titik-titik sentra refleks. Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh

Kardinal (1990: 7-8) bahwa massage merupakan suatu tindakan yang bertujuan

untuk menyembuhkan suatu penyakit melalui urat-urat saraf dan memperlancar

peredaran darah.

Tjipto Soeroso (1983: 9) dalam bukunya yang berjudul Ilmu Lulut Olahraga

(Sports Massage) menyatakan bahwa dalam perkembangannya, masase dapat

dibedakan menjadi beberapa macam, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Sport massage adalah masase yang khusus diberikan kepada orang yang

sehat badannya, terutama olahragawan karena pelaksanannya memerlukan

terbukanya hampir seluruh tubuh. Tujuan sport massage adalah:

1) Memperlancar peredaran darah.

2) Merangsang persarafan terutama saraf tepi untuk meningkatkan

kepekaan rangsang.
3) Meningkatkan ketegangan otot dan meningkatkan kekenyalan otot

untuk meningkatkan daya kerja otot.

4) Mengurangi atau menghilangkan ketegangan saraf dan mengurangi

rasa sakit.

b. Segment massage adalah masase yang ditujukan untuk membantu

penyembuhan terhadap gangguan atau kelainan-kelainan fisik yang

disebabkan oleh penyakit tertentu. Ada beberapa macam segment massage

salah satunya adalah masase terapi.

c. smetic massage adalah masase yang khusus ditujukan untuk memelihara

serta meningkatkan kecantikan muka serta keindahan tubuh berserta

bagian-bagiannya.

d. Masase yang lain seperti; shiatshu, refleksi, tsubo, dan erotic massage.

Macam-macam manipulasi dalam masase dan pengaruhnya. Manipulasi

yang dimaksud adalah cara menggunakan tangan untuk melakukan masase

pada daerah-daerah tertentu serta untuk memberikan pengaruh tertentu

pula. Ahmad Rahim (1988: 1) mengemukakan manipulasi pokok masase

adalah:

1) eurage (menggosok), yaitu gerakan ringan berirama yang dilakukan

pada seluruh permukaan tubuh. Tujuannya adalah memperlancar

peredaran darah dan cairan getah bening (limfe).

2) Friction (menggerus), yaitu gerakan menggerus yang arahnya naik dan

turun secara bebas. Tujuannya adalah membantu menghancurkan


miogelosis, yaitu timbuan sisa-sisa pembakaran energi (asam laktat)

yang terdapat pada otot yang menyebabkan pengerasan pada otot.

3) Petrissage (memijat), yaitu gerakan menekan kemudian meremas

jaringan. Tujuannya adalah untuk mendorong keluarnya sisa-sisa

metabolisme dan mengurangi ketegangan otot.

4) Tapotemant (memukul), yaitu gerakan pukulan ringan berirama yang

diberikan pada bagian yang berdaging. Tujuannya adalah mendorong

atau mempercepat aliran darah dan mendorong keluar sisa-sisa

pembakaran dari tempat persembunyiannya.

5) Vibration (menggetarkan), yaitu gerakan menggetarkan yang dilakukan

secara manual atau mekanik. Mekanik lebih baik daripada manual.

Tujuannya adalah untuk merangsang saraf secara halus dan lembut

agar mengurangi atau melemahkan rangsang yang berlebihan pada

saraf yang dapat menimbulkan ketegangan.

2. Manfaat Massage

a. Meningkatkan fungsi kulit: Peredaran darah dalam tubuh yang meningkat

akan membantu proses untuk menghasilkan kelenjar minyak yang akan lebih

efektif memproduksi keringat, sehingga akan membuang zat yang tidak

berguna. Lapisan epidermis yang paling luar akan larut sehingga kondisi kulit

akan lebih baik. Fungsi kulit sebagai daya penyerap akan lebih meningkat

dan kulit menjadi lebih halus.


b. Melarutkan lemak: Gerakan pengurutan yang sifatnya menekan dan

menghentak seperti meremas/ memijat, menepuk, memukul dapat

membantu melarutkan lemak sehingga terjadi pembakaran tubuh.

c. Meningkatkan refleksi pada pencernaaan: Pengurutan perut dengan

gerakangerakan tertentu akan lebih merangsang gerak refleksi (Peristaltik),

dengan demikian akan lebih memperlancar sistem pencernaan.

d. Meningkatkan fungsi jaringan otot: Meningkatnya sirkulasi peredaran darah

dapat meningkatkan nutrisi (sari makanan) ke dalam jaringan otot sehingga

kekenyalan dan elastisitas akan lebih bertahan.

e. Meningkatkan pertumbuhan tulang dan gerak persendian: Meningkatnya

peredaran darah yang ditimbulkan oleh gerak pengurutan akan meningkat

pula nutrisi sehingga dapat memberi makanan pada sel-sel tulang. Dengan

demikian meningkat pula pertumbuhan gerak persendian.

f. Meningkatkan fungsi jaringan syaraf: Gerakan vibrace dan friction dapat

merangsang pada fungsi syaraf di seluruh tubuh.

g. Sistem Getah Bening: Luka akibat pukulan akan menyebabkan terjadinya

pembengkakan yang masuk ke dalam sirkulasi getah bening. Pijat dapat

mengosongkan saluran getah bening dan menyembuhkan bengkak tersebut.

Jika cairan yang membuat bengkak tidak disingkirkan, maka akan mengeras

sehingga tidak dapat melewati saluran getah bening. Akibatnya gumpalan

cairan yang mengeras tersebut akan menyumpal di sekeliling jaringan:otot,


tulang, urat, ikatan sendi tulang (ligament) dan kemudian terbentuk

“pelekatan” (adhesion).

h. Sistem Kandung Kemih: Pijat di bagian punggung dan perut akan

meningkatkan aktivitas ginjal yang mendorong pembuangan produk sisa

metabolisme dan mengurangi penumpukkan cairan.

i. Sistem Reproduksi: Sistem reproduksi juga dapat ditingkatkan. Pijat pada

bagian perut dan punggung dapat membantu meredakan masalah haid,

seperti rasa sakit, pra menstruasi, haid tidak teratur, dan lain-lain.

3. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika massage

a. Massage tidak dilakukan bilamana didapatkan kondisi-kondisi tertentu,

seperti : antung tidak baik, tekanan darah tinggi, sendi-sendi dan kelenjar

yang membengkak, kulit yang lecet, pembuluh kapiler pecah.

b. Massage membutuhkan suatu sentuhan yang pasti dan kuat, sehingga

membangkitkan kepercayaan pada orang yang diurut. Karenanya si

pengurut harus memiliki : tangan kuat yang fleksibel, tabiat yang tenang,

dapat menguasai diri.

c. Mengerjakan massage merupakan gabungan atau kombinasi dari satu atau

lebih gerakan-gerakan dasar sesuai dengan kondisi orang yang diurut serta

hasil yang diinginkan. Hasil dari perawatan massage akan tergantung atas

besarnya tekanan, arah gerakan, dan lamanya masing-masing jenis

pengurutan
Massage merupakan suatu teknik yang dapat memperlancar

peredaran darah, memberikan rasa rileks pada tubuh, menghilangkan stres,

menghilangkan rasa lelah dan letih sehingga dapat membuat kualitas tidur

meningkat, dengan melakukan tekanan pada titik tertentu. Ketika jaringan

otot kontraksi saat massage akan membuat sistem syaraf disekitar area

dimassage juga ikut tertekan dan jaringan otot rileks maka saraf juga akan

teregang, sehingga meningkatkan aktivitas parasimpatis untuk

mengeluarkan neurotransmitter seperti hormon endorphin, serotonin,

asetikolin. Melalui respon yang dihasilkan oleh otak peningkatan level

serotonindapat mengurangi efek psikis dari stres dan mengurangi efek psiko

seperti hipertensi, hormon yang dikeluarkan medula adrenal pada massa

stress yaitu norepineprin dan epineprin yang dilepaskan oleh kelenjar

adrenal dalam darah dapat meningkatkan respon “fight and fight” (Olney,

2005)

Pengeluaran endorfin mengakibatkan meningkatnya kadar endorfin

dalam tubuh. Peningkatan hormon endorfin merangsang produksi hormon

dopamin dan hormon serotonin. Hormon dopamin yang meningkat

menyebabkan kecemasan berkurang sedangkan hormon serotonin yang

meningkat dapat mengurangi gangguan tidur (Arisanti, 2012).

4. Tujuan Massage

a. Melancarkan sirkulasi darah

b. Meningkatkan relaksasi dan menurunkan stres


c. Mengurangi rasa nyeri dan kelelahan

d. Meningkatkan kualitas tidur

5. Prosedur Pelaksanaan

a. Persiapan Pasien

1) Berikan salam, perkenalkan diri perawat, dan identifikasi klien dengan

memeriksa identitas klien secara cermat.

2) Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan.

3) Berikan privasi pada klien.

4) Atur posisi klien sehingga merasakan aman dan nyaman saat tindakan

berlangsung.

b. Persiapan alat

1) Handuk

2) Minyak gosok atau lotion

3) Handscoen

c. Prosedur tindakan

1) Beritahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai

2) Cek peralatan yang akan digunakan

3) Dekatkan peralatan ke sisi tempat tidur klien

4) Cuci tangan dan kenakan sarung tangan

5) Kaji nadi dan tekanan darah klien sebelum melakukan masase

6) Bantu klien dengan posisi fowler atau semifowler


7) Menyiapkan lotion atau minyak gosok secukupnya

8) Hangatkan lotion atau minyak gosok di telapak tangan

9) Berdiri di dekat klien

10) Gosokkan minyak atau lotion mulai dari dahi bagian tengah ke bagian

pembuluh darah temporalis dengan gerakan sirkuler

11) Lakukan pemijatan daerah kepala dari tepi menuju ke bagian tengah

atas kepala (ubun-ubun)

12) Pijat pada area belakang telinga (mastoideus) yang terdapat pembuluh

darah dengan gerakan sirkuler. Pijat sampai ke bagian leher

13) Dengan gerakan sirkuler, pijat daerah leher dengan menggunakan tiga

jari

14) Lakukan pemijatan pada daerah punggung belakang secara sirkuler

15) Ulangi kembali gerakan-gerakan tersebut di atas masing-masing

gerakan 3-5 menit. Tambahkan lotion atau minyak jika diperlukan.

16) Sambil melakukan massage periksa adanya kemerahan pada kulit.

17) Tanyakan pada klien jika terdapat daerah yang perlu dilakukan

massage khusus.

18) Bersihkan sisa lotion pada punggung klien dengan menggunakan

handuk

19) Bantu klien ke posisi semula

20) Beritahu klien bahwa tindakan sudah selesai

21) Bereskan peralatan yang telah digunakan


22) Lepas sarung tangan

23) Kaji respon klien (subyektif dan obyektif)

24) Buat kontrak pertemuan selanjutnya

25) Akhiri kegiatan dengan baik (Setiawan & Prasetyo, 2014)

D. Tinjauan Tentang Asuhan Keperawatan Hipertensi

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu

proses pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2011).

Pengkajian pada pasien Hipertensi meliputi identitas klien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,

dan pengkajian psikososial.

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis

kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan

jam masuk rumah sakit, nomor registrasi, dan diagnosa medis.

b. Keluhan utama

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan

adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat

berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.

c. Pengkajian aktivitas / istirahat

1) Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton


2) Tanda:

a) Frekuensi jantung meningkat

b) Perubahan irama jantung

c) Takipnea

d. Pengkajian Sirkulasi

1) Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup

dan penyakit serebrovaskular

2) Tanda:

a) Kenaikan TD

b) Nadi: denyutan jelas

c) Frekuensi/irama: takikardi, berbagai disritmia

d) Bunyi jantung: murmur

e) Distensi vena jugularis

f) Ekstermitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi

perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi)

g) Kulit pucat, sianosis, dan diaforesis (kongesti, hipoksemia);

kemerahan (feokromositoma)

e. Pengkajian Integritas Ego

1) Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia, atau

marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor

stres multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)

2) Tanda:
a) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,

tangisan yang meledak

b) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata),

gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara

f. Pengkajian Eliminasi

1) Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi

atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu)

g. Pengkajian Makanan/cairan

1) Gejala: makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi

garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,

keju, telur); gula-gula yang berwarna hitam; kandungan tinggi kalori,

mual-muntah, perubahan berat badan akhir-akhir ini

(meningkat/menurun), riwayat penggunaan diuretic

2) Tanda :

a) Berat badan normal atau obesitas

b) Adanya edema (mungkin umum atau tertentu); glikosuria (hampir

10% pasien hipertensi adalah diabetik)

h. Pengkajian Neurosensori
1) Gejala: keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital

(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa

jam), kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia,

penglihatan kabur), epistaksis

2) Tanda:

a) Status mental: perubahan orientasi, pola/isi bicara, afek, proses

pikir, atau memori (ingatan)

b) Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan

dan/atau refleks tendon dalam

c) Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan

arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema

atau papiledema, eksudat, dan hemorragi terrgantung pada

berat/lamanya hipertensi

i. Pengkajian yeri/ketidaknyamanan

1) Gejala: nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi

arteriosklerosis pada arteri ekstermitas bawah)

j. Pengkajian Penapasan
1) Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea,

ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal, batuk dengan/tanpa

pembentukan sputum, riwayat merokok

2) Tanda:

a) Distres respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan

b) Bunyi napas tambahan (mengi/krakles)

c) Sianosis

k. Pengkajian Keamanan

1) Gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural

l. Pengkajian Pembelajaran/penyuluhan

1) Gejala: faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis,

penyakit jantung, diabetes melitus, penyakit serebrovaskular/ginjal,

faktor-faktor risiko etnik (seperti orang Afrika-Amerika, Asia

Tenggara), penggunaan pil KB atau hormon lain; penggunaan

obat/alkohol

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada pasien Hipertensi menurut

NANDA Yaitu :
a. Nyeri akut : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat

adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan

istilah seperti kerusakan (International Association For The Study of Pain). Awitan

yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir

yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam

bulan.

Batasan Karakteristik :

1) Melaporkan nyeri dengan isyarat (misalnya, menggunakan skala nyeri)

2) Respon otonom (misalnya, diaforesis, perubahan tekanan darah, denyut

jantung, dilatasi pupil)

3) Perilaku distraksi (misalnya, mondar-mandir, mencari aktivitas lain, aktivitas

berulang)

4) Perilaku ekspresif (misalnya, gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan

berlebihan, peka terhadap rangsangan, dan menghela napas panjang)

5) Bukti nyeri yang dapat yang dapat diamati

6) Posisi untuk menghindari nyeri

7) Perilaku menjaga atau sifat melindungi

8) Gangguan tidur

b. Gangguan Pola Tidur : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor

eksternal

Batasan Karakteristik :

1) Perubahan pola tidur normal


2) Penurunan kemampuan berfungsi

3) Ketidakpuasan tidur

4) Menyatakan sering terjaga

5) Meyatakan tidak mengalami kesulitan tidur

6) Menyatakan tidak merasa cukup istirahat

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

Keperawatan

Nyeri (sakit kepala) Setelah dilakukan asuhan 1. Bina hubungan

berhubungan keperawatan selama 2×24 jam, saling percaya

dengan nyeri atau sakit kepala hilang atau


2. Pertahankan
peningkatan berkurang. Dengan kriteria hasil:
tirah baring selama
tekanan vaskuler
1. Pasien mengungkapkan tidak fase akut
serebral
adanya sakit kepala
3. Berikan

2. Pasien tampak nyaman tindakan

nonfarmakologi
3. TTV dalam batas normal
untuk

menghilangkan sakit

kepala, misalnya

kompres air hangat,


pijat punggung dan

leher, tenang,

redupkan lampu

kamar, dan aktivitas

waktu senggang

4. Hilangkan/

minimalkan aktivitas

vasokontriksi yang

dapat meningkatkan

sakit kepala, misal

mengejan, batuk

panjang,

membungkuk

5. Bantu pasien

dalam ambulasi

sesuai kebutuhan

6. Kolaborasi:

Berikan analgetik
Gangguan pola Setelah dilakukan asuhan 1. Ciptakan

tidur berhubungan keperawatan selama 2×24 jam suasana lingkungan

dengan adanya tidak terjadi gangguan pola tidur. yang tenang dan

nyeri kepala Dengan kriteria hasil: nyaman

1. Mampu menciptakan pola 2. Beri

tidur yang adekuat 6-8 jam per hari kesempatan klien

untuk tidur/istirahat
2. Tampak dapat istirahat

dengan cukup 3. Evaluasi

tingkat stres, Monitor


3. TTV dalam batas normal
keluhan nyeri kepala

4. Lengkapi

jadwal tidur secara

teratur

5. Berikan

makanan kecil sore

hari dan/susu

hangat, Lakukan

massase punggung,
Putarkan musik yang

lembut

6. Kolaborasi

pemberian obat

sedatif, hipnotik

sesuai indikasi
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif

dengan pendekatan studi kasus yaitu untuk mendapatkan gambaran Penerapan Massase

terhadap Penurunan Insomnia pada Asuhan Keperawatan dengan Kasus Hipertensi di

RSUD Poso

B. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Poso, waktu

penelitian direncanakan selama 6 hari.

C. Subyek Studi Kasus

Subyek dalam penelitian ini yaitu pasien Hipertensi di RSUD Poso

D. Fokus Studi

Fokus studi dalam penelitian studi kasus ini yaitu Penerapan Terapi Massage

terhadap Penurunan Insomnia pada Asuhan Keperawatan dengan Kasus Hipertensi

E. Definisi operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana

penerepan tindakan keperawatan yang diberikan dan evaluasi tindakan secara

komprehensif.
Asuhan Keperawatan Asuhan Keperawatan pada pasien Hipertensi merupakan

pada pasien Hipertensi proses keperawatan yang dimulai pengkajian, penentuan

diagnosa, penyusunan intervensi, pemberian tindakan

keperawatan dan evaluasi tindakan pada pasien

Hipertensi di RSUD Poso

Penerapan Terapi Massage merupakan suatu teknik yang dapat

Massage memperlancar peredaran darah, memberikan rasa rileks

pada tubuh, menghilangkan stres, menghilangkan rasa

lelah dan letih sehingga dapat membuat kualitas tidur

meningkat, dengan melakukan tekanan pada titik

tertentu. Tehnik Massage menggunakan beberapa tehnik

tertentu

Insomnia Insomnia dalah masalah keperawatan yang biasa muncul

pada kasus Hipertensi

F. Pengumpulan Data

Menjeaskan metode pengumpulan data yang digunakan yaitu

1. Wawancara : hasil anamnese tentang pengkajian identitas pasien, keluhan

utama,riwayat penyakit sekarang-dulu-keluarga. Wawancara bisa dengan pasien,

keluarga, perawat.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)


3. Study dokumentsi dan angket: misalnya hasil pemeriksaan diagnostic

G. Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak dilakukan pengumpulan data sampai semua data

terkumpul. Analisa dilakukan dengan cara mengemukakan fakta dan membandingkan

dengan teori. Teknik yang dilakukan adalah dengan menarasikan jawaban jawaban dari

hasil pengumpulan data (wawancara obserfasi) yang dilakukan untuk menjawab rumusan

masalah dan tujuan penelitian. Urutan dalam analisa adalah :

1. Pengumpulan data

Data yang di kumpulkan dari hasil wawancara, observasi, study dokumen ditulis

dalam bentuk catatan lapangan yang selanjutnya disalin bentuk transkip.

2. Mereduksi data dengan membuat koding dan kategori

Data yang sudah dibuat bentuk transkip dibuat koding oleh peeliti sesuai dengan

topik penelitian. Data objektif di analisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnosic

dan dibandingkan dengan nilai normal

3. Penyajian data

Pengkajian data dilakukan dalam bentuk table, gambar, bagan disertai narasi

kerahasiaan responden tetap harus di perhatikan

4. Kesimpulan

Data yang disajikan selanjutnya dibahas dan dibandingkan dengan hasil hasil

penelitian sebelumnya dan teori teori yang mendukung. Penarikan kesimpulan di

lakukan degan metode induksi. Pembahasan dilakukan sesuai dengan tahap asuhn

keperawatan pengkajian, diagnosa, perencanaan tindakan, evaluasi


H. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus memahami prinsip – prinsip etika

dalam penelitian karena penelitian yang akan dilakukan menggunakan subyek manusia,

dimana setiap manusia mempunyai hak masing-masing yang tidak bias dipaksa.

Beberapa etika dalam melakukan penelitian diantaranya adalah :

1. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Informed Consent adalah suatu persetujuan atau sumber izin, yang

diberikan setelah mendapatkan informasi atau pernyataan pasien/keluarga yang

berisi persetujuan atas rencana tindakan medis yang diajukan setelah menerima

informasi yang cukup untuk dapat penolakan atau persetujuan.

2. Anonimity (tanpa nama)

Anonimity adalah kiasan yang menggambarkan seseorang tanpa nama atau

tanpa identitas pribadi. Dalam pendokumentasian asuhan keperawatan istilah

Anonimity dipakai untuk menyembunyikan identitas pasien. Contoh : nama klien

anak sevila, dapat pendokumentasian asuhan keperawatan nama klien di tulis dalam

inisial yaitu An. S.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Confidentiality atau kerahasiaan adalah pencegahan bagi mereka yang tidak

berkepentingan dapat mencapai informasi, berhubungan data yang diberikan ke

pihak lain untuk keperluan tertentu dan hanya diperbolehkan untuk keperluan

tertentu.

4. Prinsip Autonomi
Prinsip autonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir

logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Tidak ada paksaan ataupun

ancaman. kesediaan berasal dari keputusan klien setelah di jelaskan prosedur dan

tujuan dari pemberian tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

5. Prinsip Beneficience

Beneficience berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga

memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan

atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Dalam penelitian

ini diharapkan tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien untuk mencegah

terjadinya kerusakan kulit karena kurangnya monitoring perawat.

6. Non Maleficience

Non malafiesien adalah Prinsip yang berarti segala tindakan keperawatan

yang dilakukan pada klien stroke dengan imobilisasi tidak menimbulkan bahaya /

cedera secara fisik dan psikologik.

7. Perinsip Justice

Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja

untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar

untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. tidak memilih pasien berdasarkan

status sosial, RAS, suku dan agama dalam memberikan tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Amir, N., 2007, Gangguan Tidur PadaLansia, Cermin Dunia Kedokteran No. 157, FKUI,

Jakarta

Ayu, 2009, Aneka Manfaat Terapi Pijat, Available

Coates, T.J., 2001, Mengatasi Gangguan Tidur Tanpa Obat (Terjemahan), Pioner Jaya,

Bandung

Joewana, S., 2005, Psikopatologi Insomnia, Cermin Dunia Kedokteran No. 53, Cermin Dunia

Kedokteran No. 53, Majalah Dunia Kedokteran, PT. Temprint, Jakarta

Setiabudhi, T., 2008, Gangguan TidurPada Usia Lanjut, Cermin Dunia Kedokteran No. 53,

Majalah Dunia Kedokteran, PT. Temprint, Jakarta

Depkes R.I (1999) Kesehatan keluarga, Bahagia di Usia Senja, Medi Media, Jakarta

Nugroho Wahyudi (1995) Perawatan Usia Lanjut, Penerbit EGC, Jakarta

Capernito Lynda juall (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 , Alih Bahasa Yasmin

Asih EGC jakarta

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi 8, Vol 2, Jakarta:

EGC

Doenges Marilynn E., et. al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC

Noer Sjaifoellah. 2002. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai