PROPOSAL
DI SUSUN
OLEH :
NOVIYANTI ABDULLAH
NIM ; PO0220217029
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
BAB 1
PENDAHLUAN
A. Latar Belakang
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
Amerika insiden hipertensi pada orang dewasa tahun 2010-2012 sekitar 39-51%.
Penderita hipertensi yang berjumlah 839 terjadi pada tahun 2012, diperkirakan
menjadi 1,5 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari penduduk dunia, dan
Augustin dan Hains (2006), di Amerika sebanyak 68% penduduknya mengetahui telah
menderita hipertensi dan sisanya tidak mengetahui kalau menderita hipertensi. Paling
sedikit di Amerika 30% terkena hipertensi namun tidak menyadari, dan 31% pasien
diperkirakan mengalami kenaikan sekitar 80% pada tahun 2025 dari sejumlah 639 juta
kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi
ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan pertambahan penduduk saat ini.
hipertensi di Indonesia pada penduduk umur ≥18 tahun sebesar 25,8 %, prevalensi
yang terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, serta yang terdiagnosis tenaga
kesehatan sedang minum obat sebesar 9,5%. Prevalensi penderita minum obat
sendiri sebesar 0,1%, yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum
keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh satu dari sulit
memasuki tidur, sering terbangun malam kemudian kesulitan untuk kembali tidur,
bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak (Joewana, 2005). Frost (2001)
menyatakan bahwa prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar
artritis, atau hipertensi sering melaporkan bahwa kualitas tidurnya buruk dan durasi
tidurnya kurang bila dibandingkan dengan lansia yang sehat (Amir, 2007).
Menurut data dari WHO (World Health Organization) kurang lebih 18%
penduduk dunia pernah mengalami gangguan sulit tidur dan meningkat setiap
jiwa bagi penderitanya. Pada saat ini diperkirakan 1 dari 3 orang mengalami insomnia.
Nilai ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan penyakit lainnya (Siregar, 2011:74).
dari total 238 juta penduduk Indonesia menderita insomnia. Jumlah ini hanya mereka
yang terdata dalam data statistik. Selain itu, masih banyak jumlah penderita insomnia
Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo merupakan salah satu panti
karakteristik yang berbeda yakni laki-laki berjumlah 4 orang dan perempuan berjumlah
31 orang. Berdasarkan studi awal yang didapatkan peneliti langsung dengan cara
wawancara, dari total keseluruhan 35 orang penghuni di Panti Tresna Werdha Ilomata
Kota Gorontalo, ada 24 orang lansia yang mengeluh insomnia dan hampir seluruhnya
Masalah insomnia pada lansia ini seharusnya dapat menjadi perhatian yang
lebih karena jika dibiarkan dapat menyebabkan berbagai macam hal yang dapat
merugikan baik untuk kesehatan tubuh sendiri ataupun menurunkan angka harapan
hidup. Insomnia dapat menyebabkan seseorang menjadi tidak produktif, tidak fokus,
dilakukan dengan memakai obat tidur. Namun pemakaian yang berlebihan membawa
2001). Darmodjo dan Hadi (2006) mengatakan bahwa pada golongan lansia, berbagai
perubahan fisiologik pada organ dan sistem tubuh akan mempengaruhi tanggapan
tubuh terhadap obat. Beberapa perubahan farmakokinetik obat akibat proses menua
antara lain penurunan absorbsi, distribusi, metabolisme, serta ekskresi obat dalam
tubuh. Perubahan tersebut mempengaruhi pemberian obat pada lansia yang harus
B. Rumusan Masalah
berikut: Bagaimana Penerapan Terapi Massage dengan terapi mandi air hangat
Hipertensi di
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Penerapan Terapi Massage dengan terapi mandi air hangat
Hipertensi
2. Tujuan Khusus
Hipertensi
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi adik-adik
3. Bagi peneliti
Massage dengan terapi mandi air hangat terhadap penurunan insomnia lansia
4. Bagi pasien
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg menetap atau
dua atau lebih pengukiran tekanan darah pada waktu yang terpisah (Engram,
1998).
(Tamboyong, 2000).
2. Etiologi
a. Hipertensi Esensial
1) Genetik
hipertensi esensial.
2) Usia
3) Obesitas
menyebabkan hipertensi.
4) Hiperkolesterol
yang ditemukan pada proses terjadinya HT. Retensi Na+ diikuti dengan
6) Rokok
7) Alkohol
retensi garam dan air, serta dapat menaikkan kolesterol darah dan gula
darah.
9) Stres psikologis
b. Hipertensi sekunder
Disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya :
1) Penyakit ginjal
air.
2) Diabetes Mellitus
Disebabkan oleh kadar gula yang tinggi dalam waktu yang sama
3. Klasifikasi
a. Stadium 1 (ringan)
Tekanan sistolik antara 140 – 159 mmHg. Tekanan diastolik antara 90-99
mmHg.
b. Stadium 2 (sedang)
Tekanan sistolik antara 160 – 179 mmHg. Tekanan diastolik antara 100 – 109
mmHg.
c. Stadium 3 (berat)
Tekanan sistolik antara 180 – 209 mmHg. Tekanan diastolik antara 110 – 119
mmHg.
berikut :
a. Sakit kepala
c. Sukar tidur
e. Tinnitus
f. Mata berkunang-kunang
g. Epistaksis
h. Gemetar
j. Sesak napas
k. Mual, muntah
5. Patofisiologi
di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatif, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada
kuat, yang pada gilirnnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
otak.
e. Infark miokardium
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai
f. Gagal ginjal
fungsional ginjal. Nefron terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
7. Penatalaksanaan
hidup.
5) Penghentian rokok.
1. Pengertian
tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang
mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu atau setelah terbangun dari
tidur .
pendek ( short sleepers ), dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur
mereka pendek, mereka tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi
secara normal di siang hari, dan mereka tidak mengeluh tentang tidur mereka di
malam hari.
2. Etiologi
a. Faktor Psikologi
1) Problem Psikiatri
Depresi paling sering ditemukan. Jika bangun lebih pagi dari biasanya
yang tidak diingininkan, adalah gejala paling umum dari awal depresi,
2) Sakit Fisik
3) Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung
penyebab fisik atau sakit fisik tersebut belum dapat ditanggulangi dengan
baik, gangguan tidur atau sulit tidur akan dapat tetap dapat terjadi.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat jet, lintasan kereta
api, pabrik atau bahkan TV tetangga dapat menjadi faktor penyebab susah
tidur.
1) Gaya Hidup
Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak
penuaan.
3. Klasifikasi
dan biasanya menimbulkan stress dan dapat dikenali dengan mudah oleh
retrospektif setelah keluhan pasien sudah hilang. Keluhan ini kurang lebih
ditemukan sama pada pria dan wanita dan episode berulang juga cukup sering
ditemukan, faktor yang memicu antara lain akibat lingkungan tidur yang
berbeda, gangguan irama sirkadian sementara akibat jet lag atau rotasi waktu
Yakni gangguan tidur yang terjadi dalam jangka waktu dua sampai tiga
minggu. Kedua jenis insomnia ini biasanya menyerang orang yang sedang
c. Insomnia kronis
Kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama sebulan atau lebih.
Salah satu penyebab chronic insomnia yang paling umum adalah depresi.
Penyebab lainnya bisa berupa arthritis, gangguan ginjal, gagal jantung, sleep
demikian, insomnia kronis bisa juga disebabkan oleh faktor perilaku, termasuk
disebabkan oleh kerja lembur dan kegiatan malam hari lainnya, dan stres
kronis.
4. Manifestasi Insomnia
sebagainya.
d. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
e. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka
harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini
memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang
kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia
6. Penatalaksanaan
memberikan saran juga mengoptimalkan pola tidur yang sehat, baik dari segi
kualitas ataupun waktunya. Terapi insomnia dapat dilakukan dengan
a. Psikoterapi
untuk santai dan belajar bagaimana cara-cara tidur yang benar. Terapi perilaku
bisa menyembuhkan insomnia kronik dan terapi ini efektif untuk segala usia,
penderita insomnia.
penderita
e. Relaxation Therapy
Relaxation Therapy berguna untuk membuat si penderita rileks pada saat
f. Imagery Training
tidak
g. Herbal
h. Terapi cahaya
Prinsip terapi ini adalah bahwa cahaya terang dapat mengurangi rasa
i. Farmakoterapi
meningkatkan kualitas dan durasi tidur, tapi juga untuk meningkatkan derajat
memperbaiki kualitas tidur pada malam hari juga menyebabkan sedasi pada
dengan dosis kecil dan untuk maintenancenya menggunakan dosis efektif yang
karena itu penggunaan obat ini tidak boleh lebih dari 1 bulan. . Rebound
insomnia bisa terjadi jika penghentian obat dilakukan secara mendadak. Untuk
menghindari efek ini, digunakan obat dengan dosis kecil dan tappering off.
1. Pengertian
Kata masase berasal dari bahasa Arab “mash” yang berarti menekan dengan
lembut, atau dari Yunani “massien” yang berarti memijat atau melulut. Masase
manusia untuk mengelus-elus rasa sakit. Hampir setiap hari manusia melakukan
Menurut Tjipto Soeroso (1983: 3) masase adalah suatu seni gerak tangan
Gerak tangan secara mekanis ini akan menimbulkan rasa tenang dan nyamam
seperti lengan atas dan siku digunakan untuk menggerus kulit dan memberikan
tekanan pada otot-otot dalam. Menurut Tarumetor (2000: 1-2) masase adalah
pada titik-titik sentra refleks. Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh
Kardinal (1990: 7-8) bahwa massage merupakan suatu tindakan yang bertujuan
peredaran darah.
Tjipto Soeroso (1983: 9) dalam bukunya yang berjudul Ilmu Lulut Olahraga
a. Sport massage adalah masase yang khusus diberikan kepada orang yang
kepekaan rangsang.
3) Meningkatkan ketegangan otot dan meningkatkan kekenyalan otot
rasa sakit.
bagian-bagiannya.
d. Masase yang lain seperti; shiatshu, refleksi, tsubo, dan erotic massage.
adalah:
2. Manfaat Massage
akan membantu proses untuk menghasilkan kelenjar minyak yang akan lebih
berguna. Lapisan epidermis yang paling luar akan larut sehingga kondisi kulit
akan lebih baik. Fungsi kulit sebagai daya penyerap akan lebih meningkat
pula nutrisi sehingga dapat memberi makanan pada sel-sel tulang. Dengan
Jika cairan yang membuat bengkak tidak disingkirkan, maka akan mengeras
“pelekatan” (adhesion).
seperti rasa sakit, pra menstruasi, haid tidak teratur, dan lain-lain.
seperti : antung tidak baik, tekanan darah tinggi, sendi-sendi dan kelenjar
pengurut harus memiliki : tangan kuat yang fleksibel, tabiat yang tenang,
lebih gerakan-gerakan dasar sesuai dengan kondisi orang yang diurut serta
hasil yang diinginkan. Hasil dari perawatan massage akan tergantung atas
pengurutan
Massage merupakan suatu teknik yang dapat memperlancar
menghilangkan rasa lelah dan letih sehingga dapat membuat kualitas tidur
otot kontraksi saat massage akan membuat sistem syaraf disekitar area
dimassage juga ikut tertekan dan jaringan otot rileks maka saraf juga akan
serotonindapat mengurangi efek psikis dari stres dan mengurangi efek psiko
adrenal dalam darah dapat meningkatkan respon “fight and fight” (Olney,
2005)
4. Tujuan Massage
5. Prosedur Pelaksanaan
a. Persiapan Pasien
4) Atur posisi klien sehingga merasakan aman dan nyaman saat tindakan
berlangsung.
b. Persiapan alat
1) Handuk
3) Handscoen
c. Prosedur tindakan
10) Gosokkan minyak atau lotion mulai dari dahi bagian tengah ke bagian
11) Lakukan pemijatan daerah kepala dari tepi menuju ke bagian tengah
12) Pijat pada area belakang telinga (mastoideus) yang terdapat pembuluh
13) Dengan gerakan sirkuler, pijat daerah leher dengan menggunakan tiga
jari
17) Tanyakan pada klien jika terdapat daerah yang perlu dilakukan
massage khusus.
handuk
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
c) Takipnea
d. Pengkajian Sirkulasi
2) Tanda:
a) Kenaikan TD
kemerahan (feokromositoma)
2) Tanda:
a) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,
f. Pengkajian Eliminasi
1) Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi
g. Pengkajian Makanan/cairan
2) Tanda :
h. Pengkajian Neurosensori
1) Gejala: keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital
2) Tanda:
berat/lamanya hipertensi
i. Pengkajian yeri/ketidaknyamanan
j. Pengkajian Penapasan
1) Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea,
2) Tanda:
c) Sianosis
k. Pengkajian Keamanan
l. Pengkajian Pembelajaran/penyuluhan
obat/alkohol
2. Diagnosa Keperawatan
NANDA Yaitu :
a. Nyeri akut : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan
istilah seperti kerusakan (International Association For The Study of Pain). Awitan
yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam
bulan.
Batasan Karakteristik :
berulang)
8) Gangguan tidur
b. Gangguan Pola Tidur : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal
Batasan Karakteristik :
3) Ketidakpuasan tidur
3. Intervensi Keperawatan
Keperawatan
nonfarmakologi
3. TTV dalam batas normal
untuk
menghilangkan sakit
kepala, misalnya
leher, tenang,
redupkan lampu
waktu senggang
4. Hilangkan/
minimalkan aktivitas
vasokontriksi yang
dapat meningkatkan
mengejan, batuk
panjang,
membungkuk
5. Bantu pasien
dalam ambulasi
sesuai kebutuhan
6. Kolaborasi:
Berikan analgetik
Gangguan pola Setelah dilakukan asuhan 1. Ciptakan
dengan adanya tidak terjadi gangguan pola tidur. yang tenang dan
untuk tidur/istirahat
2. Tampak dapat istirahat
4. Lengkapi
teratur
5. Berikan
hari dan/susu
hangat, Lakukan
massase punggung,
Putarkan musik yang
lembut
6. Kolaborasi
pemberian obat
sedatif, hipnotik
sesuai indikasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan studi kasus yaitu untuk mendapatkan gambaran Penerapan Massase
RSUD Poso
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Poso, waktu
D. Fokus Studi
Fokus studi dalam penelitian studi kasus ini yaitu Penerapan Terapi Massage
E. Definisi operasional
komprehensif.
Asuhan Keperawatan Asuhan Keperawatan pada pasien Hipertensi merupakan
tertentu
F. Pengumpulan Data
keluarga, perawat.
G. Analisa Data
Analisa data dilakukan sejak dilakukan pengumpulan data sampai semua data
dengan teori. Teknik yang dilakukan adalah dengan menarasikan jawaban jawaban dari
hasil pengumpulan data (wawancara obserfasi) yang dilakukan untuk menjawab rumusan
1. Pengumpulan data
Data yang di kumpulkan dari hasil wawancara, observasi, study dokumen ditulis
Data yang sudah dibuat bentuk transkip dibuat koding oleh peeliti sesuai dengan
3. Penyajian data
Pengkajian data dilakukan dalam bentuk table, gambar, bagan disertai narasi
4. Kesimpulan
Data yang disajikan selanjutnya dibahas dan dibandingkan dengan hasil hasil
lakukan degan metode induksi. Pembahasan dilakukan sesuai dengan tahap asuhn
dalam penelitian karena penelitian yang akan dilakukan menggunakan subyek manusia,
dimana setiap manusia mempunyai hak masing-masing yang tidak bias dipaksa.
berisi persetujuan atas rencana tindakan medis yang diajukan setelah menerima
anak sevila, dapat pendokumentasian asuhan keperawatan nama klien di tulis dalam
3. Confidentiality (kerahasiaan)
pihak lain untuk keperluan tertentu dan hanya diperbolehkan untuk keperluan
tertentu.
4. Prinsip Autonomi
Prinsip autonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Tidak ada paksaan ataupun
ancaman. kesediaan berasal dari keputusan klien setelah di jelaskan prosedur dan
5. Prinsip Beneficience
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Dalam penelitian
ini diharapkan tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien untuk mencegah
6. Non Maleficience
yang dilakukan pada klien stroke dengan imobilisasi tidak menimbulkan bahaya /
7. Perinsip Justice
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar
status sosial, RAS, suku dan agama dalam memberikan tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, N., 2007, Gangguan Tidur PadaLansia, Cermin Dunia Kedokteran No. 157, FKUI,
Jakarta
Coates, T.J., 2001, Mengatasi Gangguan Tidur Tanpa Obat (Terjemahan), Pioner Jaya,
Bandung
Joewana, S., 2005, Psikopatologi Insomnia, Cermin Dunia Kedokteran No. 53, Cermin Dunia
Setiabudhi, T., 2008, Gangguan TidurPada Usia Lanjut, Cermin Dunia Kedokteran No. 53,
Depkes R.I (1999) Kesehatan keluarga, Bahagia di Usia Senja, Medi Media, Jakarta
Capernito Lynda juall (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 , Alih Bahasa Yasmin
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi 8, Vol 2, Jakarta:
EGC
Doenges Marilynn E., et. al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC
Noer Sjaifoellah. 2002. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I. Jakarta: FKUI