Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ SEMIOTIKA VISUAL ”

Disusun guna memenuhi tugas dari mata kuliah Semiotika


Visual

Dosen pengampu: Fivin Bagus Septiya Pambudi, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

1. Alif Abyadlul K. (201270000453)

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................3

A. Latar Belakang...........................................................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................................4

A. SEMIOTIKA ATAU ILMU TANDA......................................................................................4

B. BAHASA, TANDA DAN MAKNA.........................................................................................7

C. SEMIOTIKA DAN POLITIK MEDIA MASSA.......................................................................9

D. TOKOH-TOKOH SEMIOTIKA.............................................................................................10

PENUTUP....................................................................................................................................15

A. Kesimpulan..............................................................................................................................15

SUMBER......................................................................................................................................16
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “SEMIOTIKA VISUAL” dapat
penulis selesaikan dengan baik. Saya sebagai penulis berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang apa yang dimaksud dengan Semiotika
Visual. Tidak lupa penulis bersyukur atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT
karuniai sehingga makalah ini dapat saya susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian
pustaka maupun melalui media internet.

Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dari hal
isi maupun tata penulisannya, hal ini terjadi karena keterbatasan wawasan, dan kurangnya
refrensi yang kami miliki, oleh sebab itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat kami
harapkan demi kesempurnaan penyusunan Makalah pada tahun mendatang. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi kita semua.

Jepara, 4 April 2022

Alif Abyadlul K

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak awal sejarah terciptanya manusia di alam raya ini, komunikasi antar manusia adalah
bagian yang paling penting dalam kehidupan. Selain kata-kata, unsur rupa sangat berperan dalam
kegiatan berkomunikasi tersebut.
Menurut AD Pirous, komunikasi visual yang dalam bentuk kehadirannya seringkali perlu
ditunjang dengan suara-pada hakikatnya adalah suatu bahasa. Tugas utamanya membawakan
pesan dari seseorang, lembaga, atau kelompok masyarakat tertentu kepada yang lain.
Sebagai bahasa, maka efektivitas penyampaian pesan tersebut menjadi pemikiran utama
seorang pendesain komunikasi visual. Komunikasi visual sebagai suatu sistem pemenuhan
kebutuhan manusia di bidang informasi visual melalui lambang-lambang kasat mata, dewasa ini
mengalami perkembangan sangat pesat. Hampir di segala sektor kegiatan, lambang-lambang,
atau simbol-simbol visual hadir dalam bentuk gambar, sistem tanda, corporate identity, sampai
berbagai display produk di pusat pertokoan dengan aneka daya tarik.
Gambar merupakan salah satu wujud lambang atau bahasa visual yang di dalamnya
terkandung struktur rupa seperti: garis, warna, dan komposisi. Keberadaannya dikelompokkan
dalam kategori bahasa komunikasi non verbal, ia dibedakan dengan bahasa verbal yang
berwujud tulisan ataupun ucapan. Di dalam rancang grafis yang kemudian berkembang menjadi
desain komunikasi visual banyak memanfaatkan daya dukung gambar sebagai lambang visual
pesan, guna mengefektifkan komunikasi. Upaya mendayagunakan lambang-lambang visual
berangkat dari premis bahwa bahasa visual memiliki karakteristik yang bersifat khas bahkan
sangat istimewa untuk menimbulkan efek tertentu pada pengamatnya. Hal demikian ada kalanya
sulit dicapai bila diungkapkan dengan bahasa verbal.

3
BAB 2

PEMBAHASAN

A. SEMIOTIKA ATAU ILMU TANDA

1. SEMIOTIKA

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda tersebut


menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Keberadaannya mampu
menggantikan sesuatu yang lain, dapat dipikirkan, atau dibayangkan. Cabang ilmu ini semula
berkembang dalam bidang bahasa, kemudian berkembang pula dalam bidang desain dan seni
rupa.

Menurut Wikipedia Semiotika atau ilmu ketandaan (juga disebut studi semiotik dan dalam
tradisi Saussurean disebut semiologi) adalah studi tentang makna keputusan. berbeda dari
linguistik, semiotika juga mempelajari sistem-sistem tanda non-linguistik. Semiotika dibagi
menjadi tiga cabang, yaitu:

 Semantik: hubungan antara tanda dan hal-hal yang mereka lihat; denotata mereka,
atau makna
 Sintaksis: hubungan antara tanda-tanda dalam struktur formal
 Pragmatik: hubungan antara tanda dan tanda-menggunakan agen

Semiotika sering dipandang memiliki dimensi antropologis penting; misalnya, Umberto Eco
mengusulkan bahwa setiap fenomena budaya dapat dipelajari sebagai komunikasi. Istilah semiotika berasal
dari bahasa Yunani σημειωτικός sēmeiōtikos, "tanda-tanda jeli"

Semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Ada kecenderungan bahwa
manusia selalu mencari arti atau berusaha memahami segala sesuatu yang ada di sekelilingnya dan
dianggapnya sebagai tanda.

. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda. Tanda dalam kehidupan manusia
bisa tanda gerak atau isyarat. Lambaian tangan yang bisa diartikan memanggil atau anggukan
kepala dapat diterjemahkan setuju. Tanda bunyi, seperti tiupan peluit, terompet, genderang, suara
manusia, dering telpon. Tanda tulisan, di antaranya huruf dan angka. Bisa juga tanda gambar
berbentuk rambu lalulintas, dan masih banyak ragamnya.

Charles Sanders Pierce, menandaskan bahwa kita hanya dapat berpikir dengan medium
tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda. Tanda dalam kehidupan manusia
bisa tanda gerak atau isyarat. Lambaian tangan yang bisa diartikan memanggil atau anggukan
kepala dapat diterjemahkan setuju. Tanda bunyi, seperti tiupan peluit, terompet, genderang, suara
manusia, dering telpon. Tanda tulisan, di antaranya huruf dan angka. Bisa juga tanda gambar
berbentuk rambu lalulintas, dan masih banyak ragamnya.

4
tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik.
Di antaranya: ikon, indeks dan simbol.

 Ikon

adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda
yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan.
 Indeks

merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang
diwakilinya. Atau disebut juga tanda sebagai bukti.
 Simbol

merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati


bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah
disepakati sebelumnya.

2. Jenis-Jenis Semiotika

Dikemukakan oleh Hoed dan Pateda. Semiotika mempunyai berbagai macam jenis,
diantaranya adalah:

a) Jenis Semiotika Menurut Hoed

Dikemukakan oleh Hoed (dalam Sobur, 2006:15), terdapat 2 (dua) jenis kajian semiotika
diantaranya sebagai berikut: ikemukakan oleh Hoed (dalam Sobur, 2006:15), terdapat 2
(dua) jenis kajian semiotika diantaranya sebagai berikut:

 Semiotika Komunikasi

Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah
satu diantaranya itu mengasumsikan adanya 6 faktor dalam komunikasi ialah:
1. pengirim,
2. penerima
3. kode (sistem tanda)
4. pesan,
5. saluran komunikasi dan
6. acuan.

 Semiotika signifikasi

Semiotika signifikasi, adalah semiotika yang mempelajari relasi elemen-elemen


tanda di dalam sebuah sistem, berdasarkan aturan main dan konvensi tertentu (Fiske,
1990:85).

Semiotika signifikasi ini menekankan pada teori tanda serta juga pemahamannya
dalam suatu konteks tertentu. Untuk Semiotika jenis ini tidak dipermasalaahkan
tujuan berkomunikasi sebaliknya pada jenis ini yang diutamakan ialah segi
pemahaman suatu tanda sehingga5 proses kognisinya pada penerima tanda itu lebih di
perhatikan daripada proses komunikasinya.
b) Jenis Semiotika Menurut Pateda

Menurut Pateda (2001:29), Terdapat 9 (sembilan) macam jenis semiotik diantaranya


sebagai berikut :

 Semiotik analitik

Adalah semiotik yang menganalisa sistem tanda. Semiotik yang berobjekan tanda
dan juga penganalisisnya menjadi ide, objek, dan juga makna. Ide terdapat
dihubungkan sebagai lambang, sedangkan untuk makna yaitu beban yang ada dalam
lambang yang mengacu pada objek tertentu.

 Semiotik deskriptif

Adalah Semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang bisa untuk dialami
sekarang, walaupun terdapat tanda yang dari dulu tetap seperti yang disaksikan
sekarang. Namun tetapi, dengan meningkatnya ailmu pengetahuan, teknologi, dan
juga seni, sudah banyak tanda yang diciptakan oleh manusia untuk bisa memenuhi
kebutuhannya.

 Semiotik faunal (Zoo Semiotik)

Adalah semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh
hewan. Hewan tersebut biasanya menghasilkan tanda untuk untuk berkomunikasi
antara sesamanya, Tappi juga sering menghasilkan tanda yang dapat ditafsirkan oleh
manusia.

 Semiotik kultural

Ialah semiotik yang khusus menelaah pada sistem tanda yang berlaku dalam
kebudayaan tertentu. Masyarakat ialah sebagai makhluk sosial mempunyai sistem
budaya tertentu yang sudaha turun temurun dipertahankan dan juga dihormati.

 Semiotik naratif

Adalah semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan
juga cerita lisan (Folklore).

 Semiotik natural

Adalah semiotik yang khusus menelaah pada sistem tanda yang dihasilkan oleh
alam.

 Semiotik normatif

Adalah semiotik yang khusus menelaah pada sistem tanda yang dibuat manusia yang
berwujudkan norma, contohnya rambu lalu lintas.

 Semiotik sosial

6
Adalah semiotik yang khusus menelaah pada sistem tanda yang dihasilkan oleh
manusia yang berwujud lambang, baik itu lambang berwujud kata atau juga
lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut dengan kalimat. Maksudnya
Dengan kata lain, semiotik sosial ini menelaah sistem tanda yang terdapat dalam
bahasa.
 Semiotik struktural

Ialah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan dengan
melalui struktur bahasa

3. Komponen Dasar Semiotika

Komponen dasar semiotika terdiri dari tanda (sign), lambang (symbol) dan juga isyarat (nal).

 Tanda

Tanda merupakan bagian ilmu semiotika yang menandai sesuatu hal atau juga keadaan
untuk menerangkan atau memberitahukan objek pada subjek. Dalam hal ini tanda itu selalu
menunjukkan pada sesuatu hal yang nyata, misalnya, kejadian, tulisan, bahasa, benda,
tindakan, peristiwa, dan bentuk tanda lainnya.

 Lambang

Lambang sendiri merupakan sesuatu hal atau juga keadaan yang memimpin pemahaman
subjek pada objek. Hubungan antara subjek dan objek itu didalamnya terselip pengertian
sertaan. Suatu lambang itu selalu dihubungkan dengan tanda yang sudah diberi sifat
kultural, situasional, serta juga kondisional. Lambang sendiri ialah tanda yang bermakna
dinamis, khusus, subjektif, kias dan juga majas.

 Isyarat

Isyarat merupakan sesuatu hal atau juga keadaan yang diberikan subjek pada objek. Dalam
keadaan ini, subjek itu selalu berbuat sesuatu untuk bisa memberitahukan kepada objek
yang diberi isyarat diwaktu itu juga. Jadi, isyarat itu selalu bersifat temporal (kewaktuan).
Aoabila ditangguhkan pemakaiannya, isyarat tersebut akan berubah menjadi tanda atau juga
perlambang.

B. BAHASA, TANDA DAN MAKNA

Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial, memahami dunia sebagai
suatu sistem hubungan yang memiliki unit dasar dengan 'tanda'. Maka dari itu, semiotika
mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda. Ahli semiotika, Umberto Eco
menyebut tanda sebagai suatu “kebohongan” dan dalam Tanda ada sesuatu yang
tersembunyi di baliknya dan bukan merupakan Tanda itu sendiri.

Lebih jauh lagi Alex Sobur (2003) menyebut bahwa semiotika adalah suatu ilmu atau
metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah peringkat yang kita pakai
dalam upaya mencari jalan di dunia ini.....Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi
pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal
(things). Memaknai

berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi tetapi dalam hal mana objek-
objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda
(hal.15).
7
“kesalahan bertindak hingga menimbulkan korban jiwa'. Itu disebut sebagai kekerasan
simbolik, manakala konstruksi media massa berbeda dengan realitas yang ada di tengah
masyarakat. Kekerasan simbolik tak hanya beroperasi lewat bahasa, namun juga terjadi
pada isi bahasa itu sendiri yakni pada apa yang diucapkan, disampaikan atau
diekspresikan.
8
Semiotika digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis media dengan asumsi bahwa
media itu sendiri dikomunikasikan melalui seperangkat tanda. Teks media yang tersusun
atas seperangkat tanda itu tidak pernah membawa makna tunggal. Kenyataannya teks
media memiliki ideologi atau kepentingan tertentu, memiliki ideologi dominan yang
terbentuk melalui tanda tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa teks media membawa kepentingan- kepentingan tertentu dan juga
kesalahan-kesalahan tertentu yang lebih luas dan kompleks. Semua media pada dasarnya membawa
bias-bias tertentu dan setiap wartawan yang memasuki sebuah lingkungan, media akan menyerap
bias-bias media itu sebagai bagian dari kerjanya bahkan mengambilnya sebagai bagian dari
“corporate culture'nya dia.

C. SEMIOTIKA DAN POLITIK MEDIA MASSA

Media massa sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan, agama dan seni serta kebudayaan
merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis guna
membangun kepatutan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa."

Akan tetapi pandangan Althusser tentang media ini dianggap oleh Antonio Gramsci (1971)
justru mengabaikan resistensi ideologis dari kelas tersubordinasi dalam ruang media. Bagi
Gramsci, media massa merupakan arena pergulatan antar ideologi yang saling
berkompetensi.

Antonio Gramsci melihat media sebagai sebuah ruang di mana berbagai ideologi
direpresentasikan. Ini berarti, di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi
penguasa, jadi alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Namun di sisi yang lain,
media juga bisa jadi alat resistensi terhadap kekuasaan. Media massa bisa menjadi alat
untuk membangun kultur dan

9
D. TOKOH-TOKOH SEMIOTIKA

1. CHARLES SANDER PEIRCE

Memahami Semiotika tentu tidak bisa melepaskan pengaruh dan peran dua
orang penting ini, Charles Sander Peirce dan Ferdinand De Saussure. Keduanya
meletakkan dasar-dasar bagi kajian semiotika. Peirce dikenal sebagai pemikir argumentatif
dan filsuf Amerika yang paling orisinal dan multidimensional.

Peirce lahir dalam sebuah keluarga intelektual pada tahun 1839. Ayahnya, Benyamin
adalah seorang profesor matematika pada Universitas Harvard. Peirce berkembang pesat
dalam pendidikannya di Harvard. Pada tahun 1859 dia menerima gelar BA, kemudian pada
tahun 1862 dan 1863 secara berturut- turut dia menerima gelar M.A dan B.Sc dari
Universitas Harvard.

Teori dari Peirce seringkali disebut sebagai 'grand theory” dalam semiotika?
Mengapa begitu? Ini lebih disebabkan karena gagasan Peirce bersifat menyeluruh,
deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce ingin mengidentifikasi partikel
dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal.

Sebuah tanda atau representamen menurut Charles S Peirce' adalah sesuatu yang
bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang
lain itu (oleh Peirce disebut interpretan) dinamakan sebagai interpretan dari tanda yang
pertama, pada gilirannya akan mengacu pada Objek tertentu. Dengan demikian menurut
Peirce, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi 'triadik' langsung dengan
interpretan dan objeknya. Apa yang dimaksud dengan proses 'semiosis' merupakan suatu
proses yang memadukan entitas

A. Tipologi Tanda versi Charles S Peirce

Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Peirce terhadap tanda memiliki kekhasan
meski tidak bisa dibilang sederhana. Peirce membedakan tipe-tipe tanda menjadi : Ikon
(icon), Indeks (index) dan Simbol (symbol) yang didasarkan atas relasi di antara
representamen dan objeknya.

(1) Ikon

adalah tanda yang mengandung kemiripan 'rupa' sehingga tanda itu mudah dikenali oleh
para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud
sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. Contohnya sebagian besar rambu lalu lintas
merupakan tanda yang ikonik karena “menggambarkan bentuk yang memiliki kesamaan
dengan objek yang sebenarnya.

1
(2) Indeks 0

adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara


representamen dan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya
bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal.
Contoh jejak telapak kaki di atas permukaan tanah, misalnya, merupakan indeks dari
seseorang atau binatang yang telah lewat di sana, ketukan pintu merupakan indeks dari
kehadiran seorang 'tamu' di rumah kita.

(3) Simbol,

merupakan jenis tanda yang bersifat abriter dan konvensional sesuai kesepatan atau
konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya
adalah simbol-simbol. Tak sedikit
2. FERDINAND DE SAUSSURE

Selain Charles S Peirce, pendekatan semiotika yang terus berkembang hingga saat ini
amat berhutang budi pada peletak dasar Semiotika lainnya yakni Ferdinand de Saussure
yang lebih terfokus pada semiotika linguistik.

“Jika ada seseorang yang layak disebutsebagai


pendiri linguistik modern dialah sarjana dan
tokoh besar asal Swiss: Ferdinand de Saussure,”
demikian pujian dari John Lyons.s

Saussure memang terkenal dan banyak dibicarakan orang karena teorinya tentang
tanda. Meski tak pernah mencetak buah pikirannya dalam sebuah buku, para muridnya
mengumpulkan catatan-catatannya menjadi sebuah outline.

Saussure dilahirkan di Jenewa pada tahun 1857, dan dia hidup sezaman dengan Sigmund Freud dan
Emile Durkheim. Selain sebagai seorang ahli lingusitik, dia juga seorang spesialis bahasa-bahasa Indo
Eropa dan Sansekerta yang menjadi sumber pembaruan intelektual dalam bidang ilmu sosial dan
kemanusiaan.

Pandangannya tentang Tanda sangat berbeda dengan pandangan para ahli lingusitik di jamannya.
Saussure justru "menyerang pemahaman historis terhadap bahasa yang dikembangkan pada abad Ke-19.
Saat itu, studi bahasa hanya berfokus kepada perilaku linguistik yang nyata (Parole). Studi tersebut
menelusuri perkembangan kata-kata dan ekspresi sepanjang sejarah, mencari faktor-faktor yang
berpengaruh seperti geografi, perpindahan penduduk dan faktor lain yang mempengaruhi perilaku
linguistik manusia.

Saussure justru menggunakan pendekatan anti historis yang melihat bahasa sebagai sebuah sistem
yang utuh dan harmonis secara internal atau dalam istilah Saussure disebut sebagai langue. Dia
mengusulkan teori bahasa yang disebut sebagai strukturalisme untuk menggantikan pendekatan historis
dari para pendahulunya. Bahasa di mata Sausssure tak ubahnya sebuah karya musik (simfoni) dan bila
kita ingin memahaminya kita harus memperhatikan keutuhan karya musik secara keseluruhan dan bukan
kepada permainan individual dari setiap pemain musik.

Sedikitnya ada lima pandangan Saussure yang terkenal yaitu soal

(1) signifier (penanda) dan Signified (petanda),


(2) form (bentuk) dan content (isi):
(3) langue (bahasa) dan parole (tuturan/ ujaran):
(4) synchronic (sinkronik) dan Diachronic, serta (5) syntagmatic dan associative atau paradigmatik.”
1
1
3. ROLAND BARTHES

Kancah penelitian Semiotika tak bisa begitu saja melepaskan nama Roland Barthes (1915-1980)
ahli semiotika yang mengembangkan kajian yang sebelumnya punya warna kental strukturalisme kepada
semiotika teks.
Barthes melontarkan konsep tentang konotasi dan denotasi sebagai kunci dari analisisnya. Barthes
menggunakan versi yang jauh lebih sederhana saat membahas model 'glossematic sign' (tanda-tanda
glossematic). Mengabaikan dimensi dari bentuk dan substansi, Barthes mendefinisikan sebuah tanda
(Sign) sebagai sebuah sistem yang terdiri dari (E) sebuah ekspresi atau signifier dalam hubungannya (R)
dengan content (atau signified) (C): ERC.

Sebuah sistem tanda primer (primary sign system) dapat menjadi sebuah elemen dari sebuah sistem
tanda yang lebih lengkap dan memiliki makna yang berbeda ketimbang semula.

Barthes menulis :

“Such sign system can become an element of a more comprehensive sign system. If the extension is
one of content, the primary sign (E, R, C, ) becomes the expression of a secondary sign system : E,-
(E,R, C, ) R,C,.”

Dengan begitu, primary sign adalah denotative sedangkan secondary sign adalah satu dari connotative
semiotics. Konsep connotative inilah yang menjadi kunci penting dari model semiotika Roland Barthes.

Fiske menyebut model ini sebagai Signifikasi dua tahap (two order of signification).

Lewat model ini Barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara
signifier (ekspresi) dan Signified (content) di dalam sebuah tanda terhadap realitas external. Itu yang
disebut Barthes sebagai denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda (sign).

 Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini
menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda angs aa lang, bertemu dengan perasaan f atau
(code) Tsign emosi dari pembaca serta nilai-nilai MYTH dari kebudayaannya.

Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif. Dengan kata lain, denotasi
adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan makna konotasi adalah bagaimana
cara menggambarkannya.

Konotasi bekerja dalam tingkat subjektif sehingga kehadirannya tidak disadari. Pembaca mudah sekali
membaca makna konotatif sebagai fakta denotatif.? Karena itu, salah satu tujuan analisis semiotika
adalah untuk menyediakan metode analisis dan kerangka berpikir dan mengatasi terjadinya salah baca
(misreading) atau salah dalam mengartikan makna suatu tanda.

Padasignifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos
adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala
alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif,
misalnya mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa. Sedangkan mitos masa kini misalnya mengenai
feminimitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan dan kesuksesan."

Mitos adalah suatu wahana dimana suatu ideologi berwujud. Mitos dapat berangkai menjadi Mitologi
yang memainkan peranan penting dalam kesatuan-kesatuan budaya. Sedangkan Van Zoest (1991)
menegaskan, siapapun bisa menemukan ideologi dalam teks dengan jalan meneliti konotasi-konotasi
yang terdapat di dalamnya.

Soal denotasi ada pendapat Eco yang menarik. Dia mendefinisikan denotasi sebagai suatu hubungan
tanda -isi (sign-content) sederhana.

Konotasi adalah suatu tanda yang berhubungan dengan suatu isi melalui satu atau lebih fungsi tanda lain.
Contohnya fungsi tanda/ dog/ -Xdog?

ialah suatu denotasi : suatu konotasi akan menjadi / dog/ -« stinky (berbau busuk)», yang berasal
1
dari hubungan yang lebih rumit: Xdog?-/hairly (gondrong)/-/smell (erbau)/-Sstinky (berbau busuk)»
2

4. UMAR YUNUS

Dalam pandangan Umar Yunus, mitos tidak dibentuk melalui penyelidikan, tetapi melalui anggapan
berdasarkan observasi kasar yang digeneralisasikan oleh karenanya lebih banyak hidup dalam
masyarakat. Ia mungkin hidup dalam 'gosip” kemudian ia mungkin dibuktikan dengan tindakan nyata.
Sikap kita terhadap sesuatu ditentukan oleh mitos yang ada dalam diri kita. Mitos ini menyebabkan kita
mempunyai prasangka tertentu terhadap suatu hal yang dinyatakan dalam mitos."

Sebuah teks, kata Aart van Zoest tidak pernah lepas dari ideologi dan memiliki kemampuan untuk
memanipulasi pembaca ke arah suatu ideologi. Sedangkan — Eriyanto — menempatkan ideologi
sebagai konsep sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis.

Hal ini menurutnya, karena teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk
dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu."

Secara etimologis ideologi berasal dari bahasa Greek, terdiri atas kata idea dan logos. Idea berasal
dari kata idein yang berarti melihat, sedangkan kata logia berasal dari kata logos yang berarti kata-kata.
Dan arti kata logia berarti science (pengetahuan) atau teori.

Konsep ideologi juga bisa dikaitkan dengan wacana. Menurut Teun A van Dijk, ideologi terutama
dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok.
Ideologi membuat anggota suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, dapat
menghubungkan masalah mereka dan memberinya kontribusi dalam membentuk solidaritas dan
kohesi di dalam kelompok.

Dalam perspektif ini, ideologi mempunyai beberapa implikasi penting”. Pertama, ideologi secara
inheren bersifat sosial, tidak personal atau individual: ia membutuhkan 'share' di antara anggota
kelompok organisasi atau kreativitas dengan orang lainnya.

Hal-hal yang dibagi (sharing) tersebut bagi anggota kelompok digunakan untuk membentuk solidaritas
dan kesatuan langkah dalam bertindak danbersikap. Misalnya, kelompok tertentu yang mempunyai
ideologi feminis, antirasis dan pro lingkungan akan membawa nilai-nilai itu dalam semua tindakan
mereka.

Kedua, ideologi meskipun bersifat sosial, ia digunakan secara internal di antara anggota kelompok
atau komunitas. Oleh karena itu ideologi tidak hanya menyediakan fungsi koordinatif dan kohesi, tetapi
juga membentuk identitas diri kelompok, membedakannya dengan kelompok lain.

Ideologi di sini bersifat umum, abstrak dan nilai-nilai yang terbagi antar anggota kelompok
menyediakan dasar bagaimana masalah harus dilihat. Dengan pandangan semacam itu, wacana lalu tidak
dipahami sebagai sesuatu yang netral dan berlangsung secara ilmiah, karena dalam setiap wacana selalu
terkandung ideologi untuk mendominasi dan berebut pengaruh.

Dalam sebuah teks berita, dapat dianalisis apakah teks yang muncul tersebut adalah pencerminan
dari ideologi seseorang atau kelompok, apakah dia feminis, antifeminis, kapitalis, sosialis dan
sebagainya. Maka dari itu, analisis wacana tidak bisa menempatkan bahasa secara tertutup, tetapi harus
melihat konteks, terutama bagaimana ideologi dari kelompok-kelompok yang ada tersebut berperan
dalam membentuk wacana.

5. UMBERTO ECO

Umberto Eco lahir pada 5 Januari 1932 di Alessandria, wilayah Pedmont Italia. Awalnya ia belajar
hukum, kemudian mempelajari filsafat dan sastra sebelum akhirnya menjadi ahli semiotika. Sebelum
menjadi intelektual di bidang semiotika, Eco mempelajari teori-teori estetika Abad pertengahan. Di
Universitas Turin, Eco menulis Tesisnya tentang Estetika Thomas Aguinas dan meraih gelar doktor
dalam bidang filsafat pada 1954 saat dia berusia 22 tahun. Dia kemudian memasuki dunia jurnalisme
sebagai editor untuk program budaya di jaringan televisi RAI.

sebagaimana dikutip Yasraf Amir Piliang dalam buku “Hipersemiotika' Tafsir Cultural Studies Atas
matinya Makna, (2003) —menegaskan bahwa1semiotika adalah teori dusta. Eco mengatakan bahwa
Pada prinsipnya (semiotika) adalah sebuah disiplin
3 yang mempelajari segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk berdusta. Definisi ini meskipun agak aneh secara eksplisist menjelaskan betapa
sentralnya konsep dusta di dalam wacana semiotika, sehingga dusta tampaknya menjadi prinsip utama
semiotika.

Menurut Eco, semiotikus terkenal Italia itu, tanda dapat digunakan untuk menyatakan kebenaran
sekaligus juga untuk menyatakan suatu kebohongan.

Semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat dinyatakan sebagai tanda. Sebuah tanda
adalah semua hal yang dapat diambil sebagai penanda yang mempunyai arti penting untuk
menggantikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain tersebut tidak perlu harus ada, atau tanda itu secara
nyata ada di suatu tempat pada suatu waktu tertentu. Dengan demikian semiotika pada prinsipnya adalah
suatu disiplin yang mempelajari apa pun yang dapat digunakan untuk meyatakan suatu kebohongan. Jika
sesuatu itu tersebut tidak dapat digunakan untuk mengatakan kebohongan, sebaliknya tidak bisa
digunakan untuk mengatakan kebenaran”

1
4
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Karya desain komunikasi visual mempunyai tanda berbentuk verbal (bahasa) dan visual, serta
merujuk bahwa teks desain komunikasi visual dan penyajian visualnya juga mengandung ikon
terutama berfungsi dalam sistem non kebahasaan untuk mendukung pesan kebahasaan, maka
pendekatan semiotika sebagai sebuah metode analisis tanda guna mengupas karya desain
komunikasi visual layak diterapkan dan disikapi secara proaktif sesuai dengan konteksnya.

1
5
SUMBER

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika
2. Caesar, Michael (1999). Umberto Eco: Philosophy, Semiotics, and the Work of Fiction. Wiley-Blackwell.
hlm. 55. ISBN 978-0-7456-0850-1.
3. σημειωτικός, Henry George Liddell, Robert Scott, A Greek-English Lexicon, on Perseus
4. Pierce, Charles Sanders dalam Winfried Noth. Handbook Of Semiotics. Indiana University
Press, Bloomington and Indianapolis, 1995.
5. https://pendidikan.co.id/pengertian-semiotika-komponen-cabang-dan-macam-menurut-para-ahli/
6. Alex Sobur, 2001.Op.Cit. hal.97
7. Kris Budiman, 2004. Op.Cit hal.25
8. Baca Winfried Noth, Hand Book Of Semiotics, Indiana University Press, 1990, hal. 310-313
9. Fiske,John.1990, Introduction to communication Studies. Second Edition, London, hal.88
10. Van Zoest, 1991, Fiksi dan non fiksi dalam kajian semiotika. Penerjemah Manoekmi Sardjoe,
Jakarta: Intermasa, hal.70
11. “Media Analysis Technigues” 2" Edition karya Arthur Asa Berger, alih
bahasa Setio Budi H, Yogyakarta ,2000 hal.12

1
6

Anda mungkin juga menyukai