A. Pendahuluan
Persaingan industri media massa saat ini semakin ketat. Tidak hanya harus bersaing
dengan sesamanya, surat kabar juga harus bersaing dengan majalah, tabloid dan radio.
Bahkan yang lebih berat lagi adalah persaingan dengan televisi dalam mendapatkan iklan
dan menarik pembaca. Kompetisi kini menjadi kian ketat dengan maraknya industri media
berbasis internet (online).
Industri surat kabar sedang memasuki masa-masa sulit yang ditandai dengan
penurunan jumlah pembaca dan tiras. Berdasarkan data Nielsen (2012), penetrasi media
cetak, khususnya koran, terus menyusut secara signifikan. Pada 2008, penetrasi surat kabar
mencapai 21,41%, tetapi setahun berikutnya merosot hanya menjadi 18,71%. Lalu, pada
2010 penetrasi koran tinggal 14,26%. Penetrasi surat kabar pada 2011 kembali turun, hanya
tersisa 13,63%. Angka penetrasinya kembali menyusut tahun 2012 menjadi 12,24%. Ini
tentu mencemaskan bagi pelaku bisnis di industri ini karena selama ini salah satu tolok ukur
keberhasilan koran adalah meraih jumlah pembaca sebanyak mungkin serta mampu
mencetak tiras yang sesuai dengan target jumlah pelanggannya. Apalagi, para pemasang
iklan juga selalu berpedoman pada jumlah pembaca dan total tiras sebelum memutuskan
memasang iklan di sebuah surat kabar.
Merujuk pula pada data Nielsen dimana belanja iklan media massa sampai Kuartal
II 2015 mencapai Rp31,74 triliun. Jumlah ini hanya menunjukkan pertumbuhan sebesar 6
persen dibanding Kuartal II tahun 2014 yang mencapai Rp29,82 triliun. Adapun
pertumbuhan iklan surat kabar jauh lebih buruk. Data Nielsen menunjukkan belanja iklan
surat kabar di Kuartal II 2015 mencapai Rp8,23 triliun. Jumlah ini menunjukkan penurunan
4 persen dibanding Kuartal II 2014 yang mencapai Rp8,59 triliun.
Gambar 1.1. menunjukkan pertumbuhan media cetak di Indonesia sejak tahun 2006
yang tidak terlalu tinggi. Bahkan, hanya terjadi pertumbuhan 3,86% dari tahun 2009
ke tahun 2010 (Nugroho, 2012).
1
Gambar 1.1. Jumlah Media Massa Cetak 1997-2010
Sumber: Nugroho (2012)
Jumlah televisi seperti tampak pada Tabel 1.1, justru tumbuh dua digit (25%)
pada tahun 2011.
2
Gambar 1.2. Jumlah Pengakses Internet di Indonesia (juta)
Sumber: Depkominfo, Internet World Statistics, APJII
kondisi seperti ini, tidak mengherankan terjadi juga penyusutan pendapatan. Perusahaan
penerbit salah satu koran paling berpengaruh di dunia, The New York Times, pada 2006
Indonesia juga tidak dapat menghindar dari perubahan budaya membaca dengan
hadirnya internet. Salah satu hasil survei yang dilakukan AC Nielsen pada April-Juni 2006
pembaca. Beberapa surat kabar besar mengalami penurunan 20-44%. Situasi seperti
ini pula yang telah memicu perubahan strategi sejumlah surat kabar Indonesia untuk
Situasi untuk industri media cetak memang lebih berat dengan adanya perubahan
atau perpindahan pola baca sebagian masyarakat dari media cetak ke media online
(internet). Penetrasi internet yang semakin dalam di kehidupan masyarakat Indonesia
membuat keberadaan surat kabar semakin banyak ditinggalkan. Sejauh ini Majalah Detik
Epaper, Harian Jakarta Globe, dan Harian Bola sudah berhenti terbit.
3
Meski hampir semua media cetak terkemuka mengalami penurunan tiras penjualan,
namun upaya adaptasi perkembangan jaman juga sudah dilakukan. Banyak pengelola koran
harus mengubah strategi bisnis mereka, Sejumlah pengelola surat kabar sudah menyiapkan
langkah-langkah antisipatif untuk mengatasi kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi pada
bisnis ini. Beberapa media massa cetak mengambil langkah dengan membuat situs berita
online mereka semisal, Kompas dengan hadirnya kompas.com dan berbagai bentuk inovasi
lainnya yang berusaha menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Berdasarkan rumusan
masalah tersebut di atas, maka ada tiga pertanyaan penting dalam penelitian ini yang
meliputi: Bagaimanakah bentuk strategi bersaing yang sudah diimpelentasikan oleh
Kompas hingga saat ini untuk menghadapi persaingan industri media yang makin ketat?,
dapatkan Kompas bertahan ditengah persaingan media baru yang semakin menggerus
media konvensional?
B. Pengertian Konsep
Media Massa
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari
sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis
seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002).
Fungsi Pers sebagai media informasi adalah sarana untuk menyampaikan informasi
secepatnya kepada masyarakat luas. Berbagai keinginan, aspirasi, pendapat, sikap, perasaan
manusia bisa disebarkan melalui pers.Penyampaian informasi tersebut dengan ketentuan
bahwa informasi yang disampaikan harus memenuhi kriteria dasar yaitu aktual, akurat,
4
faktual, menarik, penting benar, lengkap, jelas, jujur, adil, berimbang, relevan, bermanfaat,
dan etis.
Fungsi pendidikan ini antara lain membedakan pers sebagai lembaga kemasyarakatan
dengan lembaga kemasyarakatan yang lain. Sebagai lembaga ekonomi, pers memang
dituntut berorientasi komersial untuk memperoleh keuntungan finansial. Pers sebagai media
pendidikan ini mencakup semua sektor kehidupan baik ekonomi, politik, sosial, maupun
budaya. Pers memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan pendidikan politik
sehingga masyarakat memahami model Pilkada yang baru kali pertama digelar.
Sebagai media hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana
rekreasi yang menyenangkan sekaligus yang menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.
Hiburan disini bukan dalam arti menyajikan tulisan-tulisan atau informasi-informasi
mengenai jenis-jenis hiburan yang disenangi masyarakat. Akan tetapi menghibur dalam arti
menarik pembaca dengan menyuguhkan hal-hal yang ringan di antara sekian banyak
informasi berita yang berat dan serius.
Harian Kompas adalah surat kabar Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta.
Kompas diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bagian dari
kelompok usaha Kompas Gramedia (KG), yang didirikan oleh PK. Ojong (almarhum) dan
Jakob Oetama sejak 28 Juni 1965. Mengusung semboyan "Amanat Hati Nurani Rakyat",
Kompas dikenal sebagai sumber informasi te percaya, akurat, dan mendalam. Perjalanan
Kompas menggapai kepercayaan pembaca Nusantara harus melalui serangkaian perjuangan
panjang. Semenjak terbit pada tahun 1965 hingga masih eksis bertahan separuh abad
berikutnya diisi dengan berbagai catatan pencapaian. Berikut tanggal-tanggal penting
dimana Kompas melakukan perubahan-perubahan guna peningkatan Kompas sebagai
sebuah media massa bagi masyarakat dan dalam rangka penyesuaian terhadap perubahan
jaman;
5
Tanggal Peristiwa Perubahan
6
25NOV 1972 Peresmian percetakan Gramedia di Jalan Palmerah
Selatan untuk mendukung perkembangan Kompas. Tiras
Kompas menjadi sekitar 96.000 eksemplar dengan tebal
12 halaman.
26JUL 1976 Kompas menampilkan Iklan dua warna (hitam dan merah)
untuk pertama kalinya.
02NOV 1986 Jumlah halaman Kompas terus bertambah. Sejak hari ini,
seminggu sekali jumlah halaman menjadi 16 halaman.
7
01JUL 2009 Kompas berformat e-paper pertama diluncurkan untuk
publik. Format ini menawarkan pengalaman yang berbeda
bagi pembaca sebagai gerbang transformasi ke era digital.
8
27 Juni 2005, Kompas melakukan Redesign
Dalam melakukan perubahan, Kompas melakukan persiapan selama satu tahun
dengan menggunakan jasa konsultan Garcia Media yang dikepalai oleh Mario Garcia yang
berasal dari Amerika.
Kompas ePaper
01JUL 2009, Kompas berformat ePaper pertama diluncurkan untuk publik. Beralamat di
http://epaper.kompas.com/
KOMPAS ePaper adalah koran digital Kompas dalam bentuk elektronik yang
diproduksi oleh PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bagian dari Kelompok
Kompas Gramedia. Inovasi dan inisiatif ini sebenarnya telah ada dari tahun 2008, akan
tetapi baru bisa diakses pada tanggal tersebut setelah melalui beberapa perbaikan dan uji
coba.
9
Isi KOMPAS ePaper ini tidak sama dengan Kompas.com. Apabila pada
Kompas.com, informasi-informasi yang diberikan berbeda dengan Kompas versi kertas
koran, maka KOMPAS ePaper memiliki isi (berita dan iklan) yang sama dengan Kompas
versi kertas koran. Perbedaan mendasarnya hanya pada mediumnya saja, tidak lagi
menggunakan kertas koran, melainkan dalam bentuk digital atau sering juga disebut dengan
epaper. Pada saat peluncurannnya, akses KOMPAS ePaper tidak memungut biaya, namun
membutuhkan plugin tambahan yaitu Microsoft Silverlight yang wajib dipasang terlebih
dahulu pada Peramban web yang digunakan.
Per 1 Mei 2011, untuk mengakses digital.kompas.com harus melakukan
pembayaran terlebih dahulu, sistem langganan berbayar ini meliputi KOMPAS Cetak,
KOMPAS Reader dan KOMPAS ePaper. Selain versi Microsoft Silverlight yang kaya fitur
dan interaktif, KOMPAS ePaper juga dapat diakses lebih mudah dan cepat melalui
Peramban web biasa tanpa Microsoft Silverlight dengan syarat fitur Javascript pada
perambah tersebut dalam status terpasang dan aktif.
Scoop
Pada tanggal 15 Maret 2013, produk ePaper Kompas tersedia dan dapat diunduh
melalui aplikasi mobile SCOOP yang tersedia di platform Android dan iOS. Untuk dapat
menikmati produk epaper Kompas di SCOOP pada berbagai platform tanpa melakukan
pembelian kembali, pengguna harus membuat akun SCOOP ID terlebih dahulu. Akun
tersebut kemudian digunakan pada berbagai platform.
10
Scoop atau 'Scoop Store' merupakan aplikasi mobile yang dikembangkan oleh
perusahaan bernama Apps-Foundry. Selain menjual produk Kompas, aplikasi ini juga
menjual produk dari penerbitan lain dalam berbagai format di luar koran seperti majalah
dan buku. Terkait dengan kontrak eksklusif Kompas dan Apps-Foundry, Kompas juga
mengeluarkan aplikasi mobile tersendiri bernama Kompas Kiosk By Scoop untuk membaca
koran dalam bentuk epaper. Pada aplikasi yang terlepas dari Scoop Store ini, produk
Kompas Pagi dan Kompas Siang bisa diakses dengan hanya membayar salah satu produk.
Kompas Editor's Choice untuk iPad adalah sebuah bentuk publikasi baru (berbeda
dari Kompas versi kertas koran) yang diproduksi oleh PT Kompas Media Nusantara yang
hanya dapat diakses melalui perangkat iPad (Apple). Aplikasi pertama dari Indonesia yang
bisa diunduh dari AppStore ini dapat menampilkan foto peristiwa dan video beresolusi
tinggi yang memang dioptimalkan untuk layar iPad.
Blackberry PlayBook
Kompas Editor's Choice untuk BlackBerry Playbook adalah publikasi baru yang
mirip dengan Kompas Editor's Choice untuk iPad, perbedaan mendasarnya adalah aplikasi
11
ini khusus ditujukan untuk pengguna tablet BlackBerry Playbook yang dapat diunduh
melalui BlackBerry AppWorld.
Jendela Indonesia
Kompas Reader 1.0 adalah koran digital Kompas versi elektronik. KOMPAS
Reader 1.0 merupakan aplikasi yang dapat dipasang pada sebuah sistem operasi (Windows,
MacOS, dan Linux). Aplikasi ini membutuhkan komponen Adobe Air agar dapat diunduh,
dipasang dan dijalankan pada salah satu sistem operasi yang disebutkan sebelumnya.
Aplikasinya sendiri bersifat gratis, namun untuk dapat mengunduh dan melakukan
sinkronisasi isi haru terlebih dahulu melakukan pembayaran (langganan). Tampilan isi
(berita dan iklan) pada aplikasi ini sama dengan versi Kompas yang dicetak di kertas koran.
12
Pengguna aplikasi ini juga dapat menikmati konten Kompas tanpa harus selalu terhubung
dengan lingkungan daring.
13
Kompas adalah koran pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi
Augmented Reality (AR) pada medium kertas koran. Augmented Reality atau dalam bahasa
Indonesia disebut Realita tertambah pada koran Kompas berupa gambar yang bila ditangkap
oleh kamera pada komputer akan menampilkan informasi tambahan berupa animasi tiga
dimensi (3D) pada peramban web.
Setiap hari minggu, koran Kompas menampilkan Teka-teki silang bagi para
pembacanya. Sejak bulan November 2010, Koran Kompas juga menghadirkan aplikasi
Teka-teki silang pada perangkat bergerak mobile Blackberry
Berbagai Inovasi yang dilakukan oleh Kompas: Jawaban Kompas atas 'Pergeseran'
Media Mainstream
14
pionir bagi sebuah industry media yang bergerak di bidang pemberitaan (media cetak).
Menurut Analisa penulis, langkah-langkah ini tak lain tak bukan merupakan upaya kompas
agar dapat terus eksis dalam industry media, khususnya media pemberitaan / informasi
dengan menyesuaikan perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi.
15
Facebook, Twitter, Blog dan lain sebagainya perlahan telah merubah gaya membaca
masyarakat modern saat ini. Perkembangan gadget yang semakin canggih setiap harinya,
juga membuat ketergantungan masyarakat akan gadget terus meningkat. Budaya membaca
koran dipagi hari seakan mulai memudar bersamaan dengan terus hadirnya gadget dengan
teknologi terbaru yang menggantikan budaya minum the dipagi hari dengan budaya
membuka dan membaca isi gadget setelah bangun dari tidur lelap.
Dalam hal ini, kompas sadar bahwa akan tiba saatnya dimana koran akan benar-
benar ditinggalkan oleh para pembaca dan beralih membaca berita lewat media online
sepertihalnya social media dan aplikasi berita berbasis internet yang jauh lebih interaktif
dan real time. Kompas juga mengerti bahwa kebutuhan akan aplikasi berita yang interaktif
akan semakin diminati masyarakat di masa depan seiring dengan kemajuan teknologi yang
tak pernah berhenti. Koran fisik mungkin hanya tinggal kenangan di masa yang akan
datang.
16
dengan dimana perkembangan gadget dan gaya hidup masyarakat Indonesia kini semakin
menerima kehadiran teknologi baru.
Dan aplikasi Kompas editor's choice merupakan cara yang tepat dimana pengguna
tetap bisa mendapatkan konten gratis namun tetap saja terbatas dan tidak full seperti saat
berlangganan koran digital ataupun koran fisik karena konten yang ada hanyalah pilihan
editor. Dengan melakukan hal tersebut, kompas telah membuktikan diri bahwa mereka
mampu menjadi perusahaan yang tetap bertahan ditengah serbuan media baru yang perlahan
menggeser keberadaan media mainstream. Kompas memahami bahwa dibutuhkan
kolaborasi serta strategi yang tepat untuk tetap bertahan. Kompas menciptakan aplikasi
Kompas editor's choice agar setiap orang tetap dapat menikmati konten berita interaktif dan
aktual dengan sensasi membaca koran sesungguhnya walaupun dari segi konten sangat
terbatas. Semua dilakukan demi memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat yang
semakin menyatu dengan teknologi modern. Karena cepat atau lambat kita semua akan
hidup di era yang serba digital. Kompas pun sudah menyiapkan strategi "serba digital" sejak
saat ini, yang mungkin belum terpikirkan atau belum terealisasikan oleh perusahaan media
lainnya di Indonesia. Untuk itu, kehadiran Kompas Editor's Choice adalah jawaban kompas
atas 'pergeseran' media mainstream dan sudah sepantasnya mendapatkan apresiasi.
17
ditempatkan di billboard di pinggir jalan sehingga sambil lewat, orang bisa memindainya.
QR code juga bisa ditempelkan di bus, kereta api, kartu nama, dan berbagai tempat lainnya.
Sebagai tambahan, Kompas juga memiliki ‘Kompasiana’ yang merupakan wadah
yang menarik warga media untuk dapat menjadi bagian dari jurnalisme warga dengan
mengupload beragam tulisan atau berita. Hal ini menjadi bukti bahwa Kompas melakukan
berbagai cara agar dapat terus terikat dengan masyarakat dengan terus menyesuaikan diri
dengan perkembangan jaman.
Kompas selaku media tertua dan terbesar tidak kalah dalam pertarungan ide-ide
strategis untuk menjadi media yang tangguh dan dapat bertahan di era digital / internet
bahkan industrinya terus merambah dan berkembang di media online. Kompas menjejakkan
kainya di dua pijakan yang berbeda yakni bisnis penjualan offline maupun online dengan
merevitalisasi organisasinya yang mengalami degradasi untuk kemudian mendorong
kembali pertumbuhan dengan menyelaraskan dengan lingkungannya. Revitalisasi
merupakan sebuah lompatan besar dalam sebuah industry dimana perubahan tidak hanya
mencakup perubahan bertahap, melainkan langsung menuju sasaran yang jauh berbeda
dengan kondisi awal organisasi.
Dengan terus berkembangnya era teknologi dan informasi, segala bentuk industry
tak terkecuali perusahaan media cetak seperti Kompas harus dinamis dan luwes dalam
mengikuti perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi. Perubahan konsumsi media
konvensional ke media baru dengan berbagai keunggulan membuat media online menjadi
semakin sering diakses. Masyarakat ingin segala sesuatu yang praktis dan cepat, hal inilah
yang menjadi tantangan bagi Kompas selaku pelaku industry di media dan menjawab
tantangan tersebut dengan terus mengeluarkan sejumlah inovasi baru yang sesuai dengan
perkembangan jaman.
Melalui fakta-fakta yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan industri media cetak
terutama media Kompas masih akan dapat bertahan mengingat adanya kebutuhan
pembacaan informasi yang akurat dan mendalam bagi sebagian pembaca. Selain Kompas
telah memiliki reputasi baik di mata masyarakat, Kompas juga telah meluncurkan berbagai
inovasi dengan menciptakan sejumlah aplikasi yang dapat diakses dari berbagai perangkat
yang memungkinkan masyarakat / konsumen untuk terus setia kepada Kompas. Selama
Kompas masih mampu beradaptasi dengan percepatan perubahan teknologi dengan adanya
inovasi-inovasi baru, maka kredibilitas Kompas sebagai media pelopor di Indonesia masih
akan terus bertahan.
18
Refferensi
Sucipto, A Rakhmat Hadi. (2013). Analisis Strategi Bersaing Pada Industri Media Massa
Studi Pada Harian Republika. UGM. Yogyakarta.
Nugroho, Y. (2012). Mapping media policy in indonesia. Jakarta: Centre for Innovation
Policy and Governance.
Cangara, Hafied.2002.Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta : PT. RajaGrafindo.
Denis McQuail, 1987.Mass Communication Theory (Teori Komunikasi Massa). Erlangga.
Jakarta
Nunik Maharani Hartoyo,S.Sos, Laswani, Dra., M.Si dan Henny Sri Mulyani, Dra., M.Si
.Analisis Swot terhadap Format Baru Kompas. Diakses melalui
http://drpmi.unpad.ac.id/archives/1788,/. Diakses 16 April 2017.
Gunawan, A. (2009). Menyelamatkan surat kabar. Harian Kompas, 15 Juni 2009 dalam
http://qrc.print.kompas.com/. diakses 16 April 2017.
http://globallinkmedia.blogspot.com/2009/03/menyelamatkan-suratkabar.html
19
Tantangan Media Cetak pada Era Digital. http://www.republika.co.id/berita/koran/news-
update/14/02/09/n0ovb4-tantangan-media-cetak-pada-era-digital. diakses 16 April
2017.
Yusuf, Oik. Yuk, Coba Taklukkan TTS "Kompas" di Android dan iPhone.
http://tekno.kompas.com/read/2015/01/27/13460047/Yuk.Coba.Taklukkan.TTS.Kom
pas.di.Android.dan.iPhone. diakses 16 April 2017.
3 Alasan Kompas Gramedia Investasi di Scoop.
http://tekno.kompas.com/read/2013/04/24/08372096/3.Alasan.Kompas.Gramedia.In
vestasi.di.Scoop. diakses 16 April 2017.
http://epaper.kompas.com/kompas/. diakses 16 April 2017.
20