Anda di halaman 1dari 27

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. PKn
PRODI S1 BIOLOGI -
Fakultas MIPA

Skor Nilai :

SISTEM POLITIK INDONESIA


(Kritik dan Solusi Sistem Politik Efektif)

(Ubedilah Badrun, 2016)

NAMA MAHASISWA : Willyam Edy Kurniawan

NIM : 4172220005

DOSEN PENGAMPU : Ramsul Nababan,SH.,MH

MATA KULIAH : Pendidikan Kewarganegaraan

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

18 SEPTEMBER 2018

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report (CBR) yang berjudul
Sistem Politik Indonesia dengan maksimal. CBR ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.

Dalam penulisan CBR ini, saya berterimakasih kepada seluruh pihak yang sudah
memberikan bimbingannya untuk tugas CBR ini sehingga dapat selesai dengan baik sesuai
dengan tema yang ditentukan. Dalam penulisan CBR ini baik dari struktur ,isi, dan bahasa masih
banyak kekurangan. Saya selaku penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun
sehingga kedepan CBR ini lebih baik.

Selanjutnya, saya berharap semoga CBR ini bisa memberikan manfaat serta menambah
wawasan bagi pembaca.

Akhir kata saya ucapkan terimakasih semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi pembaca.

Medan ,20 Oktober 2018

Willyam Edy Kurniawan

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I . PENDAHULUAN

A. Rasionalisme Pentingnya CBR ................................................................................1


B. Tujuan Penulisan Mini Riset .................................................................................... 1
C. Manfaat CBR ...........................................................................................................1
D. Identitas Buku yang di review ................................................................................. 2

BAB II . RINGKASAN ISI BUKU

A. Bab 1. Kritik Sistem Politik Indonesia ....................................................................3


B. Bab 2. Teori Sistem dan Sistem Politik (Perspektif Barat ) ...................................5
C. Bab 3. Gerakan Mahasiswa,Civil Society,dan Perubahan Sistem Politik ...............7
D. Bab 4. Sistem Politik Efektif (Solusi Untuk Indonesia) ..........................................9
E. Bab 5. Kesimpulan .................................................................................................15

BAB III .PEMBAHASAN.

A. Pembahasan Isi Buku ............................................................................................. 16


B. Kelebihan dan Kekurangan Buku ..........................................................................20

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................................................22
B. Rekomendasi ..........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisme Pentingnya CBR

Keterampilan membuat buku CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam
meringkas dan menganalisis sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis dengan
buku yang lain,mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang dinalisis.

Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami,terkadang
kita hanya memilih hanya satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan
misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan ,oleh karena itu penulis membuat CBR
dengan tema politik ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus
pada pokok bahasan politik.

B. Tujuan Penulisan CBR


1. Menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
2. Menambah pengetahuan pembaca mengenai Sistem Politik indonesia
3. Meningkatkan kesadaran pembaca dalam memahami sistem poitik dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
4. Menguatkan pemahaman pembaca mengenai pentingnya sistem politik Indonesia
yang efektif dan demokratis
C. Manfaat CBR
1. Melatih kemampuan penulis dalam megkritisi buku
2. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
3. Menjadi salah satu referensi bagi mahasiswa untuk lebih memahami konsep sistem
politik Indonesia
4. Mengajak pembaca dalam memahami dan melaksanakan sistem politik yang efektif

1
D. IDENTITAS BUKU YANG DIREVIEW
1. Judul : Sistem Politik Indonesia (Kritik dan Solusi Politik Efektif)
2. Edisi :1
3. Pengarang /Editor : Ubedilah Badrun /Suryani
4. Penerbit : Bumi Aksara
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tahun terbit : 2016
7. ISBN : 978-602-217-812-5

2
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A. Bab 1 Kritik Sistem Politik Indonesia


a. Risalah Kritik Sistem Politik

Gabriel A. Almond mengemukakan bahwa semakin mampu sistem politik merespon problem
yang ada dalam suatu negara, maka semakin maju sistem politik yang bisa diamati. Adapun
rinciannya sebagai berikut;

1. Kapabilitas ekstratif (kemampuan sistem politik mengelola sumber daya alam material);
2. Kapabilitas regulatif (kemampuan sistem politik untuk mengendalikan perilaku warga
melalui regulasi);
3. Kapailitas distributif (kemampuan sistem politik untuk mendistribusikan hal-hal, baik
material, maupun memberi beragam peluang menguntungkan bagi warga);
4. Kapabilitas simbolik (kemampuan secara simbolik untuk menunjukkan kewibawaan negara);
5. Kapabilitas responsif (kemampuan sistem politik menanggapi inputyang masuk dan
memprosesnya menjadi output politik);
6. Kapabilitas baik dalam negeri maupun luar negeri (kemampuan sistem politik dalam
berinteraksi dengan lingkungan domestik dan lingkungan internasional).

Di sisi lain, praktik korupsi yang merajalela yang merugikan negara mencapai kurang lebih
triliunan rupiah per tahun, juga menunjukkan lemahnya sistem politik dalam mencegah tumbuh
suburnya praktik korupsi. Bahkan korupsi tumbuh subur dalam praktik politik yang saat ini
berlangsung. Tidak sedikit kepala daerah hasil pemilu yang tersangkut korupsi, dan ratusan
anggota legislatif juga tersangkut korupsi.

b. Kritik Sistem Politik Indonesia Era Orde Lama

Pada pemerintahan system politik orde lama, masyarakat masih belum memiliki kesadaran
berpolitik. Hal tersebut disebabkan rendahnya tingkat pendidikan/pengetahuan seseorang
sehingga pemahaman dan kesadaran mereka terhadap politik masih sangat kecil atau tidak ada

3
sama sekali terhadap sistem politik. Kelompok ini akan ditemukan di berbagai lapisan
masyarakat.

Disini, sistem politik masih bersifat tradisional dan sederhana, dengan ciri khas spesialisasi
masih sangat kecil. Maka dari itu, pada masa system ini terdapat begitu banyak partai yang
muncul dengan ideology-ideologi baru dan berbeda yang mencoba menguasai gaya pemikiran
masyarkat. Pada masa orde lama, negara Indonesia diterpa kekacauan pemerintahan,
perekonomian serta pendidikan. kekacauan tersebut terus berlanjut hingga mulai mereda pada
masa Soekarno diturunkan.

Orde Lama merupakan sebutan bagi masa pemerintahan yang dijalankan oleh Presiden
Soekarno di Indonesia. Ir. Soekarno adalah presiden Indonesia pertama yang menjabat pada
periode 1945 – 1966. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan
Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno menandatangani Surat
Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya – berdasarkan versi yang
dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat – menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk
mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan. Supersemar menjadi
dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen.

c. Kritik Sistem Politik Indonesia Pada Orde Baru

Orde baru adalah sebuah sebutan bagi masa pemmerintahan Presiden Soeharto di
Indonesia.Orde baru lahir untuk menggantikan Orde lama yang merujuk pada masa
pemerintahan Soekarno. Orde baru ini hadir dengan adanya semangat baru yang timbul atas
koreksi total atas penyimpangan yang dilakukan selama masa pemerintahan orde lama Soekarno.
Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut,
ekonomi di Indonresia berkembang pesat meskipun hal ini di barengi dengan mulai
merajalelanya praktek korupsi di Negara Indonesia. Selain itu, masalah social berupa
kesenjangan antara rakyat kaya dan rakyat miskin pun juga semakin melebar.

4
d. Kritik Sistem Politik Indonesia Era Reformasi
Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda
akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan "Era Reformasi". Masih adanya tokoh-tokoh
penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan di masa Reformasi ini sering membuat
beberapa orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu Era
Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai "Era Pasca Orde Baru".
1. Berakhirnya rezim Orde Baru, telah membuka kemungkinan guna menata kehidupan
demokrasi. Reformasi politik, ekonomi dan hukum merupakan agenda yang tidak dapat
ditunda. Demokrasi menuntut lebih dari sekedar pemilu. Demokrasi yang mumpuni harus
dibangun melalui struktur politik dan kelembagaan demokrasi yang sehat. Namun
nampaknya tuntutan reformasi politik, telah menempatkan pelaksanan pemilu menjadi
agenda pertama. Pemilu pertama di masa reformasi hampir sama dengan pemilu pertama
tahun 1955 diwarnai dengan keprihatinan dan kejutan. Pertama, menurunnya perolehan
suara Golkar.
2. Kedua, kenaikan perolehan suara PDI P.
3. Ketiga, kegagalan partai-partai Islam meraih suara siginifikan.
4. Keempat, kegagalan PAN, yang awalnya dinilai paling reformis, ternyata hanya
menempati urutan kelima.
B. Bab 2 Teori Sistem Dan Sistem Politik (Perspektif barat)
a. Teori Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu
kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan
aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini sering dipergunakan
untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika
seringkali bisa dibuat.Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan
yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya
seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti
provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan
sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.
b. Teori Sistem Dunia

5
Teori sistem dunia merupakan sebuah pembagian kerja secara teritorial dalam produksi,
pertukaran barang dan bahan mentah. Pembagian kerja mengacu pada kekuatan dan hubungan
produksi dalam ekonomi dunia secara keseluruhan. Pembagian kerja ini menyebabkan adanya
dua daerah yang saling bergantung, yaitu negara inti dan negara pinggiran. Secara geografi dan
budaya kedua negara tersebut sama sekali berbeda, satu fokus pada padat modal dan satu lagi
pada padat karya. Sementara itu, negara semi periferi bertindak sebagai zona penyangga antara
inti dan pinggiran serta memiliki campuran jenis kegiatan yang ada di negara inti dan periferi.
Teori sistem dunia muncul sebagai kritik atas teori modernisasi dan teori dependensi.
Immanuel Wallerstein memandang bahwa dunia adalah sebuah sistem kapitalis yang mencakup
seluruh Negara di dunia tanpa kecuali. Sehingga, integrasi yang terjadi lebih banyak
dikarenakan pasar (ekonomi) daripada kepentingan politik. Dimana ada dua atau lebih Negara
interdependensi yang saling bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan seperti food, fuel, and
protection. Juga, terdapat satu atau dua persaingan politik untuk mendominasi yang dilakukan
untuk menghindari hanya ada satu Negara sentral yang muncul ke permukaan selamanya.
a. Proses kenaikan kelas dari pniggiran ke semi pinggiran
Menurut Wallerstein melalui kenaikan kelas dari pinggiran ke semi pinggiran dengan
menggunakan tiga strategi. Yakni:
1) Dengan merebut kesempatan yang datang
2) Melalui undangan
3) Melalui kebijakan untuk memandirikan negaranya
b. Proses kenaikan kelas dari semi ke semi pusat
c. Pengaruh Teori Sistem Dunia
Teori sistem dunia berasumsi bahwa kesenjangan antara negara maju dan negara terbelakang
tidak berkurang. Kesenjangan telah meluas sejak awal kapitalisme dan akan meluas dimasa
mendatang.
2. Wallerstein tokoh utama teori sistem dunia mengajukan pendapat yang dikenal dengan tesis
immiserasi mutlak, yaitu bahwa kesenjangan yang meluas ini bersifat mutlak dari pada reatif.
dengan kata lain negara-negara terbelakang mengalami kemandekan atau hanya maju sedikit saja
dan akan cenderung akan merosot.
3. Teori sistem dunia lebih condong ke teori ketergantugan, negara-negara terbelakang
sekarang adalah akibat dari dominasi kelompok kapitalis pusat yang berabad-abad. Hampir

6
semua negara ini selalu kalah jauh dari pusat, tidak hanya relatif tetapi mutlak. Namun demikian
ada sedikit negara yang bisa memperbaiki posisi mereka dalam ekonomi dunia dengan
memanfaatkan kesempatan yang tepat pada saat terjadi perluasan perkembangan kapitalis.
4. Perspektif sistem dunia memandang dalam dunia terdapat suatu sistem antae negara dari
negara-negara dan bangsa yang bersaing dan bertentangan yang terjalin dengan sangat dalam
dengan ekonomi dunia kapitalis.

C. Bab 3 Gerakan Mahasiswa ,Civil Society,Dan Perubahan Sistem Politik


a. Gerakan Mahasiswa
Pada masa orde baru, krisis ekonomi terjadi secara besar-besaran yang dampaknya
dirasakan langsung oleh masyarakat menengah dan mahasiswa, akibatnya banyak mahasiswa
yang putus kuliah dan masyarakat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
karena harga pangan yang naik. Bukan hanya kekurangan secara materi, namun dari segi
keamanan juga sangat rendah. Kemiskinan membuat masyarakat menjadi bertindak kriminal
karena tuntutan hidup. Selain itu, kurang dalam teori ini juga bisa diartikan kurang bebas dalam
berekspresi dan menyuarakan pendapat. Oleh karena kekurangan tersebutlah maka mahasiswa
sebagai orang-orang yang diharapkan dapat membawa Indonesia menuju perubahan melakukan
gerakan social pada Mei 1998 agar yang ‘kurang menjadi cukup’ dan untuk memperbaiki
keadaan negara.

Gerakan sosial terjadi karena adanya sekelompok orang yang ingin menciptakan perubahan
maupun menolak perubahan. Seperti yang dikatakan Tom bottomore, bahwa yang tergolong ke
dalam suatu gerakan lebih merupakan satu kelompok yang bersimpati terhadap pandangan sosial
atau doktrin tertentu, yang menampakkan dirinya dalam perdebatan politik sehari-hari dan yang
kerenanya siap berperan serta di dalam kegiatan-kegiatan seperti demonstrasi atau ritous
assemblies.[4]Mahasiswa merupakan suatu kelompok kritis yang prihatin terhadap keadaan
negara dan masyarakat miskin pada saat itu. Mereka berani tampil, meski waspada tetapi tidak
kenal rasa takut demi menuju perubahan yang telah diimpi-impikan oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, mereka sering melakukan aksi protes dan demo untuk
mendapatkan respon dari pemerintah.

7
b. Civil Society dan Perubahan Sistem Politik

Diskusi mengenai civil society terbagi dua pandangan.Ada sebagian yangberpandangan


bahwa civil society memiliki keterikatan yang erat dengan Negara,termasuk dalam hal ini
dengan partai politik. Negara, termasuk apparatus dankebijakannya, merupakan bagian dari
konsep sebuah masyarakat politik yang dicitacitakan.
Sebaliknya, civil society merupakan sebuah ranah masyarakat yang terpisahdengan ranah
Negara karena dalam peran dan fungsinya yang lebih bebas danmerdeka dari intervensi Negara.
Civil society adalah kelompok masyarakat yangmemiliki kemandirian yang tegas terhadap
berbagai kepentingan akan kekuasaan.Yang tidak kalah penting dalam konsep civil
society adalah adanya partisipasi aktif darisemua warga negara baik yang tergabung dalam
berbagai perkumpulan, organisasi ataukelompok lainnya sehingga akan membentuk karakter
demokratis di lembaga tersebut.
Sementara itu, konsep partai politik sebagai sebuah kelompok atau organisasidi dalam
masyarakat berbeda dengan apa yang telah disebutkan dalam civil society.Menurut Sartori yang
dikutip oleh Miriam Budiarjo, definisi partai politik adalahsuatu kelompok politik yang
mengikuti pemilihan umum dan melalui pemilihanumum itu mampu menempatkan calon-
calonmnya untuk menduduki jabatan publik[vii].Dalam pengertian itulah maka partai politik
berbeda dengan civil society terutamadalam aspek usaha meraih kekuasaan politik melalui jalur
pemilihan umum.Meskikeduanya juga memiliki kesamaan dalam usaha untuk berkontribusi
terhadapkepentingan publik.
Dalam konteks kebijakan, partai politik memiliki fungsi untukmengagregasikan atau
merepresentasikan berbagai macam kepentingan danmenegosiasikan semua kepentingan tersebut
menjadi sebuah kebijakan negara.Sebaliknya, civil society berperan untuk menuntut dan
mengkritik terhadap kebijakanpemerintah, namun sayangnya kelompok ini tidak bisa
mengimplementasikan kritiktersebut dalam hal yang kongkrit. relasi ini sebenarnya terbangun
dalam membangunkepentingan akan lahirnya sebuah kebijakan publik.

Sementara itu, dalam konteks yang lebih mikro, relasi para aktor civil societydan para
politisi terlihat dalam berbagai kerjasama. Para politisi di DPR, misalkan,mendukung apa yang
disampaikan oleh civil society mengenai satu isu tertentu.Dalam kesempatan yang berbeda, para

8
aktor civil society juga mendorong partaipolitik untuk lebih terbuka, transparan dan membuka
komunikasi yang intensifdengan berbagai kelompok masyarakat, terutama di daerah
pemilihannya.
Di belahan benua Eropa, partai politik juga mengalami situasi yang tidakmenguntungkan
yakni ketidakpercayaan ataupun alieanasi dari publik.Salah satupenyebabnya adalah makin
melemahnya ikatan antara konstituen dengan partaipolitik, termasuk salah satunya adalah ikatan
keagamaan ataupun kekeluargaan didalam partai.Yang menarik adalah menguatnya isu-isu sosial
kemasyarakatan dikalangan masyarakat yang kemudian mengikat kelompok-kelompok tersebut
menjadisebuah kepentingan bersama yang diperjuangkan. Dalam perjalanannya, kelompokini
dimungkinkan untuk menjelma sebagai partai politik seperti partai-partai Hijau di beberapa
negara Eropa.
Indikasi melemahnya partai politik dan menguatnya civil society jugaditemukan di
AmerikaLatin ataupun beberapa negara Asia, manakala civil societytelah berkontribusi untuk
memberi bantuan yang memadai bagi pengembangan danpenguatan kelembagaan partai politik,
seperti pengembangan kader-kader partaiterutama dalam berhubungan dengan konstituen atau
merumuskan platformpembangunan yang akan diarahkan. Artinya, civil society juga memiliki
kemampuandalam memobilisasi dukungan publik menjadi sebuah kebijakan
publik.Sayangnya,civil society memiliki keterbatasan, terutama untuk mengambil perandalam
politik yaitu berada di dalam arena pemutus kebijakan.

D. Bab 4 Sistem Politik Efektif (Solusi Untuk Indonesia)


a. Proses Menjadi Sistem Politik Indonesia
Indonesia masih mengalami masa transisi dari beberapa sistem politik untuk mencapai
sistem yang stabil. Namun apabila partai politik gagal menjaga tugas dan fungsinya dengan baik,
maka masa transisi tersebut hanya akan diwarnai oleh ketidakstabilan di bidang politik yang
kemudian berimbas pada bidang sosial dan ekonomi. Secara sederhana rakyat akan melihat
partai politik gagal dalam mengemban amanat rakyat dan hal itu akan menyebabkan rakyat
menjadi apatis terhadap partai politik. Dampaknya adalah partisipasi rakyat dalam politik akan
menurun tajam.

Beberapa usulan perbaikan :

9
1. Terbentuknya sistem multi-partai sederhana dengan sistim check and balance yang jelas
Pada pemilu yang akan datang (2014) Gerindra bersama Tidar harus mengupayakan
terbentuknya sistem multi partai sederhana baik melalui pilihan strategi electoral
treshold maupun parliamentary treshold. Hanya dengan demikian maka pemerintahan yang
efektif akan terwujud. Saat ini Gerindra juga harus mengambil posisi yang jelas dengan
memanikan posisi sebagai oposisi karena memang tak berkoalisi dengan partai berkuasa. Hanya
dengan demikian maka Gerindra dapat memberikan tanggapan yang jelas atas dasar platform
partai terhadap setiap permasalahan yang terjadi dengan memberikan perbedaan yang jelas
dengan posisi yang diambil oleh partai berkuasa/pemerintah.
Hanya dengan demikian rakyat bisa melihat solusi yang mana yang lebih baik, pemerintah
atau partai oposisi sehingga keuntungan politik akan selalu didapatkan oleh Gerindra sebagai
modal politik pada Pemilu yang akan datang. Kepada setiap anggota partai dan konstituen selalu
harus dapat dijelaskan mengapa sebuah posisi politik diambil sehingga setiap permasalahan
haruslah menjadi proses pembelajaran.
2. Sistem pengelolaan sumber daya manusia dan keuangan partai
Sebagaimana telah disebutkan diatas perbaikan sistem kepartaian dalam rangka
mewujudkan sistem pemerintahan menurut Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 diatas, yang penting dilakukan adalah perbaikan dalam manajemen internal partai
baik yang menyangkut pengelolaan sumberdaya manusia atau kaderisasi maupun sumberdaya
keuangan dan logistik partai. Ini dapat dimulai dengan TIDAR terlebih dahulu. Dalam
kesempatan ini saya hanya mengemukakan soal pengelolalan sumberdaya manusia sebagai
berikut:

Sebagaimana dikemukakan oleh Lili Romli dari LIPI (Kompas 30 Maret 2010) ada tiga hal
yang harus dilakukan dalam pengelolaan sumber daya manusia di partai, yaitu tentang
perekrutan, promosi dan pengambilan keputusan partai. Perekrutan menurut Romli saat ini
banyak bersifat instan dan bahkan oportunis. Hal ini tidak boleh terjadi dalam TIDAR.
Sebagaimana dinyatakan oleh Kuskridho Ambardi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada, bahwa harus ada format kaderisasi yang jelas baik untuk kader partai
yang akan ditempatkan di pemerintahan maupun yang akan ditempatkan diluar pemerintahan
(Kompas 30 maret 2010 hal.4).

10
Kaderisasi adalah proses penyiapan sumber daya manusia agar kelak mereka menjadi
pemimpin yang mampu membangun peran dan fungsi organisasi secara lebih baik. Dari berbagai
masalah kebangsaan yang muncul, yang paling rumit adalah kaderisasi. Kemacetan kaderisasi
telah melingkupi segala sektor kehidupan. Baik di pemerintahan, organsasi politik, pemuda
maupun sektor olah raga di Indonesia. Berbagai jenis kaderisasi yang pernah diterapkan berbagai
organisasi Massa (atau organisasi Kader) belum menampakkan hasil yang diharapkan.

Praktek kaderisasi Partai Politik di Indonesia masih jauh dari harapan, karena kegagalan
kaderisasi tersebut banyak Partai Politik melahirkan kader-kader partai yang instan. Kader partai
yang instan inilah membuat wajah hitam parlemen di DPR. Matinya kaderisasi di tubuh Partai
Politik ini karena partai tidak mempunyai ideologi dan visi yang jelas. Maka dari itu sangat sulit
untuk merekrut anggota. Dalam perekrutan perlu pesan yang dapat menarik perhatian orang dan
dapat meyakinkan mereka untuk bergabung dalam partai. Tanpa dasar ideologi yang kuat pesan
yang meyakinkan sangat sulit dikembangkan.

b. Musyawarah dan mufakat Sebagai ciri utama politiik Indonesia

Dari beberapa pengertian demokrasi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat
demokrasi mengandung tiga hal, yaitu:

1. Pemerintahan dari Rakyat (Government of the People)

Pemerintahan dari rakyat berkaitan dengan pemerintahan yang sah dan diakui oleh rakyat.
Pemerintahan yang sah dan diakui adalah pemerintahan yang mendapat pengakuan dan
dukungan dari rakyat. Dengan legitimasi dari rakyat pemerintahan itu dapat menjalankan roda
birokrasi dan mewujudkan program-programnya sesuai dengan aspirasi rakyat.

2. Pemerintahan oleh Rakyat (Government by People)

Pemerintahan oleh rakyat adalah pemerintahan yang mendapat kewenangan untuk


menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat bukan atas dorongan dan keinginannya sendiri. Di
camping itu pemerintah berada di bawah pengawasan rakyat. Oleh sebab itu pemerintah harus

11
tunduk pada kehendak rakyat. Pengawasan itu dapat dilakukan melalui lembaga perwakilan
rakyat atau DPR baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Pemerintah untuk Rakyat (Government for the People)

Pemerintah untuk rakyat mengandung arti bahwa kekuasaan yang diberikan rakyat kepada
pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat harus didahulukan
dan diutamakan di atas kepentingan yang lainnya. Oleh sebab itu, pemerintah harus
mendengarkan dan mengakomodir aspirasi rakyat dalam merumuskan dan menjalankan
program-programnya.

Sistem pemerintahan Indonesia menurut Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 ialah sistem kabinet presidensiil dengan sistem perwakilan. Pilar utama sistem
perwakilan adalah partai politik yang diatur dengan UU Politik No.2 – 2008. Sistem kabinet
presidensiil mengandaikan sistem kepartaian sederhana, dan bukan multi-partai sistem seperti
praktek sekarang ini, agar pemerintahan menjadi efektif. Akan tetapi ternyata UU Politik dan
Pemilu kita memungkinkan sistem multi-partai sehingga tidak berkesesuaian dengan sistem
kabinet presidensiil. Akibatnya sebagaimana bisa dilihat dan dirasakan saat ini, pemerintahan
menjadi sangat tidak efektif apalagi koalisi yang terbentuk adalah koalisi yang sangat longgar
dan tidak permanen. Sistem check and balance pun tidak berjalan sebagaimana mestinya karena
banyak kebijakan pemerintah ditolak oleh partai politik yang punya wakil di DPR padahal partai-
partai itu adalah anggota koalisi pemerintah.
Partai yang menyatakan oposisi pun seringkali berkompromi dengan pemerintah jika
sampai pada tawaran posisi tertentu baik di kabinet atau di lembaga politik lainnya. Yang tampak
oleh rakyat adalah bahwa kekuasaan yang diperoleh partai dari rakyat tidak digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan bagi rakyat, melainkan demi
kepentingan dan keuntungan orang-orang partai sendiri.Akibatnya, sebagaimana dibuktikan oleh
sejumlah survei, partai politik dipandang negatif dan kurang mendapat apresiasi dimata publik .
Upaya untuk membatasi partai politik dengan electoral threshold maupun parliamentary
threshold juga gagal dilakukan baik karena dianggap bertentangan dengan hak warganegara
untuk berkumpul dan hak berorganisasi maupun inkonsistensi dari DPR periode 2004-2009
sebagai pembuat UU Politik dan Pemilu yang punya kepentingan dalam Pemilu berikutnya

12
(2009). Sementara itu, manajemen internal partai sendiri tidak memberikan pelajaran yang
demokratis bagi para anggotanya. Para pemimpin partai mayoritas tidak dipilih secara
demokratis atau kalau dipilih secara demokratis, mereka tidak menunjukkan kepemimpinan yang
kuat dan memadai untuk mentransformasikan kehendak konstituen menjadi kebijakan yang
menguntungkan kepentingan mereka. Manajemen sumber daya manusia dan keuangan adalah
yang paling krusial dalam memperoleh pemimpin dan kader partai yang tangguh dengan sisitim
administrasi dan keuangan yang modern. Kedua hal tersebut tampakya yang paling diabaikan
oleh partai-partai. Meski mendapat bantuan keuangan dari APBN yang relatif memadai bagi
pendidikan kader partai namun selama ini penggunaan sangat tidak akuntabel dan tak pernah
pula dipertanggungjawabkan secara publik atau paling tidak pada kadernya sendiri.
Indonesia masih mengalami masa transisi dari beberapa sistem politik untuk mencapai
sistem yang stabil. Namun apabila partai politik gagal menjaga tugas dan fungsinya dengan baik,
maka masa transisi tersebut hanya akan diwarnai oleh ketidakstabilan di bidang politik yang
kemudian berimbas pada bidang sosial dan ekonomi. Secara sederhana rakyat akan melihat
partai politik gagal dalam mengemban amanat rakyat dan hal itu akan menyebabkan rakyat
menjadi apatis terhadap partai politik. Dampaknya adalah partisipasi rakyat dalam politik akan
menurun tajam.

Beberapa usulan perbaikan :

1. Terbentuknya sistem multi-partai sederhana dengan sistim check and balance yang jelas
Pada pemilu yang akan datang (2014) Gerindra bersama Tidar harus mengupayakan
terbentuknya sistem multi partai sederhana baik melalui pilihan strategi electoral
treshold maupun parliamentary treshold. Hanya dengan demikian maka pemerintahan yang
efektif akan terwujud. Saat ini Gerindra juga harus mengambil posisi yang jelas dengan
memanikan posisi sebagai oposisi karena memang tak berkoalisi dengan partai berkuasa. Hanya
dengan demikian maka Gerindra dapat memberikan tanggapan yang jelas atas dasar platform
partai terhadap setiap permasalahan yang terjadi dengan memberikan perbedaan yang jelas
dengan posisi yang diambil oleh partai berkuasa/pemerintah.

2.Sistem pengelolaan sumber daya manusia dan keuangan partai

13
Sebagaimana telah disebutkan diatas perbaikan sistem kepartaian dalam rangka
mewujudkan sistem pemerintahan menurut Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 diatas, yang penting dilakukan adalah perbaikan dalam manajemen internal partai
baik yang menyangkut pengelolaan sumberdaya manusia atau kaderisasi maupun sumberdaya
keuangan dan logistik partai. Ini dapat dimulai dengan TIDAR terlebih dahulu.

Dalam kesempatan ini saya hanya mengemukakan soal pengelolalan sumberdaya manusia
sebagai berikut. Sebagaimana dikemukakan oleh Lili Romli dari LIPI (Kompas 30 Maret 2010)
ada tiga hal yang harus dilakukan dalam pengelolaan sumber daya manusia di partai, yaitu
tentang perekrutan, promosi dan pengambilan keputusan partai. Perekrutan menurut Romli saat
ini banyak bersifat instan dan bahkan oportunis. Hal ini tidak boleh terjadi dalam TIDAR.
Sebagaimana dinyatakan oleh Kuskridho Ambardi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada, bahwa harus ada format kaderisasi yang jelas baik untuk kader partai
yang akan ditempatkan di pemerintahan maupun yang akan ditempatkan diluar pemerintahan
(Kompas 30 maret 2010 hal.4).

Kaderisasi adalah proses penyiapan sumber daya manusia agar kelak mereka menjadi
pemimpin yang mampu membangun peran dan fungsi organisasi secara lebih baik. Dari berbagai
masalah kebangsaan yang muncul, yang paling rumit adalah kaderisasi. Kemacetan kaderisasi
telah melingkupi segala sektor kehidupan. Baik di pemerintahan, organsasi politik, pemuda
maupun sektor olah raga di Indonesia. Berbagai jenis kaderisasi yang pernah diterapkan berbagai
organisasi Massa (atau organisasi Kader) belum menampakkan hasil yang diharapkan.

Praktek kaderisasi Partai Politik di Indonesia masih jauh dari harapan, karena kegagalan
kaderisasi tersebut banyak Partai Politik melahirkan kader-kader partai yang instan. Kader partai
yang instan inilah membuat wajah hitam parlemen di DPR. Matinya kaderisasi di tubuh Partai
Politik ini karena partai tidak mempunyai ideologi dan visi yang jelas. Maka dari itu sangat sulit
untuk merekrut anggota. Dalam perekrutan perlu pesan yang dapat menarik perhatian orang dan
dapat meyakinkan mereka untuk bergabung dalam partai. Tanpa dasar ideologi yang kuat pesan
yang meyakinkan sangat sulit dikembangkan.

14
Kaderisasi sebaiknya lebih bermakna learning process ketimbang education school.
Kaderisasi seperti itu lebih terfokus kepada kader ketimbang kepada instrukturnya, bukan jumlah
kader yang menjadi target tetapi proses dan kualitas nalarnya, lebih kepada self
development ketimbang instruksi. Kedua, Agar Partai Politik di Indonesia tidak dinilai hanya
sebagai sebuah jualan politik ketika menjelang pemilu legislatif, sebaiknya harus ada proses
kaderisasi bagi kader partai sehingga memahami betul hakekat dan perjuangan partai sesuai
dengan aturan dan mekanisme yang jelas dan demokratis.

E. Bab 5 Kesimpulan

Pada pemerintahan system politik orde lama, masyarakat masih belum memiliki kesadaran
berpolitik. Hal tersebut disebabkan rendahnya tingkat pendidikan/pengetahuan seseorang
sehingga pemahaman dan kesadaran mereka terhadap politik masih sangat kecil atau tidak ada
sama sekali terhadap sistem politik. Kelompok ini akan ditemukan di berbagai lapisan
masyarakat. Disini, sistem politik masih bersifat tradisional dan sederhana, dengan ciri khas
spesialisasi masih sangat kecil. Maka dari itu, pada masa system ini terdapat begitu banyak partai
yang muncul dengan ideology-ideologi baru dan berbeda yang mencoba menguasai gaya
pemikiran masyarkat. Pada masa orde lama, negara Indonesia diterpa kekacauan pemerintahan,
perekonomian serta pendidikan. kekacauan tersebut terus berlanjut hingga mulai mereda pada
masa Soekarno diturunkan.

Pemerintahan dari rakyat berkaitan dengan pemerintahan yang sah dan diakui oleh rakyat.
Pemerintahan yang sah dan diakui adalah pemerintahan yang mendapat pengakuan dan
dukungan dari rakyat. Dengan legitimasi dari rakyat pemerintahan itu dapat menjalankan roda
birokrasi dan mewujudkan program-programnya sesuai dengan aspirasi rakyat.

15
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Buku


a. Pembahasan Bab 1 tentang Kritik sistem Politik Indonesia

(Marijan,Kacung,2016:37-39)Gabriel A. Almond mengemukakan bahwa semakin mampu


sistem politik merespon problem yang ada dalam suatu negara, maka semakin maju sistem
politik yang bisa diamati. Adapun rinciannya sebagai berikut;

1. Kapabilitas ekstratif (kemampuan sistem politik mengelola sumber daya alam material);
2. Kapabilitas regulatif (kemampuan sistem politik untuk mengendalikan perilaku warga
melalui regulasi);
3. Kapailitas distributif (kemampuan sistem politik untuk mendistribusikan hal-hal, baik
material, maupun memberi beragam peluang menguntungkan bagi warga);
4. Kapabilitas simbolik (kemampuan secara simbolik untuk menunjukkan kewibawaan
negara);
5. Kapabilitas responsif (kemampuan sistem politik menanggapi inputyang masuk dan
memprosesnya menjadi output politik);
6. Kapabilitas baik dalam negeri maupun luar negeri (kemampuan sistem politik dalam
berinteraksi dengan lingkungan domestik dan lingkungan internasional).

Di sisi lain, praktik korupsi yang merajalela yang merugikan negara mencapai kurang lebih
triliunan rupiah per tahun, juga menunjukkan lemahnya sistem politik dalam mencegah tumbuh
suburnya praktik korupsi. Bahkan korupsi tumbuh subur dalam praktik politik yang saat ini
berlangsung. Tidak sedikit kepala daerah hasil pemilu yang tersangkut korupsi, dan ratusan
anggota legislatif juga tersangkut korupsi.

(Fatahullah, 2014: 1-8) Pada pemerintahan system politik orde lama, masyarakat masih
belum memiliki kesadaran berpolitik. Hal tersebut disebabkan rendahnya tingkat
pendidikan/pengetahuan seseorang sehingga pemahaman dan kesadaran mereka terhadap politik
masih sangat kecil atau tidak ada sama sekali terhadap sistem politik. Kelompok ini akan
ditemukan di berbagai lapisan masyarakat. Disini, sistem politik masih bersifat tradisional dan

16
sederhana, dengan ciri khas spesialisasi masih sangat kecil. Maka dari itu, pada masa system ini
terdapat begitu banyak partai yang muncul dengan ideology-ideologi baru dan berbeda yang
mencoba menguasai gaya pemikiran masyarkat. Pada masa orde lama, negara Indonesia diterpa
kekacauan pemerintahan, perekonomian serta pendidikan. kekacauan tersebut terus berlanjut
hingga mulai mereda pada masa Soekarno diturunkan.

b. Pembahasan Bab 2 tentang Teori sistem dan sistem Politik

(Fatahullah, 2014:41Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani
(sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama
untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini
sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu
model matematika seringkali bisa dibuat.Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang
saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak,
contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen
kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara
dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.
(Marijan,Kacung,2016) Teori sistem dunia berasumsi bahwa kesenjangan antara negara
maju dan negara terbelakang tidak berkurang. Kesenjangan telah meluas sejak awal kapitalisme
dan akan meluas dimasa mendatang.
2. Wallerstein tokoh utama teori sistem dunia mengajukan pendapat yang dikenal dengan tesis
immiserasi mutlak, yaitu bahwa kesenjangan yang meluas ini bersifat mutlak dari pada reatif.
dengan kata lain negara-negara terbelakang mengalami kemandekan atau hanya maju sedikit saja
dan akan cenderung akan merosot.
3. Teori sistem dunia lebih condong ke teori ketergantugan, negara-negara terbelakang
sekarang adalah akibat dari dominasi kelompok kapitalis pusat yang berabad-abad. Hampir
semua negara ini selalu kalah jauh dari pusat, tidak hanya relatif tetapi mutlak. Namun demikian
ada sedikit negara yang bisa memperbaiki posisi mereka dalam ekonomi dunia dengan
memanfaatkan kesempatan yang tepat pada saat terjadi perluasan perkembangan kapitalis.
4. Perspektif sistem dunia memandang dalam dunia terdapat suatu sistem antae negara dari
negara-negara dan bangsa yang bersaing dan bertentangan yang terjalin dengan sangat dalam
dengan ekonomi dunia kapitalis.

17
c. Pembahasan Bab 3 Tentang Gerakan Mahasiswa ,civil Society,Dan Perubahan
Sitem Politik
(Marijan,Kacung,2016:333-334)Diskusi mengenai civil society terbagi dua pandangan.Ada
sebagian yang berpandagan bahwa civil society memiliki keterikatan yang erat dengan
Negara,termasuk dalam hal ini dengan partai politik. Negara, termasuk apparatus
dankebijakannya, merupakan bagian dari konsep sebuah masyarakat politik yang dicitacitakan.
Sebaliknya, civil society merupakan sebuah ranah masyarakat yang terpisahdengan ranah
Negara karena dalam peran dan fungsinya yang lebih bebas danmerdeka dari intervensi Negara.
Civil society adalah kelompok masyarakat yangmemiliki kemandirian yang tegas terhadap
berbagai kepentingan akan kekuasaan.Yang tidak kalah penting dalam konsep civil
society adalah adanya partisipasi aktif darisemua warga negara baik yang tergabung dalam
berbagai perkumpulan, organisasi ataukelompok lainnya sehingga akan membentuk karakter
demokratis di lembaga tersebut.
d. Pembahasan Bab 4 tentang sistem Politik Efektif
(Fatahullah, 2014:13)Indonesia masih mengalami masa transisi dari beberapa sistem politik
untuk mencapai sistem yang stabil. Namun apabila partai politik gagal menjaga tugas dan
fungsinya dengan baik, maka masa transisi tersebut hanya akan diwarnai oleh ketidakstabilan di
bidang politik yang kemudian berimbas pada bidang sosial dan ekonomi. Secara sederhana
rakyat akan melihat partai politik gagal dalam mengemban amanat rakyat dan hal itu akan
menyebabkan rakyat menjadi apatis terhadap partai politik. Dampaknya adalah partisipasi rakyat
dalam politik akan menurun tajam.Beberapa usulan perbaikan :

1. Terbentuknya sistem multi-partai sederhana dengan sistim check and balance yang jelas

Pada pemilu yang akan datang (2014) Gerindra bersama Tidar harus mengupayakan
terbentuknya sistem multi partai sederhana baik melalui pilihan strategi electoral
treshold maupun parliamentary treshold. Hanya dengan demikian maka pemerintahan yang
efektif akan terwujud. Saat ini Gerindra juga harus mengambil posisi yang jelas dengan
memanikan posisi sebagai oposisi karena memang tak berkoalisi dengan partai berkuasa. Hanya
dengan demikian maka Gerindra dapat memberikan tanggapan yang jelas atas dasar platform
partai terhadap setiap permasalahan yang terjadi dengan memberikan perbedaan yang jelas
dengan posisi yang diambil oleh partai berkuasa/pemerintah. Hanya dengan demikian rakyat bisa

18
melihat solusi yang mana yang lebih baik, pemerintah atau partai oposisi sehingga keuntungan
politik akan selalu didapatkan oleh Gerindra sebagai modal politik pada Pemilu yang akan
datang. Kepada setiap anggota partai dan konstituen selalu harus dapat dijelaskan mengapa
sebuah posisi politik diambil sehingga setiap permasalahan haruslah menjadi proses
pembelajaran.
2. Sistem pengelolaan sumber daya manusia dan keuangan partai
Sebagaimana telah disebutkan diatas perbaikan sistem kepartaian dalam rangka mewujudkan
sistem pemerintahan menurut Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
diatas, yang penting dilakukan adalah perbaikan dalam manajemen internal partai baik.

e. Pembahasan Bab 5 Tentang Kesimpulan

(Fatahullah, 2014:14)Di sisi lain, praktik korupsi yang merajalela yang merugikan negara
mencapai kurang lebih triliunan rupiah per tahun, juga menunjukkan lemahnya sistem politik
dalam mencegah tumbuh suburnya praktik korupsi. Bahkan korupsi tumbuh subur dalam praktik
politik yang saat ini berlangsung. Tidak sedikit kepala daerah hasil pemilu yang tersangkut
korupsi, dan ratusan anggota legislatif juga tersangkut korupsi.

(Marijan,Kacung,2016:334) Pada pemerintahan system politik orde lama, masyarakat masih


belum memiliki kesadaran berpolitik. Hal tersebut disebabkan rendahnya tingkat
pendidikan/pengetahuan seseorang sehingga pemahaman dan kesadaran mereka terhadap politik
masih sangat kecil atau tidak ada sama sekali terhadap sistem politik. Kelompok ini akan
ditemukan di berbagai lapisan masyarakat. Disini, sistem politik masih bersifat tradisional dan
sederhana, dengan ciri khas spesialisasi masih sangat kecil. Maka dari itu, pada masa system ini
terdapat begitu banyak partai yang muncul dengan ideology-ideologi baru dan berbeda yang
mencoba menguasai gaya pemikiran masyarkat. Pada masa orde lama, negara Indonesia diterpa
kekacauan pemerintahan, perekonomian serta pendidikan. kekacauan tersebut terus berlanjut
hingga mulai mereda pada masa Soekarno diturunkan.

19
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku
1. Dilihat dari aspek tampilan buku (face value)

Buku yang saya review dengan Judul Sistem Politik Indonesia (Kritik dan Solusi Sistem
Politik Efektif) oleh Ubedilah Badrun ini cukup menarik. Dapat dilihat dari cover yang memiliki
perpaduan dari warna (biru, merah, putih, kuning, dan hitam) dan gambar pada cover yang cukup
bagus dan menarik sehingga membuat mahasiswa atau pelajar ingin membaca dan memilikinya.
Ketertarikan dari buku ini bagi pembaca misalnya, ukuran buku yang tidak terlalu tebal sehingga
pembaca tidak terlalu terbebani untuk meminjam buku ini untuk dibawa pulang. Hal ini dapat
kita lihat dari jumlah halamannya yang hanya 121 halaman sehingga yang ingin membaca buku
ini tidak terlalu buru-buru dan terlalu bosan. Akan tetapi pada bagian pengantar dan kata
pengantar buku ini sangat berlebihan karena terlalu panjang sehingga pada bagian membaca kata
dapat membuat pembaca bodan pada bagian ini.

Pada tampilan buku pembanding satu dan dua juga menarik karena juga menggunakan cover
yang menarik dengan perpaduan warna. Akan tetapi pada bagian ketebalan buku, buku
pembanding satu dan dua sangat bertolak belakang dengan buku pembanding satu dan dua,
dimana buku pembanding satu dan dua dapat membuat pembaca bosan dalam membacanya.
Kebosanan ini diakibatkan karena buku pembanding satu dan dua memiliki ketebalan buku 100
halaman dan 363 halaman.

2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termaksut penggunaan font.

Pada buku Sistem Politik Indonesia oleh penulis Ubedilah Badrun sudah sangat bagus
karena sudah memenuhi kaidah penyusunan buku internasional, terihat dari layout yang sudah
rapi serta tata letak yang tidak membuat pembaca kebingungan. Pada penulisan setiap
pembahasan didalam buku ini juga penulis buat secara terstruktur pegitu pula pada pemilihan
font atau jenis huruf dalam setiap kata didalam buku ini yang tidak membuat pembaca bosan.
Hanya saja pada bagian lampiran buku ini tidak dilengkapi istilah-istilah dan glossary.

Pada buku pembanding atau penghubung satu dan dua hampir saa dengan buku review,
hanya saja pada buku pembanding satu juga tidang dilengkapi pengertian istilah-istilah dan pada
buku pembanding kedua dilengkapi denagan pengertian istilah-istilah.

20
3. Dari aspek isi buku

Pada aspek isi buku ini sudahlah bagus dari bagian penerapan atau penjabaran materi dalam
buku ini sudah terstruktur dengan rapi. Didalam buku ini sudah dilengkapi dengan sub-sub bab
serta penjelasannya yang terperinci. Apabila kita ingin menulis sebuah buku kita dapat meniri
bentuk struktur buku yang akan kita buat dari bentuk struktur buku ini.

Akan tetapi kita harus tahu bahwa tadak ada yang sempurna, karena masuh banyak juga
kekurangan-kekurangan dalam buku yang saya review serta buku pembandingnya. Kekurangan-
kekurangan tersebut seperti dari segi bahasa yang digunakan, kesalahan dalam penulisan
kata,serta kalimat yang kurang sempurna didalam buku ini.

4. Dari aspek tata bahasa buku

Pada ketiga buku ini sudah menggunakan bahasa yang baik dan baku sesuai dengan KBBI
dan kaidah EYD. Akan tetapi masih ada sedikit kalimat yang kurang sempurna dalam ketiga
buku ini. Walaupun demikian, kekurangan tersebut tidak membuat pembaca sulit untuk mengerti
sehingga pada pembahasan setiap materi dalam ketiga buku ini masih mudah dipahami oleh
semua masyarakat dari tingkatan dan kalangan yang berbeda-beda.

21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Politik merupakan usaha untuk mengetahui satu mode tertentu dari pengalaman-pengalaman
praktis yang mengakumulasi semua pengalaman. Tahap-tahap perkembangan politik yaitu tahap
pertama politik unifikasi primitif adalah politik yang berbicara mengenai kelahiran dan masa
perkembangan anak-anak Bangsa. Tahap kedua politik industrialiasi, bangsa-bangsa yang
mendekati industrialiasi sekarang menghadapi suatu pilihan, dengan kemungkinan memilih suatu
varian modern salah satu dari tiga sistem tersebut atau kemungkinan mengusahakan bentuk-
bentuk baru yang masih belum diketahui. Tahap ketiga politik kesejahteraan nasional, politik
kesejahtraan nasional merupakan politik bangsa-bangsa industri sepenuhnya. Tahap keempat
kelimpahan merupakan janji teknologi baru, suatu janji yang nampaknya mungkin terpenuhi jika
komputer zaman sekarang yang sudah digunakan secara otomatis, mesin-mesin sudah diatur
dirinya sendiri (dan `keturunan` mereka yang sudah lebih baik) digunakan untuk apapun yang
mendekati kapasitas mereka.

Indonesia masih mengalami masa transisi dari beberapa sistem politik untuk mencapai
sistem yang stabil. Namun apabila partai politik gagal menjaga tugas dan fungsinya dengan baik,
maka masa transisi tersebut hanya akan diwarnai oleh ketidakstabilan di bidang politik yang
kemudian berimbas pada bidang sosial dan ekonomi. Secara sederhana rakyat akan melihat
partai politik gagal dalam mengemban amanat rakyat dan hal itu akan menyebabkan rakyat
menjadi apatis terhadap partai politik. Dampaknya adalah partisipasi rakyat dalam politik akan
menurun tajam.

B. Rekomendasi
Menurut saya buka yang saya ini sudah bagus untuk digunakan oleh mahasiswa seperti
menjadi referensi bagi pembaca. Harapan saya pada penulis buku ini agar lebih teliti lagi dalam
pengetikan agar tidak ada lagi kesalahan, sehingga pembaca lebih mudah mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.

Pada Critical Book Review (CBR) yang sudah saya buat hendaknya para pembaca memberi
saran dan kritik pada tugas ini baik kekurangan dalam bidang pengetikan kata yang salah,

22
peletakan tanda baca yang salah dan bahasa atau kata yang sulit dimengerti. Saya sangat
mengharapkan masukan pembaca, karena masukan yang kalian berikan pada tugas Critical Book
Review (CBR) ini sangat membangun dan menyempurnakan kelengkapan dan perbaikan saya
untuk tugas Critical Book Review (CBR)berikutnya.

Semoga dari membaca Critical Book Review (CBR) ini pembaca lebih mudah memahami
materi dari buku yang telah saya review. Dan semoga pembaca pembaca tidak lupa memberikan
masukan dari kelebihan dan kelemahan dari tugas saya ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Badrun,Ubedilah . 2016. Sistem Politik Indonesia.Jakarta:Bumi Aksara

Jurdi, Fatahullah.2014.Ilmu Politik ideologi dan Hegemoni Negara.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Marijan, Kacung . 2016. Sistem Politik Indonesia. Jakarta :Kencana

24

Anda mungkin juga menyukai