Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH TEORI KOMUNIKASI

Tradisi Semiotika Komunikasi


Dosen Pengampu : Benny Handayani,M.I.Kom

Disusun Oleh :
- Andre dwi putra (209110157)
- Teddy hariyadi (209110234)
- Abdul raihan (209110237)
- Nisa azama (209110224)
- Lastri mercury aruan (209110042)
- Esteania (209110168)
- Asyifa shanon aulia (209110051)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

RIAU

2020/2021
I
Kata Pengantar

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Disini penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi teman
teman sekalian. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i


KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................2
C. Tujuan .................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. apa itu teori semiotika.........................................................................................3

B. sejarah dari teori semiotika .................................................................................4

C. tradisi semiotika ..................................................................................................5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .........................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Karya seni dapat diamati dengan pendekatan semiotika, khususnya boleh


dibilang semiotika visual atau semiotika rupa. Sebagai pisau analisa semiotika
dapat digunakan untuk mengungkapkan tujuan komunikasi pikiran, perasaan,
atau ekspresi apa saja yang disampaikan oleh seniman terhadap pemirsa
melalui komposisi tanda. Semiotika adalah disiplin ilmu yang menelaah tanda
(termasuk pengertian simbol, indeks, ikon) dan karya seni merupakan
komposisi tanda baik secara verbal maupun non-verbal. Richard Rudner
dalma Beardsley & Schueller, dalam tulisannya mengatakan: Semiotika adalah
ilmu atau teori tanda. Dari sudut pandang dimasukannya estetika di bidang
semiotik, karya seni dapat dipahami sebagai tanda yang dalam kasus paling
sederhana itu sendiri merupakan sebuah struktur tanda-tanda. Artinya
pekerjaan seni juga dapat dikaji dengan semiotika karena diarasa atau
dianggap sebagai suatu tanda atau struktur tanda. Semiotika memiliki dua
cabang besar yang menjadi akar perkembangan ilmu itu sendiri. Pertama
adalah semiotika yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure, dan
Charles Sander Peirce. Bagi Saussure semiotika adalah sebuah ilmu umum
tentang tanda, sedangkan Peirce mengartikan semiotika lebih ke logikanya
(doktrin formal tentang tanda-tanda).

1.
Kajian semiotika membedakan dua jenis semiotika, yakni semiotika
komunikasi dan semiotika signifikasi. Semiotika komunikasi menekankan
pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan
adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem
tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan) serta
memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu
konteks tertentu. Semiotika signifikasi tidak mempersoalkan adanya tujuan
berkomunikasi. Yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda
sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan dari pada
proses komunikasinya. Konsep dasar yang menyatukan tradisi diartikan
sebagai stimulus designating something other than itself (suatu stimulus yang
mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri). Pesan memiliki kedudukan
yang sangat penting dalam komunikasi. Menurut John Powers (1995), pesan
memiliki tiga unsur, yaitu : (1) tanda dan simbol; (2) bahasa; dan (3) wacana
(discourse). Menurutnya, tanda merupakan dasar bagi semua komunikasi.
Tanda menunjuk atau mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri,
sedangkan makna atau arti adalah hubungan antara objek atau ide dengan
tanda. Kedua konsep tersebut menyatu dalam berbagai teori komunikasi,
khususnya teori komunkasi yang memberikan perhatian pada simbol, bahasa
serta tingkah laku nonverbal. Kelompok teori ini menjelaskan bagaimana
tanda dihubungkan dengan makna dan bagaimana tanda diorganisasi. Studi
yang membahas mengenai tanda disebut dengan semiotika. Tanda mutlak
diperlukan dalam menyusun pesan yang hendak disampaikan. Tanpa
memahami teori tanda, maka pesan yang disampaikan dapat membingungkan
penerima. Semiotika merupakan ilmu tentang tandatanda. Semiotika adalah
suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah
perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini,
ditengahtengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika pada dasarnya
hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai hal-hal. Mamaknai
dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan.

1.
B. Rumus masalah

A. apa itu teori semiotika

B. sejarah dari teori semiotika

C. tradisi semiotika

C. Tujuan

Membahas teori semiotika dapat digunakan untuk menganalisa secara virtual


berbagai hal yang menjadi bagian dari bidang komunikasi yang mencakup
interaksi, media, organisasi, konteks kesehatan, budaya popular atau budaya pop,
dan lain sebagainya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian semiotika komunikasi

Tanda-tanda (sign) adalah basis dari komunikasi. Manusia dengan


perantara tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya.
Banyak hal yang bisa dikomunikasikan di dunia ini. Kata “semiotika” itu
sendiri berasal dari bahasa Yunani, Semeion yang berarti “tanda” atau
seme, yang berarti “penafsiran tanda”.Semiotika berakar dari studi klasik
dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika. “Tanda” pada masa
itu masih bermakna suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain.
Contohnya, asap menandai adanya api. Jika diterapkan pada tanda-tanda
bahasa, maka huruf, kata, kalimat, tidak memiliki arti pada dirinya
sendiri.Tanda-tanda itu hanya menggambarkan arti (significant) dalam
kaitannya dengan pembacanya. Pembaca itulah yang menghubungkan
tanda dengan apa yang ditandakan (signifie) sesuai dengan konvensi
dalam sistem bahasa yang bersangkutan. Dalam penelitian sastra, kerap
berhubungan dengan sintaksis antara tanda-tanda (strukturalisme) dan
hubungan antara tanda dan apa yang ditandakan (semantik).

Kajian semiotika sampai sekarang telah membedakan dua jenis


semiotika, yakni semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Yang
pertama menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu
diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu
pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan
acuan (hal yang dibicarakan). Semiotika adalah suatu ilmu atau metode
analisis untuk mengkaji tanda.Tanda-tanda adalah perangkat yang kita
pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah
manusia dan bersama-sama manusia.

3
Mengenai tanda, menurut Sausure adalah sebagai kesatuan dari dua bidang yang
tidak dapat dipisahkan. Di mana ada tanda pasti ada sistem, sebuah tanda
mempunyai dua aspek yang ditangkap indra yang disebut dengan signifier, bidang
penanda atau bentuk lain yang disebut signified.

Sedangkan menurut Pierce, tanda ialah sesuatu yang dapat mewakili


sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu pada
objek. Semiotika, yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the
study of sign), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu
sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu
sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna. Semiotik terutama
berkaitan dengan makna dari tanda dan simbol dalam bahasa. Gagasan penting
adalah kata-kata atau tanda dapat di tugaskan terutama pada kategori konseptual,
dan kategori ini merepresentasikan aspekaspek penting dari suatu teori yang akan
diuji. Pentingnya ide itu adalah pengungkapan frekuensi yang muncul dalam teks.

2. Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang


mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussure. Ia juga intelektual dan
kritikus sastra Prancis yang ternama; eksponen penerapan strukturalisme dan
semiotika pada studi sastra. Bartens menyebutnya sebagai tokoh yang memainkan
peranan sentral dalam strukturalisme tahun 1960-an dan 70-an. Ia berpendapat
bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsiasumsi dari suatu
masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.” Secara ringkas analisis semiotika
(semiotical analysis) merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan
memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket
lambang-lambang pesan atau teks. Teks yang dimaksud dalam hubungan ini adalah
segala bentuk atau system lambang (sign). Dengan kata lain, pemaknaan terhadap
lambang-lambang dalam tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis semiotic.

3
Roland Barthes menggunakan istilah denotasi dan konotasi untuk menunjuk
tingkat-tingkat makna. Makna denotasi adalah makna tingkat pertama yang bersifat
obyektif (first order) yang dapat diberikan terhadap lambang-lambang, yakni
dengan mengaitkan secara langsung antara

lambang dengan realitas atau gejala yang ditunjuk. Kemudian makna konotasi
adalah makna-makna yang diberikan pada lambang-lambang dengan mengacu
pada nilai-nilai budaya yang karenanya berada pada tingkat kedua (second order).
Yang menarik berkenaan dengan semiotika Roland Barthes adalah digunakannya
istilah mitos (myth), yaikni rujukan yang bersifat kultural (bersumber dari budaya
yang ada) yang digunakan untuk menjelaskan budaya atau realitas yang ditunjuk
dengan lambang-lambang-penjelasan mana yang notabene adalah makna konotatif
dari lambang-lambang yang ada dengan mengacu sejarah (di samping budaya).
Pendekatan Roland Barthes secara khusus tertuju kepada sejenis tuturan (speech)
yang disebutnya sebagai mitos.

Menurut Barthes, bahasa membutuhkan kondisi tertentu untuk dapat menjadi


mitos, yaitu yang secara semiotis dicirikan oleh hadirnya sebuah tataran signifikasi
yang disebut sebagai sistem semiologis tingkat kedua (the second order
semiological system), penenda-penanda berhubungan dengan petanda-petanda
sedemikian sehingga menghasilkan tanda. Selanjutnya, tanda-tanda pada tataran
pertama ini padagilirannya hanya akan menjadi penanda-penanda yang
berhubungan pula dengan petanda-petanda pada tataran kedua. Pada tataran
signifikasi lapis kedua inilah mitos bercokol. Aspek material mitos, yakni penanda-
penanda pada the second order semiological system itu dapat disebut sebagai
retorik atau konotator-konotator yang tersusun dari tanda-tanda pada sistem
pertama;sementara petanda-petandanya sendiri dapat dinamakan sebagai fragmen
ideologi.

3
B. Sejarah Semiotika
Semiotika memiliki dua bapak besar yang berpengaruh besar, yaitu
Fredinand de Saussure dan Charles Sander Peirce. Keduanya
mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak memiliki
hubungan bahkan mengenal satu sama lain. Saussure mengembangkan
semiotika di Eropa dan Pierce berkewarganegaraan Amerika Serikat (US).
Bagi Saussure semiotika atau semiosis adalah sebuah ilmu umum tentang
tanda, suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam
masyarakat. Sedangkan Peirce mengartikan semiotika tidak lain adalah
sebuah nama lain dari logika, yaitu doktrin formal tentang tanda-tanda.
Semiotika merupakan suatu cabang ilmu filsafat yang semula berkembang
dalam bidang bahasa, kemudian dalam perkembangannya ikut merambahi
bidang seni juga. Perkembangan semiotika kemudian membedakan dua
jenis semiotika, yakni semiotika komunikasi dan semiotika
signifikasi.Semiotika komunikasi menekankan pada teori produksi tanda
yang salah satunya mengasumsikan adanya enam faktor dalam
komunikasi, yaitu:Pengirim, penerima, kode, pesan, saluran komunikasi,
dan acuan.Sedangkan semiotika signifikasi memberikan tekanan pada teori
tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. Pada jenis yang
kedua ini tidak dibicarakan adanya tujuan berkomunikasi. Sebaliknya yang
diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses
kognisinya lebih diperhatikan dari pada komunikasinya.

4
Perkembangan studi Semiotika di Indonesia bisa dilihat misal di tahun
1990an. “Di awal dekade 1990an kelompok studi mahasiswa belajar semiotika
bukan dari teks-teks kuliah justru. Kemudian menurut Emmanuel Subangun
mengatakan bahwa pada 1992 telah berdiri Lingkaran Peminat Semiotik  di
Jakarta,” kata Muzayin. Ini cukup menggembirakan, menurutnya.Bagi semiotika,
komunikasi adalah titik sentral untuk memahami kebudayaan (culture), kata
Muzayin. “Ini khususnya bagi cultural semiotics,” jelas Muzayin.  Sedangkan
bagi Biosemiotics, komunikasi adalah konsep mendasar untuk memahani nature.
Muzayin melanjutkan, bahkan bagi ecosemiotics, komunikasi adalah sentral untuk
memahami dinamika relasi culture-nature.“Di level hewan dan tumbuhan, bahkan
semiotik dipahami sebagai komunikasi antara keduanya untuk melihat proses
semiosis,” kata Muzayin menambahkan. Ini adalah perspektif yang perlu kita
pahami bersama.

C. Tradisi Semiotika

Robert Craig dalam Littlejhon (2009) membagi menjadi tujuh tradisi dalam
penelitian ilmu komunikasi dimana masing-masing tradisi tersebut hadir dalam
ranah komunikasi. Keseluruh tradisi yang dibangun Robert Craig dalam Littlejhon
membelah penelitian menjadi lebih spesifik dan hal tersebut perlu dilakukan
mengingat perkembangan ilmu komunikasi yang cepat dan dipengaruhi dinamika
sosial seperti penggunaan teknologi komunikasi, revolusi industry dan politik
global (Littlejhon & Foss, 2009:5). Ketujuh tradisi tersebut tersusun mulai dari
tradisi semiotik, fenomenologis, sibernetika, sosiopsikologis, sosiokultural,
retorika, dan kritis.

Manusia hidup dikelilingi oleh tanda dan simbol. Di sekeliling ruangan kerja
anda saja sudah terdapat setidaknya ada 4 simbol dan tanda yang berbeda. Dalam
sebuah kesempatan coba untuk memilih 1 dari 4 simbol yang ada di ruang kerja
tersebut. Dari simbol atau tanda yang dipilih merupakan representasi lain dari
bentuk aslinya, karena simbol atau tanda tersebut membawa membawa sesuatu
pengalaman yang lain yang memiliki hubungan dengan pikiran tersebut. Sebagai
contoh, jika dalam ruangan kerja anda terdapat 4 simbol dan tanda seperti, bingkai
foto keluarga, perangkat komputer canggih milik Apple, tumpukan compact disk
yang berisi lagu-lagu grup band luar negeri, atau lemari yang berisi penuh buku
belum terbaca. Masing-masing benda tersebut sebenarnya tidak melambangkan
wujud aslinya terhadap anda. Mereka membawa hubungan- hubungan yang bisa
saja berupa kenangan, kebutuhan, gaya hidup, yang akhirnya mempengaruhi anda
untuk menentukan 1 yang terbaik dari 4 simbol yang berada padaruangan tersebut.
Semisalnya anda memilih lemari penuh dengan isi buku yang belum sempat
terbaca, coba anda telaah kembali apa pesan yang tersirat pada simbol tersebut
dengan pikiran anda. Lebih jauh, coba anda bandingkan lemari buku tersebut
dengan lemari penyimpanan berkas-berkas kerja anda. Lemari tersebut seakan
melambangkan anda didepan rekan /kolega sehingga setiap mereka yang masuk
ke ruang kerja anda tersebut menyimpulkan bahwa anda orang yang gemar
membaca sehingga memiliki pemikiran yang luas dan cenderung pintar. Terlepas
lemari buku tersebut adalah hal yang disengaja ataupun tidak, simbol buku dalam
lemari tersebut bisa saja merupakan hal kesengajaan yang diciptakan sehingga
anda ingin dinilai seperti apa yang anda bayangkan orang untuk menilainya. Salah
satu prinsip komunikasi yaitu dalam berbagai tingkat kesengajaan komunikasi
berlansung. Stimulus merupakan konsep dasar dari tanda yang
menghadirkantanda dalam beberapa kondisi lain sebagai contoh ketika
gerombolan semut dating menandakan adanya makanan atau minuman berasa
manis yang tercecer atau tumpah di lantai. Selain tanda, simbol yang merupakan
sesuatu yang menandakan tanda yang kompleks dengan banyak makna, termasuk
makna yang sangat khusus sehingga tanda dan simbol dapat dibedakan dalam
referensinya. Tanda dalam realitasnya memiliki referensi yang jelas terhadap
sesuatu sedangkan simbol tidak Semiotik melibatkan ide dasar yang menegaskan
bahwa maknahadir sebagai hasilketerkaitan di antara tiga hal; benda (sesuatu yang
dituju), manusia (sebagai penafsir), dan tanda. Salah satu tokoh tradisi ini adalah
Charles Saunders Pierce dalam Littlejhon yang mendefinisikan semiosis sebagai
hubungan di antara tanda, benda, dan arti. Artinya tanda tersebut merupakan
bagian atau representasi dari benda yang ditunjuk di dalam benak penafsir.
Sebagai contoh, kata Mercedes adalah mobil mewah, mewah bagi kalangan atau
pikiran orang-orang yang belum pernah memilikinya bahkan hanya
beranganangan ingin memilikinya. Mercedes bukan mewah bagi siapa saja yang
sudah memiliki Jaguar dan Rolls Ryoce sehingga ketiga elemen tersebut
membentuk segitiga semantik yang melibatkan benda yang dituju, tanda, dan
manusia sebagai penafsir. Selanjutnya, semiotik dibagi ke dalam tiga wilayah
kajian yaitu semantik, sintaktik, dan pragmatic.Charles Morris dalam Littlejhon
(2009:55) memberikan jalur pemahaman yang mudah dalam memahami kajian
semiotika. Menurutnya, kajian semiotika pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam
tiga cabang penelitian yakni sintaktik, semantik dan pragmatik.

1. Sintaktik (syntactics) atau sintaksis (syntax) merupakan kajian semiotik


yang berupaya menghadirkan formalitas hubungan diantara tanda yang
terkait. Sehingga kaidah atau aturan yang menjadi pengendali atas
hubungan atas intepretasi dan tuturan /gramatika.
2. Semantik (semantics) merupakan kajian semiotik yang mempelajari
hubungan tanda dengan objek yang diacunya. Tanda yang menjadi acuan
dalam kajian ini adalah tanda yang sebelum digunakan dalam tuturan
tertentu disebut dengan designate.
3. Paragmatik (pragmatics) merupakan kajian semiotik yang mempelajari
aspek-aspek komunikasi yang memiliki fungsi situasional yang melatari
tuturan yang berhubungan dengan tanda yang dintepretasikan (Wibowo,
2006:6).
BAB

III

Penutup

A. Kesimpulan
Semiotika adalah sebuah teori yang berkembang dalam berbagai disiplin
ilmu, baik itu humaniora, sosial maupun eksakta. Semiotika awalnya
dipergunakaan dalam ilmu linguistik, yang ditokoh oleh piere dan
saussure. Teori ini meletakkan lambang sebagai bagian dari komunikasi.
Komunikasi bisa terjadi secara timbal balik dan sarat dengan makna-
makna, baik yang sifatnya denotatif, konotatif, atau tersamar . dalam seni
pertunjukan, teori semiotik digunakan untuk mengkaji aspek aspek verbal
terutama dialog atau teks nyanyian, serta aspek-aspek nonverbal seperti
gerak-gerik mimik muka, layar atau panggung, warna tata busana,dll.

Anda mungkin juga menyukai