Anda di halaman 1dari 18

suci kustyaningsih

Kamis, 30 Agustus 2012

Makalah Kajian Fiksi Bekisar Merah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kita hidup di dunia berkaitan dengan tanda dan diri kitapun bagian dari tanda itu sendiri. Tanda-tanda
tersebut kemudian dimaknai sebagai wujud dalam memahami kehidupan. Manusia melalui kemampuan
akalnya berupaya berinteraksi dengan menggunakan tanda sebagai alat untuk berbagai tujuan, salah
satu tujuan tersebut adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain sebagai bentuk adaptasi dengan
lingkungan. Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, setidaknya orang lain tersebut memahami
maksud pesan kita, kurang kebih secara tepat. Supaya komunikasi dapat terlaksana, maka kita harus
membuat pesan dalam bentuk tanda (bahasa, kata). Bahasa merupakan alat komunikasi yang terpenting
dalam kehidupan manusia. Kata-kata yang dibentuk dalam bahasa diungkap melalui satu sistem
perlambangan yang dapat dipahami secara lisan maupun tulisan. Semua ini terungkap dalam tuturan,
gerak laku maupun perbuatan. Kadang-kala, lambang-lambang yang digunakan dalam bahasa agak sukar
untuk dipahami sehingga memerlukan satu bentuk kajian melalui disiplin tertentu. Maka, disiplin inilah
yang diterapkan melalui pendekatan semiotik. Ia adalah disiplin yang terbentuk dari hasil gabungan
beberapa bidang ilmu lain termasuk antropologi, lingusitik, psikologi, sosiologi dan lain-lain.

1.2 Rumusan Masalah

Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah kajian fiksi dalam menganalisis sebuah novel berdasarkan
semiotikanya. Untuk itu berikut rumusan masalah yang dibahas dalam isi makalah:

1. Apa Pengertian Semiotik?

2. Apa saja kajian semiotic yang terdapat dalam novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari?

3. Bagaimana keterkaitan semiotic yang dibuat oleh pengarang dengan kesesuaian cerita?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu supaya mahasiswa mengetahui tentang semiotic dan dapat menganalisis
sebuah novel dari unsure semiotiknya.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Semiotik


Semiotika berasal dari kata Yunani: semeion, yang berarti tanda. Semieon merupakan istilah yang
digunakan oleh orang Greek untuk merujuk kepada ilmu yang mengkaji sistem perlambangan atau
sistem tanda dalam kehidupan manusia. Inilah akar dari terbentuknya istilah semiotik, yaitu kajian
sastra yang meneliti sistem perlambangan dan berhubung dengan tanggapan dalam karya. Semiotik
juga dapat dikatakan sebuah disiplin ilmu umum yang mengkaji sistem perlambangan di setiap bidang
kehidupan. Ia bukan saja merangkum sistem bahasa, tetapi juga merangkum lukisan, maupun
pementasan drama. Oleh sebab itu kajian semiotik dapat diterapkan ke berbagai bidang ilmu dan boleh
dijadikan asas kajian sebuah kebudayaan. Karena sosiologi dan linguistik merupakan bidang kajian yang
mempunyai hubungan di antara satu sama lain, semiotik yang mengkaji sistem tanda dalam bahasa juga
berupaya mengkaji wacana yang mencerminkan budaya dan pemikiran. Justru, yang menjadi perhatian
semiotik adalah mengkaji dan mencari tanda-tanda dalam wacana serta menerangkan maksud daripada
tanda-tanda tersebut dan mencari hubungannya dengan ciri-ciri tanda itu untuk mendapatkan makna
signifikasinya

2.2 Sejarah Ringkas Semiotik

Semiotik adalah sains yang mengkaji sistem perlambangan telah ada sejak zaman Greek, yaitu; zaman
Plato dan Aristotles. Kedua tokoh tersebut telah memulakan sebuah teori bahasa dan makna. Namun
tidak lama selepas itu, teori ini dirasakan tidak wajar, lalu kegunaan dan keunggulannya mula menjadi
lemah. Namun, pada abad ke 17, pendekatan semiotik mula mendapat perhatian John Locke, seorang
ahli falsafah Inggeris untuk menjelaskan doktrin perlambangan ketika itu. Kali ini, kemunculan
pendekatan semiotik berangsur-angsur mendapat perhatian sehingga ia mula mendapat tempat di
kalangan tokoh-tokoh yang terkemuka seperti Ferdinand de Saussure (1875-1913), seorang ahli
linguistik Eropah dan Charles Sander Pierce (1839-1914), seorang ahli falsafah Amerika pada abad ke 19.
Oleh karena semiotik merupakan gabungan dari disiplin-disiplin lain, maka selalu ada perkembangan
mengenai disiplin ilmu ini sehingga ada pada saat ini yang telah dikenalkan melalui beberapa tokoh
sebelumnya.

2.3 Teori Semiotik

A. C.S Peirce

Peirce mengemukakan semiotic sebagai teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga
elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant.

peirce1.jpg

Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan
merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut
Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari
perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda
ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau
sesuatu yang dirujuk tanda. Hal yang terpenting dalam proses semiotik adalah bagaimana makna
muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.

B. Ferdinand De Saussure

Menurut Saussure, tanda terdiri dari: Bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan
konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified.

saussure1.jpg

Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang
lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent”. Hampir serupa
dengan Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya
Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam
proses penandaan. Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpat
maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah, menurut Saussure, “Signifier dan
signified merupakan kesatuan, tak dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas.” (Sobur, 2006).

C. Roland Barthes

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan
kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan
bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda
situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks
dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan
konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of
signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang
lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun
Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure.

barthes1.jpg

Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “Mitos”
menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-
signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan
membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang
menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.

Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi “keramat” karena dianggap
sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi “keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi
umum yang melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi
menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini,
“pohon beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos.

D. Baudrillard

Baudrillard memperkenalkan teori simulasi. Di mana peristiwa yang tampil tidak mempunyai asal-usul
yang jelas, tidak merujuk pada realitas yang sudah ada, tidak mempunyai sumber otoritas yang
diketahui. Konsekuensinya, kata Baudrillard, kita hidup dalam apa yang disebutnya hiperrealitas (hyper-
reality). Segala sesuatu merupakan tiruan, tepatnya tiruan dari tiruan, dan yang palsu tampaknya lebih
nyata dari kenyataannya (Sobur, 2006). Sebuah iklan menampilkan seorang pria lemah yang kemudian
menenggak sebutir pil multivitamin, seketika pria tersebut memiliki energi yang luar biasa, mampu
mengerek sebuah truk, tentu hanya ‘mengada-ada’. Karena, mana mungkin hanya karena sebutir pil
seseorang dapat berubah kuat luar biasa. Padahal iklan tersebut hanya ingin menyampaikan pesan
produk sebagai multivitamin yang memberi asupan energi tambahan untuk beraktivitas sehari-hari agar
tidak mudah capek. Namun, cerita iklan dibuat ‘luar biasa’ agar konsumen percaya. Inilah tipuan realitas
atau hiperealitas yang merupakan hasil konstruksi pembuat iklan. Barangkali kita masih teringat dengan
kehidupan di sekitar kita seperti di pasar-pasar tradisional melihat atraksi seorang penjual obat yang
memamerkan hiburan sulap kemudian mendemokan khasiat obat di hadapan penonton? Padahal
sesungguhnya atraksi tersebut telah ‘direkayasa’ agar terlihat benar-benar manjur di hadapan penonton
dan penonton tertarik untuk beramai-ramai membeli obatnya.

E. Jaques Derrida

Derrida terkenal dengan model semiotika Dekonstruksinya. Dekonstruksi, menurut Derrida, adalah
sebagai alternatif untuk menolak segala keterbatasan penafsiran ataupun bentuk kesimpulan yang baku.
Konsep Dekonstruksi yang dimulai dengan konsep demistifikasi, pembongkaran produk pikiran rasional
yang percaya kepada kemurnian realitas—pada dasarnya dimaksudkan menghilangkan struktur
pemahaman tanda-tanda (siginifier) melalui penyusunan konsep (signified). Dalam teori Grammatology,
Derrida menemukan konsepsi tak pernah membangun arti tanda-tanda secara murni, karena semua
tanda senantiasa sudah mengandung artikulasi lain (Subangun, 1994 dalam Sobur, 2006: 100).
Dekonstruksi, pertama sekali, adalah usaha membalik secara terus-menerus hirarki oposisi biner dengan
mempertaruhkan bahasa sebagai medannya. Dengan demikian, yang semula pusat, fondasi, prinsip,
diplesetkan sehingga berada di pinggir, tidak lagi fondasi, dan tidak lagi prinsip. Strategi pembalikan ini
dijalankan dalam kesementaraan dan ketidakstabilan yang permanen sehingga bisa dilanjutkan tanpa
batas.

Sebuah gereja tua dengan arsitektur gothic di depan Istiqlal bisa merefleksikan banyak hal.
Kegothicannya bisa merefleksikan ideologi abad pertengahan yang dikenal sebagai abad kegelapan.
Seseorang bisa menafsirkan bahwa ajaran yang dihantarkan dalam gereja tersebut cenderung ‘sesat’
atau menggiring jemaatnya pada hal-hal yang justru bertentangan dari moral-moral keagamaan yang
seharusnya, misalnya mengadakan persembahan-persembahan berbau mistis di altar gereja, dan
sebagainya.

Namun, Ke-gothic-an itu juga dapat ditafsirkan sebagai ‘klasik’ yang menandakan kemurnian dan
kemuliaan ajarannya. Sesuatu yang klasik biasanya dianggap bernilai tinggi, ‘berpengalaman’, teruji
zaman, sehingga lebih dipercaya daripada sesuatu yang sifatnya temporer.Di lain pihak, bentuk gereja
yang menjulang langsing ke langit bisa ditafsirkan sebagai ‘fokus ke atas’ yang memiliki nilai spiritual
yang amat tinggi. Gereja tersebut menawarkan kekhidmatan yang indah yang ‘mempertemukan’ jemaat
dan Tuhan-nya secara khusuk, semata-mata demi Tuhan. Sebuah persembahan jiwa yang utuh dan
istimewa.

Dekonstruksi membuka luas pemaknaan sebuah tanda, sehingga makna-makna dan ideologi baru
mengalir tanpa henti dari tanda tersebut. Munculnya ideologi baru bersifat menyingkirkan
(“menghancurkan” atau mendestruksi) makna sebelumnya, terus-menerus tanpa henti hingga
menghasilkan puing-puing makna dan ideologi yang tak terbatas. Berbeda dari Baudrillard yang melihat
tanda sebagai hasil konstruksi simulatif suatu realitas, Derrida lebih melihat tanda sebagai gunungan
realitas yang menyembunyikan sejumlah ideologi yang membentuk atau dibentuk oleh makna tertentu.
Makna-makna dan ideologi itu dibongkar melalui teknik dekonstruksi. Namun, baik Baurillard maupun
Derrida sepakat bahwa di balik tanda tersembunyi ideologi yang membentuk makna tanda tersebut.

2.4 Analisis Novel Bekisar Merah Berdasarkan Semiotiknya

Bab I

o Hujan di sore hari pohon-pohon kelapa di seberang lembah itu seperti perawan mandi basah; segar,
penuh gairah, dan daya hidup. Pelepah pelepah yang kuyup adalah rambut basah yang tergerai dan
jatuh di belahan punggung. Batang-batang yang ramping dan meliuk-liuk oleh embusan angin seperti
tubuh semampai yang melenggang tenang dan penuh pesona. Ketika angin tiba-tiba bertiup lebih
kencang pelepah-pelepah itu serempak terjulur sejajar satu arah, seperti tangan-tangan penari yang
mengikuti irama hujan, seperti gadis-gadis tanggung berbanjar dan bergurau di bawah curah pancuran.

o Lukisan besar di seberang lembah mendadak mendapat pencahayaan yang kuat dan menjadikannya
lebih hidup. Warna-warninya muncul lebih terang, matra ketiganya smakin jelas. Muncul pernik-pernik
mutiara yang berasal dari pantulan sempurna cahaya matahari oleh dedaunan yang kuyup dan
bergoyang. Dari balik bukit, di langit timur yang biru-kelabu, muncul lengkung pelangi. Alam
menyelendangi anak-anak perawannya yang selesai mandi besar dengan kabut cahaya warna-warni.

o Suara beduk dari surau Eyang Mus sudah terdengar, sayup menyelinap ke hujan. Asar sudah lewat
dan senja hampir tiba. Makin kecil saja kemungkinan Darsa bisa mengangkat niranya sore ini, karena
belum juga tampak tanda-tanda cuaca akan berubah. Tanda suara beduk mengartikan hari sudah
menjelang malam dan waktunya untuk menjalankan ibadah. Sehingga bila malam mulai dating tidak
mungkn lagi bagi Darsa memanjat pohon untuk mengambil nira kelapa.

o Tubuh ramping Darsa dengan otot kuat dan seimbang serta pundak yang melengkung ke depan
menandakan ia seorang penyadap yang selalu memanjat, memeluk pohon kelapa menggunakan
kekuatan tangan sehingga membentuk tubuh dan otot yang kuat.

o Mata Lasi yang kaput, kulit kuning langsat, rambut yang hitam, berlesung pipi menandakan Lasi
wanita cantik dan berketurunan Jepang

o Lasi yang merasa dingin masuk ke bilik tidur hendak mengambil kebaya. Kebaya disini merupakan
gambaran bahwa sifat tradisional Lasi dalam berpakaian melekat pada dirinya. Dan pada umumnya
memang masyarakat di desa berpakaian masih ke daerahan ataupun menggunakan kebaya.

o Tetapi Lasi yang merasa dingin masuk ke bilik tidur hendak mengambil kebaya. Dan Darsa
mengikutinya, lalu mengunci pintu dari dalam. Keduanya tak keluar lagi. Ada seekor katak jantan
menyusup ke sela dinding bambu, keluar melompat-lompat menempuh hujan dan bergabung dengan
betina di kubangan yang menggenang. Pasangan-pasangan kodok bertunggangan dan kawin dalam air
sambil terus mengeluarkan suaranya yang serak dan berat. Induk ayam di emper belakang merangkul
semua anaknya ke balik sayap-sayapnya yang hangat. Udara memang sangat dingin. Wacana tersebut
sebenarnya memaknai bahwa Darsa dan Lasi sedang bermesraan dan layaknya hubungan suami istri.
Pengarang menggunakan semiotic melalui tingkah pasangan kodok dan ayam serta udara dingin yang
mendukung semiotic itu.

o Darsa pergi ke sumur untuk mengguyur tubuhnya. Sumur merupakan tempat untuk mengambil air,
mencuci dan mandi. Dan sumur umumnya banyak dijumpai di daerah pedesaan, bukan perkotaan.
Disini Darsa menggunakan sumur untuk membersihkan diri (mandi)

o Lasi mandi besar lagi meski rambutnya belum sempat kering. Mandi besar maksudnya
membersihkan badan beserta mencuci rambut

o Ketika tepat berada di tengahnya ia melihat setangkai pelepah pinang kuning tiba-tiba runduk lalu
lepas dari batang dan melayang jatuh ke tanah. Pelepah itu terpuruk menimpa rumpun nanas liar. Di
atas sana pelepah pinang itu meninggalkan mayang putih bersih dan masih setengah terbungkus
selubung kelopak. Darsa merasa seakan baru melihat sebuah kematian. Mayang putih menyimbolkan
bunga putih yang sering dijumpai di sekitar kuburan

o Banyak celoteh mengatakan bahwa Lasi yang berkulit putih dengan mata dan lekuk pipi yang khas itu
sesungguhnya lebih pantas menjadi istri lurah daripada menjadi istri seorang penyadap. Umumnya gadis
yang cantik dan sempurna fisiknya biasanya layak menjadi istri dari orang yang tinggi jabatan atau
pangkatnya

o Mata para lelaki tiba-tiba menyala bila mereka memandang Lasi. Hal ini berarti meyakinkan bahwa
Lasi itu memang gadis yang cantik sehingga mata mereka menyala (tidak mau melewatkan apa yang
telah dilihatnya)
o Emak Lasi mempunyai nasihat yang jitu: segeralah mandi, menyisir rambut, dan merahkan bibir
dengan mengunyah sirih. Kenakan kain kebaya yang terbaik lalu sambutlah suami di pintu dengan
senyum. Wacana ini merupakan nasihat yang digunakan untuk menyambut suami dari kelelahannya
setelah bekerja. Memerahkan bibir dengan sirih merupakan salah satu cara merias diri (pengganti
lipstick). Menggunakan kebaya terbaik menunjukkan kecantikan dan kewanitaan. Dengan mandi,
menyisir rambut, dan memerahkan bibir,serta berpakaian rapi merupakan persiapan diri menyenangkan
hati suami, sehingga suami pun menjadi senang walaupun ia sudah letih dari pekerjaannya

o Beduk kembali terdengar dari surau Eyang Mus. Magrib. Pada saat seperti itu selalu ada yang
ditunggu oleh Lasi; suara "hung", yaitu bunyi pongkor kosong yang ditiup suaminya dari ketinggian
pohon kelapa. Untuk memberi aba-aba bahwa dia hampir pulang. Yang menjadi symbol dari wacana
diatas yaitu suara ‘hung’ saat magrib sebagai penanda Darsa akan pulang

o Lasi menegakkan kepala ketika terdengar suara "hung". Wajahnya yang semula tegang, mencair. Kata
mencair merupakan symbol suasana batin senang setelah mendengar suara hung yang ia anggap
suaminya, Darsa akan segera pulang

o Mukri yang tiba-tiba datang dan mengatakan ada kodok lompat merupakan mitos yang juga dapat
dikatakan proses semiotic menurut Roland Barthes. Kata ‘jatuh’ adalah hal yang pantang disebutkan
bagi kalangan penyadap ketika ada yang jatuh dari pohon kelapa. Untuk itu masyarakat jadi tersugesti
untuk mengucapkan kodok lompat saat kejadian itu terjadi pada mereka. Semiotik Kodok lompat ini
menjadi penanda bahwa ada seorang penyadap yang jatuh dari pohon

o Ketika langit sedetik benderang terlihat awan hitam mulai menggantung. Lasi mengisak karena
mendengar dari jauh suara burung hantu. Orang Karangsoga sering menghubungkan suara burung itu
dengan kematian.

o Karangsoga, 1961, jam satu siang. Bel di sekolah desa itu berdering. Terdengar ramai para murid
memberi salam bersama kepada guru. Sepuluhan anak lelaki dan perempuan keluar dari ruang kelas
enam. Lepas dari pintu kelas mereka bersicepat menghambur ke halaman dan langsung diterpa terik
matahari. Bel jam satu siang pertanda aktivitas di sekolah telah berakhir, dan mereka bergegas pulang

o Ketiga teman sekelas itu biasa menggoda Lasi, baik di dalam kelas apalagi di luarnya. Kini ketiganya
cengir-cengir lagi dan Lasi menatap mereka dengan mata membulat penuh. Pipinya serta-merta merona.
Ada ketegangan merentang titian pinang sebatang. Lasi menatap bulat dengan pipi merona
menandakan Lasi marah

o "Lasi-pang, si Lasi anak Jepang," ujar yang satu sambil memonyongkan mulut dan menuding wajah
Lasi. Seorang lagi menjulurkan lidah. Memonyongkan mulut, menuding wajah, menjulurkan lidah
menyimbolkan bahwa mereka mengejek Lasi

o Matanya yang bulat dan jernih terus memandang Lasi yang masih berurai air mata. Lama-lama mata
Kanjat ikut basah. Mata yang basah menunjukkan Kanjat ikut bersedih, menangis
o Gadis di Karangsoga yang menikah pada usia duapuluh menggambarkan social budaya masyarakat itu
sendiri yang menikah di usia muda. Usia duapuluh dan belum menikah menjadi icon tersendiri bagi
masyarakat itu.

o Di timur sinar matahari menyemburat dari balik bayangan bukit. Puncak-puncak pepohonan mulai
tersapu sinar merah kekuningan. Dari sebuah sudut di Karangsoga pemandangan jauh ke selatan
mencapai dataran rendah yang sangat luas. Wacana diatas menggambarkan suasana pagi dan cahaya
matahari yang mulai menerangi daratan.

o Darsa mengangkat alis menandakan dia heran atau bahkan terkejut

o Matahari hampir mencapai pucuk langit, Pertanda hari semakin siang

BAB 3

Pada bagian ketiga Novel Bekisar Merah karya achmad tohari mengandung semiotik yang dapat di
analisis dan di telaah sebagai berikut :

sebuah sungai kecil yang bermula dari jaringan parit-parit alam di lereng gunung sebelah utara
Karangsoga. Pada wilayah yang tinggi Kalirong lebih menyerupai jurang panjang dengan aliran air jernih
di dasarnyanamun tak tampak dari atas karena tertutup semak paku-pakuan

Sungai Kecil Tanda dari Kalirong

Batu-batu besar, beberapa diantaranya sangat besar, teronggok diam seperti pengawal abadi yang
merendam diri sepanjang masa dalam air jernih Kalirong.
pengawal abadi Tanda dari Batu-batu besar

Buahnya yang kecil dan bulat sering jatuh ke air oleh gerakan berbagai jenis burung yang sedang
berpesta dalam kerimbunan daun pohon besar itu. Plang-plung suara buah beringin menimpa air.

Plang-plung suara buah beringin menimpa air ------- Buahnya yang kecil dan bulat sering jatuh ke air

Seekor burung merah yang sangat mungil terbang-hinggap pada ranting beringin yang menjulur,
menggantung hampir menyentuh air, menggoyang tangkai-tangkai benalu yang tumbuh di sana

menggantung hampir menyentuh air, menggoyang tangkai-tangkai benalu yang tumbuh di sana

Seekor burung merah yang sangat mungil terbang-hinggap pada ranting beringin yang menjulur

Kukira kamu memang salah. Kamu telah menyakiti istrimu. Kamu juga telah mengabaikan angger-
angger, aturan Gusti dalam tata krama kehidupan.

"Sejak semula saya tidak ingin melakukan kesalahan ini. Sungguh, karena seperti yang sudah saya
katakan, saya juga sudah bisa menduga apa akibatnya. Tetapi kesalahan itu benar-benar telah saya
lakukan.

"Aku juga harus mengawini Sipah meskipun aku tak menghendakinya.

· gambar penderitaan

· melekat

· berahi
· mudah memikulnya.

· menunduk lesu

· Mengangguk-angguk

· Menunduk

· menelan ludah

BAB 4

Kata “Geisha” yang diperbincangkan oleh Bu Lanting dan Pak Handar beni menunjukkan perempuan
yang cantik identik dengan pelacur khas Jepang hal ini mereka menyamakan kecantikan Haruko yang
nantinya akan disamakan dengan Lasih dari fisiklinya.

“Ndak gitu. Untuk nyicipi seorang gadis Jepang, mudah. Aku punya uang. Namun untuk memboyong dia
ke rumah ada halangan politis atau halangan tatakrama, atau smacam itu.”

Kalimat diatas dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang
objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Maka tanda tersebut merupakan tanda
kekuasaan pak Handarbeni yang dengan mudah menguasai segalanya dengan uang. Selanjutnya pada
kalimat berikutnya, ‘halangan politis’ dan halangan ‘tata krama’ selanjutnya pada kata ngembari
srengenge merupakan penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat atau tokoh dari Pak
Handarbeni. Hal ini mitos dari suku Jawa yang takut nantinya akan kualat. Konotasi dari ngembari
srengenge yang salah satu bahasa jawa ini yang berkembang menjadi asumsi dari symbol ‘kualat’.

Tanda kata yang dipakai tokoh dalam membicarakan keturnan Jepang sebagai barang langka, benda-
benda antik, atau bekisar. Hal ini menandakan bahwa langkanya itu diakibatan sedikitnya keturunan
Jepang yang tinggal di Indonesia, dan lagi sangat cantik, bekisar berarti dalam hal ini menjadi peliharaan
manis bagi hidung belang.

Tokoh handarbeni yang mengatakan dalam ucapannya ‘gagah-gagahan’ menunjukkan sebuah tanda
bahwa hidupnya mengambil seorang perempuan cantik hanyalah untuk menjadi ajang pamer bagi
teman-teman sejawatnya.

Menurt Zoest satu hal tanda kegilaan dalam seseorang, hal ini tergambar dalam tokoh Pak Handarbeni,
ketika ia menceritakan peristiwa kebetulannya ketika zaman perang atau kontak senjata ia hanya
menikmatinya seperti bermain petasan.

‘Mata lelaki 61 tahun itu menyala’ kalimat ini menandakan bahwa pak handarbeni seorang yang tua
akan tetapi masih bernapsu besar. Hanya melihat photo saja ia sudah bergairah dibuktikan dengan
hanya memandang photo matanya menyala-nyala.
Ketika Handarbeni mengamati tiga photo Lasih yang berukuran seluruh badan, setengah dan close up
menandakan bahwa ia ingin jauh mengetahui fisik si Lasih, akan tetapi mengapa

harus tiga photo dan berbagai ukuran. Hal ini telah mencerminkan bahwa Pak Handarbeni ini seorang
yang teliti dalam memilih sesuati hal.

Keluguan dan kemalu-maluan photo Lasih menandakan bahwa Pak Handarbeni tertarik dengan gadis
lugu, sebab juga dijelaskan oleh pencerita bahwa Pak Handarbeni ini tak sabar lagi untuk menemui
Lasih, ketika melihat photonya yang cantik. Hal ini juga menunjukkan nafsu pria tua ini terhadap seorang
gadis.

Bu Lanting sering membawa Lasih keluar, makan-makan di restoran dan belanja. Menandakan bahwa bu
Lanting ini telah terbiasa untuk menjinakkan dalam artian seseorang yang akan dijualnya itu berbalas
budi padanya hingga semua kemauan Bu Lanting nantinya akan terturuti oleh Lasih.

“Berkisarku sudah jinak dan betah di kota” hal ini sebuah ungkapan dan tanda bahwa ini kepuasan batin
Bu Lanting yang telah berhasil membuat Lasih menjadi gadis yang berbeda dari sebelumnya, gadis yang
tiak lugu lagi dan lebih santai.

“Kamu adalah anakku dan cantik” kalimat ini telah menandakan bahwa Bu Lanting memberi
kenyamanan kepada Lasih agar ia semakin percaya diri, dan semakin mengakrabkan dirinya kepada
Lasih.

Tanda peristiwa muncul ketika Lasih berada dalam kamar, ketika ia duduk di kamar seorang diri, Lasi
merasa ada kerusuhan besar dalam hatinya. Hal ini menandakan ada yang berbeda kini dalam dirinya,
ada sesuatu yang ia takutkan hingga hatinya hatinya merasa keruh dan bingung.

Tanda gerakan mata ketika lasi mendengar bel dan matanya terpaku, hal ini menandakan ia bertemu
seseorang yang membuat ingatan dalam pikirannya bekerja keras. Matanya kaput, mata sakura. Hal ini
menandakan bahwa Lasi memiliki mata serupa dengan mata seorang Jepang yang terkenal dengan
bunga Sakura. Sebenarnya tak ada kaitan ketika kita membicarakan antara mata dan sakura. Sebab mata
adalah alat indra sedangkan sakura adalah bunga yang khas dari jepang berwarna merah muda dan
mempunyai kelopak berjumlah empat buah. Apakah kita mengkyalkan bahwa mata Lasi seperti itu. Ini
merupakan tanda dari fisik tokoh yang menggambarkan matanya sipit seperti orang Jepang.

Sebuah tanda ketika Lasi memakai pakaian kimono, hal ini membuat Lasih diperbuat seperti layaknya
gadis Jepang. Ada maksud tertentu dari seorang Bu Lanting yang merias Lasi dengan pakaian seperti itu.

Ada sebuah tanda kembali ditemukan ketika Lasi bertemu Kanjat, ia dengan mudah mengingat
peristiwa semasa kecil hal ini menunjukkan hal itu atau peristiwa tersebut merupakan poeristiwa indah
dalam hidup Lasi. Lalu ketika matanya memerah ingin berpisah hal ini menandakan adanya kesedihan
yang teramat dalam antara mereka berdua, adanya kerinduan yang lama tak bertemu dan secepat itu
berpisah. Sebuah tanda kisah yang romantis dapat kita simpulkan saat pengarang memposisikan alur
antara Lasi dan Kanjat pada episode itu. Dan senyumnya membuat Lasi memerah. Hal ini menandakan
bahwa Lasi tersipu malu.
Semiotik penggambaran fisik selanjutnya ditemukan ketika Lasi bertemu dengan si tua Handarbeni, yang
mempunyai wajah gemuk hampir membentuk bulatan. Tengkuk dan dagunya tebal. Hidungnya gemuk
dan berminyak. Hal ini menandakan bahwa pak Handarbeni ialah berperawakan tidak menarik dan
buruk. Seperti yang diceritakan kembali oleh pengarang ia seperti seorng guru tua. Wajah Lasi merona
ini menandakan ia tersipu malu.

Ketika bertemu dengan Lasi sebuah peristiwa ang menandakan pak Han ini orang yang menggelikan
dengan sikapnya yang seperti orang tua hidung belang, membuat pembaca merasa rengkuh melihat
sikap dan gaya pak Han ini. Sikap Han terkekeh ketika bertemu dengan Bu Lanting menandakan ia sangat
puas dengan Lasi.

Sejak pulang dari rumah Bu Lanting kanjat terus memikirkan Lasi hal ini bertanda ia telah jatuh hati
dengan Lasi dan selalu berdebar dalam hatinya. Lalu percakapan antara Kanjat dan Prdi yang
mengatakan’ terus terang aku sesungguhnya merasa kasihan, dan khawatir Lasi akan dijadikan
perempuan nggak bener. Hal ini telah adanya kekuatan batin dan sesuatu hal aneh yang tidak dapat
diterima logikanya oleh Kanjat. Sebab mana ada orang terlalu baik di kota Jakarta ini tanpa adanya
imbalan tertentu apalagi orang seperti bu Lanting. Satu hal yang juga menjadi titik lemah Kanjat yaitu
ketakutannya akan sesuatu hal dan tidak berani mengambil keputusan secara cepat agar Lasi selamat
dari cengkraman Bu Lanting.

Andaikan saya adalah Mas Kanjat, saya takkan peduli dengan omongan orang Karangsoga. Kata-kata
Pardi ini menandakan 2 pengertian, pertama hal itu berbentuk denotasi yaitu makna sebenarnya yang
mana ia benar-benar mempunyai maksuduntuk menikah dengan Lasi ataukah hanya makna konotasi
sebaliknya dari denotasi yang bertujuan untuk membuat hati Kanjat ingin memiliki Lasi agar tidak ragu
menjadikan Lasi sebagai istrinya.

Ada banyak tangan yang berhompim pa satu paling putih yaitu tangan Lasi, hal ini menandakan
kenangan masa kecilnya dulu sulit untuk dilupakan apalagi peristiwa bersama Lasi dan mengartikan
bahwa ternyata Kanjat dari dulu sudah mengagumi seorang Lasi.

BAB 5

Tanda berupa anggota badan di gambarkan oleh Lasih pada bab ke lima ini. Ketika ia lama terbaring di
tempat tidur, akan tetapi tak kunjung dapat tidur. Hal ini menandakan kegelisahan dalam kecamuk
hatinya. Ternyata dalam cerita selanjutnya ia memikirkan pemuda yaitu Kanjat. Dalam batin Lasi ini
menggambarkan sebuah rasa cinta yang tumbuh seketika terhadap pemuda yang ditemuinya tadi. Tapi
ia menemui dua orang lelaki yaitu itu salah seorangnya lagi pak Han, akan tetapi ini menandakan ia tiada
tertarik terhadap Pak Han tersebut.

Tanda berupa bentuk rumah tergambar juga saat Lasi mengunjungi rumah Pak Han di Slipi.yang
menceritakan kegagahan bangunan itu, lantainya yang putih, ruang kamarnya yang besar-besar,
dapurnya mengkilap, dan ada kolam ikan, perabotnya jati, dengan bantalan tebal dan empuk.setiap
kamar ada kamar mandi yang mewah. Penggambaran selanjutnya menandakan bahwa Pak Han ini
merupakan orang yang kaya benar.

Tanda photo dalam rumah Pak Han yaitu sebuah photo Lasi yang di pajang di tembok rumahnya Pak Han
dengan pakaian Kimono yang pernah ia pakai sebelumnya. Hal ini menandakan Lasi sudah di anggap
istimewa oleh Pak Han,

Tanda peristiwa ketika Lasi mendengar kata-kata dari Bu lanting yang mengatakan bahwa Pak Han
menyukainya dan menginnginkan ia menjadi istrinya. Hal itu membuat Lasi terbelalak, sejenak terpana
dan tiba-tiba sulit bernapas. Wajahnya pucat oleh guncangan yang mendadak menggoyahkan jiwanya,
sepasang akisnya merapat. Lasi gelisah. Tetapi Bu koneng tak ambil peduli. Hal ini menandakan ada
suatu keidak siapannya Lasi akan hal itu yang membuat hatinya bergemuruh kacau. Apalagi slanjtnya
pengarang mengatakan ia menangis, hal ini membuat tokoh mendapat batin yang begitu keras dan
mendapat pemikiran yang keras untuk memikirkan kehidupannya selanjutnya. Apalagi dengan sikap Bu
Lanting yang acuh dna tak acuh seoalh ia tak peduli terhadap Lasi dan suatu pemaksaan kecil dengan
buaian kesenangan materi yang akan diterima oleh Lasi. Seta rayuan mautnya agar Lasi ingin menikah
dengan Pak Han.

Tnpa ekspresi muka Lasi ketika mendengar perkataan Bu Lanting, kerut-kerut di keningnya
semakin jelas. Ini sebuah tanda kebingungan yang dialami oleh Lasi. Apalagi ketika membahas surat
cerai yang menurut Bu Lanting sangat mudah. Hal ini menunjukkan apapun di dunia ini sangat mudah di
urus apabila ada uang banyak. Menggambarkan persoalan hidup kekinian juga.

Sebuah tanda perasaan yang dialami oleh Lasi muncul ketika ia menangis untuk meminta surat-surat
dari Darsa dan kemudian akan menikah dengan Pak Han ia teringat dengan Kanjat. Ini bertanda ada hati
yang telah disimpannya untuk Kanjat. Dan tanda peristiwa lama yang cepat muncul dalam pikiran Lasi
ketika sebuah peristiwa pengkhianatan kembali terbuai dalam perjalanan hidupnya tersebut.

BAB 6

Banyak mata lelaki menatap Lasi

Hal ini menandakan bahwa Lasi adalah benar-benar adalah seorang perempuan yang amat cantik.
Sehingga setiap mata lelaki yang melihatnya akan sangat terkesima karena mengangumi kecantikan
yang nyaris sempurn ayang dimiliki oleh Lasi.

Lasi bisa menjadi boneka cantik yang penurut, ia akan mendapat apa yang diinginkannya betul.

Menjadi boneka yang cantik dan penurut maksud Handarbeni disini adalah Lasi tetap menjadi istrinya
yang cantik, yang selalu menuruti apa mau dari Handarbeni maka selagi Lasi dapat bersikap baik
padanya, dia akan menuruti semua keinginan Lasi.

Handarbeni memanjakan Lasi sebagai seorang penggemar unggas menyayangi bekisarnya


Pada kalimat ini yang dimaksudkan sebagai penggemar unggas adalah Handarbeni dan yang
dimaksudkan bekisar adalah Lasi. Yang mana Handarbeni sangat menyayangi dan tak ingin kehilangan
Lasi sang Bekisar. Seperti yang kita ketahui, bekisar adalah unggas elok hasil kawi silang antara ayam
huta dan ayam biasa. Sedangkan bekisar yaitu Lasi adalah hasil keturunan antara orang Jepang dan
Indonesia, namun hasilnya sanagt sempurna yaitu Lasi. Karena kecantikan Lasi lah Handarbeni tidak
ingin kehilangannya.

“ Ya, Las. kamu memang diperlukan Pak Han terutama untuk pajangan dan gengsi, “

Pajangan yang dimaksud adalah diri Lasiyah. Lasi dianggap sebagai pajangan karena sesungguhnya yang
dibanggakan dari dirinya adalah kecantikannya yang bisa ditunjukkan kepada semua orangsehingga
dapat menambah gengsi dari Handarbeni.

Kecuali beberapa anak. Mereka mengelilingi mobil Lasi, masinh-masing dengan mata membulat

Mata anak-anak membulat melihat mobil Lasi. Hal itu menandakan bahwa mobil Lasi tersebut sangat
menarik perhatian anak-anak disitu. Biasanya hal yang menarik perhatian adalah benda-benda yang
mahal, dan jarang ditemukan di daerah itu. Jadi dapat disimpulkan bahwa mobil Lasi sangat menatik
perhatian karena harganya sangat mahal dan bagus.

Sangat jelas mereka mengambil jarak

Pada umumnya oaring-orang yang mengambil jarak keppada seseorang karena disebabkan oleh bebrapa
hal. Dan pada penggalan yang berikutnya, dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang dahulu dekat
dengan Lasi kini menjaga jarak karena telah merasa tidak pantas sebab kini Lasi telah berbeda kasta
denagn mereka. Lasi kini telah menjadi orng kaya bukanlai Lasi yang mereka kenal dahulu.

Semua orang ingin memperlihatkan keakraban kepadanya dan wajah mereka cerah ketika diajak
berbicara

Wajah mereka (orang-orang karangsoga) cerah ketika diajak berbicara oleh Lasi. Padahal mereka selalu
memandang rendah Lasi, ketika Lasi masih sangat miskin, bahkan mengolok-olok Lasi ketika dia
dikhianati oleh Darsa suaminya.

Mulut mbok Wiryaji tiba-tiba rasa terkunci

Hal ini menandakan bahwa mboknya tidak lagi merasa bisa berbicara seenaknya kepada Lasik arena kini
Lasi tak lagi seperti dulu. Kini Lasi sudah sangat berbeda ketika dia telah menikah dengan orang kaya.

Kantong matanya menggantung dan tulang pipinya menonjol.

Kalimat ini menggambarkan keadaan eyang Mus. Hal ini menandakan bahwa eyang Mus tak lagi sesegar
dan sesehat dahulu. Tubuhnya telah renta dan usia yang semakin senja telah berhasil menggerogoti
tubuhnya.

Wajah Lasih mendadak terasa hangat.


Hal ini menandakan bahwa Lasi sangat terkejut mendengar pernyataan tentang Kanjat yang kini telah
memiliki seseorang yang sedang dekat dengannya.

Wajah Lasi merah.

Wajah Lasi yang memerah ini menandakan bahwa ia malu karena segala sesuatu tentang dirinya yang
terdahulu diketahui pasti oleh Pardi. Apalagi kektika kejadian dia melarikan diri dari Karangsoga dan
minggat ke Jakarta.

Mata Pardi menyala ketika melihat pipi Lasi merona.

Melihat pipi Lasi yang merona karena malu, mata Pardi pun menyala. Pardi merasa menang karena
dapat membuat Lasi merasa malu.

Kanjat mengerutkan kening.

Kanjat berusaha memahami kata-kata yang dimaksudkan oleh Lasi tentangnya.

BAB 7

Dia tidak berkutik di bawah ketiak istri pertamanya yang peyot dan nyinyir.

Hal ini menandakan bahwa Handarbeni sangat takut pada isttrinya. Istrinyalah yang berkuasa terhadap
Handarbeni.

Mata Lasi menyala ketika melihat liontin de beers

Mata Lasi menyala, menandakan bahwa ia sangat terkesan dengan kalung yang kini ada di lehernya.
Apalagi ketika mengingat kata-kata bu Lanting yang menyebutkan bahwa kalung tersebut asli.

Bibir Lasi gemetar setelah bu Lanting mengatakan kalung itu asli.

Hal itu ketika mengingat kata-kata bu Lanting yang menyebutkan bahwa kalung tersebut asli.

Sebab setahunya, kalung yang asli harganya sangat tinggi.

BAB 8

Kamu sudah menerima Kalung dari Pak Bambung berarti imbalan bagi Lasi atau seperti Lasi sudah di
bayar selama satu malam oleh Pak Bambung. Kalung sebagi imbalan menurut kami telah cocok sebagai
simbol imbalan karena Lasi suka perhiasan itu

Sampah yang dicampakkan ke dalam keranjang berarti tak berarti lagi bagi pak Handarbeni sehingga
dicamppakkan begitu saja.
Bekisar kesayangannya berarti seorang yang sangat cantik seperti bekisar yang dikyrung di sangkar
emas (rumah mewah), sebagai pajangan karena Handarbeni seorang impoten.

Kamu akan makin Berkibar berarti ia akan makin kaya karena pak Bambung lebih kaya daripada
Handabeni.

Si mata gatal artinya laki-laki yang suka menggoda perempuan.

Matanya menyapu sekeliling ruang tamu artinya ia manatap sekelilingnya.

Lambang payung kehidupan berarti tempat berteduh

Kanjat terbatuk berarti terkejut karena disuruh menemui dan berbicara pada Lasi.

Buah ejekan di kampung ini berarti bahan ejekan.

Ke sebuah rumah anggun berarti rumah Pak Bambung yang diberikan untuk Lasi.

Bebek manila berarti julukan Bu Lanting

Agen tai kucing berarti julukan Bu Lanting sebagai agen yang menjual Lasi

Bambung Bandot tua berarti julukan Bambung.

Tidak boleh ada matahari kembar atau dua pucuk kekuatan artinya tidak boleh ada dua orang yang
memimpin.

Belantik kekuasaan berarti bawahan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Semiotika berasal dari kata Yunani: semeion, yang berarti tanda. Semieon merupakan istilah yang
digunakan oleh orang Greek untuk merujuk kepada ilmu yang mengkaji sistem perlambangan atau
sistem tanda dalam kehidupan manusia. Inilah akar dari terbentuknya istilah semiotik, yaitu kajian
sastra yang meneliti sistem perlambangan dan berhubung dengan tanggapan dalam karya. Semiotik
juga dapat dikatakan sebuah disiplin ilmu umum yang mengkaji sistem perlambangan di setiap bidang
kehidupan. Ia bukan saja merangkum sistem bahasa, tetapi juga merangkum lukisan, maupun
pementasan drama. Oleh sebab itu kajian semiotik dapat diterapkan ke berbagai bidang ilmu dan boleh
dijadikan asas kajian sebuah kebudayaan

suci di 19.38

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Foto saya

suci

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai