Anda di halaman 1dari 11

ROLAND BARTHES

Helmalia Tri Amanda1, Abdul Mufti Hikam2, Muhammad Amin Husaini3


Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Universitas Islam Negeri Jakarta
Email : manda.malia@mhs.uinjkt.ac.id1
hikam.ulum20@mhs.uinjkt.ac.id2
amin.husaini20@mhs.uinjk.ac.id3

Abstrak

Semiotika adalah salah satu dari tujuh tradisi teori komunikasi yang
diungkapkan oleh Robert T. Craig. Sebagai teori komunikasi, teori
komunikasi semiotik memandang komunikasi sebagai proses
berdasarkan sistem tanda yang mencakup bahasa dan semua kode non-
verbal terkait untuk berbagi makna melintasi celah antara perspektif
subjektif. Hal ini karena kita tidak pernah dapat mengetahui secara
langsung apa pikiran atau perasaan subyektif orang lain, sehingga
semua komunikasi didasarkan pada penggunaan tanda-tanda. Dari
perspektif semiotika, berbagai masalah komunikasi yang umum adalah
hasil dari kesalahpahaman atau perbedaan tugas makna yang
dipengaruhi oleh sifat kode semiotik dan penggunaan tanda-tanda
tersebut. Sebagai teori komunikasi, semiotika dapat digunakan untuk
menganalisis secara praktis berbagai isu yang berkaitan dengan bidang
komunikasi, termasuk interaksi, media, organisasi, konteks kesehatan,
budaya pop atau budaya populer, dll. Semiologi dapat diterapkan pada
konteks komunikasi yang berbeda oleh peneliti, seperti penelitian
media. Roland Barthes adalah salah satu ahli semiotik yang
menunjukkan doktrin semiotika baru yang memungkinkan para peneliti
menganalisis sistem tanda untuk menunjukkan bagaimana komunikasi
non-verbal dapat diinterpretasikan dengan makna tambahan atau
connotative.
Kata Kunci : Roland Barthes, Semiotik

1
PENDAHULUAN

Kehadiran semiotika menawarkan kesempatan untuk melihat sesuatu dari


sudut pandang yang berbeda. Dasar pengertian semiotika adalah “tanda”. Tanda
adalah sesuatu yang harus diperhatikan dalam hidup. Tanpa melihat tanda-tanda,
orang masuk ke hal-hal yang tidak mereka ketahui karena mereka tidak dapat
membaca tanda-tanda itu. Karena itulah penting untuk mengetahui rambu-rambu
saat mengarungi dinamika kehidupan. "Tanda" memainkan peran penting sebagai
alat yang memfasilitasi interpretasi orang terhadap makna .

BIOGRAFI ROLAND BARTHES.

Roland Barthes lahir pada 12 November 1915 di kota Cherbourg,


Normandia. Dia adalah putra seorang perwira angkatan laut, Louis Barthes, yang
terbunuh di Laut Utara sebelum putranya berusia satu tahun. Dia dibesarkan oleh
ibunya, Barthes Henriette, dan bibi serta nenek di desa URT dan kota Bayonne.
Ketika Barthes berusia 11 tahun, keluarganya pindah ke Paris, meskipun
keterikatannya dengan tempat lahir tetap kuat sepanjang hidupnya. Roland Barthe
orang yang menerapkan teori semiotika Ferdinand de Saussure ke dalam ilmu
sosial. Di usia 20 tahun, ia sering sakit dan sudah dikarantina karena TBC. Dia
meninggal dalam kecelakaan pada tahun 1980 di puncak karirnya, karena tertabrak
mobil.

Roland Barthes dikenal luas sebagai penulis yang menggunakan analisis


semiotik dan perkembangan pemikiran pendahulunya Ferdinand de Saussure,
bapak semiologi atau semiotika. Tulisannya dimuat di sebuah majalah Prancis pada
awal pertengahan abad lalu dan memuat berbagai pesan yang kemudian disebutnya
sebagai mitos. Barthes menganggap mitos lebih serius dan menempatkannya di
bagian bukunya Mythologies in the Myth Today, yang diterbitkan oleh Noondy
Press pada tahun 1972. Dalam konteks mitologi kuno, mitos mengacu pada sejarah

2
dan formasi sosial pada masa itu, tetapi Barthes melihat itu sebagai pesan atau
ucapan yang mungkin benar meskipun tidak dapat dibuktikan. .1

Selain Mythologies, Barthes juga menerbitkan buku lain seperti S/Z dan The
Fashion System sebagai film dokumenter yang menunjukkan perkembangannya.
Dalam S/Z ia membagi novel Sarassine karya Balzac menjadi 561 pelajaran (unit
membaca). Itu dihancurkan dan kemudian dibangun kembali. Di mata Barthes, teks
hanyalah konstruksi belaka. Jika Anda ingin menemukan maknanya, Anda harus
merekonstruksi teks itu sendiri.

Pada saat yang sama, Barthes mengkajiThe Fashion System sebagai sistem
tanda mirip dengan model linguistik Saussure. Mitologi adalah kumpulan esainya
tentang berbagai aspek budaya Prancis, mulai dari bersepeda Tour de France,
striptis, mainan anak-anak, gulat, dll. Secara etimologis, istilah semiotika berasal
dari kata Yunani semeion, yang berarti “tanda”. Secara terminologi, semiotika
dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari banyak jenis objek, peristiwa
melalui budaya sebagai tanda. 2

SEMIOTIKA

Pengertian Semiotika Menurut Para Ahli

Secara umum, semiotika adalah ilmu tentang tanda. Dalam semiotika, ada
beberapa jenis pengertian dalam semiotika yang di kemukakan oleh para ahli,
antara lain :

a. Ferdinand de Saussure menyatakan bahwa semiologi adalah ilmu tentang


tanda-tanda. Sebagai sebuah ilmu, semiologi selalu dihubungkan dengan
kata semiosis yaitu sebuah istilah yang digunakan dalam semiotika untuk
merancang produksi dan interpretasi sebuah tanda.

1
Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, Magelang: Indonesiatera, 2001
2
E. Sumaryono, Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1993.

3
b. Charles Sanders Peirce mendefinisikan semiologi ilmu umum tentang
tanda.
c. Umberto Eco mendefinisikan semiotika sebagai ilmu tentang segala sesuatu
yang dapat disebut sebagai tanda.
d. Roland Barthes menyatakan bahwa semiologi adalah tujuan untuk
mengambil berbagai sistem tanda seperti substansi dan batasan, gambar-
gambar, berbagai macam gesture, berbagai suara music, serta berbagai
obyek, yang menyatu dalam system of significance.3

Sejarah

Sebagai studi tentang tanda dan sistem tanda, semiotika modern pertama
kali muncul pada abad ke-17, dibentuk oleh tulisan-tulisan John Locke, yang
mengakui bahwa komunikasi memerlukan ide-ide yang jelas untuk diverbalkan.
Pada 1950-an dan 1960-an, sebuah gerakan intelektual yang disebut strukturalisme
berkembang, yang dimodelkan pada semiologi. Tokoh-tokoh yang menjadi bagian
dari gerakan itu antara lain Ferdinand de Saussure, Roman Jakobson, C. Levi-
Strauss, Julia Kristeva, Umberto Uco, Thomas Sebeok, dan Roland Barthes.

Dalam bukunya Mass Communication Theory An Introduction, Denis


McQuail menjelaskan strukturalisme dan semiologi. Menurut McQuail, istilah
strukturalisme mengacu pada perkembangan linguistik yang berawal dari
Ferdinand de Saussure. Strukturalisme menggabungkan berbagai prinsip linguistik
dan antropologi struktural. 4

Strukturalisme dapat dikatakan berbeda dari ilmu bahasa karena fokus dari
strukturalisme adalah pada bahasa verbal dan pada setiap sistem tanda yang bersifat
seperti bahasa serta pemilihan teks dan artinya dalam kaitannya dengan
kebudayaan. Lebih lanjut McQuail menjelaskan bahwa semiologi atau semiotika

3
Berger, Arthur Asa. 2010., Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
4
Hoed, Benny H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta: Komunitas Bambu.

4
adalah ilmu umum tentang tanda yang mencakup strukturalisme dan hal-hal lain
yang sejenis. Karena itu, semua hal yang berkaitan dengan signifikansi
(signification) betapapun sangat tidak terstruktur, beraneka ragam dan terpisah-
pisah.

Kemudian, semiotika tumbuh dan berkembang ke dalam dua tradisi yang


berbeda, yaitu semiologi yang dikenalkan oleh Ferdinand de Saussure dan
semiotika yang dikenalkan oleh Charles Sanders Peirce. Dalam teori semiotika
Charles Sanders Peirce, yang menjadi kajian adalah analisa terhadap fungsi-fungsi
kognitif tanda dan membedakan berbagai jenis tanda seperti ikon, indeks, dan
simbol. Sementara itu, dalam teori semiotika Ferdinand de Saussure, yang menjadi
kajian adalah analisa terhadap sistematika struktur bahasa dan sistem tanda lainnya
sebagai sebuah fenomena sosial. Salah seorang ahli yang mengikuti serta
mengimplentasikan teori semiotika Ferdinand de Saussure secara eksplisit adalah
Roland Barthes. 5

KONSEP SEMIOTIKA ROLAND BARTHES

Menurut Roland Barthes, semiotika memiliki beberapa konsep inti, yaitu


signification, denotation dan connotation, dan metalanguage atau mythos.

Signification

Menurut Barthes, signification dapat dipahami sebagai sebuah proses yang


berupa tindakan, yang mengikat signifier (penanda) dan signified (petanda), dan
yang menghasilkan sebuah tanda atau Penanda mewakili elemen bentuk atau isi,
sementara petanda mewakili elemen konsep atau makna. Keduanya merupakan
kesatuan yang tak dapat dipisahkan sebagaimana layaknya dua bidang pada
sekeping mata uang. Kesatuan antara penanda dan petanda itulah yang disebut
sebagai tanda. Dalam proses tersebut, dua bagian dari sebuah tanda tergantung satu
sama lain dalam arti bahwa signified diungkapkan melalui signifier, dan signifier

5
Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhamadiyah University Press.

5
diungkapkan dengan signified. Misalnya, kata “kucing”. Ketika kita
mengintegrasikan signifier “kucing” dengan signified “hewan berkaki empat yang
mengeong”, maka bahasa tanda “kucing” pun muncul. Proses ini disebut sebagai
signification atau sebuah sistem signifikasi.

Denotation (arti penunjukan) dan Connotation (makna tambahan)

Dalam semiotika, denotation dan connotation adalah dua istilah yang


menggambarkan hubungan antara signifier dan signified. Selain itu, denotation dan
connotation juga menggambarkan sebuah perbedaan analitis yang dibuat antara dua
jenis signified yaitu denotative signified dan connotative signified. Denotation dan
connotation selalu digambarkan dalam istilah level of representation atau level of
meaning. Dalam bukunya yang berjudul Elements of Semiology (1964), Roland
Barthes membedakan denotation dan connotation dengan merujuk pada pendapat
Louis Hjelmslev dengan menggunakan istilah orders of signification.

Denotation adalah order of signification yang pertama. Pada tingkatan ini


terdapat sebuah tanda yang terdiri atas sebuah signifier dan sebuah signified. Dalam
artian, denotation merupakan apa yang kita pikirkan sebagai sebuah literal, bersifat
tetap, dan memiliki makna kamus sebuah kata yang secara ideal telah disepakati
secara universal. Sedangkan, connotation adalah order of signification yang kedua
yang berisi perubahan makna kata secara asosiatif. Menurut Barthes, hal ini hanya
berlaku pada tataran teoritis. Pada tataran praktis, membatasi makna ke dalam
sebuah denotative akan sangat sulit karena tanda selalu meninggalkan jejak makna
dari konteks sebelumnya.

Metalanguage atau Myth atau Mitos

Pada bagian akhir dari bukunya yang berjudul Mythologies, Roland Barthes
mengkombinasikan beberapa contoh kasus ke dalam sebuah satu teori yang diramu
melalui tulisannya yang berjudul Myth Today. Barthes mencoba untuk
mengkonseptualisasikan mitos sebagai sebuah sistem komunikasi, oleh karena itu
sebuah pesan tidak dapat mungkin menjadi sebuah obyek, konsep, atau gagasan,

6
melainkan sebuah bentuk signification. Ia juga menganalisa proses mitos secara
jelas dengan menyajikan contoh-contoh yang khusus.

Berdasarkan definisi yang dirumuskan oleh Ferdinand de Saussure, Barthes


berpendapat bahwa signification dapat dibagi kedalam denotation dan connotation.
Yang dimaksud dengan denotation tingkatan makna deskriptif dan literal yang
dibagi oleh sebagian besar anggota dalam sebuah kebudayaan. Sedangkan, yang
dimaksud dengan connotation adalah makna yang diberikan oleh signifiers yang
terhubung dengan kebudayaan yang lebih luas seperti kepercayaan, sikap, kerangka
kerja dan ideologi bentukan sosial.

Menurut Barthes, mitos adalah signification dalam tingkatan connotation.


Jika sebuah tanda diadopsi secara berulang dalam dimensi syntagmatic maka
bagian adopsi akan terlihat lebih sesuai dibandingkan dengan penerapan lainnya
dalam paradigmatic. Kemudian connotation tanda menjadi dinaturalisasi dan
dinormalisasi. Naturalisasi mitos adalah sebuah bentukan budaya.

Mitos merupakan a second-order semiological system. Sebuah tanda dalam


sistem pertama menjadi signifier pada sistem kedua. Menurut Barthes, tanda adalah
sistem pertama, atau bahasa, sebagai bahasa obyek, dan mitos sebagai
metalanguage. Signification mitos menghapus sejarah atau narasi tanda dan
mengisi ruang kososng tersebut dengan makna yang baru. 6

6
Anggoro, Albertus Rusputranto Ponco. "Konsep-konsep Dasar Semiotika Struktural Pada
Momen Ilmiah Roland Barthes." (2016).

7
ANALISIS SEMIOLOGI

Sebuah analisis semiologi secara khusus meneliti bagaimana beberapa


bagian teks (kata, gambar, film, iklan majalah, lagu, dan lain-lain) digunakan untuk
membentuk makna. Teks dapat dibentuk oleh seorang produser untuk satu orang
atau khalayak umum. Teks juga dapat dibentuk secara bersama-sama oleh para
partisipan namun dalam banyak kasus makna akan sangat bervariasi bagi partisipan.
Oleh karena itu, semiotika dapat menjadi sebuah metode untuk membentuk serta
menganalisa bagaimana komunikasi bekerja. Sebagai sebuah hasil adalah teori
semiotika bermanfaat sebagai alat untuk meneliti atau menyelidiki berbagai
kesalahpahaman dalam komunikasi antarbudaya.

Menurut Barthes, analisis semiologis melibatkan dua kegiatan yaitu diseksi


dan artikulasi.

a. Diseksi mencakup pencarian berbagai elemen yang ketika diasosiasikan


satu dengan yang lain menyarankan makna yang pasti. Para analis umumnya
mencari beberapa paradigma seperti kelas, kelompok dari elemen yang telah
dipilih. Unit-unit atau elemen-elemen dalam kelompok membagikan
sejumlah karakteristik. Dua unit dari paradigma yang sama harus
menyerupai satu sama lain sehingga perbedaan yang memisahkan keduanya
menjadi minimal.
b. Artikulasi mencakup penentuan aturan-aturan kombinasi. Ini adalah sebuah
kegiatan artikulasi. Analis mengambil obyek, mengurainya, dan menyusun
ulang. Analis membuat sesuatu menjadi muncul yang dapat dilihat.7

TAHAPAN ANALISIS SEMIOLOGIS

Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan-kegiatan penting


yang dilakukan oleh analis ketika mereka melakukan sebuah kritik atau kajian

7
Tiarbuko, Sumbo. 2009., Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra.

8
terhadap teks seperti iklan, berbagai jenis program televisi, film, lukisan dan lain-
lain. Terdapat beberapa tahapan untuk melakukan analisis semiologis, yaitu :

a. Menawarkan kepada pembaca sebuah ulasan singkat sebuah pesan


b. Mengidentifikasi signifiers dan signifieds
c. Mengidentifikasi paradigma yang telah digali
d. Mengidentifikasi syntagms yang ada
e. Mengidentifikasi prinsip yang bekerja dalam pesan atau teks8

MANFAAT MEMPELAJARI TEORI SEMIOTIKA ROLAND BARTHES

Mempelajari teori semiotika Roland Barthes dapat memberikan manfaat,


diantaranya :

a. Mempelajari semiotika dapat menjadikan kita lebih menaruh perhatian pada


peran signs (tanda) dan peran yang kita dan orang lain mainkan dalam
membentuk realitas sosial.
b. Dengan menggali berbagai macam perspektif semiotika kita dapat
menyadari bahwa informasi atau makna tidak disajikan di dunia. Makna
tidak dikirimkan kepada kita namun kitalah yang secara aktif menciptakan
makna berdasarkan kode-kode yang ada.
c. Kita belajar dari semiotika bahwa kita hidup di dunia tanda dan tidak
memiliki jalan lain untuk memahaminya kecuali melalui berbagai tanda dan
kode yang telah dibentuk.
d. Memahami tahapan analisis semiologi dan menerapkannya dalam kajian
media, komunikasi visual, komunikasi massa, periklanan, dan lain-lain.9

KESIMPULAN

8
Piliang, Yasraf Amir. 2010., Semiotika dan Hipersemiotika: Gaya, Kode, dan MatinyaMakna.
Bandung: Matahari.
9
Tiarbuko, Sumbo. 2009., Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra

9
Roland Barthes memperkenalkan konsep mitos. Mitos adalah media untuk
menyampaikan pesan. Bagi Roland Barthes, mitos bukan hanya pernyataan verbal,
tetapi pernyataan dapat berupa tulisan, foto, olah raga, lukisan atau iklan. Mitos
dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang memiliki representasi yang
membutuhkan interpretasi untuk memahami maknanya. Misalnya, tidak aman
untuk langsung memahami makna (makna) sebuah lukisan. Untuk mencapai
makna, seseorang harus melalui proses makna agar dapat diterima oleh akal. Jadi
mitos bukan hanya objek, konsep, atau ide yang stagnan. Mitos merupakan bagian
dari kajian semiologi, yaitu kajian tentang tanda. Semiologi berkaitan dengan
bentuk-bentuk yang menghasilkan bunyi, gambar, gerak dan lain-lain yang
berfungsi sebagai tanda. Sebuah mitos tidak menghindari tanda-tanda. Roland
Barthes membuat tiga elemen dasar dalam analisis mitos, yaitu penanda, petanda,
dan tanda. Ketiga elemen ini sangat berguna dalam menganalisis mitos, dan
keberadaan setiap elemen sangat diperlukan. Misalnya, jika tidak ada penanda yang
dapat digunakan sebagai penanda, maka tanda itu tidak terwujud, dan penanda itu
pastilah bentuk dari apa yang ditandakan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, Magelang: Indonesiatera, 2001


E. Sumaryono, Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1993.
Berger, Arthur Asa. 2010., Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan
Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Hoed, Benny H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta: Komunitas
Bambu.
Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhamadiyah University
Press.
Anggoro, Albertus Rusputranto Ponco. "Konsep-konsep Dasar Semiotika
Struktural Pada Momen Ilmiah Roland Barthes." (2016).
Tiarbuko, Sumbo. 2009., Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra.
Piliang, Yasraf Amir. 2010., Semiotika dan Hipersemiotika: Gaya, Kode, dan
Matinya Makna. Bandung: Matahari

11

Anda mungkin juga menyukai