Anda di halaman 1dari 12

DRAFT SEMIOTIKA

Nama Anggota Kelompok 6 :

1. Eliza Syalwaty ( 2114016029)


2. Syahdan Imansa ( 2114916031)
3. Debby Ayu Vironica ( 2114016033)
4. Ines Cicilia Martins ( 2114106040)
5. Indras Gunawan ( 2114016044)

A. PENDAHULUAN
Semiotika atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang
sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa, sedangkan semiotik lazim
dipakai oleh ilmuwan Amerika. Semiotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion
yang mengandung pengertian ‘tanda’ atau dalam bahasa Inggris sign yang
mengandung pengertian ‘sinyal’. Semiotika dikenal sebagai ilmu yang mempelajari
sistem tanda, seperti bahasa, kode, sinyal, dan ujaran manusia. Semiotika juga
mengandung pengertian ilmu yang menyinggung tentang produksi tanda-tanda dan
simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk menyampaikan
informasi kepada orang lain. Semiotika mencakup tanda-tanda visual dan verbal yang
dapat diartikan, semua tanda atau sinyal yang bisa dimengerti oleh semua pancaindra
kita sebagai penutur maupun petutur. Dalam konteks semiotika, setiap tindakan
komunikasi dianggap sebagai pesan yang dikirim dan diterima melalui beragam tanda
berbeda. Berbagai aturan kompleks yang mengatur kombinasi pesan-pesan ini
ditentukan oleh berbagai kode sosial. Berdasarkan hal tersebut, seluruh bentuk
ekspresi yang mencakup seni musik, film, fashion, makanan, kesusastraan dapat
dianalisis sebagai sebuah sistem tanda.

B. PEMBAHASAN

1. Sejarah Semiotika
Semiotika pertama kali dikembangkan dan banyak dipergunakan dalam
pengkajian sistem tanda. Semiotika dalam kaitannya dengan hal tersebut adalah
pemahaman semiotika yang mengacu pada teori semiotika Ferdinand De Sausure dan
Semiotika Charles Snaders Peirce, yang dikenal sebagai bapak semiotika modern,
serta semiotika Roland Barthes, Semiotika C.K. Ogden dan I.A. Richard,Semiotika
Michael Riffaterre. Ferdinand De Saussure sebagai bapak semiotika modern (1857-
1913) ia membagi relasi antara penanda (signifier) dan petanda (signified)
berdasarkan konvensi yang disebut dengan signifikasi. Penanda dilihat sebagai wujud
fisik seperti konsep di dalam karya sastra. Sedangkan, petanda dilihat sebagai makna
yang ada di balik wujud fisik berupa nilai-nilai. Adapun hubungan signifikan
berdasarkan atas kesepakatan sosial dalam pemaknaan tanda. Hubungan semiotik
dengan linguistik harus disadari hakikat adanya ikatan antara dua bidang tersebut
yang oleh Saussure difokuskan pada hakikat kata sebagai sebuah tanda.
Perkembangan semiotika sudah dimulai dari zaman kuno, abad pertengahan,
zaman renaissance, dan memasuki zaman modern. Adapun perkembangan semiotika
tersebut, sebagai berikut:

a. Zaman Kuno
Para ahli semiotika yang hidup pada zaman kuno ini antara lain Plato (427-347
SM), Aristoteles (384-322 SM), kaum Stoic (300-200 SM), dan kaum Epicureans
(300 SM-abad pertama Masehi).
1. Plato (427-347 SM)
Menurut Plato, semiotika adalah tanda-tanda verbal alami atau yang bersifat
konvensional diantara masyarakat tertentu, hanyalah berupa representasi tidak
sempurna dari sebuah ide,kajian tentang kata-kata tidak mengungkap hakikat
objek yang sebenarnya karena dunia gagasan tidak berkaitan erat dari
representasinya yang berbentuk kata-kata, dan pengetahuanyang dimediasi oleh
tanda-tanda bersifat tidak langsung dan lebih rendaah mutunya dari pengetahuan
yang langsung.
2. Aristoteles (384-322 SM)
Semiotika menurut Aristoteles adalah tanda-tanda yang ditulis berupa lambang
dari apa yangdiucapkan, bunyi yang diucapkan adalah tanda dan lambang dari
gambaran atau impresi mental. Gambaran atau impresi mental adalah kemiripan
dari objek yang sebenarnya, dan gambaran mental tentang kejadian atau objek
sama bagi semua manusia tetapi ujaran tidak.
3. Kaum Stoic (300-200 SM)
Menurut Bochenski (1669), Kaum Stoic memiliki pemikiran mengenai teori
tentang tanda yang mengaitkannya pada tiga komponen pembentuknya, yaitu
material atau penanda (signier), makna atau petanda (signified), dan objek
eksternal. Penanda dan objek didefinisikan sebagai entitas material, sedangkan
makna dianggap sebagai sesuatu yang diinkorporasikan atau dimasukan ke
dalamnya. Tanda dibagi menjadi tanda commemorative dan indicative.
4. Kaum Epicureans (300 SM-abad pertama Masehi)
Teori yang terkenal dari kaum ini adalah epistemiologi materialistis, yaitu segala
sesuatu yang kita rasakan adalah kesan yang diperoleh pikiran kita lewat
gambaran atom dari permukaan suatu objek yang nyata, atau dengan kata lain dari
materi ke konsep. Jadi, bahwa tanda sebagai data alamiah mempresentasikan
sesuatu yang tak dapat dilihat atau ditangkap secara indrawi.

b. Abad Pertengahan
Ciri utama pada zaman abad pertengahan adalah masa keemasannya filusuf
Kristiani,terutama Kaum Patristik dan Skolastik. Pada abad ini perkembangan
filsafat bahasa meujupada dua arah, yaitu dengan ditentukannya gramatika sebagai
pilar pendidikan bahasa Latin serta bahasa Latin sebagai titik pusat seluruh
pendidikan. Kedua, sistem pemikiran dan pendidikan filosofis pada saat itu sangat
akrab dengan Teologi, maka analisis filosofis diungkapkan melalui analisis
bahasa. Pendidikan abad pertengahan dibangun dalam tujuh sistem sebagai pilar
utamanya dan bersifat liberal. Ketujuh dasar pendidikan liberal tersebut dibedakan
atas Trivium (tata bahasa, logika, serta retorik) dan Quadrivium (aritmatika,
geometrika, astronomi, dan musik).

c. Masa Renaissance
Renaissance mengandung pengertian ‘dilahirkannya kembali’. Secara historis
Renaissance adalah sebuah gerakan yang meliputi suatu zaman di mana orang
merasa dirinya telah dilahirkan kembali dalam suatu keadaban. Masa Renaissance
ditandai dengan adanya usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan Yunani-
Romawi. Pada masa Renaissance keberadaan teori mengenai tanda tidak
mengalami inovasi yang berarti. Hal ini dikarenakan bahwa sebagian besar
penelitian mengenai semiotika masih merupakan bagian dari perkembangan
linguistik pada masa sebelumnya.
d. Zaman Modern
Perkembangan dari zaman kuno hingga Renaissance adalah zaman modern.
Perkembangan yang penting pada zaman ini adalah mulai timbulnya ilmu
pengetahuan alam modern berdasarkan metode eksperimental dan matematis.
Adapun perkembangan filsafat pada zaman ini ditandai dengan hadirnya masa
Aufklarung. Pada zaman modern ini, muncullah berbagai tokoh pemikir yang
mampu mengubah dunia terutama yang kemudian dikembangkan pada ilmu
pengetahuan. Dalam kaitan dengan kebahasaan, pada zaman ini juga lahir filsafat
analitika bahasa. Beberapa aliran yang muncul pada zaman ini, yaitu aliran
rasionalisme, tokoh terkenalnya René Descartes (bapak filsafat modern), Aliran
empirisme dengan tokohnya Thomas Hobbes, John Locke, dan David Hume.
Aliran kritisisme Immanuel Kant serta August Comte sebagai pendiri paham
positivisme.

2. Teori Semiotika

Semiotika adalah sebuah disiplin ilmu dan metode analisis yang dapat
mengkaji tanda-tanda yang terdapat pada suatu objek untuk diketahui makna yang
terkandung dalam objek tersebut. Semiotikq berasal dari bahasa Yunani
“Semeion”, yang berarti tanda. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda
(sign). Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat
teramati dapat disebut tanda. Dan tanda tidak terbatas pada benda (Zoest,
1993:18).

Kata semiotika diturunkan dari bahasa Inggris, yaitu semiotics. Nama lain
semiotika adalah semiology. Keduanya memiliki arti yang sama, yaitu sebagai
ilmu tentang tanda. Baik semiotika atau semiology berasal dari bahasa Yunani,
yaitu semeion, yang berarti tanda.

Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang


mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan
sebagai tanda (Sobur, 2001). Semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang
bagaimana tanda-tanda memrepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi,
perasaan, kondisi diluar tanda-tanda itu sendiri. Semiotik menjadi salah satu
kajian yang bahkan menjadi tradisi dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik
terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan
benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri.
Menurut Littlejohn, (2009: 53) dalam bukunya Teori Komunikasi Theories of
Human Communication edisi 9, Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-
makna yang terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut
sehingga diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan.

Pateda (2001, hlm. 29) mengungkapkan sekurang-kurangnya terdapat sembilan


macam semiotik yaitu :

a) Semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda.


b) Semiotik deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang
dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti
yang disaksikan sekarang.
c) Semiotik faunal (Zoo Semiotik), yakni semiotik yang khusus memperhatikan
sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan.
d) Semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
berlaku dalam kebudayaan tertentu.
e) Semiotik naratif, yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi
yang berwujud mitos dan cerita lisan (Folklore).
f) Semiotik natural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
diihasilkan oleh alam. Air sungai keruh menandakan di hulu telah turun hujan,
dann daun pohon-pohonan yang menguning lalu gugur.
g) Semiotik normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu
lintas.
h) Semiotik sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata
maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat.
i) Semiotik struktural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

3. Tokoh Tokoh Semiotika


 Charles Sanders Pierce
Konsep semiotika Pierce ialah tanda berkaitan erat dengan logika.
Logika digunakan manusia untuk bernalar melalui tanda – tanda yang muncul
disekitarnya. Tanda mampu menghubungkan pikiran antara satu orang dengan
orang lainnya. Pierce membagi tanda atas 3 hal untuk memberikan makna
pada suatu objek. 3 hal tersebut ialah ikon, indeks, dan simbol.
Ikon adalah gambaran visual yang memiliki kemiripan antara bentuk
tanda dan objek yang ditunjukkan. Contohnya objek dari seekor sapi, maka
ikon dari objek ini dapat berupa gambar sapi, sketsa sapi, patung sapi, atau
foto dari sapi. Mereka memiliki persamaan yaitu menggambarkan seekor sapi.
Indeks adalah tanda yang menunjukkan atau mengisyaratkan suatu
objek tertentu. Hubungan dari tanda dan petanda bersifat sebab akibat dan
Mengacu pada fakta yang ada. Contohnya, objek seekor kucing, indeksnya
Ialah suara kucing, atau gerak kucing yang menandakan bahwa objek yang
tengah dibicarakan tersebut adalah seekor kucing. Orang yang melihat dapat
dengan cepat menangkap maksud yang ingin disampaikan. Simbol sendiri
adalah tanda yang menunjukkan pada hubungan tanda dan petanda yang
alamiah. Langsung merujuk pada objek yang dibicarakan yang sudah melewati
pemahaman yang ada dimasyarakat. Contohnya gambar sebuah masjid, maka
tanda ini simbolisasi dari umat Islam.

 Ferdinand de Saussure
Semiotika menurut Saussure adalah kajian yang membahas tentang Tanda
dalam kehidupan sosial dan hukum yang mengaturnya. Hal ini mengisyaratkan
bahwa tanda terikat dengan hukum yang ada di masyarakat.
Saussure lebih menekankan bahwa tanda memiliki makna karena dipengaruhi
peran bahasa. Dibandingkan bagian – bagian lainnya seperti, adat istiadat,
agama dan lain sebagainya. Saussure membagi konsep semiotikanya menjadi
4 konsep. Yaitu signifiant dan signifie, langue dan parole, synchronic dan
diachronic, serta Syntagmatic dan paradigmatic.
Pertama yaitu signifiant dan signifie, Signifiant atau petanda adalah hal
– hal yang dapat diterima oleh pikiran kita seperti gambaran visual asli dari
objek. Signifie adalah makna yang kita pikirkan setelah kita menerima sebuah
tanda. Misalnya, kita gunakan pintu sebagai objek untuk diterangkan
menggunakan signifiant dan signifie. Signifiant dari pintu adalah komponen
dari kata pintu itu yaitu P-I-N-T-U. Sedangkan signifie dari pintu adalah apa
yang ditangkap pikiran kita ketika pintu itu. yaitu alat yang digunakan untuk
menghubungkan ruang satu keruang lainnya.
Konsep kedua adalah bagian dari bahasa, yang terbagi dalam parole
dan launge. Menurut Saussure Langue ialah pengetahuan yang dimiliki oleh
masyarakat akan suatu hal tertentu. Langue dapat diartikan sebagai suatu
sistem dari tanda atau kode itu sendiri. Sedangkan untuk parole adalah
tindakan yang dilakukan secara individual dari kemauan dan kecerdasan
berpikir.
Konsep ketiga adalah synchronic dan diachronic, merupakan konsep
yang mempelajari bahasa dalam kurun waktu tertentu. Synchronic dalam
bahasa adalah penjelasan tentang kondisi tertentu yang berhubungan dengan
suatu masa. Sedangkan diachronic ialah penjelasan tentang perkembangan
setelah suatu hal yang terjadi di suatu masa tertentu
Konsep keempat, syntagmatic dan paradigmatic adalah hubungan
unsur dari ilmu bahasa yang berisikan susunan atau rangkaian kata, bunyi
dalam suatu konsep. Semasa sekolah kita diajari untuk membentuk suatu
kalimat terdiri dari subyek, predikat, objek dan keterengan sehingga
membentuk kalimat dalam satu kesatuan utuh. Yang dimaksud dengan
syntagmatic seperti unsur dari susunan suatu kalimat yang tidak dapat
digantikan dengan unsur lainnya. Sedangkan untuk paradigmatic unsur suatu
kalimat dapat diubah atau diganti dengan unsur lainnya yang harus memiliki
makna yang sama.

4. Contoh Semiotika

Penerapan semiotika dalam penelitian mengkaji tanda-tanda yang bermakna


karena sistem,aturan, dan konvensinya. Semiotika dapat diterapkan dalam beberapa
bidang, antara lain interaksi sosial, media massa, kebudayaan, dan lain-lain (Zoest,
1993 dalam Pradopo, 1998).

1. Interaksi Sosial
Dalam interaksi sosial, bahasa memegang peran penting. Namun, terdapat
banyak sistem tanda yang digunakan, yakni sistem tanda nonverbal yang meliputi
bunyi, suara, gerak, tanda-tanda visual.

Apabila dua orang berkomunikasi, mereka menggunakan bahasa dan pernyataan


yang dicatat. Pernyataan tersebut mempelajari sistem bahasa berupa morfologis,
sintaksis, semantis, dan pragmatis. Akan tetapi, ada beberapa pernyataan yang tidak
dapat dicatat yaitu intonasi, gerak tangan, dan pandangan. Hal tersebut merupakan
tanda-tanda di luar bahasa verbal.

Dalam percakapan, intonasi sangat penting dibandingkan tanda verbalnya. Misal,


dalam mengucapkan “selamat malam”, ada banyak cara atau intonasi yang berbeda
yang menimbulkan arti berbeda pula.

Selanjutnya, tanda-tanda nonparalinguistik nonverbal yaitu tanda yang tidak


harus digunakan berhubungan dengan tanda bahasa (Zoest, 1993 dalam Pradopo,
1998). Sistem tanda nonparalinguistik nonverbal yang terpenting ialah mempelajari
ekspresi muka, sikap tubuh, dan gerak tubuh. Ilmu ini menyangkut pada bahasa tubuh
atau disebut gestik.

Ada bermacam-macam ekspresi wajah yang menandai arti atau makna tertentu.
Misalnya, seseorang orang yang dapat menampilkan ekspresi wajah tertentu seperti
galak atau ramah. Lalu, ada gramatika tertentu dengan gerak tubuh untuk memberi
tanda yang menyatakan kita sedang membicarakan subjek/objek atau mengakhiri
pembicaraan. Misalnya, dengan menyatakan “Ada yang masih mau minum?”, di
samping ada tanda tanya untuk mengakhiri pembicaraan, terdapat juga gerak lain
seperti memegang gelas minum untuk menandakan kita sedang membicarakan suatu
objek.

2. Media Massa
Zoest (1993, dalam Pradopo 1998) mengemukakan bahwa semiotika dapat
dihadapkan pada permasalahan yang mengenai ideologi dan manipulasi, salah satunya
ialah televisi. Dalam televisi, sistem semiotika yang paling penting ialah gambar yang
bersifat ikonis dan unggul.
Televisi merupakan salah satu media massa terbesar untuk periklanan. Seiring
berjalannya waktu, televisi mulai dibanjiri iklan produk salah satunya ialah makanan
ringan LAY’s, keripik yang banyak disukai masyarakat Indonesia. Dalam iklan
LAY’S tersebut tentunya banyak makna yang menjadi perhatian untuk mencari tahu
makna apa saja yang ada dalam iklan tersebut.

Dalam iklan LAY’s ada salah satu scene yang memperlihatkan kemasan
LAY’s dengan design smile pack. Gambar berupa foto wajah di kemasan LAY’s
terlihat menargetkan pengguna produk dengan menggunakan foto model yang sesuai
dengan konsumen, sehingga separuh wajah terlihat konsumen itu sendiri adalah
model foto di kemasan saat berfoto bersama.

Gambar senyuman pada kemasan dimaknai sebagai senyuman kebahagiaan


dan senyuman palsu. Senyum kebahagiaan bisa dilihat pada scene tiga wanita di pusat
perbelanjaan dan ada tulisan "sale". Scene ini menandai senyuman yang menunjukkan
rasa bahagia untuk semua orang yang melihat tanda "sale" saat berbelanja, ketiga
wanita dalam scene tersebut mewakili semua orang bahwa potongan harga di pusat
perbelanjaan akan membawa kebahagiaan bagi semua orang.

Senyuman palsu dapat dilihat pada scene dua pria yang menaiki bajai saat
tanggal tua karena mereka harus menghemat uang yang mereka punya. Senyuman
tersebut berbeda dengan senyuman ketika mereka bisa menaiki taksi saat tanggal
muda. Perbedaan senyum tersebut memiliki arti bahwa ketika tanggal muda mereka
bahagia bisa naik taksi, namun ketika tanggal tua mereka harus pura-pura biasa saja
ketika harus naik bajai untuk menghemat uang.

Dalam iklan tersebut kita diajak untuk selalu tersenyum kepada siapapun dan
dalam keadaan apapun. Jadi, iklan LAY’s mengajak kita untuk selalu tersenyum,
senyum itu aktivitas yang paling mudah dilakukan, tapi sangat sulit dilakukan ketika
kita memiliki masalah, senyum itu banyak manfaatnya baik bagi kita maupun bagi
orang-orang di sekitar kita.

3. Kebudayaan
Semiotika sebenarnya menekankan pada hasil interprestasi akan hal-hal yang
simbolik dan berusaha untuk memahami simbol yang ada. Salah satu penerapannya
semiotika pada budaya ialah pada hari valentine atau hari kasih sayang.

Budaya valentine merupakan representasi dari budaya barat. Budaya ini


dilakukan dengan bertukaran surat atau hadiah yang dimaknai sebagai simbol kasih
sayang. Hadiahnya biasa berupa bunga atau coklat.

Contoh penerapannya, pada tanggal 24 Februari adalah hari valentine dan


pada hari itu juga, Rumi memberikan sebuah coklat kepada pacarnya yang bernama
Gabby. Dari sinilah Gabby memahami maksud apa yang Rumi berikan padanya.
Setelah ditelaah dan dikaji ulang, maksud Rumi memberikan coklat pada hari
valentine ialah sebagai tanda kasih sayang, tanda cinta, tanda kebahagiaan, dan tanda
ingin memiliki Gabby selamanya. Gabby pun mulai mengerti akan keinginan Rumi
melalui simbol coklat yang diberikan saat hari valentine.

C. KESIMPULAN
Semiotika (kadang juga disebut semiologi) adalah disiplin ilmu yang mempelajari
tanda (sign).Dalam kehidupan sehari-hari tanda hadir dalam bentuk yang beraneka
ragam; bisa berwujud simbol, lambang, kode, ikon, isyarat, sinyal, dsb.Bahkan segala
aspek kehidupan ini penuh dengan tanda.Dan dengan sarana tandalah manusia bisa
berfikir, tanpa tanda kita tidak dapat berkomunikasi.
Dalam perbincangan mengenai semiotika sebagai sebuah ilmu, ada semacam
ruang kontradiksi yang secara histories dibangun diantara dua kubu semiotika, yaitu
semiotika continental Ferdinand de Saussure dan semiotika amerika Charles Sander
Pierce.
Mempelajari semiotika sama dengan kita mempelajari tentang berbagai tanda.
Cara kita berpakaian, apa yang kita makan, dan cara kita bersosialisasi sebetulnya
juga mengomunikasikan hal-hal mengenai diri kita, dan dengan begitu, dapat kita
pelajari sebagai tanda. Tanda itu sebenarnya bertebaran di mana-mana; di sekujur
tubuh kita: ketika kita berkata, ketika kita tersenyum, ketika kita menangis, ketika kita
cemberut, dst.
REFERENSI

1. Pradopo, R. D. 1998. Semiotika: teori, metode, dan penerapannya. Humaniora, 10(1), 42-
48. https://journal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/607 (online). Diakses pada
tanggal 07 April 2022, pukul 11:17 WITA.
2. Hartono, D. & Sugalih, A. 2019. Makna Simbol Senyum Pada Iklan LAY’s Di Televisi
(Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce).
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/perspektif/article/view/4713 (online). Diakses pada
tanggal 07 April 2022, pukul 14:47 WITA.
3. Ibrahim, B. 2017. Teori Semiotika. https://bramantiaibrahim.blogspot.com/2017/04/teori-
semiotika.html (online). Diakses pada tanggal 07 April 2022, pukul 15:27 WITA.

4. Zahroh, Sukma Fatimatul. 2019. http://etheses.iainkediri.ac.id/id/eprint/1604

5. Rizki Syaifullah, Mochammad. 2011. Semiotika / Ilmu Komunikasi Universitas Yudharta


Pasuruan. Diakeses pada tanggal 7 Maret
https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awr9Ds5CoE5imusA2GtXNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG9
zAzEEdnRpZANMT0NVSTAzN18xBHNlYwNzcg--/RV=2/RE=1649348802/RO=10/
RU=https%3a%2f%2fwww.scribd.com%2fdoc%2f133808737%2fSejarah-Semiotika/
RK=2/RS=6iFAbaDKJJqx6uyPlpM9SDrFFPw-

6. Ambarini AS, M.Hum, Nazla Maharani Umaya, M.Hum. 2018. SEMIOTIKA TEORI
DAN APLIKASI PADA KARYA SASTRA.
https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrT4a_boE5izoUAe1FXNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG9
zAzEEdnRpZANMT0NVSTAzN18xBHNlYwNzcg--/RV=2/RE=1649348956/RO=10/
RU=http%3a%2f%2feprints.upgris.ac.id%2f311%2f/RK=2/
RS=digMSx_zBeoQgipG5QsY5w505TQ-

Anda mungkin juga menyukai