Anda di halaman 1dari 2

Tugas Hermeneutik dan Semiotik

Nama : Muhammad Amin Husaini NIM : 11200340000031 Kelas : 6D

UMBERTO Eco merupakan salah seorang novelis kontemporer paling terkemuka di


dunia. Novelnya The Name of the Rose legendaris dan mengukuhkan dirinya sebagai penulis
utama sastra posmodern. Sebagai bestseller terbitan 1983 di Italia, buku itu masih mudah
dijumpai dan jadi salah satu standar fiksi jenis thriller. Hampir semua kritik mengakui bahwa
The Name of the Rose merupakan karya dia yang paling terkenal sekaligus enak dinikmati,
sebab novel itu bisa tampil sebagai karya yang bermanfaat dan menghibur pembaca.
Namun bagi sebagian pihak, Eco merupakan filsuf ahli semiotika---sains tentang tanda
dan simbol. Di kedua ranah tersebut dia sama-sama terkemuka, hingga sulit menentukan apa
dia lebih terkenal sebagai novelis atau cendekiawan. Sebenarnya di luar itu dia juga ahli sastra
dari abad pertengahan, kritikus budaya populer yang produktif dan tajam. Namun lebih dari
itu, sejumlah karyanya memberi sumbangan amat penting dan karena itu berpengaruh kuat di
ranah masing-masing.
Stephen W. Littlejohn (1996) menyebut Umberto Eco sebagai ahli semiotikan yang
menghasilkan salah satu teori mengenai tanda yang paling komprehensif dan kontemporer.
Menurut Littlejohn, teori Eco penting karena ia mengintegrasikan teori-teori semiotika
sebelumnya dan membawa semiotika secara lebih mendalam (Sobur, 2006).
Eco menganggap tugas ahli semiotika bagaikan menjelajahi hutan, dan ingin
memusatkan perhatian pada modifikasi sistem tanda. Eco kemudian mengubah konsep tanda
menjadi konsep fungsi tanda. Eco menyimbulkan bahwa “satu tanda bukanlah entitas semiotik
yang dapat ditawar, melainkan suatu tempat pertemuan bagi unsur-unsur independen (yang
berasal dari dua sistem berbeda dari dua tingkat yang berbeda yakni ungkapan dan isi, dan
bertemu atas dasar hubungan pengkodean”. Eco menggunakan “kode-s” untuk menunjukkan
kode yang dipakai sesuai struktur bahasa. Tanpa kode, tanda-tanda suara atau grafis tidak
memiliki arti apapun, dan dalam pengertian yang paling radikal tidak berfungsi secara
linguistik. Kode-s bisa bersifat “denotatif” (bila suatu pernyataan bisa dipahami secara harfiah),
atau “konotatif” (bila tampak kode lain dalam pernyataan yang sama). Penggunaan istilah ini
hampir serupa dengan karya Saussure, namun Eco ingin memperkenalkan pemahaman tentang
suatu kode-s yang lebih bersifat dinamis daripada yang ditemukan dalam teori Saussure, di
samping itu sangat terkait dengan teori linguistik masa kini.
Umberto memberi sumbangan pemikiran orisinal pada semiotika; secara bergurau dia
memelesetkan semiotika sebagai "ilmu berbohong." Tulis dia, "Semiotika ialah studi tentang
segala yang bisa diambil secara signifikan sebagai pengganti (tanda) untuk sesuatu yang lain.
Yang lain ini tidak perlu ada atau benar-benar di suatu tempat persis ketika sebuah tanda
menggantinya. Maka pada prinsipnya semiotika merupakan disiplin untuk mempelajari segala
sesuatu yang bisa digunakan untuk berbohong. Jika sesuatu gagal digunakan untuk
menceritakan kebohongan, sebaliknya ia gagal digunakan untuk menceritakan kebenaran---
bahkan tentu mustahil ia bisa digunakan untuk bercerita apa pun. Saya pikir definisi sebagai
teori untuk berbohong harusnya ditempuh sebagai program yang cukup komprehensif bagi
semiotika secara umum."
Tanda (sign) dan simbol (symbol) merupakan sesuatu yang kompleks dan sulit. Di satu
sisi semiotika bukan berarti bisa menyangkut segala-galanya, tanda dan simbol ternyata tidak
melulu berupa teks (tertulis), melainkan bisa mulai dari proses alamiah komunikasi spontan
hingga ke sistem budaya yang kompleks, kode, komunikasi visual, dan komunikasi massa. Di
sinilah karyanya Opera Aperta (1962) menjadi landasan yang mengundang pembaca (pemirsa)
agar terlibat lebih aktif menafsirkan dan kreatif.

Anda mungkin juga menyukai