Anda di halaman 1dari 21

Syarh Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

HURUF-HURUF ARAB
‫ح‬ ‫ۡ ح‬
َۡ
Pembagian Huruf-Huruf Arab (‫ٱل حوُرُ ُٱ ُع َوُرب ِ َّي ُة‬
ُ‫) ح‬
Huruf-huruf Arab terbagi menjadi beberapa jenis. Ada yang disebut
huruf al-mâ’aniy, dan ada juga yang disebut dengan huruf al-mabâniy. Hurûful
mabâniy adalah:
ٌّ
‫وف مين َها َمع ىَن ُمس َتقيل‬ ُ ‫جائ َّيةي َّٱلِت تُب ََن مين َها ٱل ََك َيم ُة َولَي َس ل يل‬
‫ح ُر ي‬ َ ‫وف ٱله‬ُ ُ ُ َ
‫يِه حر‬
‫ي‬ ‫ي‬ ‫ي‬
ُ َ َ َ ََ َ
‫ َو ُيطل ُق َعلي َها ُح ُروف ٱتلَ َه ّيج‬.‫يه ي‬ ‫ي‬ ‫غ‬ ‫ِف‬‫ي‬ ‫َل‬ ‫سهي و‬
‫يِف نف ي‬
“Yaitu huruf hijâiyyah yang dengannya sebuah kata bisa terbangun,
sedangkan hurufnya tidak memiliki makna tersendiri yang terdapat pada dirinya
ataupun selainnya. Dan dimutlakkan atasnya huruf-huruf yang dieja (hijâiyyah).”
Sedangkan hurûf al-ma’âniy adalah:
َ َ ُّ َ َ َ َ َ ُ ّ ُ َّ ُ
‫اء بيٱأس َماءي َوت ُدل لَع َمع ىَن يِف‬
َ ‫اء بٱأف َعال َوٱأس َم‬
‫ي‬
َ َ َ ُُ َ‫ي‬
‫ِه ٱلروف ٱل يِت ترِ ي ٱأسم ي‬
َّ ‫وف‬ ُ ُ ُ َ ََ َُ َُ َ َ
. ‫ٱلرِ ي‬ ‫ ويطلق عليها حر‬.‫يها‬
‫غ ي‬
“Yaitu huruf yang mengikat ism dengan fi’l atau ism dengan ism yang lain,
yang dengan keberadaannya menunjukkan atas makna pada selainnya. Dan
dimutlakkan atasnya huruf-huruf pengikat (sambung).”
Contoh huruf ma’âniy adalah seperti ‫( مين‬dari), ‫ب‬
‫( ي‬dengan), atau ‫يل‬
(untuk). Huruf-huruf tersebut berfungsi seperti kata sambung dalam bahasa
Indonesia.

ۡ‫ۡ ى‬,ۡ‫مِن‬
Huruf yang
Ma’âniy ۡ‫ب‬
ِ ۡ ,‫ف‬
ۡ ِ ۡ,‫إل‬
memiliki arti

Mabâniy Hijâiyyah

198
Alqâb (Julukan) Hurûf-Hurûf

ۡ
‫ح ح‬
ُِِ ِ ‫ُٱل َم َب‬
Huruf Al-Mabâniy (‫ان‬ ُ ُ‫)ح حوُر‬
Huruf mabâniy dalam bahasa Arab terbagi menjadi dua, yakni: al-hurûf
al-abjadiyah dan al-hurûf al-hijâiyyah. Asy-Syaikh Ayman Suwayd dalam Syarh
Al-Muqaddimah (I/ 34) membaginya sebagai berikut:

Huruf abjadiyah atau dikenal dengan istilah al-huruf al-maktûbah


(huruf yang tertulis) adalah huruf yang digunakan dalam penulisan, jumlahnya
28 huruf. Sedangkan al-huruf al-hijâiyyah atau dikenal dengan istilah huruf
manthûqah (huruf yang terucap) adalah huruf yang digunakan dalam
percakapan, jumlahnya 29 huruf. Jadi, antara apa yang tertulis dengan apa
yang terucap terdapat perbedaan jumlah huruf. Hal ini disebabkan huruf
Hamzah ada pada pengucapan namun tidak ada dalam penulisan.
َۡ
‫ۡ َ َّ ح‬ ‫ۡح ح ح‬
Al-Hurûf Al-Abjadiyah (ُ‫)ٱلوُرُ ُٱۡلبج ِدية‬
Susunan huruf abjadiyah tidak sebagaimana urutan huruf hijâiyyah
yang kita kenal sekarang. Melainkan diurutkan berdasarkan nilai yang
terkandung pada setiap huruf. Jadi, huruf-huruf ini selain digunakan untuk
menyatakan pernyataan tertulis juga digunakan untuk menyatakan bilangan
dan angka. Orang-orang Arab sebelumnya tidak mengenal bentuk angka,
sehingga untuk menyatakan angka dan bilangan, mereka menggunakan
huruf sebagaimana yang lazim digunakan oleh orang-orang Romawi
sebelum mengenal bentuk angka.
Terdapat dua pendapat mengenai susunan huruf-huruf ini. Pertama,
susunan yang berkembang di wilayah Timur1 (Hijaz dan sekitarnya):

1
Di Timur Tengah, batas wilayah yang disebut Timur dan Barat adalah Mesir, atau lebih
tepatnya sungai Nil. Wilayah yang berada sebelah Barat sungai Nil disebut Barat
Syarh Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

ٌ َ َ ٌ ََ َ َ َ ََ َ
‫أۡبَد ه َّوز ُح ّ يطي َك ُمن َسعفص ق َرشت َثذ ضظغ‬
Kedua, berdasarkan apa yang berkembang di wilayah Barat (Maghrîb)
disusun sebagai berikut:
ٌ َ َ ٌ ََ َ َ ََ َ
‫أۡبَد ه َّوز ُح ّ يطي َك ُمن َصعفض ق َر َست َثذ ظغش‬
Adapun nilai yang terkandung pada setiap huruf tersebut adalah
sebagai berikut (berdasarkan susunan wilayah Timur):

400 ‫ت‬ 60 ‫س‬ 8 ‫ح‬ 1 ‫أ‬


500 ‫ث‬ 70 ‫ع‬ 9 ‫ط‬ 2 ‫ب‬
600 ‫خ‬ 80 ‫ف‬ 10 ‫ي‬ 3 ‫ج‬
700 ‫ذ‬ 90 ‫ص‬ 20 ‫ك‬ 4 ‫د‬
800 ‫ض‬ 100 ‫ق‬ 30 ‫ل‬ 5 ‫هـ‬
900 ‫ظ‬ 200 ‫ر‬ 40 ‫م‬ 6 ‫و‬
1000 ‫غ‬ 300 ‫ش‬ 50 ‫ن‬ 7 ‫ز‬

Huruf-huruf abjadiyyah masih lazim digunakan hingga kini untuk


menyatakan bilangan atau urutan tertentu. Bagi kita yang pernah
mengalami mengisi soal ujian pilihan ganda dalam bahasa Arab, maka kita
pasti akan menemukan bahwa pilihan jawaban dalam bahasa Arab bukanlah
Alif, Ba, Ta, Tsa, Jim, melainkan Alif, Ba, Jim, Dal, Ha.
Huruf-huruf abjadiyah banyak disalahgunakan oleh para penyihir atau
dukun sebagai mantra atau ramalan. Bahkan kebiasaan tersebut masih
berlangsung hingga kini. Bila kita pernah melihat jimat-jimat yang sering
digunakan oleh sebagian kalangan, maka kita akan menemukan pada jimat
tersebut susunan huruf-huruf tertentu yang tidak difahami maknanya.
Biasanya huruf-huruf tersebut bukan diambil dari huruf hijaiyyah melainkan
huruf abjadiyah, yang disusun bukan untuk dibaca sebagai sebuah kalimat,

(Maghrîb), sedangkan wilayah yang berada di sebelah Timur sungai Nil disebut Timur
(Masyrîq).

200
Alqâb (Julukan) Hurûf-Hurûf

tapi sebagai sebuah nilai/ angka yang dianggap angka keberuntungan,


kesuksesan, dan lain sebagainya. Semoga Allâh melindungi kita dan keluarga
kita dari praktik-praktik tersebut disebabkan dapat menjerumuskan
seseorang ke dalam lembah kemusyrikan. Âmîn.

‫ح‬ ‫ۡ ح‬
َ ۡ
Al-Hurûf Al-Hijâiyyah (‫ل حوُرُ ُٱل ِهجاى َِّي ُة‬
‫)ٱ ح‬

Huruf hijaiyyah adalah huruf yang biasa digunakan dalam percakapan


serta berfungsi sebagai penyusun sebuah kata dan kalimat. Huruf hijaiyyah
berjumlah 29 huruf yang kemudian disusun oleh Al-Imâm Nashr bin ‘Âshim
(w. 90 H) untuk membedakannya dengan abjadiyyah berdasarkan kemiripian
bentuk-bentuknya. Untuk membedakan satu huruf dengan huruf yang lain,
diberikan tanda titik beberapa waktu kemudian.2

Al-‘Allâmah Ahmad bin Ahmad bin Badruddîn bin Ibrâhîm Ath-Thîbiy


(910-979 H) mengatakan dalam manzhûmah Al-Mufîd Fî ‘Ilmit Tajwîd:
َ َ َ ‫وف ل يله‬ ُ ُ ُ َّ
َ
‫ـــــــر ءيۦ‬‫ت يســ ٌع َوعيشـــ ُرون بيــ ٱمت ي‬ ‫جـــــــــاءيۦ‬ ‫وعيـــد ٱلـــر ي ي‬
َ

“Dan huruf-huruf hijâjiyyah itu berjumlah 29 huruf tanpa ada perbedaan


pendapat.”
Namun perkataan beliau “tanpa ada perbedaan pendapat” mesti
ditinjau ulang disebabkan sebagian ulama ada yang menyebutkan berjumlah
28 huruf disebabkan menggabungkan antara Alif dengan Hamzah. Hanya
saja, mayoritas ulama memisahkan antara Alif dengan Hamzah. Sedangkan
Hamzah yang terkadang disebut Alif, maka hal tersebut bersifat majâziy
(keadaan yang bukan sebenarnya) bukan hakiki. Al-‘Allâmah Ath-Thîbiy
mengatakan dalam lanjutan bait Al-Mufîd:
َ ََ َ َ ُ ُ َ
‫ـــــــوي َرت‬
ّ ‫ـــاز ين ذ قـــد ُص‬
َ ‫َم‬ ‫بيـــِل ي‬ :‫كــن ُس ّ يم َيــــــت‬
‫أ َّول َهــا ٱل َهمــ َز ل ي‬

2
Dr. Ayman Suwayd, Syarh Al-Muqaddimah (I/ 35)
Syarh Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

َ
‫يـــو هُ بيـــال َو وي َويَـــا َوأل يـــــــــ ي ۦ‬
َ ‫س‬ ‫ِه يِف‬ ‫ـــد ءي َحتـــ ى‬
َ ‫ـما َو‬ َ ‫ب َهـــا ِف ٱ يَلبت ي‬
‫ي‬ ‫ي‬
“Huruf hijâiyyah yang pertama adalah Hamzah, namun sering disebut
dengan nama Alif majâzan, disebabkan dalam penulisannya selalu menggunakan
huruf Alif apabila berada pada awal kata.”
Adapun sebab mengapa pada awal penulisannya ditulis dengan Alif
adalah bahwa sampai pada abad ke-2, Hamzah tidak memiliki bentuk atau
tidak dilambangkan dengan bentuk/ tanda tertentu. Kadang ia ditulis
dengan Alif, kadang dengan Ya, kadang dengan Waw, bahkan dalam
beberapa kalimat tidak ditulis sama sekali. Cara membacanya disesuaikan
dengan konteks kalimat yang ada. Disebabkan apabila Hamzah berada di
awal kata selalu ditulis dengan Alif, maka dalam deretan hijaiyyah Alif
digunakan untuk melambangkan Hamzah.
Keadaan demikian tentu sangat menyulitkan bagi kalangan non
Arab. Akhirnya, Al-Khalîl bin Ahmad Al-Farâhîdiy (w. 175 H) menemukan
bentuk bagi huruf Hamzah agar mudah dibaca. Bentuk tersebut diambil dari
kepala huruf ‘Ain, disebabkan kedekatan makhrajnya. 3

Al-Khalîl bin Ahmad Al-Farâhîdiy (w.


175 H) menemukan bentuk bagi huruf
Hamzah agar mudah dibaca. Bentuk
tersebut diambil dari kepala huruf ‘Ain,
disebabkan kedekatan makhrajnya.

Huruf Nun tidak diletakkan berderet dengan Ba, Ta, dan Tsa
disebabkan kesamaan sebagian makhraj dan sifat-sifatnya dengan huruf
Mim, yakni sama-sama huruf khaysyûm dan ghunnah. Sedangkan huruf Alif

3
At-Tajwîdul Mushawwar

202
Alqâb (Julukan) Hurûf-Hurûf

berderet bersama dengan huruf madd dan lîn yang dilambangkan dengan
Lam Alif (‫)َل‬.

Huruf Alif dalam deretan hijaiyyah dilambangkan dengan Lam Alif (‫)َل‬
karena Alif tidak pernah berada pada keadaan selain sukun dan tidak ada
huruf sebelumnya kecuali dalam keadaan fathah. Huruf Alif ditemani huruf
Lam, disebabkan huruf Lam pernah “diselamatkan”oleh Hamzah dan Alif
dalam Lam Ta’rîf.
Lam Ta’rîf asalnya tidak didahului oleh Hamzah, namun orang Arab
tidak memulai bacaan dari sukun, sehingga membutuhkan huruf hidup
sebelum Lam, Hamzah tampil untuk “menyelamatkan” Lam sehingga Lam
Ta’rîf bisa dibaca dan mudah diucapkan.
Kata ‫ لكتاب‬asalnya adalah ‫لكتاب‬. Karena sulit diucapkan, maka
ditambahkan Hamzah sebelum Lam sukun, yang pada saat itu “meminjam”
bentuk Alif. Sehingga manakala dalam deretan hijâiyyah, Alif membutuhkan
teman untuk mendampinginya, maka tidak ada yang lebih berhak
menemaninya kecuali huruf Lam.
Berikut huruf-huruf hijaiyyah dan pelafalan nama-namanya:
ٌ َ ٌ ‫َز‬ ٌ ‫َهم َز‬
‫قاف‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ز‬ ‫ء‬
ٌ َ ٌ ‫يس‬ ٌ َ‫ب‬
‫َكف‬ ‫ك‬ ‫ي‬ ‫س‬ ‫اء‬ ‫ب‬
َ ٌ َ‫ت‬
‫َل ٌم‬ ‫ل‬ ‫ي‬ٌ ‫يش‬ ‫ش‬ ‫اء‬ ‫ت‬
ٌ ‫م‬
‫ييم‬ ‫م‬ ٌ ‫َص‬
‫اد‬ ‫ص‬ ‫اء‬ٌ َ‫ث‬ ‫ث‬
ٌ ُ ٌ ‫ض‬ َ ٌ ‫ج‬
‫نون‬ ‫ن‬ ‫اد‬ ‫ض‬ ‫يم‬ ‫ي‬ ‫ج‬
ٌ ‫َه‬
‫اء‬ ‫هـ‬ ٌ ‫َط‬
‫اء‬ ‫ط‬ ٌ ‫َح‬
‫اء‬ ‫ح‬
‫َو ٌو‬ ‫و‬ ٌ ‫َظ‬
‫اء‬ ‫ظ‬ ٌ ‫َخ‬
‫اء‬ ‫خ‬
ٌ َ ٌ ‫َع‬ ٌ َ
‫أل ي‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫دل‬ ‫د‬
ٌ َ‫ي‬ ٌ ‫َغ‬ ٌ َ
‫اء‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫غ‬ ‫ذل‬ ‫ذ‬
Syarh Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

ٌ َ‫ي‬
‫اء‬ ۧ ٌ َ‫ف‬
‫اء‬ ‫ف‬ ‫َر ٌء‬ ‫ر‬
‫ح‬ َۡ ‫ۡ ح‬
‫ۡ َ ح‬
Al-Hurûf Al-Hijâiyyah Al-Far’iyyah (‫ۡوُرع َِّي ُة‬
‫ل حوُرُ ُُٱل ِهجاى َِّي ُةُٱ ف‬
‫)ٱ ح‬

Huruf hijaiyyah far’iyah merupakan huruf hijaiyyah yang terdapat


dalam pengucapan, namun tidak dilambangkan dengan bentuk tertentu.
Dikatakan bahwa huruf far’iy merupakan gabungan dari dua huruf asli. Al-
‘Allâmah Ath-Thîbiy berkata dalam Al-Mufîd:
َ َ َّ ََ َّ َ َ َ ‫ضـــا ُح ُروفىـــا َز ئـ‬ ‫َ َُ َ ى‬
‫ـــــده‬ ‫ـــــد َمت ل يفا يـ‬ ‫ـــــِت تقـ‬
‫ي‬ ‫لَع ٱلـ‬ ‫ــده‬ ‫ي‬ ‫َوٱســـتعملو أي‬
َّ ُ َ َ ‫ميــن ت يلــ َ َكـــٱل َهم‬ ََ َ َ ََ
‫ــهلت‬ ‫ي‬ ‫ـ‬ ‫س‬ ‫يــي‬ ‫ح‬ ‫ي‬ ‫ز‬ ‫كقصـــ يد َتفييـــ َوقـــد تف َّر َعـــت‬
ُ َ َ َ َّ ‫ٱلصــــادي َك‬ َّ ‫َو‬ ُ ُ َ َ
‫ــٱلز يي ك َمــا قــد قــالو‬ ‫َوأل يــــ كٱۡلَــــاءي إيذ ت َمــــــــال‬
َ ُّ َ َ َ َ َ َ
‫ـــمو ض َّمـــــــا‬ ‫كســــ َر ٱبت ي َد ئيـــهي أش‬ ‫ قييــل م َّيمـــــا‬:‫َوٱۡلَــاءي كــٱل َو وي كـــ‬
َ ُّ َ َّ َ َ َ ّ ُ َ َ َّ ُ َ َ
‫َوهَٰكــذ ٱل ُم إيذ َما غل يـظـــــــــت‬ ‫ــِت ت َر هـــا ف ي َمــــــت‬ ‫ي‬ ‫ـ‬ ‫ٱل‬ ‫وٱأليـــ‬
َ َ ُ ُ ُ ‫وها إ ي َذ لَـــم يـ‬َ ُّ َ َ ُّ َ
ُ ‫ييمــا َيظ َه‬
‫ـــر‬ َ ‫يــــم ف‬
ُ ‫ كــذ َك ٱل يم‬:‫ــت‬ ‫قل‬ ‫ـــظ يه ُرو‬ ‫وٱنلـــون عـــد‬
“Dan digunakan pula (dalam Al-Qurân) huruf-huruf tambahan,
sebagaimana yang telah dijelaskan faidahnya,
Seperti untuk meringankan (bacaan), dan terbagi huruf-huruf tambahan
tersebut: seperti hamzah saat ditas-hilkan,
Dan Alif seperti Ya saat diimalahkan, juga Shad yang mirip Zay
sebagaimana yang telah disebutkan para Ulama,
Dan Ya seperti Waw pada kata “Qwila” pada saat sebelumnya kasrah dan
digabungkan dengan isyarat memonyongkan bibir,
Dan juga Alif yang engkau lihat saat ditafkhîmkan, begitupun Lam saat
ditebalkan,
Dan Nun pada saat tidak diizh-harkan. Aku katakan: begitu pula Mim
pada saat tidak izh-har.”
Dalam bait-bait syair di atas, Al-‘Allâmah Ath-Thîbiy menyebutkan 8
(delapan) huruf far’iy. Jumlah ini merupakan jumlah terbanyak yang
menyebutkan jumlah huruf far’iy. Sebagian ulama mengatakan bahwa
jumlahnya 5 (lima). Sebagaimana dikutip oleh Al-Azhâriy (hlm. 86) bahwa

204
Alqâb (Julukan) Hurûf-Hurûf

Siboyah4 mengatakan, huruf tambahan berjumlah 5 huruf: Alif Mumâlah,


Hamzah Musahhalah, Lam Mufakhkhamah, Shad seperti Zay, dan Nun Mukhfâh.
Adapun yang disebutkan oleh Ath-Thîbiy adalah:
1. Hamzah Tashil, pada riwayah Hafsh terdapat pada Surat Fushshilat
‫ج ّي‬َ َ ۬
ayat ke-44: ‫م‬ ‫ء ع ي‬.
2. Alif Imâlah, pada riwayah Hafsh terdapat pada Surat Hûd ayat ke-41:
َ
‫ر َٰ َها‬ٜ ‫َم‬.
ّ
3. Shad mirip (bergabung dengan) Zay, seperti pada kata ‫ٱلص َر َٰ َط‬
‫ ي‬namun
tidak terdapat dalam riwayah Hafsh.
َ
4. Ya seperti Waw (Ya Isymam), seperti pada kata ‫ قييل‬yang dibaca
“qwila”, namun tidak terdapat dalam riwayah Hafsh.
5. Alif Tafkhîm, seperti Alif (mad) yang berada setelah huruf Dhad pada
ّ َّ َ
َ ‫ َوَل ٱلضٓال‬.
kata ‫يي‬
6. Lam Tafkhîm, yakni Lam pada lafazh Jalaalah yang sebelumnya
َّ
َٰ . ََ
dhammah atau fathah, seperti ‫لَع ٱّللي‬
َ َ
7. Nun yang bukan izh-har, seperti ‫مين قبل ي‬.
َ ‫تَرمييهم ِب‬.
َ ‫يج‬
8. Mim yang bukan izh-har, seperti ‫ارة‬ ‫ي ي‬
Huruf-huruf hijaiyyah (baik asli ataupun far’iy) merupakan huruf yang
digunakan dalam menyusun kata demi kata di dalam Al-Qurân. Huruf-huruf
inilah yang akan kita pelajari makhraj, sifat, dan hukum-hukumnya.5 «»

4
Juga dibaca Sibawayh. Namanya Abû Bisyr ‘Amr bin ‘Utsmân bin Qunbur. Lahir pada
tahun 148 H dan wafat pada tahun 180 H. di Syîrâz. Ia belajar nahwu kepada Al-Khalîl
bin Ahmadd Al-Farâhîdiy, lalu menjadi salah satu imam dalam ilmu nahwu. Pada masanya
terdapat dua madzhab nahwu yang paling terkenal: pertama, madzhab Bashrah yang
bersandar pada pemikiran ijtihadnya. Kedua, madzhab Kûfah, yang bersandar pada
pemikiran dan ijtihad Al-Imâm ‘Aliy Al-Kisâ`iy.
5
Hanya akan dipelajari huruf-huruf yang ada pada riwayat Imam Hafsh.
Syarh Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

MUQADDIMAH MAKHÂRIJUL HURUF


َ َّ َ ۡ
ُۡ
Makna At-Tartîl dalam Al-Qurân (‫ّتت ِيل‬ ‫)م ُعَنُٱ‬
Pada saat memerintahkan kaum muslimin dalam kaitannya dengan
bagaimana seharusnya membaca Al-Qurân, Allâh menggunakan kata at-
tartîl. Sebagaimana firman-Nya:
‫ّ ُ َ َ ى‬
‫ َو َرت ييل ٱلقر َء ن ترتيي ﵤ‬...‫ﵥ‬
Dalam terjemahan versi Kemenag RI, penggalan ayat yang berasal dari
QS. Al-Muzzammil ayat ke-4 ini diterjemahkan dengan “...dan bacalah Al-
Qurân dengan perlahan-lahan.”
Kata “perlahan-lahan” yang dikutip dalam terjemahan tersebut sangat
multi tafsir. Karena sejatinya tidak setiap yang perlahan-lahan bermakna
tartîl, begitupun tidak setiap yang tartîl mesti benar-benar perlahan-lahan.
Kemudian apa yang tersurat dalam ayat tersebut bukanlah seperti apa yang
diterjemahkan, karena ada penekanan tertentu di sana yang belum tampak
pada penerjemahan di atas.
Apabila kita telah mempelajari kaidah bahasa Arab, maka kita
memahami bahwa penggalan ayat tersebut merupakan kalimat perintah
yang tegas dan terdapat penekanan. Ketegasan tersebut tampak pada kata
perintah yang diikuti oleh maf’ul muthlaq yang memberikan faidah tawkîd
(penegasan) di akhir kalimatnya: warattilil qur-ana tartila. Maka, terjemahan
yang lebih tepat insyâllâh bagi penggalan ayat tersebut adalah “...dan
tartîlkanlah Al-Qurân dengan benar-benar tartil.”
Dari sini muncul pertanyaan, apa makna tartîl sebenarnya?
At-Tartîl berasal dari kata rattala-yurattilu-tartîlan, subjeknya adalah
murattil dan objeknya adalah murattal. Artinya adalah terstruktur rapi, teratur,
dan jelas. Dalam konteks membaca Al-Qurân, Ar-Râghib Al-Asfahâniy
mengatakan dalam Al-Mufradât bahwa tartîl bermakna:

206
Alqâb (Julukan) Hurûf-Hurûf

َ ‫إر َس ُال ٱل ََك َيمةي م َين ٱل َف يّم ب ُس ُهولَةي َوٱست ي َق‬


‫ام ية‬ ‫ي‬ ‫ي‬
“Mengeluarkan setiap kata dari mulut dengan ringan dan tepat.”
Sedangkan Al-Imâm Ibn Al-Jazariy meriwayatkan dalam An-Nasyr (I/
693), dari Al-Imâm ‘Aliy bin Abî Thâlib  bahwa tartîl bermakna:
‫وف‬
ُ َُ
‫وف َو َمع يرفة ٱل ُوق ي‬
‫ٱل ُر ي‬ ُ ‫ييل ُه َو ََتو‬
ُ ‫يد‬ ُ َ
‫ٱلَتت‬
‫ي‬
“Tartil adalah mentajwidkan huruf dan mengetahui kaidah waqf.”
Mentajwidkan huruf artinya membaca huruf sesuai dengan tempat
keluarnya dengan disertai sifat hak dan mustahaknya. Hak huruf adalah sifat
lâzimah yang senantiasa menyertai huruf seperti hams, jahr, syiddah, rikhwah,
qalqalah, dan sebagainya. Sedangkan mustahak huruf adalah sifat ‘âridhah
(yang sewaktu-waktu menyertai huruf tertentu) seperti ; sifat tafkhîm (suara
tebal), tarqîq (suara tipis), dan hukum-hukum yang terjadi dengan sebab
tarkîb (hubungan antar huruf), seperti ikhfâ, idghâm, atau madd yang lebih
dari dua harakat.
Ibn Al-Jazariy (I/ 688) juga menyebutkan beberapa atsar yang
menyebutkan tafsir dari makna tartîl, di antaranya:
Dari Ibn ‘Abbâs, beliau berkata: “Memperjelasnya.”
Dari Mujâhid, beliau berkata: “Berhati-hati saat membacanya.”
Dari Adh-Dhahhâk, beliau berkata: “Melontarkannya huruf demi huruf.”
Dari Ad-Dâniy, beliau berkata: “Berhati-hati dalam membacanya, dan
memisahkan pengucapan satu huruf dengan huruf berikutnya.”
Kemudian Ibn Al-Jazariy mengatakan bahwa semua itu dalam rangka
membantu tadabbur Al-Qurân dan memahami maknanya.
Diriwayatkan dari Ya’lâ bin Mamlak , beliau pernah bertanya
kepada Umm Salâmah  mengenai bacaan Nabi , maka:
‫ى‬ ‫ى‬ َ
َ َّ ‫ ُم َف‬ ‫ٱلر ُسول‬
‫َّس ى َحرفا َحرفا‬ َّ َ ‫أ َّن َها َن َع َتت ق َير َء‬
‫ي‬
“Bahwa sesungguhnya Umm Salâmah telah menyifati bacaan Rasulullah
, (yaitu membaca dengan) memperjelas huruf demi huruf.” [HR. At-Tirmidzi
2923]
Membaca Al-Qurân dengan tajwid juga bermakna membacanya
sebagaimana dahulu pertama kali diturunkan Allâh  kepada nabi
Syarh Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

Muhammad  melalui Malaikat Jibril . Inilah yang dikehendaki oleh Allâh


 dan yang lebih disukai-Nya. Dari Zayd bin Tsabit, dari Nabi  bersabda:
َ ُ َ ُ ُ َ َ َ َ ُ َ َّ َّ
‫ّلل ُي ُّيب أن ُيق َرأ هذ ٱلقر َء ن ك َما أن يزل‬ ‫إين ٱ‬
“Sesungguhnya Allâh menyukai Al-Qurân ini dibaca sebagaimana dahulu
diturunkan”. [Al-Imâm Ibn Al-Jazariy dalam An-Nasyr (I/ 687) menyandarkan
riwayat ini pada Al-Imâm Ibn Khuzaymah]
Membaca Al-Qurân sebagaimana dahulu diturunkan berarti
membacanya dengan bahasa, cara, dan gaya membaca orang-orang Arab
yang hidup pada masa nubuwwah (zaman kenabian), yakni para Sahabat .
Karena mereka menyimak secara langsung bagaimana Rasûlullâh 
membacakannya kepada mereka. Karenanya, kita juga diperintahkan untuk
membaca Al-Qurân dengan dialek dan gaya bahasa orang-orang Arab yang
fasih, yakni dialek dan gaya bahasa para Sahabat . Diriwayatkan dari
Hudzayfah bin Al-Yaman, Rasûlullâh  bersabda:
َ ُ ُ َ ُ َّ َ َ َ َ َ َ
َ ‫ون أهل ٱلك َيتابَي‬ ُ ُ‫ٱق َر ُءو ٱل ُقر َء َن بل‬
‫أهل‬
‫ي‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ا‬‫إي‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫يه‬ ‫ت‬ ‫و‬ ‫أص‬‫و‬ ‫ب‬
‫ي‬ ‫ر‬‫ع‬ ‫ٱل‬ ‫ون‬
‫ي‬ ‫ح‬ ‫ي‬
‫سق‬
‫ٱلفي ي‬
“Bacalah Al-Qurân dengan dialek orang Arab dan suara-suaranya yang
fasih. Dan berhati-hatilah kalian dari dialeknya Ahli Kitab dan langgamnya orang-
orang fasik.” [HR. Ath-Thabarâniy dan Al-Bayhâqiy]
Ibnul Jawzi mengatakan dalam Al-‘Ilal Al-Mutanâhiyah [1/ 111] bahwa
sanad hadits ini tidak shahih dan Asy-Syaikh Al-Albaniy mendhaifkan hadits
ini dalam Dha’îful Jâmi’ [1067].
Namun demikian, para ulama ahli qirâah menyepakati keharusan
membaca Al-Qurân dengan dialek Arab dan bahasanya yang paling fasih.
Jadi, walupun dalam sanadnya terdapat perbincangan, namun matn
haditsnya diterima oleh para ulama. Berkaitan dengan hal ini, Al-Imâm Ibn Al-
Jazariy berkata dalam Thayyibatun Nasyr:
َ ‫ــو ىد بٱل‬ َ ‫ُ َ َّ ى‬ ُ ُ
َ ‫ــعــــ‬
‫ــر يب‬ ‫ي‬
َّ ‫ـــج‬ ‫ــرتـــ ُم‬ ‫م‬ ‫ب‬ َ َ
‫ـون ٱلعــر ي‬
َ ‫َمــع ُحسـ‬
‫ـن صــوت بيلحـ ي‬
‫ي‬
“Dengan suara yang bagus: dengan dialek Arab, dengan tartîl (khusyu’
dan tadabbur), tajwîd (tepat makhrajnya dan sempurna sifatnya), serta dengan
bahasa Arab (yang paling fasih).”
Itulah makna Tajwidul Huruf.

208
Alqâb (Julukan) Hurûf-Hurûf

Sedangkan yang dimaksud ma’rifatul wuqûf artinya memahami


kapan dan di mana kita boleh atau harus berhenti, serta kapan dan di mana
kita boleh atau harus memulai membaca Al-Qurân. Sungguh, tidaklah
seseorang memahami persoalan wuqûf, kecuali bila ia memahami makna
yang terkandung pada setiap ayat yang dibaca.
Oleh karena itu, kesempurnaan membaca Al-Qurân dengan tartîl
hanya bisa diraih bila memenuhi kedua aspek yang saling berkaitan:
pertama, membacanya dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid;
kedua, memahami apa yang dibacanya, sehingga ia bisa mentadabburi
isinya, meresapi makna yang terkandung di dalamnya, dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Bila kita belum bisa meraih keduanya secara
bersamaan, maka minimal kita sudah berusaha untuk memenuhinya satu per
satu. Semoga Allâh memberikan kita kesabaran dan keistiqamahan
sehingga bisa melalui semua proses ini hingga mencapai apa yang
diharapkan. Âmîn.
‫ۡح‬ َۡ ‫ََ ح‬
Urgensi Tajwîdul Hurûf (ُ ِ ُ‫ُٱلُ حوُر‬ ُ ‫)أه ِِم َّية‬
‫ُتوي ِ ِد‬
Di antara urgensi mempelajari tajwîdul hurûf, sebagaimana telah
berlalu uraiannya saat kami menjelasakan maksud dari An-Nâzhim:
َ َ ‫َ ى‬ ُّ َ َ َُ َ ٌ
‫وع أ َّوَل أن َيعل ُمــــو‬ ُ
‫ـــــر ي‬ ‫قبــــل ٱلش‬ ُ
‫ـــــم‬ ‫ـــــب َعلــــي يه ُم ُم َّت‬ ‫ج‬ َ
‫إذ و ي‬
َ ُّ َ ُ َ ََ
‫ـــــاتۦ‬
‫ي‬ ‫يۡلَلفيظــــــو بيِف َصــــــ ي ٱللغـ‬ ‫اتۦ‬‫ٱلصــــف ي‬
ّ
‫وف َو ي‬ ُ ‫ٱل‬
‫ــــر ي‬ ُ ‫َمــــار َج‬
‫ي‬
“Maka wajib secara mutlak bagi para pembaca Al-Qurân, sebelum mereka
mulai membaca Al-Qurân, hendaklah terlebih dahulu mempelajari dan memahami,
Tempat-tempat keluarnya huruf hijaiyyah serta sifat-sifat yang
mengiringinya, agar mereka bisa mengucapkan huruf demi huruf tersebut dengan
bahasa yang paling fasih.”
Sebagaimana kita ketahui, bahwa Al-Qurân diturunkan pada masa
Nabi Muhammad  dengan bahasa Arab yang digunakan pada saat itu.
Setiap lafazh terjaga karena orang-orang Arab masa itu memang
menggunakan bahasa Al-Qurân dalam percakapan sehari-hari mereka.
Seiring dengan perkembangan zaman dan perluasan kekuasaan kaum
muslimin, maka bahasa Arab mulai tercampur dengan dialek asing yang
sedikit banyak berpengaruh kepada perubahan bahasa asli Al-Qurân.
Syarh Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

Maka dari itu, para ulama kemudian merumuskan metode dan


menyusun keilmuan yang membahas bagaimana huruf-huruf hijaiyyah
tersebut diucapkan dengan benar. Mereka menyusun riwayat yang mereka
terima itu dalam teori-teori tajwid, menuangkannya dalam tulisan yang
dapat menjaga kemurnian bacaan Al-Qurân sehingga Al-Qurân tetap terjaga
keasliannya.
ۡ
ََ ‫ۡ ح‬
َ
Pengertian Makharijul Huruf (ُ ِ ُ‫ُٱلوُر‬
ُ ‫ار ِج‬
ِ ‫)ت ُع ِوُريفَُم‬
ََ ُ َ َ
Makhârij (‫ار ُج‬
‫ )َم ي‬adalah bentuk jamak dari makhraj (‫ )َمرج‬yang berarti
“tempat keluar”. Jadi makhârij berarti “tempat-tempat keluar”. Sedangkan
ُ ُ ُ َ
al-hurûf (‫ل ُروف‬‫ )ٱ‬adalah bentuk jamak dari al-harf (‫لرف‬ ‫ )ٱ‬yang secara bahasa
berarti “ujung sesuatu” dan secara istilah bermakna: suara yang keluar dari
tempat keluar muhaqqaq (tertentu) atau muqaddar (tidak tentu). Asy-Syaikh
‘Utsmân Murâd mengatakan dalam As-Salsabîl:
ََ
ّ‫لَع َم َقــــاط َيع ل َ َهــــا ِف ٱل َف ي‬ َ
‫ــــم َحــــد‬ ‫ي‬
ٌ ‫لــر َف َصــو‬
‫ت ٱع َت َمــد‬ َ ‫ٱعلَــم بــِ َّن ٱ‬
‫ي‬
ُ ‫ـــع ُخ‬ َ ُ َّ‫ــر ُج ٱعلَــم أن‬
َ ‫وج ٱ‬
‫لـــر يفۦ‬ ‫ـــر ي‬ ُ ‫ض‬ ‫َمعنـــاهُ َمو ي‬ ‫ــه يِف ٱل ُعــر يفۦ‬ َ ‫َوٱل َم‬
“Ketahuilah bahwasanya yang dimaksud dengan huruf adalah suara yang
bersandar pada tempat-tempat yang terputus padanya di dalam mulut dengan
batasan-batasan tertentu,
Dan yang dimaksud dengan makhraj ketahuilah bahwasanya secara ‘urf
ia bermakna tempat keluarnya setiap huruf.”
Adapun secara istilah, makhârijul hurûf bermakna:1
َ َ ُ َّ ‫ت ٱ ُّنلطق بهي َف َي َت َم‬ َ َ َّ ُّ َ َ
‫يه ي‬
‫ي‬ ‫غ‬ ‫ن‬‫ع‬ ‫ه‬
‫ي‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ّي‬ ‫ي ي‬
ُ ‫ندهُ َصو‬
َ ‫نقط ُع يع‬
‫ي‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ّل‬
‫ي‬ ‫لر يف ٱ‬ ‫ُمل ُخ ُر ي‬
َ ‫وج ٱ‬

“Tempat keluarnya huruf yang merupakan titik berakhirnya suara


(disukunkan) padanya, sehingga bisa membedakan huruf yang satu dengan yang
lainnya.”
Makhraj muhaqqaq adalah makhraj yang berhubungan erat dengan
tempat tertentu, baik itu al-halq (tenggorokan), lisan, atau dua bibir.
Sedangkan makhraj muqaddar adalah makhraj yang sumber suaranya tidak

1
https://mawdoo3.com/‫تعريف_مخارج_الحروف‬

210
Alqâb (Julukan) Hurûf-Hurûf

terdeteksi pada titik tertentu dan letaknya tidak berhubungan dengan


tempat tertentu. Tidak dengan al-halq (tenggorokan), lisan, atau dua bibir.
Dengan adanya makhraj yang berbeda-beda ini, manusia bisa merangkai sebuah
kata. Karena kata tersusun dari huruf, sedangkan huruf merupakan suara yang
dihasilkan dari makhraj tertentu. Maka, sebuah kata atau kalimat hakikatnya adalah
kumpulan makhraj-makhraj yang dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh.
Inilah yang membedakan manusia dengan hewan, dimana hewan tidak memiliki
makhraj yang bervariasi, sehingga suara yang dihasilkannya hanya satu, atau satu jenis
suara saja. Karenanya hewan tidak bisa merangkai kata dan berbicara.

َ
ُ ‫)أق َس ُم ٱل َم َ ار يج‬
‫ٱل ُر ي‬
Bait Ke-9: Pembagian Makhârijul Hurûf (‫وف‬ ‫ي‬
An-Nâzhim mengatakan:
َ ‫ــــارهُ َمـــــن ٱخ َتـــــ‬
ُ ‫ـ‬ َ ‫لَع َّٱّليي ََي‬
‫ت‬
ََ َ َ
‫وف َســب َعة َعشـــر‬ ُ ‫ٱل‬
‫ــر ي‬
ََ
ُ ‫َمــار ُج‬
‫ي‬ ‫ي‬ 9

“Makharijul huruf itu berjumlah tujuh belas, berdasarkan pendapat yang


dipilih oleh para Ulama Ahli Qiraah.”

Syarh:
Makhârijul hurûf terbagi menjadi dua:
1) Makhraj Umum, yaitu:
ۡ
a. Rongga (ُ‫)ال َج ۡوف‬
ۡ ۡ
b. Tenggorokan (ُ‫)ال َحلق‬
c. Lidah (ُ‫)الل َسان‬
َ َ َّ
d. Dua Bibir (ُ‫)الشفتان‬
َ ۡ
e. Rongga Hidung (ُ‫خ ۡيشوم‬ ُ ‫)ال‬
Syarh Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

2) Makhraj Khusus, yang merupakan rincian dari makhraj umum. Inilah yang
maksud An-Nâzhim dalam baitnya, bahwa kebanyakan ulama dan
merupakan pendapat yang terpilih menurut An-Nâzhim jumlahnya ada 17
tempat, dengan rincian sebagai berikut:
a. Rongga, terdapat satu makhraj untuk satu huruf, yakni huruf-huruf
madd (Alif sebelumnya fathah, Ya madd sebelumnya kasrah, dan Waw
madd sebelumnya dhammah).
b. Tenggorokan, terdapat tiga makhraj untuk enam huruf hijaiyyah:
َ ‫)أق َص ٱ‬, yakni tenggorokan yang paling
1) Pangkal tenggorokan (‫لل يق‬
jauh dari rongga mulut, tepatnya terletak di pita suara. Yakni
dengan menggetarkannya maka keluar huruf Hamzah (ُ ‫ )ٱل َهم َز‬dan
ُ ‫)ٱل َه‬.
Ha (‫اء‬

2) Tenggorokan bagian tengah (‫ٱلل يق‬ ‫)وس‬, tepatnya terletak di katup


epiglottis, sedikit di atas pita suara. Yakni dengan menggerakkan
dan sedikit menekan katup maka keluar huruf ‘Ain ( ‫ي‬ ُ ‫ )ٱل َع‬dan Ha

ُ ‫)ٱل‬.
(‫اء‬
َ ‫)أد َن ٱ‬, tepatnya adalah pertemuan antara
3) Tenggorokan luar (‫لل يق‬
akar lidah dengan bagian terluar dari tenggorokan di sekitar uvula
ُ ‫ )ٱل َغ‬dan Kha (‫)ٱلَاء‬.
(laklakan), maka keluar huruf Ghain (‫ي‬
c. Lidah, terdapat 10 makhraj untuk 18 huruf hijaiyyah:
1) Pangkal lidah (‫)أقص ٱللسان‬, yang bersentuhan dengan langit-langit
ُ َ
lunak (‫)ٱلن ٱألَع ٱللحم‬, maka keluar huruf Qaf (‫)ٱلقاف‬.

2) Pangkal lidah (‫)أقص للسان‬, yang bersentuhan dengan langit-langit


َ ‫ٱللحم وٱ‬
lunak dan keras sekaligus (‫لعظم‬ ‫)ٱلن‬, maka keluar huruf
ُ َ
Kaf (‫)ٱلَكف‬.

3) Tengah lidah (‫)وس ٱللسان‬, yang bertemu dengan langit-langit ( ‫ٱلن‬


ّ
ُ ‫)ٱلش‬,
ُ ‫)ٱل‬, Syin (‫ي‬
‫)ٱألَع‬, keluar huruf Jim (‫يم‬ ‫ي‬ ‫ي‬ dan Ya (‫ )ٱۡلَاء‬bukan madd.

212
Alqâb (Julukan) Hurûf-Hurûf

4) Salah satu sisi lidah (‫)حافِت ٱللسان‬, baik yang kiri atau yang kanan,
atau keduanya, bersentuhan dengan dinding gigi geraham atas
َّ
(‫)ٱأرض س ٱلعليا‬, maka keluar huruf Dhad (‫)ٱلضاد‬.

5) Ujung sisi lidah (‫)أدن حافة ٱللسان‬, dari sisi kiri ke kanan sampai ke
ujungnya bersentuhan dengan langit-langit yang dekat dengan gusi
ّ
gigi seri atas, maka keluar huruf Lam (‫)ٱل م‬.

6) Ujung lidah (‫)طرف ٱللسان‬, bersentuhan dengan langit-langit yang


dekat dengan gusi gigi seri atas, di bawah makhraj Lam, maka
ُ
keluar huruf Nun (‫)ٱنلُّون‬.

7) Ujung lidah lebih masuk ke punggungnya (‫ )ظهر ٱللسان‬bersentuhan


dengan langit-langit yang dekat dengan gusi gigi seri atas, dekat
َّ
makhraj Nun, keluar huruf Ra (‫)ٱلر ء‬.

8) Ujung lidah (‫)طرف ٱللسان‬, bersentuhan dengan gusi gigi seri atas
َّ
(‫)أصول ٱثلنايا ٱلعليا‬, keluar tiga huruf Tha (‫)ٱلطاء‬, َّ
Dal (‫)ٱدل ل‬, dan Ta
َّ
(‫)ٱتلاء‬.

9) Ujung lidah (‫)طرف ٱللسان‬, mendekat ke arah bagian atas gigi seri
ُّ ‫)فوق ٱثلنايا ٱ‬, sambil menyisakan sedikit celah di antara
bawah (‫لسفىل‬
ُ َّ َّ
lidah dengan gigi, keluar tiga huruf Shad (‫)ٱلصاد‬, Zay (‫)ٱلز ي‬, dan Sin
ُ
(‫)ٱلسيي‬.

10) Ujung lidah (‫)طرف ٱللسان‬, yang bertemu dan disentuhkan dengan
َّ
ujung gigi seri atas (‫)طرف ٱثلنايا ٱلعليا‬, keluar tiga huruf Zha (‫)ٱلظاء‬,
َّ
Dzal (‫)ٱّل ل‬, dan Tsa (‫)ٱثلَّاء‬.
d. Dua bibir, terdapat dua makhraj untuk empat huruf hijaiyyah,
1) Perut bibir (bagian dalam bibir) bawah (‫لسفىل‬ ُّ ‫)بطن ٱلشفة ٱ‬,
ُ
bersentuhan dengan ujung gigi seri atas (‫) َط َرف ٱثلَّنَاي َا ٱل ُعليَا‬, keluar
َ
huruf Fa (‫)ٱلفاء‬.
Syarh Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

2) Dua bibir (‫ان‬َ َ َّ ُ


‫)ٱلشفت ي‬, yang disentuhkan akan keluar huruf Mim (‫)ٱل يميم‬
dan Ba (‫)ٱلَاء‬. Kemudian saat dimonyongkan akan keluar huruf Waw

(‫)ٱل َو ُو‬.
Rongga hidung, terdapat satu makhraj untuk dua huruf hijaiyyah,
yakni huruf Nun (‫ )ٱنلُّون‬dan Mim (‫يم‬
ُ ‫)ٱل يم‬. Jadi, kedua huruf ini memiliki dua

makhraj. Pertama makhraj asli mereka (makhraj mukammal) yang sudah


disebutkan di atas, dan yang kedua yakni makhraj yang ada di rongga
hidung yang merupakan makhraj penyempurna (makhraj mukammil).
Asy-Syaikh ‘Utsmân bin Sulaymân Murâd berkata dalam As-Salsabîl:
َ َ ََ َ ََ
َ ‫لَع‬ َ َّ ‫ٱخ َتلَـــ َ ٱل ُق‬
‫ــــــج‬
‫ي‬ ‫ت‬ ‫ــــــة‬ ‫ث‬ ‫ث‬ ‫يب‬ ‫ه‬ ‫ــــــذ‬ ‫م‬ ‫ـــر ُء يِف ٱل َم ـــاري يجۦ‬
َ َ َّ َ َّ ُ َ
‫يــــتة َعشـــــر‬ َ
‫يــــيب َويهي س‬‫َوعينــــ َد س‬ ‫فــ َ عينــ َد قطــ ُرب أرَِــع عشـــر‬
َ َ َّ َ ُ ‫َومــذ َه‬
‫ــــــد َرها ب ي َســـــــب َعة َو َعشــــــــ ير‬
‫قـ‬ ‫لــ َزريي‬ َ ‫بٱ‬
َ ‫لل ييــل وٱبــن ٱ‬
‫ي‬ ‫ي‬
َ ُ ُّ ُ ُ ‫ُمع َظـ‬ َ َ َّ
‫ــــم َمـــــن ُيَـ‬
‫ــــويد ٱلقر َء نـــــا‬ ‫ـــرَ َعليـــهي ٱلنـــا‬
َ ‫ّلي َج‬‫َوهـــ َو ٱ ي‬
“Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah makharijul huruf,
terbagi atas tiga pendapat (madzhab) sebagai berikut,
Menurut Quthrub ada empat belas, dan menurut Siboyah ada enam belas,
Adapun menurut Al-Khalîl dan Ibn Al-Jazariy, jumlahnya tujuh belas,
Pendapat inilah yang dipegang sekarang oleh kebanyakan para ulama ahli
tajwid.”
Berikut uraian dari apa yang telah disebutkan dalam bait-bait syair di
atas:
1) Quthrub2 (w. 206 H) dan Al-Farrâ (w. 215 H),3 mengatakan ada 14
(empat belas) tempat, dengan menghilangkan makhraj al-jauf dan

2
Nama aslinya adalah Abû ‘Aliy Muhamad bin Al-Mustanîr Al-Bashriy. Quhtrub adalah
julukan yang diberikan oleh gurunya, Siboyah. Quthrub artinya sesuatu yang selalu
bergerak dan tidak pernah istirahat. Lih. Syaikh Utsmân bin Sulaymân Murâd dalam Syarh
As-Salsabîlusy Syâfi hlm. 52.
3
Ia adalah Yahya bin Ziyâd bin Abdullâh Al-Aslamiy. Terkenal dengan nama Al-Farra Ad-
Daylamiy (Abu Zakariya). Lahir di Kufah pada 144 H dan wafat pada tahun 215 H.

214
Alqâb (Julukan) Hurûf-Hurûf

menjadikan al-lisân 8 makhraj, yakni menyatukan makhraj huruf Lam,


Nun, dan Ra.
2) Siboyah, Ad-Dâniy dan Asy-Syâthibiy4 berpendapat bahwa tempat
keluarnya huruf ada 16 (enam belas), dengan menghilangkan
makhraj al-jauf. Adapun sisanya sama dengan apa yang diuraikan
oleh Al-Khalîl dan Ibn Al-Jazariy.
Al-Khalîl bin Ahmad Al-Farâhîdiy5 dan Ibn Al-Jazariy berpendapat bahwa
jumlah tempat keluarnya huruf ada 17 (tujuh belas). Ini merupakan
pendapat yang dipilih oleh kebanyakan ulama ahli tajwid dan qiraat
sekarang ini. Rinciannya adalah Al-Jauf: 1 makhraj, Al-Halq: 3 makhraj, Al-
Lisan: 10 makhraj, Asy-Syafatan: 2 makhraj, dan Al-Khaisyum: 1 makhraj.
Apabila Makharijul Huruf diibaratkan sebagai sebuah negara. Kita sebut saja
“negara Makhraj”. Maka, negara makhraj memiliki lima buah kota: al-jauf, al-halq,
al-lisân, asy-syafatân, dan al-khaisyûm. Lima kota ini menampung 29 penghuni, yakni
huruf-huruf hijaiyyah yang tinggal pada 17 rumah. Jadi, penduduk negara makhraj
berjumlah 29 jiwa yang tersebar pada 17 rumah di lima kota.

Cara Mengetahui Makhraj Setiap Huruf


Cara mengetahui makhraj huruf hijaiyyah adalah dengan men-sukun-
kan huruf yang akan dicari makhrajnya, lalu letakkan Hamzah fathah (huruf
berharakat) di depannya.

Ucapkan
Letakkan huruf
Sukunkan/ keduanya, letak
berharakat
tasydidkan huruf makhraj huruf
sebelum huruf
yang dicari adalah pada saat
tersebut
suara berhenti

4
Abû Muhamad atau Abul Qâsim, Al-Qâsim bin Fiyrruh bin Khalaf bin Ahmad. Lahir pada
538 H. di Syathibah (Xativa), Andalusia. Penulis Matn Hirzul Amani wa Wajhut Tahâni fil
Qiraat As-Sab’, atau yang dikenal dengan nama Manzhumah Asy-Syathibiyah. Wafat di
Kairo pada tahun 590 H.
5
Abû Abdirrahman, Al-Khalîl bin Ahmadd Al-Farahidi Al-Bashriy. Al-Khalîl merupakan
peletak dasar ilmu ‘ârudh. Lahir pada tahun 100 H. dan wafat pada tahun 173 H. di
Bashrah pada masa Harun Al-Rasyid. Ia belajar kepada Abdullâh bin Abî Ishâq Al-
Hadhramiy Al-Bashriy.
Syarh Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

ALQÂB (JULUKAN) HURÛF-HURÛF


Orang-orang Arab mengelompokkan sebagian huruf dan
memberinya julukan sesuai dengan tempat keluar ataupun sifat-sifatnya.
Asy-Syaikh ‘Utsmân Murâd dalam As-Salsabîl mengatakan:
َ ُ ‫َأل َقـــــ‬
‫لــو يف ٱســ ُمها َجوف َّييــة‬ َ ‫فَــِح ُر ُف ٱ‬ ‫اب ُه َّن َعشــــــ َر ٌ َجل َّييـــــة‬
َ ُ ُ َ ُ َ
‫َوٱلقـــاف َوٱلـــَكف ه َمـــا لهوي َّيـــة‬
َ
‫للــ يق ٱســ ُمها َحلقي َّيــة‬ َ ‫وأحــ ُر ُف ٱ‬
َ ُ َّ َ ّ ُ
‫وٱلـــــ ُم وٱنلُّـــــون َو َر ذلقي َّيـــــة‬ ‫ــي َويَـــا شـــج ير َّية‬ ُ ‫لشـ‬ ‫يم وٱ ي‬ ‫لـــ‬
‫وٱ ي‬
َ

َّ‫لصـــفي قُـــل أَســـل يية‬ َّ ‫حـــر ُف ٱ‬


ُ
َ
‫وأ‬ ‫عيــــــة‬ َّ ‫اء وٱ َّدل ُل َوتا ن يط‬ُ ‫لطـــــ‬ َّ ‫وٱ‬
‫ي‬
َّ‫ـــفاه ي قُـــل َشـــفوية‬
َ ّ ُُ َ َ ُ َّ ُ َّ
‫ي‬ ‫لش‬
‫وأحـــرف ٱ ي‬ ‫اء وٱّل ل وثــــا يثلوي َّيـــــة‬‫وٱلظــــــ‬
َّ ُ ُ ُ َ َ
َ ‫وف ٱ‬ َ َ ُ َّ َ َّ
‫يقۦ‬
‫ــوف بيــٱتلح يق ي‬
‫ل ي‬ ‫فــ حــر‬ ‫يق‬
‫أمـــــا ٱلهو ئييــــة يـــــا صـــ يد ي‬
“Julukan-julukan huruf itu ada sepuluh dan sudah diketahui oleh orang-
orang Arab, maka huruf-huruf yang keluar dari jauf namanya adalah huruf
jaufiyyah,
Dan huruf-huruf yang keluar dari halq namanya adalah halqiyyah, huruf
Qaf dan Kaf mereka berdua disebut Lahwiyyah,
Huruf Jim, Syin, dan Ya disebut Syajriyyah, sedangkan Lam, Nun, dan Ra
disebut Dzalqiyyah,
Huruf Tha, Dal, dan Ta disebut Nith’iyyah, dan huruf-huruf Shafîr disebut
Asliyyah,
Huruf Zha, Dzal, dan Tsa disebut Litswiyyah, dan huruf-huruf yang keluar
dari kedua bibir disebut Syafwiyyah,

216
Alqâb (Julukan) Hurûf-Hurûf

Adapun huruf-huruf yang disebut Hawâiyyah wahai sahabatku, maka


telah jelas bahwa itu merupakan nama lain bagi huruf-huruf yang keluar dari
jauf.”
Asy-Syaikh ‘Utsmân Murâd tidak menyebutkan huruf Dhad dalam
bait-bait syairnya. Namun, apabila kita melihat sumber yang lain, maka kita
bisa mengelompokkan seluruh huruf hijaiyyah berdasarkan julukannya
sebagai berikut:
No Huruf Laqab (Julukan)
ُ َ ُ ٌ َ ُ َ ُ
1&2 ‫أل ي َوأخ َتاها مين ُح ُروف ٱل َم ّ يد‬ ‫ هو ئ ي َّية‬/ ‫َجوف َّيية‬
ٌ ‫ َخ‬,‫ي‬
‫اء‬ ٌ ‫ َغ‬,‫اء‬ ٌ ‫ َه‬,ٌ ‫َهم َز‬
ٌ ‫ َع‬,‫اء‬
ٌ ‫ َح‬,‫ي‬ ُ
‫َحلقي َّية‬
3
ٌ َ ٌ َ َ
4 ‫ َكف‬,‫قاف‬ ‫لهوي َّية‬
ٌ ‫ َض‬,‫اء‬ َ
5 ‫اد‬ ٌ َ‫ ي‬,‫يي‬ ٌ ‫ ش‬,‫يم‬ٌ ‫ج‬
‫ي‬ ‫شجري َّية‬
ٌ ُ َ َ
6 ‫ َر ٌء‬,‫ نون‬,‫َل ٌم‬ ‫ذلقي َّية‬

7
ٌ‫ تَاء‬,‫ َد ٌل‬,‫اء‬
ٌ ‫َط‬ َّ ‫ن يط‬
‫عية‬
ٌ ‫َص‬ َ
8 ‫يي‬ ٌ ‫ َز‬,‫اد‬
ٌ ‫ س‬,‫ي‬ ‫أسل َّيية‬

9
ٌ َ‫ ث‬,‫ َذ ٌل‬,‫اء‬
‫اء‬ ٌ ‫َظ‬ َّ ‫يثل‬
‫وية‬

10 ‫ييم‬ ٌ َ‫ف‬
ٌ َ‫ ب‬,‫ َو ٌو‬,‫اء‬
ٌ ‫ م‬,‫اء‬ َ
‫شفوي َّية‬

Al-‘Allâmah As-Samannûdiy berkata tentang julukan huruf Dhad


dalam La`âli`ul Bayân:
َ َ ‫َّ ى‬ َ َ َ ُ ٌ ّ ُ
‫رية ك َمــا ث َبــت‬ ‫َمــع ضــاديها شــج‬ ‫اء لقي َبــــت‬‫ي َويَـــــ‬
ُ ‫لش‬
‫يم َوٱ ي‬ ‫ل‬ َ
‫وٱ ي‬
“Huruf Jim, Syin, Ya, dan juga huruf Dhad dijuluki Syajriyyah sebagaimana
telah tetap menurut para ulama.”
Adapun sebab penamaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jaufiyyah: disebabkan tempat keluarnya di al-jauf (rongga yang
mencakup rongga tenggorokan dan rongga mulut),
Syarh Al-Muqaddimah Al-Jazariyyah

2. Hawâ`iyyah: disebabkan huruf-huruf madd pada saat diucapkan


mengikuti aliran al-hawâ (udara) dan tidak berhenti kecuali seiring
dengan berhentinya udara atau napas.
3. Halqiyyah: disebabkan tempat keluarnya dari al-halq (tenggorokan),
yakni dimulai dari pita suara sampai akar lidah yang menyentuh
laklakan. Menurut para ulama yang meniadakan makhraj al-jauf,
maka huruf halqiyyah ditambah Alif.
4. Lahwiyyah: disebabkan kedekatan tempat keluarnya dengan Al-Luhah,
yaitu laklakan (uvula).
5. Syajriyyah: disebabkan tempat keluarnya dari syajratul famm (ruang/
rongga di antara lidah dengan langit-langit). Huruf Yâ madd
digolongan ke dalam huruf Syajriyyah menurut para ulama yang
meniadakan makhraj al-jauf.
6. Dzalqiyyah: disebabkan keluar dari dzalqul lisân (ujung lidah).
7. Nith’iyyah: disebabkan tempat keluarnya dekat dengan nith’ul famm
(langit-langit yang dekat dengan gusi).
8. Asliyyah: disebabkan keluar dari aslatul lisân, yaitu ujung lidah bagian
depan. Disebut juga huruf-huruf shafîr, disebabkan memiliki suara
desis yang khas yang tidak dimiliki huruf yang lain.
9. Litswiyyah: disebabkan tempat keluarnya dengan dengan al-litsah
(gusi).
10. Syafwiyyah: disebabkan tempat keluarnya pada bibir (asy-syafah).

218

Anda mungkin juga menyukai