Anda di halaman 1dari 4

Tugas Hermeneutik dan Semiotik

Nama : Muhammad Amin Husaini NIM : 11200340000031 Kelas : 6D

Marcel Danesi lahir 1 oktober 1946 di Lucca, Italia. Ia adalah profesor Semiotika dan
Antropologi Linguistik di Universitas Toronto. Ia dikenal karena karyanya dalam bahasa,
komunikasi, dan semiotik; menjadi Direktur Program dalam teori semiotika dan
komunikasi. sebagaimana dituliskan dalam karyanya semiotik berasal dari bahasa Yunani,
semeion yang berarti tanda, di dalamnya dijelskan mengenai pengantar semiotika.1Dia juga
memegang posisi di Universitas Rutgers (1972), Universitas Roma "La Sapienza" (1988),
Universitas Katolik Milan (1990), dan Universitas Lugano. Dia adalah pemimpin redaksi
Semiotica, jurnal resmi Asosiasi Internasional untuk Studi Semiotika , dan mantan
presiden Masyarakat Semiotik Amerika. Danesi adalah penulis banyak buku. Karya-
karyanya yang diterbitkan mempertimbangkan aspek semiotik dan antropologis dari emoji,
budaya populer, teka-teki, kejahatan, pemuda, dan berbagai topik lainnya.
Tujuan dari semiotik menurutnya adalah menjawab pertanyaan apakah makna dari
<X=. „X‟ ini dapat berupa apa saja baik sebuah kata atau gerakgerik tubuh (gesture).
Besaran dari X sendirimungkin bervariasi, tetapi pertanyaan dasarnya tetaplah sama.
Seperti contohnya ketika kita menanyakan simbol sebuah X, maka padangan dan makna setiap
orang akan berbeda. Danesi berusaha mencontohkan representasi dari makna X yang dapat
diwakilkan dengan huruf Y. Danesi menjelaskannya dengan memberi contoh warna <Merah=.
Tentu saja, merah merupakan sebuah „term‟ warna. Pada level dasar, merah merujuk pada
warna primer. Tetapi sebenarnya, merah bisa menjadi simbol baru bagi berbagai makna
lain. contohnya, dalam lampu lalu lintas, warna merah dimaknai dengan „berhenti‟ bagi
siapapun yang berhadapan dengan simbol tersebut, begitu pun berbeda ketika warna merah
diletakkan dalam sebuah bendera yang pada umumnya diartikan sebagai keberanian.
Merah menjadi contoh dari sebuah simbol. Merupakan sesuatu, X (warna), yang berdiri
untuk sesuatu yang lain, Y (rambu lalu lintas dan bendera).
Menurut Marcel Danesi, tanda (signs) merupakan segala sesuatu yang
mempresentasikan sesuatu lainnya. Segala sesuatu tersebut dapat diartikan seperti isyarat
tertentu, gesture, objek, rumusan matematika, dan lain sebagainya, sedang sesuatu lainnya
adalah hal yang keberadaannya diwakili oleh segala sesuatu yang dipandang sebagai
tanda.5 Dalam kaitannya ini, Gambar dapat diartikan sebagai konsep. Ia menjelaskan
bahwa sebuah simbol yang berwujud dalam sebuah tampilan visual memiliki kaitan dengan
penanda dimana tampilan itu menjadi representasi atau konsep sosial. Hal ini disebabkan
karena sistem budaya tempat sebuah tanda berada berasosiasi dan berkonotasi pada
pemaknaan sebuah gambar. Oleh karena itu, tanda didefinisikan sebagai : something that stands
for something (someone) else in some capacity [sesuatu yang menjelaskan sesuatu (seseorang)
lain dalam kapasitas tertentu]. Seringkali term „makna‟ dan „signifikasi‟ digunakan secara
bergatian dalam semiotik. Pada dasarnya, signifikasi adalah apa yang terjadi pada pikiran kita
ketika kita menggunakan atau menafsirkan sebuah tanda. Jadi proses signifikasi ini adalah
relasi X=Y itu sendiri. Kemudian berkembang menjadi dua cara yang dikenal
dengan„denotasi‟ dan „konotasi‟.Konotasi memungkinkan orang-orang memaknai sesuatu
secara luas dengan kreatifitasnya. maka pada kenyataannya, kerja „signifikasi‟ dalam
penafsiran pada teks menghasilkan berbagai kreatifitas seperti puisi, novel, komposisi musik,
karya seni, dan sebagainya. Disebabkan karena konotasi menjadi hal yang berjalan dalam latar
budaya dalam memaknai tanda-tanda, maka konotasi menjadi sebuah inti dari semiotik.
Kemampuan otak dalam memproduksi dan memaknai tanda dapat disebut dengan semiosis,
sementara aktivitas pembangunan pengetahuan pada kemampuannya disebut dengan
represetasi. Marcel Danesi mendefinisikan representasi sebagai proses perekaman gagasan,
pengetahuan, atau pesan secara fisik. Secara lebih tepat dapat didefinisikan sebagai
penggunaan „tandatanda‟ (gambar, suara, dan sebgainya) untuk menampilkan ulang
sesuatu yang diserap, diindra, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik. Di dalam
semiotika dinyatakan bahwa bentuk fisik sebuah representasi, yaitu X, pada umumnya disebut
sebagai penanda. Makna yang dibangkitkannya (baik itu jelas maupun tidak) yaitu Y, pada
umumnya dinamakan petanda, makna secara potensial bisa diambil dari representasi ini (X =Y)
dalam sebuah lingkungan budaya tertentu , disebut sebagai signifikasi (sistem penandaan)
Terdapat tiga jenis tanda yang telah dijelaskan oleh Peirce, yaitu ikon, indeks, dan
symbol. Berikut ini adalah penjelasan tentang tanda-tanda tersebut :
1. Ikon merupakan tanda yang dirancang menyerupai bentuk hal yang diwakilinya.
Gambar, foto serta bunyi onomatopian merupakan beberapa ikon yang sering diamati
dalam kehidupan sehari hari.
2. Indeks adalah sebuah tanda yang mewakili sebuah referensi melalui rujukan secara
tidak langsung. Secara umum, danesi menjelaskan tiga jenis indeks, yaitu indeks special yang
merujuk pada benda, indeks temporal yang merujuk pada waktu, dan indeks personal yang
menggantikan manusia.
3. Jenis tanda terakhir, yaitu symbol yang meujuk pada tanda yang antara
representamen dan referensinya memiliki hubungan yang arbitrer.7 Tanda yang
mengandung makna mewakili wujud agar dapat diamati oleh manusia sebagai interprenan.
Terdapat tiga jenis tanda sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Danise, yaitu body
sign (tanda tubuh), visual sign (tanda visual), dan language (bahasa).
Tanda tubuh adalah tanda yang digunakan manusia melalui bahasa tubuhnya.
Sedangkan yang dimaksud tanda visual adalah merujuk pada tanda yang diamati oleh indra
manusia. Tanda ini mencakup warna, reprentsi visual seperti garis dan bangun, peta,
karya seni visual, serta film. Wujud tanda ketiga yang dijelaskan oleh Danise yaitu bahasa
sebagai system lambing yang digunakan untuk menyampaikan makna.
Selain itu, dalam menemukan makna dari tanda-tanda, maka digunakan triangle
meaning, atau segitiga makna yaitu tanda, obyek, dan interprenan. Memaknai tanda dengan
segitiga ini meniscayakan proses simiotis didalamnya, yakni pemaknaan dan penafsiran atas
benda atau prilaku berdasarkan budaya seseorang. Proses itu digambarkan dengan
represenment atau sign (tanda) merujuk pada sebuah obyek perhatian, lalu bangkit sebuah
arti bagi seseorang. Proses tersebut terjadi pada sebuah siklus yang saling mendukung
dan menyarankan dan bergerak dinamis
Pada bagian tanda tubuh menurut Danise membaginya dalam tujuh bagian,
bagian-bagaiannnya yaitu :
• Sinyal, ada tiga jenis sinyal tubuh yaitu sadar dipancarkan dengan sengaja untuk
tujuan tertentu, misalnya mengangguk, mengedip, melirik, melihat, menyenggol, menendang,
mengangkat kepala dan ada pula sinyal tidak sadar (dipancarkan secara naluriah oleh
tubuh) misalnya laki-laki tertarik pada perempuan dengan bola mata besar, yang secara
tidak sadar meberi sinyal akan adanya minat yang kuat dan bernada seksual. Ada juga
campuran dari sinyal sadar dan tidak sadar misalnya, tertawa dan menangis.
• Ekspresi wajah, wajah diseluruh dunia dipandang sebagai tanda diri. Persepsi atas
wajah sebagai penyedia keberadaan diri merasuk kedalam semisosfir diseluruh dunia.
Inilah mengapa ekspresi konotatif digunakan untuk mengukuhkan persepsi bahwa wajah
adalah tanda yang mempresentasikan orang dibaliknya.
• Kontak mata, dalam kebudayaan manusia diseluruh dunia lamanya waktu kontak mata
mengungkapkan hubungan apa yang dimiliki orang satu sama lain. Menatap sering ditafsirkan
sebagai tantangan, main mata biasanya ditafsirkan sebagai rayuan.Pola <melihat=
mengutarakan makna-makna spesifik dalam konteks spesifik.
• Bahasa tubuh, adalah istilah umum yang digunakan untuk mengindikasikan
komunikasi melalui isyarat, postur, dan sinyal. Bahasa tubuh juga termasuk kebiasaan
berpenampilan rapi, gaya rambut dan berpakaian, dan praktik-praktik seperti tato dan tusuk
badan.
• Sentuhan, dalam kebanyakan budaya, bentuk dasar pemberian salam mencakup jabat
tangan, yang merupakan contoh tepat dari perilaku social yang diatur oleh kode taktil
(sentuhan), yang artinya, kode yang mengatur pola sentuhan dalam situasi antar pribadi.
•Isyarat, isyarat dapat didefinisikan secara sederhana sebagai penggunaan tangan,
lengan, dan kadang-kadang kepala untuk membuat tanda. Misalnya gerakan kepala untuk =ya=
dan <tidak=, gerakan tangan dan lengan untuk pemimpin orchestra, atau isyarat yang
digunakan tunarungu.
• Tarian, tarian merupakan seni tubuh berdasarkan irama, gerakan, dan isyarat yang
saling terhubung melalui pola dan gagasan musik. Dsb

Anda mungkin juga menyukai