Anda di halaman 1dari 1

Joshua Chandra Ariawan

18.M1.0005
Semiotika
Pengantar (Semiotika Signifikansi, Semiotika Komunikasi)
Semiotika yang berawal dari 2 pemikiran ahli yaitu Saussure dan Peirce. Pemikiran
mereka berdua yang awalnya ada semacam ‘ruang kontradiksi’ yang secara historis terjadi.
Tetapi setelah pembacaan ulang sebenarnya kedua teori tersebut tidak saling ‘berseteru’,
melainkan saling mengisi dan melengkapi satu sama lain. Semiotika Signifikansi milik
Saussure dan Semiotika Komunikasi milik Pearce ini saling membagi peran dan menjadi
totalitas teori Bahasa yang saling menghidupi.
Semiotika Signifikansi
Saussure mendefinisikan semiotika di dalam Course in General Linguistics, sebagai
ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. Bisa di
definisikan sebagai sebuah relasi, tanda merupakan anggota dari kehidupan sosial, juga
merupakan bagian dari aturan-aturan sosial yang berlaku. Adanya kedua system yang berlaku,
yaitu system tanda (sign system) dan ada system sosial (social system) yang saling berkaitan
satu sama lain. Berkaitan dengan dua hal tersebut, Saussure berkata tentang social convention
(konvensi sosial) yang mengatur penggunaan tanda secara sosial, yaitu pemilihan,
pengkombinasian dan pengguanaan tanda-tanda dengan cara tertentu, sehingga ia mempunyai
makna dan nilai sosial.
Semiotika Komunikasi
Tanda di pandangan Pierce di representasikan sebagai bagian yang menyatu dengan
objek referensinya serta pemahaman subjek atas tanda (interpretant). Pierce berkata
“…something which stands to somebody for something in some respect or capacity” yang
dikatakan itu merupakan pandangannya terhadap ‘tanda’. Itu artinya peranan ‘subjek’
(somebody) sebagai bagian tak terpisahkan dari pertandaan, yang menjadi langsung landasan
semiotika komunikasi. Menurut Umberto Eco dalam A Theory of Semiotics, adalah semiotika
menekankan aspek ‘produksi tanda’, ketimbang ‘sistem tanda’. Sebagai sebuah ‘mesin
produksi makna’, semiotika komunikasi sangat bertumpu pada ‘pekerja tanda’, yang memilih
tanda dari bahan baku tanda tanda yang ada, dan mengkombinasikannya, dalam rangka
memproduksi sebuah ekspresi Bahasa bermakna.

Berdasarkan kedua penjelasan di atas, pemikiran dari dua ahli tersebut memang
memperlihatkan bahwa kedua pemikir saling memenuhi kebutuhan satu sama lain. Bukan
sebagai dua kubu yang saling bertarung teori.

Anda mungkin juga menyukai