Dosen Pengampu :
KH. Dr. Ahsin Sakho bin Muhammad, M.A.
Penyusun
2
Daftar Isi
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Arab –khususnya balaghah- mengandung nilai-nilai gaya bahasa
yang unik dan memiliki peran yang sangat penting di dalam berkomunikasi dan
mengembangkan kebudayaan berbahasa. Disamping itu Pelajaran Bahasa Arab
juga dapat membumikan sastra berbahasa sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
hidup umat manusia. Manusia sering dikatakan sebagai mahluk yang paling tinggi
dibandingkan dengan mahluk lainnya.
Tingginya harkat dan martabat manusia karena manusia mempunyai akal
budi. Dengan adanya akal budilah, manusia mampu menghasilkan kebudayaan
yang cenderung membuat manusia menjadi lebih baik dan lebih maju. Dengan
kebudayaan tersebut manusia memperoleh banyak kemudahan dan kesenangan
hidup. Akal budi pun mampu menciptakan dan melahirkan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni dan keseluruhan yang dihasilkan akal budi tersebut dapat dikelola
untuk menghasilkan produk-produk yang dapat dimanfaatkan oleh manusia guna
menuju peradaban yang modern.
Seiring dengan berkembangnya wawasan manusia akan lebih dapat
memilah-milah bagian-bagian yang positif dan negatif untuk diri pribadi dan
orang lain. Dengan peradaban berbahasa manusia yang semakin modern maka
pola pikir manusia akan lebih berkembang. Begitu juga dalam berbahasa kadang
arti dalam kata atau kalimat mempunyai maksud dan makna tertentu, dimana
maksud atau makna tersebut sudah menjadi hal yang lazim dan dipahami dalam
kebudayaan arab
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. SURAT AL-MUDDATSIR 1-20
ٱه ُج ۡر َو ََل ت َۡمنُن تَسۡ ت َۡكث ُِّر ۡ َٱلر ۡجزَ ف ُّ ط ِّه ۡر َو َ ََی ٰۤـأَیُّ َها ۡٱل ُمدَّث ُِّر قُ ۡم َفأَنذ ِّۡر َو َربَّكَ َفك َِّب ۡر َوثِّ َیا َبكَ ف
علَى ۡٱلكَـف ِِّّرینَ غ َۡی ُر یَس ࣲِّیر َ ِّیر ٌ عس ِّ ُ َول َِّربِّكَ فَٱصۡ بِّ ۡر فَإِّذَا نُق َِّر فِّی ٱلنَّاق
َ ور فَذَٰ لِّكَ یَ ۡو َم ِٕىذࣲ یَ ۡو ٌم
ࣰ ࣰ ࣰ ࣰ ࣰ
ش ُهودا َو َم َّهدتُّ لَ ۥهُ ت َۡم ِّهیدا ث ُ َّم ُ َذَ ۡرنِّی َو َم ۡن َخلَ ۡقتُ َوحِّ یدا َو َجعَ ۡلتُ لَ ۥهُ َماَل َّممۡ دُودا َوبَنِّین
ࣰ ٰۤ َّ یَ ۡط َم ُع أَ ۡن أَ ِّزیدَ ك
ف قَد ََّر َ صعُودًا إِّنَّ ۥهُ فَ َّك َر َوقَد ََّر فَقُتِّ َل ك َۡی َ ُسأ ُ ۡر ِّهقُ ۥهَ عنِّیدا َ ََّلۖ إِّنَّ ۥهُ َكانَ لِّـَٔایَـتِّنَا
ف قَد ََّرَ ث ُ َّم قُتِّ َل ك َۡی
Artinya : “Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah
peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan
perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah)
Tuhanmu, bersabarlah. Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu
(datangnya) hari yang sulit, bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah. Biarkanlah
Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian Dan Aku
jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia,
dan Ku lapangkan baginya (rezki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya,
kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak (akan Aku
tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al Quran). Aku
akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. Sesungguhnya dia
telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), maka celakalah dia!
Bagaimana dia menetapkan? kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia
menetapkan?”
Irab
( ) َی ٰۤـأَیُّ َها ۡٱل ُمدَّث ُِّرaslinya adalah ()المتدثر, Huruf ta' di idhgamkan kepada dal
karena kedekatan makhraj keduanya. Dal tidak diidhgamlan pada ta' karena ta'
adalah huruf hams sementara dal adalah huruf jahr. Huruf jahr lebih kuat dari
pada huruf hams, maka idhgam huruf yang lebih lemah kepada yang lebih kuat
adalah lebih baik daripada sebaliknya.
6
( ) َو ََل ت َۡمنُن تَسۡ ت َۡكث ُِّرkata ( )ت َسۡ ت َۡكث ُِّرadalah jumlah fi'liyah dalam posisi nashab
sebagai hal. Yakni ( ) َو ََل ت َۡمنُن ت َسۡ ت َۡكث ُِّرDan janganlah kamu memberi dalam keadaan
memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
ِّ ُ ) فَإِّذَا نُق َِّر فِّی ٱلنَّاقkata (ور
(ور ِّ ُ )ٱلنَّاقbisa dalam posisi rafa' sebab dia menempati
posisi naaibul faa'il, bisa dalam posisi nashab sebab mashdar dalam posisi faail.
Fi'il bersambung dengan lafal tersebut setelah susunan kalimat lengkap, maka dia
dalam posisi fudhlah (tambahan), sehingga dia dalam posisi nashab.
(ِّیر
ٌ عس َ )فَذَلِّكَ یَ ۡو َم ِٕىذࣲ یَ ۡو ٌمkata ( َ )فَذَلِّكadalah mubtada' sedang ( ࣲ )یَ ۡو َم ِٕىذadalah
badal. (ِّیر
ٌ عس َ ) یَ ۡو ٌمadalah khabar mubtada'. Kata ( ࣲ )یَ ۡو َم ِٕىذtidak boleh ta'alluq
(terkait) dengan kata (ِّیر
ٌ عس َ ) sebab kata yang berposisi sebagai sifat, tidak boleh
didahulukan dari maushuf (yang disifati). ‘Amil pada kata ( ) فَإِّذَاdalam firman-Nya
( ) فَإِّذَا نُق َِّرtidak ditunjukkkan oleh susunan kalimat. Artinya masalah itu meniadi
dahsyat.
ࣰ ࣰ
( )ذَ ۡرنِّی َو َم ۡن َخلَ ۡقتُ َوحِّ یداkata ( ) َوحِّ یداadalah haal dari dhamir ha' kalimat ( ُ ) َخلَ ۡقتyang
ࣰ
dibuang, taqdirnya adalah (( ) َخلَ ۡقت ُهُ َوحِّ یدAku menciptakan orang itu dalam keadaan
dia sendirian).
Balaghah
ۡ َٱلرجۡ زَ ف
(ٱه ُج ۡر َ َ َوثِّیَابَكَ ف, ) َو َربَّكَ فَكَبِّ ۡرMendahulukan maf'ul di sini adalah
ُّ َو, ط ِّه ۡر
untuk memberi makna ikhtishaash (pengkhususan). (ور ِّ ُ ) فَإِّذَا نُق َِّر فِّی ٱلنَّاقadalah jinas
isytiqaaq (jenis dari pecahan kata). Kata (ِّیر
ٌ عس َ ) dan ( )یَس ࣲِّیرkeduanya adalah ath-
Thibaaq dan jinas isytiqaaq.
َ ث ُ َّم قُتِّ َل ك َۡی,ف قَد ََّر
(ف قَد ََّر َ )فَقُتِّ َل ك َۡیadalah ithnab dengan pengulangan susunan
kalimat untuk menambah penjelekan.
7
B. SURAH AR-RAHMAN 1-16
ان ࣲ َس َوٱ ۡلقَ َم ُر بِّ ُحسۡ ب َّ علَّ َمهُ ٱ ۡلبَیَانَ ٱل
ُ ش ۡم َ سـنَ َ علَّ َم ٱ ۡلقُ ۡر َءانَ َخلَقَ ٱ ۡ ِّۡلن َ لرحۡ َمـ ُن َّ لرحِّ ی ِّم ٱ
َّ ٱ
َوا ٱ ۡل َو ۡزن
۟ ان َوأَقِّی ُم ِّ َض َع ٱ ۡلمِّ یزَ انَ أ َ ََّل ت َۡطغ َۡو ۟ا فِّی ٱ ۡلمِّ یزَ س َم ٰۤا َء َرفَعَ َها َو َو َّ ان َوٱل ِّ َش َج ُر یَسۡ ُجد َّ َوٱلنَّ ۡج ُم َوٱل
ࣱ
ُّضعَ َها ل ِّۡۡلَن َِّام فِّی َها فَـ ِّك َهة َوٱلنَّ ۡخ ُل ذَاتُ ٱ ۡۡل َ ۡك َم ِّام َوٱ ۡل َحب َ ض َو َ وا ٱ ۡلمِّ یزَ انَ َوٱ ۡۡل َ ۡر ۟ بِّٱ ۡل ِّقسۡ طِّ َو ََل ت ُ ۡخس ُِّر
َار َو َخ َلق ِّ صـ ࣲل َكٱ ۡل َف َّخَ ص ۡلَ سـنَ مِّ ن َ ان َخ َلقَ ٱ ۡ ِّۡلن ٰۤ َ ی َء
ِّ َاَلءِّ َر ِّب ُك َما تُك َِّذب ِّ َ لر ۡی َحا ُن َف ِّبأَّ ذُو ٱ ۡل َعصۡ فِّ َوٱ
ٰۤ َ ی َء
ِّ اَلءِّ َر ِّب ُك َما تُك َِّذ َب
ان ِّ ٱ ۡل َج ٰۤا َّن مِّ ن َّم
ِّ َ ار ࣲج ِّمن نَّ ࣲار فَ ِّبأ
Artinya : (Allah) Yang Maha Pengasih, Yang telah mengajarkan Al-Qur'an. Dia
menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara. Matahari dan bulan beredar
menurut perhitungan, dan tetumbuhan dan pepohonan, keduanya tunduk (kepada-
Nya). Dan langit telah ditingg ikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan, agar
kamu jangan merusak keseimbangan itu, dan tegakkanlah keseimbangan itu
dengan adil dan janganlah kamu mengrangi keseimbangan itu. Dan bumi telah
dibentangkan-Nya untuk makhluk(-Nya), di dalamnya ada buah-buahan dan
pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang, dan biji-bijian yang berkulit dan
bunga-bunga yang harum baunya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang
kamu dustakan? Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar, dan
Dia menciptakan jin dari nyala api tanpa asap. Maka nikmat Tuhanmu yang
manakah yang kamu dustakan?
I’rab
َّ Kata ini berkedudukan sebagai mubtada'. Sedangkan kalimat, ( علَّ َم
()ٱلر ۡح َمـ ُن َ
ۡ dan kalimat-kalimat setelahnya adalah khabar-khabar dari mubtada'.
َ)ٱلقُ ۡر َءان
Dalam kalimat-kalimat ini tidak digunakan kata sambung ('athaf) karena memang
hal itu dimaksudkan untuk menyebutkannya satu per satu. Ini seperti perkataan,
Zaidun aghnaaka ba'da faqrin, a'azzaka ba'da dzullin, katstsaraka ba'da qillatin,
fa'ala bika maa lam yaf'al ahadun bi ahadin, fa maa tunkiru min ihsaanihii? (Zaid
telah membuatmu jadi berkecukupan setelah sebelumnya kamu miskin,
membuatmu jadi mulia setelah sebelumnya kamu hina, membuatmu menjadi
banyak harta setelah sebelumnya kamu memiliki sedikit. Ia telah berbuat
terhadapmu dengan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh siapa pun terhadap
8
siapa pun. Kebaikannya yang manakah yang masih kamu ingkari?)
ࣲ َس َو ۡٱلقَ َم ُر بِّ ُحسۡ ب
(ان َّ )ٱلKata (س
ُ ش ۡم َّ )ٱلberkedudukan sebagai mubtada'. kata ۡٱلقَ َم ُر
ُ ش ۡم
ࣲ َ )بِّ ُحسۡ بatau
di' athafkan kepadanya. Sedangkan khabarnya adalah bisa kata (ان
dibuang yakni yajriyaani bi husbaan.
(س َم ٰۤا َء َرفَ َع َها َ kata (س َم ٰۤا َء
َّ )وٱل َّ )ٱلdinashabkan dengan mengasumsikan fi’il yang
keberadaannya ditunjukkan oleh fi'il ( ) َرفَعَ َهاyakni wa rafa'as samaa'a. Ada versi
qira'at yang membaca rafa' kata ini sebagai mubtada', sedangkan khabarnya adalah
( ) َرفَعَ َهاSeperti perkataan, Zaidun laqiituhu, dan Amrun kallamtuhu.
ِّ َ )أ َ ََّل ت َۡطغ َۡو ۟ا فِّی ۡٱلمِّ یزKata an yang terdapat pada kata ( )أ َ ََّلbisa jadi ia adalah
(ان
'aamil naashib dengan mengasumsikan pembuangan huruf jarr, yakni, li allaa
tathghau. Atau bisa jadi ia sebagai an mufassirah bermakna ai, sehingga huruf laa
di sini adalah laa naahiyah. Kata ( )ت َۡطغ َۡوberdasarkan versi i'raab yang pertama
berarti dinashabkan oleh an. Sedangkan jika berdasarkan versi i'raab yang kedua,
berarti dijazamkan oleh laa naahiyah.
َّ )و ۡٱل َحبُّ ذُو ۡٱل َعصۡ فِّ َو
(ٱلر ۡی َحا ُن َ Kata ( ُّ ) َو ۡٱل َحبdibaca rafa', di'athalkan kepada kata
sebelumnya yang dibaca rafa'. Ada versi qira'at yang membaca nashab kata ini
dengan fi'il yang diasumsikan keberadaannya, yakni wa khalaqa. kata (ٱلر ۡی َحا ُن
َّ )و
َ
jika dibaca rafa', maka di'athafkan kepada kata ( ُّ)و ۡٱل َحب
َ yang dibaca rafa'. Jika
dibaca nashab, juga di athalkan kepada kata yang sama yang dibaca nashab
berdasarkan salah satu versi qira'at yang ada. Namun jika dibaca jarr, di'athafkan
ۡ
kepada kata ( ِّ)ٱل َعصۡ ف
Balagah
( َعلَّ َمهُ ۡٱلبَیَان
َ , َسـن ِّ ۡ َ َخلَق, َعلَّ َم ۡٱلقُ ۡر َءان
َ ٱۡلن َ ,ٱلرحۡ َمـ ُن
َّ ) Di antara ayat-ayat ini terdapat
as-Saj'u (keharmonian nada suara di antara bagian-bagian akhirnya) yang kuat,
alami tanpa dibuat-buat dan dipaksakan. (ضعَ َها ل ِّۡۡلَن َِّام َ )و ۡٱۡل َ ۡر
َ ض َو َ dan (س َم ٰۤا َء َرفَعَ َها
َّ )وٱل
َ di
antara kedua kalimat ini terdapat al-Muqaabalah.
ِّ َو َخلَقَ ۡٱل َج ٰۤا َّن مِّ ن َّم,ار
(ار ࣲج ِّمن نَّ ࣲار ِّ صـ ࣲل ك َۡٱلفَ َّخ
َ ص ۡل
َ سـنَ مِّ ن ِّ ۡ َ ) َخلَقDi antara kedua ayat
َ ٱۡلن
ini terdapat al-Muqaabalah.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir al-Mishbah. Tangerang: Lentera Hati
Az-Zuhaili Wahbah. 2013. Tafsir al-Muniir. Depok: Gema Insani
KH. Yasin. Shafwatut Tafsir (Tafsir-tafsir Pilihan). Pustaka Al-Kautsar
11