Anda di halaman 1dari 49

SURAT AL-HUJURAT AYAT 11-13

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tahlili
Dosen Pengampu : Ibu. Mayadah Hanawi, M.Ag

Disusun oleh :

1. Fatimatuz Zahroh (20211399)


2. Ihda Taqiya Fitri (20211412)
3. Kristina Hutabarat (20211425)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT)


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH (FUD)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
TAHUN AJARAN 1444 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt. Tuhan sekalian alam berkat
rahmat Dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Shalawat dan salam kepada baginda Rasulullah Muhammad Saw. yang
dengan Al-Qur’an telah menghantarkan umat manusia ke jalan keselamatan di
dunia dan akhirat.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Tafsir Tahlili atas tugas yang telah diberikan kepada kami sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang yang kami tekuni ini.
Dan kami ucapkan Terimakasih juga kepada berbagai pihak yang telah
membantu memberi pengetahuannya,saran , maupun kriti, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Kami sebagai penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat membantu
demi kesempurnaan makalah ini nantinya. Kami berharap makalah inidapat
memberi manfaat kepada kami dan pembaca. Aamiin,

Tim Penyusun

Minggu, 24 November 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3
A. Ayat Dan Terjemahan QS. Al-Hujurat Ayat 11-13 .................... 3
B. Mufradat Ayat Yang Memiliki Penjelasan Makna ..................... 4
C. Asbabun Nuzul............................................................................ 10
D. Makkiyan Atau Madaniyah......................................................... 14
E. Munasabah .................................................................................. 15
F. Hadist Yang mengandung penjelasan ayat ................................. 18
G. Pendapat Para Mufassir............................................................... 27
BAB III PENUTUP ............................................................................... 44
A. Kesimpulan ................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 45

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al-qur’an sebagai sumber ajaran islam telah memberikan perhatian
terhadap perlunya pembinaan masyarakat. Sehubungan dengan itu, pada
pembagian ini akan dikaji ayat-ayat yang berhubungan dengan pembinaan
masyarakat.Surat Al-Hujurat berisi petunjuk tentang apa yang harus
dilakukan oleh seorang mukmin terhadap Allah SWT dan terhadap nabi,
dan orang yang menentang ajaran Allah dan rasulnya yaitu orang fasik.
Adapun etika yang diusung untuk menciptakan sebuah perdamaian
dan menghindari pertikaian yaitu menjauhi sikap mengolok olok,
mengejek diri sendiri, saling memberi panggilan yang buruk, soudzon,
tajassus, ghibah, serta tidak boleh bersikap sombong dan saling
membanggaka diri karena derajat manusia dihadapan Allah SWt sama,
Dalam makalah ini akan menjelaskan pembahasan tersebut yang terdapat
ada surah Al-Hujurat ayat 11-13.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja mufrodat yang ada pada Q.S Al-Hujurat ayat 11-13?
2. Bagaimana Asbabun Nuzul pada Q.S Al-Hujurat ayat 11-13?
3. Apa Munasabah ayat pada Q.S Al-Hujurat ayat 11-13?
4. Apa saja hadits yang menafsirkan ayat pada Q.S Al-Hujurat ayat
11-13?
5. Bagaimana pendapat mufassir pada Q.S Al-Hujurat ayat 11-13?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui mufrodat yang ada pada Q.S Al-Hujurat ayat
11-13
2. Untuk Mengetahui Asbabun Nuzul pada Q.S Al-Hujurat ayat 11-
13?
3. Untuk Mengetahui Munasabah ayat pada Q.S Al-Hujurat ayat 11-
13?
4. Untuk Mengetahui hadits yang menafsirkan ayat pada Q.S Al-
Hujurat ayat 11-13?
5. Untuk Mengetahui pendapat mufassir pada Q.S Al-Hujurat ayat
11-13?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat dan Terjemahan
Surah Al-Hujurat ayat 11-13:
َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ ُ ٰ َ ْ َّ َ َ
‫يٰٓايُّها ال ِذين ا َمن ْوا لا ي ْسخ ْر ق ْو ٌم ِم ْن ق ْو ٍم ع ٰٓسى ان َّيك ْون ْوا خ ْي ًرا ِمن ُه ْم َولا ِن َسا ٌۤء‬

َ ْ َ ْ ْ ُ َ َ َ َ َ ْ ُ َ ُ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َ َّ ُ ْ ً ْ َ َُّ َّ ْ َ ٰٓ َ َ ْ
ِۗ ِ ‫ِمن ِنسا ٍۤء عسى ان يكن خيرا ِمنهنَّۚ ولا تل ِمز ْٓوا انفسكم ولا تنابزوا ِبالال‬
‫اب‬ ‫ق‬

َ ّٰ ُ َ ٰۤ ُ َ ُ َّ َ ْ ْ َ َْ ُ ْ ُ ُْ ُ ْ َ ‫ب ْئ‬
‫انَّۚ َو َم ْن ل ْم َيت ْب فاول ِٕىك ه ُم الظ ِل ُم ْون‬
ِ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ا‬ِ ‫ال‬ ‫د‬ ‫ع‬‫ب‬ ‫ق‬‫و‬‫س‬‫ف‬ ‫ال‬ ‫م‬‫اس‬‫ل‬ِ ‫ا‬ ‫س‬ ِ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum


mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-
olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan
jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain
(karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada
perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan
saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) fasik) setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat,
mereka itulah orang-orang zalim. Panggilan fasik adalah panggilan
dengan menggunakan kata-kata yang mengandung penghinaan atau
tidak mencerminkan sifat seorang mukmin.”

3
َ ْ َ ََ َ ْ َّ َ ْ َّ َّ َ َ ْ ُ ٰ َ ْ َّ َ َ
‫يٰٓايُّها ال ِذين ا َمنوا اجت ِن ُب ْوا ك ِث ْي ًرا ِم َن الظ ِنِّۖ ِان َبعض الظ ِن ِاث ٌم َّولا تجَّس ُس ْوا َولا َيغت ْب‬

َ َ َ ْ َ ُ َ ُ َ ً ْ َ ْ ُ ُ ْ َّ
ٌ ‫اّٰلل َتَّو‬
‫اب‬ َ ّٰ ‫ي ُّب ا َح ُدك ْم ا ْن َّيأ ُك َل ل ْح َم اخ ْيهِ َم ْي ًتا َفكر ْه ُت ُم ْو ُه َوَّات ُقوا‬
َ ّٰ ‫اّٰللِۗاَّن‬ ‫بعضكم بعضاِۗا‬
ِ ِۗ ِ ِ ِ‫ح‬

‫َّر ِح ْي ٌم‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari


prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah
kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara
kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu
yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu
merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Penerima tobat, Maha Penyayang.”

ْ ُ َ َ َ َ َ َ َّ ً ْ ُ ُ ْ ُ ٰ ْ َ َ َ ٰ ْ ُ َّ َ َ ْ ْ ُ ٰ ْ َ َ َّ ُ َّ َ ُّ َ ٰٓ
َّۚ‫يايها الناس ِانا خلقنكم ِمن ذك ٍر وانثى وجعلنكم شعوبا وقباۤىِٕل ِلتعارفوا‬

َ
َ َ َ ّٰ َّ ْ ُ ٰ ْ َ ّٰ َ ْ ْ ُ َ َ ْ َّ
‫اّٰلل ع ِل ْي ٌم خ ِب ْي ٌر‬ ‫ِۗان‬
ِ ‫م‬‫ىك‬ ‫ق‬‫ت‬ ‫ا‬ ‫اّٰلل‬
ِ ‫د‬ ‫ن‬ ‫ع‬ِ ‫م‬‫ك‬‫م‬ ‫ر‬‫ك‬‫ا‬ ‫ِان‬

Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah
orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Mahateliti.
B. Mufradat Ayat Yang Memiliki Atau Memerlukan Penjelasan Makna
1. QS. Alhujurat ayat 11
ُ ْ ُّ
a. As-Sukhriyyatu (‫)السخ ِرَّية‬ Mengolok-olok,

4
menyebut aib dan kekurangan-kekurangan orang lain dengan cara
yang menimbulkan tawa. Orang mengatakan, sakhira bihi dan
sakhira minhu(mengolok-olokkan), dan dahika bihi dan dahika
minhu (menertawakan dia), dan hazi’a bihi dan hazi’a minhu
(mengejek). Adapun isim masdarnya As-Sukhriyyah dan As-
Sikhriyyah (huruf sin di dammahkan atau dikasrah). Sukhriyyah
bisa juga terjadi dengan meniru perkataan atau perbuatan atau
dengan menggunakan isyarat, atau menertawakan perkataan orang
yang diolokkan apabila ia keliru perkataannya, atau terhadap
perbuatannya atau rupanya yang buruk.
َ َ
b. Al-Qaumu (‫)الق ْو ُم‬Telah umum diartikan orang-orang lelaki, bukan

orang-orang perempuan.
ُ َُْ ََْ َ
c. Wa la talmizu anfusakum (‫)ولاتل ِم ُز ْوا انف َسك ْم‬

janganlah kamu mencela dirimu sendiri. Maksudnya jangan


sebagian kamu mencela sebagian yang lain dengan perkataan,
isyarat tangan, mata, atu semisalnya. Karena orang-orang mukmin
seperti satu jiwa. Maka apabila seorang mukmin yang lainnya,
maka seolah-olah mencela dirinya sendiri.
َ َّ َ
d. -At-Tanabazu (‫ )التنا َب ُز‬saling mengejek dan panggil-memanggil

dengan gelar-gelar yang tidak disukai oleh seseorang.


ْ َ
e. Al-Ismu (‫ )اال ِا ْس ُم‬nama dan kemasyhuran. Seperti orang

mengatakan ismuhu bainan-nasi bil-karami awil-lu’mi namanya

5
terkenal di kalangan orang banyak baik karena kedermawanannya
atau kejelekannya.1
2. QS. Alhujurat ayat 12
َ ْ
A. )‫ ( ِاجت ِن ُب ْوا‬ijtanibu

Diambil dari kata )‫ (جنب‬artinya samping, mengesampingkan

sesuatu berarti menjauhkan dari jangkauan tangan. Dari kata

tersebut maka diartikan dijauhi. Penambahan huruf )‫ (ت‬ta’ pada

kata tersebut mempunyai fungsi penekanan yang menjadikan kata


ijtanibu bermakna bersungguh-sungguh. Upaya bersungguh-
sungguh untuk menghindari prasangka buruk.2
َ
B. )‫ (ك ِث ْي ًرا‬katsiran

Memiliki arti banyak, akan tetapi tidak diartikan kebanyakan.


yang mana dapat disebutkan bahwa tiga dari sepuluh adalah
banyak, dan enam dari sepuluh itu adalah kebanyakan. jika
demikian dapat dikatakan bahwasanya bisa saja banyak dari
dugaan adalah yang indikatornya jelas, sedang yang dosa adalah
dugaan yang tidak memiliki indicator yang cukup dan yang
mengantar seseorang melangkah menuju sesuatu yang
diharamkan, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.3

1
Ahmad Mustafa Al-Maragi,Tafsir Al-Maragi jilid 26 (Semarang:PT Karya Toha
Putra)hal.181
2
“Tafsir Al-Mishbah Jilid 13 -Dr. M. Quraish Shihab.Pdf,” hlm 254, accessed
September 22, 2022, https://ia903106.us.archive.org/22/items/etaoin/Tafsir%20Al-
Mishbah%20Jilid%2013%20-Dr.%20M.%20Quraish%20Shihab.pdf.
3
“Tafsir Al-Mishbah Jilid 13 -Dr. M. Quraish Shihab.Pdf,” hlm 254.

6
َّ
C. (‫ )الظ ِن‬Al-zan

Secara umum makna al-Zan ialah sangka. Berdasarkam Kamus


Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata sangka memiliki beberapa
maksud diataranya ialah dugaan, mengira, dicurigai dan menaksir.
Jadi bisa dikatakan bahwa prasangka disini diartikan dengan
prasangka yang sifatnya terbuka (prasangka yang dipercayai)
seseorang dan pada akhirnya akan menimbulkan ghibah. Bahkan
para ulama mempunyai perbedaan dalam mengartikan makna al-
zan ini.4
ََ
D. (‫ )تجَّس ُس ْوا‬tajassasu

Diambil dari kata ‫ جس‬jassa, yakni upaya mencari tahu dengan

cara tersembunyi. Dari sini mata-mata dinamai )‫ (جاسوس‬jasus.

Imam Ghazali memahami larangan kata ini dalam arti, dengan


tidak membiarkan orang berada dalam kerahasiaan. Maksudnya
adalah setiap orang berhak menyembunyikan apa yang enggan
diketahui orang lain. Oleh karenanya kita jangan berusaha
membuka apa yang dirahasiakannya itu. Jika mencari-cari
kesalahan orang lain biasanya lahir dari dugaan negative
terhadapnya, karena itu ia disebutkan setelah larangan menduga.
Upaya tajassasu ini dapat menimbulkan kerenggangan hubungan
karena itu pada dasarnya perbuatan itu dilarang oleh Allah.5

4
Iklima Fatwa Yahya, “Makna Lafaz Al-Zan Dalam Surah Al-Hujurat Ayat 12 Perspektif
Ulama Tafsir” (undergraduate, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019), hlm 71,
http://digilib.uinsby.ac.id/30330/.
5
“Tafsir Al-Mishbah Jilid 13 -Dr. M. Quraish Shihab.Pdf,” hlm 255.

7
َ ْ
E. (‫ َ)يغت ْب‬yaghtab

Terambil dari kata )‫ (غيبة‬ghibah yang berasal dari kata )‫(غيب‬

ghaib yaitu tidak hadir. Ghibah adalah menyebut orang lain yang
tidak hadir di hadapan penyebutnya dengan sesuatu yang tidak
disenangi oleh yang bersangkutan. Jika keburukan yang disebut

itu tidak disandang oleh yang bersangkutan maka dinamai )‫(بهتان‬

buhtan / kebohongan.6
ٌ ‫ َ)تَّو‬at-tawwab
F. (‫اب‬

Kata ini sering diartikan penerima taubat. Akan tetapi makna ini
belum sepenuhnya mencerminkan kandungan kata tawwab,
walaupun kita tidak dapat menilainya keliru. Imam Ghazali
mengartikan at-tawwab sebagai Dia (Allah) yang Kembali
berkali-kali menuju cara yang memudahkan taubat untuk hamba-
hambaNya, dengan jalan menampakkan tanda-tanda kebesaran-
Nya, mengiring kepada peringatan-peringatan-Nya, serta
mengingatkan ancaman-ancaman-Nya, mereka kembali bertaubat
dan Allah pun kembali kepada mereka dengan anugrah
pengabulan.
3. QS. Alhujurat ayat 12
ُ َ َْ َ
a. ‫ خلقناك ْم‬Menjadikan, membuat, menciptakan kalian7

6
“Tafsir Al-Mishbah Jilid 13 -Dr. M. Quraish Shihab.Pdf,” hlm 256.
7
A. Warson Munawir, Al-Munawir, Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progresif, 2002), 488

8
َ َ
b. ‫ ذك ٍر‬Laki-laki, jantan8

َْ
c. ‫ أنثى‬Perempuan, betina 9

ُ َْ َ َ
d. ‫ جعلنك ْم‬Membuat, menjadikan, menciptakan kalian

ُ ُ
e. ‫ شع ْوبًا‬Beberapa suku yang besar, beberapa bangsa10

ُ ُ
Kata Syu’ub (‫ )شع ْوبًا‬merupakan bentuk plural (jama’) dari kata

sya’b yang berarti bangsa (nation) yag terdiri dari beberapa suku
atau kabilah yang bersepakat untuk bersatu di bawah aturan-aturan
yang disepakati bersama. Dalam konteks ayat ini, Allah
menjelaskan bahwa Dia menciptakan manusia dari lelaki dan
perempuan, dan menjadikanya berbagai bangsa dan suku
bangsa.11

ُ َ
f. ‫ ق َبا ِئل‬Bersuku-suku12

Kedudukan suku berada di bawah bangsa, setelah suku atau


kabilah disebut Imarah, lalu Batn, sesudah Batn adalah Fakhz dan
yang paling bawah adalah Fasilah.13

8
Ibid., 488
9
Ibid.,042
10
Ibid., 723
11
Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, hal. 419
12
Terjemah Alfadzil Qur’an “Al Inayah Lil Mubtadi’in Jilid VIII (juz 25, 26, 27), Jakarta
(Yayasan Pembinaan Masyarakat Islam ; Al Hikmah), tt, hal. 145-146
13
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir
Jalalain berikut Asbabun Nuzul,h. 892

9
ُ ََ
g. ‫ تع َارف ْوا‬Saling berkenalan14

ُ ْ َ
h. ‫ أك َر َمك ْم‬Paling Mulia diantara kalian15

َ
i. ‫ خ ِب ْى ٌر‬Maha Mengenal 16

C. Asbabun Nuzul
1. QS. Al-Hujurat Ayat 11
Para penulis kitab sunan yang berjumlah empat orang
meriwayatkan dari Abu Jubairah bin Adh-Dhahhak, beliau
mengatakan bahwa : dahulu ada seorang laki-laki yang memiliki
dua dan tiga nama sekaligus. Orang tersebut dipanggil dengan
salah satu dari nama itu sehingga merasa tidak suka. Maka
turunlah ayat, “Dan janganlah kamu panggil memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk….” Dikatakan oleh At-Tirmidzi
bahwasanya hadits ini hasan.17
Disebutkan pula yaitu , Al-Hakim dan lainnya
meriwatkan dari Abu Jabairah, ia mengatakan: Dahulu sering
ada julukan-julukan pada masa Jahiliyah sehingga Rasulullah
pernah memanggil seorang laki-laki dengan julukannya.
Kemudian ada seorang yang berkata kepada beliau, "Wahai
Rasulullah, sungguh ia benci terhadap panggilan itu. Maka
Allah menurunkan ayat, "Dan janganlah kamu panggil
memanggil dengan gelar-gelar yang buruk..."

14
Munawir, Kamus, hlm, 920
15
Terjemah Alfadzil Qur’an “Al Inayah Lil Mubtadi’in Jilid VIII (juz 25, 26, 27), Jakarta
(Yayasan Pembinaan Masyarakat Islam ; Al Hikmah), tt, hal. 145-146
16
Ibid., hlm, 145-146
17
Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab-sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an (Pustaka
Al-Kautsar, 2014), 498.

10
Ahmad juga meriwayatkan, ia mengatakan; Berkenaan
dengan Bani Salamah turunlah ayat, "Dan janganlah kamu
panggil memanggil dengan gelar gelar yang buruk..." Maka
Nabi tiba di kota Madinah dan di antara kami tidak ada seorang
pun melainkan memiliki dua atau tiga nama. Dahulu ketika
beliau memanggil salah seorang di antara mereka dengan salah
satu dari nama-nama tersebut, maka mereka berkata, "Wahai
Rasulullah. Sesungguhnya ia marah dengan panggilan
tersebut." Maka turunlah ayat tersebut.18
2. QS. Al-Hujurat Ayat 12
Dalam kitabnya al-Suyuthi menjelaskan bahwa surah al-
Hujurat ayat 12 diturunkan berkenaan dengan, Salman al-Farisi.
Menurut Ibnu al-Mundzir meriwayatkannya dari Ibnu Juraij, dia
berkata, “ orang banyak menyatakan bahwa ayat ini turun
berkenaan dengan Salman al-Farisi. Kala itu Salman memakan
sesuatu lalu dia tertidur hingga mendengkur. Seseorang yang
mengetahui hal tersebut menyebarkan perihal mendengkurnya
tidur Salman setelah makan itu kepada orang banyak”. Oleh
karena itu Allah menurunkan ayat ini untuk melarang seseorang
menceritakan aib orang lain.19
3. QS. Al-Hujurat ayat 13
Ibn Abi Mulaikah ra. Menurunkan bahwa ayat ini
diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang ketika Bilal ra
naik keatas ka’bah untuk mengumandangkan azan setelah
fushia pembebasan kota makkah, Melihat hal itu, sebagian
orang lalu berkata,. “Bagaimana mungkin budak hitam ini yang

18
As-Suyuthi, hlm 498.
19
As-Suyuthi, hlm 649.

11
mengumandangkan azan diatas ka’bah ?”Sebagian yang lain
berkata “apakah Allah akan murka jika bukan ia yang
mengumandangkan azan ? Allah lalu menurunkan ayat ini”.
(HR. Ibnu Abi Hatim.)20
Setiap muslim memiliki hak atas saudaranya yang
sesama muslim. Dalam hadits riwayat Bukhari dari Anas bin
Malik, Rasulullah saw bersabda, “Orang muslim itu adalah
saudara orang muslim,jangan berbuat aniaya kepadanya, jangan
membuka aibnya, jangan menyerahkannya kepada musuh, dan
jangan meninggikan bagian rumah sehingga menutup udara
tetangganya kecuali dengan izinnya, jangan mengganggu
tetangganya dengan asap makanan dari periuknya kecuali jika
ia memberi segayung dari kuahnya. Jangan membeli buah-
buahan untuk anak-anak, lalu dibawa keluar (diperlihatkan)
kepada anak-anak tetangganya kecuali jika mereka diberi buah-
buahan itu. “Kemudian Nabi saw bersabda, “Peliharalah
(norma-norma pergaulan) tetapi (sayang) hanya sedikit di antara
kamu yang memeliharanya. “Dalam hadits shahih lain yang
dinyatakan, “Apabila seorang muslim mendo’akan saudaranya
yang ghaib, maka malaikat berkata ‘Amin’, dan semoga kamu
pun mendapat seperti itu.” Hadist Muslim meriwayatkan dari
Abu Hurairah, sabda Rasulullah saw,”Sesungguhnya Allah
tidak memandang kepada rupa dan hartamu tetapi Ia
memandang kepada hati dan perbuatanmu.”
Pada ayat ini pula Allah menyebutkan wanita secara
khusus sebagai peringatan terhadap kebiasaan tercela kaum

20
Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Perkata dilengkapi dengan Asbabun nuzul & Terjemah,
(Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2009), cet. 3, h. 517

12
wanita dalam bergaul. Terdapat riwayat yang melatarbelakangi
turunnya ayat ini ialah berkenaan dengan kisah Shafiyah binti
Huyay bin Akhtab yang pernah datang menghadap Rasulullah
saw dan melaporkan bahwa beberapa wanita di Madinah pernah
menegur dia dengan kata-kata yang menyakitkan hati, seperti:
“Hai perempuan Yahudi keturunan Yahudi dan sebagainya”,
sehingga Nabi saw bersabda kepadanya, “Mengapa tidak
engkau jawab saja, ayahku Nabi Harun, pamanku Nabi Musa,
dan suamiku adalah Muhammad.”
Pada ayat 13, Allah menjelaskan bahwa manusia
diciptakan-Nya bermacam-macam bangsa dan suku supaya
saling mengenal dan saling menolong dalam kehidupan
bermasyarakat dan tidak ada kemuliaan seseorang di sisi Allah
kecuali dengan ketakwaannya. Dalam suatu hadits riwayat Abu
Hatim yang bersumber dari Ibnu Mulaikah berkenaan turunnya
ayat ini ialah bahwa ketika fathu Makkah, Bilal naik ke atas
Ka’bah untuk adzan. Beberapa orang berkata, “Apakah pantas
budak hitam adzan di atas Ka’bah?”. Maka berkatalah yang lain,
“Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti Allah akan
menggantinya. “Maka datanglah malaikat Jibril
memberitahukan kepada Rasulullah saw apa yang mereka
ucapkan. Maka turunlah ayat ini yang melarang manusia
menyombongkan diri karena kedudukan,pangkat, kekayaan,
dan keturunan dan bahwa kemuliaan seseorang di sisi Allah
dinilai dari derajat ketakwaannya.
Persaudaraan merupakan pilar masyarakat Islam dan
salah satu basis kekuatannya. “Seorang mukmin terhadap
mukmin yang lainnya bagaikan bangunan yang saling mengikat

13
dan menguatkan serta bagaikan jalinan antara jari-jemari.”
(HR.Muttafaq’alaih dari Abu Musa r.a.). Rasulullah saw pernah
menganggap persaudaraan antar umat Islam adalah basis yang
sangat penting sehingga hal yang dilakukan beliau adalah
mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar secara formal
satu dengan yang lainnya ketika hijrah ke Madinah.21
D. Ayat makkiyah atau madaniyah
Al-hujurat memiliki arti bilik-bilik. Surah al-Hujurat merupakan
surah ke 49 dan memiliki 18 ayat didalamnya. Surah al-hujurat termasuk
kedalam golongan surah madaniyyah ( diturunkan sesudah nabi hijrah ke
Madinah). Di namakan surah al-Hujurat karena diambil dari lafadz

ٰ ُ ُْ
‫ الحجر ِت‬yang terdapat dalam Q.S al-Hujurat ayat 4 :

َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ ٰ ُ ُْ َ َّ ْ َ َ ْ ُ َ ُ َ ْ َّ َّ
‫ِان ال ِذين ينادونك ِمن ورا ِۤء الحجر ِت اكثرهم لا يع ِقلون‬

Aritnya : “Sesungguhnya orang-orang yang memanggil engkau


(Nabi Muhammad) dari luar kamar(-mu), kebanyakan mereka tidak
mengerti”.
Dijelaskan pada ayat tersebut bahwasanya termasuk akhlaq yang
tidak baik memanggil Rasulullah saw. Yang sedang berada di dalam bilik
(kamar). Oleh karenanya dalam surah ini terdapat kandungan dasar-dasar
kesopanan serta adab-adab yang ditunjukkan untuk umat islam.22 Surah
al-Hujurat ini merupakan surah ke 108 jika dilihat dari perurutan

21
http://mentoring98.wordpress.com/2008/08/06/tadabur-ayat-qs-al-hujurat-10-
13/,
22
Miftahul Asror Malik, Mukjizat Al Quran (Galeri Ilmu Sdn Bhd, 2018), hlm 195.

14
turunnya. Surah ini turun sesudah surah al-Mujadalah dan sebelum surah
al-Tahrim.23
E. Munasabah
1. Munasabah ayat
Dalam Qur’an surat al-Hujurat ayat 11, terdapat persesuaian
dengan ayat sebelumnya, yaitu ayat 10 dan ayat setelahnya yaitu ayat
14 yang berbunyi :
َ ْ ُ َ ْ ُ ْ ُ َّ َ َ َ ّٰ ُ َّ ُ َ َ َ ُ ْ َ َ ٌ ْ َ ُ ْ ْ َ َّ
ࣖ ‫ِانما ال ُمؤ ِمن ْون ِاخ َوة فاص ِلح ْوا َب ْين اخ َو ْيك ْم َواتقوا اّٰلل لعلكم ترحمون‬

Artinya : Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara,


karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.
ُ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ ْ ٰ َ ْ ُ ْ ُ ْ َّ ْ ُ َّ َ ٰ ُ َ ْ َ ْ َ َ
‫م‬ ‫م‬
‫قال ِت الاعراب ا ناِۗ قل لم تؤ ِ نوا ول ِكن قولوْٓا اسلمنا ولما يدخ ِل‬

ُ َ ُ َ ُ
ْ‫اّٰلل َو َر ُس ْول ٗه َلا َيل ْتك ْم م ْن ا ْع َمالكم‬ َ ‫ان ف ْي ُق ُل ْوبك ْم‬
َ ّٰ ‫ِۗواِ ْن ُتط ْي ُعوا‬ ُ َ ْ ْ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ال ِايم‬

ُ َ َ ّٰ َّ ْ َ
‫اّٰلل غف ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم‬ ِ ‫شي ًٔـا‬
‫ِۗان‬

Artinya : Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah


beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman,
tetapi katakanlah, ‘Kami baru berislam’ karena iman (yang
sebenarnya) belum masuk ke dalam hatimu. Jika kamu taat kepada
Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun
(pahala) amal perbuatanmu.” Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Al-Hujurat:14)

23
“Tafsir Al-Mishbah Jilid 13 -Dr. M. Quraish Shihab.Pdf,” hlm 255.

15
Kesesuaian isi dan kandungan dari kelima ayat tersebut adalah,
ayat 10 menjelaskan bahwa sesungguhnya orang-orang mukmin itu
bersaudara seperti hubungan persaudaraan antara orang-orang
seketurunan karena sama-sama menganut unsur keimanan yang sama
dan kekal. Allah meneragkan bagaimana mendamaika dua kelompok
diantara kaum Muslimin yang sedang bertikai, dan orang Islam
adalah bersaudara.
Dalam ayat 11 Allah SWT menjelaskan bagaimana sebaiknya
pergaulan di antara orang-orang beriman. Di dalamnya terdapat hal-
hal yang diperingatkan Allah agar kaum beriman menjauhinya karena
dapat merusak persaudaraan di antara mereka yaitu: mengolok-olok
orang lain, mengejek diri sendiri dan memanggil orang lain dengan
gelar yang buruk.
Pada Ayat 12 ini masih berhubungan dengan ayat sebelumnya
yaitu ayat 11. yang mana pada ayat sebelumnya Allah melarang kaum
muslimin dan muslimat untuk mengolok-ngolok orang lain, mencela
diri, dan memanggil orang lain dengan sebutan yang buruk. Dalam
ayat ini, Allah melarang untuk berburuk sangka dan bergunjing agar
persaudaraan dan tali persahabatan yang erat antara sesama muslim
tetap terpelihara. Dan pada ayat setelahnya ayat 13, Allah
menciptakan laki-laki dan perempuan, bersuku-suku, dan berbangsa-
bangsa agar saling mengenal karena orang yang mulia disisi Allah
adalah orang yang berataqwa.24
2. Munasabah Surah

24
Muslichatul Ummah, “Interprentasi Tentang Buruk Sangka Q.S Al-Hujurat Ayat 12
Dalam Tafsir al-Kashshaf” (undergraduate, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019), hlm 41,
http://digilib.uinsby.ac.id/38856/.

16
Sedangkan munasabah antara surah, surah Al-Hujurat tersusun
diantara surah Al-Fath dan surah Qaf. Pada akhir surah Al-Fath
dijelaskan bagaimana sifat-sifat orang yang telah beriman yang
memegang teguh ajaran Nabi Muhammad Saw. mereka bersikap tegas
terhadap orang kafir yang mengingkari Nabi Muhammad SAW dan
sebaliknya berkasih sayang sesama Islam. Ini menunjukkan
perpaduan secara Islam disandarkan kepada adalah berteraskan
akidah semata-mata.
Surah Al-Hujurat yang menjelaskan tentang peraturan dan adab
sopan yang mesti diikuti oleh orang-orang beriman. Dan surah
berikutnya yaitu Al-Qaf pula yang diturunkan di Mekah
mengingatkan kita kembali tentang adanya kiamat dan hari
pembalasan. Segala perlakuan di dunia ini akan dihisab oleh Allah dan
diberi pembalasan. Dapat disimpulkan bahwasanya pada surah Al-
hujurat lebih kepada pembahasan tentang duniawi, dan pada surah Qaf
lebih banyak menguraikan tentang akhirat.
Pada ayat 12 terdapat munasabahn dengan surah Al-maidah
ayat 2 yang berbunyi:
ََ َ ْ َ ْ ََ َ َْ
َ َ ْ َّ َ َ ّٰ َ َ َ ْ ُّ ُ َ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ َ ُّ َ ٰٓ
‫اّٰلل ولا الشهر الحرام ولا الهدي ولا‬ ِ ‫يايها ال ِذين امنوا لا‬
ِ ‫تحلوا شعاۤىِٕر‬

َ َ ً َ ْ َ ْ َّ ْ ً ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ٰۤ َ َ َ َ َ ْ
‫القلاۤىِٕد ول ْٓا ا ِمين البيت الحرام يبتغون فضلا ِمن ر ِب ِهم و ِرضواناِۗواِ ذا‬

ْ َ
ْ َ ْ ُ ْ ُّ َ ْ َ ْ َ ُ ٰ َ َ ْ ُ َّ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ
‫حللتم فاصطادواِۗولا يج ِرمنكم شنان قو ٍم ان صدوكم ع ِن المس ِج ِد‬

17
ْ ْ َ َ ْ ُ َ ََ ََ ٰ ْ َّ َ ْ َ َ ْ ُ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ
‫ام ان تعتدواۘ وتعاونوا على ال ِب ِر والتقوىِّۖ ولا تعاونوا على ال ِاث ِم‬
ِ ‫الحر‬

َ ْ ُ ْ َ َ ّٰ َّ َ ّٰ ُ َّ َ َ ْ ُْ َ
‫اب‬
ِ ‫ِۗان اّٰلل ش ِديد ال ِعق‬
ِ ‫انِّۖواتقوا اّٰلل‬
ِ ‫والعدو‬

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu


melanggar syiar-syiar kesucian Allah, dan jangan (melanggar
kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu
(hewan-hewan kurban) dan qala'id (hewan-hewan kurban yang diberi
tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridaan
Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka
bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu
kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat
siksaan-Nya. (QS. Al-maidah [5] : 2)25
Terdapat pula munasabah surah dengan surah pada ayat 13
yaitu dengan QS. Ar-Rum: 22 yang berbunyi:
َّ ُ ْ َ ُ َ ْ َ ُ َ ْ َ َْ َ ُْ َ ٰ ْ
ْ‫اخ ِتلاف ال ِسن ِتك ْم َوال َوا ِنك ْمِۗ ِان ِفي‬ ْ ٰ
‫َو ِمن اي ِت ٖه خلق السمو ِت والار ِض و‬
ٰ َّ ٰ

َ ْٰ َٰ َ ٰ
‫ذ ِلك لا ٰي ٍت ِللع ِل ِم ْين‬

25
“Tafsir Al-Mishbah Jilid 13 -Dr. M. Quraish Shihab.Pdf,” hlm 258.

18
Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit
dan bumi, perbedaan bahasa dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi orang-orang yang berilmu. (QS. Ar-Rum :22)26
F. Hadits Yang Mengandung Penjelasan Ayat
1. QS. Al-Hujurat Ayat 11
Rasulullah sangat menjaga supaya seseorang jangan menghina
atau mengejek orang lain karena kekurangan-kekurangan yang
terdapat pada orang yang bersangkutan. Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad terdapat sebuah cerita yaitu:
َّ َ َ َ ُ ُ ْ َ ُ َ ُ َ َ َّ َ َ ُ ُ َ ُ َ َ َّ َ
ُ‫اّٰلل‬ َ‫وسى قال ْت َس ِم ْع ُت َع ِل ًّيا َر ِضي‬‫حدثنا محَّمد ْب ُن فض ْي ٍل حدثنا م ِغيرة عن أ ِم م‬

َ َ
َ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ ُّ َّ َ َ ُ ُ َ ُ ْ َ
‫ود فص ِعد على شج َرةٍ أ َم َر ُه‬
ٍ ‫ع‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫اب‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ِ‫ه‬‫ي‬‫ل‬ ‫ع‬ ‫اّٰلل‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫الن‬ ‫ر‬ ‫م‬‫أ‬ ‫عنه يقول‬
ِ
َ َ ْ َ
َ َ َ ُ ْ َ ْ َّ ْ َ َ ‫أ ْن َيأت َي ُه م ْن َها ب َش ْيء َف َن َظ َر أ ْص َح ُاب ُه إلى‬
‫ود ِحين ص ِعد‬
ٍ ‫ع‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫ن‬ِ ‫ب‬ ‫اّٰلل‬
ِ ‫د‬
ِ ‫ب‬‫ع‬ ‫اق‬
ِ ‫س‬ ِ ٍ ِ ِ ِ

َّ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ َ َ ُ ُ ْ ُ َ َ َ َ َّ
‫اّٰلل عل ْيهِ َو َسل َم َما‬ ِ ‫الشج َرة فض ِحكوا ِمن حموش ِة ساقيهِ فقال رسول‬
‫اّٰلل صلى‬

ُ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َّ ْ َ ُ ْ َ َ ُ َ ْ َ
ُ ْ َ َ َ َ ْ
‫ان يوم ال ِقيام ِة ِمن أح ٍد‬
ِ ‫اّٰلل أثقل ِفي ال ِميز‬
ِ ‫تضحكون ل ِرجل عب ِد‬

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail, telah


menceritakan kepada kami Mughirah dari Umu Musa berkata,
saya mendengar Ali radhiallahu'anhu berkata, Nabi ‫ﷺ‬
memerintahkan Ibnu Mas'ud (untuk suatu urusan), maka dia naik
ke pohon karena perintah tersebut. Para sahabat melihat ke arah
betis Abdullah bin Mas'ud yang sedang naik pohon kemudian

26
Ahmad Muhammad Yusuf Ensiklopedi Tematis Ayat Al-qur’an dan Hadits, 2009
(Jakarta, Widya cahaya), Jilid 5 hal 419

19
mereka tertawa karena betisnya yang kecil, maka Rasulullah ‫ﷺ‬
menegur mereka, "Kenapa kalian tertawa terhadap kaki seorang
hamba Allah yang dia lebih berat dalam timbangan pada hari
kiamat daripada gunung Uhud." (HR. Ahmad)
Rasulullah telah memberikan ukuran dan pegangan kepada kaum
muslimin dalam memberikan penilaian, pada sebuah hadits yang
menyatakan:
َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ َّ َ ُ َّ ٌ ْ َ َ َ َّ َ
‫ام حدثنا جعف ُر ْب ُن ُب ْرقان ع ْن َي ِزيد ْب ِن‬ ٍ ‫حدثنا عمرو الن ِاقد حدثنا ك ِثير بن ِه‬
‫ش‬

َ َ َّ َّ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ
ُ‫اّٰلل لا َي ْن ُظر‬ ِ ‫ر َرة قال قال رسول‬
‫اّٰلل صلى اّٰلل عليهِ وسلم ِإن‬ ‫الأص ِم عن أ ِبي ه َي‬

ُ َ ُ َ َ ُ َ ُ َ
ْ‫إلى ُص َورك ْم َوأ ْم َوا ِلك ْم َولك ْن َي ْن ُظ ُر إلى ُق ُلوبك ْم َوأ ْع َما ِلكم‬
ِ ِ ِ ِ ِ

Telah menceritakan kepada kami 'Amru An Naqid, telah


menceritakan kepada kami Katsir bin Hisyam, telah menceritakan
kepada kami Ja'far bin Burqan dari Yazid bin Al Asham dari Abu
Hurairah dia berkata, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah
melihat kepada hati dan amal kalian." (HR. Muslim)
mengolok-olok itu sangat dilarang oleh agama Islam karena
dengan mengolok-olok hal-hal yang sepele saja dapat
menimbulkan konflik, entah itu konflik antara suku, agama, ras,
bansa, dan negara.Maka dari itu, sifat tersebut harus dihindari
untuk menjaga perdamain dan persatuan

20
َْ َ ً َ َ ْ
ُ ‫و َحَّدثَ َنا ُم َحَّم ُد ْب ُن ال ُم َثَّنى َو ُم َحَّم ُد ْب ُن َبَّشار َوإ ْب َراه‬
‫يم ْب ُن ِدين ٍار ج ِميعا ع ْن يح َيى ْب ِن‬ ِ ِ ٍ

َ َْ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َّ َ ََّ ْ َ َ َ
‫حَّم ٍاد قال ْاب ُن ال ُمثنى حدث ِني يح َيى ْب ُن حَّم ٍاد أخب َرنا شع َبة ع ْن أ َبان ْب ِن تغ ِل َب ع ْن‬

َّ َ ُ ْ َ ْ َّ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ َ َ ُْ َ ُ
‫ودع ْن النبي‬
ٍ ‫اّٰلل ب ِن مسع‬
ِ ‫يم النخ ِعي عن علقمة عن عب ِد‬‫اه‬
ِ ‫فض ْي ٍل الفق ْي ِمي ع ْن ِإ ْب َر‬
ِ ِ ِ ِ

ْ َ ُ َْ َْ َ َ َ ََّ ْ ُ ُ ْ َ َ َ َّ َ َ ُ َّ َّ َ
‫اّٰلل عل ْيهِ َو َسل َم قال لا َيدخل الجنة َم ْن كان ِفي قل ِبهِ ِمثقال ذَّرةٍ ِم ْن ِكب ٍر‬ ‫صلى‬

ٌ َ َ َّ َّ َ َ ً َ َ َ ُ ُ ْ َ َ ً َ َ ُ ُ ْ َ َ ُ َ ْ َ ُّ ُ َ ُ ٌ َ
‫ي ب أن يكون ثوبه حسنا ونعله حسنة قال ِإن اّٰلل ج ِميل‬ َّ ‫َقال َر ُجل إَّن‬
ِ‫الرجل ح‬ ِ

َّ ُ ْ َ َ َ ْ ُ َ َ ُ ْ ْ َ َ َ ْ ُّ ُ
‫اس‬
ِ ‫الن‬ ‫ي ب الجمال ال ِكبر بطر الح ِق وغمط‬ِ‫ح‬

Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-


Mutsanna dan Muhammad bin Basysyar serta Ibrahim bin Dinar,
semuanya dari Yahya bin Hammad. Ibnu al-Mutsanna berkata,
telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hammad, telah
mengabarkan kepada kami Syu'bah dari Aban bin Taghlib dari
Fudlail Al-Fuqaimi dari Ibrahim an-Nakha'i dari Alqamah dari
Abdullah bin Mas'ud dari Nabi ‫ﷺ‬, beliau bersabda, "Tidak akan
masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji
sawi dari kesombongan." Ada seseorang yang bertanya,
"Bilamana seseorang ingin berpenampilan bagus dengan baju
dan sandalnya (apakah termasuk dari kesombongan)?" Beliau
menjawab, "Sesungguhnya Allah itu indah dan cinta terhadap
keindahan. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan
meremehkan manusia.") HR.Muslim)

21
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Hakim dan Abu
Nu'aim dalam al-Hilyah dari Abu Hurairah, Rasulullah saw.
bersabda,

َ َ َ َ ْ َْ َ َ َ
ُ‫اّٰلل َل َا َبَّره‬ َّ ُ ُ ْ ُ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َْ َ َ ْ ُ َ
ِ ‫لو أقسم على‬،‫اس‬ ِ ‫رب أشعث أغبر ِذي ِطمري ِن تنبو عنه أعين الن‬

"Boleh jadi seseorang yang lusuh dan berpakaian usang


yang mata enggan untuk memandangnya, namun seandainya ia
bersumpah atas nama Allah, Allah mewujudkan sumpahnya." (HR
al-Hakim dan Abu Nu'aim)

Dan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad


dengan redaksi,

ُ‫اّٰلل َل َا َبَّره‬ َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ َّ َ
ِ ‫اب لوء قسم على‬ ٍ ‫رب أشعث مدفو ٍع ِبالأبو‬

"Boleh jadi seseorang yang lusuh yang pintu-pintu ditutup


di hadapannya, namun seandainya ia bersumpah atas nama
Allah, Allah mewujudkan sumpahnya." (HR Muslim dan Imam
Ahmad)

Meskipun biasanya kaum perempuan tercakup bersama


kaum laki-laki dalam pesan-pesan agama, namun di sini secara
khusus Allah SWT menyebutkan larangan bagi kaum perempuan.
Tujuannya, untuk mengantisipasi munculnya persepsi bahwa
larangan itu tidak mencakup kaum perempuan. Esensi larangan
bagi kaum perempuan ini juga dipertegas seperti larangan bagi
kaum laki-laki dengan cara menggunakan bentuk susunan kalimat
yang sama. Awalnya, Allah SWT menyebutkan larangan bagi
kaum laki-laki, kemudian meng- 'athaf-kan bagi kaum perempuan

22
dengan bentuk jamak. Sebab, kebanyakan perbuatan menghina
terjadi di perkumpulan-perkumpulan kaum perempuan.

Dalam hal ini, Allah SWT berfirman, "Janganlah orang-


orang perempuan menghina orang-orang perempuan yang lain,
siapa tahu perempuan yang dihina itu lebih baik dari
penghinanya." Larangan ini tidak terbatas pada kumpulan orang
laki-laki dan orang perempuan saja, namun mencakup individu.
Sebab, alasan larangan yang ada bersifat umum, itu berarti faedah
keumuman hukum karena keumuman alasan yang ada. Imam
Muslim dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia
berkata, "Rasulullah SAW. bersabda,

ُ َ ُ َ َ ُ َ ُ َ
ْ‫ َولك ْن َي ْن ُظ ُر إلى ُق ُل ْوبك ْم َوأ ْع َما ِلكم‬،‫اّٰلل َعَّز َو َجَّل َلا َي ْن ُظ ُر إلى ُص َورك ْم َوأ ْم َوا ِلك ْم‬
َ ‫إَّن‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ

"Allah SWT tidak memandang kepada rupa dan harta


kalian, akan tetapi Allah SWT memandang hati dan amal
perbuatan kalian." (HR Muslim dan Ibnu Majah)

Keistimewaan adalah dengan menuluskan nurani,


membersihkan hati, dan mengikhlaskan amal perbuatan hanya
untuk Allah SWT semata, bukan dengan penampilan luar dan
kekayaan, tidak pula dengan warna kulit dan bentuk fisik, Serta
tidak dengan ras dan etnis.

2. QS. Al-Hujurat Ayat 12


Terdapat hadits yang menegaskan bahwasanya
berprasangka buruk kepada orang lain adalah suatua perbuatan
yang dilarang. Seperti yang tercantum dalam hadits dibawah ini :

23
َ َ َ
َ َ ُ ‫يل َحَّدثَ َنا ُو َه ْي ٌب َحَّدثَ َنا ْاب ُن َط‬
‫او ٍس ع ْن أ ِبيهِ ع ْن أ ِبي‬ ‫اع‬
َ ْ ُ ْ َ ُ َ َ َّ َ
ِ ‫حدثنا موسى بن ِإسم‬

َ ْ َ َّ َّ َ َّ ُ َّ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ َ ْ ُ
‫اّٰلل عل ْيهِ َو َسل َم ِإَّياك ْم َوالظَّن ف ِإن الظَّن أكذ ُب‬ ِ ‫ قال رسول‬:‫ه َري َرة قال‬
‫اّٰلل صلى‬

َّ َ ُ ُ ََ َ ُ َ ََ َ ََ َ ََ َ َْ
ِ ‫يث َولا تحَّس ُسوا َولا تجَّس ُسوا َولا تباغضوا َولا تد َاب ُروا َوكونوا ِع َباد‬
‫اّٰلل‬ ِ ‫الح ِد‬

ً ْ
‫ِإخ َوانا‬

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il, telah


menceritakan kepada kami Wuhaib, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Thawus dari ayahnya dari Abu Hurairah mengatakan,
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Jauhilah prasangka sebab prasangka
adalah ucapan yang paling dusta, janganlah kalian mencari-cari
kesalahan, janganlah kalian saling memata-matai, janganlah
kalian saling marah, janganlah kalian saling membelakangi, dan
jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara."
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa ada seorang yang
bermaksud mengadukan tetangganya kepada polisi karena mereka
sering meminum minuman keras. Namun ia dilarang oleh uqbah
salah seorang sahabat Nabi SAW. Yang menyampaikan bahwa
Rasul SAW. Bersabda: “siapa yang menutup aib saudaranya,
maka ia bagaikan menghidupkan seorang anak yang dikubur
hidup-hidup” (HR. Abu Daud dan an-Nasa‟i melalui al-Laits Ibn
Sa„id). Diisi lain Mu‟awiyah putra Abu sufyan menyampaikan
bahwa ia mendengar Nabi saw. Bersabda: “Sesungguhnya jika
engkau mencari-cari kesalahan/kekurangan orang lain maka

24
engkau telah merusak atau hampir saja merusak mereka” (HR.
Abu Daud).27
Disebutkan pula dalam hadits terkait dengan ghibah, yaitu:
َ
ُ َ ْ َ ُ َ َ ُ َّ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َّ َ َ ْ ْ َ َ َ
ُ ‫الل ْفظ َع ْن َر‬
‫اّٰلل صلى اّٰلل عليهِ وسلم أنه ِقيل له ما ال ِغيبة‬
ِ ‫ول‬ ِ ‫س‬ ِ ‫و ِبهذا ال ِإسن ِاد و‬

ُ َُ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َّ َ ُ َ َ
‫اّٰلل قال ِذكرك أخاك ِبما يكره قال أفرأيت ِإن كان ِفي أ ِخي ما أقول‬
ِ ‫يا رسول‬

َ َ َ ْ َ َ َّ َ ُ َ ْ َ
َ‫اغ َت ْب َت ُه َوإ ْن َل ْم َي ُك ْن ف ما‬
ْ ْ َ َ ُ َُ َ َ
‫اّٰلل قال ِإن كان ِفي أ ِخيك ما تقول فقد‬
ِ‫ِ يه‬ ِ ِ ‫أي رسول‬

ُ َّ ْ َ َ ُ ُ َ
‫تقول فقد َب َهته‬

Masih melalui jalur periwayatan yang sama seperti hadits


sebelumnya dari Abu Hurairah, dan dengan sanad ini, dan lafadz
dari Rasulullah ‫ﷺ‬, bahwasanya beliau ditanya, "Wahai Rasulullah,
ghibah itu apa?" maka beliau bersabda, "Yaitu engkau menyebut
saudaramu dengan sesuatu yang tidak ia sukai, " ia berkata,
"Wahai Rasulullah, apa pendapat tuan jika apa yang aku katakan
ada pada dirinya?" beliau bersabda, "Jika yang kamu katakan ada
padanya, maka engkau telah berbuat ghibah padanya, dan jika apa
yang kamu katakan tidak ada padanya, maka engkau telah
memfitnahnya."
Dinyatakan pada hadits diatas bahwa walaupun keburukan yang
diungkap oleh penggunjing tadi memang disandang oleh objek
ghibah, ia tetap terlarang.. Melakukan pengumpatan
(penggunjingan) dengan perbuatan seperti menirukan saudaranya
yang berjalan timpang, samalah hukumnya dengan
mengucapkannya. Bahkan segala sesuatu yang bertujuan sebagai

27
“Tafsir Al-Mishbah Jilid 13 -Dr. M. Quraish Shihab.Pdf,” hlm 256.

25
ghibah itupun dilarang oleh agama, misalnya yang dilakukan
dengan isyarat, pemberian tanda, mengedip-ngedipkan mata,
celaan, tulisan, gerakan dan lain-lain.
3. QS. Al-Hujurat Ayat 13
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Abu Hurairah r.a. dan
diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Hurairah r.a. Rasulullah
SAW bersabda:
َ ُ ْ َ َ َّ َّ ََ ُ َّ َ ُ َ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ
‫اّٰلل لا َينظ ُر ِإلى‬ ‫ ِإن‬:‫اّٰلل عل ْيهِ َو َسل َم‬ ‫ قال َر ُسول اّٰللِ صلى‬:‫ قال‬،‫ر َرة‬
‫عن أ ِبي ه َي‬

ُ َ ُ َ َ ُ َ ُ
ْ‫ َولك ْن َي ْن ُظ ُر إلى ُق ُلوبك ْم َوأ ْع َما ِلكم‬،‫ُص َورك ْم َوأ ْم َوا ِلك ْم‬
ِ ِ ِ ِ

Artinya, “Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah


shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak
melihat bentuk rupa kalian dan tidak juga harta benda kalian, tetapi
Dia melihat hati dan perbuatan kalian". (Shahih Muslim).28

Senada dengan hadis tersebut, Allah subhanahu wa ta’ala juga


menegaskan dalam firman-Nya di surat al-Hujurat ayat 13,
َّ ُ َ َ َ َ ً ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َ َ ٰ َ ْ ُ َ َ َ ْ ْ ُ َ ْ َ َ َّ ُ َّ َ ُّ َ َ
‫وبا َوق َب ِائل ِلتع َارفوا َِّۚإن‬‫يا أيها الناس ِإنا خلقناكم ِمن ذك ٍر وأنثى وجعلناكم شع‬

ُ َ َّ َ ْ ُ َ ْ َ
ٌ ‫يم َخب‬
‫ير‬ َ َّ ‫اّٰلل أ ْت َقاك ْمَّۚإَّن‬
ٌ ‫اّٰلل َعل‬ ِ ‫د‬‫ن‬‫ع‬ ْ
‫م‬ ‫ك‬ ‫أك َرم‬
ِ ِ ِ ِ

Artinya, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan


kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling

28
Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtisari Tafsir Ibnu Katsir, jilid
4. Terj Drs Syihabuddin, M.A (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) hlm,438

26
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti.” (QS Al-Hujurat: 13)
Allah tidak memandang bentuk tubuh dan keindahan rupa
seseorang, apakah tubuhnya itu besar atau kecil, sehat ataukah sakit,
apakah wajahnya rupawan ataukah tidak, semuanya itu tidak ada
nilainya di mata Allah. Demikian juga, Allah tidak memandang
seseorang berdasarkan nasab dan hartanya. Tidak peduli seseorang
dari kalangan strata sosial tinggi maupun rendah, apakah ia kaya
ataukah miskin, Allah selamanya tidak memandang semua itu.
Hubungan antara Allah dan hamba-Nya hanya didasarkan pada tingkat
ketakwaannya. Siapa yang paling bertakwa, maka dialah yang paling
dekat dengan Allah dan paling mulia di sisi-Nya.
Oleh karena itu, tidaklah pantas seseorang membangga-
banggakan hartanya, keelokan rupa wajahnya, fisiknya, keturunannya,
rumah-rumah megahnya, kemewahan fasilitas hidup, dan lain
sebagainya dari perkara dunia. Kemuliaan seseorang di mata Allah
hanya ditentukan oleh kondisi hatinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menegaskan dalam sabdanya,
ُ َ َ
ْ‫َولك ْن َي ْن ُظ ُر إلى ُق ُلوبكم‬
ِ ِ ِ

“Akan tetapi Allah melihat kepada hati kalian”


Hati menjadi poros dari segala amal. Di sanalah tempatnya
niat, keikhlasan, dan ketakwaan. Betapa banyak manusia yang amal
perbuatannya tampak bagus dan lurus secara lahiriah, tapi ternyata
bernilai rusak di mata Allah karena dibangun di atas niat yang salah.
Maka bisa jadi dua orang terlihat dalam barisan shaf shalat yang sama,
mengikuti satu imam shalat yang sama, gerakan shalat dari awal

27
sampai akhir pun juga sama, tapi sesungguhnya antara keduanya sama
sekali berbeda seperti perbedaan barat dan timur. Yang demikian itu
bisa terjadi karena dibangun di atas niat yang berbeda. Boleh jadi yang
satu shalat dalam kondisi hati yang lalai dan seringkali dilandasi
motivasi duniawi, sementara yang satunya shalat dengan benar-benar
menghadirkan keikhlasan dan semata-mata mengharapkan ridha
Allah.
G. Pendapat Para Mufassir
1. QS. Al-Hujurat ayat 11
Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi Berikut
ini tafsir mengenai surat al-Hujurat ayat 11 dalam kitab Tafsir Ibnu
Katsir:
Dari makna ayat di ini, yang dimaksud dengan memperolok-
olok ialah menganggap rendah derajat orang lain, meremehkannya
dan mengingatkan cela-cela dan kekurangan-kekurangan dengan cara
yang dapat menyebabkan ketawa. Cara ini dapat terjadi adakalanya
meniru percakapan atau perbuatan orang itu, dan adakalanya dengan
berjalan berisyarat dengan apa-apa yang menunjukkan kearah
tersebut
ُ َُْ َْ َ
‫َولا تل ِم ُز ْ ْٓوا انف َسك ْم‬

Dan janganlah mencela dirimu sendiri Makna yang dimaksud


ialah janganlah kamu mencela orang lain.29

29
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir, hal. 320

28
Pengumpat dan pencela dari kalangan kaum lelaki adalah
orang-orang yang tercela dan dilaknat, seperti yang disebutkan oleh
Allah Swt dalam firmannya

َ ُّ َ ُ ُ ٌ
ٍ‫َو ْيل ِلك ِل ه َمزةٍ ل َمزة‬

Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela.

Al-Hamz adalah ungkapan celaan melalui perbuatan,


sedangkan al-Lamz adalah ungkapan celaan dengan lisan. Mayoritas
masyarakat sekarang banyak terjerumus kedalam kedzaliman dengan
perkataan, berbuat dosa dengan lisan dan merusak lisan tersebut. Dan
terlepas diri dari orang yang menyakiti dengan lisannya dan
menahannya dari menjaga kehormatan kaum muslimin, agar mereka
tidak memperoleh keburukan.

َ َْ ْ ْ َُ َ َ ََ
ِۗ ِ ‫ولا تنابزوا ِبالال‬
‫اب‬ ‫ق‬

Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar yang buruk.

yakni janganlah memanggil orang lain dengan gelar yang buruk


yang tidak enak didengar oleh yang bersangkutan. Imam Ahmad
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah
menceritakan kepada kami Daud Ibnu Abu Hindun dari Asy-Sya’bi
yang mengatakan telah menceritakan kepadaku Abu Jubairah ibnu
Ad-Dahhak yang mengatakan bahwa berkenaan dengan kami, Bani
Salamah ayat tersebut diturunkan. Ketika Rosulullah SAW tiba di
Madinah, tiada seorang pun dari kami melainkan mempunyai dua
nama atau tiga nama. Tersebutlah pula apabila beluau memanggil
seseorang dari mereka dengan salah satu namanya, mereka

29
mengatakan “wahai Rosulullah, sesungguhnya dia tidak menyukai
nama panggilan itu.

Pendapat Ahmad Mustofa al-Maraghi, didalam tafsir Al-


Maraghi dijelaskan yaitu Jangan mencela dirimu sendiri Maksudnya
ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin
seperti satu tubuh. Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak
disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang
yang sudah beriman, dengan panggilan seperti Hai fasik, Hai kafir
dan sebagainya.

َ َ َ ُ ٰ َ ْ َّ َ َ
‫يٰٓايُّها ال ِذين ا َمن ْوا لا ي ْسخ ْر‬

Janganlah beberapa orang dari orang-orang mukmin mengolokolok


orang-orang mukmin yang lain.

Karena itu agar tidak seorang pun mengolok-olok orang lain


yang ia pandang hina karena keadaannya yang compang-camping,
atau karena ia cacat pada tubuhnya atau karena ia cacat pada
tubuhnya atau karena ia tidakn lancer dalam berbicara. Orang yang
sifatnya seperti itu, dengan demikian berarti ia menganiaya diri
sendiri dengan menghina orang lain yang dihormati oleh Allah Ta’ala
Firman Allah Ta’ala Anfusakum merupakan peringatan bahwa orang
yang berakal tentu takkan mencela dirinya sendiri. Oleh karena itu,
tidak sepatutnya ia mencela orang lain. Karena orang lain itupun
seperti dirinya juga.

Karena sabda Nabi Saw. “Orang-orang mukmin itu seperti


halnya satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh itu menderita
sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan tak bisa tidur dan demam

30
Hal ini merupakan isyarat bahwa seorang tak bisa dipastikan
Berdasarkan pujian maupun celaan orang lain atas rupa, amal,
ketaatan atau pelanggaran yangtampak padanya. Karena barang kali
seseorang yang memelihara amal-amallahiriyah, ternyata Allah
mengetahui sifat tercela dalam hatinya, yang tidak patutamal-amal
tersebut dilakukan, disertai dengan sifat tersebut. Dan barangkali
orangyang kita lihat lalai atau melakukan maksiat, ternyata Allah
mengetahui sifatterpuji dalam hatinya, sehingga ia mendapat
ampunan karenanya.

Dengan demikian jelaslah bahwa mengolok-olok itu hukumnya


haram karena bisa memutuskan persaudaraan, menimbulkan
perselisihan dan permusuhan.Masyarakat unggul yang hendak
ditegakkan Islam dengan petunjuk al-Qur’an ialah masyarakat yang
memiliki etika yang luhur. Pada masyarakat itu, setiap individu
memiliki kehormatan yang tidak boleh disentuh. Ia merupkan
kehormatan yang kolektif. Megolok olok individu manapun berarti
mengolok-olok pribadi umat. Sebab, seluruh jamah itu satu dan
kehormatannya pun satu.

Pada ayat ini, jelas terdapat larangan supaya jangan meghina


atau merendahkan orang lain. Bukan saja kepada laki-laki, tetapi
berlaku juga terhadap kaum wanita. Lebih-lebih lagi mengingat
bahwa kaum wanita pada umumya lebih emosional dan sensitive,
paling raji memberikan penilaian atau sangka terhadap sesama kaum
perempuan, baik mengenai bentuk, pakaian maupun tentang gaya dan
pembawaan Orang yang telah mengolok-olok orang lain, tanpa
disadari dia telah mengok-olok dirinya sendiri dan menganggap
dirinya paling sempurna. Sedangkan, belum tentu orang yang

31
diperolok-olokkan lebih jelek dari yang mengolok-olok. Bisa jadi
orang yang diperolok-olokkan lebih baik dari kita. Karena, tidak
semua dapat dilihat dari sisi jeleknya saja. Terkadang dibalik sisi
jeleknya mengandung hal-hal yang positif.

Adapun pendapat M. Quraisy Shihab dalam kitab tafsir Al-


Misbah sebagai berikut:

َ َ
- Kata (‫ )ي ْسخ ْر‬artinya memperolok-olokanya itu menyebut

kekurangan pihak lain dengan tujuan menertawakan yang


bersangkutan, baik dengan ucapan, perbuatan atau tingkah laku

َ
- Kata (‫ )ق ْو ٌم‬Qaum biasa digunakan untuk menunjukkan sekelompok

manusia. Bahasa menggunakannya pertama kali untuk kelompok


laki-laki saja, karena ayat diatas menyebut pula secara khusus wanita.
Memang wanita dapat saja masuk dalam pengertian qaum. Bila
ditinjau dari sekian banyak kata yang menunjukkan kepada laki-laki,
misalnya kata al-mu’minun dapat saja tercakup didalam ayat-ayat al
mi’minat (wanita-wanita mukminah). Namun ayat diatas
mempertegas penyebutan kata (‫ )نساء‬perempuan karena ejekan dan
“merumpi” lebih banyak terjadi di kalangan perempuan,
dibandingkan dikalangan laki-laki

َْ
- Kata (‫ )تل ِم ُز ْ ْٓوا‬terambil dari kata al-lamz. Para Ulama berbeda

pendapat dalam memaknai kata ini. Ayat ini melarang melakukan al-
Lamz terhadap diri sendiri. Sedangkan maksudnya adalah orang lain.
Redaksi tersebut dipilih untuk mengisyaratkan kesatuan masyarakat

32
dan bagaimana seharusnya seseorang merasakan bahwa penderitaan
dan kehinaan yang menimpa orang lain, menimpa pula dirinya sendiri

َ َ
- Kata (‫ )تن َاب ُز ْوا‬adalah saling member gelar yang buruk. Larangan ini

mengandung kata yang mengandung timbal balik. Berbeda dengan


larangan al-lamz pada penggalan sebelumnya. Ini bukan saja karena
at-Tanabuz lebih banyak dari al-Lamz, tetapi juga karena gelar yang
buruk biasanya disampaikan secara terang-terangan dengan
memanggil yang bersangkutan.

Para Ulama berbeda pendapat dalam memaknai kata al-Lamz.


Ibn ‘Asyur misalnya memahaminya dalam arti ejekan yang langsung
dihadapakan kepada yang diejek, baik dengan isyarat, bibir, tangan
atau kata-kata yang dipahami sebagai ejekan atau ancaman. Ini
adalah bentuk kekurangajaran dan penganiayaan.30

Ibnu Abbas mengatakan ‫" ولا نساء من نشاء‬Saat Shafiyyah Binti

Huyaiy bin Akhthab mengadukan kepada Rasulullah saw., "Wahai


Rasulullah, para perempuan mencela dan mengatai-ngataiku,
'Perempuan Yahudi, anak dari orang tua Yahudi. Beliau berkata
kepadanya, 'Mengapa tidak kamu balas dengan, 'Bapakku adalah
Nabi Harun, pamanku adalah Nabi Musa, dan suamiku adalah Nabi
Muhammad.' Lalu Allah SWT menurunkan ayat ini." Ada yang
mengatakan, ayat ini turun terkait dengan istri-istri Nabi Muhammad
saw. yang menghina Ummu Salamah dengan mengata-ngatainya
pendek.

30
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002)

33
at-Tirmidzi, Nasa'i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah meriwayatkan
dari Abu Jabirah bin Adh-Dhahhak, ia berkata, "Ada seorang laki-
laki dari kami memiliki dua atau tiga panggilan, saat ia dipanggil
dengan salah satu nama panggilannya, kemungkinan ia tidak suka
dipanggil dengan nama panggilan tersebut, lalu turunlah ayat ini.”

Tirmidzi mengatakan, “Ini adalah hadits hasan." Hakim dan


yang lainnya meriwayatkan dari hadits Abu Jabirah juga, ia berkata,
"Pada masa jahiliyah, orang-orang biasa memiliki julukan, lalu
Rasulullah saw. memanggil seorang laki-laki dengan nama
julukannya. Ada yang mengatakan kepada beliau, "Wahai
Rasulullah, orang itu tidak suka dipanggil dengan nama julukannya."
Allah SWT pun menurunkan ayat ini." Redaksi riwayat Ahmad dari
Abu Jabirah adalah seperti berikut. "Ayat ini turun terkait dengan
kami, Bani Salimah. Saat Rasulullah saw. tiba Madinah, setiap orang
dari kami rata- rata memiliki dua atau tiga nama panggilan. Jika
beliau memanggil seseorang dengan salah satu nama panggilannya,
orang-orang berkata, 'Wahai Rasulullah, ia marah dan tidak suka
dengan nama panggilan itu.' Lalu turunlah ayat ini."31

Kemudian imam As-Suyuthi dalam kitab tafsir ibnu mas’ud


yaitu ‘Abd bin Humaid dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ibnu
Mas’ud (Dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung
ejekan) ia berkata,”yaitu mengatakan terhadap orang yahudi yang
telah masuk islam: Hai Yahudi,hai Nashrani,hai Majusi” dan
mengatakan terhadap orang islam “hai fasik”32

2. QS. Al-Hujurat ayat 12

31
Prof.Dr. Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir jilid 13. Hal. 478
32
Muhammad ahmad Isawi, Tafsir Ibnu Mas’ud (pustaka azzam)hal.928

34
a. Menurut Quraisy Shihab dalam Tafsir Al-Misbah
Bahwasanya ayat 12 ini menegaskan bahwa sebagian
dugaan adalah dosa yakni dugaan yang tidak berdasar.
Biasanya dugaan yang tidak berdasar dan mengakibatkan dosa
adalah dugaan buruk terhadap pihak lain. Ini berarti ayat di atas
melarang melakukan dugaan buruk yang tanpa dasar, karena
itu dapat menjerumuskan seseorang ke dalam dosa.
Dalam tafsir Al-misbah disebutkan bahwa, Pakar hukum
mebenarkan ghibah untuk sekian banyak alasan antara lain :
1.) Meminta fatwa.
2.) Menyebut kuburukan seseorang yang memang tidak segan
menampakan keburukannya di hadapan umum.
3.) Menyampaikan keburukan seseorang kepada yang
berwenang dengan tujuan mencegah terjadinya
kemungkaran.
4.) Menyampaikan keburukan seseorang kepada siapa yang
sangat membutuhkan informasi.
5.) Memperkenalkan seseorang yang tidak dapat dikenal
kecuali dengan menyebutkan aib atau kekuragannya.
Thabathaba’i menulis bahwah ghibah merupakan
perusakan bagian dari masyarakat, satu demi satu sehingga
dampak positif dan diharapkan dari wujudnya satu masyarakat
menjadi gagal dan berantakan. Menggunjing menjadikan yang
bersangkutan kehilangan identitas serta menjadikan tidak dapat
berfungsinya sebagaimana yang di harapkan di masyarakat.
Karena berbuat buruk terhadap siapapun tidak direstui oleh
agama. Pergunjingan merupakan perlakuan tidak adil dan

35
agama memerintahkan untuk menegakkan keadilan kepada
siapapun, walau terhadap orang-orang kafir.
b. Penafsiran Sayyid Qutb dalam tafsir fi Zhilalil Qur’an
Al-Qur’an menyuruh agar tetap membersihkan hati dari
bisikan dan keraguan sehingga menjadi putih. Dia
menyanyangi saudaranya tanpa diikuti prasangka buruk.
Hatinya bersih tanpa terkotori keraguan dan kesangsian, dan
hatinya tentram tanpa terkotori kegelisahan dan gundah.
Alangkah nyamanya kehidupan dalam masyarakat yang
terbebas dari aneka prasangka.
Manusia memiliki kebebasan, kehormatan, dan
kemuliaan yang tidak boleh dilanggar dengan cara apapun dan
tidak boleh disentuh dalam kondisi apapun. Pada masyarakat
Islam yang adil dan mulia. Hiduplah manusia dengan rasa aman
atas dirinya, rasa aman atas rumahnya, rasa aman atas
kerahasiaannya, dan rasa aman atas aibnya. Bahkan jika terjadi
pembunuhan yang berimplikasi pada penegak hukum, maka
tidak dibolehkan mencari-cari kesalahan manusia. Manusia
hendaklah dipandang lahiriahnya. Tidak ada seorangpun yang
berhak menghukum atas batiniahnya. Tidak ada seorangpun
yang dapat menghukum manusia kecuali bedasarkan
penyimpanan dan kesalah yang tampak.
Seseorang tidak boleh menyangka atau mengharapkan,
atau bahkan mengetahui bahwa mereka melakukan suatu
penyimpangan secara sembunyi-sembunyi, lalu diselidiki
untuk memastikannya. Yang boleh dilakukan atas manusia
ialah menghukum mereka saat kesalahannya terjadi dan

36
terbukti disertai jaminan lain yang telah ditetapkan oleh nash
berkaitan dengan setiap kesalahannya.
Abu Dawud meriwayatkan bahwa Abu Bakar bin Abi
Syaibah menceritakan dari Abu Mu’awiyah, dari al-
Amasy,dari Zaid bin wahab bahwa Ibnu Mas’ud datang. Tiba-
tiba dikatakan kepadanya, “Dari janggut orang ini menetes
khamar.” Abdullah bin mas’ud berkata, “Kita dilarang
mencari-cari kesalahan orang. Jika jelaslah kepada kita
kesalahannya, baru kita menghukumnya.”Diriwaratkan dari
Mujahid bahwa dia berkata, ”Janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain. Peganglah apa yang terlihat olehmu
dengan jelas dan biarkanlah apa yang disembunyikan Allah.”
Janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang
lain. Lalu, tergelarlah pemandangan yang mengusik diri yang
paling kebal sekalipun dan mengusik perasaan yang paling kuat
sekalipun. Yaitu, pemandangan dimana seorang saudara
memakan daging saudaranya sendiri yang sudah mati.
Kemudian dengan cepatnya menyeruak bahwa mereka tidak
menyukai perbuatan yang menjijikan ini, dan jika demikian
berarti mereka membenci umpatan. Kemudian rangkaian
larangan berprasangka, mencari-cari kesalahan, dan ghibah
diakhiri dengan mengusik perasaan ketakwaan mereka. Juga
mengisyaratkan agar barangsiapa yang melakukan sebagaian
dari perbuatan ini, hendaknya dia segera bertobat dan
menjemput rahmat-Nya
c. Penafsiran Ahmad Mustafa Al Maroghi dalam tafrsir Al
Maroghi

37
Persangkaan yang buruk itu hanya diharamkan terhadap
orang yang disaksikan sebagai orang yang menutupi aibnya,
sholih dan terkenal amanatnya. Adapun orang yang
mempertontonkan diri sebagai orang yang gemar melakukan
dosa, seperti orang yang masuk ke tempat-tempat pelacuran
atau berteman dengan penyanyi-penyanyi cabul, maka tidaklah
diharamkan berburuk sangka terhadapnya.
Al-Baihaqi dalam kitab Sya’bul Iman mengeluarkan
sebuah riwayat dari Sa‟id ibn Musayyab bahwa ia berkata,
pernah saya mendapat surat dari sebagian temanku dari
kalangan sahabat Rasulullah SAW., “Letakkanlah urusan
saudaramu pada tempat yang terbaik selagi tidak datang
kepadamu berita yang kuat menurutmu. Dan jangan sekali-kali
kamu menyangka kata-kata yang keluar dari seorang muslim
sebagai sesuatu yang buruk, padahal kamu masih mendapatkan
tempat yang baik bagi kata-kata itu. Dan barang siapa yang
menutupi rahasianya, maka pilihan itu ada pada tanagnnya.
Dan tidaklah engkau balas seseorang yang mendurhakai Allah,
pada hari kiamat (kecuali) yang sebanding. Agar engkau taat
kepada Allah demi balasan itu.
Dan janganlah sebagian kamu meneliti keburukan
sebagian lainnya dan jangan mencari-cari rahasia-rahasianya
dengan tujuan mengetahui cacat-cacatnya. Akan tetapi puaslah
kalian dengan apa yang nyata bagimu mengenai dirinya. Lalu
pujilah atau kecamlah berdasarkan yang nyata itu, bukan
berdasarkan hal yang kamu ketahui dari apa yang tidak nyata
Selanjutnya Allah SWT memberikan suatu
perumpamaan tentang gibah agar orang menghindari dan

38
berhati-hati terhadap kelakuan seperti itu. Kesimpulannya,
sesungguhnya sebagaimana kamu tidak menyukai perbuatan
itu, karena tabiatmu memang demikian. Maka janganlah kamu
menyukai hal itu berdasarkan syara‟ karena perbuatan itu
menyebabkan hukuman yang berat. Gibah itu telah dimisalkan
dengan memakan daging karena gibah itu berarti merobek-
robek kehormatan yang serupa dengan memakan dan
merobekrobek daging.
d. Penafsiran Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir
Allah swt. melarang hamba-Nya yang beriman dari
banyak prasangka. Yaitu, melakukan tuduhan dan
penghianatan terhadap keluarga dan kaum kerabat serta umat
manusia secara keseluruhan yang tidak pada tempatnya, karena
sebagian dari prasangka itu murni menjadi perbuatan dosa.
Oleh karena itu, jauhilah banyak berprasangka sebagai suatu
kewaspadaan. Kami telah meriwayatkan dari Amirul
Mukminin “Umar bin Khaththab ra, bahwasannya ia pernah
berkata: “Janganlah kalian berprasangka terhadap ucapan yang
keluar dari saudara Mukminmu kecuali dengan prasangka baik.
Sedangkan engkau sendiri mendapati adanya kemungkinan
ucapan itu mengandung kebaikan”
Menurut kesepakatan, ghibah merupakan perbuatan yang
diharamkan, dan tidak ada pengecualian dalam hal itu kecuali
jika terdapat kemaslahatan yang lebih kuat, seperti dalam hal
jarh (menilai cacat dalam masalah hadis), ta‟dil (peninjauan
kembali dalam masalah hadis), dan nasihat. Hal itu
sebagaimana sabda Rasulullah saw. ketika ada seorang jahat
yang meminta izin kepada beliau : “Berikan kepada kalian izin

39
kepadanya, ia adalah seburuk-buruk teman kabilah.” (HR. Al-
Bukhari dan Abu Dawud). Rasulullah juga telah bersabda :
“Kita tidak boleh mempunyai teladan dalam hal buruk.
Jumhur ulama mengatakan :”Jalan taubat yang harus
ditempuh orang yang berbuat ghibah adalah dengan
melepaskan diri darinya dan kemauan keras untuk tidak
mengulanginya kembali. Ada ulama yang mensyaratkan agar
meminta maaf kepada orang yang digunjingkan, dengan cara
memberikan sanjungan. Sehingga gunjingan dibayar dengan
pujian
3. QS. Al-Hujurat ayat 13
Pendapat para mufassir berperan penting sebagai acuan dalam
mengetahui dan memahami masalah yang dibahas dalam ayat yang
dikaji. Berikut ini tafsir mengenai surat al-Hujurat ayat 13: 1.
a) Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi
Berikut ini tafsir mengenai surat al-Hujurat ayat 13 dalam
kitab Tafsir Ibnu Katsir:
QS. Al-Hujurat : 13
ُ ُ َ ُ َ
ً‫اس إنَّ ا َخ َل ْق َن اك ْم م ْن َذك ر َو أ ن ْ َث ٰى َو َج َع ْل َن اك ْم ُش ُع وب ا‬ َّ َ ُّ َ
ُ ‫الن‬ ‫يا أيها‬
ٍ ِ ِ

ُ َ َّ َ َّ
ٌ‫يم َخ ب ير‬ َ َّ ‫اّٰلل أ ْت َق اك ْم َّۚ إ َّن‬
ٌ ‫اّٰلل َع ل‬ َ ْ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ َ َ
ِ ِ ِ ِ ‫د‬ ‫ن‬ ‫ع‬
ِ ‫م‬ ‫ك‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ك‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫إ‬
ِ َّۚ ‫وا‬ ‫ف‬ ‫و ق ب ِائ ل ِل ت ع ار‬

Artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan


kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.

40
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.
Al-Hujurat :13)
Semua manusia bila ditinjau dari unsur kejadiannya yaitu tanah
liat, sampai dengan Adam dan Hawa sama saja. Sesungguhnya
perbedaan keutamaannya di atara mereka karena perkara agama, yaitu
ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena itulah sesudah
melarang perbuatan menggunjing dan menghina orang lain. Allah Swt
mengingatkan mereka dalam ayat ini, bahwa manusia mempunyai
martabat yang sama.33 Allah menciptakan manusia agar saling
mengenal dan bersaudara baik laki-laki maupun perempuan. Serta,
Allah Maha Mengetahui kalian dan Maha Mengenal semua urusan
kalian, maka Dia member petunjuk, merahmati serta mengutamakan
kepada siapa yang dikehendaki-Nya.34
b) Ahmad Mustofa al-Maraghi
Didalam tafsir Al-Maraghi dijelaskan:
Kebiasaan orang memandang kemuliaan itu selalu ada sangkut
pautnya dengan kebangsaan dan kekayaan. Padahal menurut
pandangan Allah, orang yang paling mulia adalah orang yang paling
bertakwa kepada-Nya. Allah menjadikan manusia bersuku-suku dan
berkabilah-kabilah supaya saling kenal-megenal, yakni mengenal satu
sama lainnya, bukan saling mengingkari. Sedangkan mengejek,
mengolok-olok dan menggunjing menyebabkan terjadinya saling
mengingkari.35
Sehingga orang yang paling mulia disis Allah adalah orang yang
paling taqwa diantara kamu. Jadi jika kamu hendak berbangga maka

33
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir, hal. 348
34
Ibid, hlm 355
35
Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, hlm. 420

41
banggakanlah takwamu. Artinya barang siapa yang ingin memperoleh
derajat-derajat yang tinggi maka hendaklah ia bertakwa.36
c) M. Quraisy Shihab
ُ َ َ َ ُ َ
Kata ‫ار ف وا‬ ‫ ت ع‬terambil dari kata ‫ ع َرف‬yang berarti

mengenal. Semakin kuat pengenalan satu pihak dengan pihak


lainnya, maka semakin terbuka peluang untuk saling member
manfaat. Karena ayat diatas menekankan untuk saling
mengenal. Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling menarik
pelajaran dan pengalaman pihk lain, guna meingkatkan
keadaan kepada Allah Swt. yang dampaknya tercermin pada
kedamaian dan kesejahteraan hidup duniawi dan kebahagiaan
ukhrawi.37
Upaya saling mengenal dapat dilakukan dengan proses
bersilaturrahim. Akan tetapi warna kulit, ras, bahasa, negara
dan lainnya yang seringkali membuat orang enggan
berinterkasi dengan yang lainnya disebabkan karena perbedaan
tersebut. Padahal perbedaan-perbedaan tersebut merupakan
suatu Sunnatullah dan tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak
saling mengenal.
Abu Isa At-Turmudzi mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ahmad Ibnu Muhammad, telah menceritakan
kepada kami Abdullah ibnu Mubarak, dari Abdul Malik ibnu
Isa As-Saqafi dari Yazid Mula Al-Munba’is, dari Abu Hurairah
r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda :

36
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maragi, hlm 236
37
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, hal. 262

42
َ َ ُ َ
َْ ٌ َ َ َ ُ
َ ‫ون بهِ أ ْر َح َامك ْم َفإ َن صل َة‬ َ َ ْ ُ َْ ْ َ
ُ ‫َت َعل‬
‫الر ِح ِم مح َبة ِفى الأه ِل‬ ِ ِ ِ ‫ل‬‫ص‬ِ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫م‬‫ك‬ ‫اب‬
ِ ‫س‬‫ن‬‫أ‬ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ‫وا‬‫م‬

ََ َ
ٌ ْ َ ْ ٌ َْ َ
‫ال َمن َسأة ِفى الأث ِر‬
ِ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ى‬‫ف‬ِ ‫اة‬ ‫م ثر‬

Artinya,“Pelajarilah nasab-nasab kalian untuk


mempererat silaturahim, karena silaturahim itu menanamkan
rasa cinta kepada kekeluargaan, memperbanyak harta dan
memperpanjang usia.” (HR. Tirmidzi; shahih)
Salah satu kebesaran Allah Swt yang diperlihatkan-Nya
kepada umat manusia adalah keragaman. Dalam setiap
keragaman akan selalu ada persamaan dan perbedaan.×× Umat
manusia yang berada diatas permukaan bumi ini lahir dengan
bentuk dan rupa yang tidak sama. Namun, semuanya memiliki
satu persamaan dari sisi kemanusiaan, yaitu sebagai makhluk
ciptaan Allah Swt.38 Pentingnya menegakkan nilai-nilai akhlak
dalam menegakkan masyarakat yang kokoh, pada taraf
selanjutnya mengarah kepada terbentuknya masyarakat
madani. Yaitu masyarakat yag mengaplikasikan nilai-nilai
ilahiah dan insaniah sebagaimana dijumpai pada masa
Rasulullah Saw. perubahan kota Yastrib menjadi Madinah
seperti yang dikenal sekarang adalah berasal dari kata
madaniah yang berarti berperadaban.39

38
Ahmad Badran, Manajemen Akhlaq, (Yogyakarta: Mumtaz, 2012), hal. 82
39
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsit At-Tarbawiy), hal.241

43
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap umat manusia dilarang menghina atau mengejek serta
merendahkan orang lain terutama kepada sesama muslim dan juga
larangan mencela diri sendiri karna sama saja dengan mencela Allah
SAW, mencela ciptaanya sama dengan mencela penciptanya. Diharuskan
untuk menjaga bicara jangan sampai memanggil teman dengan julukan
yang mengejek.
Menjauhkan diri dari sikap dan perbuatan berprasangka buruk
terhadap sesama. Berprasangka buruk (negatif thinking) yaitu sifat atau
sikap yang sangat dilarang dalam ajaran Islam. Menjauhkan diri dari sikap
dan perbuatan mencari-cari dan menyebarluaskan kejelekan aib atau cacat
kesesama. Menjauhkan diri dari sikap dan perbuatan Ghibah. Ghibah
adalah menyebutnyebut sesuatu yang melekat pada diri orang lain yang
apabila orang lain itu mendengarnya ia tidak menyukainya.
manusia berasal dari satu keturunan yakni Nabi Adam dan Hawa.
Sehingga pada hakikatnya mereka setara. Keragaman adalah sunnatullah
karena Allah menjadikan manusia berkembang demikian banyak
sehingga menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Keragaman itu
bukanlah untuk berpecah belah dan saling memusuhi tetapi untuk saling
mengenal. Dengan pengenalan yang baik, akan terjalin kedekatan, kerja
sama dan saling memberikan manfaat. Seluruh manusia setara di hadapan
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang membedakan adalah ketaqwaannya.
Manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.
Allah Maha Mengetahui segala hal yang dilakukan oleh manusia
termasuk bagaimana tingkat ketaqwaan mereka dan bagaimana sikap
mereka terhadap manusia lainnya khususnya terkait keragaman.

44
DAFTAR PUSTAKA

As-Suyuthi, Imam. Asbabun Nuzul: Sebab-sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an.


Pustaka Al-Kautsar, 2014.
Malik, Miftahul Asror. Mukjizat Al Quran. Galeri Ilmu Sdn Bhd, 2018.
“Tafsir Al-Mishbah Jilid 13 -Dr. M. Quraish Shihab.Pdf.”
Ummah, Muslichatul. “Interprentasi Tentang Buruk Sangka Q.S Al-Hujurat
Ayat 12 Dalam Tafsir al-Kashshaf.” Undergraduate, UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2019.
Yahya, Iklima Fatwa. “Makna Lafaz Al-Zan Dalam Surah Al-Hujurat Ayat 12
Perspektif Ulama Tafsir.” Undergraduate, UIN Sunan Ampel Surabaya,
2019. /.
Ahmad Mustafa Al-Maragi,Tafsir Al-Maragi jilid 26 (Semarang:PT Karya
Toha Putra)hal.181
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’I, Shahih Asbabun Nuzul(Jakarta
Timur:Akbarmedia)hal.287
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir, hal.
320
Prof.Dr. Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir jilid 13. Hal. 478
Muhammad ahmad Isawi, Tafsir Ibnu Mas’ud (pustaka azzam)hal.928
A. Warson Munawir, Al-Munawir, Kamus Arab-Indonesia (Surabaya:
Pustaka Progresif, 2002),
Terjemah Alfadzil Qur’an “Al Inayah Lil Mubtadi’in Jilid VIII (juz 25, 26,
27), Jakarta (Yayasan Pembinaan Masyarakat Islam ; Al Hikmah)
Munawir, Kamus.
Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya.
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan
Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul.
Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Perkata dilengkapi dengan Asbabun nuzul &
Terjemah, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2009), cet. 3.
Waryono Abdul Ghofur, M.Ag. Tafsir Sosial mendialogkan Teks dengan
Konteks (Yogyakarta: elsaq press, 2005)
Ahmad Muhammad Yusuf Ensiklopedi Tematis Ayat Al-qur’an dan Hadits,
2009 (Jakarta, Widya cahaya), Jilid 5
Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtisari Tafsir Ibnu
Katsir, jilid 4. Terj Drs Syihabuddin, M.A (Jakarta: Gema Insani Press,
2001)
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maragi
Ahmad Badran, Manajemen Akhlaq, (Yogyakarta: Mumtaz, 2012)
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsit At-Tarbawiy)

45
46

Anda mungkin juga menyukai