Anda di halaman 1dari 15

ASPEK ASPEK ISLAM NORMATIF

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Metode

dan Pendekatan Studi Islam

Disusun Oleh:
Ihda Taqiya Fitri (20211412)

Dosen Pengampu : Isman Iskandar, M.Sos.

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH INSTITUT
ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1444 H/2022 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai


nikmat sehingga dengan izin dan pertolongan-Nya penulis mampu
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tidak
lupa tertujukan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun
umatnya menuju jalan kebenaran yaitu agama Islam.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang


menjadi tugas mata kuliah Metode dan Pendekatan Studi Islam dengan judul
“Aspek Aspek Islam Normatif”. Penulis juga mengucapkan terimakasih
banyak kepada pihak yang telah membantu proses penulisan makalah ini,
khususnya kepada Bapak Isman Iskandar, M.Sos. selaku dosen mata kuliah
Metode dan Pendekatan Studi Islam.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca terlebih


penulis. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
membangun untuk perbaikan makalah di waktu yang akan datang.

Tangerang, 26 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1

C. Tujuan Masalah .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

A. Pengertian Islam Normatif ................................................................... 3

B. Kelebihan dan Kekurangan. ................................................................. 5

C. PengelompokanIslam Normatif ........................................................... 6

D. Implikasi Pendekatan Normatif dalam Studi Islam ............................. 9

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 11

A. Kesimpulan ........................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama terakhir dan pedoman dari agama Islam


berasal dari wahyu atau kitab suci yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril. Munculnya
agama Islam untuk membawa kedamaian bagi umat manusia. Islam
normatif memahami makna agama sebagai sebuah usaha untuk
membangun pemahaman agama berdasarkan konstruksi Ilmu
Ketuhanan yang sumbernya adalah kepercayaan dan menilai
kepercayaannya tersebut merupakan yang paling benar diantara lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Islam Normatif?


2. Apa saja kelebihan dan kekurangan Islam Normatif?
3. Apa saja pengelompokan Islam Normatif?
4. Bagaimana Implikasi Pendekatan Normatif dalam Studi
Islam?

1
C. Tujuan Masalah

1. Menjelaskan pengertian Islam Normatif.


2. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan Islam Normatif
3. Menjelaskan pengelompokan Islam Normatif
4. Menjelaskan Implikasi Pendekatan Normatif dalam Studi
Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam Normatif


Normatif berasal dari kata norm yang berarti norma, ajaran, acuan,
ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk, yang oleh dilakukan dan tidak
boleh dilakukan. Dalam hubungan ini kata norma erat kaitannya dengan akhlaq,
yaitu perbuatan yang muncul dengan mudah dari kesadaran jiwa yang bersih dan
dilakukan atas kemauan sendiri, bukan berpura-pura dan bukan pula paksaan.
Selanjutnya karena akhlaq merupakan inti dari agama, bahkan inti dari ajaran al-
Qur'an, maka norma sering diartikan pula agama. 1

Pendekatan normatif dalam studi Islam merupakan suatu presepsi dari


seseorang dalam menemukan, memahami, serta menjelaskan suatu keilmuan
keislaman. Pemahaman Islam ini memberikan penilaian atas seseuatu
berdasarkan norma (ayat Alquran dan hadis) secara tekstual yang belum ada
campur tangan manusia.

Pendekatan normatif memiliki domain (ranah) yang bersifat keimanan,


tanpa melakukan kritik. Pendekatan ini mengosumsi seluruh ajaran Islam
(Alquran dan Hadits) sebagai suatu kebenaran yang hakiki, harus diterima dan
tidak bisa dinganggu gugat. Dengan menggunakan kerangka Ketuhanan yang
mengacu dari suatu keyakinan, hal ini mengakibatkan seseorang beranggapan
bahwa dirinya merasa paling benar dibanding dengan yang lain.2

1
Abuddin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia, (Jakarta : PT Raja
Grafindo),2001, hlm.28
2
Muhammad fauzil ‘Adzim dan Nela Syarah Vrikati, Studi Islam dalam Kacamata Normatif dan
Historis (yogyakarta:UIN sunan kalijaga,2020) hal.443
3
Menurut Abuddin Nata, studi Islam dengan pendekatan normatif adalah
suatu pendekatan yang memandang agama dari segi ajarannya yang pokok dan
asli dari Tuhan yang didalamnya belum terdapat penalaran pemikiran manusia3

Adapun Menurut Amin Abdullah, pendekatan normatif ini memiliki


karakteristik yaitu kecenderungan untuk mengutamakan loyalitas terhadap
kelompok sendiri, adanya keterlibatan pribadi dan penghayatan yang begitu
kental kepada ajaran-ajaran teologi yang diyakini kebenarannya,
mengungkapkan perasaan dan pemikiran dengan menggunakan bahasa yang
bersifat subjektif yakni bahasa sebagai pelaku bukan sebagai pengamat

Pemahaman Islam secara normatif bersifat doktriner yaitu dengan


menjadikan Islam sebagai objek studi yang diyakini sebagai sesuatu yang suci
berasal dari Tuhan yang mempunyai nilai kebenaran mutklak, absolut dan
universal. Sebagai contoh yaitu turunnya Alquran yang merupakan aspek
normatif Islam kedudukannya adalah absolut, sehingga kebenaran yang ada di
dalam Alquran merupakan kebenaran pasti

Disisi lain dari kacamata normatif terdapat teori yang digunakan secara
bersamaan dengan pendekatan normatif. Yang pertama yaitu teroi yang
bertujuan untuk mengetahui kebenaran yang dapat dibuktikan secara empirik
dan eksperimental. Teroi yang kedua yaitu suatu hal yang sulit dibuktikan secara
empirik dan eksperimental.

Teori mengacu pada hal-hal yang dapat dibuktikan secara empirik


biasanya terkait permasalahan yang berhubungan dengan penalaran (ra’yi).
Sedangkan hal-hal yang tidak berhungan dengan empirik biasanya dibuktikan
dengan mendahulukan kepercaan. Akan tetapi tidak mudah untuk menentukan

3
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam.(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002)hal. 34

4
hal-hal yang masuk dalam klarifikasi emprik dan tidak empirik, sehingga terjadi
perbedaan pendapat, Maka disini memerlukan pendekatan normatif yang kritis.

Maka dengan ini dalam Alquran telah mengantisipasi kemungkinan


timbulnya sikap dan budaya saling menyalahkan dan merendahkaan kelompok.
Tindakan tersebut yang menjadi cikal bakal dan sumber konflik sosial yang
potensial. Maka Alquran mengingatkan dalam Surah al-Hujurat ayat 11

ٍ‫س ۤاء‬
َ ِِّّ‫س ۤا ٌء ِّ ِّم ْن ن‬
َ ِّ‫سى ا َ ْن يَّ ُك ْونُ ْوا َخي ًْرا ِّ ِّم ْن ُه ْم َو ََل ن‬ ٰٓ ‫ع‬ َ ‫يٰٓا َ اَيُّ َها الَّ ِّذيْنَ ا َمنُ ْوا ََل يَ ْسخ َْر قَ ْو ٌم ِّ ِّم ْن قَ ْو ٍم‬
ُ ُ‫س ِّاَل ْس ُم ا ْلف‬ ِّ ِۗ ‫س ُك ْم َو ََل تَنَابَ ُز ْوا بِّ ْاَلَ ْلقَا‬ َّۚ
‫س ْو ُق بَ ْع َد‬ َ ْ‫ب بِّئ‬ َ ُ‫سى ا َ ْن يَّ ُك َّن َخي ًْرا ِّ ِّم ْن ُه َّن َو ََل ت َْل ِّم ُز ْٰٓوا ا َ ْنف‬ ٰٓ ‫ع‬ َ
ۤ ُ
َ‫ظ ِّل ُم ْون‬ ّٰ ‫ول ِٕىكَ ُه ُم ال‬ ‫ان َو َم ْن لَّ ْم يَتُبْ فَا‬ ِّ ْ
ِّ َّۚ ‫اَل ْي َم‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum
yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan
(mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang
diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah
kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
(fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.”(QS. Al-Hujurat ;11)

B. Kelebihan kekurangan
Dalam pendekatan normatif memiliki kelebihan yaitu melalui
pendekatan normatif, seseorang akan memiliki sikap militansi dalam bergama,
yakni berpegang teguh terhadap agama yang diyakini atas kebenarannya, tanpa
memandang dan meremehkan agama lainnya. Seseorang akan memiliki sikap
fanatis terhadap agama yang dianutnya.

Serta membuat agama yang dianut menjadi sederhana dan lebih mudah
diamalkan serta tidak menghilangkan kesakralan agama itu sendiri. Sedengkan

5
kelemahannya yaitu seseorang akan memiliki sifat eksklusif dan tidak mau
mengakui kebenaran agama lain. Karena jika Jika seseorang meyakini sesuatu
dengan kebenaran yang mutlak, maka seseorang tersebut akan menjadi pribadi
tertup, tidak mau menerima pendapat serta pemahaman orang lain.

Kemudian seseorang cenderung manganggap bahwa pokok ajaran yang


harus diterima sebagai hal yang benar dan baik, tidak boleh dibantah dan
diragukan, dan seseorang akan mempersempit ruang dialog dengan agama lain.
Seseorang itu hanya akan berdialog kepada orang yang berkeyakinan Islam,
karena beranggapan bahwa selain agama Islam itu salah.

Pada sisi lain, membuat Islam terputus dari tradisi dan khazanah
intelektual Muslim yang sedemikian kaya. Banyak dimensi peradaban dan
warisan budaya Islam klasik serta budaya masyarakat yang disikapi secara kaku
sebagai sesuatu yang tidak islami. Sebagai akibatnya, akan membuat Islam
kurang responsif dalam mensikapi kebutuhan dan persoalan lokal, yang antara
satu dengan yang lain berbeda sekaligus sangat beragam.

C. Pengelompokkan Islam normatif


Dalam pandangan Islam normatif kemurnian Islam dipandang secara
tekstual berdasarkan Alqur’an dan Hadits. Kajian Islam normative melahirkan
tradisi teks : tafsir, teologi, fiqh, tasawuf, filsafat.

1. Tafsir : tradisi penjelasan dan pemaknaan kitab suci

2. Teologi : tradisi pemikiran tentang persoalan ketuhanan

3. Fiqh : tradisi pemikiran dalam bidang yurisprudensi (tata hukum)

4. Tasawuf : tradisi pemikiran dan laku dalam pendekatan diri padaTuhan

5. Filsafat : tradisi pemikiran dalam bidang hakikat kenyataan, kebenaran


dan kebaikan [8]

6
ada pula ilmuwan yang membuat pengelompokkan lain. Misalnya, Nasr Hamid
Abu Zaid mengelmpokkan menjadi tiga wilayah (domain).

Pertama, wilayah text asli Islam (the original text of Islam). Yaitu al-
Quran dan sunnah nabi Muhammad SAW yang otentik.

Kedua, pemikiran Islam yang merupakan ragam menafsirkan terhadap


teks asli Islam (al-Quran dan sunnah nabi Muhammad SAW.) dapat pula
disebutkan hasil ijtihad terhadap teks asli Islam, seperti tafsir dan fiqih. Dalam
kelompok ini dapat ditemukan dalam empat pokok cabang yaitu Hukum atau
fikih, Teologi, Filsafat dan Tasawuf

Ketiga, praktek yang dilakukan kaum muslim. Praktek ini muncul dalam
berbagai macam dan bentuk sesuai dengan latar belakang sosial (konteks).
Contoh diantaranya adalah praktek sholat muslim di Pakistan yang tidak
meletakkan tangan di dada, sementara muslim Indonesia meletakkan tangan di
dada. Contoh lain praktek duduk miring ketika takhiyat akhir bagi muslim
Indonesia, sementara muslim di tempat/negara lain tidak melakukannya. Contoh
lain di bidang ritual keagamaan, seperti memperingati kelahiran nabi
Muhammad SAW juga bermacam-macam di kalangan muslim.4

Kemudian Abdullah Saeed juga menyebut tiga tingkatan pula :

Tingkatan pertama adalah nilai pokok/dasar/asas, keperrcayaan, ideal


dan institusi-institusi. Terhadap tingkatan pertama ada persetujuan yang besar
diantara kaum muslimin, seperti keesaan Allah, bahwa Muhammad SAW adalah
utusan Allah, bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah, bahwa wajib shalat lima
waktu sehari semalam, puasa di bulan Ramadhan, membayar zakat, melakukan
haji bagi yang mampu, bahwa hukum meminum-minuman yang memabukkan
adalah dilarang.

4
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam,hlm. 16
7
Tingkatan kedua, penafsiran terhadap nilai dasar tersebut dapat
dilaksanakan/ dipraktekkan. Dalam tingkatan ini ada perbedaan pendapat
diklangan kaum muslimin. Misalnya, sentuhan yang membatalkan wudlu’. Ada
ulama yang berpendapat sentuha yang membatalkan wudlu’ adalah semua
sentuhan antara laki-laki perempuan yang sudah dewasa tetapi bukan tua-bangka.
Sementara ulama lain berpendapat bahwa sentuhan yang membatalakn wudlu
adalah kumpul suami dan istri.

Tingkatan ketiga adalah manifestasi atau praktek berdasarkan pada


nilai-nilai dasar budaya. Misalnya warna dan model pakaian yang dipakai
muslim untuk sholat yang beragam.5

Pengelompokan lain adalah oleh Ibrahim M. Abu Rabi'. Meskipun


mencampurkan antara pelapisan dan pengelompokan. Ibrahim menetapkan
empat yakni :

Pertama, islam sebagai dasar ideologi atau filosofi (the


ideological/philosophical base). Maksud islam pada dataran ideologi adalah
landasan gerakan sekelompok orang, sekelompok komunitas dengan
mengatasnamakan Islam. Maka pada tingkatan ini Islam identik dengan sosialis,
ideologi kapitalis, dan ideologi-ideologi sejenis lainnya.

Kedua, Islam sebagai dasar teologi (the theological base). Secara


sederhana berarti berserah kepada satu Tuhan. Dalam kamus disebutkan:
“theology is a formal study of natural of God and of the foundation of religious
belief”. Prinsipnya pada tingkatan inilah agama yang didefinisikan sebagai
pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus
dipatuhi, pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia,
pengakuan pada satu sumber yang berada di luar diri manusia, kepercayaan pada

5
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam.,hlm.17
8
suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu, sistem tingkah laku
yang berasal dari kekuatan ghaib, pemujaan kekuatan ghaib.

Semua agama mempunyai kepercayaan ini, bahwa semua agama


mempunyai kepercayan adanya kekuatan ghaib (mah) diluar kekuatan dan
kemampuan manusia. Sehingga muncullah istilah bahwa semua agama adalah
sama. Kesamaan dimaksud adalah sama-sama mengakui adanya kekuatan super
natural tersebut.

Ketiga, Islam pada level teks (the level of the text). Teks asli sumber
ajaran Islam berupa Al Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW.

Keempat, Islam pada level praktek (the level of anthropological reality).


Praktek yang dilakukan kaum Muslim sepanjang sejarah Muslim dalam berbagai
macam latar belakang sosial, budaya, dan tradisi..6

Munculnya pengelompokan (level) Islam yang berbeda sperti tersebut


diatas dilatari oleh perbedaan konteks dan kepentingan pemikir yang
menjelaskan. Nasr hamid Abu Zaid mengelompokkan untuk domain studi Islam.
Sementara Abdullah Saeed dalam konteks untuk menjelaskan ada ajaran pokok
yang disepakati, ada pula ajaran sebagai ijtihad dan praktek yang muncul
perbedaan. 7

D. Implikasi pendekatan normatif dalam studi islam


Pendekatan normatif ini akan berimplikasi dan memiliki pola pemikiran
dan pemahaman keagamaan Islam yang bersifat absolutely absolute. Pola
pemikiran keislaman model ini selalu memandang bahwa ajaran agama
seluruhnya bersifat tauqify. Unsur wahyu lebih dikedepankan ketimbang akal.
Bahkan hal-hal yang dicurigai sebagai produk akal cepat-cepat di sebagai

6
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam,hlm. 23
7
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, hlm
9
“bid’ah”. Dan wa kullu bid’atin dhalālah, wa kullu dhalālah fi an-nār (seluruh
barang baru, yang dimasukkan dalam agama adalah bid’ah (mengada-ada).

Dan setiap yang mengada-ada dalam beragama adalah menyesatkan.


Sedang hal hal yang menyesatkan selalu akan membawa ke neraka). Dengan
demikian unsur ta’abbudy lebih digaris bawahi daripada unsur ta’aqquly. Begitu
juga yang biasa disebut-sebut sebagati qath’iyah lebih utamakan daripada
zhanniyah. Para penganut pola pikir keagamaan yang bercorak absolutely
absolute ini teguh dalam bersikap, tidak luwes dalam komunikasi dan bergaul
dengan sesamanya. Pemahaman teks-teks wahyu secara harfiyah menjadi
stumbling block untuk melakukan kajian sosial dan budaya lebih lanjut terhadap
perilaku keagamaan.

Pola pikir dan perilaku keagamaan model ini mungkin bagus untuk
wilayah keagamaan yang bersifat homogen. Dalam wilayah kehidupan
beragama yang bersifat heterogen, kesulitan dan benturan-benturan sering
dihadapi oleh penggemar pola pikir ini. Pola pikir Islam model ini sangat rigid,
kaku dan tidak mengenal kompromi. Para pemangku model pemikiran ini selalu
mengambil\ jarak sejauh mungkin dari campur tangan dan intervensi orang lain8

8
Toni Pransiska, menakar pendekatan teologis-normatif Dalam memahami agama di era
Pluralitas agama di Indonesia.( STIT Muhammadiyah Pacitan: 2007)vol.5 no.1 hal.83
10
BAB III

KESIMPULAN
Pemahaman Islam secara normatif bersifat doktriner yaitu dengan menjadikan
Islam sebagai objek studi yang diyakini sebagai sesuatu yang suci berasal dari Tuhan
yang mempunyai nilai kebenaran mutklak, absolut dan universal. Adapun kelebihan
dari pendekatan normatif islam yaitu seseorang akan memiliki sikap militansi
dalam bergama, yakni berpegang teguh terhadap agama yang diyakini atas
kebenarannya, tanpa memandang dan meremehkan agama lainnya. Dan
kekurangannya yaitu seseorang cenderung manganggap bahwa pokok ajaran
yang harus diterima sebagai hal yang benar dan baik, tidak boleh dibantah dan
diragukan, dan seseorang akan mempersempit ruang dialog dengan agama lain.
Pendekatan normatif ini akan berimplikasi dan memiliki pola pemikiran dan
pemahaman keagamaan Islam yang bersifat absolutely absolute, unsur wahyu
wahyu lebih dikedepankan ketimbang akal.

DAFTAR PUSTAKA

11
‘Adzim, Muhammad fauzil.(2020) “Studi Islam dalam Kacamata Normatif dan
Historis” UIN sunan kalijaga,
Nata, Abuddin.(2002) “Metodologi Studi Islam” PT. Raja Grafindo Persada,
Nasution, Khoiruddin. “Pengantar Studi Islam”

Nasution, Khoiruddin. Pengantar Studi Islam.

Zuhairini,(2010) “Sejarah Pendidikan Islam”, Bumi Aksara

Pransiska, Toni(2007) “menakar pendekatan teologis-normatif Dalam


memahami agama di era Pluralitas agama di Indonesia”. STIT
Muhammadiyah Pacitan.

12

Anda mungkin juga menyukai