Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Metode
Disusun Oleh:
Ihda Taqiya Fitri (20211412)
1444 H/2022 M
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ........................................................................................ 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Abuddin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia, (Jakarta : PT Raja
Grafindo),2001, hlm.28
2
Muhammad fauzil ‘Adzim dan Nela Syarah Vrikati, Studi Islam dalam Kacamata Normatif dan
Historis (yogyakarta:UIN sunan kalijaga,2020) hal.443
3
Menurut Abuddin Nata, studi Islam dengan pendekatan normatif adalah
suatu pendekatan yang memandang agama dari segi ajarannya yang pokok dan
asli dari Tuhan yang didalamnya belum terdapat penalaran pemikiran manusia3
Disisi lain dari kacamata normatif terdapat teori yang digunakan secara
bersamaan dengan pendekatan normatif. Yang pertama yaitu teroi yang
bertujuan untuk mengetahui kebenaran yang dapat dibuktikan secara empirik
dan eksperimental. Teroi yang kedua yaitu suatu hal yang sulit dibuktikan secara
empirik dan eksperimental.
3
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam.(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002)hal. 34
4
hal-hal yang masuk dalam klarifikasi emprik dan tidak empirik, sehingga terjadi
perbedaan pendapat, Maka disini memerlukan pendekatan normatif yang kritis.
ٍس ۤاء
َ ِِّّس ۤا ٌء ِّ ِّم ْن ن
َ ِّسى ا َ ْن يَّ ُك ْونُ ْوا َخي ًْرا ِّ ِّم ْن ُه ْم َو ََل ن ٰٓ ع َ يٰٓا َ اَيُّ َها الَّ ِّذيْنَ ا َمنُ ْوا ََل يَ ْسخ َْر قَ ْو ٌم ِّ ِّم ْن قَ ْو ٍم
ُ ُس ِّاَل ْس ُم ا ْلف ِّ ِۗ س ُك ْم َو ََل تَنَابَ ُز ْوا بِّ ْاَلَ ْلقَا َّۚ
س ْو ُق بَ ْع َد َ ْب بِّئ َ ُسى ا َ ْن يَّ ُك َّن َخي ًْرا ِّ ِّم ْن ُه َّن َو ََل ت َْل ِّم ُز ْٰٓوا ا َ ْنف ٰٓ ع َ
ۤ ُ
َظ ِّل ُم ْون ّٰ ول ِٕىكَ ُه ُم ال ان َو َم ْن لَّ ْم يَتُبْ فَا ِّ ْ
ِّ َّۚ اَل ْي َم
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum
yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan
(mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang
diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah
kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
(fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.”(QS. Al-Hujurat ;11)
B. Kelebihan kekurangan
Dalam pendekatan normatif memiliki kelebihan yaitu melalui
pendekatan normatif, seseorang akan memiliki sikap militansi dalam bergama,
yakni berpegang teguh terhadap agama yang diyakini atas kebenarannya, tanpa
memandang dan meremehkan agama lainnya. Seseorang akan memiliki sikap
fanatis terhadap agama yang dianutnya.
Serta membuat agama yang dianut menjadi sederhana dan lebih mudah
diamalkan serta tidak menghilangkan kesakralan agama itu sendiri. Sedengkan
5
kelemahannya yaitu seseorang akan memiliki sifat eksklusif dan tidak mau
mengakui kebenaran agama lain. Karena jika Jika seseorang meyakini sesuatu
dengan kebenaran yang mutlak, maka seseorang tersebut akan menjadi pribadi
tertup, tidak mau menerima pendapat serta pemahaman orang lain.
Pada sisi lain, membuat Islam terputus dari tradisi dan khazanah
intelektual Muslim yang sedemikian kaya. Banyak dimensi peradaban dan
warisan budaya Islam klasik serta budaya masyarakat yang disikapi secara kaku
sebagai sesuatu yang tidak islami. Sebagai akibatnya, akan membuat Islam
kurang responsif dalam mensikapi kebutuhan dan persoalan lokal, yang antara
satu dengan yang lain berbeda sekaligus sangat beragam.
6
ada pula ilmuwan yang membuat pengelompokkan lain. Misalnya, Nasr Hamid
Abu Zaid mengelmpokkan menjadi tiga wilayah (domain).
Pertama, wilayah text asli Islam (the original text of Islam). Yaitu al-
Quran dan sunnah nabi Muhammad SAW yang otentik.
Ketiga, praktek yang dilakukan kaum muslim. Praktek ini muncul dalam
berbagai macam dan bentuk sesuai dengan latar belakang sosial (konteks).
Contoh diantaranya adalah praktek sholat muslim di Pakistan yang tidak
meletakkan tangan di dada, sementara muslim Indonesia meletakkan tangan di
dada. Contoh lain praktek duduk miring ketika takhiyat akhir bagi muslim
Indonesia, sementara muslim di tempat/negara lain tidak melakukannya. Contoh
lain di bidang ritual keagamaan, seperti memperingati kelahiran nabi
Muhammad SAW juga bermacam-macam di kalangan muslim.4
4
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam,hlm. 16
7
Tingkatan kedua, penafsiran terhadap nilai dasar tersebut dapat
dilaksanakan/ dipraktekkan. Dalam tingkatan ini ada perbedaan pendapat
diklangan kaum muslimin. Misalnya, sentuhan yang membatalkan wudlu’. Ada
ulama yang berpendapat sentuha yang membatalkan wudlu’ adalah semua
sentuhan antara laki-laki perempuan yang sudah dewasa tetapi bukan tua-bangka.
Sementara ulama lain berpendapat bahwa sentuhan yang membatalakn wudlu
adalah kumpul suami dan istri.
5
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam.,hlm.17
8
suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu, sistem tingkah laku
yang berasal dari kekuatan ghaib, pemujaan kekuatan ghaib.
Ketiga, Islam pada level teks (the level of the text). Teks asli sumber
ajaran Islam berupa Al Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
6
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam,hlm. 23
7
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, hlm
9
“bid’ah”. Dan wa kullu bid’atin dhalālah, wa kullu dhalālah fi an-nār (seluruh
barang baru, yang dimasukkan dalam agama adalah bid’ah (mengada-ada).
Pola pikir dan perilaku keagamaan model ini mungkin bagus untuk
wilayah keagamaan yang bersifat homogen. Dalam wilayah kehidupan
beragama yang bersifat heterogen, kesulitan dan benturan-benturan sering
dihadapi oleh penggemar pola pikir ini. Pola pikir Islam model ini sangat rigid,
kaku dan tidak mengenal kompromi. Para pemangku model pemikiran ini selalu
mengambil\ jarak sejauh mungkin dari campur tangan dan intervensi orang lain8
8
Toni Pransiska, menakar pendekatan teologis-normatif Dalam memahami agama di era
Pluralitas agama di Indonesia.( STIT Muhammadiyah Pacitan: 2007)vol.5 no.1 hal.83
10
BAB III
KESIMPULAN
Pemahaman Islam secara normatif bersifat doktriner yaitu dengan menjadikan
Islam sebagai objek studi yang diyakini sebagai sesuatu yang suci berasal dari Tuhan
yang mempunyai nilai kebenaran mutklak, absolut dan universal. Adapun kelebihan
dari pendekatan normatif islam yaitu seseorang akan memiliki sikap militansi
dalam bergama, yakni berpegang teguh terhadap agama yang diyakini atas
kebenarannya, tanpa memandang dan meremehkan agama lainnya. Dan
kekurangannya yaitu seseorang cenderung manganggap bahwa pokok ajaran
yang harus diterima sebagai hal yang benar dan baik, tidak boleh dibantah dan
diragukan, dan seseorang akan mempersempit ruang dialog dengan agama lain.
Pendekatan normatif ini akan berimplikasi dan memiliki pola pemikiran dan
pemahaman keagamaan Islam yang bersifat absolutely absolute, unsur wahyu
wahyu lebih dikedepankan ketimbang akal.
DAFTAR PUSTAKA
11
‘Adzim, Muhammad fauzil.(2020) “Studi Islam dalam Kacamata Normatif dan
Historis” UIN sunan kalijaga,
Nata, Abuddin.(2002) “Metodologi Studi Islam” PT. Raja Grafindo Persada,
Nasution, Khoiruddin. “Pengantar Studi Islam”
12