Anda di halaman 1dari 18

MODEL PENELITIAN TAFSIR

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Studi Islam
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda

Oleh :

WARDATUSH SHUFIAH
NIM: 2220500005
JUNAIDI ARIFIN
NIM: 2220500015
MUHAMMAD VINCY
NIM: 2220500017

Dosen Pengampu:
Dr. Wahdatunnisa, MA

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA
2023
KATA PENGANTAR

‫بســم هللا الرحمن الرحـيم‬


َ
‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه‬،‫ت أ ْع َما ِلنَا‬
ِ ‫سيِئ َا‬ َ ‫ش ُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا َومِ ْن‬ ِ َّ ِ ‫إِ َّن ْال َح ْم َد‬
ُ ‫ّلِل نَحْ َم ُدهُ َونَ ْست َ ِع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغف ُِرهُ َونَعُ ْو ُذ بِاهللِ مِ ْن‬
َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬.ُ‫س ْولُه‬
‫ص ِل‬ َ ‫ أ َ ْش َه ُد أ َ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللا َوأ َ ْش َه ُد أ َ َّن ُم َح َّمدًا‬.ُ‫ِي لَه‬
ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ َ ‫ضل ِْل فَالَ هَاد‬ ْ ُ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن ي‬ ِ ‫هللاُ فَالَ ُم‬
ْ َ
‫صحْ بِ ِه َو َم ِن ا ْهت َ َدى بِ ُه َداهُ إِلى يَ ْو ِم ال ِقيَا َم ِة‬ َ ‫على آ ِل ِه َو‬َ َ ‫على ُم َح َّم ٍد َو‬ َ َ ‫ار ْك‬ ِ َ‫س ِل ْم َوب‬َ ‫َو‬

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
taufiq dan hidayah-Nya berupa kekuatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Metode Studi Islam tentang “Model Penelitian Tafsir“
Shalawat dan Salam selalu tercurah kepada junjungan Nabiullah Muhammad
SAW sebagai pembawa misi kebenaran dalam menapaki jalan kemuliaan, sehingga
menuju kepada kehidupan yang terang benderang di bawah Nur Ilahi.
Tiada kesempurnaan di muka bumi ini kecuali kesempurnaan yang dimiliki
oleh Allah SWT. Demikian pula dengan penulisan makalah ini tentunya tidak lepas
dari kekurangan dan kekeliruan, saran dan kritik yang membangun, kami harap demi
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Samarinda, 04 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ............................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................ ii

Daftar Isi .......................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................. 3

A. Pengertian Tafsir dan Fungsinya......................................................... 3


B. Latar Belakang Penelitian Tafsir ......................................................... 5
C. Model-model Penelitian Tafsir ........................................................... 6

BAB III : PENUTUP...................................................................................... 14

A. Kesimpulan ......................................................................................... 14

Daftar Pustaka ............................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai kalam Allah sebagai petunjuk bagi manusia. Bila
diasumsikan bahwa kandungan Al-Qur’an yang bersifat universal. Hal ini juga
berlaku dengan kajian tafsir yang ada di Indonesia. Sesuai dengan kondisi
sosio-historisnya, Indonesia juga mempunyai perkembangan tersendiri dalam
kaitannya dengan proses untuk memahami dan menafsirkan Al-Qur’an.1 Tafsir
adalah ilmu yang menjelaskan makna ayat sesuai dengan petunjuk yang zhahir
dalam batas kemampuan manusia.2 Tafsir bertujuan agar ayat Al-Qur’an dapat
dijelaskan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah SAW adalah muffasir utama dan
pertama Al-Qur’an dan merupakan sumber tafsir bi al-ma’tsur. Upaya
menafsirkan Al-Qur’an dengan benar merupakan pembukaan tentang seruan,
risalah dan syariat Islam.3
Sebagai kitab suci, Al-Qur’an memiliki peran yang sangat fundamental
dalam kehidupan umat muslim. Al-Qur’an dipahami dengan cara yang beragam
sesuai dengan kebutuhan umat muslim sebagai konsumen tafsir. Keragaman
penafsiran inilah yang kemudian memposisikan aktivitas tafsir Al-Qur’an
sebagai salah satu disiplin ilmu yang tidak pernah pudar, senantiasa hidup
bersama dengan perkembangan ilmu pengetahuan.4
Namun disisi lain, penggunaan berbagai macam media sosial secara masif
semakin sulit untuk dikendalikan akibatnya menghadirkan masalah baru yang
berkaitan dengan dua hal, yaitu yang pertama problem kompetensi muffasir, hal

1
Ahmad Badrut Tamam, “Model Penelitian Tafsir: Studi Karya Howard M. Federspiel
‘Popular Indonesia Literature of The Qur’an,’” Madinah: Jurnal studi islam 5, no. 2 (2018), 125.
2
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Ensiklopedia Islam” (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2001), 29.
3
Dudung Abdullah, “Penelitian Tafsur Sebagai Penelitian Ilmiah,” Jurnal Al-Risalah 10, no. 2
(2010), 206.
4
M. Nur Kholis Setiawan, Pribumisasi Al-Qur’an: Tafsir Berwawasan Keindonesiaan
(Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2012), 1.

1
ini berkaitan mengenai layak tidaknya seseorang untuk menafsirkan Al-Qur’an
tanpa melalui persyaratan-persyaratan seperti yang ditetapkan oleh ulama.
Kedua, berkaitan dengan otentisitas Al-Qur’an yang rentan terjadi distorsi dan
penyimpangan karena diberbagai varian media tertentu Al-Qur’an dikemas
secara singkat salah satunya seperti dalam bentuk gambar dan sebagainya.5
Untuk itulah penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
model penelitian tafsir.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian tafsir dan fungsinya?
2. Bagaimana latar belakang penelitian tafsir?
3. Bagaimana model-model penelitian tafsir?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagau berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian tafsir dan fungsinya.
2. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang penelitian tafsir.
3. Untuk mengetahui bagaimana model-model penelitian tafsir.

5
Abd Halim, Wajah Al-Qur’an Di Era Digital (Yogyakarta: Sulur Pustaka, 2018), 1-3.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tafsir dan Fungsinya
Kata “model” yang terdapat pada judul di atas berarti contoh, acuan,
ragam, atau macam. Sedangkan penelitian berarti pemeriksaan, penyelidikan
yang dilakukan dengan berbagai cara secara seksama dengan tujuan mencari
kebenaran-kebenaran objektif yang disimpulkan melalui data-data yang
terkumpul. Kebenaran-kebenaran objektif yang diperoleh tersebut kemudian
digunakan sebagai dasar atau landasan untuk pembaharuan, pengembangan
atau perbaikan dalam masalah-masalah teoritis dan praktis dalam bidang-
bidang pengetahuan yang bersangkutan.6
Kata tafsir diambil dari bahasa arab yaitu fassara-yufassiru-tafsiran yang
berarti penjelasan, pengungkapan, penjabaran dan menjelaskan makna yang
abstrak. Maksudnya penjelasan terhadap kalamullah/lafadz-lafadz Al-Qur‘an
dan pemahamannya.7 Secara terminologi, tafsir menurut Badruddin al-Zarkasi
yaitu memahami ayat-ayat Allah yang di turunkan kepada nabi Muhammad
SAW, menjelaskan makna-makna dan mengungkap hikmah dan hukum yang
ada di dalamnya. Sedangkan menurut Jalaluddin Assuyuti tafsir adalah
menjelaskan tentang nuzulul Qur‘an, hukum-hukum yang ada di dalam Al-
Qur‘an.8
Tafsir adalah ilmu tentang Al-Qur’an dengan hukum maupun hikmahnya.
Dalam kajian tafsir ada beberapa pendekatan bahkan metode yang digunakan
untuk dapat memahami Al-Qur’an baik secara substansi pemahaman nashnya
maupun pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.9 Dengan pengertian tafsir

6
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 209.
7
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Bogor: Litera AntarNusa, 2016), 459.
8
Nurhasana Bakhtiar and Marwan, Metodologi Studi Islam (Pekanbaru: Cahaya Firdaus
Publishing and Printing, 2016), 99.
9
Fauzi, “Penelitian Tafsir Dan Pendekatan Kualitatif,” Tafse: Journal of Qur’anic Studies 4,
no. 2 (2019): 125–136.

3
secara bahasa sudah jelas tidak memenuhi gagasan dari apa dan bagaimana
tafsir itu, maka tafsir secara istilah adalah menerangkan lafadz yang sukar
dipahami oleh pendengar dengan uraian yang lebih memperjelas pada
maksudnya, baik dengan mengungkapkan sinonimnya atau kata yang
mendekati sinonim tersebut.10
Selanjutnya pengertian tafsir sebagaimana yang dikemukakan oleh pakar
Al-Qur’an muncul dengan formulasi yang berbeda-beda, namun memiliki
esensi yang sama. Seperti yang dikemukakan oleh Al-Jurjani, tafsir adalah
menjelaskan mengenai makna ayat-ayat Al-Qur’an dari berbagai segi, baik
mengenai konteks historisnya maupun sebab al-nuzulnya dengan menggunakan
ungkapan atau keterangan yang dapat menunjuk kepada makna yang
dikehendaki secara terang dan jelas. Sementara itu menurut Imam al-Zarqani,
tafsir adalah ilmu yang membahas kandungan al-Qur’an baik dari segi
pemahaman makna atau arti sesuai kehendak allah menurut kadar kesanggupan
manusia. Selanjutnya menurut Abu Hayan, tafsir adalah ilmu yang didalamnya
terdapat pembahasan mengenai cara mengucapkan lafadz-lafadz Al-Qur’an
disertai makna serta hukum-hukum yang terkandung didalamnya.11
Dengan demikian dari beberapa pengertian tafsir yang sudah dijelaskan
secara singkat dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud dengan
model penelitian tafsir adalah suatu contoh, ragam, acuan atau macam dari
penyelidikan secara seksama terhadap penafsiran Al-Qur’an yang pernah
dilakukan generasi terdahulu untuk diketahui secara pasti tentang berbagai hal
yang terkait dengannya.12
Kata tafsir dalam Al-Qur’an ditemukan sebanyak satu kali, yaitu dalam
QS. al-Furqan ayat 33:
‫سنَ ت َ ْف ِسي ًْرا‬ ِ ‫َو َال يَأْت ُ ْونَكَ بِ َمث َ ٍل ا َِّال ِجئْ ٰنكَ بِ ْال َح‬
َ ْ‫ق َواَح‬

10
Abu Anwar, Ulumul Qur’an (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2016), 98.
11
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 210.
12
Abuddin Nata, Metodologo Studi Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000), 163.

4
Terjemahan:“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu
(membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan
kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik
penjelasannya.” (QS. al-Furqan: 33)13

Maksud ayat tersebut adalah setiap kali mereka datang kepada Nabi
Muhammad membawa suatu hal yang aneh berupa usul dan kecaman, Allah
menolaknya dengan suatu yang benar dan nyata.14 Selain itu fungsi tafsir dalam
kehidupan yaitu memudahkan seorang dalam memahami arti ayat-ayat agar
menghindari hal-hal yang menyimpang dari ajaran, yang mengajarkan seseorang
bagaimana mencintai Alquran dan isinya, menjadikan tafsir itu menjadi ilmu
bermanfaat kedepannya, rasa ingin tahu dalam mengartikan dan memahami ayat
Alquran dan mengaplikasikan Ilmu tafsir dalam masyarakat.
Tafsir Alquran juga berfungsi untuk menghindari adanya kesalahan
makna ayat Alquran.Karena dalam satu kata saja bisa jadi memiliki beberapa
makna atau arti. Menafsirkan Alquran ada manfaatnya dan ada juga
kekurangannya, dikarenakan keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh manusia
dalam memahami ayat tersebut.

B. Latar Belakang Penelitian Tafsir


Dilihat dari segi usianya, penafsiran Al-Qur’an termasuk yang paling tua
dibandingkan dengan kegiatan ilmiah lainnya dalam islam. Pada saat Al-Qur’an
diturunkan beberapa abad yang lalu, Rasulullah SAW sebagai mubayyin atau
yang memberi penjelasan telah menjelaskan arti dan kandungan Al-Qur’an
kepada para sahabatnya, khususnya mengenai ayat-ayat yang tidak dipahami
atau sama artinya. Ini berlangsung sampai dengan wafatnya Rasulullah SAW.15

13
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Semarang: CV. Asy Syifa’, 1999),
564.
Achmad Muchammad, “Tafsir: Pengertian, Dasar, Dan Urgensinya,” Scholastica: Jurnal
14

Pendidikan dan Kebudayaan 3, no. 2 (2021): 89–111.


15
Abuddin Nata, Metodologo Studi Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000), 163-164.

5
Kalau pada masa Rasulullah SAW para sahabat menanyakan persoalan-
persoalan yang tidak jelas kepada beliau, maka setelah wafatnya mereka
melakukan ijtihad. Disisi lain ada pula sahabat yang menanyakan beberapa
persoalan seperti sejarah nabi-nabi atau kisah-kisah yang tercantum dalam Al-
Qur’an kepada tokoh-tokoh Ahlul-kitab yang telah memeluk agama islam. Dari
adanya beberapa sumber penafsiran Al-Qur’an dimulai dari penafsiran
Rasulullah SAW, penafsiran para sahabat, serta penafsiran tabi’in kemudian
dikelompokkan menjadi satu kelompok yang selanjutnya dijadikan periode
pertama dari sebuah perkembangan tafsir. Berlakunya periode pertama tersebut
ditandai dengan berakhirnya masa tabi’in.16
Pada periode kedua hadits-hadits telah beredar sedemikian pesatnya, dan
bermunculanlah hadits-hadits palsu dan lemah ditengah-tengah masyarakat.
Sementara itu perubahan-perubahan sosial semakin menonjol dan timbullah
beberapa persoalan yang belum pernah terjadi atau dipersoalkan pada masa
Rasulullah, sahabat, dan tabi’in. Namun pada mulanya usaha penafsiran ayat-
ayat Al-Qur’an berdasarkan ijtihad masih sangat terbatas dan terikat dengan
kaidah-kaidah bahasa serta arti-arti yang terkandung oleh satu kosakata. Sejalan
dengan perkembangan masyarakat, berkembang serta bertambah besar pula
porsi peranan akal atau ijtihad dalam penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an sehingga
bermunculan berbagai kitab atau penafsiran yang beraneka ragam.17
C. Model-model Penelitian Tafsir
Berikut adalah beberapa model penafsiran Al-Qur’an yang dilakukan
para ulama tafsir, sebagai berikut:
1. Model Quraish Shihab
H.M. Quraish Shihab adalah pakar dibidang tafsir dan hadits se-Asia
Tenggara, telah banyak melakukan penelitian terhadap berbagai karya

16
Abuddin Nata, Metodologo Studi Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000), 164-165.
17
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 213.

6
ulama terdahulu dibidang tafsir. Model penelitian tafsir yang
dikembangkan oleh H.M. Quraish Shihab lebih banyak bersifat eksploratif,
deskriptif, analitis dan perbandingan, yaitu model penelitian yang berupaya
menggali sejauh mungkin produk tafsir yang dilakukan ulama-ulama tafsir
terdahulu berdasarkan berbagai literatur tafsir baik yang bersifat primer
yakni yang ditulis oleh ulama tafsir yang bersangkutan maupun ulama
lainnya. Data-data yang dihasilkan dari berbagai literatur tersebut
kemudian dideskripsikan secara lengkap serta dianalisis dengan
menggunakan pendekatan kategorisasi dan perbandingan.
H.M. Quraish Shihab telah meneliti hampir seluruh karya tafsir yang
dilakukan para ulama terdahulu. Dari penelitian tersebjt telah dihasilkan
beberapa kesimpulan yang berkenaan dengan tafsir, antara lain: (1)
periodesasi pertumbuhan dan perkembangan tafsir, (2) corak-corak
penafsiran, (3) macam-macam metode penafsiran Al-Qur’an, (4) syarat-
syarat dalam menafsirkan Al-Qur’an, (5) hubungan tafsir modernisasi.
Berbagai aspek yang berkaitan dengan penafsiran Al-Qur’an dapat
dikemukakan secara singkat, sebagai berikut:18
a. Periodesasi pertumbuhan dan perkembangan tafsir
Menurut hasil penelitian Quraish Shihab, jika tafsir dilihat dari segi
penulisannya, maka perkembangan tafsir dapat dibagi kedalam tiga
periode. Pertama yaitu masa Rasulullah, sahabat dan permulaan tabi’in,
dimana tafsir belum tertulis dan secara umum periwayatan ketika itu
tersebar secara lisan. Kedua bermula dengan kodifikasi hadits secara
resmi pada masa pemerintahan Umar bin Abdul ‘Aziz, dimana tafsir
ketika itu ditulis bergabung dengan penulis hadits dan dihimpun dalam
satu bab seperti bab-bab hadits, walaupun tentunya penafsiran yang

18
Muhammad Iqbal, “Metode Penafsiran Al-Qur’an M. Quraish Shihab,” Tsaqafah 6, no. 2
(2010): 248–270.

7
ditulis itu umumnya adalah tafsir bi al-Ma’tsur. Ketiga dimulai dengan
penyusunan kitab-kitab tafsir secara khusus dan berdiri sendiri.
Periodesasi tersebut masih bisa ditambahkan lagi dengan periode
keempat, yaitu periode munculnya para peneliti tafsir yang
membukukan hasil penelitiannya itu, sehingga dapat membantu
masyarakat mengenal karya-karya tafsir yang ditulis oleh ulama pada
periode sebelumnya dengan mudah.19

b. Corak penafsiran
Berdasarkan hasil penelitian Quraish Shihab mengatakan bahwa
corak-corak penafsiran yang dikenal selama ini antara lain: (a) Corak
sastra bahasa, yang timbul akibat kelemahan-kelemahan orang Arab
sendiri di bidang sastra, sehingga dirasakan kebutuhan untuk
menjelaskan kepada mereka tentang keistimewaan dan kedalam arti
kandungan Al-Qur’an dalam bidang ini. (b) Corak filsafat dan teologi,
akibat penerjemahan kitab filsafat yang mempengaruhi pihak
sementara, serta akibat masuknya penganut agama-agama lain ke dalam
Islam yang dengan sadar atau tidak masih mempercayai beberapa hal
dari kepercayaan lama mereka. (c) Corak penafsiran ilmiah, akibat
kemajuan ilmu pengetahuan dan usaha penafsir untuk memahami ayat-
ayat Al-Qur’an sejalan dengan perkembangan ilmu. (d) Corak fikih atau
hukum, akibat berkembangnya ilmu fikih dan terbentuknya maxhab-
mazhab fikih yang sekiap golongan berusaha membuktikan kebenaran
pendapatnya berdasarkan penafsiran-penafsiranmereka terhadap ayat-
ayat hukum. (e) Corak tasawuf, akibat timbulnya gerakan-gerakan sufi
sebagai reaksi terhadap kecenderungan berbagai pihak terhadap materi,
atau sebagai kompensasi terhadap kelemahan yang dirasakan. (f)

19
Abuddin Nata, Metodologo Studi Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000), 167-168.

8
Bermula pada masa syekh Muhammad ‘Abduh, corak-corak tersebut
mulai berkurang dan perhatian lebih banyak tertuju kepada corak sastra
budaya kemasyarakatan.20
c. Macam-macam metode penafsiran Al-Qur’an
Menurut penelitian H.M Quraish Shihab ada bermacam-macam
metodologi tafsir dan coraknya telah diperkenalkan dan diterapkan oleh
pakar-pakar Al-Qur’an. Metode penafsiran Al-Qur’an tersebut secara
garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu corak ma’tsur
(riwayat) dan corak penalaran.
1) Corak Ma’tsur (riwayat)
Metode ma’tsur memiliki keistimewaan antara lain:
(a) Menekankan pentingnya bahasa dalam memahami Al-
Qur’an.
(b) Memaparkan ketelitian redaksi ayat ketika
menyampaikan pesan-pesannya.
(c) Mengikat muffasir dalam bingkai teks ayat-ayat sehingga
membatasinya terjerumus dalam subyektivitas
berlebihan.
Sedangkan kelemahan dari metode ma’tsur antara lain:
(a) Terjerumusnya sang muffasir kedalam uraian kebahasaan
dan kesusastraan yang bertele-tele sehingga pesan pokok
Al-Qur’an menjadi kabur dicelah uraian tersebut.
(b) Seringkali konteks turunnya ayat (uraian asbabun nuzul)
atau sisi kronologis turunnya ayat-ayat hukum yang
dipahami dari uraian nasikh mansukh hampir dapat
dikatakan terabaikan sama sekali, sehingga ayat-ayat

20
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 216.

9
tersebut bagaikan turun bukan dalam satu masa atau berada
di tengah-tengah masyarakat tanpa budaya.21
2) Metode Penalaran: Pendekatan dan corak-coraknya
Banyak cara pendekatan dan corak tafsir yang
mengandalkan nalar, sehingga akan sangat luas
pembahasannya. Untuk itu, akan lebih mudan dan efisien
apabila bertitik tolak dari pandangan al-Farawi yang membagi
metode tafsir menjadi empat metode, yaitu:
(a) Metode Tahlily
Metode tahlily atau yang dinamai Baqr al-Shadr
sebagai metode tajzi’iy adalah satu metode tafsir yang
muffasirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat
Al-Qur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan
runtutan ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana tercantum
dalam mushaf. Dari segala segi yang dianggap perlu oleh
seoranng muffasir tajzi’iy/tahlily dimulai dari kosakata,
asbabun nuzul, munasabat, dan lain-lain yang berkaitan
dengan teks atau kandungan ayat.
Kelebihan metode ini antara lain adanya potensi untuk
memperkaya arti kata-kata melalui usaha penafsiran
terhadap kosakata ayat, syair-syair kuno dan kaidah-
kaidah ilmu nahwu.
(b) Metode Ijmali
Metode ijmali atau yang disebut dengan metode
global adalah cara menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an
dengan menunjukkan kandungan makna yang terdapat
pada suatu ayat secara global. Dalam praktiknya metode

21
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 2017.

10
ini sering terintegrasi dengan metode tahlily karena itu
seringkali metode ini tidak dibahas secara tersendiri.22
(c) Metode Muqarin
Metode muqarin adalah suatu metode tafsir Al-Qur’an
yang dilakukan dengan cara membandingkan ayat Al-
Qur’an yang satu dengan lainnya, yaitu ayat-ayat yang
mempunyai kemiripan redaksi dalam dua atau lebih kasus
yang berbeda, atau yang memiliki redaksi yang berbeda
untuk masalah atau kasus yang sama bahkan diduga sama
atau membandingkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan hadits-
hadits Nabi Muhammad SAW yang tampak bertentangan
serta membandingkan pendapat-pendapat ulama tafsir
menyngkut penafsiran Al-Qur’an.
(d) Metode Maudlu’iy
Metode maudlu’iy mempunyai dua pengertian.
Pertama, penafsiran menyangkut satu surat dalam Al-
Qur’an dengan menjelaskan tujuan-tujuannya secara
umum dan yang merupakan tema sentralnya, serta
menghubungkan persoalan-persoalan yang beraneka
ragam dalam surat tersebut antara satu dengan yang
lainnya dan juga dengan tema tersebut, sehingga satu surat
tersebut dengan berbagai masalahnya merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Kedua, penafsiran yang
bermula dari menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an yang
membahas satu masalah tertentu dari berbagai ayat atau
surat Al-Qur’an yang sebisa mungkin diurut sesuai dengan
urutan turunnya, kemudian menjelaskan pengertian

22
Abuddin Nata, Metodologo Studi Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000), 171-172.

11
menyeluruh dari ayat-ayat tersebut, guna menarik
petunjuk Al-Qur’an secara utuh tentang masalah yang
dibahas.23
2. Model Ahmad Al-Syarbashi
Pada tahun 1985 Ahmad Al-Syarbashi melakukan penelitian tentang
tafsir dengan menggunakan metode deskriptif, eksploratif dan analisis
sebagaimana yang telah dilakukan oleh H.M Quraish Shihab dengan
menggunkana sumber bahan bacaan atau kepustakaan yang ditulis para
ulama tafsir. Hasil penelitiannya yaitu mencakup tiga bidang, yaitu:
Pertama Mengenai sejarah penafsiran Al-Qur’an yang dibagi kedalam
tafsir pada masa sahabat nabi. Kedua Mengenai corak tafsir. Ketiga
Mengenai gerakan pembaharuan dibidang tafsir.
3. Model Syaikh Muhammad Al-Ghazali
Syaikh Muhammad Al-Ghazali dikenal sebagai tokoh pemikir islam
abad modern yang produktif. Syaikh Muhammad Al-Ghazali menempuh
cara penelitian tafsir yang bercorak eksploratif deskriptif dan analitis
dengan berdasar pada rujukan kitab-kitab tafsir yang ditulis ulama
terdahulu. Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Syaikh
Muhammad Al-Ghazali adalah berjudul Berdialog dengan Al-Qur’an,
yaitu mengenai macam-macam metode memahami Al-Qur’an, ayat-ayat
kauniyah dalam Al-Qur’an, bagaimana memahami Al-Qur’an, peran ilmu-
ilmu sosial dan kemanusiaan dalam memahami Al-Qur’an.
4. Model penelitian lainnya
Selanjutnya dijumpai pula penelitian yang dilakukan oleh para ulama
terhadap aspek-aspek tertentu dari Al-Qur’an. Diantaranya ada yang
memfokuskan penelitiannya terhadap kemu’jizatan Al-Qur’an, metode-

23
Abuddin Nata, Metodologo Studi Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000), 172-174.

12
metode, kaidah-kaidah dalam menafsirkan Al-Qur’an, kunci-kunci untuk
memahami Al-Qur’an, serta ada pula yang khusus meneliti mengenai corak
dan arah penafsiran Al-Qur’an yang khusus terjadi pada abad keempat.24

24
Abuddin Nata, Metodologo Studi Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindi Persada, 2000), 176-182.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata tafsir diambil dari bahasa arab yaitu fassara-yufassiru-tafsiran
yang berarti penjelasan, pengungkapan, penjabaran dan menjelaskan makna
yang abstrak. Tafsir adalah ilmu tentang Al-Qur’an dengan hukum maupun
hikmahnya. Dalam kajian tafsir ada beberapa pendekatan bahkan metode yang
digunakan untuk dapat memahami Al-Qur’an baik secara substansi pemahaman
nashnya maupun pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pengertian
tafsir secara bahasa sudah jelas tidak memenuhi gagasan dari apa dan
bagaimana tafsir itu, maka tafsir secara istilah adalah menerangkan lafadz yang
sukar dipahami oleh pendengar dengan uraian yang lebih memperjelas pada
maksudnya, baik dengan mengungkapkan sinonimnya atau kata yang
mendekati sinonim tersebut.
Dilihat dari segi usianya, penafsiran Al-Qur’an termasuk yang paling
tua dibandingkan dengan kegiatan ilmiah lainnya dalam islam. Pada saat Al-
Qur’an diturunkan beberapa abad yang lalu, Rasulullah SAW sebagai mubayyin
atau yang memberi penjelasan telah menjelaskan arti dan kandungan Al-Qur’an
kepada para sahabatnya, khususnya mengenai ayat-ayat yang tidak dipahami
atau sama artinya. Ini berlangsung sampai dengan wafatnya Rasulullah SAW.
Ada beberapa model dalam model penelitian tafsir, diantaranya: (a) Model
Quraish Shihab. (b) Model Ahmad Al-Syarbashi. (c) Model Syaikh Muhammad
Al-Ghazali. (d) dan model penelitian lainnya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahan:
RI, Departemen Agama. Al-Qur’an Dan Terjemahannya. Semarang: CV. Asy Syifa’,
1999.

Buku:
Al-Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: Litera AntarNusa, 2016.
Anwar, Abu. Ulumul Qur’an. Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2016.
Bakhtiar, Nurhasana, and Marwan. Metodologi Studi Islam. Pekanbaru: Cahaya
Firdaus Publishing and Printing, 2016.
Halim, Abd. Wajah Al-Qur’an Di Era Digital. Yogyakarta: Sulur Pustaka, 2018.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
———. Metodologo Studi Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000.
Setiawan, M. Nur Kholis. Pribumisasi Al-Qur’an: Tafsir Berwawasan Keindonesiaan.
Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2012.

Ensiklopedia:
Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedi. “Ensiklopedia Islam.” Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, 2001.

Jurnal:
Abdullah, Dudung. “Penelitian Tafsur Sebagai Penelitian Ilmiah.” Jurnal Al-Risalah
10, no. 2 (2010).
Fauzi. “Penelitian Tafsir Dan Pendekatan Kualitatif.” Tafse: Journal of Qur’anic
Studies 4, no. 2 (2019): 125–136.
Iqbal, Muhammad. “Metode Penafsiran Al-Qur’an M. Quraish Shihab.” Tsaqafah 6,
no. 2 (2010): 248–270.
Muchammad, Achmad. “Tafsir: Pengertian, Dasar, Dan Urgensinya.” Scholastica:
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 3, no. 2 (2021): 89–111.
Tamam, Ahmad Badrut. “Model Penelitian Tafsir: Studi Karya Howard M. Federspiel
‘Popular Indonesia Literature of The Qur’an.’” Madinah: Jurnal studi islam 5, no.
2 (2018).

15

Anda mungkin juga menyukai