STRUKTUR HADITS
Mata Kuliah :
ULUMUL HADITS
Dosen Pengampu :
Disniarti.Mpd.i
Disusun Oleh Kelompok 1:
i
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hadis .................................................................... 3
2.2 Komponen .............................................................................. 4
2.3 Sanad Hadis ............................................................................ 4
2.4 Matan Hadis ........................................................................... 9
2.5 Mukharrij ................................................................................ 9
2.6 Kedudukan Sanad dan Matan Hadis ...................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hadis ?
2. Apa saja komponen hadis ?
3. Apa yang dimaksud sanad ?
4. Apa yang dimaksud matan ?
5. Apa yang dimaksud mukharij/rawi ?
6. Bagaimana kedudukan sanad dan matan hadis ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hadis
2. Untuk mengetahui komponen hadis
3. Untuk mengetahui makna sanad
4. Untuk menetahui makna matan
5. Untuk mengetahui makna mukharij/rawi
6. Untuk mengetahui kedudukan sanad dan matan hadis
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Suryadilaga, M. Alfati. 2010. Ulumul Hadits. Yogyakarta: Teras
3
2.2 Komponen Hadits
Secara struktur, hadis terdiri ats tiga komponen, yakni sanad atau isnad
(rantai penutur), matan ( redaksi hadis ), dan mukharij (rawi). Untuk lebih
jelasnya perhatikan contoh dibawah ini:
ب عَنْ يَ ِزي َد ْب ِن ا ْلبَ َرا ِء عَنْ أَبِي ِه أَنَّ النَّبِ َّى
ٍ هللاِ َح َّدثَنِى أَبِى َح َّدثَنَا َو ِكي ٌع َح َّدثَنَا أَبُو َجنَا
َّ َح َّدثَنَا َع ْب ُد
(س أَ ْو عَصا ً (اخرجه احمد فى مسنده ٍ ب َعلَى قَ ْو َ صلى هللا عليه وسلم َخ
َ ط
Sanad adalah:
ب ع َْن يَ ِزي َد ْب ِن ْالبَ َرا ِء ع َْن أَبِي ِه
ٍ َّللاِ َح َّدثَنِى أَبِى َح َّدثَنَا َو ِكي ٌع َح َّدثَنَا أَبُو َجنَا
َّ َح َّدثَنَا َع ْب ُد
Matan adalah:
س أَوْ َعصًا َ َصلَّى اللَّهم َعلَ ْي ِه َو َسلَّم َخط
ٍ ْب َعلَى قَو َّ ِأَ َّن النَّب
َ ي
Mukharrij adalah:
)اخرجه احمد فى مسنده( احمد
2.3 Sanad Hadis
2.2.1 Pengertian Hadits
Kata “sanad” menurut bahasa adalah “sandaran” atau sesuatu yang kita
jadikan sandaran. Dikatakan demikian, karena hadist bersandar kepadanya.
Menurut istilah terdapat perbedaan rumusan pengertian. Al-badru bin Jama’ah dan
Al-thiby mengatakan bahwa sanad adalah :
ْق ْال َمتَ ِن
ِ ا ِال ْخبَا ُر ع َْن طَ ِري
Artinya : “ berita tentang jalan matan”
Yang lain menyebutkan:
ى ْال َم ْت ِن ِ ِْس ْل ِسلَةُ ال ِّر َجا ِل ْال ُمو
َ صلَ ِة اِل
Artinya” silsilah orang-orang (yang meriwayatkan hadist), yang
menyampaikan kepada matan hadist”
Ada juga yang menyebutkan:
السند هو سلسلة الرواة الذين نقلوا المتن عن صدره األول
Artinya : “sisilah para perawi yang menukilkan hadist dari sumbernya
yang pertama”
Silsilah orang-orang maksudnya adalah susunan atau rangkaian orang-
orang yang menyampaikan materi hadist tersebut, sejak yang disebut pertama
sampai kepada Rasulullah SAW. Yang perkataan dan perbuatan, taqrir, dan
lainnya merupakan materi atau matan hadist. Dengan pengertian tersebut, sebutan
4
sanad hanya berlaku pada serangkaian orang, bukan dilihat dari sudut pribadi
secara perseorangan. Adapun sebutan untuk pribadi, yang menyampaikan hadist
dilihat dari sudut perorangan, disebut rawi.
Dengan demikian, sanad adalah rantai penutur atau perawi (periwayat)
hadist. Sanad terdiri atas seluruh penutur, mulai orang yang mencatat hadist
tersebut dalam bukunya (kitab hadist) hingga Rasulullah. Sanad memberikan
gambaran keaslian suatu riwayat.
2
Suprapta, Munzier. 2011. Ilmu Hadits. Jakarta: Rajawali Pers
5
2.2.3 Tinggi Rendahnya Rangkaian Sanad (Silsilatu Adz-Dzahab)
Rangkaian sanad itu berdasarkan perbedaan tingkat ke-dhabit-an dan
keadilan rawi yang dijadikan sanadnya ada yang berderajat tinggi, sedang, dan
lemah. Rangkaian sanad yang berderajat tinggi menjadikan suatu hadis lebih
tinggi derajatnya daripada hadis yang rangkaian sanadnya sedang atau lemah. Para
muhaditsin membagi tingkatan sanadnya menjadi sebagai berikut :
2.2.3.1 Ashahhu Al-Asanid (sanad-sanad yang lebih shahih)
Para ulama seperti Imam An-Nawawi dan Ibnu Ash-Shalah tidak
membenarkan menilai suatu sanad hadis dengan ashahhual-asanid, atau menilai
suatu matan hadis dengan ashahhu al-asanid, secara mutlak yakni tanpa
menyandarkan pada hal yang mutlak.
Penilaian yang ashahhu al-asanid ini hendaklah secara muqayyad.
Artinya dikhususkan kepada sahabat tertentu, misalnya ashahhu al-asanid dari
Abu Hurairah r.a atau dikhususkan kepada penduduk daerah tertentu, misalnya
ashahhu al-asanid dari penduduk madinah, atau dikhusukan dalam masalah
tertentu, jika hendak menilai matan suatu hadis, misalnya ashahhu al asanid dalam
bab wudhu atau masalah mengangkat tangan dalam berdoa. Contoh ashahhu al-
asanid yang muqayyad tersebut adalah
1. Sahabat tertentu, yaitu :
2. Umar Ibnu Al- Khaththab r.a, yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Syihab Az-
Zuhri dari Salim bin ‘Abdullah bin Umar, dari ayahnya (‘Abdullah bin ‘Umar),
dari kakeknya (‘Umar bin Khaththab)
3. Ibnu Umar r.a adalah yang diriwayatkan oleh Malik dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar
r.a.
4. Abu Hurairah r.a,. yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri dari
Ibnu Al-Musayyab dari Abu Hurairah r.a
5. Penduduk kota tertentu, yaitu :
6. Kota mekkah, yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Uyainah dari ‘Amru bin
Dinar dari Jabir bin Abdullah r.a.
7. Kota madinah, yaitu yang diriwayatkan oleh Isma’il bin Abi Hakim dari
Abidah bin Abi Sufyan dari Abu Hurairah r.a.
6
Contoh ashahhu al-asanid ysng mutlak seperti :
1. Jika menurut Imam Bukhari, yaitu Malik, Nafi’, dan Ibnu Umar r.a
2. Jika menurut Ahmad bin Hanbal, yaitu Az-Zuhri, Salim bin ‘Abdillah, dan
Ayahnya (‘Abdillah bin ‘Umar)
3. Jika menurut Imam An-Nasa’i, yaitu ‘Ubaidillah Ibnu ‘Abbas dan ‘Umar bin
Khaththab r.a.
Ahsanu Al-Asanid
Hadis yang bersanad ashahhu al-asanid lebih rendah derajatnya daripada
yang bersanad ashahhu al-asanid itu antara lain bila hadis tersebut bersanad :
1. Bahaz bin Hakim dari ayahnya (Hakim bin Mu’awiyah) dari kakeknya
(Mu’awiyah bin Haidah).
2. Amru bin Syu’aib dari ayahnya (Syu’aib bin Muhammad) dari kakeknya
(Muhammad bin Abdillah bin ‘Amr bin ‘Ash)
Adh’afu Al-Asanid
Rangkaian sanad yang paling rendah derajatnya disebut adh’afu al-asanid
atau auha al-asanid. Rangkaian sanad yang adh’afu al-asanid, yaitu:
1. Yang muqayyad kepada sahabat:
2. Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Shadaqah bin
Musa dari Abi Ya’qub Farqad bin Ya’qub dari Murrah Ath-Thayyib dari Abu
Bakar r.a.
3. Abu Thalib r.a., yaitu hadis yang diriwayatkan oleh ‘Amru bin Syamir Al-ju’fi
dari Jabir bin Yazid dari Harits Al-A’war dari Ali bin Abi Thalib r.a.
4. Abu Hurairah r.a., yaitu hadis yang diriwayatkan oleh As-Sariyyu bin Isma’il
dari Dawud bin Yazid dari ayahnya (Yazid) dari Abu Hurairah.
5. Yang muqayyad kepada penduduk :
6. Kota yaman, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh hafsh bin ‘Umar dari Al-
Hakam bin Aban dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas r.a
7. Kota mesir, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Muhammad bin Al-
hajjaj Ibnu Rusydi dari ayahnya dari kakeknya dari Qurrah bin ‘Abdurrahman
dari setiap orang yang memberikan hadis kepadanya.
7
8. Kota Syam, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Qais dari
Ubaidillah bin Zahr dari ‘Ali bin Zaid dari Al-Qasim dari Abu Umamah r.a3
3
Sholahuddin, M. Agus, 2010, Ilmu Hadist, Bandung:Grafika
8
2. Sanad Nazil
Sanad nazil adalah sebuah sanad jumlah rawinya lebih banyak jika
dibandingkan dengan sanad yang lain. Hadis dengan sanad yang lebih banyak
akan tertolak dengan sanad yang sama jika jumlah rawinya lebih sedikit.
9
takhrij. Sedang orang yang melakukan kegiatan tersebut juga dinamakan mukharij
tersebut dihimpun dalam satu kitab, maka kitab yang demikian itu dinamakan
kitab mustakhraj. Contohnya adalah kitab mustakhraj Abu Nu’aim, yaitu kitab
mustakhraj hadits untuk hadits-hadits yang dimuat dalam kitab shahih al-Bukhori.
Sebenarnya sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang hampir sama.
Sanad-sanad hadis pada tiap-tiap thabaqat atau tingkatannya disebut rawi, jika
yang dimaksud dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan
hadis. Begitu juga, setiap rawi pada tiap-tiap thabaqah-nya merupakan sanad bagi
thabaqah berikutnya.
Akan tetapi, yang membedakan antara kedua istilah di atas, jika dilihat
lebih lanjut, adalah dalam dua hal yaitu: pertama,dalam hal pembukuan hadis.
Orang yang menerima hadis-hadis, kemudian menghimpunnya dalam suatu kitab
tadwin, disebut rawi. Dengan demikian rawi dapat disebut mudawwin atau
mukharrij (orang yang membukukan dan menghimpun hadis). Adapun orang-
orang yang menerima hadis dan hanya menyampaikan kepada orang lain, tanpa
pembukuannya disebut sanad hadis. Berkaitan dengan ini, dapat dikatakan bahwa
setiap sanad adalah rawi pada tiap-tiap thabaqahnya, tetapi tidak setiap rawi
disebut sanad hadis sebab ada rawi yang membukukan hadis. Kedua, dalam
penyebutan silsilah hadis untuk sanad, yang disebut sanad pertama adalh orang
yang langsung menyampaikan hadis tersebut kepada penerimanya, sedangkan
para rawi, yang disebut rawi pertama adalah para sahabat Rasullullah SAW.
Dengan demikian, penyebutan silsilah antara kedua istilah ini merupakan
sebaliknya. Artinya, rawi pertama adalah sanad terakhir,dan sanad pertama adalah
rawi terakhir.
10
2.6 Kedudukan Matan Dan Sanad Hadis
Para ahli hadits sangat berhati-hati dalam menerima suatu hadits kecuali
apabila mereka mengenal dari siapa mereka menerima setelah benar-benar dapat
dipercaya. Pada umumnya riwayat dari golongan sahabat tidak ada persyaratan
apapun untuk diterima periwayatanya. Akan tetapi merekapun sangat berhati-hati
dalam menrima hadits.
Pada masa khalifah Abu Bakar r.a dan Umar r.a periwayatan hadits
diawasi secara ketat dan hati-hati, dan tidak akan diterima jika tidak disaksikan
kebenaranya oleh seorang yang lain. Ali bin Abu Tholib tidak menerima hadits
sebelum yang meriwayatkanya disumpah.
Meminta aksi kepada seorang perowi, bukanlah merupakan keharusan dan
hanya merupakan jalan untuk menerima hati dalam menerima yang isi yang di
beritakan itu. Jika dirasa tak perlu meminta saksi atau sumpah para perowi,
merekapun menerima periwayatanya.
Adapun meminta seseorang saksi atau menyeluruh perawi untuk
bersumpah untuk membenarkan riwayatnya, tidak dipandang sebagai suatu
undang-undang umum diterima atau tidaknya periwayatan hadits. Yang
diperlukan dalam menerima hadits adalah adanya kepercayaan penuh kepada
perawi. Jika sewaktu-waktu ragu tentang periwayatanya, maka perlu didatangkan
sakksi/keterangan.
Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits diperoleh/atau
di diriwayatkannya. Dengan sanad, suatu periwayataan hadits dapat diketahui
mana yang dapat diterima dan di tolak dan mana hadits yang shohih atau tidak,
untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk menetapkan hukum-
hukum islam. Ada beberapa riwayat dan atsar yang menerangkan keutama’an
sanad di antaranya :
11
Abdullah Ibnu Mubarak berkata :
“menerangkan sanad hadis termasuk tugas agama. Andai tidak diperlukan
sanad, tentu siapa saja dapat mengatakan apa yang dikehendakinya. Antara kami
dengan mereka adalah sanad. Perumpamaan orang yang mencari hukum-hukum
agamanya, tanpa memerlukan sanad, adalah seperti orang yang menaiki loteng
tanpa tangga”
Asy-Syafi’I berkata :
“perumpamaan orang yang mencari (menerima) hadis tanpa sanad sama
dengan orang yang mengumpulkan kayu api di malam hari”
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hadits nabi yang lengkap dan dapat dijamin kebenaranya harus meliputi sanad,
matan dan perowi (periwayat)
2. Sanad adalah rantai penutur atau perowi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas
seluruh penutur mulai orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya
(kitab hadits) hingga Rosululloh. Sanad menggambarkan keaslian suatu ayat.
3. Matan merupakan akhir sanad yakni sabda Nabi Muhammad SAW. ada juga
redaksi lain yang menyebutkan bahwa matan adalah ujung sanad ( gayah
assanad) jadi bisa dikatakan bahwa matan itu adalah materi atau lafadz hadits
itu sendiri.
4. Rawi (perowi) adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu
kitab apa-apa yang pernah di dengar dan diterimanya dari seorang gurunya.
5. Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits diperoleh/atau di
diriwayatkannya. Dengan sanad, suatu periwayataan hadits dapat diketahui
mana yang dapat diterima dan di tolak dan mana hadits yang shohih atau tidak,
untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk menetapkan
hukum-hukum islam. Ada beberapa riwayat dan atsar yang menerangkan
keutama’an sanad.
3.2 Saran
Setelah kita mempelajari struktur hadits semoga dapat menambah
wawasan khususnya tentang struktur hadits yang meliputi sanad, matan dan
perowi. Dan juga kita bisa mengerti lagi tentang bagaimana hadits yang jelas
sanadnya.
Mohon ma’af atas segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kritik
dan saran sangat di butuhkan dalam pembuatan makalah selanjutnya agar lebih
baik dan benar.
13
DAFTAR PUSTAKA
14